Anda di halaman 1dari 14

A.

JUDUL
JENIS DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOBENTOS DI SUNGAI NALUI
KECAMATAN JARO
B. LATAR BELAKANG
Desa Nalui Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong adalah desa yang memiliki
wilayah hutan hujan tropis. Disekitar desa terdapat pegunungan dan pengairan
sungai yang berperan sangat penting bagi masyarakat sekitar, karena kawasan
sungainya yang masih terjaga kelestariannya, mempunyai air yang jernih dan
memiliki keanekaragaman hewan air yang banyak sehingga memungkinkan
hidupnya binatang-binatang seperti Moluska, Annelida, Chordata, dan Arthropoda.
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem air yang relatif kecil di muka bumi
jika dibandingkan dengan ekosistem darat dan lautan. Ekosistem air tawar memiliki
kepentingan yang sangat berarti dalam kehidupan manusia karena ekosistem air
tawar merupakan sumber paling praktis dan murah untuk memenuhi kepentingan
domestik dan industri. Ekosistem air tawar secara umum dapat dibagi 2 yaitu
perairan lentik (perairan tenang) misalnya danau, rawa, waduk dan sebagainya dan
perairan lotik (perairan berarus) misalnya sungai. Ekosistem air tawar memiliki
banyak manfaat bagi kehidupan manusia adalah sungai (Anonima, 2013).

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran


penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi
daerah di sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh
karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan. Perairan sungai mempunyai komponen
biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk ekosistem yang saling
mempengaruhi. Komponen ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya
membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut
(Rizky, 2013).
Di dalam sungai dihuni oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme
yang tak terbilang banyak jenisnya. Keberadaan mereka didukung bentuk dan sifat
fisik lingkungan yang berbeda-beda, sehingga terjadi kelompok-kelompok biota
yang menurut bentuk dan sifat lingkungannya misalnya bentos (Dhea, 2013).
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-
faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus
terdedah oleh air yang kualitasnya berubahubah. Diantara hewan bentos yang relatif
mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah
jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih
dikenal dengan makrozoobentos (Ojan, 2010).
Makrozoobentos merupakan hewan yang hidup di dasar perairan baik air laut
maupun air tawar. Kelompok hewan yang termasuk dalam golongan ini yakni
hewan yang hanya dapat di lihat dengan mata telanjang. Makrozoobentos juga
merupakan hewan melata, menetap, menempel, memendam, dan meliang di dasar
perairan.
Keanekaragaman komunitas makrozoobentos dipengaruhi berbagai faktor
lingkungan biotik dan abotik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan
makrozoobentos adalah faktor kimia lingkungan perairan, diantaranya adalah
penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air, kandungan unsur kimia
seperti kandungan ion hidrogen (pH), oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan
oksisigen kimia (COD). Komposisi maupun kelimpahan makrozoobentos
bergantung pada toleransi atau sensitifitasnya terhadap perubahan kualitas habitat
dengan cara penyesuaian diri dari struktur komunitas. Dalam lingkungan yang
relatif stabil, struktur komunitas makrozoobentos relatif tetap (Ojan, 2010).
Sungai Nalui mempunyai peranan yang sangat penting bagi penduduk
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, memasak,
mandi, bertani, beternak, mencari ikan dan bahkan sebagai tempat industri-industri
kecil pembuatan perahu serta menjadi dermaga tempat sandarnya perahu.
Kebiasaan khas masyarakat yang menangkap ikan dengan cara membom atau
memberi racun di sungai akan sangat berpengaruh terhadap ekosistem, salah
satunya adalah keberadaan makrozoobentos di kawasan tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
skripsi dengan judul “Jenis Dan Keanekaragaman Makrozobentos Di Sungai
Nalui”.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Jenis-jenis makrozoobentos apa saja yang ditemukan di kawasan Sungai
Nalui ?
2. Bagaimana keanekaragaman makrozoobentos di kawasan Sungai Nalui ?
3. Bagaimana kemelimpahan makrozoobentos di kawasan Sungai Nalui ?
D. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Makrozoobentos yang akan diamati meliputi makrozoobentos yang
tertangkap pada alat ekman grab.
2. Objek yang akan diteliti adalah keanekaragaman jenis dan kemelimpahan
makrozoobentos di kawasan Sungai Nalui.
3. Lokasi pengambilan sampel berada pada aliran utama Sungai Nalui.
E. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Jenis-jenis makrozoobentos apa saja yang ditemukan di
kawasan Sungai Nalui.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobentos di kawasan Sungai
Nalui.
3. Untuk mengetahui kemelimpahan makrozoobentos di kawasan Sungai Nalui.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan sebagi bahan informasi bagi masyarakat sekitar tentang
keanekaragaman dan kemelimpahan makrozoobentos di kawasan Sungai
Nalui.
2. Dapat mengetahui tingkat kualitas perairan di kawasan Sungai Nalui.
3. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa program studi
biologi khususnya mata kuliah zoologi invertebrata.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Makrozoobentos
Hewan makrozoobentos invertebrata merupakan hewan yang tidak bertulang
belakang yang dapat dilihat oleh mata biasa dengan ukuran lebih besar dari 200μm-
500μm. Hewan ini hidup pada dasar kolam, danau, dan sungai untuk seluruh atau
sebagian tahapan hidupnya. Mereka dapat hidup pada batuan, ataupun bergerak
bebas pada ruang antar batuan, pada runtuhan bahan organik. Bentos adalah
organisme yang mendiami daerah dasar perairan (Soendjojo, 2001).
Bentos merupakan organisme yang melekat di permukaan substrat dasar sungai.
Sedangkan makrozoobentos adalah bentos yang dapat terlihat dengan mata biasa.
Biasanya menempati ruang kecil antara batuan di dasar dalam runtuhan bahan
organik, di atas batang kayu dan tanaman air atau di dalam sedimen halus. Biasanya
berukuran lebih besar dari 1 mm. Makrozoobentos ini pada umumnya terdiri dari
larva Insecta, Crustacea, Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae.
Hewan-hewan ini secara terus menerus terkena substansi yang diangkut oleh
aliran sungai sehingga memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Hal ini menyebabkan makrozoobentos sesuai untuk
dijadikan indikator ekologi dari suatu perairan (Soendjojo, 2001).
Makrozoobentos tersebut dapat dikuantifikasi dengan menentukan kekayaan
spesies (jumlah jenis hewan yang tercuplik dalam sampel), kelimpahan (jumlah
total individu dalam sampel), kelimpahan rata-rata (jumlah rata-rata satu jenis
hewan terhadap jenis yang lainnya), dan keanekaragaman spesies (distribusi total
individu setiap jenis pada sampel). Mudahnya kuantifikasi makrozoobentos tersebut
menunjukkan bahwa makrozoobentos memenuhi syarat sebagai bioindikator selain
terpenuhinya syarat-syarat yang lainnya (variasi genetis yang sedikit, mobilitas
terbatas, dan mudah pengindentifikasian masing-masing jenis) (Juju, 2012).
Beberapa keuntungan penggunaan makrozoobentos adalah:
1) Hewan-hewan ini terdapat di mana-mana sehingga dapat dipengaruhi oleh
perubahan kondisi lingkungan pada berbagai tipe perairan.
2) Jenis dari makrozoobentos sangat banyak sehingga memungkinkan
spektrum luas dalam pengamatan terhadap respons stres di lingkungan.
3) Hewan-hewan ini pergerakannya cenderung sedikit sehingga dapat
dilakukan analisis spasial yang efektif terhadap efek dari polutan.
4) Siklus hidup yang panjang memungkinkan diuraikannya perubahan yang
bersifat sementara akibat gangguan yang terjadi.
Berdasarkan Juwana (2004), kepekaan jenis-jenis makrozoobentos di sungai
terhadap polusi bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Kelompok intoleran, contohnya: Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera.
2) Kelompok fakultatif, contohnya: Odonata, beberapa Diptera (Tipulidae &
Rhagionidae), Pelecypoda.
3) Kelompok toleran, contohnya: beberapa Diptera (Tanypodinae &
Simuliidae), Hirudinae, Gastropoda.
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos hidup di pasir,
lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Organisme yang
termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda,
Oligochaeta, Mollusca, Nematoda, dan Annelida. Klasifikasi bentos menurut
ukurannya yaitu makrobentos merupakan bentos yang memiliki ukuran lebih besar
dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata,
sponge, ascidian, and crustacea. Meiobentos merupakan bentos yang memiliki
ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda,
cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobentos merupakan
bentos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom,
ciliata, amoeba, dan flagellata (Minarsih, 2014).
2. Ekosistem Sungai
Sebagai salah satu bagian dari kenampakan bumi, sungai menjadi tempat
mengalirnya air dari hulu ke hilir. Sungai mengalirkan air secara alami tanpa proses
apapun. karena air merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan, maka
sungai juga merupakan bagian terpenting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di
bumi ini. Manfaat sungai bagi kehidupan tidak pernah lepas dari kebutuhan
makhluk hidup akan air. Sungai diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan alam, air
yang mengalir di sungai adalah darah yang mengalir ke seluruh penjuruh bumi.
Sungai juga menjadi sumber kehidupan bagi aneka makhluk hidup air, seperti
berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan biota air lainnya (Anonim, 2010).
Wilayah perairan sungai layaknya seperti daratan juga memiliki makhluk hidup
di dalamnya baik yang hidup di permukaan, dasar, atau dekat dasar perairan. Pada
permukaan air terdapat kelompok ikan pelagis seperti ikan Tuna, Cakalang,
kelompok Marlin, dan Tongkol, sedangkan pada dasar atau dekat dasar perairan
terdapat kelompok ikan demersal seperti ikan kakap, bawal, patin, ikan keting, dan
sebagainya. Selain jenis hewan tersebut, hewan lainnya yang juga memegang
peranan penting dalam kehidupan perairan adalah makrozoobentos (Juwana, 2004).

3. Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Makrozoobentos


Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya dan dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi
jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kemelimpahan spesies yang
sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit
spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman
jenisnya rendah.
Konsep keanekaragaman jenis juga dapat digunakan untuk mengukur jenis juga
dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil walaupun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya. Indeks keanekaragaman merupakan suatu angka yang
tidak bersatuan yang besarnya 2 antara nol dan satu. Semakin kecil indeks
keanekaragaman maka keanekaragaman suatu spesies atau genera dalam komunitas
semakin kecil pula. Artinya penyebaran jumlah indi1idu setiap spesies atau genera
tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies mendominasi komunitas. Indeks
ini digunakan untuk menganalisis struktur komunitas. Indeks ini menyatakan suatu
hubungan antara jumlah individu tiap jenis organisme dengan jumlah individu
dalam komunitas. Spesies atau golongan jenis yang sebagian besar mengendalikan
arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan dari semua jenis lainnya
disebut dominan ekologi (Nuhman Usman. 2009).
Kemelimpahan organisme adalah jumlah individu pada suatu area. Cara
menghitung kemelimpahan yang paling akurat adalah dengan cara menghitung
setiap individu pada area tersebut. Umumnya tidak dapat menghitung semua
individu dalam ekosistem dan walaupun mungkin, maka dibutuhkan waktu yang
banyak. Besar kecilnya kelimpahan makrozoobentos di suatu tempat tergantung
pada kondisi habitatnya. Apabila komponen biotik maupun abiotik dalam
habitatnya mampu mendukung kelangsungan hidup makrozoobentos, maka
kelimpahan makrozoobentos di tempat tersebut akan besar. Keterkaitan antara
kelimpahan makrozoobentos dengan lingkungan disebabkan karena adanya
interaksi antara makrozoobentos dengan faktor lingkungan. Begitu juga dengan
adanya kompetitor dan predator yang dapat mempengaruhi kemelimpahan
makrozoobentos.
4. Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi makrozoobentos
Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas
bentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan
seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan,
substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan
karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh
terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun
tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu
perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi
makrozoobentos yang hidup di ekosistem perairan (Agus, 2005).
a. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga
disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya
diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang
tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Anonimb, 2013).
b. Nilai pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritmaaktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Air murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang dari tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari
tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali (Anonimd, 2014).
c. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan sangat penting bagi hampir semua
makhluk hidup. Suhu merupakan faktor yang sangat menentukan aktivitas
enzim di dalam tubuh organisme. Peningkatan suhu tubuh pada rentang
kisaran toleransi hewan akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam
membantu reaksi metabolisme. Suhu yang ekstrim tinggi menyebabkan
protein sebagai komponen utama penyusun enzim akan rusak atau
denaturasi dan menyebabkan enzim tidak mampu lagi melakukan fungsinya
sebagai biokatalisator. Demikian juga kalau suhu tubuh turun sangat
ekstrim, bahkan mungkin di bawah kisaran toleransinya, akan menyebabkan
aktivitas enzim sangat rendah (Agus, 2005).
d. Kecepatan arus
Perpindahan air sangatlah penting dalam penentuan penyebaran suatu
organisme. Arus air akan lambar bila makin dekat ke dasar. Perubahan
kecepatan air seperti itu tercermin dalam modifikasi yang diperlihatkan oleh
organisme yang hidup dalam air yang mengalir, yang kedalamannya
berbeda (Minarsih, 2014). Faktor biologi perairan juga merupakan faktor
penting bagi kelangsungan hidup masyarakat hewan bentos sehubungan
dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan,
sehingga komposisi jenis hewan yang ada dalam suatu perairan seperti
kepiting, udang, ikan melalui predasi akan mempengaruhi kelimpahan
bentos (Agus, 2005).
5. Penelitian yang relevan
Handayani (2011) menemukan 7 spesies makrozobentos meliputi,
hironomis sp, corcicula rivalis, littorina-sitkana, lymnaea stagnalis,
Marginella piperrata, nereis sp, chrysalida sp, cochlostoma tergestinum,
Thiara winteri, Tubifek, Vivarus intertextus, Filopaludina sp. Pada daerah
dekat pabrik padi kelimpahan makrozobentos tertinggi jenis Chrysalisa sp dan
yang terendah jenis Litotorina sitkana. Pada daerah dekat penduduk
kelimpahan tertinggi adalah jenis Nereis sp dan yang terendah jenis Tubifex
tubifex. Sedangan untuk daerah dekat perkebunan kemelimpahan tertinggi
adalah jenis Lymnaea dan yang terendah adalah jenis Corbicula revalis.
Purwanti (2012) menemukan 12 spesies makrozoobentos meliputi,
melanoiedes tuberculata, tubifex tubifex, ondina vitrea, Pomecea canalicuta,
Tropisternus sp, Pila ampulacea, Bellanya javanica, Pontoscolex corethrurus,
Nereis Succinea, Melanpides granifera, Ceratochepale laveni, Carbicula
javanica. Nilai keanekaragaman spesies tergolong sedang dengan nilai indeks
diversitasnya 2,22. Kemelimpahan tertinggi ditempati oleh Melanoides
tuberculata. Kemelimpahan terendah ditempati oleh Carbicula javanica.

6. Gambaran umum daerah penelitian


Lokasi hutan yang akan menjadi objek penelitian ini berada di Desa nalui
kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Lokasi Perkebunan kopi yang akan
menjadi objek penelitian ini berada di Desa Muang kecamatan Jaro Kabupaten
Tabalong. Perkebunan ini termasuk daerah bukit pegunungan dimana
wilayahnya terdiri atas hutan, perkebunan, dan pemukiman warga. Yang mana
mempunyai tanah yang kering dan subur sehingga memungkinkan hidupnya
binatang-binatang seperti Arthropoda. Daerah kecamatan jaro merupakan
dataran tinggi yang memiliki beragam perkebunan misalnya perkebunanan
karet, perkebunan cabe jawa dan perkebunan kopi.
Batas wilayah Desa nalui Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong adalah:

1. Sebelah Timur : Desa Muang

2. Sebelah Selatan : Desa Lumbang/Taratau

3. Sebelah Utara : Desa Namun / Pianang

4. Sebelah Barat : Desa Sempalang 1

H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik
pengambilan sampel secara observasi. Teknik observasi yang dilakukan adalah
terjun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel aliran
sungai Pembataan. Sungai yang lebarnya kurang lebih 20 meter dibagi ke
dalam 3 zona pengamatan, yaitu zona I pada daerah sungai yang masih alami
kemudian jarak 100 meter adalah zona II yang mana aliran sungainya
digunakan oleh pabrik kayu dan zona III yakni sungai sekitar pemukiman
penduduk. Pengambilan sampel dimulai dari jarak 2 meter dari tepi sungai.
Pada setiap zona akan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 10 titik secara
acak.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 6 bulan yang meliputi
tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan
penelitian. Penelitian ini dilakukan di perairan kawasan Sungai Nulai
Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah jenis makrozoobentos yang ditemukan
di sekitar kawasan Sungai Nulai Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong. Sampel
penelitian adalah semua jenis makrozoobentos yang diambil di kawasan sungai
Pembataan yang tertangkap dengan Ekman Grab.
4. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ekman Grab.
2. Jala surber.
3. Secchi Disk untuk mengukur kecerahan air.
4. pH meter, digunakan untuk mengukur derajat keasaman air.
5. Thermometer, untuk mengukur suhu air.
6. DO (Dissolved Oxygen) meter, untuk mengukur oksigen terlarut.
7. Stopwatch dan bola pingpong untuk mengukur kecepatan arus air.
8. Loupe untuk mengamati spesies yang ditemukan.
9. Roll meter, untuk menentukan jarak tiap titik pengambilan sampel.
10. Pinset.
11. Botol sampel digunakan untuk menampung atau menyimpan sampel
makrozoobentos.
12. Kertas label, digunakan untuk memberi tanda pada botol penyimpanan
sampel.
13. Formalin 4%, digunakan untuk mengawetkan contoh makrozoobentos.
14. Tissue, digunakan untuk membersihkan alat.
15. Kamera, digunakan sebagai alat dokumentasi.
16. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data.
5. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Persiapan awal dilakukan dengan cara terlebih dahulu mencari informasi
dari masyarakat setempat mengenai kondisi sungai dengan melakukan survei
awal. Selanjutnya membuat dan mengurus surat izin penelitian. Kemudian
mempersiapkan alat-alat dan bahan penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Mengukur lokasi penelitian.
2) Membagi daerah penelitian menjadi 3 zona pengamatan.
 Zona I pada sungai yang masih alami.
 Zona II pada aliran sungai tempat industri pabrik kayu.
 Zona III pada aliran sungai yang di tempati penduduk.
3) Pada masing-masing zona tersebut diambil 10 titik pengamatan dengan
jarak antar titik yakni 8 meter secara acak.
4) Pengambilan sampel pada setiap zona yakni 2 meter dari tepi sungai.
5) Mengukur parameter lingkungan pada setiap zona pengamatan meliputi
kedalaman, kecerahan air, suhu, pH, dan oksigen terlarut.
6) Meletakkan ekman grab pada titik pengambilan sampel.
7) Menyaring hasil pengambilan sampel dari ekman grab.
8) Mengambil contoh makrozoobentos dengan menggunakan pinset dan
dipindahkan ke dalam botol yang telah diberi larutan formalin 4%.
9) Mengidentifikasikan jenis-jenis makrozoobentos yang tertangkap
dengan buku leteratur.
10) Mengelompokkan jenis-jenis makrozoobentos dan menghitung jumlah
tiap jenis makrozoobentos yang ditemukan di setiap titik pengambilan.
11) Memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel pengamatan.
12) Mendokumentasikan hasil peneltian.
6. Analisis Data
Data hasil pengamatan di analisis secara deskriptif dan statistik dengan urutan
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi setiap jenis makrozoobentos yang ditemukan
menggunakan literatur yang relevan.
2. Untuk mengetahui keberagaman makrozobentos digunakan indeks
keanekaragaman dari Shannon-Winner (H1 ) dengan rumus :
H1=-Σ Pi ln Pi dimana Pi = Ni/N
H1 = Indeks keanekaragaman Shannon-Winner
Ni = Banyaknya individu (spesies) ke-i
N = Jumlah total individu
3. Untuk mengetahui Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, dan Nilai Penting dengan rumus :
Jumlah individu spesies
Kerapatan (K) = Jumlah seluruh titik

Kerapatan suatu spesies


Kerapatan Ralatif (KR) = 100
Kerapatan seluruh spesies

Jumlah plot ditempati suatu spesies


Frekuensi (F) =
Jumlah seluruh titik

Frekuensi suatu spesies


Frekuensi Relatif (FR) = 100
Frekuensi seluruh spesies

Nilai Penting (NP) = KR + FR

I. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian feb mar apr mei jun Juli


Membuat proposal
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis data penelitian
Konsultasi

J. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Pemanfaatan Dan Potensi Makrozoobentos Sebagai Indikator
Perairan.(online:https://ojanmaul.wordpress.com/2010/10/05/pemanfaatan
-dan-potensi-makrozoobentos-sebagai-indikator-kualitas-perairan/, diakses
tanggal 10 November 2016).
Anonima, 2013. Manfaat Air Tawar. (online :http://www.bimbie.com/ekosistem air-
tawar.htm, diakses 10 November 2016).
Anonimb, 2013.Oksigen Terlarut, diakses 10 November 2016).
Anonimd, 2013. Http://id.wikipedia.org/wiki/Tutut_jawa, diakses 10 November
2016
Agus D. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Dhea A. 2013. Kondisi Perairan Terhadap Makrozoobenthos. (online :
http://www.academia.edu/5948117/kondisi_perairan_terhadap_struktur_ko
munitas_makrozoobenthos_di_muara_sungai_karanganyar_dan_tapak_kec
amatan_tugu_semarang, diakses 10 November 2016).
Handayani T.S dkk, 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas
Hulu Dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan Dari
Pencemaran Bahan Organik. Malang.
Juju B. 2012. Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air. (online :
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/04/makrozoobentos-
sebagaibioindikator-kualitas-air-2/, diakses 10 November 2016).
Juwana S, 2004. Meroplankton Laut. Jakarta : Ikrar Mandiriabadi.
Minarsih, 2014. Keanekaragaman Makrozoobentos Di Kawasan Sungai
Patangkep Desa Lalap Kecamatan patangkep Tutui Kabupaten Barito
Timur Provinsi Kalimantan Tengah.. STKIP-PGRI Banjarmasin.
Nuhman U, 2009. Kelimpahan dan Keanekaragaman serta Dominansi
makrozoobentos Di Tambak Darat. Univ . HangTuah Surabaya.
Ojan, 2010. Pemanfaatan dan Potensi Makrozoobentos. (online:
https://ojanmaul.wordpress.com/category/biologi-laut/, diakses 10
November 2016).
Rizky, 2013. Makrozoobentos. (online: http: //ririzky. blogspot. com/2013 _ 11 _
01 _ archive.html, diakses 10 November 2016).
Soendjojo D. 2001. Ekologi. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai