6, November 2022
CERITA TAPAK
Rahman Kurniadi
Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang
E-mail: rahmankurniadi@gmail.com
51
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.6, November 2022
masyarakat setempat. Ada dua pola silvopastura Silvopastura tersebut terjadi karena adanya
di Desa Netpala, yaitu pola di kandang dan budaya masyarakat setempat menggembalakan
pola digembalakan, namun para peternak lebih ternak di hutan. Pihak pengelola cagar alam
menyukai pola penggembalaan di hutan karena yaitu BBKSDA NTT belum dapat menghentikan
mengurangi biaya tenaga kerja. Walaupun silvopastura di Cagar Alam Gunung Mutis.
demikian pola ini tetap dapat merusak kawasan Gambar 2 memperlihatkan silvopastura di Cagar
hutan, sehingga masyarakat melakukan alam Gunung Mutis.
penggembalaan ternak secara terkontrol untuk
Cagar Alam Gunung Mutis memiliki luas +
mencegah kerusakan hutan.
12.000 ha. Kawasan ini telah lama digunakan
Silvopastura di Desa Netpala dilakukan melalui masyarakat setempat untuk silvopastura.
pola Hutan Kemasyarakatan. Masyarakat sekitar Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan
hutan memperoleh izin perhutanan sosial dan hutan tersebut sebagai cagar alam tetapi
mereka menggunakan hutan tersebut untuk silvopastura pada cagar alam tersebut tidak
menanam rumput gajah. Silvopastura di Desa dapat dihentikan.
Netpala juga merupakan salah satu contoh
Silvopastura di di Desa Netpala dan Cagar
silvopastura pada hutan lindung. Silvopastura ini
alam Gunung Mutis terbagi dalam 3 metode,
telah mendatangkan manfaat ekonomi dengan
yaitu : 1) Metode pengembalaan liar; 2) Metode
masyarakat. Rata-rata tiap hektar hutan lindung
penggembalaan terkontrol; dan 3) Metode diikat
dapat menampung satu ekor sapi. Masyarakat
di kandang. Masing-masih metode silvopastura
terbiasa menjual sapi setelah berumur 3
memiliki keunggulan tersendiri.
tahun. Hasil penjualan sapi digunakan untuk
Daya jelajah ternak sangat tergantung
mencukupi biaya pendidikan dan perumahan.
sistem silvopastura yang dipakai. Untuk
penggembalaan liar daya jelajah ternak sampai
Pemantauan Silvopastura pada cagar alam 5 km, dan untuk mencegah penggembalaan
Gunung Mutis ternak yang terlalu jauh, masing-masing suku
Cagar alam gunung Mutis merupakan hutan membuat batas penggembalaan. Sementara
konservasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur. untuk penggembalaan terkontrol, daya jelajah
Cagar alam Mutis telah digunakan untuk ternak sekitar 100 m. Pada metode ini terdapat
cagar alam sejak puluhan tahun yang lalu penggembala yang mengawasi penggembalaan
dan terus berlangsung sampai sekarang. ternak. Sedangkan pada metode silvopastura
di kandang, para peternak mengikat ternak di
kandang sehingga tidak merusak hutan.
52
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.6, November 2022
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Dari tabel 2 tampak bahwa status kawasan hutan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9 di Netpala adalah hutan lindung sehingga tidak
Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Perhutanan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Sosial. Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.14/Menlhk-Ii/2015 Tentang Tata Cara
Saat ini peraturan yang ada hanya bisa
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan
mengakomodir silvopastura di hutan produksi.
Silvopastura Pada Hutan Produksi.
Sementara silvopastura untuk hutan konservasi
dilarang. Pada hutan lindung silvopastura Hutan di Gunung Mutis merupakan cagar alam.
dapat dilakukan pada areal perhutanan sosial. Silvopastura tidak dapat dilakukan di kawasan
Sedangkan pada hutan produksi dapat dilakukan hutan tersebut. Silvopastura di cagar alam
dengan mekanisme perhutanan sosial atau Izin Gunung Mutis tidak sesuai dengan Peraturan
usaha Silvopastura. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.14/Menlhk-
Tabel 1 menampilkan kesesuaian antara
II/2015 Tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Pemanfaatan Kawasan Silvopastura Pada Hutan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9
Produksi dan Peraturan Menteri Lingkungan
Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Perhutanan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Sosial dengan silvopastura di Desa Netpala.
Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan
Hasil pemantauan menunjukan bahwa praktik
Perhutanan Sosial. Tabel 3 dan 4 menampilkan
silvopastura belum sesuai dengan peraturan
hasil pemantauan silvopastura di cagar alam
tersebut. Salah satu komponen yang tidak
Gunung Mutis dengan Permen LHK Nomor P14/
sesuai adalah perizinan. Silvopastura di Desa
Menlhk-II/2015 dan Permen LHK No.9 tahun
Netpala tidak mempunyai izin penelitian.
2021.
Hutan di Desa Netpala adalah hutan lindung.
Dari uraian di atas tampak bahwa silvopastura di
Tabel 2 menyajikan kesesuaian pratik
Desa Netpala dan di Cagar Alam Gunung Mutis
silvopastura di Desa Netpala dan Peraturan
belum sesuai dengan peraturan yang ada. Untuk
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengatasi permasalahan tersebut langkah yang
Republik Indonesia Nomor P.14/Menlhk-
dilakukan adalah melakukan penyuluhan agar
Ii/2015 Tentang Tata Cara Pemberian Izin
masyarakat dapat melaksanakan peraturan yang
Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvopastura Pada
ada. Atau peraturan silvopastura diubah agar
Hutan Produksi. Hasil pemantauan menunjukan
silvopastura dapat dilakukan di hutan lindung
silvopastura di Desa Netpala tidak sesuai
maupun hutan konservasi.
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.14/
Menlhk-Ii/2015 Tentang Tata Cara Pemberian
Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvopastura
Pada Hutan Produksi.
Tabel 2. Kesesuaian Praktik silvopastura dan Permen LHK No. 9 Tahun 2021
53
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.6, November 2022
54