Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

EKOLOGI PERAIRAN

OLEH:

MUHAYATULLAH E. MUTHALIB
I1B118040

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi perairan merupakan cabang ilmu mengenai lingkungan yang

fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di

perairan dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia

memegang peranan dalam menciptakan kenyamanan hidup organisme di

peraiaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor fisika, kimia dan

biologi (Sulastini, dkk.., 2011).

Ekologi perairan mencakup banyak lingkup antara lain ekologi perairan

tawar, ekologi perairan laut, ekologi perairan kolam, ekologi perairan dan

ekologi perairan tambak dan semua ekosistem yang melibatkan air sebagai

komponen abiotik. Di dalam ekosistem air laut terdapat ekosistem mangrove dan

lamun yang menjadi objek pengamatan (Julaikha, 2017).

Mangrove atau biasa disebut hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di air

payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di

tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Hutan

bakau dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat

flora dan fauna, hingga pengendali bencana. Sistem akar pohon bakau yang

kokoh membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan

banjir, sedimen sungai dan darat tertangkap oleh akar, yang melindungi daerah

garis pantai dan memperlambat erosi (Senoaji, 2016).

Lamun atau sejenis rumput yang hidup di dasar laut adalah anggota

tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam


lingkungan air asin atau air laut. Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat

tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Fungsi dan manfaat padang

lamun adalah sebagai produsen primer, sebagai habitat hewan dan tumbuh-

tumbuhan seperti alga, sebagai penangkap sedimen, dan sebagai pendaur zat

hara (Adli, 2016).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum mengenai

ekologi perairan pada ekosistem mangrove dan lamun.

B. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari praktek lapang ekologi perairan ini ialah untuk mengetahui

metode pengambilan sampel mangrove dan lamun, mengidentifikasi mangrove

dan lamun, memahami analisis data pada mangrove dan lamun, dan mengetahui

hubungan ekologi dan organisme yang berasosiasi di dalam ekosistem mangrove

dan lamun pada perairan Tanjung Tiram.

Manfaat dari praktek lapang ekologi perairan ini ialah untuk mengetahui

cara pengambilan sampel mangrove dan lamun, cara identifikasi mangrove dan

lamun, analisis data indeks keanekaragaman, kerapatan, keseragaman, dominasi

pada ekosistem mangrove dan lamun, mengetahui hubungan ekologi dan

organisme yang berasosiasi di dalam ekosistem mangrove dan lamun pada

perairan Tanjung Tiram.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ekosistem Mangrove

Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik pada umumnya hanya

dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari

ombak, disepanjang delta dan estuaria yang dipengaruhi oleh masukan air dan

lumpur dari daratan. Mangrove merupakan tipe vegetasi yang terdapat didaerah

pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi oleh

pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir atau

lumpur pasir, hutan mangrove tersebut merupakan tipe hutan yang khas, untuk

daerah pantai yang berlumpur dan airnya tenang (Eko, 2011).

Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir muara sungai besar dan delta

yang alirannya banyak mengandung lumpur. Sedangkan yang tidak terdapat

muara sungai, vegetasi mangrove pertumbuhannya tidak optimal. Mangrove sulit

tumbuh di daerah yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang

kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur,

serta substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya berlumpur, berpasir atau

lumpur pasir, hutan mangrove tersebut merupakan tipe hutan yang khas, untuk

daerah pantai yang berlumpur dan airnya tenang (Eko, 2011). Hutan mangrove

adalah tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama pada pantai yang

terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan

pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.

Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang terdiri atas

organisme (hewan dan tumbuhan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya

didalam suatu habitat mangrove (Sofian, dkk. 2012).


1. Klasifikasi Mangrove

Kingdom mangrove Rhyzophora lamarckii

Klasifikasi R.lamarckii Menurut Cronquist (1981) adalah sebagai

berikut :

Kingdom  : Plantae

Phylum: Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family: Rhizophoraceae

Genus : Rhizophora

Species : Rhizophora
lamarckii

Gambar 1. R. mucronata
(Sumber : Dok. Pribadi,2021)
Kingdom mangrove Soneratia.alba

klasifikasi dari S.alba Menurut Tomlison (1986) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Magnoliphyta

Class : Magnoliopsida

Ordo: Mytales

Family : Sonneratiaciae

Genus : Sonneratia

Species:Sonneratia
alba

Gambar 2. S. alba
(Sumber : Dok. Pribadi,2021)
2. Morfologi

Mangrove R. lamarckii memiliki pohon dengan ketinggian mencapai

30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang

khas hingga mencapai ketinggian 5 m, dan kadang-kadang memiliki akar

udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-

ubah. Warna kulit daun hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan

kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan

warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips

menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm (Ningrum,2011)

Bentuk daun pada S.alba berbentuk bulat dan berpasangan pada

cabangnya, dengan panjang sekitar 7 cm. Pada bagian ujung daun agak

melengkung ke bawah. Sifat bunga pada jenis ini terdiri dari bunga

bergelantungan dengan panjang tangkai antara 9-25 mm. Bunga terletak

diketiak daun dan menggantung. Formasinya sendiri-sendiri dengan daun

mahkota berjumlah 10-14 berwarna putih dan coklat jika sudah tua dengan

panjang 13-16 mm. Kelopak bunga berjumlah 10-14 dengan warna merah

muda hingga merah dan panjangnya berkisar antara 30-50 mm Bentuk buah

yang khas yaitu buah melingkar spiral, bundar melingkar dengan panjang

antara 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hiaju tua keunguan.

Panjang hipokotil antara 12-30 cm dan diameternya 1,5 – 2 cm

(Pursetyo,dkk.,2013).
3. Organisme yang beradaptasi dengan Ekosistem Mangrove

Telescopium.telescopium adalah salah satu kelas dari moluska yang

diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosistem lamun. Hubungan

T.telescopium dengan padang lamun adalah gastropoda merupakan komponen

yang penting dalam rantai makanan di padang lamun, dimana gastropoda

merupakan hewan dasar yang memakan detritus (detritus feeder) dan serasah

dari daun lamun yang jatuh serta dapat mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi

di dalam air guna mendapatkan makanan. Selain sebagai salah satu komponen

yang penting dalam rantai makanan, beberapa jenis gastropoda juga

merupakan keong yang bernilai ekonomis tinggi karena cangkangnya diambil

sebagai bahan untuk perhiasan dan cenderamata seperti beberapa jenis keong

dari suku Strombidae, Cypraeidae, Olividae, Conidae, Trochidae dan

Tonnidae (Saripantung dkk., 2013).

Bivalvia atau kerang-kerangan mempunyai dua keping atau belahan

kanan dan kiri yang di satukan oleh satu engsel yang bersifat elastik di sebut

ligament dan mempunyai dua otot yaitu abductor dan aductor dalam

cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan

cangkang tersebut, kerang-kerangan membenamkan diri dalam pasir atau

lumpur umumnya mempunyai tabung yang disebut sifon yang terdiri dari

saluran untuk memasukan air dan saluran lainya untuk mengeluarkan. Makin

dalam kerang membenamkan diri, makin panjang sifonya. Kebanyakan

Bivalvia hidup di laut terutama di daerah litoral, sebagian di daerah pasang

surut, dan air tawar. Spesies yang hidup umunya terdapat di dasar perairan

yang berlumpur atau berpasir. Tubuh dan kaki Bivalvia umumnya pipih secara
lateral, seluruh tubuh tertutup mantel dan dua keping cangkang yang

berhubungan di bagian dorsal. Beberapa kerang bersifat sesil, yaitu menempel

erat pada benda padat dengan benang bysus (Nontji , 2013).

Alpheus spp. merupakan anggota Krustasea yang bertubuh kecil, kuat

dan biasanya banyak dijumpai di perairan dangkal, terutama di terumbu karang

di daerah tropis dan subtropis. Udang Alpheus juga dikenal dengan sebutan

udang pistol (pistol shrimp atau snapping shrimp), karena dapat menimbulkan

bunyi yang meletik disaat predator menyerang. Manfaat dari udang ini bagi

manusia memang hampir tidak ada, tubuhnya relatif kecil sehingga tidak dapat

dimakan. Hanya saja udang ini dapat hidup bersama (bersimbiosis) dengan

hewan-hewan lain seperti ikan gobi, anemon, spons, ekhino dermata dengan

hubungan timbal balik yang sangat baik dan menguntungkan. Sehingga

mempunyai arti penting dan keistimewaan tersendiri bagi hewan-hewan

tersebut (Pratiwi, 2011).


B. Pengertian Ekosistem Lamun

Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks

dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat panting bagi perairan

wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun (seagrass) termasuk dalam kelompok

Angiospermae yang hidupnya terbatas di lingkungan laut yang umumnya

hidup di perairan dangkal wilayah pesisir. Distribusi lamun sangatlah luas,

dari daerah perairan dangkal Selandia baru sampai ke Afrika. Dari 12 ganera

yang telah dikenal, 7 genera diantaranya berada dan tersebar di wilayah tropis

(Tange, 2011).

Lamun yang hidup pada puing karang dan pasir cenderung memiliki

perakaran yang lebih kuat dibandingkan lamun yang hidup disubstrat berlumpur.

Hal ini karena porositas pasir yang besar dan seragam sehingga akar perlu

mencengkram kuat ke substrat supaya dapat bertahan dari arus dan gelombang.

Lamun yang tumbuh pada substrat berlumpur memiliki ukuran butir sedimen yang

halus. Sehingga membutuhkan lebih banyak akar untuk mengikat sedimen .

( Pratiwi, 2015)
1. Klasifikasi Lamun

Kingdom Lamun Enhalus ecoroides

Klasifikasi E. ecoroides Menurut den Hartoq (1970) sebagai

berikut :

Kingdom  : Plantae

Phylum: Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Ordo : Hydrocharitales

Family: Hydrocharitaciae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus ecoroides

Gambar 1. E.ecoroides
(Sumber : Dok. Pribadi,2021)
III. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 27 November 2021,

pukul 08.00-Selesai, bertempat di perairan pantai Tanjung Tiram, Desa Tanjung

Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Kota Kendari,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada paraktek lapanng ini dapat di lihat pada

tabel berikut :

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
Transek kuadrat m Mengambil sampel
Kamera - Mengambil dokumentasi
Alat tulis - Menulis hasil pengamatan
Pelastik sampel - Wadah sampel organisme
Talirafia m Membuat transek/plot
2. Bahan
R.Lamarckii Ind Objek pengamatan
S. Alba. Ind Objek pengamatan
Enhalus Acoroides. Ind Objek pengamatan
T.telescopium. Ind Objek pengamatan
Paguroidea. Ind Objek pengmatan
Pinna sp. Ind Objek Pengamatan
Panaeus sp. Ind Objek Pengamatan

C. Prosedur Kerja

1. Prosedur kerja pada mangrove.

a. Menyiapkan alat.

b. Membentangkan tali 10x10 di satu pohon mangrove


c. Mengidentifikasi organisme yang terdapat pada wilayah 10x10, 5x5 m dan

1x1m

d. Mengambil sampel daun, buah dan dokumentasi akar dari mangrove.

2. Prosedur kerja pada lamun.

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengukur tali raffia dari selepas mangrove sampai 50 m

c. Menarik tali raffia sampai terasa renggang

d. Meletakkan transek kuadrat pada jarak 10 m,20 m,30 m, dan 50 m

e. Mengamati organisme dan tumbuhan

D. Analisis Data

1. Kerapatan Jenis

Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis

ke-i (Ni) dan total tegakan seluruh jenis (∑n) (English et al., 1994) dengan rumus:

¿
Di = A

Keterangan :
Di = Kerapatan jenis ke–i (ind/m2)
Ni = Jumlah total individu dari jenis ke–i (ind)
A = Luas area total pengambilan contoh
¿
RDi = ∑n x 100%

Keterangan :
RDi = Kerapatan Relatif (%)
Ni = Jumlah individu jenis ke-I (ind)
∑n = Jumlah seluruh individu (ind)

2. Indeks Keanekaragaman
Perhitungan indeks keanekaragaman jenis dihitung menggunakan indeks
Shannon-Wiener (Cox, 2002 dalam Lefaan, 2008) dengan rumus:

¿
H’ = - ∑ pi ln pi = PI N

Keterangan :
H = Indeks keanekaragaman
Pi = ni/N
ni = Jumlah indvidu setiap jenis
N = Jumlah individu seluruh jenis
3. Indeks Kemerataan

Keanekaragaman tidak dapat terlepas dari kemerataan (evenness), yang

dapat dihitung dengan rumus (Odum, 1971 dalam Herliandi, 2011).

H'
e=
lns

Keterangan :
e = Nilai keseimbangan antar jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener
S = Jumlah jenis
4. Indeks Dominasi

Ada tidaknya dominansi dari jenis tertentu, menggunakan indeks

dominansi (Odum, 1971 dalam Syamsurisal, 2011) dengan rumus:

D = ( ∑ Pi )2

Keterangan :
D= Indeks dominasi
Pi= ni/N
ni= Jumlah individu jenis ke-i
N= Jumlah seluruh individu dari seluruh jenis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan yang diperoleh dari praktek lapangan ekologi perairan

pada ekosistem mangrove dan lamun di desa Tanjung Tiram Kecamatan Moramo

Utara Kabupaten Konawe Selatan Provisi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tebel 1. Lokasi pengamatan ekosistem mangrove


Stasiun Luas Tumbuhan dan Jumlah
Organisme
1. 10 X 10 Tumbuhan
- Rhizophora Mucronata - 12 ind

- Soennerati Alba Smith - 4 ind

Organisme
- Burungo (telescopium telescopium)
- Kelomang (Coenobita Perlatus)
- Kerang Kampak (pinna sp.)
- Udang Panaeid ( Panaeus sp. )
5X5
Tumbuhan - 1 ind
2. - Rhizophora Mucronata

Organisme
1x1
-
- 4 ind
Organisme
3. - Rhizophora Mucronata
Tabel 2.Hasil pengamatan pertama pada ekosistem lamun
Stasiun Jumlah Organisme Perindividu
Plot
Lamun Rumput Laut Bintang Laut

I 1 26 - -

2 12 - -

3 30 - 1

4 14 - -

5 12 - -

Tabel 3 .Hasil pengamatan kedua pada ekosistem lamun


Stasiun Jumlah Organisme Perindividu
Plot
Lamun Rumput Laut Bintang Laut

2 1 14 - -

2 15 - -

3 17 - 1

4 11 - -

5 23 - -

Tabel 4 .Hasil pengamatan ketiga pada ekosistem lamun


Stasiun Jumlah Organisme Perindividu
Plot
Lamun Rumput Laut Bintang Laut

3 1 34 - -

2 28 - -

3 25 - 1

4 27 - -
5 15 - -

Tabel 5. Hasil nilai rata-rata mangrove


Jenis Di ∑Di RDi ∑RDi H’ e D

R. lamarckii 1,39 0,46 91,7% 30,6 0,56 0,67 0,67

S. alba 0,04 0,01 25% 8,33

Tabel 6. Hasil nilai rata-rata lamun


Jenis Di ∑Di RDi ∑RDi H’ e D

E. acoroides 0,43 0,14 1,0% 0,03 0,33 0,00 0,67


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan di desa Tanjung Tiram

Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan dengan mengamati

ekosistem mangrove dan ekosistem lamun, jenis mangrove yang telah di

identifikasi di lokasi tersebut dengan menggunakan transek 10 x 10 m untuk

kategori pohon, 5 x 5 m untuk anakan dan 1 x 1 m untuk semai di temukan dua

jenis mangrove yaitu Rhyzopora Lamarckii dan sonerati alba, yang dimana untuk

transek ukurn 10 x 10 m dengan kategori pohon terdapat 12 individu jenis bakau

Rhizopora lamarckii, dan 4 individu jenis bakau sonerati alba. dalam vegetasi

bakau kategori pohon terdapat juga berbagai organisme yang menghuni bakau

tersebut diantaranya ialah burungo, kalomang kerang kampak, dan udang panaeid.

Transek ukuran 5 x 5 m dengan kategori anakan terdapat satu jenis

mangrove yang telah di identifikasi jenisnya yaitu Rhyzopora Lamarckii serta

tidak terdapat satupun organisme dalam mangrove anakan, sedangkan untuk

transek ukuran 1 x 1 m dengan kategori semai di datemukan 1 jenis mangrove

yang telah di identifikasi yaitu Rhyzopora Lamarckii dengan 4 jumlah individu

dan tidak terdapat adanya organisme yang berada pada bakau tersebut.

Hasil pengamatan pada ekosistem lamun dengan mengukur jarak 50 m

dari bibir pantai dan mengidentifikasi jenis lamun di 5 plot yang menggunakan

transek 1 x 1 m dengan masing-masing plot berukuran 25 cm terdapat satu jenis

lamun yaitu Enhalus Ecoraides yang dimana dari masing-masing plot terdapat

jumlah indvidu yang berbeda, untuk plot 1 berjumlah 74 lamun, plot 2 berjumlah

55, plot 3 berjumlah 72, plot 4 berjumlah 52, plot 5 berjumlah 50 dari dari setiap

plot terdapat hanya 1 plot yang terdapt organismenya yaitu plot 3 dengan jenis
organisme bintang laut.

Hasil analisis data nilai rata-rata dari empat indeks pada ekosistem

mangrove untuk jenis R. lamarckii di dapatkan nilai kerapatan jenis sebesar 1,39,

nilai kerapatan relatif 91,7, keanekaragaman 0,56, nilai kemerataan 0,67 dan nilai

dominansinya 0,67 sedangkan untuk jenis S. alba di dapatkan nilai kerapatanya

sebesar 0,04, nilai kerapatan relatif 25%.

Hasil analisis data pada ekosistem lamun untuk jenis E. acoroides di

dapatkan nilai kerapatan jenisnya sebesar 0,43, kerapatan realatif 1,0%,

keanekaragaman 0,33, nilai kemerataan 0,00 dan nilai dominansi 0,67.

Anda mungkin juga menyukai