SIKLUS HIDROLOGI
A. TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan untuk pokok pembahasan ini, mahasiswa
akan dapat:
1. menjelaskan tahap siklus hidrologi dengan 90% benar.
2. Menjelaskan pengertian kelembaban mutlak, kelembaban relatif, tekanan uap air,
devisit tekanan uap air dan suhu titik embun dengan benar.
3. menjelaskan sebaran kelembaban udara menurut waktu dan tempat yang benar
4. Menjelaskan proses pembentukan awan dengan 90% benar.
5. Memberikan contoh tipe awan berdasarkan ketinggian.
6. Menjelaskan proses terjadinya hujan berdasarkan teori bergeron dan teori tumbukan
dan penyatuan dengan 90% benar.
7. Menjelaskan tipe presipitasi dengan 90% benar.
8. Memberikan pengertian evapotranspirasi, evapotranspirasi potensial dan aktual,
evapotranspirasi jenuh dan evapotranspirasi pertanaman dengan benar.
9. Menjelaskan tentang tanaman dengan 80% benar.
B. MATERI PERKULIAHAN.
1. Pendahuluan
Siklus hidrologi adalah siklus/daur air dan berbentuk di bumi. Siklus hidrologi
meliputi beberapa tahap utama yaitu penguapan air dari permukaan bumi (daratan,
perairan dan tanaman), kondensasi uap air pada lapisan troposfer,sehingga terbentuk
awan, perindahan awan mengikuti arah angin, presipitasi baik dalam bentuk cair
(hujan)atau padat (salju dan kristal es) yang mengembalikan air dari atmosfer
kepermukaan bumi, mengalirkan air mengikuti gaya grafitasi baik dalam bentuk aliran
permukaan maupun aliran bawah tanah, dan selanjutnya kembali terjadi.
Siklus hidrologi yang aktif tidak terjadi pada semua wilayah. Siklus ini
memerlukan energi panas dan kelembaban yang cukup. Di daerah tropika basah
misalnya, siklus hidrologi terjadi secara aktif dan presipitasi dalam bentuk curah hujan
yang diterima lebih besar dari evaporasi. Sedangkan didaerah gurun, energi mencukupi
tetapi kelembaban kurang, evaporasi menjadi berkurang dan presipitasi sangat jarang
terjadi sehingga siklus hidrologi menjadi pasif. Pada daerah beriklim dingin, energi untuk
menjalankan siklus hidrologi menjadi pasif.
2. Kelembaban Udara.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air yang terkandung di dalam
udara, yang dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif), maupun
defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa
uap air atau tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi adalah perbandingan
antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada keadaan
kapasitas udara untuk menampung uap air. Sedangkan devisit tekanan uap air adalah
selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.
Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju penguapan dari
permukaan tanah lebih ditentukan oleh defisit tekanan uap air daripada kelembaban
mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah
mancapai 100% meskipun tekanan uap aktual relatif rendah.
a. Pernyataan kelembaban
1. Kerapatan uap air (Pv)
Kerapatan uap air adalah massa uap air per satuan volume udara yang
mengandung uap air tersebut, yang dapat dituliskan sebagai berikut:
Pv
mv/V; dimana
Pv
mv
n R T/V; dimana:
jumlah mol
Jumlah mol adalah n= m/Mv dan Mv= 18.016 untuk uap (H2O), serta Pv = mv/V
maka:
ea
mvR T/(18.016 V)
0.056 Pv r T
m/ (md + mv)
mv + md
100 ea/ea
ea - ea
dasar awan. Diatas dasar awan suhunya makin rendah sehingga uap air akan
berubah menjadi butir-butir air (kondensasi) yang membentuk awan tersebut.
b. Sebaran Kelembaban Udara.
1. Sebaran kelembaban nisbi menurut waktu
Karena kapasitas untuk menampung uap air semakin tinggi dengan naiknya
suhu udara, maka pada tekanan uap aktual (ea) yang relatif tetap antara siang dan
malam hari mengakibatkan kelembaban nisbi akan semakin rendah pada siang hari
tetapi lebih tinggi pada malam hari. Gambar 7 memperlihatkan variasi kelembaban
nisbi pada satu hari di kota Samarinda.
Kelembaban yang tinggi pada malam hari dan mencapai maksimum pada pagi
hari sebelum matahari terbit menyebabkan terjadinya pengembunan bila udara
bersentuhan dengan bidang/permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu titik em
bun.
Dibandingkan dengan daerah perlintangan tinggi, di daerah tropika seperti di
Indonesia, kelembaban rata-rata harian atau bulanan relatif tetap sepanjang tahun
(umumnya > 60%). Perubahan kelembaban rata-rata ini tidak terlalu jelas karena
variasi suhu harian yang juga sangat kecil.
pengembunan dalam status Cair (Embun, kabut dan awan). Bila terjadi dibawah titik
beku menghasilkan pengembunan dalam bentuk kristal es (Ibun putih, rime, salju dan
awan dingin).
Malam hari pada kondisi langit cerah dengan angin bertiup lemah dapat terbentuk embun
dan ibun putih karena angin yang bertiup lemah bersinggungan dengan permukaan
daratan yang telah menjadi dingin karena kehilangan panas dalam bentuk radiasi
gelombang panjang. Sedang rime karena butir air lewat dingin menyentuh benda dingin.
Kabut pancaran umumnya terjadi di daratan, dikenal sebagai kabut inversi permukaan.
kondisi yang menunjang adalah adanya inversi permukaan, kondisi langit cerah sehingga
pendinginan intensif, keceptan angin lemah
4. Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air atau kristal es yang melayang-layang di
atmosfir yang terjadi sebagai akibat adanya proses kondensasi. Prinsip utama terjadinya
awan ialah, mula-mula udara yang mengandung uap air yang temperaturnya tinggi akan
mengalami penurunan temperatur (pendinginan) hingga mencapai titik kondensasi.
Selanjutnya temperatur mengalami penurunan lagi dan melampaui titik kondensasi.
a. Pembentukkan awan dalam arus udara naik.
udara disekitarnya lebih rendah, maka dalam perjalanan naik keatas kantong udara
akan merenggang dan mengembang. Dalam sistem ini tidak ada penambahan dan
pengurangan panas, tetapi mengalami perubahan suhu. Proses perubahan suhu akibat
dari proses internal ini disebut adiabiatik.
Bertambahnya
volume
udara
yang
naik
(karena
merenggang
dan
maka udara
menjadi dingin. Disamping itu, untuk bergerak naiknya kantong udara membutuhkan
energi. Karena tidak ada penambahan energi dari luar maka energi diambil dari
sistem itu sendiri. Akibatnya suhu udara yang naik tersebut akan turun.
2. Laju penurunan suhu adiabiatik
dengan DARL sehingga udara menjadi lebih cepat dingin dan tidak bisa naik lebih
tinggi lagi.
Stabilitas atmosfer dan pembentukan awan
Pada bagian ini akan membahas bagaimana hubungan antara penurunan suhu massa
udara yang bergerak naik dengan laju penurunan suhu atmosfer lingkungan dalam
kaitannya dengan pembentukan awan. Dengan demikian berdasarkan laju penurunan
suhu lingkungan atmosefer kestabilitan atmosfer dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Keadaan tidak stabil mutlak
Keadaan ini terjadi bila laju penurunan suhu lingkungan (ELR= selalau berubah
menurut tempat dan waktu dengan penurunan rata-rata sebesar 6,5 C per Km)
lebih besar dari laju penurunan suhu kantong udara (DALR). suhu massa udara
tetap lebih hangat dari lingkungan sehingga udara tetap bergerak naik. jenis awan
yang terbentuk berkembang secara vertikal (kumuli).
b. Keadaan stabil mutlak
Keadaan ini terjadi jika laju penurunan suhu lingkungan (ELR) lebih kecil dari
laju penurunan suhu kantong udara (DALR). Suhu massa udara lebih dingin dari
suhu lingkungan
b. Tipe Awan
Awan merupakan hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik bersama
kantong udara. Karena sifatnya yang memantukan dan menyerap radiasi surya serta
menyerap radiasi bumi maka awan juga menentukan pemansan dan pendinginan
bumi. Menurut penyebaranya secara vertikal, awan dibedakan menjadi:
1. Awan tinggi
Adalah awan yang mempunyai ketinggian lebih dari 6000 m dengan suhu
yang sangat rendah. Pada umumnya terdiri dari kristal-kristal es, berwarna putih
dan mendekati transparan. Yang termasuk awan ini adalah:
-
Cirrus: awan yang halus seperti bulu, struktur berserat sering tersusun seperti
melengkung.
Awan cirrus
-
Awan Cirrostratus
Cirrocumulus: seperti kumpulan bulu domba.
Awan Cirrocumulus
2. Awan sedang/pertengahan
Altocumulus: merupakan sekumpulan awan yang berbentuk bulat, berlapislapis, tersusun dalan pola baris, group atau gelombang. Berwarna putih, pucat
dan terdiri dari beberapa bagian yang keabu-abuankarena kurang sinar.
Awan Altocumulus
-
Awan Altostratus
3. Awan rendah
Stratus: awan yang melebar seperti kabut, seringkali terbentuk dari awan yang
naik. awan stratus sangat rendah, tebal dan berwarna kelabu. Awan ini
kelihatan seperti lelangit rendah atau kabus di tanah. Hujan dari awan
ini biasanya merupakan hujan ringan.
Awan Stratus
-
Awan Stratokumulus
Nimbostratus: suatu lapisan awan yang dengan bentuk yang tidak teratur.
Disebut juga awan-awan gangguan (strorm clouds) menimbulkan banyak
hujan.
Awan Nimbostratus
4. Awan yang berkembang vertikal
Merupakan awan yang dihasiklkan oleh kantong udara yang hanngat dan
lembab yang masih mampu naik sampai ketinggian yang cukup tinggi setelah
melewati aras kondensasi. Terdiri dari awan-awan:
-
Cumulus: bentuk seperti kubah dengan dasar vertikal. Biasanya terbentuk dari
siang haridalam udara yang bergerak naik. Bagian yang berhadapan dengan
matahari terang dan berwarna kelabu pada bagian yang tidak tersinari.
Awan Cumulonimbus
Awan Altostratus
5. Presipitasi
a. proses terjadinya presipitasi
Terbentuknya
menghasilkan hujan, butir-butir awan harus menjadi cukup besar sehingga gaya berat
cukup untuk melawan daya angkat (arus udara yang naik dari permukaan). Tanpa
butir-butir yang besar awan akan menguap kembali atau hilang tertiup angin.
Pertumbuhan butir-butir air (pada awan) menjadi butir-butir yang lebih besar
diperlukan untuk terjadinya hujan. Ada dua teori dalam pembentukan hujan, yaitu
teori bergeron (untuk pertumbuhan awan dingin) dan teori tumbukan dan penyatuan
(untuk pertumbuhan butir pada awan hangat).
1. Teori Bergeron
Teori ini berlaku untuk awan dingin (dibawah 0 0C) yang tirdiri dari kristal
es dan air lewat dingin (air yang suhunya dibawah 0 0C tetapi belum membeku).
Perbedaan tekanan uap disekitar butir-butir air dan disekitar partikel es (e air >ees)
mengakibatkan
butir-butir
mengembun
disekitar
partikel-partikel
es.
Pengembunan ini menyebabkan kristal es tumbuh menjadi besar. Jika berat butir
hujan ini telah melampaui daya dorong udara ke atas (arus naik) maka akan jatuh
sebagai hujan. Pembentukan butir hujan demikian sering terjadi didaerah ekstra
tropika atau pada awan cumulus yang tumbuh menjadi cumulonimbus, dengan
puncak awan berada dibawah titik beku.
2. Teori Tumbukan dan Penyatuan (Collision)
Kejadian berbentukan butir hujan ini terjadi tanpa hadirnya kristal-kristal
es sehingga butir-butir awan hanya terjadi dari butir air. Butir-butir yang besar
mempunyai kecepatan jatuh yang lebih besar dari butir-butir kecil. Tumbukan
antar butir yang disertai penyatuan menyebabkan butir bertambah besar dan berat
sehingga mampu melawan daya angkat udara dan jatuh sebagai hujan. Laju
pertumbuhan hujan melalui proses tumbukan dan penyatuan ini lebih besar dari
pertumbuhan dengan kondensasi. Proses ini tidak hany terjadi didaerah tropika,
tetapi juga dilintang menengah dengan hadirnya udara tropis di musim panas.
b. Tipe Presipitasi
Sebagian besar hujan dihasilkan oleh udara yang naik dan mengalami
penurunan suhu. Berdasarkan gerakan udara naik untuk membentuk awan, tipe hujan
dapat digolongkan menjadi tiga kriteria. Suatu kejadian hujan biasanya disebabkan
bukan hanya satu tipe gerakan udara naik melainkan oleh aksi gabungan dari
beberapa tipe gerakan udara naik.
a. Hujan Konvektif
Hujan ini merupakan tipe hujan yang dihasikan dari naiknya udara hangat
dan lembab dengan proses penurunan suhu secara adiabatik. Gaya naik ini murni
diakibatkan oleh pemansan permukaan, bukan oleh karena paksaan menaiki bukit
atau karena adanya pertemuan dua massa udara (front atau konvergensi). Hujan
ini mempunyai cakupan wilayah yang terbatas karena terdiri dari sel-sel arus lokal
yang kaik. Naiknya sel-sel arus membentuk awan-awan tipe cumuli atau
berkembang menjadi awan cumuloimbus. Awan-awan ini mampu menghasilkan
hujan yang lebat disertai kilat dan guntur, serta hail (bola-bola atau lempengan es
berdiameter 5-50mm)
b. Hujan Orografik.
Hujan yang dihasilkan oleh naiknya udara lembab secara paksa oleh
dataran tinggi atau pegunungan. Curah hujan tahunan didataran tinggi pada
umumnya lebih tinggi dari pada dataran rendah disekitarnya, terutama pada arah
hadap angin.
Pengaruh dataran tinggi pada peningkatan curah hujan terutama adalah
memberi dorongan (paksaan) udara untuknaik. Dorongan naik oleh dataran tinggi
membawa udara sampai ke aras kondensasi. Setelah itu penambahan panas hasil
kondeensasi membuat udara menjadi tidak stabil dan terus naik.
Hujan orografik mempunyai siklus musiman dan harian yang tidak nyata
dibandingkan dengan hujan konvektif. Pengaruh dataran tinggi pada hujan tidak
semata-mata tergantung dari ketinggiannya, tetapi juga pada suhu dan kelembaban
udara yang naik serta arah dan kecepatan angin.
c. Hujan gangguan.
1. Hujan Siklonik
demand
gambagaran
for
kebutuhan
evaporation)
serta
atmosfer
merupakan
untuk
batas
penguapan
atas
dari
evapotranspirasi aktual (ETa). Nilai ETa akan lebih kecil dari ETp pada saat penutupan
tajuk belum penuh, permukaan tanah yang kering, atau ketika terjadi peningkatan
tahanan stomata karena terbatasnya air tanah yang tersedia.
b. Evapotranspirasi standard
kc
. ETo; di mana
c. EVALUASI
Petujuk: Jawablah pertanyaan secara singkat dibawah ini.
1. Jelaskan secara singkat tahapan siklus hidrologi yang terjadi di alam
2. Apakah yang dimaksud dengan kelembaban mutlak udara, kelembaban nisbi udara,
dan devisit tekanan uap?
3. Jelaskan secara singkat sebaran kelembaban nisbi menurut waktu!
4. jelaskan secara singkat proses terjadinya hujan menurut teori bergeron!
5. apa yang dimaksud dengan evapotranspirasi potensial dan aktual?
C. DAFTAR PUSTAKA
Handoko (ed), 1995. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan
Unsur-unsur Iklim. Pustaka Jaya, Jakarta: 57-63; 103-123; 133-142.
Kartasapoetra, A.G., 1986. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara,
Jakarta: 14-18.
Lakitan, B., 1994. Klimatologi Dasar. Raya Grafindo Persada, Jakarta: 107-142.
Universitas Padjajaran, 1980. Klimatologi Pertanian, Bandung: 106- 130.
Wisnubroto, S., S.I
BAB II
PERAGAM IKLIM BUMI
A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan untuk pokok bahasan ini, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam menentukan perbedaan iklim antara
suatu wilayah dengan wilayah lainnya dengan 90% benar.
2. menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan global dengan
90% benar.
3. Menjelaskan unsur-unsur iklim yang umumnya dipakai sebagaidasar klasifikasi iklim
dengan benar.
4. Menjelaskan penggolongan iklim di Indonesia menurut beberapa ahli dengan benar.
Penyajian materi untuk pokok bahasan ini didahului dengan metode ceramah lalu
dilanjutkan dengan diskusi dan latihan.
B. MATERI
1. Pendahuluan
Perkembangan klimatologi dengan meteorologi pada tahan paling awal adalah
seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan lingkungan alamiah
lainnya, seperti astronomi. Orang Yunani kuno telah mengetahui
bahwa terdapat
hubungan antara suhu dengan garis lintang (latitude)dan membagi belahan bumi utara
dan belahan bumi selatan menjadi 3 zona iklim yaitu zona panas (torrid), zona sedang
(temperate), dan zona dingin (frigit)
Setelah pengetahuan tentang peta dunia semakin akurat, diketahui bahwa
pembagian zona hanya berdasarkan garis lintang adalah kurang akurat. Pembagian zona
iklim yang lebih maju mulai berkembang sejak abad-15. perkembangan yang lebih pesat
terjadi setelah ditemikannya alat-alat pengukur unsur-unsur iklim.berdasarkan data iklim
yang berhasil direkam selama beberapa dasawarsa dengan menggunakan alat-alat
tersebut, maka dikembangkan pembagian zona iklim yang lebih akurat.
2. faktor-faktor yang berperan dalam penentuan iklim bumi.
Keadaan iklim pada permukaan bumiakan berbeda dari tempat ketempat. Contoh
yang ekstrim adalah perbedaan iklim yang tampak pada daerah tropis dengan daerah
kutub. Beberapa faktor yang berperan dalam menentukan iklim suatu tempat dimuka
bumi adalah:
a. Posisi lintang.
mengandung uap air, maka uapair tersebut akan mengalami kondensiasi, sehingga
curah hujan akan relatif tinggi untuk sisa lereng yang menghadang angin.
Angin yang mencapai puncak pegunungan dan kemudian turun pada sisi
sebelahnyaumumnya sangat kering, karna uap air telah terkondensasi sebelum
mencapai puncak pegunungan tersebut, sehingga peluang hujan pada daerah /sisi
yang berada di balik arah angin tersebut akan sangat rendah. Daearah yang kering ini
disebut sebagai daerah yanagnan hujan.
Suhu udara rata-rata pada tempat yang tinggi, misalnya pegunungan akan
rendah dibanding dataran rendah. Hal ini terjadi karena udara pada tempat yang tinggi
bersifat lebih renggang, sehingga kurang mampu menyimpan panas dibanding udara
pada dataran rendah yang bersifat lebih rapat.
e.
Vegetasi.
Penyebaran berbagai spesies tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan
tanah serta daya adaptasi dar masing-masing spesies tumbuhan terseebut.
Sesungguhnya antara hubungan vegetasi dan iklim merupakam hubungan saling
berpengaruh.
Klasifikasi iklim
a. Dasar Klasifikasi Iklim
Unsur iklim yang menunjukan pola kergam yang jelas merupakan daser utama
dari klasifikasi iklim yang dilakukan oleh parah pakar atu istitusi yang relevan. Unsur
iklim yang serig dipakai adalah suhu dan cura hujan.
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik, yang didasarkan pada tujuan
penggunaannya, misal untuk kegunaan
dll.
tentang unsur yang relevan, yang secara langsung akan mempengaruhi aktifitas atau
obyak dalam bidang-bidang tersebut.
5.
b.
c.
d