Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.

1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

DIVERSITAS IKAN PADA PERAIRAN ESTUARI


DESA RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI
APIT KABUPATEN SIAK

Eni Sumiarsih1, Nur El Fajri1, Roida Mawati Capah2


1
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau
2
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau

Corresponding author*: enisaf@yahoo.co.id

Abstrak
Potensi sumber daya perikanan di perairan estuari Rawa Mekar Jaya sangat tinggi. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April- Juli 2019 yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan
keanekaragaman ikan di estuari. Stasiun penelitian ditetapkan 3 stasiun berdasarkan perbedaan
habitat, yaitu Stasiun (St-1), Stasiun (St-2) dan Stasiun (St-3). Sampling ikan dilakukan
menggunakan alat tangkap pengilar (ukuran jala 1-2 inci), pancing dan serok besar (ukuran jala
0,5 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap terdiri dari 13 spesies yang
di kelompokkan kedalam 12 famili. Indeks keanekaragaman (H’) 2.01 – 2.30, indeks
keseragaman 0.87- 0.96 dan indeks dominasi 0.10 – 0.16. kondisi kualitas perairan di Estuary
Desa Rawa Mekar Jaya menunjukkan bahwa suhu 28-300C, kecepatan arus 0.011-0.041 m/det,
kecerahan 43-45 cm, salinitas 1,5-15‰ dan pH 5-6. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
diversitas ikan adalah sedang (stabil).

Kata Kunci :Pesisir, Mangrove, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, Indeks


Dominasi

Abstract
The potential of fishery resources in the Rawa Mekar Jaya estuarine waters is very high.
This research was conducted in April-July 2019 which aims to determine the types and
diversity of fish in estuaries. The research stations were assigned 3 stations based on
habitat differences, namely Stations (St-1), Stations (St-2) and Stations (St-3). Fish
sampling is done using a pillar fishing gear (1-2 inch mesh size), a fishing rod and a large
spoon (0.5 cm mesh size). The results showed that the fish caught consisted of 13 species
grouped into 12 families. Diversity index (H ') 2.01 - 2.30, uniformity index 0.87-0.96
and dominance index 0.10-0.16. water quality conditions in the Estuary of Rawa Mekar
Jaya Village show that the temperature is 28-300C, current speed is 0.011-0.041 m / sec,
brightness is 43-45 cm, salinity is 1.5-15 ‰ and pH is 5-6. The data obtained shows that
fish diversity is moderate (stable).

Keywords: Coastal, Mangrove, Diversity Index, Uniformity Index, Domination Index


Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
1. PENDAHULUAN

Sumberdaya perikanan di Provinsi Riau tersebar di perairan pesisir Pulau


Sumatera dan terletak, salah satu berada di Kampung Desa Rawa Mekar Jaya Kecamatan
Sungai Apit Kabupaten Siak, memiliki sekitar 25 ha vegetasi mangrove tumbuh di
sepanjang estuari yang berpotensi sebagai sektor pariwisata dan perikanan. Di bagian
hulu perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya terdapat Danau Pulau Besar dan Danau
Bawah yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Zamrud, yang dikelilingi oleh
hutan rawa gambut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak, 2016). Besarnya potensi
sektor perikanan dan keanekaragaman hayati ini diperlukan upaya untuk mendukung
ekonomi dan kelestariannya.
Ekosistem pesisir termasuk Estuari merupakan suatu komponen ekosistem
sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh berbagai tekanan lingkungan yang
diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh proses-proses alamiah (Dahuri, 1992). Salah
satu ancaman terhadap keanekaragaman hayati ikan di perairan pesisir Desa Mekar Jaya
adalah kegiatan antropogenik, seperti pengkonversian lahan mangrove menjadi
pemukiman penduduk dan aktifitas perekonomian seperti pertambakan dan perkebunan
sawit. Kegiatan tersebut tentu akan memberikan dampak dan tekanan terhadap perairan
estuari yang sangat peka pada perubahan lingkungan sehingga menjadi ancaman yang
serius bagi keseimbangan dan kelestarian ikan di perairan tersebut.
Salah satu jenis organisme yang memanfaatkan estuari adalah ikan. Menurut Zaid
(2011), fungsi estuari bagi kehidupan ikan yaitu sebagai daerah pemijahan, pengasuhan,
lumbung makanan serta jalur migrasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang
memberikan gambaran tentang keanekaragaman ikan pada ekosistem estuaria. Hasil
penelitian dapat dijadikan dasar menyusun kebijakan konservasi di kawasan tersebut.
Selain itu data dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai inventarisasi ikan yang
hidup di ekosistem estuaria dan sebagai basis data keanekaragaman ikan yang hidup pada
ekosistem estuaria Desa Mekar Jaya.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Bulan April-Juli 2019 di perairan Estuari Desa
Mekar Jaya Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : a) ikan-ikan yang ditangkap dengan bantuan
nelayan setempat, b) formalin 10%. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah: alat
tangkap (pengilar, serok dan pancing), perahu, cool box, hand refraktometer, pH meter,
dan lain-lain.
Penentuan lokasi penelitian di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya dilakukan
berdasarkan purposive sampling yaitu metode penetapan sampel dengan aktifitas yang
ada di lokasi. Stasiun penelitian ditetapkan 3 stasiun pengambilan sampel ikan yang
diharapkan dapat mewakili perairan estuari yang terdapat di Desa Rawa Mekar Jaya
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Berikut karakteristik dari ketiga stasiun
penelitian.
a. Stasiun I adalah daerah dekat dengan muara, banyak dijumpai mangrove jenis
Rhizophora sp. dan Bruguierra sp. tumbuh secara alami di sepanjang aliran Estuari.
Secara administrasi terletak pada titik koordinat 000 52.137′ N dan 102020.031′ E.

30
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
b. Stasiun II merupakan kawasan yang baru direboisasi, dimana di sepanjang aliran di
dominasi oleh mangrove yang masih muda, pada daerah ini terdapat tambak milik
masyarakat dan berdekatan dengan kebun kelapa sawit. Secara administrasi terletak pada
titik koordinat 000′53.000″N dan 102019.979′ E.
c. Stasiun III adalah daerah hulu estuari dimana lokasinya dekat permukiman warga. Pada
Stasiun ini banyak ditemukan mangrove jenis Nypa fruticans dan sebagai tempat kapal
nelayan berlabuh. Secara administrasi terletak pada titik koordinat 000′52.554 N dan
102019.5587′ E.
Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing, serok
dan pengilar yang merupakan alat tangkap tradisional masyarakat yang tinggal di dekat
perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak
10 hari selama penelitian. Stasiun pengamatan 1-3 dipasang 15 unit pengilar secara
berselang-seling ditepian estuari dengan ukuran pengilar 1x2 m2 dan mata jaring 1-2
inchi. Disetiap stasiun diletakkan pengilar sebanyak 5 unit per stasiun.
Pengukuran kualitas air sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi
perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya sebagai habitat berbagai jenis ikan. Pengukuran
kualitas air meliputi parameter Fisika (suhu, kecerahan, dan kecepatan arus) dan
parameter kimia (pH, salinitas dan oksigen terlarut). Hasil pengukuran kualitas air yang
dilakukan di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya akan dibandingkan dengan baku
mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut
untuk biota.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Ikan yang Tertangkap


Jenis ikan di sekitar perairan Estuari Desa Rawa Mekar Jaya berjumlah 403 ekor
ikan yang terdiri dari 12 famili yang mewakili 13 spesies dan bervariasi berdasrkan
habitat yang tertangkap adalah ikan air payau, laut dan ikan perairan tawar. Bervariasinya
jenis ikan yang tertangkap karena kawasan estuaria merupakan kawasan yang strategis
untuk kehidupan organisme khususnya ikan. Ini sesuai dengan pendapat Kimirei et al.,
(2011) menyatakan bahwa kawasan muara sungai memiliki peran strategis dalam ekologi
perairan diantaranya menjadi habitat bagi berbagai tahapan dalam stadia hidup ikan, dan
berfungsi sebagai daerah pemijahan (Chaves & Bouchereau, 2000), pengasuhan
(Bonecker et al., 2007; Huijbers et al., 2008), mencari makan (Laegdsgaard & Johnson,
2001), dan ruaya.
Jenis – jenis ikan yang tertangkan di perairan estuaria Desa Rawa Mekar Jaya
Kabupaten Siak selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Estuari Desa Rawa Mekar Jaya
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak
Familia No Nama spesies Nama Stasiun Total
Daerah I II III Ekor (n)
Plotosidae Paraplotosus
1. Sembilang 35 18 12 65
albilabris
Hemirampidae 2. Dermogensys sp. Julung 8 10 4 22
Serranida 3. Epinephelus coiodes Kerapu 7 - - 7
Tetraodontidae Tetraodon
4. Buntal 14 6 2 22
kretamensis
Bagridae 5. Mystus gulio Lundu 20 16 14 50

31
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
Gobiidae Periopthalmodon
6. Gelodok 20 18 12 50
argentilineus
Bothidae Pseudorhombus
7. Sebelah 2 - - 2
arsius
Ariidae Hexanematichthys
8. Duri 11 8 7 26
sagor
Cyprinidae Rasbora
9. Pantau 4 12 20 36
caudimaculatus
10. Rasbora agryrotaenia Seluang 3 17 19 39
Belontiidae Trichogaster
11. Sepat - 8 21 29
trichopterus
Channidae 12. Channa striata Gabus - 5 18 23
Clariidae 13. Clarias nieuhofii Keli - 7 25 32

Berdasarkan Tabel 1, jenis ikan yang tertangkap bervariasi. Ikan yang tertangkap
selama penelitian terdiri dari 13 spesies dari 12 familia, yaitu Plotosidae, Hemirampidae,
Serranida, Tetraodontidae, Bagridae, Gobiidae, Bothidae, Ariidae, Cyprinidae,
Belontiidae, Channidae dan Clariidae. Ikan yang paling banyak ditemukan adalah
Paraplotosus albilabris atau ikan sembilang, yakni 65 ekor. Karena daerah penyebaran
ikan ini meliputi perairan laut, muara sungai dan perairan tawar. Simajuntak dan Raharjo
(2001) menyatakan ikan Paraplotosus albilabris (sembilang) merupakan predator yang
memangsa anakan ikan dan hewan yang hidup di dasar perairan yang terdiri dari
kelompok gastropoda, moluska, dan crustasea. Jumlah total ikan yang paling sedikit
ditemukan di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya adalah jenis ikan Pseudorhombus
arsius atau ikan sebelah sebanyak 2 ekor. Ikan sebelah termasuk jenis ikan demersal,
kadang menyembunyikan diri di dasar pasir atau lumpur termasuk predator pemakan ikan
kecil dan benthos dan di duga memasuki estuari bersamaan dengan air pasang.
Sebaran jenis ikan berdasarkan salinitas di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya
dibedakan atas 3 jenis yaitu yang bersalinitas 1,5 ‰, 5,5 ‰ dan 15 ‰ (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi Jenis Ikan Berdasarkan Salinitas di Perairan Estuari Desa Rawa Mekar
Jaya
Salinitas Perairan (‰)
Jenis Ikan
1.5 5,5 15
Sembilang √ √ √
Julung √ √ √
Kerapu - - √
Buntal √ √ √
Lundu √ √ √
Gelodok √ √ √
Sebelah - - √
Duri √ √ √
Pantau √ √ √
Seluang √ √ √
Sepat √ √ -
Gabus √ √ -
Keli √ √ -

Berdasarkan Tabel 2, diversitas ikan yang didapatkan pada perairan estuari di


Desa Rawa Mekar Jaya dipengaruhi oleh hubungan antara laut melalui aktifitas pasang

32
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
surut dan aliran sungai menyebabkan berbagai spesies (terutama spesies dari laut) dapat
memasuki ekosistem ini, dan habitat yang beragam terbentuk di ekosistem ini mulai dari
muara sungai, perairan bervegetasi mangrove, dan sungai menyebabkan kehadiran
berbagai spesies. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khalil et al. (2015) yang menyatakan
bahwa ikan kerapu tergolong jenis ikan yang cukup luas salinitasnya, yaitu berkisar 12-
35‰.
Banyaknya jenis ikan air tawar yang ditemukan di Estuari Desa Rawa Mekar Jaya,
dikarenakan pada bagian hulu Sungai Rawa terdapat Danau Pulau Besar dan Danau
Bawah yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Zamrud, yang dikelilingi oleh
hutan rawa gambut. Terdapat 5 famili yang merupakan ikan air tawar yaitu famili
Belontiidae (Trichogaster trichopterus) sepat, Cyprinidae (Rasbora caudimaculatus dan
Rasbora agryrotaenia) pantau dan seluang, Hemirampidae (Dermogensys sp) julung,
Channidae (Channa striata) gabus, Clariidae (Clarias nieuhofii) ikan Keli. Jenis-jenis ikan
yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

33
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026

Gambar 1. Ikan yang ditemukan di Estuaria Rawa Mekar Jaya

Jumlah jenis ikan yang diperoleh selama penelitian di perairan estuaria Rawa Mekar
jaya sama dengan jumlah jenis ikan yang ditemukan dimuara sungai kecil pesisir Payum
Kabupeten Merauke yaitu 13 spesies berdasarkan Mote (2015). Berbeda halnya dengan
yang dilaporkan oleh Simanjuntak et al., (2011) bahwa telah ditemukan 106 jenis ikan
yang mendiami perairan Teluk Bintuni. Demikian juga Zahid et al., (2011) melaporkan
terdapat 105 jenis ikan penghuni ekosistem estuari Mayangan Jawa Barat. Jika
dibangdingkan dengan perairan Teluk Buntini dan perairan Mayangan jenis ikan yang
ada di perairan estuari Rawa Mekar Jaya ini lebih sedikit kondisi ini dipengaruhi oleh
faktor lingkungan perairan estuaria tersebut.

34
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
Keanekaragaman, Dominasi dan Keseragaman Ikan
Struktur komunitas ikan di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya adalah indeks
keanekaragaman (H’) berkisar 2,0132-2,3074, indeks keseragaman (E) 0,8743-0,9623
dan indeks dominansi (C) 0,1072-0,1616.

Keaneraga…
Indeks
0
I II III
Stasiun

Gambar 2. Indeks keanekaragaman (H’) ikan di Perairan Estuari Mekar Jaya

1
Keseragam…
Indeks

0.5

0
I II
Stasiun III
Gambar 3. Indeks keseragaman (E) ikan di Perairan Estuari Mekar Jaya

0.3
Dominansi (C)

0.2
0.1
Indeks

0
I II III
Stasiun

Gambar 4. Indeks dominansi (C) ikan di Perairan Estuari Mekar Jaya

Berdasarkan hasil penelitian nilai indeks keanekaragaman (H’) yang tertinggi


terdapat pada Stasiun II (2,3074) dan terendah pada Stasiun I (2,0132) (Gambar 2),
indeks kemerataan (E) yang tertinggi terdapat pada Stasiun II (0,9623) sedangkan yang
terendah terdapat pada Stasiun I (0,8743) (Gambar 3). Untuk indeks dominansi (C) ikan
tertinggi terdapat pada Stasiun I (0,1616) dan terendah terdapat pada Stasiun II (0,1072)
(Gambar 4). Indeks H’ ikan di perairan estuari Rawa Mekar Jawa masuk dalam kategori
tingkat kenekargaman sedang. Sedangkan untuk indeks E yaitu mendekati 1
menunjukkan tingkat kemerataan tinggi dan komunitas stabil. Untuk dominansi menurut
Simpson (1949) dalam Odum (1993) menunjukka tidak ada jenis yang mendominansi.
Dari hasil analisis indeks tersebut keanekaragaman dan keseragaman pada Stasiun I
masuk dalam kategori sedang dan tidak ada ikan yang mendominansi. Pada Stasiun I
ditemukan vegetasi mangrove yang tumbuh secara alami di pinggir aliran estuari. Hutan
mangrove merupakan suatu ekosistem yang komplek dan khas serta memiliki daya
dukung cukup besar terhadap lingkungan sekitarnya terutama sebagai penyokong sumber
makan alami di perairan melalui serasah yang jatuh di dasar perairan. Dilihat dari kondisi
lingkungan Stasiun I memiliki nilai salinitas paling tinggi yaitu 15‰ dan kecerahan 45
cm masih mendekati baku mutu perairan sehingga cahaya masih bisa masuk dan
mendukung produktivitas primer sebagai sumber makanan ikan. Prianto et al. (2008)
menyatakan jumlah spesies di estuaria pada umumnya lebih sedikit dari pada di air tawar
atau air laut didekatnya. Hal ini antara lain karena ketidakmampuan organisme air tawar

35
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
mentolerir kenaikan salinitas sedangkan organisme air laut mampu mentolerir penurunan
salinitas.
Pada Stasiun I kelimpahan Ikan Paraplotosus albilabris yang paling banyak ditemukan.
Ikan ini hidup pada kisaran salinitas yang luas, karena dapat hidup di air tawar, payau dan
laut yang berasosiasi dengan mangrove. Jenis ikan ini sering masuk estuari dan sungai
yang biasanya membentuk kelompok di daerah dengan dasar pasir atau lumpur, lebih
lanjut ditambahkan bahwa ikan jenis ini merupakan bottom feeder yang cenderung
karnivor dan pemakan biota avertebrata dan ikan-ikan kecil. Kualitas perairan yaitu suhu
(300C), kecerahan 45 cm, dan salinitas 15‰ cukup mendukung bagi kehidupan ikan
Paraplotosus albilabris dan organisme pakannya.
Salinitas tertinggi terdapat pada Stasiun I yang dekat ke muara perairan, sehingga
mendapat pengaruh dari air laut lebih besar. Simajuntak dan Raharjo (2001) menyatakan
makanan alami ikan sembilang di antaranya kepiting kecil, kerang-kerangan (bivalva),
udang (crustacea) dan siput (gastropoda). Terdapatnya tumbuhan mangrove di sepanjang
pinggiran perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya yang merupakan habitat asli biota
seperti kepiting, udang, kerang dan siput yang menjadi makanan alami ikan sembilang.
Semakin ke hulu salinitas perairan semakin kecil sehingga jenis ikan (black fish)
seperti famili Belontiidae (sepat rawa) Channidae (gabus) dan Clariidae (keli) banyak
ditemukan pada Stasiun II dan III. Rendahnya nilai kualitas air di duga disebabkan oleh
masukan air tawar yang diperoleh dari hulu sungai dan hutan rawa gambut lebih banyak
dari pada masukan air laut pada saat surut sehingga ikan dari kelompok black fish banyak
ditemukan. Utomo dan Samuel (2015) menyatakan kelompok ikan black fish umumnya
mempunyai alat pernafasan tambahan (labirin) sehingga dapat hidup di perairan yang
asam dan oksigen yang rendah.
Pada Stasiun II Nilai indeks keanekaragaman 2,2074, indeks keseragaman 0,9623 dan
dominansi 0,1072. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman masuk dalam kategori
sedang dan nilai indeks dominansi masuk dalam kategori rendah menandakan distribusi
ikan secara merata. Stasiun II merupakan stasiun yang mendapat masukan dari aktifitas
budidaya kepiting dan bivalva yang dilakukan oleh masyarakat sekitar estuari. Kondisi
mangrove yang tumbuh disekitaran estuari masih muda (replant).
Hasil pengukuran kualitas air, salinitas yang didapatkan sebesar 5,5 ‰ dengan suhu
perairan 290C. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang dilakukan masyarakat di sekitar
estuari tidak terlalu berpengaruh terhadap lingkungan perairan tempat biota ikan hidup
dan kualitas perairan masih mendukung untuk tumbuh dan berkembang ikan. Junaidi
(2008) menyatakan bahwa suatu lingkungan yang tidak tercemar dicirikan oleh kondisi
ekologis yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam tanpa ada
spesies yang dominan.
Pada Stasiun III menunjukkan indeks keanekaragaman jenis tergolong dalam kategori
sedang yaitu sebesar 2,2484, indeks keseragaman 0,9377 dan indeks dominansi 0,1140.
Menurut Jukri et al. (2013), nilai indeks keseragaman sedang artinya jumlah spesies yang
hidup pada komunitas tersebut cukup banyak karena didukung oleh lingkungan atau
ekosistem yang seimbang sedangkan ganguan terhadap organisme yang hidup di
lingkungan tersebut tidak terlalu mempengaruhi.
Pada Stasiun III merupakan daerah peralihan dari daerah hutan mangrove ke hutan rawa
gambut dan rawa air tawar, substat dasar perairan dipenuhi batang kayu, ranting, serasah
dan material gambut. Semakin ke hilir, serasah dan batang semakin berkurang dan mulai
di dapat pasir, lumpur bercampur tanah liat. Semakin ke hilir substrat semakin keras,
karena hampir keseluruhannya adalah tanah liat. Rendahnya nilai pH (5), salinitas 1,5 ‰

36
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
dan oksigen terlarut (3,25 mg/L) pada Stasiun III disebabkan oleh masukan limbah rumah
tangga yang masuk ke badan perairan dan lokasi stasiun yang berdekatan dengan hutan
rawa gambut.
Jenis ikan (black fish) seperti famili Belontiidae (sepat rawa) Channidae (gabus) dan
Clariidae (keli) banyak ditemukan pada Stasiun III. Jenis ikan black fish banyak
ditemukan karena ikan jenis ini dapat bertahan pada kondisi perairan yang miskin
oksigen. Kebanyakan jenis ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan (labirin).
Keragaman dan struktur komunitas ikan di suatu perairan merupakan gambaran karakte-
ristik spesies dan daur hidupnya terkait dengan fluktuasi kondisi lingkungan (Winemiller
et al., 2008). Perbedaan kontribusi beberapa spesies dalam menempati perairan
memperlihatkan bahwa lokasi dan musim berpengaruh besar dalam menentukan
persebaran jenis-jenis ikan pada suatu perairan (Zahid et al., 2014).

Parameter Fisika Kimia Perairan


Parameter fisika kimia perairan di estuari Desa Rawa Mekar Jaya masih
mendukung untuk kehidupan organisme atau biota. Berdasarkan hasil penelitian suhu
berkisar 28-300C, kecepatan arus 0,011-0,041 m/det, kecerahan 43-45 cm, salinitas 1,5-
15 ‰, oksigen terlarut 3,25-4,16 mg/L dan pH 5-6. Nilai parameter fisika dan kimia
perairan yang di ukur dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil yang didapat merupakan
cerminkan kondisi perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya sebagai habitat dari berbagai
biota perairan.

Tabel 3. Pengukuran Rata-Rata Parameter Fisika Kimia Perairan Estuari Desa Rawa
Mekar Jaya Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak
Kepmen LH No. 51
Stasiun
No Parameter Stasiun I Stasiun II Tahun 2004
III
(Mangrove)
A Fisika
1. Suhu (0C) 30 29 28 28-30
Kecepatan Arus
2. 0,011 0,033 0,041 -
(m/det)
3. Kecerahan(cm) 45 44 43 >5
B Kimia
1. Salinitas (‰) 15 5,5 1,5 s/d 34
Oksigen Terlarut
2. 4,16 3,80 3,25 >5
(mg/L)
Derajat Keasaman
3. 6 5 5 7- 8,5
(pH)

Suhu perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya berkisar 28-300C. Kordi et al. (2007)
menyatakan kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis berkisar 28-
320C. Hasil yang didapatkan jika dibandingkan dengan baku mutu Kepmen LH No. 51
Tahun 2004, maka perairan Estuari Desa Rawa Mekar Jaya masih tergolong alami dan
sesuai untuk kehidupan ikan dan biota air lainnya.
Kecepatan arus perairan pada tiap Stasiun penelitian berkisar 0,011-0,041 m/det.
kecepatan arus di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya masuk dalam kategori arus
sedang. Nilai kecerahan perairan pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar 43-45
cm. Hasil pengukuran didapatkan kecerahan perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya
tergolong rendah jika dibandingkan dengan baku mutu air laut yang diperuntukkan bagi
biota laut (Kepmen LH No. 51 Tahun 2004), namun kondisi tersebut masih dapat ditolerir

37
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
oleh organisme akuatik estuari Desa Rawa Mekar Jaya. Berdasarkan salinitasnya
perairaan estuari Desa Rawa Mekar Jaya merupakan perairan yang cocok dan baik bagi
organisme untuk melakukan dan melangsungkan kehidupannya.
Pada perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya difusi oksigen berasal dari udara bebas
yang masuk ke perairan, hasil proses fotosintesis organisme (plankton) dan tumbuhan
mencuat lainnya (mangrove). Kisaran Nilai DO yang didapatkan jika dibandingkan
dengan baku mutu air laut untuk biota mangrove Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 berada
pada ambang batas baku mutu. Hal ini disebabkan karena terjadinya fluktuasi lingkungan
sebagai akibat dari aktifitas pasang surut air laut.
Derajat keasaman (pH) pada masing-masing stasiun penelitian berkisar antara 5-6.
Jika diidentifikasi dari warna air, masa air pada estuari Desa Rawa Mekar Jaya identik
dengan warna air gambut (merah kecoklatan). Effendi (2003) menyatakan kisaran pH 5-
9 masih bisa mendukung kehidupan biota di dalam perairan. Jika dibandingkan dengan
Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 nilai pH di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya masih
berada dalam ambang batas baku mutu.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Struktur komunitas ikan di perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya Kecamatan
Sungai Apit Kabupaten Siak berjumlah 403 ekor ikan, yang terdiri dari 12 famili yang
mewakili 13 spesies. Keanekaragam jenis ikan di estuari Desa Rawa Mekar Jaya termasuk
dalam kategori sedang, keseragaman tinggi dan dominasi rendah. Parameter kualitas air
yang diamati meliputi: parameter fisika (suhu, kecepatan arus dan kecerahan), parameter
kimia perairan (salinitas, oksigen terlarut dan pH) yang diperoleh masih mendukung
pertumbuhan ikan sehingga perairan estuari Desa Rawa Mekar Jaya struktur
komunitasnya masuk dalam kategori seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Sungai Apit
2016. Siak.
Chaves, P. & Bouchereau, J. (2000). Use of mangrove habitat for reproductive activity
by the fish assemblage in the Guaratuba Bay, Brazil. Oceanologica Acta, 23,
273-280.
Dahuri R. 1992. Strategi penelitian estuari di Indonesia. Pros. Loka. Nas. Peny. Prog. Pen.
Bio. Kelautan dan Proses Dinam.Pesisir. UNDIP, Semarang.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 Hal.
Huijbers, C. M., Mollee, E. M., & Nagelkerken I. (2008). Post-larval French grunts
(Haemulon flavolineatum) distinguish between seagrass, mangrove and coral
reef water: Implications for recognition of potential nursery habitats. Journal of
Experimental Marine Biology and Ecology, 357,134-139.
Jukri, M., Emiyarti dan S. Kamri. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai
Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1): 174-175.

38
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.1, No.1, April 2020
e-ISSN: 2722-6026
Junaidi, E. 2008. Kajian Keanekaragaman dan Distribus Ikan di Perairan Muara Enim
Kabupaten Muara Enim dalam Upaya Konservasi Secara In Situ. Jurnal Ilmiah
MIPA. 7 (1): 39-47.
Khalil, M., M. Ainol dan Rachmawaty, R. 2015. Pengaruh Penurunan Salinitas Terhadap
Laju Oksigen dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina).
Jurnal Acta Aquatica. 2 (2 ): 114-121.
Kordi, K. M. G. H. dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 208.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun (2004) tentang baku
mutu air laut. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup.
Kimirei, I. A., Nagelkerken, I., Griffioen, B., Wagner, C., & Mgaya, Y. D. (2011).
Ontogenetic habitat use by mangrove/ seagrass-associated coral reef fishes
shows flexibility in time and space. Estuarine, Coastal, and Shelf Science, 92,
47-58.
Laegdsgaard, P., & Johnson, C., (2001). Why do juvenile fish utilise mangrove habitats.
Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 257, 229- 253.
Mote, N. (2015). Biologi reproduksi ikan belanak (Mugil dussumieri) di pesisir pantai
Payumb Kelurahan Samkai Distrik Merauke Papua in Chrystomo L.A, Karim
A.K, Maury H.K: Prosiding Seminar Nasional Biologi PBI ke XXIII, Jayapura,
8-10 September 2015.
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Prianto, E., Nurdawaty, S dan Kamal. 2003. Distribusi, Kelimpahan dan Variasi Ukuran
Larva Ikan di Estuary Sungai Musi. Jurnal Bawal. 5 (2): 73-79.
Simanjuntak, C. dan M. F. Rahardjo. 2001. Kebiasaan Makanan Ikan Tetet (Johnius
belangerii) di Perairan Mangrove Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 1 (2): 11-16.
Simanjuntak, C. P. H., Sulistiono, Rahardjo M. F., & Zahid, A. (2011). Iktiodiversitas di
perairan Teluk Bintuni, Papua Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia, 11 (2), 107- 126.
Zahid, A., Simanjuntak, C. P. H., Rahardjo, M. F, & Sulistiono. (2011). Iktiofauna
ekosistem estuari Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia, 11(1), 77-
86.
Zahid A, Lenny S.S, Rini S. 2014. Variasi spasio-temporal sebaran kumpulan ikan di
Estuari Segara Menyan. jurnal Masyarakat Ikhtiologi Indonesia 14(1):67-81.
Winemiller, K. O., Angostinho, A. A., & Caramaschi, E. P. (2008). Fish ecology in
tropical streams, in: Dudgeon D (ed): Tropicap stream ecology. Dudgeon D &
Cressa C, Elsevier/Academic, San Diego, 305-146 pp.

39

Anda mungkin juga menyukai