Anda di halaman 1dari 8

Sistem Agroforestri di

TTU - NTT
TTU
TTU (Timor Tengah Utara)
merupakan salah satu
kabupaten yang terdapat
di provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) dan terletak
di pulau Timor.
Kabupaten TTU
merupakan wilayah semi
arid yang didominasi oleh
musim kemarau. Musim
hujan umumnya berkisar
3 - 4 bulan sedangkan
musim kemarau berkisar
8 – 9 bulan. Secara umum
curah hujan di Kabupaten
TTU sebesar 1200 mm.
Agroforestri
Agroforestri di TTU
• Agrosilvikultur
• Silvopastura
Agrosilvikultur di TTU
• Agrosilvikultur : Kombinasi antara komponen
atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu,
palem, bambu, dll.) dengan komponen Komponen pertanian
pertanian. • Jagung
• Kacang-kacangan
• singkong
Komponen kehutanan
• Asam
• Kelapa
• Sirih
• Jati
• Petai cina
• Turi/ gala gala
Lanjutan Agrosilvikultur di TTU
Hasil pertanian: jagung, singkong, kacang gude/turis, ubi

Hasil kehutanan: kayu cendana, jati, lontar (arak,


kerajinan tangan, dan gula merah)
Mamar
Mamar merupakan suatu sistem usahatani yang dikembangkan pada
satu hamparan lahan di sekitar sumber mata air atau zona tertentu
dengan kondisi lahan yang subur, dan di dalamnya terdapat berbagai
jenis tanaman umur panjang, tanaman semusim, ternak serta sumber
hasil hutan yang dikelola secara baik oleh para pemangku adat
setempat. Jenis tanaman pepohonan yang paling dominan dalam
mamar adalah pinang, sirih dan kelapa.

Keuntungannya : diperolehnya dasar pengelolaan lahan kritis dengan


menggunakan inisiatif lokal yang sesuai dengan karakteristik wilayah,
sosial budaya, dan kearifan lokal masyarakat, sehingga akan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencapaian rehabilitasi
hutan dan lahan.
Silvopastura di TTU
• Silvopastura : Kombinasi antara komponen atau kegiatan
kehutanan dengan peternakan.
• Penggembalaan liar memiliki beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan peternakan dalam kandang. Pertama,
lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Satu orang
peternak dapat mengelola hingga 70 ekor, sedangkan
peternak sistem kandang hanya mampu mengelola 2 ekor.
Kedua, biaya tenaga kerja kecil. Biaya yang rendah
membuat ternak dari Cagar Alam Gunung Mutis dapat
dijual hingga ke Pulau Jawa dengan harga bersaing. Namun
kelemahannya, silvopastur rawan tindakan pencurian dan
kehilangan. Oleh karena itu penggembalaan liar hanya
dapat dilakukan di Pulau Timor dan beberapa daerah di
Indonesia dengan tingkat pencurian ternak yang rendah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai