Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN

EKOWISATA MANGROVE YANG ADA DI MALUKU UTARA DAN PEMANFAATAN


MANGROVE SECARA ILEGAL

1. Wisata Mangrove di Jantung Sofifi, Kaya Kehati Jadi Pelindung Kota

Hutan mangrove Guraping di Kota Sofifi, merupakan destinasi wisata penting di Maluku
Utara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dengan laguna di depannya. Kawasan wisata
ini berada di pusat Kota Sofifi. Hutan mangrove ini bersisian dengan kantor Gubernur Maluku
Utara di puncak Bukit Gosale. Dari bukit ini bisa melepas pandangan ke kawasan hutan
mangrove dan arah laut lepas.

Selain menawarkan pemandangan menarik, kawasan wisata ini juga kaya keaneragaman
hayati. Karena itu selain menjadi tempat wisata umum, juga wisata edukasi bagi publik. Berada
di Desa Guraping Oba Utara hutan mangrove ini telah ditetapkan menjadi salah satu destinasi
wisata penting di ibukota Provinsi Maluku Utara.

Hutan mangrove ini, termasuk areal pemukiman yang telah ditinggalkan, kuburan, dan
sebuah Pulau kecil bernama Sibu, memiliki luas 3.709.507 m² atau 370,9 Ha. Bagian depan
hutan mangrove terjadi penyempitan selebar 116,4 m, membentuk laguna dan menyerupai telaga.
Arus air laut yang masuk dan keluar saat pasang naik dan pasang surut menambah menariknya
panorama dari kawasan ini. Laguna sangat menawan bagi mereka yang ingin berswafoto. Hutan
mangrove ini terbilang kaya keanekaragaman hayati dari banyaknya jenis mangrove, banyaknya
ikan hingga banyaknya jenis burung di hutan mangrove ini.

Riset yang dilakukan Abdul Muthalib Angkotasan, Dosen Ilmu Kelautan Universitas Khairun
Ternate bersama Husain Marasabessi, Dosen Kehutanan Universitas Patimura Ambon pada April-Juli
2016, menemukan perairan Guraping dengan kawasan ekosistem mangrovenya ini sangat baik
dikembangkan menjadi ekowisata mangrove. Sesuai hasil analisis data yang mereka lakukan, di
hutan mangrove ini ditemukan 16 jenis yang terdiri dari 10 jenis mangrove sejati dan 6 jenis
tumbuhan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di Perairan
Guraping ini didominasi oleh jenis Rizopora sp dengan spesies yang dominan
ditemukan Rizopora apiculata dan Rizopora mucronata.

Dua spesies ini, ditemukan di semua lintasan pengamatan. Terdapat pula jenis jenis
mangrove lain yakni Sonaratia alba, Bruguiera gymnorizha, Avicenia marina, Avicenia alba,
Aegyceras floridium, Ceriops decandra, Xilacarpus granatum dan Nypa. Selain itu ditemukan
pula beberapa jenis tumbuhan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove yakni
jenis Pandanus spp, paku-pakuan, kayu baru, pohon aren, Ipomoea pes-caprae dan pohon sagu.

Hutan Mangrove ini juga menjadi tempat persinggahan jenis burung migran dari belahan
bumi utara juga burung endemik Maluku Utara.

Burung Cikukua Halmahera salah satu burung endemik Maluku Utara yang menghuni hutan
mangrove Sofifi. Foto : Akhmad David
Burung Gajahan Panggala salah satu jenis burung migran dari bumi utara Palaeartik. Foto : Akhmad
David

Selain itu ada juga biota asosiasi ditemukan di perairan hutan mangrove ini yakni ikan
kerapu, ikan julung, dan ikan beronang. Ada juga jenis non ikan (gastropoda, bivalvia) yang
didominasi substrat berlumpur serta memiliki kualitas air yang baik dengan kisaran suhu 29 –
300C, dan salinitas 33 – 35 ‰.

Hutan mangrove ini katanya memiliki banyak manfaat untuk menunjang


keberlangsungan kehidupan. “Manfaatnya antara lain mencegah terjadinya abrasi laut, tempat
hidup berbagai jenis biota laut, penyerap karbon dioksida, menjaga kualitas air dan udara, serta
sebagai tempat wisata alam,” jelas Syukur. Lebih lanjut katanya, pengelolaan mangrove menjadi
ekowisata ini merupakan model pemanfaatan mangrove yang bernilai ekonomis dan
berkelanjutan serta dapat memberi dampak secara sosial, ekologi dan ekonomi. Karena itu
menurutnya, pengelolaan ekowisata mangrove ini perlu melibatkan semua pihak terkait termasuk
peran aktif masyarakat.

2. Wisata Mangrove desa Fukwew


 Hutan mangrove Fukwew, jadi wisata andalan yang dikelola pemerintah desa melalui
badan usaha milik desa (BUMDes). Ia menyuguhkan pesona hutan mangrove nan indah,
sebagai kekayaan alam dan aset penting desa.
 Dari hutan mangrove yang terjaga ini, Desa Fukwew, Sanana Utara, Sula, bisa
mendapatkan pemasukan hingga puluhan juta per bulan. Warga pun mendapatkan
beragam manfaat dari jaga transportasi sampai penjual makanan.
 Tempat wisata ini selain memiliki hutan mangrove juga pulau kecil berbukit setinggi
hampir 100 meter. Pulau ini memiliki topografi berbukit sekitar satu hektar. Mangrove
dan berbagai tumbuhan pantai tumbuh mengelilingi dan menghiasi pulau ini.
 Dulu, warga biasa menebang mangrove untuk kayu bakar atau bahan baku rumah.
Setelah jadi kawasan wisata, warga tak berani tebang mangrove lagi karena ada
larangan ambil kayu sembarangan.  

3. Pemanfaatan Mangrove secara Ilegal

Pemanfaatan mangrove secara illegal adalah digunakan sebagai bahan baku arang(kayu
bakar). Pemanfaatan ini tergolong ilegal karena hutan yang dimanfaatkan berstatus hutan lindung
dan diindikasi telah menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hutan mangrove.  Faktor
penyebab masyarakat masih melakukan illegal access terhadap kawasan hutan lindung adalah
kehadiran para penampung (cukong), baik penampung-pemodal yang berperan dalam
menyediakan modal bagi pengrajin, maupun penampung-pembeli yang berperan menyediakan
pasar.

Sumber:

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82386

https://www.mongabay.co.id/2019/09/22/wisata-andalan-desa-ini-dari-menjaga-hutan-
mangrove/

https://www.mongabay.co.id/2021/10/28/wisata-mangrove-di-jantung-sofifi-kaya-kehati-
jadi-pelindung-kota/

Anda mungkin juga menyukai