Anda di halaman 1dari 13

Budidaya katak

Berikut ini adalah serba-serbi budidaya ternak kodok dimulai dengan sejarah singkat ternak
kodok, sentra budidaya ternak kodok, jenis-jenis ternak kodok, manfaat ternak kodok,
persyaratan lokasi budidaya ternak kodok, pedoman teknis budidaya ternak kodok, hama dan
penyakit ternak kodok dan lain-lain.

1. SEJARAH SINGKAT

Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara,


baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah
membudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat,
Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina,
Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.

Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di mana-mana, karena
kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak
dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula
berasal dari Amerika Selatan.

2. SENTRA PERIKANAN

Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas
ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara,
disamping membudidayakan kodok masyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam.
Kemudian di Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.

3. JENIS

1 2 3 4

Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo Anura terdapat
lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies. Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di
konsumsi oleh masyarakat kita yaitu:

1. Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat
kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
2. Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannyadapat mencapai 10
cm, badan berbercak coklat dibadannya.
3. Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak,
ukurannya hanya 8 cm.
4. Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera
Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.

4. MANFAAT

Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok
yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak,
seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi
kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan
dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya
dapat menyembuhkan beberapa penyakit.

5. PERSYARATAN LOKASI

1. Ketinggian lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah 1600 dpl.
2. Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1-5%, artinya
dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5
m.
3. Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih
akan memperlancar proses penetasan telur.
4. Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasan telur ialah anata
24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
5. Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut
tidak lebih dari 25 ppm.
6. Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan
bebas dari kekeringan dan kebanjiran.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Persiapan Sarana dan Peralatan


1. Kolam
Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja
melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk
dan konstruksi kolam yang ideal. Untuk memasukkan air ke dalam kolam
diperlukan saluran yang konstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau
batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya
trapesium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat
kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam.
Kolam yang diperlukan antara lain: kolam perawatan kodok, kolam penampungan
induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam perawatan
kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja.
Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengan kolam pemeliharaan calon induk.
a. Kolam Perawatan Kodok
Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yang terdiri dari
dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya
terbuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air
setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.
b. Kolam Pemijahan.
Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman
air di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m dan ditengahnya dibuatkan daratan.
Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, dengan perbandingan
tiga betina dan satu jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan
tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. sediakan
makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot Masa kawin ditandai
dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur mereka mengambang di
air kolam dan segera dipindahkan ke kolam penetasan.
c. Kolam Penetasan
Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam
30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas. Luas kolam
seluruhnya 10 m² .
d. Kolam Kecebong
Terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar anta 5
m² – 6 m² , dengan dasar lantai terbuat dari semen.
e. Kolam Kodok Muda
Di kolam ini kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Dibuat
beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m², dengan dinding
tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan
kedalaman 15–35 Cm.
f. Kolam Kodok Dewasa.
Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yang
diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m² ,
dengan konstruksi dasar dan dinidng tembok dan kawat. Kedalaman air
yang diperlukan antara 30–40 Cm.
2. Mempersiapkan Kolam Produksi
Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkul-
cangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu
tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan dan
dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujan buatan,
baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena untuk
proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa
penghujan. Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng gondok, genjer dan
ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan
menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi
kandungan oksigen.
2. Pembibitan
Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng
Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga
jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara
optimal, karena masyarakat masih mengambilnya
dari alam. Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang
kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya
berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs
).
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga
tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis
kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih
merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Untuk
induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan
daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan
Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
3. Sistem Pemijahan
a. Secara Alami
Induk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di
kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan
agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi
hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu
kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
b. Sistem Hipofisasi
Cara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin
suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok
agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa
mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur
kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan
bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak
memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada
punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga
perut banyak dipilih.
4. Reproduksi dan Perkawinan
Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan
ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodok-kodok
tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan
kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau
setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu
bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan
bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan
dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan
dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih.
Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan
testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat
kita lihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar
telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-
goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami
pembuahan akan mengalami rotasi.
Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu
pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga diamati. Pada sistem secara alamiah,
digunakan hujan buatan untuk merangsang proses perkawinan kodok,
sebagaimana dijelaskan diatas.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan
kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok
diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan
dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya
sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh
induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya.
Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila
sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.
2. Perawatan Ternak
Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam
permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk
menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat
penebaran 50-100 ekor/m² . Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang tidak
suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran
air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki
belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan
dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai
masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit
unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok
sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem
hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m² .
3. Pemberian Pakan
Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok di kolam
pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil
sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan,
ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman
kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu
makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang
terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung
didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti
ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi
lagi.

7. HAMA DAN PENYAKIT


1. Penyakit, Hama dan Penyebabnya
Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki
berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerang kodok yang
berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam
beberapa jam.
2. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih.
Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolam dibersihkan
dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yang
kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% karena perut kodok akan menjadi
kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan
penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit,
diulang sampai 4 kali.
3. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan
Nifurene 50–100 gram/m² air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau
streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara pisahkan
dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar
(ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu
padat dan kolam harus bersih dan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh
melebihi dosis 3400 cl/kg makanan.

8. PANEN

1. Hasil Utama
Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya
2. Hasil Tambahan
Sedangkan hasil tambahan yang dapat diperoleh adalah dengan mengolah limbah hasil
pemotongan untuk dijadikan silase; dengan penambahan propionat dan asam formiat
dengan jalan digiling bersama sama maka makanan untuk ternak ini tahan hingga 2 bulan
pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana
kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan
pakan ternak. Kodok yang tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses
pemijahan berikutnya.
3. Penangkapan
Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan pada penampungan.
Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau bak semen yang drainasenya
lancar.

9. PASCAPANEN

Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup
dan segar, maka kita bisa menggunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan
paling aman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk
jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnya
disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (rana catesbeiana), untuk
memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindari pos-pos yang tidak
penting. Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 m² dengan anggapan sebagai berikut:

a. Luas Tanah : 200 m²


b. Luas Kolam : 125 m²
o kolam penyimpanan induk: 9 m²
o kolam induk jantan: 3m²
o kolam induk betina: 3 m²
o kolam pemijahan/perkawinan: 9 m²
o kolam penetasan: 8 m²
o kolam kecebong: 21 m²
o kolam percil: 20 m²
o kolam kodok dewasa: 30 m²
o saluran air dan lainnya: 22 m²
c. Jumlah Induk.
o induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor
o induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantanr
o telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan.
d. Lama pemeliharaan: 5 bulan
e. Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahun
f. Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincangan bekicot, tepung
dengan kadar protein + 35 %.

Sedangkan perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok sebagai berikut:

1. Modal investasi
a. pembangunan kolam/kandang 125 m² Rp. 2.500.000,-
b. alat-alat dan induk Rp. 500.000,-
2. Modal kerja ( operasional )
a. Biaya tetap
 penyusutan bangunan ( 8 % ) Rp. 200.000,-
 penyusutan peralatan ( 20 %) Rp. 100.000,-
 bunga modal ( 18 %) Rp. 540.000,-
 upah ( 1 orang setahun ) Rp. 360.000,-
b. Biaya variabel
 pakan kodok 4.500 kg @ Rp. 250,- Rp. 1.125.000,-
 pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,- Rp. 80.000,-
 perbaikan kandang ( 5% ) Rp. 150.000,-
 sewa tanah Rp. 35.000,-
 administrasi dan pemasaran Rp. 200.000,-
 lain-lain Rp. 292.500,-
Jumlah modal yang dibutuhkan Rp. 6.082.500,-
3. Penjualan
a. Produksi percil 45.000 ekor * @ Rp. 100 Rp. 4.500.000,-
b. Produksi kodok niaga** 2 x 1.500 @ Rp. 300 Rp. 900.000,-
Jumlah pemasukan Rp. 5.400.000,-
4. Biaya Operasional
a. Biaya tetap Rp. 1.200.000,-
b. Biaya variabel Rp. 1.882.500,-
Jumlah biaya operasional Rp. 3.082.500,-
5. Pendapatan bersih sebelum pajak Rp. 2.317.500,-
6. Pajak 15 % Rp. 347.625,-
7. Pendapatan bersih Rp. 1.969.875,-
8. P V = 0,61
9. Break event point ( B.E.P ) Rp. 1.843.317,90
10. BC = 1,75
11. Waktu pengembalian kredit ( PPC ) = 1.5 tahun

Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ( Balitkanwar ) Bogor, ( Jl. Sempur No 1. Bogor )

Keterangan:
 Produksi percil dihitung hanya yang hidup, sekitar 55% dari 3 kali pemijahan. Mortalitas
sekitar 45%.
 Diantara percil yang hidup, kurang lebih 1.500 ekor dibesarkan menjadi kodok niaga.
Selama setahun produksi kodok niaga bisa dipanen 2 kali.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969 Indonesia
telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negar. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor
paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam
akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok.
Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok
yang masih menjadi budidaya ekspor yang dapat memberikan keuntungan.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Susanto, Heru, Budidaya Kodok Unggul, Penebar Swadaya, jakarta 1998,126 hal
2. Membudidayakan Katak Hijau di Pekarangan, Sinar Tani, 23 Juni 1993
3. Budidaya Kodok Lembu, Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat,1990
4. Pengganggu Kodok Lembu, Tumbuh, Oktober 1992.
5. Triwibowo,R,drh, Teknik Pemijahan Ternak Kodok, Trubus, 10 oktober 1993.
6. Budidaya Kodok Unggul, Trubus, Oktober 1989.
7. Limbah Kodok Alternatif Tepung Ikan, Surabaya Post, 6 Juli 1993.
8. Tepung Kodok Pakan Ternak Berprotein Tinggi, Agrobis, 8 Nopember 1993

12. KONTAK HUBUNGAN

1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa


No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340,
Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


KATAK HIJAU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan ini tak lepas dari interaksi antar makhluk hidup. Seperti halnya katak, yang
memiliki peranan dan dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan, objek penelitian, dan
banyak lagi.
Sebelumnya telah kita pelajari dalam tutorial praktikum biologi bahwa pengelompokkan hewan
secara garis besar terbagi mejadi dua. Kita telah mengenal hewan invertebrata (tidak bertulang
belakang) dan hewan vertebrate (bertulang belakang).
Pada praktikum ini kita akan mengenal karakteristik, anatomi, dan fisiologi dari katak. Katak
termasuk kedalam kelompok vertebrate. Katak sendiri dikelompokkan kedalam kelas amphibia
dan dikelompokkan lagi menjadi 3 subkelas yaitu : Stegocephala, Caudate, dan Salienta ( Anura
). Nama latinnya Rana cancrivora. Secara garis besar bentuk daripada katak yaitu badan yang
ditutupi kulit yang basah dan lembab, warna tubuh hijau, warna varian lainnya kuning, merah,
hitam dan corak kombinasi warna-warna tadi. Kulitnya dilapisi mucous atau lendir. Jantung ( cor
) terdiri dari 3 ruangan yaitu : 2 atrium (serambi) dan 1 ventrikel (bilik). Respirasinya dengan
paru-paru dan kulit. Fertilisasi secara internal dan eksternal. Temperatur tubuhnya menyesuaikan
dengan lingkungan.
Di Indonesia sendiri katak ini mempunyai nama khas sendiri berdasar bentuk, warna dan wilayah
penyebarannya seperti Bancet, Domas, Cakung dan lain sebagainya.
Seiring perkembangan zaman dan pemikiran serta pengalaman, Terkumpullah menjadi sebuah
ilmu yang mempelajari tentang katak. Baik itu dari cara hidupnya, sampai bagaimana cara bisa
mengambil memanfaatkannya untuk kepentingan manusia dan lingkungan.
Untuk itu, kami sangat tertarik untuk mengetahui cara hidup katak untuk manambah ilmu
pengetahuan kami. Selain itu juga kami ingin mengetahui manfaatnya bagi manusia dan
lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari prakikum dan pembuatan makalah ini, yakni :


Menyebutkan karakteristik Rana cancrivora
Menentukan apparatus digestivus (saluran pencernaan) Rana cancrivora
Menentukan apparatus respiratorius (saluran pernapasan) Rana cancrivora
Menentukan apparatus urogenitalis Rana cancrivora
Menunjukkan sistem sirkulasi Rana cancrivora
Mengetahui cara membedah tubuh Rana cancrivora

1.3 Alat dan Bahan

a. Alat
- pinset
- gunting
- bak preparat
- pisau
- plastik

b. Bahan
- Satu ekor katak hijau

1.4 Cara Kerja

Adapun cara dalam mebedah tubuh ikan mas yaitu :


lakukan pembiusan dengan menggunakan eter atau kloroform
Posisi diterlentangkan pada punggungnya
Jepit kulit bagian perut oleh pinset
Gunting kulit perut katak membujur dari ujung posterior ke arah anterior, lalu gunting kulit perut
katak ke arah lateral tubuh katak
Sayat dengan hati-hati untuk memisahkan kulit daging dengan jeroan agar tidak ada jeroan yang
rusak
Amati organ-organ dalam seperti salutan pencernaan, sistem respirasi, dan saluran urogenital
Gambar dan beri keterangan masing-masing sistem

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi

Phylum : Chordata
Sub-Phylum : Vertebrata
Classis : Amphibia
Sub-Classis : Salienta (Anura)
Ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora

2.2 Morfologi Katak Hijau (Rana cancrivora)


Katak termasuk kedalam kelompok vertebrate. Katak sendiri dikelompokkan kedalam kelas
amphibia dan dikelompokkan lagi menjadi 3 subkelas yaitu : Stegocephala, Caudate, dan
Salienta ( Anura ). Nama latinnya Rana cancrivora.
Secara garis besar bentuk daripada katak yaitu badan yang ditutupi kulit yang basah, lembab dan
terdapat kelenjar-kelenjar, warna tubuh hijau, warna varian lainnya kuning, merah, hitam dan
corak kombinasi warna-warna tadi. Kulitnya dilapisi mucous atau lendir.
Pada dasarnya tubuh katak dibagi menjadi tiga bagian, yakni kepala (caput), badan ( truncus),
dan anggota gerak (extremitas). Pada bagian caput terdapat celah mulut (rima oris) yang
dibangun oleh maxilla dan mandibula. Lubang hidung luar (nares externa) yang berjumlah
sepasang dan menembus sampai ke rongga mulut. Mata (organon visus) yang besar. Pada mata
terdapat selaput mata khas pada katak, yakni membrana nictitans. Seain itu juga terdapat pupil,
iris dan sepasang kelopak mata pada masing-masing mata (atas dan bawah).
Pada bagian truncus katak, ditutupi kulit yang selalu basah, halus, berlendir, dan terdapat
kelenjar-kelenjar seperti kelenjar yang menghasilkan pigmen warna kulit katak dan kelenjar yang
menghasilkan mucous. Daerah truncus yang dilapisi kulit, memiliki tekstur kulit yang berlipat-
lipat yang terbentuk dari penebalan kulit. Ada lipatan yang menjulur sepanjang punggung yang
disebut juga plicae dermales dorsolateralis dan ada juga lipatan kulit yang tidak teratur di bagian-
bagian samping-punggung katak yang disebut juga plicae dermales longitudinale. Anus/lubang
pengeluaran sisa pencernaan dan peneluaran zat-zat eksresi, terdapat pada ujung posterior tubuh.
Pada bagian extremitas terdiri dari anggota gerak depan (e. Anterior) dan anggota gerak
belakang (e. Posterior). Anggota gerak depan berjumlah sepasang, masing masing mempunyai
bagian, yakni lengan atas “brachium” (disokong oleh os humerus), lengan bawah
“antebrachium” (disokong oleh os radio-ulna), dan telapak “manus” ( disokong oleh os carpus
dan os metacarpus). Pada bagian extremitas anterior memiliki 4 buah jari-jari (digiti) tidak
ditemukan selaput renang (membrana digiti). Anggota gerak belakang juga berjumlah sepasang,
masing masing mempunyai bagian, yakni paha “femur” (disokong oleh os femur), kaki bawah-
betis “crus” (disokong oleh os tibia-fibula), dan telapak kaki “pes” (disokong oleh os tarsus dan
os metatarsus). Pada bagian extremitas posterior memiliki 5 buah jari-jari (digiti) dan memiliki
selaput renang (membrana digiti).
2.3 Sistem Pencernaan Rana cancrivora
Saluran pencernaan katak terdiri atas mulut (oris), pharynx, kerongkongan (oesofagus), lambung
(ventrikulus), usus (intestinum), dan cloaca. Rongga mulut (cavum oris) dibentuk oleh rahang
atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibula) yang terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
Kelenjar pencernaan terdiri dari kelenjar ludah, hati, kandung empedu, dan pancreas.
Gigi tumbuh pada rahang atas dan langit-langit. Gigi yang tumbuh di langit-langit dan berbentuk
huruf V disebut gigi vormer. Setiap kali tanggal, akan tumbuh gigi baru sebagai ganti. Selain itu
juga, terdapat gigi-gigi halus yang tersusun dipinggir maxilla, yakni dentes maxillaris. Lidah
pada katak bercabang dua (lingua bifida), berfungsi sebagai alat penangkap mangsa. Jika ada
serangga ituakan melekat pada lidah yang berlendir. Sesudah masuk mulut, makanan ditelan
melewati kerongkongan menuju lambung. Di dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk
ke usus. Dinding usus mengandung kapiler darah dan di sini sari-sari makanan diserap.
Selanjutnya sisa makanan didorong keluar menuju kloaka.

Gambar sistem pencernaan katak


2.4 Sistem Peredaran Darah Rana cancrivora
Sistem peredaran darah pada katak (Rana cancrivora) termasuk sistem peredaran darah tertutup
dan ganda. Jantung katak terbagi menjadi tiga ruangan, yakni serambi kiri dan kanan serta satu
bilik.
Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO2 dari jaringan mengalir ke sinus
venosus dan kemudian masuk ke serambi kanan. Dari serambi kanan, darah mengambil ke bilik,
kemudian darah dipompa ke luar melalui arteri pulmonalis. Selanjutnya darah mengalir melalui :
arteri pulmonalis à paru-paru (terjadi difusi O2) à vena pulmonalis à serambi kiri. Lintasan
peredaran darah ini disebut peredaran darah kecil. Kemudian darah masuk ke bilik dan mengalir
melalui : bilik à konus arteriosus à aorta ventralis à seluruh tubuh.
Di dalam bilik jantung, darah kotor (banyak kandungan CO2) dari serambi kanan bercampur
dengan darah bersih (kaya O2) dari serambi kiri. Hali ini akan mempengaruhi efisiensi suplai
oksigen.
Dengan demikian, peredaran darah katak merupakan peredaran darah ganda, yaitu pertama darah
dari jantung menuju ke paru-paru kemudian ke jantung lagi, dan kedua darah dari seluruh tubuh
menuju ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh lagi.

Gambar jantung katak


2.3 Sist. Respirasi Rana cancrivora
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase
berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi
sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang
tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini
dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena
kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-
paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen
dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu
walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler
darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas
pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek.
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut
dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah
sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya
oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut
mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran
gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya,
karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-
otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka.
Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara
yang kaya karbon dioksida keluar.

2.4 Sist. Urogenital Rana cancrivora


Katak mempunyai urogenitalia atau alat kelamin yang terdapat pada jantan dan betina
diantaranya :
Organa genitalia masculina (alat kelamin pada jantan)
Testis : sepasang, letaknya berdekatan dan ventral dari ren, alat penggantungnya disebut
mesorchium. Spermatozoa yang dihasilkan testis ini dialirkan melalui beberapa saluran kecil
yaitu vasa efferentia, yang kemudian dibagian anterior dari ren berhubungan dengan tubuli
urinferi, terus mengalir ke bawah dan bersatu dengan ureter.
Ductus urospermaticus
Vesicula seminalis
Corpus adiposum (badan lemak) : sepasang, masing-masing terdapat pada bagian anterior testis
atau ovarium (terdapat pada jantan dan betina), warna putih-kuning, merupakan persediaan
kalori pada musim kawin (Breeding season) atau pada waktu hibernation (tidur musim dingin).
Organa genitalia femina (organ kelamin betina), terdiri dari :
Ovarium : sepasang, penghasil ova, ventral dari ren dan alat penggantungnya disebut
mesovarium. Ova yang masak dilepaskan kedalam coelom, kemudian masuk kedalam.
Oviduct : saluran telur, sepasang, kiri-kanan dari ren, berbelit-belit dan mempunyai bagian-
bagian.
Ostium : ujung dari oviduct, disebelah kiri dan kanan dari oesophagus.
Infundibulum
Uterus : bagian oviduct yang membesar, posterior dari oviduct.
Corpus adiposum (badan lemak) : seperti pada hewan jantan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Morfologi katak

Tubuh katak terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), extremitas (anggota badan). Pada caput
(kepala) terdiri dari maxilla (rahang atas) dan mandibula (rahang bawah), nares anteriorus (nares
externa) lubang hidung luar sepasang dan menembus ke cavum oris (rongga mulut), organon
visus (mata) : bentuknya besar dan mempunyai palpebra superior (kelopak mata atas), palpebra
inferior (kelopak mata atas). Membrana nictitans (selaput mata), pupil mempunyai bentuk seperti
belah ketupat, irisnya berwarna keemas-emasan, membrana tympani ( gendang telinga) ,dan
anulus tympanicus.
Pada bagian truncus (badan) terdiri dari dermal (kulit), daerah truncus memiliki plicae dermales
dorsolaterales yaitu lipatan yang terbentuk oleh penebalan kulit, anus (lubang pengeluaran). Pada
bagian extremitas terdiri dari anggota gerak depan (e. Anterior) dan anggota gerak belakang (e.
Posterior). Pada bagian anterior terdiri dari brachium (lengan atas), antebrachium (lengan
bawah), manus (telapak). Sedangkan pada bagian posterior terdiri dari femur (paha), crus (betis),
pes (telapak kaki).

3.4 Sistem Urogenital


Tractus urogenitalia terdiri dari 2 yaitu Organa uropoetica dan Organa genitalia. Organa
uropoetica yaitu alat-alat eksresi, diantaranya ren (ginjal), ureter (saluran kencing), vesica
urinaria (kandung kencing). Lalu organa genitalia yaitu alat kelamin terdiri dari organa genitalia
masculina (jantan) dan organa genitalia femina (betina). Pada organa genitalia masculina terdiri
dari sepasang testis, ductus urospermaticus, vesicula seminalis, dan sepasang corpus adiposum
(badan lemak). Lalu pada organa genitalia femina terdiri atas sepasang ovarium, oviduct (saluran
telur), ostium, infundibulum, uterus, corpus adiposum (badan lemak).
Gambar sistem uragenital

3.5 Cara Membedah Tubuh Katak

Katak dibius dengan menggunakan eter atau chloroform, kemudian diterlentangkan pada
punggungnya.
Di bagian medial, kulitnya digunting mulai dari ujung posterior sampai ke ujung anterior, dan
juga ke arah lateral menuju anggota tubuh. Pada saat membuka kulit, perhatikan bahwa kulit
tidak seluruhnya menempel pada musculi (otot daging) di bagian bawahnya, melainkan pada
beberapa tempat saja, sehingga membentuk ruangan-ruangan diantara kulit dan otot daging yang
di sebut kantong limpa. Lalu otot daging dibuka pula, dengan menggunting (menyayat) di bagan
kiri dan kanan linea alba (digaris medial) mulai dari ujung posterior sampai ke batas caput
(kepala).
Pada watu menyayat harus hati-hati, sebab tepat dibawah linea alba terdapat vena abdominalis.
Juga ke arah lateral menuju anggota badan, musculi disayat.
Pelajari bagian-bagian skelet. Pada section dimulai pelajari dan amati antara lain m.
Sternoradialis, m. Submandibularis, m. Pectolaris, m. Deltoidalis, m. Rectus abdominis, m.
obliquus abdominis externus, m. obliquus abdominis internus, linea alba, vasa cutanea.
Amati organ – organ dalam seperti saluran pencernaan (digestivus) dan alat-alat reproduksinya.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa tubuh Rana cancrivora terdiri atas tiga
bagian yaitu : Kepala (Caput), Dada (thorax) dan anggota gerak (extremitas) Kepala terdiri atas
mata (organon sus), rongga mulut (cavumoris), cekung hidung (Fovea nasalis) dan tutup insang
(Apparatus operculare). Bagian Trunchus (Badan) Terdapat : sisik (Squama) dengan tipe cycloid,
sirip (pinnae) yang terdiri atas sirip dada (pinnae torakhalis), sirip dubur (Pinnae analis), Sirip
perut (p.Abdominalis), sirip ekor (p.caudalis) dan sirip punggung (pinn dorsalis). Selain itu juga
terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang membujur di sepanjang kedua sisi tubuh sampai ekor.
Ekor hanya terdapat sirip belakang saja.
Ikan mas memiliki insang sebagai alat pernafasan. Jantung ikan terdiri dua ruang (satu atrium
dan satu ventrikel). Ikan berkembang biak secara ovipar atau bertelur. Fertilisasi ikan terjadi
secara eksternal yakni pembuahan yang terjadi diluar tubuh ikan yaitu di dalam air.
Sebelum membedah tubuh ikan, harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Kulit ikan dibersihkan agar lumpur atau kerikil hilang
Posisi ikan dihadapkan ke arah kiri
Bersihkan sisik ikan, agar dapat dilihat susunan otot ( Myomer ).
Sectio mulai dari belakana anus ( jangan memotong anus atau papilla urogenitalis ), kemudian ke
dorsal ( atas ) dan ke depan sampai ke apparatuss opercularis kemudian ke bawah dan
selanjutnya ke belakang atau sampai cranial atau depan anus.
Tulang rusuk dipotong, agar dapat melihat organ-organ bagian dalam.
Lakukan pemisahan masing-masing system secara hati-hati agar jaringan organ tidak rusak.
Secara umum, banyak jenis ikan yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi bahan pangan.
Selain itu, ikan dapat pula dimanfaatkan untuk bahan penelitian, kesenangan, dan rekreasi.
Sebagai bahan pangan, ikan merupakan salah satu sumber protein hewani, dibidanglain,
memancing ikan merupakan salah satu jenis olahraga atau rekreasi yang digemari dan
memelihara ikan dalam aquarium atau kolam termasuk hobi yang dapat memberi hiburan bagi
manusia.
4.2 Saran
Sosialisasi hewan-hewan yang sangat produktif sangat diperlukan oleh masyarakat kita, seperti
hewan pada percobaan ini yakni, katak. Kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaatan dari
Rana cancrivora manyebabkan masyarakat kurang memahami betapa penting dan banyaknya
manfaat dari katak bagi masyarakat.
Agar sasaran dan tujuan percobaan ini dapat dimengerti dan dipahami oleh praktikan lebih dalam
sehingga bisa diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya dalam kehidupan masyarakat.
Waktu yang diperlukan untuk mengamati objek terlalu sedikit, seharusnya diperpanjang agar
hasil pengamatan yang kita peroleh lebih baik.
Alat-alat dan bahan pendukung pratikum sebaiknya lebih lengkap dan diproritaskan untuk
perorangan yang dimaksud agar lebih paham dan lebih dimengerti oleh pratikan, untuk mendapat
hasil yang diperoleh lebih baik.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sujadi, Bogod.2004. Biology of Science. Trunobio : Bogor.

Campbell, N.A, J.B. Reece, and L.G Michael. 2000. Concept and Connection. 3rd ed. Addison
Wesley Longman Inc. 809p

F. Lytle,Charles.1976.General Zoology. Mc. Graw Hill : London.

Pukul 18.00, Minggu, 19 Oktober 2008.


http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=frog&action=redlink=1

Anda mungkin juga menyukai