Jurnal Sapa Laut di terbitkan oleh Jurusan Ilmu Kelautan - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo.
Jurnal Sapa Laut mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang berkenaan dengan segala aspek bidang
Ilmu Kelautan, baik itu dari segi biologi, kimia, fisika, oseanografi, geologi laut, mitigasi bencana,
pencemaran laut, manajemen sumberdaya pesisir dan laut serta pengembangan ilmu di bidang
bioteknologi kelautan.
Alamat :
Sekretariat Elektronik Jurnal
Gedung Kardiyo P. Kardiyo, Lt.2 FPIK-UHO,
Jl. HEA Mokodompit No.1, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari Sulawesi Tenggara 93232
Email: jsapalaut@uho.ac.id
Website: ojs.uho.ac.id/index.php/JSL/index
Dewan Editor
Ketua
La Ode Muhammad Yasir Haya, ST., M.Si, Ph.D
Dewan Editor
Dr. Ir. Muh.Ramli, M.Si
Dr. Baru Sadarun, S.Pi., M.Si
Dr. Asmadin
Ratna Diyah Palupi, ST., M.Si
Rahmadani, S.Pi., M.Si
Emiyarti, S.Pi., M.Si
Wa Nurgayah, S.Pi., M.Si
Ira, S.Kel., M.Si
Amadhan Takwir, S.Kel., M.Si
Editor Pelaksana
Subhan, S.Pi., M.Si
A. Ginong Pratikino, ST., M.Si
Muhammad Trial F. Erawan, S.Pi., M.Si
Arwan Arif Rahman, S.Si., M.Si
Mitra Bestari
Prof. Ir. La Sara, M.S., PhD (Universitas Halu Oleo)
Ivonne M. Radjawane, Ph.D (Institut Teknologi Bandung)
Dr. rer. nat. Hawis Madduppa (Institut Pertanian Bogor)
Achmad Fachruddin Syah, S.Pi., M.Si., Ph.D (Universitas Trunojoyo)
Dr. Ahmad Bahar, ST., M.Si (Universitas Hasanuddin)
Dr. Baru Sadarun (Universitas Halu Oleo)
Dr. -Ing. Widodo Setiyo Pranowo, S.T., M.Si (Pusat Riset Kelautan, BRSDM, KKP)
La Ode Muhammad Yasir Haya, S.T., M.Si., Ph.D (Universitas Halu Oleo)
Dr. Najamuddin, S.T., M.Si (Universitas Khairun)
DAFTAR ISI
Halaman
Study Of Fish Types Associated With Seagrass Meadows In Liya Mawi Village
Water, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi District
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782
*Email: mj9392386@gmail.com
Abstrak
Ikan merupakan salah satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan terutama yang diakibatkan
oleh aktifitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap jenis ikan dapat hidup dan berkembang biak,
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya dimana ikan itu hidup. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
jenis ikan yang berasosiasi di padang lamun dan mengetahui jenis persen penutupan lamun di Perairan Desa Liya Mawi
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2019 - Mei 2020.
Pengambilan data ikan menggunakan jaring insang dan bubu. Pengambilan data persen penutupan lamun menggunakan
metode transek kuadrat dengan panjang 100 m dan transek kuadrat 1 m × 1 m. Hasil penelitian menunjukkan, ikan yang
ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 821 individu yang berasal dari 1 kelas 10 family dan 18 spesies. Untuk jenis
lamun yang ditemukan 2 yaitu C. serrulata dan T. hemprichii dengan kategori persen penutupan lamun sangat padat pada
stasiun I (76,83%), persen penutupan lamun sedang pada stasiun II (42,67%), persen penutupan lamun jarang pada
stasiun III (23,83%).
Kata Kunci: Jenis Lamun, Komposisi Jenis Ikan, Persen Penutupan Lamun
Abstract
Fish is one of the aquatic organisms that are susceptible to environmental changes, especially those caused by human
activities, either directly or indirectly. Each type of fish can live and reproduce, adapt to their environmental conditions.
This study aimed to determine the types of fish associated with seagrass beds and to determine the percentage of seagrass
cover types in the waters of Liya Mawi Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi Regency. This research was
conducted from April 2019 to May 2020. Fish data were collected using gill nets and fish traps. While data collection
percent of seagrass cover used the quadratic transect method with a length of 100 m and a transect squared of 1 m × 1
m.The results showed that there were 821 fish caught which consisting of 1 class, 10 families, and 18 species. There were
2 types of seagrass in the study sites such as C. serrulata and T. hemprichii with a very dense category of percent cover at
the station I (76.83%), medium category at station II (42.67%), and rare category at station III (23.83%).
Pendahuluan
Indonesia dikenal memiliki keaneka- padang lamun adalah sebagai daerah asuhan,
ragaman hayati yang sangat tinggi, kurang padang pengembalaan dan tempat makanan
lebih 3.000 spesies ikan hidup di perairan laut dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–
dan perairan tawar. Ikan dapat ditemukan di ikan karang (coral fishes), dimana sebagian
hampir semua genangan air yang berukuran besar ikan penghuni padang lamun adalah
besar baik air tawar, air payau maupun air asin ikan-ikan juvenile dan apabila telah dewasa
dan pada kedalaman bervariasi mulai dari akan menghabiskan hidupnya pada tempat lain
dekat permukaan hingga beberapa ribu meter Waheda (2015).
di bawah permukaan Raharjo (1980). Keberadaan ikan di padang lamun
Lamun sebagai habitat biota berfungsi berkaitan erat dengan kondisi ekosistem lamun
sebagai tempat perlindungan dan tempat itu sendiri. Kondisi ekosistem yang dimaksud
menempel berbagai hewan dan tumbuh- antara lain adalah jenis–jenis lamun, kepadatan
tumbuhan (algae). Disamping itu, peranan lamun dan kondisi parameter oseanografi.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Jenis dan persen tutupan lamun yang berbeda dilakukan di Laboratorium Unit Produktifitas
akan memberikan karakteristik habitat yang dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan
berbeda seperti tempat menempel, ruang dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
naungan, maupun dinamika air, sedimen dan Kendari.
nutrien. Parameter oseanografi selain Penentuan stasiun penelitian ditentukan
mempengaruhi secara langsung distribusi ikan, berdasarkan persen penutupan lamun. Stasiun
juga menentukan penyebaran jenis–jenis 1 : Berada pada titik koordinat 1230 34’ 45”
lamun Nanto (2015). BT – 50 22’ 45” LS, stasiun ini memiliki
Ikan merupakan salah satu organisme persen penutupan lamun yang sangat padat.
akuatik yang rentan terhadap perubahan Stasiun 2 : Berada pada titik koordinat 1230
lingkungan terutama yang diakibatkan oleh 35’ 0” BT – 50 23’ 57” LS, stasiun ini memiliki
aktifitas manusia baik secara langsung maupun persen penutupan lamun yang sedang. Stasiun
tidak langsung. Setiap jenis ikan dapat hidup 3 : Berada pada titik koordinat 1230 35’ 58”
dan berkembang biak, harus dapat BT – 50 22’ 59” LS, stasiun ini memiliki
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan persen penutupan lamun yang jarang.
dimana ikan itu hidup Adrim (2006). Alat dan bahan yang digunakan pada
Perairan Desa Liya Mawi terletak di penelitian ini antara lain thermometer,
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten layangan arus, hand refractometer, secchi disc,
Wakatobi yang memiliki area padang lamun patok berskala, jaring insang, bubu, transek
yang cukup luas dengan persen penutupan kuadrat, DO meter, buku identifikasi, lamun
lamun yang berbeda-beda dari padat, sedang dan ikan.
dan jarang. Perairan Desa Liya Mawi ini juga Pengambilan data ikan menggunakan
sejak lama telah dimanfaatkan sebagai daerah jaring insang dan bubu. Pemasangan jaring
penangkapan ikan dan biota laut lainnya oleh insang dilakukan air laut pasang atau
masyarakat setempat. Jenis alat tangkap yang menjelang surut, menggunakan jaring insang
biasa digunakan adalah jaring insang, bubu, yang memiliki mata jaring berukuran 1 inci, 1
pancing ulur dan panah serta pengambilan ½ inci, dan 2 inci, panjang jaring setiap mesh
secara langsung dengan tangan. size yaitu 30 m, tinggi jaring setiap mesh size
yaitu 1 m. Ikan ditangkap dengan jaring insang
Bahan dan Metode yang dipasang dengan posisi tegak lurus
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan terhadap arah arus diatas hamparan lamun.
April 2019–Mei 2020 bertempat di Perairan Ikan-ikan yang tertangkap diidentifikasi jenis
Desa Liya Mawi Kecamatan Wangi-Wangi dengan menggunakan buku identifikasi ikan
Selatan Kabupaten Wakatobi. Analisis DO Kuiter & Taonozuka (2001).
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 246
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Bubu yang digunakan terbuat dari jumlah individu spesies jenis ke-i dengan
bambu yang dianyam berbentuk segi empat jumlah total individu spesies (ni/N); ni=
dengan ukuran panjang 1 m, lebar 75 cm dan Jumlah individu spesies ke-i; N = Jumlah total
tinggi 25 cm. Dalam 1 kali pengoperasian indidvidu semua spesies.
bubu dipasang pada masing-masing stasiun
sebanyak 3 unit dalam setiap titik pengamatan. Tabel 1.Kriteria nilai Indeks keanekaragaman
Pengoperasian dilakukan pada masing-masing spesies.
stasiun saat air laut pasang dan dibiarkan Nilai Keanekaragaman
Kategori
selama sehari semalam, keesokan harinya (H’)
bubu diangkat untuk melihat ikan yang H’≤ 2 Rendah
tertangkap di dalam bubu. 2,0 < H’ ≤ 3 Sedang
Pengambilan data lamun menggunakan H’ ≥ 3,0 Tinggi
transek kuadrat yang berukuran 1 m x 1 m.
Pengamatan persen penutupan lamun Fachrul (2007) menyatakan bahwa,
dilakukan dengan melihat persen penutupan indeks keseragaman adalah indeks yang
lamun dan jenis lamun dalam transek pada tiap menunjukan pola sebaran biota, yaitu merata
titik pengamatan. Setiap stasiun diletakan garis
atau tidak. Jika nilai indeks keseragaman
transek tegak lurus dari garis pantai ke arah relative tinggi maka kebaradaan setiap jenis
laut sepanjang 100 m. Jarak antara setiap biota di perairan dalam kondisi merata.
ulangan yaitu 10 m dengan 3 kali ulangan Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :
pada tiap stasiun Kuiter & Taonozuka (2001). H′
Pengukuran kualitas perairan dilakukan E = H maks ……………..............................(4)
pada setiap stasiun pengamatan yang meliputi Dimana, E = Indeks keseragaman; H’ maks =
suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, ln S; S = Jumlah spesies dalam komunitas;
kecepatan arus dan DO. Pengukuran kualitas H’= Indeks keanekaragaman Shannon-Winner
perairan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
pada tiap stasiun. Analisis DO dianalisis di Tabel 2. Kriteria nilai indeks
Laboratorium Unit Produktifitas dan keseragaman
Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Nilai Keseragaman (E) Kategori
Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, E< 0,4 Rendah
Kendari. 0,4 ≤ E 0,6 Sedang
Komposisi spesies ikan menggunakan E ≥1 Tinggi
rumus menurut Fachrul (2007), sebagai berikut
: Nilai indeks dominansi (C) digunakan
𝑛𝑖
Pi = 𝑁 x 100%...............................................(1) untuk melihat dominansi satu jenis ikan
Keterangan: dalam komunitasnya. Formula indeks
Pi = Komposisi spesies ikan (%), keseragaman menurut Odum (1993),
ni = Jumlah individu setiap spesies ikan ke-i yaitu:
N = Jumlah total individu C = ∑𝑛𝑖=1{ni/N}² ..........................................(5)
Kelimpahan relatif dihitung dengan Keterangan :
rumus Shannon-Wiener Odum (1993), yaitu : C = Indeks Dominansi Simpson,
KR = N = Jumlah individu seluruh spesies,
ni ni = Jumlah individu dari spesies ke-i
N
x 100%.....................................................(2)
Keterangan : Tabel 3.Kriteria indeks dominansi
KR = Kelimpahan relatif
Nilai Dominasi(C) Kategori
Ni = Jumlah individu setiap jenis (ekor)
0<C <0,4 Rendah
N = Jumlah individu seluruh jenis yang
0,4 <C ≤ 0,6 Sedang
berhasil terjaring.
0,6 E ≥1 Tinggi
Indeks keanekaragaman (H’)
menggunakan rumus menurut Odum (1993),
sebagai berikut : Persen penutupan lamun dengan
H’ = −∑ Pi ln Pi., Pi=ni/N..........................(3) menggunakan persamaan sebagai berikut
Dimana, H’ = Indeks keanekaragaman (Setyobudiandi dkk., 2009) :
∑(C𝑖)
Shannon-Wienner; Pi = Perbandingan antara C = 𝑁 ........................................................(6)
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 247
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Tabel 5. Hasil Penelitian Ikan Pada Daerah Padang Lamun di Lokasi Penelitian.
Kelas Famili Species
Siganidae S. cannaliculatus
S. spinus
S. virgatus
Lutjanidae L. filvilamma
L. fulvus
Lethrinidae L. lentjan
L. harak
Gerridae G. oyena
G. puncatus
Actinopterygii
Sphyraenidae S. barracuda
Diodontidae D. holocanthus
Carangidae C. tille
G. speciosus
Mullidae U. tragula
M. flavolineatus
P. Cylostomus
Lambridae C. Inermis
Leiognathidae A. fasliata
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 248
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
7% 1% 15%
S. cannaliculatus L. fulvus
10%
S. virgatus L. filvilamma
6% S. spinus L. lentjan
4% 1%
3% G.oyena L. harak
4%
1% G. puncatus M. flavolineatus
6% 6% D. holocanthus C. tille
2% G. specious U. tragula
13% 8% S. Barracuda P. cylostomus
1% 9% 1% C. inermis A. fasliata
Stasiun II
3% 1%
12% 21% S. cannaliculatus L. filvilamma
S. Barracuda L. lentjan
L. harak G. oyena
8%
G. puncatus L. fulvus
7%
2% G. Specious C. tille
1%
2%
D. holocanthus U. tragula
9%
8% M. flavolineatus P. cylostomus
7% 7% C. inermis A. fasliata
6% 2% 3%
Stasiun III
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 249
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Tabel 7. Persentase Penutupan Padang Lamun pada Perairan Desa Liya Mawi.
Persen Penutupan Lamun (%)
No. Jenis Lamun
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1. Thalassia hemprichii 23,67 12,83 10,67
2. Cymodocea serrulata 53,17 29,83 13,17
Rata-Rata 76,83 42,67 23,83
Kategori Sangat Padat Sedang Jarang
Tabel 8. Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Perairan Desa Liya Mawi.
No Parameter Lingkungan Perairan Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1 Suhu (°C) 30 30 29
2 Kecepatan Arus (m/s) 0,08 0,08 0,08
3 Salinitas (o/oo) 32 32 31
4 Kecerahan (%) 100 100 100
5 Kedalaman (m) 1,7 1,7 1,6
6 DO (mg/l) 4,9 5,7 5,3
Komposisi jenis ikan yang banyak Komposisi jenis ikan yang banyak
ditemukan pada Stasiun I yaitu S. ditemukan pada Stasiun III yaitu S.
cannaliculatus dengan komposisi jenis cannaliculatus dengan komposisi jenis 20,69%,
sebanyak 13,05%, sedangkan jenis ikan yang sedangkan jenis ikan yang sedikit ditemukan
sedikit ditemukan yaitu D. holocanthus dari yaitu D. holocanthus dan A. fasliata dari
family Diodontidae dengan komposisi jenis family Diodontidae dan Leiognathihidae
1,04% (Gambar 2). Jenis ikan D. holocanthus dengan komposisi jenis 1,15% (Gambar 4).
menjadikan padang lamun sebagai daerah Pengukuran suhu pada stasiun penelitian
pengembala atau hanya sebagai daerah berada dalam kisaran 29oC-30oC, suhu tersebut
persinggahan. Hal ini diduga karena jenis ikan mendukung kehidupan dan penyebaran
S. cannaliculatus lebih aktif mencari makan di organisme. Menurut Kordi (2007), bahwa
daerah padang lamun, sesuai dengan pernyataan kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di
Rahmawati dkk. (2012), bahwa jenis ikan yang perairan tropis adalah antara 28°C–32°C,
paling melimpah dihabitat bervegetasi lamun dimana suhu perairan mempengaruhi seluruh
yaitu Siganus sp. tahapan dalam siklus hidup suatu spesies dan
Komposisi jenis ikan yang banyak dapat membatasi distribusi spesies tersebut
ditemukan pada Stasiun II yaitu S. melalui pengaruhnya terhadap kemampuan
cannaliculatus dengan komposisi jenis 15,15%, bertahan, reproduksi, pertumbuhan dan
sedangkan jenis ikan yang sedikit ditemukan kompetisi dengan organisme lainnya pada batas
yaitu D. holocanthus, G. pencatus dan A. toleransi tertentu. Perubahan suhu sangat
fasliata dari family Diodontidae, Gerridae dan menentukan distribusi kelimpahan, kecepatan
Leiognathihidae dengan komposisi jenis 1,14% renang dan aktifitas ikan mencari makan di
(Gambar 3). Tingginya komposisi jenis ikan S. suatu lokasi, dikarenakan suhu berpengaruh
cannaliculatus dikarenakan ikan tersebut terhadap proses rekrutmen. Beberapa hasil
memiliki kebiasaan hidup bergerombol di penelitian menunjukkan bahwa ikan sangat
daerah padang lamun dan sebagai penghuni peka terhadap perubahan suhu. Sesuai dengan
tetap lamun. Hal ini sesuai dengan pernyataan pernyataan Rasyid (2010), bahwa suhu optimal
Latuconsina (2013), yang menyatakan bahwa bagi ikan S. cannaliculatus adalah 25ºC-34ºC.
jenis ikan S. cannaliculatus menjadikan padang Berdasarkan hasil analisis indeks
lamun sebagai daerah pembesaran. Hal ini keanekaragaman (H’) ikan pada lokasi
diperkuat oleh Kordi (2009), bahwa ikan penelitian menunjukan bahwa nilai
baronang selalu bergerombol di daerah pantai keanekaragaman jenis pada Stasiun I yaitu
pada saat pasang, baik pada saat berenang 2,69, Stasiun II yaitu 2,59 dan Stasiun III yaitu
maupun mencari makan. 2,50 (Tabel 6). Indeks keanekaragaman di
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 250
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Perairan Desa Liya Mawi menunjukan nilai yang menyatakan bahwa secara kuantitatif
keanekaragaman yang sedang. Hal ini dapat dikatakan komunitas ikan tidak terdapat
dikarenakan kondisi lingkungan yang cukup dominansi satu jenis, ini dapat dikatakan
stabil dan banyaknya jenis ikan yang diperoleh. komunitas ikan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Manik Berdasarkan hasil analisis indeks
(2011), dalam penelitiannya di Pulau dominansi ikan pada lokasi penelitian
Bonebatang dengan nilai indeks menunjukan bahwa nilai dominansi jenis pada
keanekaragaman (H’) yang berkisar 1,31-1,70 Stasiun I yaitu 0,08, pada Stasiun II yaitu 0,09
termaksut dalam kategori sedang yang dan Stasiun III yaitu 0,10. Nilai dominansi pada
menandakan bahwa daya dukung lingkungan ketiga stasiun menunjukan kategori rendah. Hal
terhadap komunitas cukup baik. Menurut Nanto ini menunjukan bahwa di Perairan Desa Liya
(2016), suatu komunitas dikatakan mempunyai Mawi tidak ada jenis tertentu yang
keanekaragaman tinggi jika komunitas itu mendominasi. Hal ini sesuai dengan pernyatan
disusun oleh banyaknya jenis dengan Supriharyono (2007), yang menyatakan bahwa
kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. suatu komunitas apabila terdapat organisme
Jika komunitas itu sangat sedikit jenis yang dengan tingkat dominansi yang rendah maka
dominan maka keanekaragaman jenisnya keanekaragamannya menjadi tinggi. Hal ini
rendah. diperkuat oleh Latuconsina (2012), yang
Tinggi rendahnya keanekaragaman menyatakan bahwa secara umum nampak
spesies yang ada disuatu perairan sangat bahwa nilai keanekaragaman berbanding lurus
dipegaruhi oleh jumlah spesies itu sendiri, dengan keseragaman dan berbanding terbalik
semakin tinggi jumlah spesies maka dengan nilai dominansi. Keanekaragaman jenis
keanekaragaman semakin tinggi. Hal ini ikan termasuk dalam kategori tinggi dan
sesuai dengan pernyataan Haidir dkk. (2017), dominansinya rendah.
yang menyatakan bahwa, perbedaan nilai Indeks dominansi menunjukan adanya
indeks keanekaragaman ikan dipengaruhi oleh satu atau lebih spesies yang mempunyai
jumlah individu setiap jenis dan jumlah total peranan yang jauh lebih besar terhadap suatu
seluruh jenis ikan. Abdul (2016), yang lingkungan perairan. Hal ini sesuai dengan
menyatakan bahwa semakin sedikit jumlah pernyataan Dahuri (2003), yang menyatakan
jenis dan jumlah individu setiap jenis suatu bahwa adanya dominansi suatu spesies dalam
organisme maka nilai indeks keanekaragaman suatu komunitas disebabkan oleh adanya
semakin kecil. Hal ini juga diperkuat oleh ketidakmerataan jumlah individu dalam spesies.
pernyataan Nyabakken (1992), keanekaragaman Hal ini diperkuat oleh pernyataan Gillianders
jenis berkaitan dengan kekayaan jenis dan (2006), adanya jenis yang mendominasi dapat
distribusinya di dalam suatu komunitas. dipengaruhi oleh persaingan antara organisme
Hemming (2000), menyatakan bahwa nilai yang ada. Persaingan antara organisme
keanekaragaman yang kecil menggambarkan maksudnya berkaitan dengan mineral yang
sedikitnya jumlah ikan yang ada di perairan diperlukan, jika mineral yang dibutuhkan
tersebut dan juga menandakan adanya sepesies mendukung maka jenis tersebut akan lebih
yang mendominasi. dominan dan lebih banyak ditemukan.
Berdasarkan hasil analisis indeks Hasil pengambilam oksigen terlarut (DO)
keseragaman (E) ikan pada lokasi penelitian pada Perairan Desa Liya Mawi adalah 4,0-5,7
menunjukan bahwa nilai keseragaman jenis mg/l menurut Anugerah (2014), bahwa
pada Stasiun I yaitu 0,93, Stasiun II yaitu 0,89 kebutuhan oksigen bagi ikan yang hidup di
dan Stasiun III yaitu 0,90. Nilai indeks padang lamun adalah 4-6 namun untuk
keseragaman di Perairan Desa Liya Mawi kebutuhan biota bentik lainnya oksigen 1mg/l
menunjukan nilai keseragaman populasi besar masi bisa di tolerir jadi dalam hal ini Perairan
atau tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis Desa Liya Mawi masi bisa dikatakan baik.
ikan yang didapatkan pada lokasi penelitian Berdasarkan hasil penelitian pada
tidak berbeda jauh antara Stasiun I, II dan III. Perairan Desa Liya Mawi ditemukan dua jenis
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardjo lamun yaitu C. serrulata dan T. hemprichii.
(1980), yang menyatakan bahwa keseragaman Hasil yang ditemukan pada ketiga lokasi
yang tinggi mengidentifikasikan bahwa jumlah penelitian memiliki nilai persentasi tutupan
antara ikan yang ditemukan tidak berbeda jauh lamun yang bervariasi. Stasiun I memiliki nilai
(merata). Hal ini diperkuat oleh Manik (2011), persentasi tutupan lamun 76,83%, Stasiun II
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 251
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
memiliki nilai persentasi tutupan lamun 42,67% Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut;
dan Stasiun III memiliki nilai persentasi tutupan Aset pembangunan berkelanjutan
lamun 23,83%. Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Persentase tutupan lamun berdasarkan Utama.
COREMAP-LIPI (2014), dijelaskan bahwa Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air Bagi
jenis persentase tutupan lamun dengan kategori Pengolahan Sumberdaya Hayati
sangat padat yaitu 76%-100%, jenis persentase Lingkungan Perairan. Kanysius.
tutupan lamun yang padat yaitu 51%-75%, jenis Yogyakarta.
persentase tutupan lamun yang sedang yaitu Fachul, M.F., 2007. Metode Sampling
26%-50% dan jenis persentase tutupan lamun Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
yang jarang yaitu 0%-25%. Pada Perairan Desa Gillanders, B. M. 2006. Seagrasses, fish, and
Liya Mawi didapatkan persentase tutupan fisheries. Hal. 503-536. In Larkum, A. W.
lamun pada Stasiun I yaitu 76,83% dengan D., Robert J.O., C. M. Duarte (Ed.),
kategori sangat padat, sedangkan pada Stasiun Seagrasses : biology, ecology, and
II yaitu 42,67% dengan kategori sedang dan conservation. Springer. Dordrecht,
persentase tutupan lamun pada Stasiun III yaitu Netherlands.
23,83% dengan kategori jarang. Haidir M. A., Priosambodo D. Litay M.,Salam
Persentase tutupan lamun akan semakin M. A. 2017. Struktur Komunits Padang
sehat bila kondisi lingkungan perairan dalam Lamun Di Perairan Kepulauan Waisai
keadaan baik. Hasil pengukuran rata- rata Kabupaten Raja Ampat. 8(15) : 29-37
kecerahan perairan pada setiap stasiun adalah Hemming MA and Duarte CM. 2000. Seagrass
100%, dalam hal ini penyinaran cahaya Ecology. Cambridge University Press.
matahari mencapai dasar perairan. Kecerahan Inggris.
mendukung proses penetrasi sinar matahari Keputusan Mentri Lingkungan Hidup. 2004.
sampai ke kolom perairan sehingga proses Pedoman Penetapan Baku Mutu
fotosintesi dapat belangsung. Menurut Efendi Lingkungan. Kantor Menteri Negara
(2003), lamun membutuhkan intensitas cahaya Kependudukan dan Lingkungan Hidup
yang tinggi untuk melakukan proses 2004. Keputusan Menteri Negara
fotosintesis, umumnya lamun membutuhkan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
tingkat kecerahan 4-29% untuk dapat tumbuh No.51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu
dengan rata-rata 11%. Air Laut. Sekretariat Negara, Jakarta.
Kordi, M.G.H. dan A. Tancung. 2007.
Simpulan Pengelolaan kualitas air dalam budidaya
1. Jenis ikan yang berasosiasi dengan padang perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm:208.
lamun di Perairan Desa Liya Mawi Kordi MGH. 2009. Budidaya Perairan. Buku
sebanyak 1 kelas, 10 family dan 18 species. Kedua. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Jenis S. cannaliculatus (20,69%) yang Kuiter, R.H., & Taonozuka, T. (2001). Pictorial
paling banyak di temukan sedangkan jenis Guide to : Indonesian Reef Fishes.
D. holocanthus (1,04%) yang sedikit Seaford VIC 3198 (p. 895). Australia:
ditemukan. Zoonetics Publc.
2. Jenis lamun yang ditemukan di Perairan Latuconsina, H. danAmbo-Rappe, R. 2012,
Desa Liya Mawi sebanyak dua jenis yaitu Variabilitas Harian Komunitas Ikan
C. serrulata dan T. hemprichii, dimana Padang LamunPerairan Tanjung Tiram-
kategori tutupan lamun sangat padat berada Teluk Ambon Dalam.
pada Stasiun I (76,83%), kategori sedang Latuconsina Ambo Rappe R., Nessa M.N. 2013
berada pada Stasiun II (42,67%) dan Asosiasi Ikan Baronang (Siganus
kategori jarang pada Stasiun III (23,83%). canaliculatus Park 1797) Pada Ekosistem
Padang Lamun Perairan Teluk Ambon
Daftar Pustaka Dalam. In: Simanjutak CPH(eds).
Abdul Syukur., 2016. Konservasi Lamun Untuk Prosiding Seminar Nasional Ikan VII
Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Di Masyarakat Iktilogi Indonesia. PP. 123-
Perairan Pesisr Indonesia. 16 (1): 56-68 137.
Adrim, M. 2006. Asosiasi ikan di padang lamun. Malikusworo H dan Anugerah N. 2014. Buku
Oseana. 31(4) : 1-7. Panduan Monitoring Padang Lamun.
COREMAP CTI LIPI. Jakarta.
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 252
Sapa Laut Agustus 2021. Vol.6(3): 245-253
Studi Jenis Ikan yang berasosiasi dengan Padang Lamun (Jalil et al.,) 253