Anda di halaman 1dari 6

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI

AIR TERJUN TUNAN, TALAWAAN, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

Grasideo Vinda Ester Pelealu 1), Roni Koneri 1), Regina Rosita Butarbutar 1)
1)
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: vindapelealu@gmail.com: Ronicaniago@unsrat.ac.id; reginabutarbutar@gmail.com:

ABSTRAK
Makrozoobentos merupakan organisme akuatik yang hidup di dasar perairan dengan pergerakan
relatif lambat yang sangat dipengaruhi oleh substrat dasar serta kualitas perairan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat di sungai air
terjun Tunan, Desa Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Pengambilan sampel dilakukan
pada tiga stasiun. Stasiun 1 (Air Terjun Tunan), Stasiun 2 (Pintu masuk wisata), dan Stasiun 3
(Perkebunan). Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan metode purposive random
sampling. Pengambilan sampel makrozoobentos di dasar perairan dengan menggunakan jaring
surber yang berukuran ukuran 25 cm x 40 cm. Hasil penelitian menunjukan makrozoobentos yang
ditemukan di sungai air terjun Tunan terdiri dari 3 filum, 3 kelas, 10 bangsa, 20 suku, dan 23
marga serta 379 individu. Marga makrozoobentos yang sering di jumpai yaitu Hydropsyche dan
Suku makrozoobentos yang paling sering dijumpai yaitu suku Heptageniidae. Indeks
keanekaragaman makrozoobentos tertinggi pada stasiun 1 (2,69), kemudian diikuti oleh stasiun 2
(2,31) dan terendah pada stasiun 3 (1,94).
Kata kunci: Air terjun Tunan, Indeks Keanekaragaman, Makrozoobentos

ABUNDANCE AND DIVERSITY OF MACROZOOBENTOS IN TUNAN


WATERFALL RIVER, TALAWAAN, NORTH MINAHASA, NORTH SULAWESI

ABSTRACT
Macrozoobenthos are aquatic organisms that live at the bottom of the waters with relatively slow
movements that are strongly influenced by the basic substrate and the quality of the waters. This
study aims to analyze the diversity of macrozoobenthos in the Tunan waterfall river, Talawaan
Village, North Minahasa, North Sulawesi. Sampling was carried out at three stations. Station 1
(Tunan Waterfall), Station 2 (tourist entrance), and Station 3 (Plantation). Macrozoobenthos
samples were taken using purposive random sampling method. Taking macrozoobenthos samples
at the bottom of the water using a surber net measuring 25 cm x 40 cm. The results showed that
macrozoobenthos found in the Tunan waterfall river consist of 3 phylum, 3 classes, 10 ordo, 20
familia, and 23 genus and 379 individuals. Macrozoobenthic genus that are often encountered are
Hydropsyche and the most common macrozoobenthic classis, the Heptageniidae classis. The
highest macrozoobenthos diversity index at station 1 (2.69), followed by station 2 (2.31) and the
lowest at station 3 (1.94).
Keywords: Tunan Waterfall, Diversity Index, Macrozoobentos

PENDAHULUAN makrozoobentos sangat bergantung pada


toleransi dan tingkat sensitifnya terhadap
Makrozoobentos adalah organisme
kondisi lingkungannya. Kisaran toleransi dari
yang hidup pada dasar perairan, dan
makrozoobentos terhadap lingkungan
merupakan bagian dari rantai makanan yang
berbeda-beda (Wilhm, 1975).
keberadaannya bergantung pada populasi
Kelimpahan dan keanekaragaman
organisme yang tingkatnya lebih rendah
komunitas makrozoobentos juga ditentukan
(Noortiningsih dan Handayani, 2008).
oleh sifat fisika, kimia, dan biologi
Kelimpahan dan keanekaragaman
98 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 2, Oktober 2018

perairan. Sifat fisik perairan seperti, ke air terjun Tunan akan berpengaruh
kedalaman, kecepatan arus, warna, kekeruhan terhadap kondisi lingkungan ekosistem
atau kecerahan, dan suhu air. Sifat kimia sungai. Kondisi lingkungan perairan sungai
perairan antara lain, kandungan gas terlarut, sangat menentukan kelimpahan dan
bahan organik, pH, kandungan hara, dan kenekaragaman makrozoobentos yang hidup
faktor biologi yang berpengaruh adalah di dalamnya.
komposisi jenis hewan dalam perairan
diantaranya adalah produsen yang merupakan BAHAN DAN METODE
sumber makanan bagi hewan makrozoobentos
dan hewan predator yang akan mempengaruhi Penelitian dilakukan di sungai
kelimpahan makrozoobentos (Setyobudiandi, kawasan air terjun Tunan, Desa Talawaaan,
1997). Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Sebagai organisme yang hidup di Pengambilan sampel dilakukan pada tiga
perairan, hewan makrozoobentos sangat peka stasiun dengan tiga kali pengulangan pada
terhadap perubahan kondisi lingkungan tiap stasiun. Jarak antar stasiun lebih kurang
tempat hidupnya, sehingga akan berpengaruh 500 m. Stasiun 1 berada di sekitar kawasan
terhadap komposisi dan kelimpahannya. air terjun, Stasiun 2 di sungai kawasan pintu
Indeks keanekaragaman makrozoobentos masuk wisata dan stasiun 3 di sungai yang
menunjukkan kondisi perairan sungai tersebut berada di kawasan lahan perkebunan.
(Angelier, 2003). Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
Makrozoobentos juga dimanfaatkan Januari-Februari 2018.
sebagai bioindikator perairan, karena Pengambilan sampel makrozoo-
memiliki sifat yang sangat peka terhadap bentos menggunakan metode purposive
perubahan lingkungan perairan yang random sampling. Jaring surber yang
ditempatinya (Wilhm, 1975). Keberadaan digunakan berukuran ukuran 25 cm x 40 cm
makrozoobentos dapat dilihat dari substrat yang dilengkapi dengan jaring penampung.
dasar perairan yang sangat menentukan Surber diletakan menghadap arah datangnya
perkembangan organisme tersebut. Sungai arus, kemudian sedimen yang ada di bagian
berarus deras substrat dasar berupa batu- luasan petak dikeruk dan digosok. Hal ini
batuan lebih sering ditemukan Filum dilakukan agar makrozoobentos dan sedimen
Arthropoda dan Molluska sedangkan substrat dapat tertampung dalam jaring surber. Jaring
berpasir dan lumpur lebih sering dijumpai surber selanjutnya diangkat dan hasil dari
Filum Annelida dan Molluska (Hynes, 1976). sampel tersebut dimasukan ke dalam plastik
Makrozoobentos merupakan salah sampel berlabel, dengan diberi alkohol 70%.
satu kelompok terpenting dalam ekosistem Hasil sampel yang didapat diseleksi guna
perairan sehubungan dengan peranannya mempermudah dalam proses identifikasi.
sebagai organisme kunci dalam jaring Seleksi sampel dilakukan di Laboratorium
makanan. Selain itu, tingkat keanekaragaman Ekologi dan Konservasi F-MIPA UNSRAT.
yang terdapat di lingkungan perairan dapat Setelah itu sampel yang sudah diseleksi
digunakan sebagai indikator pencemaran dimasukan kedalam botol sampel kemudian
(Handayani et al., 2000). diamati di mikroskop dengan perbesaran
Sungai di kawasan air terjun Tunan 10×10 selanjutnya diidentifikasi dengan
merupakan salah satu habitat dari menggunakan buku identifikasi Immature
makrozoobentos. Kawasan ini merupakan insect, Aquatic insect dan buku pengenalan
objek wisata yang terletak di Desa pelajaran serangga (Boror et al., 1996).
Talawaan, Sulawesi Utara. Permasalahan
yang ada di lokasi tersebut pada saat ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah belum adanya data tentang Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai
kelimpahan dan keanekaragaman Air Terjun Tunan
makrozoobentos, padahal sungai yang
berada pada kawasan ini sangat penting Hasil penelitian menunjukkan
sebagai salah satu habitat dari makrozoobentos yang ditemukan di sungai
makrozoobetos. Perubahan ekosistem seperti air terjun Tunan sebanyak 379 individu yang
alih fungsi lahan hutan menjadi lahan terdiri dari 3 filum, 3 kelas, 10 bangsa, 20
pertanian serta aktivitas pengunjung wisata suku, dan 23 marga (Tabel 1).
Pelealu, Koneri dan Butarbutar: Kelimpahan dan Keanekaragaman . ………………………. 99

Kelimpahan makrozoobentos berubah akan mati sehingga mempengaruhi


tertinggi terdapat pada stasiun 1 (kawasan air kekayaan jenis makrozoobentos.
terjun) didapatkan 18 marga dengan total 183
individu. Tingginya kelimpahan Kekayaan Jenis Makrozoobentos

Jumah jenis marozoobentos (S)


makrozoobentos pada stasiun ini karena 20 18
kondisi lingkungan yang masih alami dimana 18
sebagian besar masih hutan dan kondisi 16
perairan menunjang kehidupan dari 14 13
makrozoobentos. Kelimpahan 12
makrozoobentos sangat dipengaruhi oleh 10 9
faktor biotik dan abiotik pada suatu ekositem 8
perairan. Suin (2002) berpendapat bahwa 6
tingginya kelimpahan makrozoobentos 4
karena adanya kondisi lingkungan yang 2
menunjang kehidupan makrozoobentos. 0
Stasiun 2 (pintu masuk wisata) 1 2 3
didapatkan 13 marga dengan total individu Stasiun
sebanyak 127 individu pada Stasiun ini
kelimpahan makrozoobentos mengalami Gambar 1. Kekayaan jenis Makrozoobentos
penurunan karena terdapat aktifitas manusia pada 3 stasiun penelitian
yang mempengaruhi kelimpahan Menurut Sastrawijaya (2009),
makrozoobentos. Makrozoobentos pada masuknya polutan dalam lingkungan perairan
Stasiun 3 (perkebunan) didapatkan sembilan sungai akan mengurangi jenis
marga dengan total 69 individu (Tabel 1). makrozoobentos yang ada dan akan
Kelimpahan makrozoobentos pada Stasiun 3 meningkatkan populasi jenis yang mampu
rendah dikarenakan ada aktifitas manusia beradaptasi dengan kondisi lingkungan
seperti peternakan ayam dimana kotoran tersebut.
ayam di buangan pada lingkungan perairan
sungai. Perubahan kondisi lingkungan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos
perairan berpengaruh pada kelimpahan di Sungai Air Terjun Tunan
makrozoobentos pada ketiga stasiun Keanekaragaman adalah jumlah
penelitian.
jenis dari berbagai macam organisme
Kekayaan Makrozoobentos di Sungai Air yang berbeda dalam suatu komunitas
Terjun Tunan (Michael, 1994). Indeks keanekaragaman
makrozoobentos tertinggi ditemukan pada
Kekayaan jenis makrozoobentos pada Stasiun 1 (2,69) dan kemudian diikuti oleh
tiga stasiun penelitian semakin ke hilir stasiun 2 (2,31) dan stasiun 3 (1,94) (Gambar
semakin rendah (Gambar 1). Kekayaan jenis 2). Indeks keanekaragaman makrozoobentos
makrozoobentos pada Stasiun 1 yaitu 18 di sungai air terjun Tunan berkisar antara
marga kemudian diikuti oleh Stasiun 2 1,94 sampai 2,69 dan dikategorikan
sebanyak 13 marga dan terendah pada keanekaragaman sedang. Tingginya Indeks
Stasiun 3 sebanyak 9 marga. keanekaragaman makrozoobentos pada
Stasiun 1 memiliki nilai kekayaan stasiun 1 karena pada stasiun 1 ditemukan
jenis yang tinggi karena kondisi lingkungan banyak marga dan kelimpahannya
perairan pada stasiun 1 dapat dikatakan dibandingkan dengan stasiun lainnya.
dalam keadaan yang baik karena ditunjang Menurut Resosoedarmo et al (1989), suatu
dengan tipe subsrat batu berpasir yang komunitas memiliki keanekaragaman yang
merupakan tipe substrat yang menjadi habitat tinggi jika disusun oleh banyak spesies
makrozoobentos. Sebaliknya pada stasiun 3 dengan kelimpahan yang sama atau hampir
kekayaan jenis makrozoobentos rendah sama.
karena tingkat aktivitas manusia yang terjadi Indeks keanekaragaman makro-
pada lingkungan perairan semakin tinggi dan zoobentos pada Stasiun 2 mengalami
makrozoobentos yang tidak mampu penurunan karena pada stasiun 2 kekayaan
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang dan kelimpahan jenis makrozoobentos hanya
100 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 2, Oktober 2018

disusun oleh 13 marga yaitu: Hydropsyche, manusia seperti perkebunan dan peternakan
Helicopsyche, Luciola, Rhitrogena, ayam.
Heptagenia, Psephenus, Hexacylloepus, Menurut Purnama et al., (2011)
Silpha, Libellula, Onychogomphus, Agia, bahwa ekositem perairan yang belum
Petrophila, Theodoxus dengan 127 individu. mengalami perubahan kondisi lingkungan
Indeks keanekaragaman pada Stasiun 3 akan menunjukkan jumlah individu yang
merupakan indeks keanekaragaman terendah. merata pada hampir semua spesies yang ada.
Rendahnya indeks keanekaragam pada Sebaliknya ekosistem perairan yang telah
stasiun ini disebabkan terdapat perkebunan, mengalami perubahan kondisi lingkungan,
dan peternakan ayam. Menurut Rahmawaty penyebaran jumlah individu tidak merata
(2011) indeks keanekaragaman makrozoo- karena ada jenis yang mendominasi.
bentos di perairan sungai dipengaruhi oleh
kondisi dari lingkungan sekitarnya sehingga
makrozoobentos yang mampu beradaptasi E= H'/lnS
indeks keanekaragaman tinggi sedangkan 0.94 0.93

INDEKS KEMERATAAN
makrozoobentos yang tidak mampu 0.92 0.9
beradaptasi indeks keanekaragaman rendah. 0.9 0.88
0.88
0.86
3 2.69 0.84
INDEKS KEANEARAGAMAN (H')

1 2 3
2.5 2.31
STASIUN
1.94
2

1.5
Gambar 3. Indeks Kemerataan
1 Makrozoobentos pada 3 stasiun penelitian

0.5
Indeks kemerataan pada ketiga
0
stasiun mendekati 1 menandakan
1 2 3
STASIUN individu tiap marga terbagi merata
Gambar 2. Indeks Keanearagaman Makro- karena tidak ada marga Makrozoobentos
zoobentos pada 3 Stasiun penelitian. yang mendominasi. Menurut Basmi
(2000) Jika nilai indeks kemerataan
Menurut Suin (2002) bahwa faktor
mendekati 0 berarti kemerataan rendah
lingkungan sangat mempengaruhi penyebaran
dan kelimpahan populasi suatu organisme, disebabkan karena adanya jenis yang
jika kelimpahan satu marga di suatu mendominasi, dan jika nilai indeks
ekosistem sangat melimpah, maka kemerataan mendekati 1 kemerataan
menunjukkan faktor lingkungan di ekosistem tinggi yang menunjukkan tidak ada jenis
itu menunjang kehidupan marga tersebut. yang mendominasi.
Kemerataan Makrozoobentos di Sungai
Air Terjun Tunan
Indeks kemerataan pada Stasiun 1
(0,92), Stasiun 2 (0,90), dan Stasiun 3 (0,88)
(Gambar 3). Pada Stasiun 1 indeks
kemerataannya lebih tinggi dibandingkan
dengan stasiun 2 dan stasiun 3. Hal ini
disebabkan pada Stasiun 1 ekosistem
perairannya berada pada ekosistem yang
masih alami berbeda dengan pada Stasiun 2
dan Stasiun 3 yang sudah terdapat aktifitas
Pelealu, Koneri dan Butarbutar: Kelimpahan dan Keanekaragaman . ………………………. 101

Tabel 1. Kelimpahan, Kekayaan dan Keanekaragaman makrozoobentos di sungai air terjun


Tunan

KESIMPULAN tertinggi pada stasiun 1 (2,69), kemudian


Makrozoobentos yang ditemukan diikuti oleh stasiun 2 (2,31) dan terendah
di sungai air terjun Tunan terdiri dari 23 pada stasiun 3 (1,94).
marga yaitu: Hydropsyche, Helicopsyche,
DAFTAR PUSTAKA
Luciola, Nerophilus, Chimarra,
Rhitrogena, Caenis, Heptagenia, Angelier, E. 2003. Ecology of Streams and
Stenonema, Chironomus, Psephenus, Rivers. Science Publishers, Inc.,
Hexacylloepus, Silpha, Libellula, Enfield and Plymouth.
Neurothermis, Onychogomphus, Agia, Basmi, J. 2000. Planktonologi: Plankton
Petrophila, Balta, Blattela, Theodoxus, sebagai Bioindikator Kualitas Perairan.
Melanoides, dan Tubifex. Kelimpahan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
makrozoobentos pada tiga stasiun
penelitian yaitu 379 individu yang terdiri Boror, D.J.C., A. Triplohofi, dan N.F.
dari 3 filum, 3 kelas, 10 bangsa, 20 suku, Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Gadjah
daun 23 marga. Makrozoobentos dari
Mada University Press. Yogyakarta.
kelas insekta (20 marga), Gastropoda (2
marga) dan Oligochaeta (1 marga).
Indeks keanekaragaman makrozoobentos
102 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 2, Oktober 2018

Handayani, S.T., B. Suharto dan Rahmawaty. 2011. Indeks keanekaragaman


Marsoedi. 2000. Penentuan Status makrzoobentos sebagai bioindikator
Kualitas Perairan Sungai Brantas tingkat pencemaran di Muara Sungai
Hulu dengan Biomonitoring Jeneberang. Bionature 12 (2): 103-109.
Makrozoobentos Tinjauan dari Resosoedarmo, S., K. Kartawinata dan A.
Pencemaran Bahan Organik. Jurnal Soegiarto. 1989. Pengantar Ekologi.
Ilmiah Sains. 3:1-9. Penerbit Ramadja Karya. Bandung.
Hynes, H.B.N. 1976. The Ekologi With of Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran
Running Water. Liverpool University Lingkungan. Rineka Cipta. Surabaya.
Press. England. Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk
Penyelidikan Lapangan dan Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Penerbit
Laboratorium. Universitas Universitas Andalas. Padang.
Indonesia. Jakarta. Wilhm, J.L. 1975. Biological Indicator of
Pollution in River Ecological.
Noortiningsih, I.S., dan S.J. Handayani. 2008.
Blackwell Scientific Publication.
Keanekaragaman Makrozoobenthos,
London.
Meiofauna dan Foraminifera di Pantai
Pasir Putih Barat dan Muara Sungai
Cikamal Pangandaran, Jawa Barat.
Jurnal Vis Vitalis. 1(1): 34-42.
Purnama, P. R., N. W. Nastiti, M. E. Agustin,
dan M. Affandi. 2011. Diversitas
Gastropoda di Sungai Sukamade,
Taman Nasional Meru Betiri, Jawa
Timur. Universitas Airlangga.
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai