Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang
memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan
dekomposisi bahan organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata
rantai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada
di perairan sekitarnya. Materi organik menjadikan hutan mangrove sebagai
tempat sumber makanan dan tempatasuhan berbagai biota seperti ikan, udang
dan kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut sangat bergantung
dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan mangrove. Berbagai
kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi dengan
tumbuhan penyusun hutan mangrove (Ana, 2015).
Mangrove adalah pohon tropis yang tumbuh subur dalam kondisi yang
tidak dapat ditoleransi sebagian besar kayunya bersifat asin, perairannya yang
pesisir, dan pasang surut yang tak ada habisnya. Berkat kemampuannya
menyimpan karbon dalam jumlah besar, bakau adalah senjata utama dalam
perang melawan perubahan iklim, tetapi terancam di seluruh dunia. Dengan
melindungi hutan bakau, kita dapat membantu melindungi masa depan planet
kita (Taluke, 2019).
Hutan mangrove merupakan hutan pantai yang airnya naik pada saat air
pasang dan turun pada saat air surut. Mangrove ditemukan di daerah pesisir
tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ada 1.81.000 kilometer persegi hutan
bakau di dunia; Namun saat ini, luas total hutan ini telah berkurang menjadi
kurang dari 150.000 kilometer persegi. Sejauh ini, hutan tersebut telah
ditemukan di 102 negara, namun hanya 10 negara yang memiliki lebih dari
5.000 kilometer persegi hutan bakau (Yanto, 2016).
Indonesia memiliki biodiversitas sumberdayan laut terbesar di dunia
karena memiliki kekhasan ekosistem pesisir dan laut seperti hutan mangrove,
terumbu karang dan padang lamun. Besarnya potensi sumberdaya laut yang
dimiliki Indonesia saat ini, sangat potensial untuk dikembangkan dalam sektor
pariwisata laut. Pencemaran lingkungan akan mengakibatkan penurunan
kualitas air dan berdampak pada kehidupan biota laut yang hidup di
dalamnya. Populasi biota laut yang mendiami wilayah pantai dapat dijadikan
sebagai indikator kualitas perairan. Hal ini dikarenakan seluruh hidupnya
berada di perairan. Sebagian besar biota air yang dapat digunakan sebagai
bioindikator dapat berupa hewan maupun tumbuhan. (Muzzamil, 2021).
Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh
kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam
ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut (marine biology).
Tidak kurang dari 833 jenis tumbuh-tumbuhan dilaut (alga, lamun dan
mangrove), 910 jenis karang (Coelenterata), 850 jenis spon (Porifera), 2500
jenis kerang dankeong (Mollusca), 1502 jenis udang dan kepiting
(Crustacea),745 hewan berkulitduri( Echinodermata), 2000 jenis ikan
( Pisces), 148 jenis burung laut (Aves), dan30 jenis hewan menyusui
(Mammalia), diketahui hidup di laut. Di samping itu tercatat juga tujuh jenis
penyu dan buaya (reptilia) (Arifin, 2019).
Dengan adanya praktikum lapangan unit 12 yang belajar tentang biota
laut dan mangrove, kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis
biota laut dan mangrove. Dan juga kita dapat melestarikan ekosistem
mangrove dan menghindarkan jenis-jenis biota lau dari kelangkaan atau
kepunahan.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengenal ekosistem mangrove
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove
3. Untuk mengenal jenis-jenis biota laut
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat mengenal ekosistem mangrove
2. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis mangrove
3. Dapat mengenal jenis-jenis biota laut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kata mangrove konon berasal dari kata mangal yang artinya komunitas
tumbuhan. Ada juga yang mengatakan bahwa mangrove berasal dari kata mangro
yang merupakan nama umum Rhizophora mangle di Suriname. Macnae dan Rusila
menyatakan bahwa kata mangrove merupakan gabungan dari bahasa Portugis mango
dan bahasa Inggris grove. Hutan mangrove merupakan hutan pantai yang airnya naik
pada saat air pasang dan turun pada saat air surut. Mangrove ditemukan di daerah
pesisir tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ada 1.81.000 kilometer persegi hutan
bakau di dunia; Namun saat ini, luas total hutan ini telah berkurang menjadi kurang
dari 150.000 kilometer persegi. Sejauh ini, hutan tersebut telah ditemukan di 102
negara, namun hanya 10 negara yang memiliki lebih dari 5.000 kilometer persegi
hutan bakau (Sawitri, 2013).

Mangrove adalah salah satu diantara sedikit tumbuh-tumbuhan tanah


timbulyang tahan terhadap salinitas laut terbuka. Mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang
tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.vegetasi
mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi tanah yang
tergenang, kadar garam yang tinggi, serta kondisi tanah yang kurangstabil. Hutan
mangrove merupakan ekosistem yang paling bervariasi dalam kelompok tumbuhan,
struktur dan laju pertumbuhan, serta memiliki nilai ekologis dan sosialekonomi yang
sangat penting. Adaptasi pohon mangrove terhadap kadar oksigen yang rendah adalah
dengan memiliki bentuk perakaran yang khas, yaitu (1) bertipe /akar ayam yang
mempunyai pneumato misalnya Avicennia sp, Xylocarpus sp., dan Sonneratia sp.
Untuk mengambil oksigen dari udara dan (2) bertipe penyangga/ tongkat yang
mempunyai lentisel misalnya Rhizopora spp. Adaptasi pohon mangrove terhadap
kadar garam tinggi,yaitu dengan (1) memiliki sel-sel khusus dalam daun yang
berfungsi untuk menyimpan garam (2) berdaun tebal dan kuat yang banyak
mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam dan (3) daunnya memiliki
struktur stomata khususuntuk mengurangi penguapan. Adaptasi mangrove terhadap
tanah yang kurang stabildan adanya pasang surut adalah dengan mengembangkan
struktur akar yang sangat ekstensi dan membentuk jaringan horizontal yang
lebar .Hutan mangrove meliputi pohon-pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas
12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Ceriops,
Xylocarpus, Lumnizera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, Conocarpus)
yang termasuk ke dalam 8 famili (Tumangger, 2019).

Tipe perakaran mangrove terbagi menjadi lima yaitu : 1.) akar tongkat (akar
tunjang : akar egrang ; prop root; stilt rootakar), ini merupakan modifikasi dari
cabang batang yang menancap pada substrat. 2.) Akar lutut (knee root), akar ini
adalah modifikasi dari akar kabel yang tumbuh kearah substrat dan melengkung agar
menancap pada substrat. 3.) Akar cakar ayam (akar pasak ;akar napas;
pneumatophore), yang mencuat ke atas setinggi 10-30 cm dari permukaan substrat.
4.) Akar papan (buttress root), akar ini mirip dengan akar tongkat akan tetapi
bentuknya melebar dan melempeng, 5.) Akar gantung (aerial root), akar gantung
adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah
tetapi biasanya tidak mencapai substrat, akar gantung terdapat pada Rhizophora,
avicennia, dan acanthuus (Sugiyanto, 2016).

Ada jenis biota laut yang sangat lumrah ditemukan yaitu algae, Algae dapat
hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupundaratan (terestrial) yang
terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Algae laut mempunyai
peranan yang sangat penting di dalam siklusunsur-unsur di bumi, mengingat jumlah
massanya yang sangat banyak yangkemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di
daratan. Beberapa algae laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan
invertebratatertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Algae
terestrialdapat hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain. Algae darat
dapat bersimbiosis dengan jamur dan membentuk lumut kerak (Lichenes). Pada
lichenesalgae bertindak sebagai fikobion, sedangkan jamur sebagai mikobion. Algae
yangdapat membentuk Lichenes adalah anggota dari Chlorophyta, Xanthophyta, dan
algae hijau biru (Cyanobacteria) yang termasuk bakteri. Fikobion memanfaatkansinar
matahari untuk fotosintesa, sehingga dihasilkan bahan organik yang dapat
dimanfaatkan oleh mikobion dan masih banyhak lagi jenis biota laut yang mudah
diidentufikasi dan dipahami bersama-sama (Arifin, 2019).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal : Rabu, 13 Desember 2023
Waktu : 06.40-12.00 WITA
Tempat : Tempat Wisata Pantai Baluno, Sendana
B. Alat dan Bahan
1. Alat tulis menulis
2. Toples plastik
3. Kamera
C. Prosedur Kerja
1. Disapkan alat yang diperlukan saat praktikum.
2. Didengarkan instruksi dan arahan dari asisten atau dosen pembimbing.
3. Berjalan ke lokasi secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten
pendamping.
4. Diabadikan jenis mangrove yang dilihat.
5. Diidentifikasi jenis mangrove yang didapat dan menyusun
kalsifikasinya.
6. Diamati jenis biota laut yang terdapat pada lokasi.
7. Diidentifikasi jenis biota laut yang didapat dan menyusun
klasifikasinya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Mangrove
a. Bakau Kurap (Rizhopora mucronate)

Gambar Keterangan
1. Bunga yang majemuk
2. Buah yang memanjang
3. Daun berbentuk elips
4. Batang berwarna coklat
yang gelap

b. Bakau butong (Brugueira cylindrica)

Gambar Keterangan
1. Buah yang memanjang
2. Daun yang hijau mengkilap
3. Daun berbentuk bulat
seperti telur

c. Bakau api-api putih (avicennia marina)

Gambar Keterangan
1. Akar seperti paku
2. Daun berwarna putih
pada bagian bawah
3. Bentuk buah seperti
mangga

d. Bakau pedada (ssonnerita alba)

Gambar Keterangan
1. Daun yang berbentuk
bulat
2. Bentuk bunga yang
seperti lonceng
3. Buah yang berbentuk
seperti bola

2. Biota laut
a. Siput (Crypraea pantherina)

Gambar Keterangan
1. Tubuh bertekstur lunak
2. Punya kaki yang pendek
3. Memiliki mata tentakel
4. Cangkang bulat yang
berwarna mengkilap dan
punya corak yang unik

b. Bintang laut ular

Gambar Keterangan
1. Lengan
2. Tubuh
3. Tube feet
4. Duri
5. Medreportit
c. Landak Laut

Gambar Keterangan
1. Duri
2. Mulut
3. Tubuh

d. Taripang

Gambar Keterangan
1. Mulut
2. Ventrial perut
3. Kaki tabung
4. Anus
5. Punggung
6. Papilla
e. Gurita (osctopus)

Gambar Keterangan
1. Kepala
2. Tubuh
3. Tentakel
4. Mata

B. Pembahasan
1. Mangrove
a. Bakau Kurap (rhizopora muconata)
Adapun klasifikasinya sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Rhizophorales
Famili : Rhizhoporaceae Pers.
Genus : Rhizophora L.
Spesies : Rhizophora mucronata
Nama ilmiahnya adalah Rhizophora mucronata Poir. Juga disebut
dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam, dan lain-
lain. Bakau kurap memiliki kulit batang berwarna gelap hingga
berwarna hitam. Bagian kulitnya terdapat pecahan bergaris horizontal.
Diameter batangnya dapat mencapai 70 cm. Sementara tinggi
pohonnya umumnya dapat mencapai 27 meter. Bakau kurap dengan
tinggi pohon melebihi 30 meter sangat jarang ditemukan.[1] Bunga
berkelompok, 4–8 kuntum. Daun mahkota putih, berambut panjang
hingga 9 mm. Buah bentuk telur, hijau kecokelatan, 5–7 cm. Hipokotil
besar, kasar, dan berbintil. Panjang 36–70 cm. Leher kotiledon kuning
jika matang. Sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih
toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih
menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus; jarang
sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas
mulai dari Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara,
kepulauan Nusantara, Melane, ia dan Mikronesia. Diintroduksi ke
Hawaii.
Karakteristik dan ciri-ciri pohon bakau hitam antara lain sebagai
berikut:
1) Daun: Daun berkulit. Gagang daun bakau hitam berwarna hijau
dan memiliki panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada
pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Letak masing-
masing daun bersifat sederhana dan berlawanan. Bentuk daun
berupa elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung daunnya
meruncing dan ukuran masing-masingnya 11-23 x 5-13 cm.
2) Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual,
masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya
2,5-5 cm. Letak bunga berada di ketiak daun. Formasi bunga
pohon bakau hitam berkelompok (4-8 bunga per kelompok).
Daun mahkota berjumlah 4, berwarna putih dan mempunyai
rambut-rambut sepenjang 9 mm. Bunganya memiliki 4 kelopak,
berwarna kuning pucat, dan panjangnya 13-19 mm. Benang sari
pada bunga tanaman bakau hitam berjumlah 8 dan tidak
bertangkai.
3) Buah: Buah cenderung lonjong/panjang hingga berbentuk telur
berukuran 5-7 cm dan berwarna hijau-kecoklatan. Tekstur
buahnya seringkali kasar di bagian pangkal dan berbiji tunggal.
Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning
ketika matang. Ukuran hipokotil memiliki panjang 36-70 cm dan
diameter 2-3 cm.
b. Bakau butong (Brugueira cylindrica)
Adapun klasifikasi dari bakau butong adalah :
Kingdom : plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguirea Cylindrica
Pohon selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang melebar ke
samping di bagian pangkal pohon, ketinggian pohon kadang-kadang
mencapai 23 meter. Kulit kayu abu-abu, relatif halus dan memiliki
sejumlah lentisel kecil. Tumbuh mengelompok dalam jumlah besar,
biasanya pada tanah liat di belakang zona Avicennia, atau di bagian
tengah vegetasi mangrove kearah laut. Jenis ini juga memiliki
kemampuan untuk tumbuh pada tanah/substrat yang baru terbentuk
dan tidak cocok untuk jenis lainnya. Kemampuan tumbuhnya pada
tanah liat membuat pohon jenis ini sangat bergantung kepada akar
nafas untuk memperoleh pasokan oksigen yang cukup, dan oleh
karena itu sangat responsif terhadap penggenangan yang
berkepanjangan. Memiliki buah yang ringan dan mengapung
sehinggga penyebarannya dapat dibantu oleh arus air, tapi
pertumbuhannya lambat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Manfaat
dari bakau butong ini adalah untuk kayu bakar. Di beberapa daerah,
akar muda dari embrionya dimakan dengan gula dan kelapa. Para
nelayan tidak menggunakan kayunya untuk kepentingan penangkapan
ikan karena kayu tersebut mengeluarkan bau yang menyebabkan ikan
tidak mau mendekat.
Adapun karakterisitik dari bakau butong ini adalah :
1) Daun : Permukaan atas daun hijau cerah bagian bawahnya hijau
agak kekuningan.
2) Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: agak
meruncing. Ukuran: 7-17 x 2-8 cm.
3) Bunga : Bunga mengelompok, muncul di ujung tandan (panjang
tandan: 1-2 cm). Sisi luar bunga bagian bawah biasanya memiliki
rambut putih. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga.
Formasi: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Daun
Mahkota: putih, lalu menjadi coklat ketika umur bertambah, 3-4
mm. Kelopak Bunga: 8; hijau kekuningan, bawahnya seperti
tabung.
4) Buah : Hipokotil (seringkali disalah artikan sebagai “buah”)
berbentuk silindris memanjang, sering juga berbentuk kurva.
Warna hijau didekat pangkal buah dan hijau keunguan di bagian
ujung. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga. Ukuran:
Hipokotil: panjang 8-15 cm dan diameter 5-10 mm.
c. Bakau api-api putih (avicennia marina)
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Astridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia marina
Jenis mangrove yang dapat tinggal pada lingkungan dengan minim
cahaya dan suhu. Kemampuan itu didorong dengan bentuk adaptasi
tumbuhan mangrove secara fisiologi, morfologi serta anatomi. Dan
umumnya masyarakat Indonesia lebih mengenal tanaman ini dengan
sebutan api-api putih. Tanaman mangrove jenis Avicennia mampu
hidup di daerah payau yang mempunyai tingkat salinitas garam tinggi.
Mangrove memiliki beragam manfaat, mulai dari segi ekologi yang
dapat mengurangi kemungkinan abrasi pada pesisir, mengurangi arah
angin dari laut hingga menjadi penghalang utama saat terjadi tsunami.
Dari sektor ekonomi, pada tanaman ini batang merupakan bagian yang
sering digunakan, seperti untuk bahan bangunan dan pembuatan arang.
Rehabilitasi dan restorasi menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk
melestarikan Avicennia marina (api-api putih). Manfaat melakukan
restorasi yaitu kembalinya fungsi hutan sebagaimana kondisi
sebelumnya sehingga mampu melindungi dan menjaga ekosistem alam
yang berkelanjutan, misalnya sebagai tempat hidup hewan dan
tanaman, menghasilkan oksigen dan sebagainya.
Adapun karakterisitik dari bakau api-api putih sebagai berikut
1) Bentuk akar serupa seperti paku panjang dengan bentuk rapat yang
naik ke atas permukaan lumpur dengan pangkal batang yang
berada di kelilingnya.
2) Memiliki daun berwarna putih dan memiliki kelenjar garam di
bagian bawah permukaan daun. Bagian atas daun berwarna hijau
mengkilat.
3) Bentuk buah bulir layaknya buah mangga, dengan bagian ujung
pada buah panjang serta tumpul dengan ukuran sekitar 1 cm.
d. Bakau pedada (ssonnerita alba)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneritia alba
salah satu jenis Pidada (Sonerratia). Pohon berbatang besar ini
sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau
berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka. ditemukan tumbuh
berhadapan dengan laut namun di bagian yang terlindung dari
gempuran ombak secara langsung. Substrat yang disukai adalah
campuran lumpur dan pasir; kadang-kadang juga di pantai berbatu,
berkarang atau di atas tanah liat. Perepat tidak tahan penggenangan
oleh air tawar dalam jangka panjang. Di tempat-tempat di mana jenis
bakau yang lain dibalak, perepat bisa berbiak hingga mendominasi.
Bunganya nokturnal dan diserbuki oleh ngengat, burung, serta
kelelawar. Pohon perepat juga kerap dijadikan sebagai tempat
berkumpulnya kunang-kunang di waktu malam. Sebagaimana
berembang, buah perepat pun mengapung di air dan dipencarkan oleh
arus dan pasang-surut air laut. manfaat dari bakau ini adalah kayu ini
awet dalam air laut, tidak mudah belah dan menahan pasak dengan
baik, sehingga acap dipakai untuk geladak, rusuk dan siku-siku
perahu. Di Minahasa, kayu yang berwarna cokelat muda hingga tua ini
digunakan untuk ramuan rumah. Hanya saja, kayu ini mengandung
garam sehingga menimbulkan karat pada paku dan baut. Kayu ini juga
merupakan kayu bakar yang baik.
Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
1) Pohonnya selalu hijau.
2) Kulit kayunya berwarna putih tua hingga coklat.
3) Tangkai bunga pohon ini tumpul dengan panjang 1 cm.
4) Daun mahkota warnanya putih, mudah rontok.
5) Buahnya seperti bola, ujung bertangkai dan terbungkus kelopak
bunga.
2. Biota laut
a. Siput (Crypraea pantherina)
Adapun klasifikasi dari siput ini sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Family : cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea pantherina
Spesies siput laut yang termasuk dalam keluarga Cypraeidae.
Siput ini memiliki morfologi yang khas dengan cangkang yang
berbentuk bulat dan datar, dengan permukaan yang halus dan
mengkilap. Warna cangkangnya bervariasi, tetapi umumnya berwarna
cokelat atau hitam dengan pola bintik-bintik atau garis-garis yang
lebih terang. Ukuran cangkangnya dapat mencapai sekitar 5-7 cm.
Siput ini memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkang
yang keras. Mereka memiliki kepala dengan sepasang tentakel yang
dilengkapi dengan mata di ujungnya. Siput ini juga memiliki kaki
yang digunakan untuk bergerak dan menempel pada substrat.Siput ini
adalah hewan herbivora, yang biasanya memakan alga dan tumbuhan
laut lainnya. Mereka juga dapat memakan sisa-sisa organisme laut
yang mati. Cypraea pantherina memiliki peran ekologis yang penting
dalam ekosistem laut, karena mereka membantu mengendalikan
populasi alga dan memperbaiki kualitas air dengan memakan sisa-sisa
organisme laut.
b. Bintang laut ular
Adapun klasifikasinya adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Familiy : Ophiactidae
Genus : Ophiopholis
Spesies : Ophiopholis sp
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Bintang ular,
Bintang ular memiliki morfologi berupa tubuh, Lengan, tube feet,
Medreportit dan duri. Ophiopholis, juga dikenal sebagai bintang ular
atau brittle star dalam bahasa Inggris, adalah kelas hewan laut yang
termasuk dalam filum Echinodermata. Ophiopholis memiliki
morfologi yang khas, dengan beberapa fitur penting yang
membedakannya dari kelompok echinodermata lainnya Ophiopholis
memiliki tubuh yang terdiri dari cakram tengah (disk) yang lebih besar
dan lengan yang lebih panjang. Cakram tengah berfungsi sebagai pusat
pengendalian dan organ pencernaan utama, sedangkan lengan-lengan
yang lebih panjang digunakan untuk bergerak dan menangkap
makanan, Lengan-lengan ini biasanya sangat panjang dan ramping,
dan dapat mencapai beberapa kali panjang tubuh mereka. Lengan-
lengan ini juga dapat bercabang menjadi banyak cabang yang lebih
kecil. Ia juga memiliki madrepotit. Madrepotit adalah struktur khusus
yang terletak di tengah bagian atas cakram tengah. Madrepotit
berfungsi sebagai organ sensorik yang membantu dalam menjaga
keseimbangan dan orientasi tubuhnya. Tube feet pada hewan ini yang
menonjol keluar dari lengan-lengan mereka. berfungsi untuk bergerak,
menempel pada substrat, dan membantu dalam penangkapan makanan.
Tube feet pada hewan ini lebih kecil dan lebih sedikit dibandingkan
dengan bintang laut. Dan tearkhir ia memiliki duri kecil yang
menutupi permukaan tubuh mereka. Duri ini berfungsi sebagai
perlindungan dan pertahanan terhadap predator.
c. Landak laut
Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Camarodonta
Family : Echinometridae
Genus : Echinometra
Species:. Echinometra lucunter
Berdasarkan pengamatan Landak laut atau buku babi memiliki
morfologi berupa duri, mulut dan tubuh, pada landak laut duri-duri
yang terdapat pada tubuhnya berfungsi untuk berjalan dan memangsa,
Bagian mulut dari landak laut terdapat salah satu membran peristome
yang di dalamnya terdapat organ disebut Aristoteles lantern yang
berfungsi untuk mengambil dan mengunyah makanan dari substrat
sehingga landak laut dapat mudah mencari makan, dan tubuh pada
hewan ini berbentuk bulat dan seluruh tubuhnya di penuhi oleh duri,
bentuk tubuhnya ini memiliki cangkang yang keras sehingga dapat
melindunginya dari serangan predator.
d. Taripang
Adapun klasifikasi dari taripang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Ecinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidoehirotida
Family : Holothuriidae
Genus : Holothurlia
Spesies : Holothuria fuscopunctata
Taripang memiliki morfologi berupa mulut, ventrial perut ,kaki
tabung, anus, punggung dan papilla. Pada teripang Mulut dan anus
terletak di ujung poros berlawanan, yaitu mulut di anterior dan anus di
posterior. Di sekitar mulut teripang terdapat tentakel yang dapat
dijulurkan dan ditarik dengan cepat. Tentakel merupakan modifikasi
kaki tabung yang berfungsi untuk menangkap pakan. perut pada
tripang memiliki fungsi penting dalam pencernaan, penyaringan,
penyimpanan, dan regenerasi. Fungsi-fungsi ini memungkinkan
tripang untuk memperoleh nutrisi dari makanan yang mereka
konsumsi dan bertahan hidup dalam lingkungan laut yang beragam,
Tripang memiliki anus yang berfungsi sebagai saluran pembuangan
limbah atau sisa pencernaan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh.
Melalui anus, sisa-sisa makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan
dari tubuh tripang, Pada punggung tripang terdapat struktur yang
disebut dengan "teritip" atau "teritipan". Teritipan adalah struktur yang
berbentuk seperti duri atau bulu-bulu halus yang melapisi punggung
tripang. Teritipan ini berfungsi sebagai alat pertahanan dan
perlindungan dari predator. Ketika tripang merasa terancam, mereka
dapat menggerakkan teritipan ini untuk mengusir atau menghalangi
predator, Papila pada tripang sebenarnya terdapat di permukaan perut,
bukan di punggung. Papila adalah struktur berpori yang terdapat di
dinding perut tripang. Papila berfungsi sebagai alat penyaring untuk
memisahkan partikel makanan yang lebih besar dari yang lebih kecil.
Partikel makanan yang lebih besar akan dikeluarkan melalui anus,
sementara partikel yang lebih kecil akan dipecah lebih lanjut dan
dicerna.
e. Gurita
Adapun klasifikasi dari gurita adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Cephalopoda
Subkelas : Coleoidea
Ordo : Octopoda
Sub Ordo : Incirrata
Famili : Octopodidae
Genus : Octopus
Spesies : Octopus sp.
Secara umum tubuh gurita dibedakan menurut bagian kepala,
leher dan tubuh. Pada daerah kepala terdapat delapan lengan yang
berfungsi untuk menangkap mangsa dan bergerak. Mulut gurita
terdapat dalam cincin lengan. Pada bagian dalam mulut terdapat
sepasang rahang yang saling tumpang tindih berbentuk seperti paruh
kakatua terbalik dan juga gigi parut atau radula. Gurita memiliki dua
mata yang besar dan menonjol di sekitar pinggiran kepala. Gurita
punya medan penglihatan hampir 3600 sehingga mampu mendeteksi
mangsa dan musuh. Mata gurita memiliki kelopak mata, kornea, lensa
dan retina yang mirip dengan mata hewan vertebrata. Mata dapat
digerakkan, menutup, membuka, dikedipkan serta dapat memfokuskan
dengan baik bayangan obyek yang terlihat. Gurita memiliki 8 tentakel,
lebih besar dari cumi-cumi, mempunyai tinta, kepalanya besar, letak
mulut berada di tengah-tengah kepala bagian bawah, termasuk hewan
invertebrata, kebanyakan bisa merubah warnanya, gurita juga tidak
memiliki cangkang sebagai pelindung di bagian luar. Phylum molusca
menguntungkan karena digunakan sebagai sumber makanan yang
mengandung protein hewani yang cukup tinggi, selain itu juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena mempunyai harga yang
tinggi contohnya cumi-cumi, gurita, kalandue, dan burungo selain itu
cangkang juga dapat dijadikan sebagai bahan industri dan hiasan
karena memiliki warna yang indah. Terutama jenis tiram yang
menghasilkan mutiara yang merupakan komoditas ekspor utama.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum lapangan
mangrove dan biota laut dapat kita Simpulkan bahwa mangrove memiliki
berbagai macam jenis dan memiliki karakeristik yang berbeda-beda antara
akar, batang, daun, serta buah. Mangrove sendiri memiliki banyak fungsi
mulai dari fungsi fisis fungsi biologis dan fungsi ekonomis penyusun dari
tubuh mangrove sendiri itu berbeda-beda karena sesuai dengan tempat mereka
tumbuh sehingga mangrove tidak dapat tumbuh di sembarang tempat dan
memerlukan perlakuan secara khusus. Pada pengamatan biota laut kita dapat
menyimpulkan bahwasanya laut memiliki beraneka ragam macam spesies ada
yang bertubuh lunak ada yang berduri ada yang berkaki banyak dan ada pula
yang bercangkang dan lain sebagainya, Susunan morfologi dari setiap
makhluk biota laut pun berbeda-beda dan memiliki fungsinya secara masing-
masing yang kelak morfologi tersebut dapat berguna bagi hewan tersebut baik
dalam proses tertentu maupun untuk sebagai alat perlindungan diri dari
predator.
B. Saran
1. Saran untuk laboratorium
Diharapkan agar alat-alat dan bahan dilaboratorium segera dilengkap
supaya proses praktikum lebih memadai.
2. Saran untuk praktikan
Diharapkan agar para praktikan mendengarkan dan memahami
dengan seksama semua proses praktikum yang dilakukan dengan tenang.
3. Saran untuk asisten
Diharapkan agar kakak asisten sabar dalam menghadapi seluruh
praktikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. F. Y. (2019). Analisis Keanekaragaman Biota Laut sebagai Daya Tarik


Wisata Underwater Macro Photography (UMP) di Perairan Tulamben Bali.
Jurnal ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, vol 11(2), halaman 335-346.
Ana, S. T. (2015). Penanaman Mangrove sebagai Upaya Pencegahan Abrasi di Pesisir
Pantai Ruk Sabang Desa Pembaharuan. Jurnal IKRATIH-ABDIMAS, vol
4(1), halaman 1-17.
Muzzamil, W., Zahra, A. & Oktavia, Y. (2021). Peningkatan Kesadaran Masyarakat
terhadap Biota Laut Untuk Dilindungi di Kepulauan Riau melalui Media
Buku Saku dan Video. Panrita Abdi-Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, vol
5(3), halaman 356-364.
Sawitri, R. (2013). Ekosistem Mangrove sebagai Objek Wisata Alam di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi, vol 10(3), halaman 297-314.
Sugiyanto, R. A. N. (2016). Analisis Daya Serap Akar Mangrove Rhizopora
Mucronota dan Avicienna marina terhadap Logam Berat Pb dan Cu di Pesisir
Probolinggo, Jawa Timur. In Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan.
Taluke, D., Lakat, R. S. (2019). Analisis Preferensi Masyarakat dalam Pengelolaan
Ekosistem Mangrove di Pesisir Pantai Kecamatan Loloda Kabupaten
Halmahera Barat. Jurnal Spasial Saintis. Vol 6(2), halaman 531-540.
Tumangger, B. S. (2019). Identifikasi dan Karakterisasi Jenis Akar Mangrove
Berdasarkan Kondisi Tanah dan Salinitas Air Laut di Kuala Langsa. Journal
of Biologica Samudra, vol 1(1), halaman 9-16.
Yanto, R. P. (2016). Keanekaragaman Gastropoda pada Ekosistem Mangrove Pantai
Masiran Kabupaten Bintan. Jurnal Repository Umrah, vol 5(1), halaman 1-10.

Anda mungkin juga menyukai