Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hewan merupakan sekelompok organisme yang digolongkan


dalam Kingdom Animalia yang merupakan mahluk hidup di bumi ini.
Hewan diklasifikasikan menjadi vertebrata dan avertebrata. Vertebrata
merupakan jenis hewan yang bertulang belakang seperti ikan, burung,
katak, buaya, lumba – lumba, dan lain sebagainya. Sedangkan avertebrata
adalah kebalikan dari vertebrata, yaitu hewan yang tidak bertulang
belakang seperti cacing, teripang, ubur – ubur, serangga, dan lain
sebagainya.
Selain itu, hewan – hewan yang tak bertulang belakang atau hewan
avertebrata digolongkan dalam beberapa filum. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini saya akan menyusun sebuah makalah tentang
Ctenophora dan Rhynchocoela yang merupakan filum dari avertebrata.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :


1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi, morfologi, fisiologi,
reproduksi dan peranan filum ctenophora.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi, morfologi, fisiologi,
reproduksi dan peranan filum rhynchocoela.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari mempelajari ctenophora dan rhynchocoela


adalah dapat mengetahui berbagai macam filum ctenophora dan
rhynchocoela.

1
BAB II

Pembahasan

2.1 Ctenophora

Ctenophora adalah filum dengan sedikit spesies tetapi beraneka ragam


bentuk. Spesies dekat pantai lebih kuat dibanding spesies laut lepas karena mereka
harus menahan ombak dan partikel dasar laut yang disebar oleh air, sehingga
spesies dekat pantai lebih mudah untuk ditangkap untuk dipelajari dibanding
spesies laut lepas yang rapuh dan sulit diawetkan. Spesies laut lepas dipelajari
lewat foto dan catatan penjelajah. Oleh karena itu, ctenophora dekat pantai seperti
Pleurobrachia, Beroe, dan Mnemiopsis lebih dikenal. Ctenophora memiliki
simetri radial.

Ctenophora atau Ubur-Ubur sisir adalah filum hewan tak bertulang


belakang yang hidup di perairan laut di seluruh dunia. Anggota filum ini sekilas
menyerupai hewan ubur-ubur walaupun memiliki perbedaan yang mendasar. Fitur
khas mereka adalah “sisir” yang berjumlah delapan baris, sisir ini adalah
kumpulan silia yang mereka gunakan untuk berenang, dan mereka adalah hewan
terbesar yang berenang dengan menggunakan silia. Ctenophora ukurannya
berkisar dari beberapa milimeter sampai 1,5 m. Seperti cnidaria, tubuh mereka
terdiri dari jeli, dengan satu lapisan sel di luar dan yang lain melapisi rongga
internal.

Sebelumnya Ctenophora dan Cnidaria (ubur-ubur, anemon laut, dll.)


dimasukkan dalam satu filum, yaitu Coelenterata, karena mereka sama-sama
menggunakan aliran air lewat rongga tubuh untuk mendapatkan makanan dan
bernafas. Namun, perbedaan lainnya ditemukan dan akhirnya kedua filum ini
dipisah. Tidak seperti cnidaria, ctenophora memiliki sedikit spesies, hanya sekitar
100-150 spesies dan dibagi dalam dua kelas: Tentaculata dan Nuda.

Hampir semua ctenophora adalah predator, makanannya terdiri dari larva


mikroskopis sampai krustasea kecil, bahkan ctenophora lain, sisanya adalah

2
parasit. Ctenophora sering dibandingkan dengan laba-laba yang mempunyai
berbagai cara untuk menangkap mangsa, ada yang berdiam diri dan menggunakan
tentakelnya seperti jaring, dan ada yang menjadi predator aktif dalam berburu
mangsa. Hal itulah yang menyebabkan ctenophora beranekaragam walaupun
spesiesnya sedikit.

2.1.1 Klasifikasi Ctenhopora

Semua hewan yang tergolong Ctenophora hidup di laut. Ctenophora terdiri


dari dua kelas, yaitu kelas Nuda dan kelas Tentaculata. Kelas Nuda
dekelompokkan menjadi 1 ordo yaitu Berioda. Kelas Tentaculata dikelompokkan
mejadi 4 ordo yaitu Cestida, Cydippida, Lobata, dan Platyctenida.

Salah satu ciri khas yang membedakan Tentaculata dan Nuda adalah
tentakelnya. Tentaculata mempunyai tentakel yang dilengkapi
sel colloblasts untuk menagkap mangsanya. Sementara kelas Nuda tidak
mempunyai tentakel. Kelas Nuda menangkap mangsanya dengan membuka
rongga mulutnya dengan lebar. Berikut ini gambar ctenophora dari kelas
Tantacula dan kelas nuda.

2.1.2 Morfologi Ctenophora

Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat, lonjong, lunak dan simetris
radial. Salah satu keunikan Ctenophora adalah mampu mengeluarkan cahaya dari
tubuhnya sendiri.. Bagian permukaan luar Ctenophora mempunyai delapan baris
sisir yang disebut dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak. Oleh
karena itu, hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur sisir karena secara vertikal
tubuhnya terbagi oleh 8 helai cilia yang tampak seperti deretan sisir. Ctenophora
memiliki mulut untuk masuknya makanan serta dua lubang anus untuk
mengeluarkan air dan kotoran di ujung yang lain.

2.1.3 Fisiologi Ctenophora

3
Seperti cnidaria, tubuh ctenophora terdiri dari mesoglea tebal mirip
jeli yang diapit dua epitel, lapisan sel yang terhubung satu sama lain.
Epitel ctenophora terdiri dari dua lapis sel, sedangkan cnidaria hanya satu.
Lapisan luar dari epidermis terdiri dari sel indra; sel yang
mensekresikan mukus untuk melindungi tubuh; dan sel interstisial yang
dapat berubah menjadi sel lain, di tentakelnya juga terdapat sel koloblas
yang lengket untuk menangkap mangsa, juga ada sel yang mempunyai
banyak silia berukuran besar untuk berenang. Sedangkan lapisan dalam
epidermis terdapat jaring saraf (neuron atau sel saraf yang saling
berhubungan tetapi tidak ada saraf pusat seperti otak), jaring saraf ini
berguna untuk mendeteksi lingkungan mereka, di lapisan ini juga terdapat
sel mioepitelial yang berfungsi sebagai otot (pada hewan yang lebih
kompleks otot kebanyakan terdiri dari sel miosit).
Ctenophora memiliki satu mulut untuk memasukkan air berisi
oksigen dan makanan, dan dua lubang pengeluaran untuk mengeluarkan
air dan zat padat.

2.1.4 Reproduksi Ctenhopora


Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau  memiliki alat
kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan  secara seksual. Meskipun
ada beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara aseksual dengan
cara fragmentasi.
Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma
dilepaskan melalui pori – pori yang ada di epidermis. Sebagian besar spesies
Cnetophoa melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar tubuh
Cnetophora, meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya secara
internal.

2.1.5 Peranan Ctenophora


Ctenophora mempunyai peranan positif dan negatif. Peranan positif
ctenophora diantaranya adalah  ikut menjaga keseimbangan ekosistem di
laut. Hal karena Ctenophora suka memakan fitoplankton (plankton

4
tumbuhan). Selain itu juga Ctenophora juga sebagi sumber makanan bagi
hewan laut seperti: Salmon, penyu, dan ubur ubur.

Namun Ctenophora juga memiliki dampak negatif yaitu membawa


kerugian bagi peternakan tiram karena hewan-hewan ini memakan larva-
larva tiram  sehingga merugikan petani tiram. Selain itu, bila terjadi ledakan
populasi, maka dapat membuat ekosistem tidak seimbang. Hal ini pernah
terjadi di tahun 1989 di Laut Hitam saat Ctenophora memkan larva ikan
Pelgis. Dan tahun 1999 di Laut Kaspia. Hasilnya adalah bahwa 75%
dari zooplankton sudah habis, sehingga mempengaruhi seluruh rantai
makanan danau.

2.1.6 Ekologi Ctenophora


Ctenophora dapat ditemukan di berbagai lingkungan perairan laut,
dari laut kutub sampai ke tropis, dari laut dekat pantai sampai laut lepas.
Ctenophora seperti Pleurobrachia, Beroe dan Mnemiopsis terkenal karena
tinggal di dekat pantai dan mudah ditangkap. Belum ada ctenophora yang
ditemukan di air tawar.
Ctenophora sangat banyak ditemukan di dekat pantai tertentu saat
musim panas. Di tempat dimana mereka sangat banyak, ctenophora dapat
mengontrol populasi zooplankton seperti copepoda, yang dapat
menghabiskan populasi fitoplankton yang penting dalam rantai makanan
di laut. Mnemiopsis, salah satu ctenophora secara tidak sengaja masuk ke
Laut Hitam lewat tangki penyimpan air di kapal, Mnemiopsis dapat
mentoleransi berbagai suhu dan kadar garam, selain itu mereka juga cepat
berkembang biak, Mnemiopsis dituduh memakan larva ikan dan
organisme seperti krustasea yang menjadi makanan ikan, ditambah dengan
perilaku menangkap ikan yang berlebihan, populasi Mnemiops menjadi di
atas ambang batas dan populasi ikan semakin sedikit, dan nelayan pun
merugi. Lagi-lagi ctenophora lain yaitu Beroe secara tidak sengaja juga
masuk ke Laut Hitam dan berhasil mengontrol populasi Mnemiopsis,
karena Beroe memangsa ctenophora lain.

5
2.2 Rhynchocoela

Rhynchocoela adalah hewan yang memiliki proboscis dan terkenal dengan


sebutan Ribbon worms. Disebut Ribbon Worms karena spesiesnya ada yang
panjangnya mencapai 100 kaki atau 33 m, contohnya Lineus longissimus, namun
adapula yang panjangnya hanya 0,5cm, contohnya Dinonemertes investigatoris.
Rhynchocoela merupakan salah satu spesies hewan laut yang tidak bertulang
belakang dengan karakteristik tubuh berbentuk pipa dan berlubang, panjang,
memiliki Rhyncocoel yang di dalamnya terdapat proboscis yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa, memiliki duri yang tajam untuk melindungi diri dan
triploblastic(endoderm, mesoderm, ectoderm).
Jenis Rhynchocoela yang besar jika diganggu cenderung akan memotong
dirinya, dan bagian anterior melakukan regenerasi menjadi bagian cacing yang
utuh sedangkan bagian posterior mati. Proboscis yang putus juga dapat tumbuh
kembali.
Beberapa spesies dari Rhynchocoela, termasuk genus Lineus bereproduksi
secara aseksual dengan cara fragmentasi, artinya regenerasi terjadi setelah
pemisahan. Kebanyakan Rhynchocoela adalah dioecous, beberapa jenis air tawar
dan darat adalah hermaprodit. Umumnya telur menetas menjadi anak cacing,
kecuali beberapa spesies laut mempunyai stadia larva yang berenang bebas (larva
pilidium).
Phylum Rhynchocoela menurut berbagai sumber memiliki 900 nama
spesies yang dikarakteristikkan dari panjang pendeknya spesies tersebut.
Rhynchocoela hidup pada perairan yang airnya bersih dan
segar. Potamonemertes sp dan Dichonemertes sp merupakan contoh
Rhynchocoela yang habitatnya di air yang bersih.
 
2.2.2    Klasifikasi Rhynchocoela
            Kingdom          : Animalia
            Subkingdom     : Metazoa
            Superphylum    : Lophotrochozoa

6
            Phylum : Nemertea
Rhynchocoela dibagi menjadi dua kelas yaitu:
1)      Anopla
Merupakan Rhynchocoela yang memiliki proboscis yang sederhana . Mulutnya
membuka di depan otak.
Contohnya kelas Anopla :
·           Ordo Paleonemertini
·           Ordo Heteronemertini (Famili : Lineidae, Genus : Lineus,Spesies:
Longissinus).

2)      Enopla
Merupakan Rhynchocoela yang memiliki proboscis yang lebih banyak atau
komplit.
Mulut terbuka di belakang otak.
Contohnya kelas Enopla :
·           Ordo Bdellonemertini
Pada ordo ini hanya satu genus yang tidak memiliki stylet,
yaitu Malacobdella yang mempunyai tiga spesies komensal pada rongga mantel
kerang lautndan satu spesies dalam rongga mantel siput air tawar.
Spesies : Paranemertes, Amphiporus, Emplectonema dan Micrura.

2.2.3 Morfologi
Tubuh Rhynchocoela berbentuk pipih dan mempunyai panjang 2 cm – 2
m, tipis, memiliki jaringan dan organ. Rhynchocoela tidak memiliki pigmen
seperti Annelida, tubuhnya sangat halus, dan tidak mempunyai tangan, kaki,
warna ada yang pucat, namun ada yang cerah (merah, jingga kuning, hijau, dan
bergaris-garis). Hewan ini mempunyai proboscis (semacam belalai yang dapat
dijulurkan untuk menangkap mangsa. Saluran pencernaan lengkap (usus-anus)
dengan peredaran darah tertutup.

2.2.4 Sistem Fisiologi


a. Reproduksi

7
Reproduksi Rhynchocoela dilakukan dengan aseksual dan seksual,
aseksual yaitu dengan cara fragmentasi atau pembelahan tubuh, bagian
tubuh Rhynchocoela kecil dari induk yang akan tumbuh disebut cyst.
Secara seksual dilakukan dengan cara pembuahan. Perkembangan telur
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan
secara langsung yaitu telur dapat tumbuh langsung menjadi Rhynchocoela
kecil, sedangkan secara tidak langsung dengan cara, telur akan tumbuh
menjadi larva dan perlahan-lahan akan mengalami metamorfosis.
Perkembangan secara tidak langsung ini, telur memiliki tiga macam
bentuk larva yaitu telur akan menjadi larva pilidium, desor atau iwata.
Telur yang akan menjadi larva pilidium terlihat seperti helm dengan
lempengan silia. Silia digunakan untuk bergerak secara teratur pada arus
air kearah mulut, agar makanan dapat masuk ke larva. Larva iwata hanya
terjadi pada satu sepesies yaitu micrura akkeshiensis dan dapat berenang
bebas. Sedangkan larva desor merupakan karakteristik dari lineus rubber,
dan tidak dapat berenang

b. Sistem pencernaan makanan


Rhynchocoela memiliki sistem pencernaan yang lengkap terdiri atas mulut
di anterior yang berhubungan dengan usus yang lurus sepanjang badan dan anus
sepanjang posterior. Di belakang mulut terdapat kerongkongan, kemudian perut
lalu usus hingga anus. Pada saat makanan dicerna, proboscis dan sistem
pencernaan berkerja secara bersamaan

c. Sistem Ekskresi
Rhynchocoela memiliki organ nefridium yang disebut sebagai
protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar
mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi
dengan silia. Tiap sel api memiliki flagela yang gerakannya seperti gerakan api
lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api

d. Sistem respirasi

8
Rhynchocoela tidak memiliki organ atau jaringan khusus yang digunakan
untuk berespirasi, mereka berdifusi melalui permukaan tubuh

e. Pertahanan diri
Rhynchocoela tidak memiliki pertahanan diri, tetapi Rhynchocoela
memiliki daya regenerasi yang sangat tinggi. Selain itu Rhynchocoela juga
memiliki probocis yang dapat mengeluarkan racun

f. Sistem syaraf
Rhynchocoela memiliki system jaringan syaraf yang sangat baik, dengan
simpul syaraf pusat di kepala dan suatu jaringan syaraf yang menghubungkan
berbagai organ tubuh dengan sensor. Rhynchocoela juga memiliki jaringan syaraf
utama yang menghubungkan dengan organ perasa. Organ perasa ini meliputi
organ alir kepala hingga sensor lubang kecil. Rhynchocoela juga memiliki banyak
mata. Mata Rhynchocoela terletak dekat syaraf pusat

g. Manfaat dan Kerugian


Rhynchocoela mempunyai keuntungan dan kerugian di dalam dunia
perikanan. Keuntungannya yaitu Rhynchocoela lebih menyukai hidup pada
perairan bersih, sehingga dapat digunakan sebagai bio indikator air bersih.
Rhynchocoela juga bersifat parasit sebab sepesies ini hidup dibagian luar kerapak
kepiting. Rhynchocoela ini dapat memakan telur kepiting dalam jumlah banyak
sehingga dapat merugikan peternak kepiting

Anda mungkin juga menyukai