ABSTRAK
Daerah bervegetasi lamun merupakan habitat berbagai jenis hewan, termasuk hewan
bentos yang berperan penting dalam rantai makanan pada ekosistem lamun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan, keanekaragaman dan dominansi spesies
makrozoobentos pada daerah bervegetasi lamun dan tidak bervegetasi. Pengambilan sam-
pel dilakukan pada 4 stasiun di Teluk Doreri, dengan alat corer yang berdiameter 3 inchi,
dan dibenamkan sedalam 20 cm dari permukaan substrat. Hasil penelitian menunjukkan
komposisi spesies makrozoobentos di daerah bervegetasi (lamun) lebih tinggi (125 spesies)
dibandingkan daerah yang tidak bervegetasi (58 spesies), yang didominasi oleh gastropoda.
Demikian pula dengan kepadatan spesies yang lebih tinggi pada daerah bervegetasi lamun
(0,070-0,085 ind/2738,06 cm3), dibandingkan dengan daerah yang tidak bervegetasi
(0,035-0,067 ind/2738,06 cm3) pada semua stasiun. Hasil uji t juga menunjukkan ada
perbedaan yang nyata antara kepadatan makrozoobentos yang ditemukan di daerah
bervegetasi dan daerah tidak bervegetasi.
ABSTRACT
Area of seagrasses vegetation are the habitat of various types of animals, including
benthic animals were they play an important role in the food chain of the seagrass ecosys-
tem. This study aimed to determine the composition, abundance, diversity and dominance
of macrozoobenthic species in vegetated and non-vegetated seagrassses.Sampling was
conducted on 4 stations in Doreri Bay, with a 3 inch diameter of corer, and immersed as
deep as 20 cm from the surface of the substrate. The results showed that the composition
of macrozoobenthic species in the vegetated areas (seagrasses) was higher (125 species)
than non-vegetated (58 species), was dominated by the gastropod. Similarly, higher density
of the species in the seagrassed vegetation area (0.070-0.085 ind / 2738.06 cm3), compared
with non-vegetated (0.035-0.067 ind / 2738,06 cm3) regions in all stations. The t test results
also mean there is a marked difference between the density of macrozoobenthos found in
vegetated and non-vegetated regions.
bervegetasi (lamun) dan 8 titik pada daerah persen komulatif substrat berdasarkan
tidak bervegetasi pada tiap stasiun. Setiap Tabel skala Wentworth/Udden, yang di-
lamun yang ditemukan pada titik peng- kelompokkan berdasarkan persentase liat
ambilan contoh pada setiap stasiun, (ukuran ayakan <0,038 µm), debu (uku-
diidentifikasi dengan mengacu pada buku ran ayakan 0,063-0,038µm) dan pasir (u-
identifikasi menurut Lanyon (1968), Mc- kuran ayakan 2-0,063 µm) (Bale & Kenny
Kenzie et al. (2003) dan Susetiono (2004). , 2005). Penentuan tipe substrat dilakukan
Pengambilan contoh makrozooben- berdasarkan kamposisi persentase substrat
tos dilakukan saat kondisi air surut di yang dominan dari hasil analisis.
daerah bervegetasi (lamun) dan tidak ber- Dalam penelitian ini dilakukan pula
vegetasi dengan menggunakan corer yang pengukuran beberapa parameter fisika-
berdiameter 3 inch. Substrat dasar diambil kimia air, seperti suhu, salinitas, pH, dan
sedalam 20 cm, pada daerah bervegetasi oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang
dan tidak bervegetasi. Pada masing-mas- dilakukan secara in situ. Kepadatan spe-
ing daerah diambil sebanyak 4 titik pe- sies makrozoobentos pada tiap stasiun
ngambilan sampel secara acak. Substrat diketahui berdasarkan rumus kepadatan
yang diperoleh diletakkan di atas ayakan (Odum, 1993)
dengan mesh size 0,5 mm, kemudian
diayak untuk memisahkan organisme dari 𝑛𝑖
𝐾=
substrat dan serasah. Contoh substrat yang 𝐴
tertinggal diayakan di-masukkan ke da-
lam plastik sampel dan diberi pengawet Keterangan: K = kepadatan (ind/cm3), ni
formalin 4 % yang telah dicampur rose = jumlah spesies ke-i, A = luas area
bengal. Setelah itu, subs-trat di-sortir di penga-matan (cm3).
atas baki untuk memisahkan orga-nisme Nilai kepadatan spesies makrozoo-
dari substrat dan serasah lamun. Makro- bentos ini selanjutnya diuji lanjut untuk
zoobentos yang diperoleh dimasukkan ke menentukan apakah ada perbedaan yang
dalam botol sampel dan dibawa ke labora- nyata antara kepadatan spesies makrozoo-
torium untuk diidentifikasi. Makrozooben- bentos pada daerah bervegetasi lamun dan
tos yang berukuran kecil diidentifikasi tidak bervegetasi, meng-gunakan uji t.
dengan bantuan mikroskop binokuler, se- Keanekaragaman makrozoobentos dike-
dangkan yang berukuran agak besar dan tahui berdasarkan Indeks keanekaraga-
jelas terlihat diidentifikasi dengan bantuan man Shannon-Wienner (Krebs, 1989),
kaca pembesar. keseragman spesies berdasarkan indeks
Identifikasi makrozoobentos dilaku- keseragaman (Brower & Zar, 1990), dom-
kan berdasarkan buku petunjuk Dharma inansi spesies berdasarkan indeks domi-
(1988, 1992, 2005); Day (1962). Selain itu nansi Simpson (Odum, 1993), dan Indeks
juga diambil sampel substrat tepat di Kesamaan Komunitas berdasarkan Indeks
samping titik pengambilan contoh makro- Sorenson (Wolda, 1981).
zoobentos. Contoh substrat selanjutnya
dibilas dengan air tawar untuk menghi- 2𝑐
𝐼𝑆 = 𝑥 100 %
langkan kadar garam sehingga tidak 𝑎+𝑏
mempengaruhi hasil analisis. Contoh sub- Keterangan:
strat kemudian dikeringkan di bawah sinar IS = indeks Sorenson (%), a = jumlah spe-
matahari selama 4-5 hari (matahari dalam sies di lokasi a, b = jumlah spesies di lo-
kondisi bersinar penuh atau terik) hingga kasi b, c = jumlah spesies di lokasi a dan
beratnya konstan. Setelah kering, contoh b. Apabila nilai IS > 75 % berarti spesies
subs-trat diambil sebanyak 100 gr, makrozoo-bentos pada kedua lokasi sama,
kemudian disaring pada ayakan berting- dan seba-liknya jika < 75 % maka spesies
kat. Hasil ayakan yang tertinggal di tiap makrozoobentos pada kedua lokasi tidak
saringan dengan ukuran mata ayakan ber- sama.
beda, selanjutnya ditimbang. Data be-rat
(gr) yang diperoleh, kemudian dihitung
Sumber:CitraLandsat
yang tidak bervegetasi berkisar antara daerah tidak bervegetasi berada pada
2,20-7,83 mg/l. Kisaran DO terendah kisaran toleransi makrozoobentos, namun
ditemukan di stasiun III dan yang tertinggi pH air yang diperoleh menunjukan kisa-
di stasiun I. Kandungan oksigen terlarut ran antara 2,80-8,29. Kisaran pH air teren-
ini cenderung lebih rendah bila diban- dah ditemukan di Stasiun II, ini terlihat
dingkan dengan daerah bervegetasi pada dari komposisi makrozoobentos yang di-
tiap stasiun. Hal ini disebabkan karena temukan paling sedikit dibandingkan
oksigen terlarut dalam perairan berasal stasiun lainnya. Kisaran pH yang lebar
dari proses fotosintesis oleh tumbuhan mempenga-ruhi kehidupan makrozoo-
(lamun, alga maupun fitoplankton), dan bentos di kedua sta-siun tersebut. Hasil ini
difusi dari udara (APHA, 1989). diperkuat oleh pernya-taan Hynes (1978)
Salinitas pada daerah bervegetasi menyatakan bahwa nilai pH ± <5 dan >9
dan ti-dak bervegetasi berkisar antara 27- menciptakan kondisi yang tidak meng-
35 ‰. Salinitas terendah terdapat di sta- guntungkan bagi kebanyakan organisme
siun II dan III. Kondisi ini terkait dengan makrozoobentos.
masukan air tawar yang berasal dari Pada daerah bervegetasi di Stasiun I
daerah sekitarnya, seperti aliran sungai sam-pai IV memiliki tipe substrat yang
kecil dari permukiman penduduk di Pa- didominasi oleh pasir berlempung. Ditin-
darni maupun sungai yang bermuara di jau dari kebiasaan makannya, makrozoo-
dekat pasar Wosi. Salinitas di stasiun I dan bentos yang banyak ditemukan adalah
IV yang terukur yaitu 30-35 ‰, lebih kelompok organisme pemakan deposit
tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Ke- (deposit feeder), pemakan substrat dan
lompok makrozoobentos yakni Gastro- karnivora (Barnes, 1987). Organisme
poda, Bivalvia, dan Krustacea yang dite- yang ditemukan adalah Gastropoda, Bi-
mukan di stasiun I dan IV termasuk valvia, dan krustasea. Kelompok orga-
spesies yang toleran terhadap kisaran nisme tersebut merupakan kelompok or-
salinitas yang sempit (steno-haline). ganisme yang cukup baik untuk ber-
Salinitas yang terukur di Stasiun II dan III adaptasi terhadap dinamika kondisi
berkisar antara 27-28 ‰. Spesies makro- substrat dasar perairan dalam mencari ma-
zoobentos dari kelompo Gastropoda, Bi- kanan.
valvia, dan Polikaeta yang ditemukan di Pada daerah yang tidak bervegetasi,
stasiun II dan III merupakan spesies yang tipe substrat di setiap stasiun berbeda-beda.
tolerir terhadap kisaran salinitas yang le- Stasiun I didominasi oleh substrat lempung
bar (euryhaline) (Nybakken, 1992). Nilai berpasir, stasiun II didominasi oleh substrat
pH menunjukkan derajat keasaman/ ke- lempung berpasir dan pasir, stasiun III oleh
basaan suatu perairan. Nilai pH di semua substrat pasir berlempung, dan stasiun IV
stasiun pada daerah bervegetasi, pH didominasi oleh substrat pasir dan lem-
substrat adalah 6-7,4 dan pH air 7-8,04. pung berpasir. Menurut Odum (1993), he-
Nilai pH substrat dan air yang terukur wan bentos pe-makan deposit melimpah
tergolong normal (APHA,1989), masih pada sedimen lempung dan lunak, dan orga-
berada dalam kisaran toleransi nisme yang ter-masuk kelompok ini adalah
makrozoobentos. Pennak (1978) menga- Polikaeta dan Krustasea. Hewan bentos
takan bahwa nilai pH yang mendukung yang hidup pada butiran pasir atau lumpur
kehidupan Moluska berkisar antara 5,7- adalah kelompok Moluska, Polikaeta dan
8,4. Hal ini dibuktikan dengan komposisi Krus-tasea (Odum,1993). Kelas Polikaeta
spesies yang relatif sama pada stasiun de- adalah kelompok yang memiliki permukaan
ngan pH rendah maupun yang paling ting- tubuh yang lunak, yang ditemukan pada
gi berdasarkan hasil pengukuran. Nilai pH substrat pasir berlempung yang mana se-
substrat yang diperoleh pada daerah tidak dimen lempung merupakan daerah yang
bervegetasi berkisar antara 6-7. Makro- mengandung bahan organik tinggi
zoobentos yang ditemukan didominasi (Nybakken, 1992).
oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia. Mes-
kipun nilai pH subtrat di empat stasiun di