Anda di halaman 1dari 8

Kawasan Pamurbaya/Wawan

a
hreI'http://openx.detik.com/delivery/ck.php?naca95ca9&cbINSERTRANDOMNUM
BERHERE' target'blank'~img
src'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid159&cbINSERTRANDOMNUM
BERHERE&naca95ca9' border'0' alt'' /~/a~
Surabaya - Hutan mangrove di Wonorejo, Rungkut yang dijadikan sebagai kawasan ekowisata
mendapat sorotan. Keberadaan gazebo di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) itu dinilai telah
melanggar garis sempadan pantai, kawasan lindung dan prinsip ekologi.

"Sebaiknya harus dibongkar," tegas Wawan Some, aktivitas Dewan Kota Surabaya saat bincang-
bincang detiksurabaya.com, Senin (16/8/2010).

Menurut Wawan, apapun Iungsinya gazebo yang menjorok ke tengah laut tersebut aturannya
tidak boleh menghadang pertumbuhan mangrove. "Pertumbuhan mangrove justru ke arah laut.
Dan ini akan menghambat pertumbuhan vegetasi mangrove alami," tandasnya.

Dan yang menherankan, kata Wawan, saat ini sedang dibangun lagi sebuah gazebo di sisi selatan
gazebo pertama. Pembangunan ini tambah dia, mesti dicermati sebagai kegiatan yang
mengancam ekosistem di Pamurbaya. Apabila Iungsi gazebo untuk pemantauan maling kayu,
mestinya lebih bijak jika melibatkan para penunggu tambak dalam pengawasan di Pamurbaya,
tambahnya.

"Yang ada di Pamurbaya saat ini bukan ekowisata tetapi wisata alam. Dan wisata alam tidak
dibenarkan di ekosistem hutan mangrove," jelasnya.

Wawan yang juga aktiI di Komunitas Nol Sampah, menyatakan hutan mangrove di Wonorejo
yang dijadikan ekowisata itu terlalu terburu-buru. "Terlalu prematur kalau harus mengekploitasi
Pamurbaya. Karena konsepnya pengembangannya tidak jelas," katanya.

Ke depan, Wawan meminta agar Pemerintahan Kota (Pemkot) Surabaya duduk bersama dengan
para stakeholder yang terlibat dengan pengembangan Pamurbaya. "Sebaiknya pemkot
mengambilalih kawasan itu. Semua diajak duduk bersama mencari Iormat yang tepat untuk
Pamurbaya," terangnya.

Kalau memang Iungsi gazebo untuk pemantauan maling kayu, kan tidak harus ada gazebo.
Mestinya para penunggu tambak yang dilibatkan dan diajak peran. Kalau bicara wisata, itu
bukan ekowisata. Itu wisata alam, kalau wisata alam tidak boleh berwisata ke mangrove.

Perlu diketahui untuk menuju ke kawasan Pamurbaya, dari Bozem Wonorejo dilanjutkan
menumpang perahu ke ekowisata hutan mangrove. Di hutan mangrove tersebut terdapat gazebo
Pos Pantau Mangrove yang biasanya digunakan untuk istirahat sambil menikmati pemandangan
mangrove yang ditanam Kelompok Tani Mangrove Wonorejo itu. /

8A8 8A8u lkl lCC
4ra d Pamurbaya
Mangrove, atau bakau, adalah semua spesies tanaman yang hidup di antara batas pasang dan
surut sebuah kawasan pesisir. Di Pamurbaya, lebih dari setengah jenis bakau yang ada di
Indonesia, tumbuh subur.
Vegetasi asli di Pamurbaya didominasi oleh Bakau (Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata), Api-api (Avicennia alba), Pidada (Sonneratia caseolaris), dan Buta-buta (Excoecaria
agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di kawasan ini seperti
Ketapang (Terminalia catapa) dan Nipah (Nypa Iructicans).
Selain jenis bakau tersebut, banyak pula jenis bakau dan non bakau introduksi (hasil kegiatan
reboisasi). Seperti Waru laut (Hibiscus tilliaceus), Tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), Nyamplung
(Callophylum inophyllum), Bintaro (Cerbera manghas), Akasia (Acacia auriculiIormis), Asem
(Tamarindus indica), dan Lamtoro (Paraseriantes Ialcataria).
Di beberapa bagian, terutama di sisi muara dan sempadan sungai, banyak ditumbuhi semak-
semak terutama Gelagah (Saccharum spontaneum). Semak-semak ini memiliki nilai penting
terutama sekali bagi burung yang hidup di semak seperti Bubut jawa.
Hutan bakau memiliki peranan penting bagi pemeliharaan ekosistem pantai. Kehadiran hutan
bakau di sepanjang pantai mampu mengurangi kerusakan akibat angin kencang dari lautan dan
memelihara pantai dari gerusan gelombang laut. Hutan bakau juga merupakan habitat beraneka
ragam satwa seperti burung, primata dan juga tempat memijah atau bertelur beraneka jenis ikan.
auna d Pamurbaya
Pamurbaya merupakan tempat tinggal aneka jenis burung dan satwa yang sulit ditemukan di
wilayah lain. Tidak kurang 137 jenis burung menghuni Pamurbaya. Beberapa di antaranya
merupakan burung khas hutan bakau. Seperti Sikatan bakau (Cyornis ruIigastra). Ada 23 jenis
burung migran yang setiap tahun singgah di Pamurbaya.
Selain itu, Pamurbaya juga menjadi rumah beberapa beberapa burung endemik (hanya ada)
Pulau Jawa. Misalnya Cerek jawa (Charadrius javanicus) dan juga habitat terakhir Bubut jawa
(Centropus nigroruIous).
Selain jenis burung yang merupakan penghuni utama, di Pamurbaya juga masih dijumpai
kelompok-kelompok liar Monyet ekor panjang (Macaca Iascicularis). Mereka hidup
berkelompok (koloni) yang terdiri dari beberapa jantan dan betina namun hanya satu pejantan
dominan. Makanan utamanya ialah dedaunan muda dan buah-buahan bakau seperti Pidada
(Sonneratia caseolaris). Terdapat beberapa koloni Monyet ekor panjang yang menghuni
Pamurbaya. Setiap koloni memiliki anggota antara 5 hingga 20-an ekor.
Monyet ekor panjang di Pamurbaya memiliki peranan yang penting. Karena monyet jenis ini
membantu penyebaran biji-bijian tumbuhan hutan bakau. Caranya, saat mengkonsumsi buah-
buahan hutan bakau, biji buah yang tak dapat dicerna akan dikeluarkan kembali bersama dengan
kotorannya. Biji inilah yang akan tumbuh menjadi pohon bakau di kemudian hari.
Pamurbaya juga menjadi lokasi pengungsian bagi spesies reptilia. Seperti: ular Sanca (Phyton
reticulatus), Biawak (Varanus salvator), Percil Jawa (Microhyla acanthine) dan ular Tambak
(Cerberus rhynchops).
Ikan-ikan yang sering dijumpai di pamurbaya adalah ikan domestik yang banyak menjadi
komoditas tambak. Diantaranya Mujaer, Manyung, Wader, Sembilang, dan sebagainya.
http://pamurbaya.com

8A8 8A8u
Keanekaragaman hayati yang ada begitu memukau. Tak salah bila tempat ini tumbuh jadi
wahana ekowisata andalan Kota Surabaya.
Dari beberapa penilitian diperoleh data kelayakan pengembangan wilayah di Pantai Timur
Surabaya (Pamurbaya). Ditambah misi awal untuk mengembalikan hutan mangrove akibat
penebangan liar. Hingga misi ini akhirnya berkembang menjadi konsep ekowisata. Konsep
ekowisata Hutan Mangrove Wonorejo, disamping menjaga dan mengembalikan hutan mangrove,
juga ada pendidikan, pelatihan dan pengelolaan hutan mangrove yang berkesinambungan.
Pengembangan ini berdasar pada kajian menyeluruh dari berbagai aspek mengenai kondisi Hutan
Mangrove (hutan bakau) di Pamurbaya. Sehingga nantinya diperoleh inIormasi guna melandasi
kebijakan pengelolaan dan pengembangan kawasan ini di masa mendatang.
Maka di atas lahan seluas seluas 871 hektar yang masuk wilayah Medokan Ayu, Gunung Anyar
dan Wonorejo, terus dilakukan penghijauan berupa penanaman pohon mangrove. Serta ditambah
dengan upaya pelestarian habitat satwa yang diketahui dapat tinggal di hutan mangrove.
Menurut inIormasi Ahmad Suwandi, sumber EastJava Traveler selaku
Direktur program YAPPIKM (Yayasan Penguatan Partisipasi InisiatiI dan Kemitraan
Masyarakat) menjelaskan, di dalam kawasan hutan mangrove terdapat jenis Flora, yakni 8
spesies mangrove di Wonorejo, 12 di Medokan Ayu, 9 di Gunung Anyar. Sebaran mangrove
terkonsentrasi dan tersebar, sangat ideal bagi zonasi kawasan. Sedangkan untuk Fauna, yakni
burung hingga sementara ini sudah didata ada sebanyak 137 spesies, serangga tercatat 53 spesies,
mamalia tercatat 7 spesies, herpetoIauna ada 10 spesies, ikan ada 18 spesies, dan crustaceae 7
spesies.
Mengetahui potensi keanekaragaman hayati yang ada pada kawasan ini, sehingga kemudian
dikembangkan sebagai wilayah konservasi dengan bentuk kawasan lindung. Di dalam
pengelolaannya di bawah naungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerjasama dengan
beberapa instansi serta LSM terkait.
Keberadaannya pun kelak diharapkan dapat mendukung prosentase
keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Surabaya, mengakomodasi keberadaan sempadan
sungai, kawasan pasang surut dan tanah timbul sebagai bagian dari kawasan konservasi.
Nantinya memungkinkan keterlibatan unsur masyarakat, akademisi, swasta dan pemimpin
inIormal di masyarakat sebagai pemangku kepentingan dalam pengelolaannya.
Terkait dengan potensi yang di dalam wilayah hutan mangrove Pamurbaya, dalam sebuah
kesempatan Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono mengaku bangga dan tertantang untuk
terus mengembangkan wilayah Pamurbaya. 'Ini patut disyukuri, mudah-mudahan dengan
pemeliharaan dan konservasi yang benar dan bagus, keberagaman spesies burung tersebut dapat
terus lestari, ujarnya.
Bambang DH juga mengatakan, jika kawasan ini dapat dikelola dan dikembangkan lebih baik
lagi menjadi kawasan wisata keluarga yang tidak sekedar menikmati hutan mangrove saja, tetapi
sekaligus mengenal berbagai jenis spesies mangrove, dan habitat satwa yang ada temasuk aneka
spesies burung. Baik dari sisi ekowisata, riset, dan pendidikan lingkungan hidup harus ada.
Khususnya bagi masyarakat umum.
4wsata Manr4;0
Sejak diresmikan sebagai Wisata Mangrove Pamurbaya oleh Walikota Surabaya Bambang DH
pada 1 Januari 2010 lalu, hutan mangrove langsung jadi serbuan para wisatawan dan peneliti.
Selain rasa penasaran dan keindahan alam yang dapat dirasakan, selama perjalanan pengunjung
dapat memperoleh banyak pengalaman menarik dari sebuah penjelajahan wisata alam ini.
Terutama pada sisi edukasi alam sesuai dengan konsep ekowisata yang diterapkan.
Wisata alam itu kini pengelolaannya dipegang Lembaga Ekowisata
Wonorejo dan Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Nirwana EksekutiI, Wonorejo,
Kecamatan Rungkut.
Untuk bisa menikmati pemandangan hutan ekosistem hutan mangrove dapat dilakukan dengan
dua cara, pertama dengan melewati jalur track atau jalan setapak yang dibuat oleh petani tambak
setempat untuk menuju hutan mangrove. Kedua, menggunakan jalur pantai dengan perahu atau
boat yang dapat disewa dari dermaga dekat Bozem Wonorejo.
Di perjalanan jalur pantai, selain bisa menikmati segarnya hawa pesisir, pengunjung bisa
berkeliling menyusuri kawasan pantai berhutan bakau. Pengelola telah menyiapkan sebuah
perahu motor berkapasitas maksimal 20 orang untuk mencapai lokasi hutan mangrove. Untuk
pengamanan, pengelola juga menyediakan pelampung dan Iasilitas wisata lainnya.
Perahu yang disewa-kan tersebut biasanya bergerak mulai dari dermaga Sungai Wonorejo
menuju Selat Madura. Para pengunjung bisa menikmati rimbunnya hutan mangrove, burung-
burung yang beterbangan dan hinggap di ranting-ranting pohon mangrove. Selain itu kita dapat
mengetahui kekayaan alam yang ada.
Salah satu contoh yang ada di kawasan Pamurbaya juga terdapat Ekowisata Mangrove Wonorejo
(EWM) yang menjual rehabilitasi, edukasi, dan rekreasi. Pengelola juga menyediakan sistem
paket untuk jalur wisata. Yakni paket wisata lengkap dengan konsumsi.
Untuk makanan khas warga Desa Wonorejo, akan menyiapkan bandeng
lempung, sirup yang terbuat dari buah mangrove dan berbagai aneka makanan dari buah
mangrove. Bahkan juga disiapkan cinderamata berupa kerajinan batik dengan motiI mangrove
dengan berbagai corak yang menarik. Namun, bila Anda tak ingin memanIaatkan jasa paket,
akan dikenai biaya naik perahu senilai Rp 20 ribu per orang dewasa dan Rp 10 ribu per anak-
anak.
Akses mencapai lokasi cukup mudah dituju. Warga masyarakat harus menempuh jarak sekitar
lima kilometer dari Jembatan MERR II-C yang ada di kawasan Pondok Nirwana atau Stikom
Surabaya. Dari jembatan itu, pengunjung berjalan ke arah timur melewati IPH School, pangkalan
taksi Orenz, hingga menemui penunjuk arah menuju Ekowisata Mangrove Wonorejo. Jarak
tempuh dari titik itu hingga ke lokasi sekitar 3 kilometer.
Setelah mengikuti jalur itu, pengunjung akan menemui jalan makadam hingga menjumpai
Boezem Wonorejo. Jalan itu dapat ditempuh dengan berbagai macam jenis kendaraan, baik
sepeda motor maupun mobil. Hanya saja, perlu jadi catatan jika musim hujan jalannya sulit
dilalui. Karena masih belum dibuat jalan makadam dari akses itu. Sepanjang perjalanan Anda,
akan merasakan nikmatnya pemandangan pepohonan dan danau tambak yang menghampar di
kanan kiri kita lengkap sepoi angin menyapa.
Untuk mengetahui kekayaan alam di Hutan Mangrove Wonorejo, pengunjung harus menyusuri
dengan menggunakan perahu. Selama berada di perahu, tamu akan dipandu pemandu wisata dari
pemuda-pemudi karang taruna setempat. Dari dermaga Bozem Wonorejo, perjalanan perahu
hingga sampai di tempat berlabuh di pos pantau hutan mangrove lama perjalanan adalah sekitar
20 menit.
Hanya saja lantaran Ekowisata Mangrove Wonorejo ini dibilang masih baru, tak salah bila saat
kita berkunjung ke sana dapat dijumpai adanya beberapa kekurangan. Berupa sarana Iasilitas
pendukung bagi kenyamanan pengunjung. Seperti tersedianya dermaga yang layak untuk
wisatawan, tempat duduk untuk menunggu perahu bersandar, mulusnya akses jalan, rest area,
dan lahan parkir kendaraan yang teduh.
Sembari menunggu beberapa pembenahan di beberapa sektor lainnya, pihak pemerintah dalam
hal ini melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya berupaya maksimal untuk
gencar melakukan promosi. Dari hasil ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke
Ekowisata Mangrove.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, pihaknya
akan membantu pihak-pihak terkait yang ada di Kecamatan Rungkut selaku pengelola dan
pemeliharan wisata mangrove, dukungan itu berupa promosi secara terus-menerus tentang
ekowisata mangrove yang ada di wilayah ini.
'Kami akan mencoba mempromosikan wisata mangrove dengan menarik wisata kapal pesiar
yang memang ada rute di Indonesia. Kami berupaya untuk memasukkannya ke Surabaya dengan
akses jalur Pantai Timur Surabaya, kata Wiwiek dalam sebuah kesempatan pada para wartawan.
Selain itu, kata Wiwiek, pihaknya juga akan melakukan promosi lainya di bidang seni dan
budaya. Harapannya ke depan di wisata bakau tersebut akan sering diadakan kegiatan seni
budaya sehingga bisa menarik pengunjung atau para wisatawan. 'Tentunya promosi ini juga
harus diimbangi dengan kegiatan seperti pengoptimalan dan penyediaan inIrakstruktur lainnya,
tambahnya.
P005asan K0ra
Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga keseimbangan hayati dan minat wisatawan berkunjung
Ekowisata Hutan Mangrove Pamurbaya. Selain dengan terus meningkatkan populasi mangrove,
penjagaan spesies Ilora maupun Iauna lainnya yang tinggal di sana. Juga ada sebuah upaya
kepedulian lingkungan hidup, salah satunya dengan pelepasan kera di dalam hutan.
Habitat kera di dalam kawasan hutan mangrove Wonorejo sebenarnya sudah ada, tetapi
populasinya dalam jumlah kecil. Kera yang ada adalah jenis kera laut atau kera berekor panjang.
Maka, agar tidak punah, instansi di Kecamatan Rungkut beberapa waktu lalu melepas kera ekor
panjang ke konservasi wisata hutan mangrove di Wonorejo.
Upaya ini juga mendapat dukungan dan perhatian dari Walikota Surabaya Bambang DH, dengan
melakukan pelepasan kera ke hutan mangrove. 'Kera yang kami lepas ini sudah jinak, jadi
pengunjung tak perlu takut karena kera-kera itu mudah bersahabat dengan siapa saja, ujar
Bambang.
Terkait dengan upaya pelestarian di wilayah konservasi ini, Camat Rungkut Irvan Widiyanto
berharap agar masayarakat yang berada di sekitar kawasan konservasi wisata hutan mangrove,
ikut menjaga dan melestarikan ekosistem kera maupun tanaman mangrove yang ada. Keberadaan
hutan mangrove ini menyedot kedatangan 147 spesies burung.
Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pamurbaya, 12 spesies termasuk jenis yang
dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam,
mandar padi, mandar batu, dan kowak malam, karena kawasan itu jadi tempat persinggahan
ribuan burung migran setiap tahun. Ada 44 jenis burung migran yang singgah di Pamurbaya,
terutama berasal dari Australia menuju Eropa.
8A8 8A8u
SURABAYAsuaraawan.c4m Sebagai warga negara yang baik, harusnya kita bisa menjaga
kelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitar kita. Karena lingkungan juga bagian penting
dari kehidupan.
Berbagai kegiatan bisa kita lakukan untuk melestarikan lingkungan. Seperti kegiatan penanaman
1.500 pohon yang digelar PT HM Sampoerna Tbk. Sabtu kemarin (24/09), PT HM Sampoerna
Tbk. ('Sampoerna) melakukan Penanaman 1.500 Pohon Mangrove dan Bersih-Bersih Sampah
di Hutan Mangrove, Wonorejo, Surabaya.
Kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-98 Sampoerna.
Digelarnya kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan budaya sadar lingkungan para anggota
Sampoerna Volunteers Club ('SVC).
Sampoerna Volunteers Club ('SVC) adalah wadah bagi karyawan Sampoerna untuk turut
berperan serta dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.
'Semoga acara yang kami lakukan dapat menjadi inspirasi pihak-pihak lainnya untuk turut serta
berpartisipasi aktiI dalam menjaga ekosistem Hutan Mangrove, Wonorejo, Surabaya, terang
Mochammad Yoso Ichsanto, External Communications PT HM Sampoerna Tbk(dm/jto)
K0t0ranan 4t4 Para Karyawan PT HM Sam540rna Yan M0auan P0nanaman
Manr4;0 D

Anda mungkin juga menyukai