Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir indonesia memilki kekayaan melimpah, baik yang dapat pulih maupun yang
tidak dapat dipulihkan kekayaan keanekaragaman sumber daya alam khususnya keanekaragaman
hayati (biodiversity) laut indonesia merupakan yang terbesar di dunia, karena memiliki ekosistem
pesisir seperti hutan mangrov, terumbu karang dan padang lamun yang sangat luas dan beragam.

Alga berasal dari bahasa yunani yaitu “algor” yang berarti dingin. Makroalga termasuk
tumbuhan tingkat rendah (thallophyta) yang tidak memiliki akar, batang, daun sejati.
Keseluruhan tubuh dari makroalga melekat pada substrat tertentu seperti pada karang, lumpur,
pasir, batu dan benda keras lainnya seperti cangkang gastropoda dan kayu serta dapat melekat
pada tumbuhan epifit. Kehadiran, pertumbuhan hingga perkembangbiakan makroalga lebih
banyak dijumpai pada substrat yang strabil dan keras, sehingga tidak mudah terkikis oleh arus
dan ombak. Makroalga memeiliki peranan ekologis yaitu sebagaisumber makanan bagi hewan di
pesisir dan laut. Selain itu, makroalga juga penting dalam produktivitas perairan.

Ragam sumberdaya alam pesisir memiliki berbagai fungsi baik sebagai sumber makanan
utama maupun sebagai transportasi dan pelabuhan, kawasan agrobisnis dan agroindustri, reaksi
dan pariwisata, kawasan pemukiman dan bahkan sebagai tempat pembuangan limbah. Salah satu
sumberdaya di pesisir yang dapat di jumpai di makroalga).

Makroalga di daerah tropis khusunya wilayah indonesia bagian timur memiliki keragaman
spesies yang tinggi, namun alga sangat rentan terhadap perubahan lingkungan atau tekanan
ekolgis yang dapat mempengaruhi keberadaannya. Pengaruh lingkungan seperti substrat, gerakan
air, suhu, salinita, pasang surut, cahaya, pH, nutrien dan kualitas air akan menimbulkan
kerusakan bahkan kepunahan jenis.

Sebagai provinsi yang sebagian wilayahnya adalah laut, maluku kaya akan sumberdaya laut
dengan keanekaragaman tinggi. Sumber daya laut ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan,
bahan, obat, dan industri makanan maupun kosmetik. Salah satu sumber daya hayati laut yang
sangat potensial dan layak dikembangkan adalah ganggang (alga) khususnya Makroalga yang
oleh masyarakat di banyak tempat dikenal dengan rumput laut “seaweed” merupakan
sumberdaya hayati sangat potensial untuk dikembangkan dan tersebar di daerah pesisir intertidal.
Makroalga peranan penting baik dari seni segi biologis, ekologis maupun ekonomis yang dapat
memepetahankan keanekaragaman sumberdaya hayati laut. (Ode dan Wasahua, 2014).

Ukuran struktur tubuh alga bermacam-macam. Ada yang berukuran kecil (mikroskopis)
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti tubuh tumbuhan tinggi yang sudah
dapat dibeakan secara jelas antara organ-organ seperti akar, batang, daun, bunga, buah biji dan
juga alat-alat perkembangbiakannya. Struktur tubuh makroalga masih tetapi menggunakan alat
bantu yaitu mikroskop, dan ada pula yang berukuran besar (makroskopis/makroalga) sehingga
sudah dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop dam memiliki bentuk berupa talus berupa
talus (lembaran). Menurut baweja et al., (2016) makroalga sangat bervariasi dalam ukuran,
bentuk, dan struktur tubuhnya. Makroalga merupakan alga yang berukuran besar, dari beberapa
centimeter (Cm) sampai bermeter-meter. Alga sendiri adalah organisme yang masuk ke dalam
kingdom protista mirip dengan tumbuhan, dengan stuktur tubuh berupa talus. Alga mempunyai
pigmen klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Alga kebanyakan hidup di wilayah perairan, baik
perairan tawar maupun perairan laut.

Xiang et al.,(2019) menyatakan bahwa untuk menunjang pertumbuhan alga, maka perlu di
perhatikan kondisi lingkungan perairan. Menurut Bouri etal.,(2021) perairan pantai Desa Aboru,
dengan adanya perubahan musim seperti tingginya curah hujan, menyebabkan banjir dan
longsor, sehingga material berup lumpur ikut terbawa dari daratan ke laut. Hal ini menyebabkan
perubahan komposisi substrat dan memepengaruhi komposisi substrat dan mempenaruhi
pertumbuhan alga cokelat tubinaria. Tingginya aktivitas penduduk yang memanfaatkan perairan
pantai sebagai pelabuhan transportasi laut menyebabkan adanya buangan minyak ke laut.selain
itu, buagan minyakrumah tangga yang berasal dari penggunaan jenis-jenis deterjen oleh
penduduk melelui sungai yang mengalir ke laut juga berpontesi memengaruhi alga cokelat yang
ada di perairan Desa Aboru. Wahl et al.,(2015) menyatakan bahwa Seaweed sangat sensitive
terhadap perubahan lingkungan karena Seaweed merupkan organisme yang hidupnya menempel
(Sessile) pada dasar perairan, sehingga sedikit perubahan pada perairan akan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan Seaweed tersebut.

Makroalga sebagian besar hidup di perairan laut. Untuk dapat tumbuh, makroalga tersebut
memerlukan substrat untuk menempel/hidup. Makroalga epifit pada benda-benda lain seperti,
berbatu, berpasir, tanah berpasir, kayu, cangkang moluska, dan epifit pada tumbuhan lain atau
makroalga jenis yang lain. Klasifikasi makroalga menurut dawes (1981), terdiri dari 3 divisio
yaitu chlorophyta (alga hijau), Rhodophyta (alga merah), dan Pheaophyta (alga coklat).
Chlorophyta memiliki pigmen dominan hijau. Pigmen tersebut berasal dari klorofil yang
dikandung alga. Rhodophyta adalah alga warna merah. Warna merah pada Rhodophyta
dikarenakan oleh candangan fikorietrin yang lebih dominan, dibanding pigmen lain klorofil,
karotenoid dan pada jenis tertentu terdapat fikosianin. Sementara itu, pheaophyta adalah alga
berwarna cokelat. Warna cokelat dikarenakan oleh pingmen fikosantin yang dominan.
Pheaophyta juga mengandung pigmen lain yaitu klorofil A dan B, karoten serta santofil.
Pheaophyta adalah alga yang mempunyai ukuran lebih besar apabila dibandingkan Chlorophyta
dan Rhodophyta.

Makroalga memiliki banyak manfaat, baik manfaat secara ekologis maupun ekonomis bagi
masyarakat. Manfaat ekologis makroalga yaitu menyediakan habitat untuk beberapa jenis biota
laut seperti jenis krustasea, moluska, echinodermata, ikan maupun alga kecil yang lainnya.
Bentuknya yang rimbun mampu memberikan perlindungan terhadap ombak dan juga menjadi
makanan bagi biota laut. Nilai ekonomis makroalga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,
bahan baku industri, dan behan untuk laboratorium seperti bahan awetan basah.

(Setyorini et al., 2021) menyatakan bahwa makroalga berperan penting sebagai produsen
primer pada ekosistem perairan, dan mendukung habitat yang lebih kompleks di perairan.
Menurut (Macreadie et al., 2017), makroalga melakukan berbagai fungsi penting dalam
ekosistem perairan perairan, daur ulang nutrisi, menampung sedimen, dan menjadi tempat,
tempat perkembangbiakan banyak organisme laut terutama ikan. Ekosistem pantai tropis yang
tercakup dalam daerah pasang surut (intertidal), merupakan bagian laut yang mempunyai potensi
sumberdaya dan keanekaragaman hayati yang cukup besar (Dahuri dkk, 1996). Hal ini
disebabkan karena pantai pantai merupakan wilayah yang relatif subur karena adanya zat-zat
hara yang diperoleh baik dari daratan maupun dasar laut.

Daerah pasang surut merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya beberapa luasnya letak
antara air tinggi dan rendah (Nybakken, 1996). Pada daerah pasang surut terdapat ekosistem
produktif diantaranya mangrove, lamun, dan alga, yang memiliki nilai ekologis yang penting
sebagai, habitat, tempat mencari makan. Memijah, dan berlindung dari beberapa biota laut.
Daerah ini juga merupakan bagian dari perairan yang paling banyak di manfaatkan oleh manusia
seperti pengambilan pasir, batuan, karang, dan kegiatan reaksi. sebagai tempat tinggal,mencari
makan, dan memijah.

Zona intertidal adalah zona yang paling sempit di antara zonasi laut yang lain dan dibatasi
oleh garis pasang dan surut air laut (Nybakken, 1993). Zona intertidal memiliki tipe habitat yag
lebih beragam dibandingkan dengan zonasi laut yang lain.zonaintertidal dengan area lamun dan
makroalga, umumnya di temukan spesies Ophiuroidea yang memanfaatkan tempat tersebut
untuk mencari makanan (feeding ground) dan tempat bersmbunyi (review Azis 1995). Selain itu,
di zona ini juga ditemukan zonasi batu karang (Coral reefs) dan batuan keras (bed rock) yang di
manfaatkan oleh Ophiuroidea sebagai tempat berlindung (Tran dan Whited, 2004).

Penelitian mengenai makroalga di Maluku telah dilaporkan oleh beberapa jenis peneliti yaitu
sebaran dan keragaman jenis makroalga di pantai Liang, Maluku tengah (Papila, 2013), Sebaran
dan keragaman makroalga di pulau ambon (Litaay, 2014), spesies alga cokelat potensial di desa
hutumury pulau ambon (Ode dan Wasahua, 2014) Komunitas makroalga di perairan Jikumerasa
Pulau ambon (Arfah dan patty, 2016), dan komunitas makroalga di perairan Pantai Eri Teluk
Ambon (Lokollo, (2019), ini tentang makroalga khususnya genus Turbinaria dari Perairan Pantai
Desa Aboru.

Berdasarkan uraian latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Karakterisasi Morfologi Makroalga di Perairan Desa Kaibobu

kabupaten Seram Bagian Barat dan pemanfaatanya sebagai media


pembelajaran Realita bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Unpatti Semester III Tahun Akademik 2023-2024”

B. Rumusan Masalah

1. Makroalga apa saja yang terdapat di perairan Pantai Desa Kaibobo Kecamatan Seram Bagian
Barat?

2. Bagaimana pola sebaran Makroalga di perairan Pantai Desa Kaibobo Kecamatan Searam
Bagian Barat?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup pada penelitia ini yaitu:

Penelitian ini mengguanakan sampel berupa Makroalga yang diambil bersama dengan
nelayan di sekitar perairan Pantai Desa Kaibobo Kabupaten Seram Bagian Barat. Selanjutnya
didefenisikan untuk mengetahui cirri Morfologi
D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan di laksanakan bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kenekaragaman karakterisasi makroalga yang terdapat di


perairan pantai Desa Kaibobo Kabupaten Seram Bagian Barat.

2. Untuk mengetahui makroalga kelimpahan dan potensi yang terdapat di perairan pantai desa
Kaibobo Kabupaten Seram Bagian Barat

3. Untuk menjadikan karakterisasi makroalga sebagai pembelajaran media Ralita Bagi


mahasiswa Penddikan

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Untuk penelitian sebagai bahan refrensi dan pengetahuan terkait tentang keragaman dan jenis-
jenis makroalga.

2..

3. Untuk data awal kepada mahasiswa jurusan mipa program program studi pendidikan biologi
universitas pattimura ambon agar dapat di jadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
tentang struktur komunitas makroalga di perairan pantai Desa Kaibobo Kabupaten Seram
Bagian Barat.

4. Untuk informasi awal lagi bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk pelestarian
makroalga di perairan pantai Desa Kaibobo, Kabupaten Seram Bagian Barat.
F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya kekeliruan maka dijelaskan beberapa defenisi yang di anggap
penting yaitu:

a. Karakterisasi adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (timbuhan dan hewan
yang terdapat di muka bumi).

b. Makroalga merupakan alga yang berukuran besar, dari beberapa centimeter sempai bermeter-
meter. Makroalga berdasarkan morfologinya tidak di memperlihatkan adanya perbedaan
antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang
mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Makroalga merupakan tanaman tingkat rendah yang
umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu seperti pada karang, lumpur, pasir, batu,
dan benda keras lainya.

c. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan dan jalur yang
merupakan batas antara daratan dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut
terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah dibatasi
oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi makroalga

Makro alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang berukuran makroskopis, makro alga
tergolong tumbuhan thallus (thallophyta), karena belum memiliki akar, batang, dan daun yang
jelas (nonim, 2008).

Menurut luning (1993),makro alga memiliki cirri-ciri sebagai berikut: (1) tubuhnya tersusun dari
banyak sel. (2) struktur tubuhnya berupa thallus yang belum dapat di bedakan dengan jelas
antara akar, batang dan daun. (3) di dalam sel-sel tubuhnya terdapat pigmen penyerap cahaya. (4)
bersifat autotrof yang dapat mengahsilkan zat organic dan oksigen melalui proses fotosintesis.(5)
dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.

Tubuh alga yang berupa thallus itu memiliki struktur yang bervariasi, thallus ada yang
uniseluler dan juga yang multiseluler. Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua
terus-menerus), pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-
dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari
aksis atau sumbu utama) dan ada yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga
beranekaragaman, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung zat kapur
(spongious), (atmadja, 1999). Thallus makroalga yang ada berbentuk lembaran, silinder, dan
tabung hal tesebut makro alga memiliki peran untuk menfikasi bahan organic dari bahan
anorganik dengan bantuan cahaya matahari yang dimanfaatkan langsung oleh herbivor (asriyana
dan yuliana, 2012 dalam Lase, 2014). Produktivitas individu dan menentukan terjadi individu
dalam suatu perairan (Nontji, 2007).

Perubahan temperatur air dan aktifitas fotosintesis dapat berhubungan secara langsung
dengan oksigen terlarut dalam perairan tersebut, kedua faktorini mengakibatkan oksigen terlarut
mengalami fliktuasi yaitu perubahan kadar oksigen terlarut dalam perairan (Barus 2004).

Sehubungan dengan arti penting makro alga secara ekologis dan ekonomis maka ekosistem
ini harusnya dilindungi dan dijaga agar tidak terjadi aktivitas manusia yang dapat merusak. Hal
ini disebabkan pantai Desa Kaibobo merupakan salah satu tempat aktivitas nelayan dan menjadi
tempat wisata dan banyak digemari oleh masyarakat yang secara langsung akan berdampak
buruk bagi biota-biota laut tersebut.

Berdasarkan potensi sumber daya laut pada perairan pantai Desa Kaibobo Kabupaten
Seram Bagian Barat memiliki periran dan kelimpahan jenis makro alga serta belum ada
penelitian tentang kelimpahan makro alga pada perairan pantai Desa Kaibobo Kabupaten Seram
Bagian Barat.

B. Komunitas makroalga

Makroalga merupakan bio bentik yang membutuhkan substrat untuk menempel. Substrat
tempat tumbuh makroalga sangat bervariasi, mulai dari substrat lunak (Soft substrate) hingga
substrat keras (Hard substrate). Substrat lunak antara lain lumpu, pasir dan kombinasinya,
sedangkan substrat keras seperti batuan beku, karang mati, karang hidup dan pecahan karang
(Zakaria et al., 2006; Imchen, 2015). Substrat merupakan factor penting yang menentukan
kehadiran makroalga. Struktur komunitas makroalga di intertidal berbatu disetiap wilayah
perairan yang berbeda-beda komposisinya struktur komunitasnya dan hal ini di pengaruhi oleh
beberapa factor, antara lain letak geografis dan pengaruh musim. Daerah tropis yang memiliki
tekanan lingkungan lebih besar dibandingkan dengan daerah sub-tropis, maka akan memiliki
struktur komunitas yang berbeda (Macusi & deepananda, 2013). Pengaruh musim juga dapat
memnyebabkan variasi komunitas makroalga antar 2 intertidal yang berbatu yang berbeda
walaupun sama-sama di daerah tropis. Negara-negara tropis yang berada tepat di katulistiwa
mengalami radiasi matahari secara konstan, tetapi daerah tropis yang berbatasan dengan sub-trois
dengan sub-tropis yang berbatasan langsung dengan daerah tropis dapat mengalami musim panas
dan musim dingin. Kondisi tersebut memiliki dampak terhadap struktur komunitas makroalga
yang tumbuh di dalamnya (Kennish et al.,1996).pada musim panas, temperature yang naik
hingga 50°C selama musim panas menyebabkan kematian makroalga (Williams, 1993).

1. Zona Litorial/Intertidal

Zona litoral/intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombangtip
saat. Zona ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang surut. Menurut
Nyabakken (1992) zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit di antara zona laut yang
lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah. Zona ini hanya
terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai. Semakin landai
pantainya maka zona intertidalnya semakin luas, sebaliknya semakin terjal pantai maa zona
intertidal akan semakin sempit.

Akibat seringnya hempasan gelombang dan pasang surut maka daerah intertidal sangat
kaya akan oksigen. Pengaukan yang sering terjadi menyebabkan interaksi antar atmosfir dan
perairan sangat tinggi sehingga difusi gas dari permukaan keperairan juga tinggi. Pantai berbatu
di zona intertidal merupkan salah satu lingkungan yang subur dan kaya akan oksigen. Selain
okasigen daerah ini juga mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga sangat cocok untuk
beberapa jenis organisme untuk berkembang biak (Romimohtarto dan juwana,2007).

Jenis substrat pada zona intertidal ada yang berlumpur, berpasir, dan berbatu. Daerah
berlumpur pada zona ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur dari darat.
Pada daerah ini memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter <0,002 mm. menurut
Nyabakken (1992) daerah berlumpur berada pada daerah yang terlindung dari hempasan
gelombang secara langsung. Akibat tidak adanya hempasan gelombang maka daerah ini sulit
mengalami perkembangan signifikan daerah berpasir pada zona ini mempunyai ukuran partikel
yang lebih besar di bandin partikel lumpur sehingga memungkinkan air mengalir diantara pasir.
Pada saat siang hari surut membuat area ini menjadi kering (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Daerah berbatu pada zona ini dibagi lagi menjadi beberapabagian besar yaitu supralitoral (bagian
daerah yang paling atas), midlitoral (bagian tengah yang lebar), dan infralitoral (zona bagian
bawah yang sempit).

2. Zona Sublitoral/Sutidal

Zona sublitoral/subtidal marupakan daerah yang tertelak antara batas air surut terendah di
pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan kedalaman sekitar 200 meter.
Zona ini mendapat cahaya dan pada umunya dihuni oleh mcamjenis biota laut yang melimpah
dari berbagai komunitas. Zona subtidal meliputidaerah dibawah rata-rata level pasang surut yang
rendah biasanya selalu digenangi air secara terus menerus (Romimohtarto dan juwana, 2007).

Nybakken (1992) menjelaskan bahwa ciri karakteristik zona sublitoral/subtidal adalah


sebagai berikut: (a) merupakn zona fotik (masih mendapatkan cahaya). Batas bawah zona ini
tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat
kejernihan air. Umumnya batas bawah zona fotik terletak pada kedalaman 100-150 meter; (b)
terdiri dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras; (c) turbulensi
tinggi. Interaksi ombak, arus dan upwelling menimbulkan terubelensi. Terubelensi ini secra
umum kecuali untuk waktu yang singkat di daerah beriklim sedang; (d) produktivitasnya lebih
tinggi dibandingkan dengan perairan lepas pantai yang serupa karena melimpahnya nutrient, baik
yang dari runoff daratan maupun pendarulangan.

Selain itu, menurut Nyabakken (1992), zona sublitoral/subtidal di pengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan sebagai berikut: (a) pergerakan ombak, merupakan faktor yang penting karena
berpengaruh terhadap dasar perairan. Pada dasar yang lunak, jalur ombak dapat menimbulkan
gerakan gelombang besar di dasar, yang sangat mempengaruhi stabilitas substrat. Partikel
substrat dapat teraduk dan tersuspensi kembali. Pergerakan juga menentukan tipe partikel yang
terkandung. Pergerakan ombak yang kuat akan memindahkan partikel halus dan menyisakan
pasir; (b) salinitas di zona ini lebih bervariasi dari pada di laut terbuka,tetapi terkecuali di daerah
dekat sungai besar yang mengeluarkan sejumblah air tawar, salinitas tidak berubah banyak
sehingga dapat menimbulkan perbedaan ekologis; (c) penetrasi cahaya pada perairan turbulen
lebih kecil dibandingkan dengan daerah laut terbuka. Kumpulan partikel-partikel sisa, baik dari
daratan ditambah kepadatan plankton yang tinggi akibat melimpahnya nutrient, menyebabkan
terhambatnya penetrasi cahaya sampai beberapa meter; dan (d) persediaan makanan di zona ini
melimpah. Sebagian disebabkan oleh produksi tumbuhan yang melekat seperti makroalgae.

C. Klasifikasi Makroalga

Pada umumnya divisi alga yang banyak hidup dilingkungan laut dan tubuh tersusun secara
multiseluler adalah devisi. Walber dan Thurman (1985) menggolongkan makro alga menjadi 3
kelas yaitu Cholorophyta, Phaeophyta, Rhadophyta, sistem klasifikasi salah satu spesies dari
makroalga (Anonim 2008) yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisi : Thallophyta

Sub divisi : Algae

Kelas : Chlorophyta

Ordo : Halimedales

Family : Halimedaceae

Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda opuntia

1. Divisi Cholorophyta (Alga Hijau).

Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis anggota
divisi ini telah berhasil diidentifikasikan. Divisi chlorophyta tersebar luas dan menempati
beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga
batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan umunya merupakan penyusun
komunitas plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makroalga di air laut. Divisi chlorophyta
hanya terdiri atas kelas yaitu chorophycceae yang terbagi menjadi empat ordo yaitu : Ulvates,
Caulerpales, Cladophorales, dan Dasycladales (Verheij, 1993 Dalam palallo, 2013). Alga kelas
Chorophycceae disebut juga alga hijau, memiliki chlorophyll warna hijau. Secara visual
perbedaan berbagai jenis alga ini dibedakan pada bagian percabangang thallus dalam kerangk
tubuh yang antara lain bersifat sel banyak atau termasuk multiselluler (Kadi, 1988 dalam palallo,
2013). Alga ini mengandung pigmen fotosintetik antara lain chlorophyll ada A dan B, Carotene,
Xanthophyl dan Lutein. Dalam dinding selnya terdapat Cellulosa dan paktin dengan produk
polisakarida berupa kanji (starch) (Bachtiar, 2007). Di Indonesia tecatat sedikitnya 12 marga
alga hijau,yaitu : Caulerpa, Ulva, Valonia, Dictyosphaeria, Halimeda, Chaetomorpha, Codium,
Udotea, Tydemania, Bometella, Boergesenia dan Neomeris (Romimohtarto dan juwana, 2009).

2. Divisi Phaeophyta (Ganggang Coklat).

phaeophyta merupakan salah satu kelompok makroalga yang tersebar melimpah di zona
intertidal. Alga makrobentik ini memiliki struktur talus yang terdiriatas bagian holdfast, stipe,
dan blade kelompok tersebut memiliki kandungan warna yang disebut pigmen fukosanin. alga
makrobentik merupakan kelompok organisme talus yang mirip tumbuhan. Jenis ini memiliki
keanekaragaman yang melimpah dan tersebar di sepanjang zona intertidal. Organisme yang
tergolong kelompok protista ini memiliki fungsi ekologis dan biologis dalam komunitasnya.
Fungsi ekologis tesebut yaitu sebagai tempat pemijahan, untuk berlindung berbagai jenis ikan
kecil, dan tempat mencari makanan bagi hewan harbivor peran biologis organisme ini yaitu
sebagai penghasil bahan organic dari proses fotosintesis untuk kelangsungan hidup organisme di
sekitarnya (Bold, H. C dan M.J Wyanne. 1985). Jenis tersebut juga memiliki potensi ekonomis
yaitu dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pembuatan produk karet, kertas, cat, kosmetik, dan
obat seperti obat pencahar (Castro, P dan Huber, M.E 2003) Salah satu makroalga yang memiliki
fungsi di atas adalah alga coklat makrobentik.

Alga coklat makrobentik ditemukan di perairan pantai Indonesia dengan


keanekaragamannya yang tinggi (Rasyid, A. 2010) Kelompok organisme tersebut memiliki
karakteristik warna bervariasi yang disebabkan dari oleh adanya pigmen penyusunnya. Pigmen
fukosantin pada Paeophyta memberikan gradasi warna berbeda pada setiap jenis, yaitu berwarna
coklat gelap ataupun coklat kekuningan (Castro, P dan Huber, M.e. 2003). Struktur talus pada
alga coklat makrobentik sendiri ada 3 bagian yaitu blade, holdfast, dan stipe. Blade adalah
bagian daun yang pipih dari tallus. Holdfast adalah bagian dari talus berada di bawah yang
berfungsi sebagai struktur melekat pada substrat. Stipe adalah struktur yang mendukung Blade.
Kelompok ini sebagian besar ditemukan di zona intertidal.

Zona intertidal adalah zona yang terdapat pada daerah pasang surut air laut. Menurut
(Castro, P dan Huber, M.e. 2003). Alga coklat makrobentik ditemukan predominan di zona ini.
Penelitian tentang keberadaan alga coklat makrobentik telah dilakukan oleh (Farhan, M. 2011).
Di pantai pancur taman nasional alas purwo dengan ditemukannya 3 jenis alga coklat sehingga
belum diketahui adanya perubahan komposisi jenis divisi phaeophyta di zona
intertidal.penelitian kembali perlu dilakuakan untuk mengetahui perubahan jenis alga coklat
makrobentik.

3. Divisi Rhodophyceae (Alga Merah).

Rhodophyta memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya beberapa jenis yang
bersel tunggal, thallus mempunyai bentuk yang keanekaragam, sel mengandung klorofil a dan
fikoreritin dalam jumblah banyak yang menutupi klorofil dan menyebabkan algae ini berwarna
merah (Trono, 1983).

Semua pigmen berada dalam tilakoid kecuali fikobilin protein yang terdapat pada bagian
permukaan. Fikobilin protein mengabsorpsi cahaya energy matahari yang kemudian cahaya itu di
transfer ke klorofil a, sehingga adanya pigmen ini mempunyai pengaruh langsung dalam proses
fotosintesis (Dewi, 2006).

Cadangan makanan berupa tepung florida,yaitu suatu karbohidrat dalam bentuk butiran-
butiran kecil yang tersimpan dalam sitoplasma dan di luar plastida, terdapat juga gula floridasida
glaktosida dan gliserol. Dinding sel terdiri dari selulosa dan polisakarida, polisakarida ini adalah
agar-agar dan keragenan yang menyusun 70% dari berat kering dinding sel, komponen dinding
sel ini sangat menarik dan memiliki nilai komersil yang sangat tinggi sebagai bahan stabilizer
(Anonim, 2008).

D. Habitat Makroalga.

Alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air baik di air tawar maupun air laut,
setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah (Codero,1980), ada beberapa
alga yang hidup pada salju dan es di daerah kutub dan puncak gunung, ada yang hidup pada
pepegan pohon dan bahkan permukaan batu (Glenn dan Susan 2002). Tempat hidup algae pada
umumnya di air tawar maupun air payau.

Tumbuhan algae juga di temukan di daerah bersalju, bersimbiosis dengan organism lain
seperti lumut, paku atau fungi (membentuk lichens yang mampu hidup di atas batu yang gersang
dan kering), dan pada sumber air panas. Algae dapat tumbuh hamper di semua tempat yang
cukup basah dan cukup cahaya untuk berfotosintesis.

Salah satu habitat yang paling ekstrim adalah algae dapat hidup pada jaringan tubuh hewan
seperti pada beberapa jeis mentimun laut, bintang-bintang karang yang mengadakan simbiosis
yang saling menguntungkan. Beberapa jenis algae memiliki “holdfast”sehingga dapat melekat
pada substrat, tetapi ada juga yang melayang plankton. Algae sangat penting sebagai produsen
yang menyediakan makanan bagi sebagai besar hewan air (Loveless, 1989).

E. Penyebaran makroalga.

Sebaran makro alga di batasi oleh daerah litorial dan sub litoral di mana masih terdapat
cahaya matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis, daerah ini
merupakan tempat cocok bagi kehidupan alga, biasanya alga sedikit terdapat pada perairan yang
berlumpur atau berpasir, karena sangat terbatas bendakeras yang cukup kokoh sebagai tempatnya
melekat, umumnya melekat pada batuan, terumbu karang, potongan karang, cangkang molusca,
potongan kayu dan sebagainya (Codero, 1980).Penyebaran dan pertumbuhan makro alga disuatu
perairan sangat dipengaruhi faktor-faktor antara lain:

1. Farmasi.

Makroalga sangat penting bagi tubuh manusia yang menjadikan makroalga tidak hanya
sebgai bahan pangan saja tetapi juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk pertumbuhan,
kesehatan, dan pengobatan manusia. Makroalga telah dimanfaatkan sebagai obat antiseptik
pemeliharaan kulit. Selain itu juga dimanfaatkan pada pembuatan pembungkus kapsul obat
biotik, vitamin, dan lain-lain.

Di indonesia terdapat 21 jnis makroalga jenis dari 12 genus alga yangbisa dimanfaatkan
sebagai obat, yang terdiri dari 11 jenis dan 7 genus dari alga merah (Rhodophyceae), 7 jenis dari
empat genus alga hijau (chlorophyceae), dan tiga jenis dari satu genus alga coklat
(Phaeophyceae).

Makroalga memiliki manfaat yang sangat banyak yang digunakan dalam bidang industri,
makanan, obat-obatan dan energi. Sehingga permintaan untuk komoditi makroalga semakin
meningkat. Untuk mengakibatkan kematian bagi makroalga, terganggunya tahap-tahap
reproduksi dan terhambatnya pertumbuhan.

Secara fisiologis, suhu rendah mengakibatkan aktifitas biokimia dalam tubuh thallus berhenti,
sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya enzim dan hancurnya
mekanisme biokimiawi dalam thalus makroalga. Keanekaragaman dan kelimpahan alga sangat
dipengaruhi suhu tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makroalga, misalnya
Euchema sp hanya tahan terhadap perubahan suhu yang tinggi.

2. Salinitas.

Salinitas merupakan ukuran bagi jumblah zat padat yang larut dalam suatu volume air dan
dinyatakan dalam permil, di perairan samudera salinitas biasanya berkirasar 34-350/00. Di
perairan pantai karena terjadi pengenera,misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa
turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat
tinggi. Alga bentik tumbuh pada perairan dengan salinitas 13-370/00, makroalga umumnya
hidup di laut dengan salinitas antara 30-320/00, namun banyak jenis makroalga hidup pada
kisaran salinitas yang lebih besar. Salinitas berperan penting dalam kehidupan.

Keberadaan satu jenis makroalga padakedalaman tertentu dipengruhi oleh penetrasi cahaya
matahari. Alga hijau yang mengabsorbsi cahaya merah (650) dan biru (470) terdapat dalam
jumblah yang melimpah pada kedalaman 0-5 meter dimana penetrasi cahaya merah mencapai
batas maksimum pada kedalaman tersebut. Sedangkan alga coklat mengandung pigmen
fukosanin cahaya hijau (500 - 550) dan juga memiliki klorofil-c yang menyerap cahaya merah
(630-638).sedangkan alga, merah memiliki klorofil-a dan fikobili yang mengabsorbsi cahaya
hijau (500 – 650) dan ditemukan di tempat yang lebih dalam yaitu pada kedalaman 0 – 15 meter.
Dari hasil penelitian yag telah dilakukan di. Makaroalga di pantai barat sulawesi selatan
umumnya di jumpai melimpah pada kedalaman 0 – 15 meter. Organisme menyenangi
lingkungan yang tenang dimana gerakan air yang disebabkan oleh gelombang dan arus relatif
kecil.untuk kedalaman , memungkinkan intensitas cahaya matahari yang masuk keperairan lebih
tinggi sehingga mempengaruhi produkvitas makroalga.

3. Kedalaman Air.

Kedalaman air sangat berkaitnerat dengan itensitas cahaya matahari yang akan diterima oleh
alga dalam proses fotosintesis, alga biasanya tumbuh pada kedalaman yang cukup akan cahaya
matahari, menurut (sadhori., 1991) alga akan tumbuh dengan baik pada kedalaman air saat suhu
rendah 0,30 dan 2 meter.

4. Transparansi atau kecerahan air.

Kecerahan air sangat penting dalam artian, dalam proses fotosintesis alga tingkat kecerahan
suatu perairan sangat tergantung pada muatan padatan tersuspensi, kecerahan akan
mempengaruhi jalan masuknya sinar matahari kedalam perairan, kecerahan air yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut yang normal dan ideal adalah sampai batas lima meter atau batas sinar
matahari dapat menembusi air laut (soegiarto, 2011).

5. Pergerakan air (arus).

Gerakan air atau arus sangat penting bagi pertumbuhan rumput laut, karena selain berfungsi
untuk pensuplai unsure hara juga membantu memudahkan alga untuk alga menyerap unsure
hara, membersihkan kotoran yang menempel pada thalus melangsungkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida sehingga kebutuhan oksigen tersedia, dengan demikian alga dapat tumbuh
dengan baik karena kesempatan menyerap nutrisi selalu ada dalam proses fotosintesis (Aslan,
1991), dikatakan bahwa pergerakan air atau arus yang baik bagi pertumbuhan alga berkisar
antara 20-40 m/menit.

6. Nitrat.

Nitrat (NO³) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil.
Kadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi algae bila zat hara tersebut melimpah di
perairan. Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan mempengaruhi kesuburan gametrofit algae.
7. Substrat.

Substrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makro alga, substrat
adalah tempat melekatnya makro alga, jenis substrat marupakan indikator utama bagi
kelimpahan makro algae di suatu perairan, substrat yang di gunakan sebgai tempaat melekat
adalah pasir,batuan karang, coral mati, tanaman lain dan mungkin benda-benda padat yang
kebetulan tenggelam didalam laut (sadhori,1991).

8. Kepadatan.

Kepadatan menunjukan jumblah individu spesies dalam satu luasan tertentu. Kepadatan
sangat penting untuk diukur untuk menghitung produktifitas suati spesies. Kepadatan relative
dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu spesies dengan membandingkan
kepadatan suatu spesies dengan kepadatan semua yang terdapat dalam suatu plot pengamatan.
Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk presentase.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penilitian

Penelitian ini merupakan penelitian desckriptif kuantitatif untuk mengetahui kelimpahan dan
keragman jenis makroalga di Perairan Pantai Desa Kaibobo Kecamatan Seram Bagian Barat.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat:

Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Desa Kaibobo Kecamatan Seram Bagian
Barat

2. Waktu:

Penelitian ini dilaksanakan setelah proposal di seminarkan

C. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Alat.

No. Nama Alat Fungsi


1. Meter roll Mengukur panjang garis transek dan luas
pot
2. Alat tulis Mengukur hasil penelitian
3. Head refractometer Mengukur salinitas air laut
4. Thermometer Mengukur suhu air laut
5. pH meter Mengukur pH air laut
6. Kuadran Sebagai penanda untuk mengamati jenis
Makroalga
7. Kamera HP Untuk dokumentasi penelitian
8. Buku indentifikasi
2. Bahan

No Nama Bahan Fungsi


1 Algae Sebagai objek penelitian
2 Kantong plastik Untuk menampung sampel
3 Alat tulis Untuk menulis data dari hasil pengalaman

D. Prosedur Penelitian

1. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan untuk melihat kondisi lokasi penelitian secara menyeluruh. Hal ini
bertujuan untuk melihat lokasi awal, lokasi penelitian sebagai pertimbangan dalam penentuan
stasiun penelitian.

2. Penelitian Stasiun Penelitian

Penentuan stasiun peneliti menggunakan metode purposive sampling. Stasiun penelitian


diambil dengan mempertimbangkan tujuan tertentu dari penelitian. Salah satunya adalah
pertimbangan kondisi lingkungan dengan keberadaan organisme makroalga. Sampel dikoleksi
secara bebas dengan cara melempar kuadrat secara acak pada area penelitiaan. Penentuan stasiun
dilakukan berdasarkan keberadaan makroalga.

3. Tahap Pengambilan Data


Daftar Pustaka

Kapel, R.C, Mantiri, D.M.H, Nasprianto. 2018. Biodiversitas Makroalga Di Perairan Pesisir
Tongkaina, Kota Manado Jurnal ilmiah platax Vol. 6:(1), ISSN : 2302-3589

Frojina F. Lokollo. 2019.Jurnal TRION. Tentang, Komunitas MakroAlga di Perairan Pantai Eri
Teluk Ambon. Volume 15, Nomor 1. Universitas pattimura

Ode, I & Wasahua, J (2014). Jeni-jenis Alga Coklat Potensial di Perairan Pantai Desa Hutumury
Pulau Ambon. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan,7: 39-45.

Baweja, P.S., Kumar, D.S, & Levine, I. (2016). Seawod in health and disease prevention:
biology of seaweeds. Elsvier Inc., doi: 10.1016/B978-0-12-802772-1.00003-8.

Dewes, C.J. 1981. Marine Algae. University of Miami Press Coral Gagles Florida.

Xing, R., Ma, W., Shao, Y., Cao, X., Chen, L., & Jiang and photosynthesis of the filamentous
green algae, Chaetomorpha valida, in static sea cucumber aquaculture ponds
with high salinity and high pH. peerJ, 2019 (7): 1-12. e6468.
https://doi.org/10.7717/peerj.6468.

Setyorini, HB., Maria, E. & Hartoko, A. (2021). Distribution Pattern of Marco Algae at
Jungwok Beach, Gunungkidul District, South Java, Indonesia. AACL Bioflux, 14
(1). 441-454. https:/www.bioflux.com.ro/aacl.

Macreadie, P.I., Jarvis, J., Trevathan-Tackett, S.M. & Bellgrove, A. (2017). Seagrasses and
macroalge: Importance, Vulnerability and Impacts. In Climate Change Impacts.
On Fisheries and Aquaculutre : A Global Analysis, Volume II, Fits Edition.
Edited by Bruce F. Philips and Moica Perez-Ramirez. 2018 John Wiley & Sons
Ltd. Published 2018 by John Wiley & Sons Ltd.

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan dari Marine
Biology: An ecological approach. Diterjemahkan

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta.

Atmajaya, W. S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi Rumput laut (Makro Alga) Di
perairan Terumbu Karang Indonesia. Puslitbang Oseanologi- LIPI. Jakarta.

Nyabakken JW. (1993). Merine biology.Third Edition. New York (US): R.R Donnelley & Sons
Company.

Tran Jk, Whited B. (2004). Pattrens of distributionof three brittlestar species (Echinodermata :
Ophiuroidea) on coral Reefs. Discovery Bay,1,177-180.

Roomimohtarto K, S. Juwana. 2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang BiotaLaut.


Djambatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai