Oleh :
ABSTRAK
Mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang cukup penting dalam melindungi
pantai dari erosi maupun abrasi. Aktifitas pemanfaatan hutan mangrove yang
bersifat destruktif dapat berpengaruh terhadap tingkat keragaman jenis pada
suatu kawasan. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang
keragaman jenis dan potensi pemanfaatan mangrove di kawasan Cagar Alam
Maubesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan Cagar Alam Maubesi
berhasil diidentifikasi sebanyak 22 jenis mangrove dari 15 famili terdiri dari 17
jenis mangrove sejati dan 5 jenis mangrove ikutan. Famili Rhizophoraceae
merupakan famili dengan jumlah jenis paling banyak dibanding dengan famili
yang lain yaitu sebanyak 6 jenis. Beberapa jenis yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Maubesi sebagai bahan makanan
maupun obat yaitu: Rhizophora mucronata, Acanthus ilicifolius, Avicennia alba,
Bruguera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Acrostechum aereum, dan Scaevola taccada.
Kawasan Cagar Alam Maubesi juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata, lokasi
penelitian maupun untuk tujuan lainnya. Masyarakat sekitar memanfaatkan
kawasan mangrove sebagai tempat penangkapan ikan, kepiting, kerang dan
udang sehingga menjadi sumber mata pencaharian sebagian masyarakat.
Partisipasi semua pihak dalam menjaga ekosistem diperlukan untuk menjamin
kelestarian kawasan dan keberlanjutan fungsi dan manfaatnya.
A. Pendahuluan
B. Tujuan
10
Analisis vegetasi di hutan mangrove CA Maubesi dilakukan pada tahun
2013 (Hidayatullah dkk, 2013). Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa
kawasan ini memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi yaitu sebanyak 22 jenis:
17 jenis mangrove sejati dan 5 jenis mangrove ikutan. Analisis vegetasi dilakukan
pada 7 (tujuh) lokasi yaitu: 1). Minerai Morukken, 2). Wesuma, 3). Rehenek Bosu,
4). Uarat, 5). Masinlulik, 6). Ulunaruk dan 7). Tahak. Keragaman jenis hutan
mangrove pada CA Maubesi merupakan salah satu yang tertinggi di NTT setelah
hutan mangrove pada kawasan TN Komodo (24 jenis: 22 jenis mangrove sejati
dan 2 jenis mangrove asosiasi) (Jafar, 2007; Talib, 2008; Seno, 2012; Hidayatullah,
2012). Keragaman jenis mangrove pada kawasan CA Maubesi dapat dilihat pada
Tabel 1.
D. Pemanfaatan Mangrove
12
Pada wilayah NTT, seperti wilayah Timor Barat, Flores, Sumba, Sabu dan
Alor, masyarakat memanfaatkan buah mangrove sebagai pengganti beras dan
jagung pada waktu terjadi krisis pangan (Fortuna, 2005). Masyarakat di
Kabupaten Lembata-NTT, sudah terbiasa mengkonsumsi buah mangrove dan
kacang hutan sebagai pangan lokal pada waktu tertentu. Buah mangrove jenis
lindur (Bruguiera gymnorrhiza) secara tradisional diolah menjadi kue, dicampur
dengan nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa mengandung energi
dan karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan melampaui berbagai jenis pangan
sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras, jagung,
singkong atau sagu (Sadana, 2007)
Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat di sekitar kawasan CA Maubesi
Kabupaten Malaka juga masih sangat terbatas, meskipun sebagian masyarakat
sudah ada yang mengolah mangrove sebagai bahan baku dalam pembuatan
obat-obat tradisional dan bahan pangan alternatif. Beberapa bentuk
pemanfaatan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar CA Maubesi
terlihat pada Tabel 2.
13
Jenis (Nama Ilmiah Bagian yang
No Kegunaan Cara Pemanfaatan
dan Nama Lokal) dimanfaatkan
indicus/Asam jawa
14
Tabel 3. Pemanfaatan mangrove pada beberapa wilayah di Indonesia
No Jenis Pemanfaatan Keterangan
1 Sonneratia Digunakan sebagai bahan campuran S. caseolaris
caseolaris dan panganan. Buah Pedada bisa dimakan dengan ciri buah
Sonneratia alba langsung atau diminum dalam bentuk yang besar dan
(Pedada) jus. Ketika dimasak akan muncul aroma harum.
keasaman.
Beberapa jenis olahan dengan bahan
utama jenis Sonneratia sp : wajik pedada,
lempok pedada, jus pedada, permen
pedada, dodol pedada, sabun cair
pedada dan sirup pedada.
2 Nypa fruticans Bagian isi buah nipah bisa dimakan Nipah satu-
secara langsung. Nira nipah juga bisa satunya spesies
(Nipah)
disadap dan dijadikan minuman segar palem yang
atau dimasak menjadi gula merah. Selain tumbuh di hutan
itu, juga bisa dijadikan cuka-makan dan mangrove.
obat-obatan tradisional.
Beberapa jenis olahan dengan bahan
utama jenis Nypa fructicans : Gula nipah,
kolak nipah dan wedang instan nipah.
3 Bruguiera sp Proses pemanfaatan buah Tancang
adalah pengupasan kulit buah,
(Tancang)
pemecahan buah (agar cepat lunak
ketika dimasak), dan perebusan dengan
air sampai matang. Air bekas rebusan
harus dibuang di tempat aman karena
mengandung racun.
Setelah direbus lalu direndam selama 2–
3 x 24 jam. Kemudian, barulah buah
Tancang dapat langsung dimasak,
biasanya dicampur dengan beras
(perbandingan 1:1 atau 1:2) atau
dikeringkan untuk disimpan apabila
diperlukan dalam jangka waktu lama.
Tepung lindur merupakan hasil olahan
utama dari jenis ini, selanjutnya dibuat
menjadi beragam bahan panganan lain.
4 Acrostichum Tunas muda Piyai berukuran lebar, Merupakan jenis
aureum dan A. merah atau merah kekuningan, paku-pakuan yang
speciosum (Piyai) mengkilap dan licin. Dapat dimakan tumbuh langsung
mentah, tapi lebih sering dijadikan urap. di hutan
mangrove.
5 Acanthus Daun diolah menjadi teh herbal karena Banyak ditemukan
ilicifolius dan A. memiliki khasiat obat. Jenis yang tidak pada tanah lunak
Ebracteatus berduri biasanya dijadikan sebagai yang berlumpur di
makanan ternak. sepanjang
bantaran sungai.
Jenis olahan dengan bahan utama jenis Seringkali
15
No Jenis Pemanfaatan Keterangan
Acanthus ilicifolius : kerupuk jeruju. dominan di area
mangrove yang
telah ditebangi.
6 Avicennia spp Tahapan pemanfaatan api-api sebagai Api-api tersebar di
(api-api) berikut : sebagian pantai
- Kupas kulitnya dan ambil bagian Indonesia dan
dalamnya saja. merupakan jenis
- Buah yang telah dikupas dibelah jadi 4 pionir pada zona
bagian. Lepaskan putik dari buahnya. terdepan. Bisa
- Rebus dalam air mendidih hingga tumbuh dengan
lunak (sekitar 30 menit), mudah dan cepat,
- sambil terus mengganti air rebusan. dengan
Lalu taburi dengan abu peremajaan alami
- gosok secukupnya sambil diaduk yang sangat cepat.
hingga rata.
- Angkat dan cuci hingga warnanya
berubah kehijauan.
- Rendam dalam ember yang agak
besar selama dua hari.
- Setiap enam jam ganti airnya untuk
mempercepat proses penghilangan
racunnya.
- Api-api siap diolah dan dijadikan
makanan.
Beberapa jenis olahan pangan dengan
bahan utama tepung api-api : tepung
agar-agar api-api, bolu api-api, onde-
onde api-api, bingka api-api, combro
api-api, keripik api-api, kerupuk api-
api, keu talam, puding api-api, kue
bugis dan kolak api-api.
7 Xylocarpus Bagian yang umum digunakan adalah Pohon dapat
granatum biji. mencapai
(Nyirih) Biji Xylocarpus granatum dipotong tipis- ketinggian 10-20
tipis lalu keringkan, setelah kering m. Memiliki akar
dihaluskan dan disaring atau buah papan yang
Xylocarpus granatum ambil bijinya, melebar ke
rendam 1 hari dengan air dan arang, samping, meliuk-
potong tipis-tipis lalu blender. liuk dan
membentuk
Beberapa jenis olahan pangan dengan
celahan-celahan.
bahan nyirih yaitu bedak dingin nyirih
dan lulur nyirih
Sumber : Priyono, A. dkk (2010).
E. Penutup
17
kerang maupun udang cukup melimpah sehingga keberadaan kawasan ini perlu
terus dijaga kelestariannya.
Daftar Pustaka
BBKSDA, 2010. Buku Informasi Kawasan Balai Besar Konservasi Sumberaya Alam
Nusa Tenggara Timur. BBKSDA NTT. Kupang.
Bengen, D., 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.
BPHM Wilayah I Bali, 2011. Statistik Pembangunan. Balai Pengelolaan Hutan
Mangrove Wilayah I, Denpasar – Bali.
Fortuna, 2005. Ditemukan buah mangrove sebagai Makanan Pokok.
www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016
Hidayatullah, M. dkk 2013. Kajian Model Pemanfaatan Dan Nilai Sosial Ekonomi
Hutan Mangrove. Laporan Hasil Penelitian pada Balai Penelitian
Kehutanan Kupang. Tidak di Publikasikan
Jafar, Suryani, Anbyah dan Jumini, 2007. Analisis Kerusakan Ekosistem Mangrove
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi di Perairan Teluk Kupang - Kota
Kupang. LIPI.
Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan 2013. Jakarta
Noor, Y. R, Khazali, M dan Suryadiputra, I. N. N, 2006. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Wetlands International.
Priyono, A dkk. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove.
KeSemaT. Semarang
Purnobasuki, H. 2011. Potensi Buah Mangrove sebagai Alternatif Sumber
Pangan. http://herypurba-fst.web.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2016
Sadana, D. 2007. Buah Aibon di Biak Timor mengandung Protein Tinggi. Situs
Resmi Pemda Biak.
Seno, A, 2012. Potensi Mangrove di Taman Nasional Komodo. Diakses di situs
resmi Taman Nasional Komodo : http://komodo-
park.com/images/downloads/Potensi_Mangrove_di_Taman_Nasional_K
omodo.pdf diakses pada tanggal 6 Februari 2014.
Suryawan, F. 2004. Keanekaragaman vegetasi mangrove pasca tsunami di
kawasan pesisir pantai timur Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal
Biodefersitas, Jurusan Biologi FMIPA - Universitas Syiah Kuala. Volume 8
Nomor 4.
Spalding, M. Kainuma, M.,Collins L. 2010. World Atlas of Mangroves. The Nature
Conservancy, UK.
Santoso, N, Nurcahya, B. C, Siregar A. F, Farida, I. 2005. Resep Makanan
Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Lembaga Pengkajian
dan Pengembangan Mangrove
Talib, M. F, 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove serta
Makrobentos yang Berkoeksistensi di Tanah Merah dan Oebelo Kecil
18
kabupaten Kupang. Skripsi pada Program Studi Ilmu dan Tekologi
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB.
Wirasantosa, R., S. Nurhakim, L. Adrianto, D. Nugroho, C. dos Santos Silva. 2011.
ATSEA Thematic Reports on The Arafura and Timor Seas Region. Report
prepared for the Arafura Timor Seas Ecosystem Action (ATSEA)
Program. 263ps.
19