Oleh :
Endah Kurniyasari
1206 100 028
Dosen Pembimbing :
Drs. Kamiran, M.Si
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2010
Abstrak
Pengangkutan sedimen terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen
yang dibawanya. Pengangkutan sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan
seperti pendangkalan muara sungai, erosi pantai, perubahan garis pantai, dan sebagainya. Fenomena yang
timbul akibat pengangkutan sedimen ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah
pelabuhan sehingga prediksi mengenai banyaknya sedimen yang terangkut sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Dalam tugas akhir ini dipelajari hubungan
antara lapisan batas dengan pengangkutan sedimen. Konsep pemodelan yang telah terbukti efisien
diberikan dalam memprediksi kekuatan lapisan batas, dimana dalam pemodelan turbulensinya
mengekspresikan spesifik energi kinetik turbulen (k). Model k- digunakan untuk memprediksi lapisan
batas gelombang di pantai dengan lebih baik. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketebalan
lapisan batas berpengaruh terhadap pengangkutan sedimen. Dari sini ditemukan bahwa uprush memiliki
ukuran pengangkutan sedimen lebih besar daripada backwash. Selain itu, diperoleh relasi pantai
berdasarkan butiran sedimennya. Dari relasi pantai ini, profil arus dan pengangkutan sedimen di daerah
surf dan swash dapat dipelajari.
Kata kunci : lapisan batas, model k-, pengangkutan sedimen
diperkirakan seberapa banyak pengangkutan
sedimen. Hal inilah yang mendasari bahwa
pemahaman pengangkutan sedimen sangat
diperlukan untuk pengelolaan pantai yang benar.
Dalam tugas akhir ini lapisan batas diselesaikan
dengan menggunakan model k- untuk masalah
pengangkutan sedimen di dekat pantai.
Hal pertama yang diperlukan dalam
menyelesaikan lapisan batas adalah menentukan
jenis aliran, yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Akan tetapi ada juga aliran yang
disebut aliran transisional yaitu suatu aliran
peralihan dari aliran laminar menjadi aliran
turbulen. Di daerah dekat pantai aliran yang
dominan terjadi adalah aliran turbulen sehingga
model yang digunakan disini adalah model
persamaan turbulensi. Salah satu versi dari
model persamaan turbulensi yaitu model k-
1. Pendahuluan
Gelombang laut adalah salah satu
representasi gejala alam yang menarik.
Gelombang yang terbentuk di lautan lepas
merambat dan tiba di pantai bersama dengan
sejumlah besar tenaga yang sangat berpotensi
untuk merusak tetapi sebaliknya juga berpeluang
untuk dapat dimanfaatkan. Gelombang yang tiba
di dekat pantai ini akan memberikan energinya
ke pantai. Bagaimana dan seberapa besar energi
yang diberikan oleh gelombang sangat
ditentukan oleh profil kedalaman serta bentuk
lautnya. Energi yang diberikan oleh gelombang
dimanifestasikan dalam bentuk pengangkutan
sedimen.
Pemasangan suatu struktur di pantai akan
menimbulkan dampak kerusakan pantai yang
sangat serius. Untuk mencegah itu perlu
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Gelombang
Proses-proses yang terjadi di pantai
mempunyai skala spasial mulai dari orde 0-10m,
10-1000m, 1-10km dan 10-100km atau lebih.
Proses-proses tersebut saling mempengaruhi
satu sama lainnya dan resultannya akan
membentuk pola atau bentuk pantai. Skala
terkecil terjadi di daerah swash zone. Di daerah
ini proses yang dominan terjadi adalah
pengangkutan (transport) sedimen akibat
turbulensi. Swash zone adalah daerah antara
gelombang pecah sampai bibir pantai dan ciri
khasnya adalah adanya buih yang berwarna
putih. Bentuk buih ini menyatakan aliran yang
turbulen. Skala yang kedua dengan panjang
antara 10m sampai 1 km disebut proses garis
pantai. Proses yang dominan terjadi adalah
pengangkutan sedimen oleh arus imbuh
gelombang dimana arus yang sangat terkenal
dinamakan arus sejajar pantai atau arus susur
pantai (longshore currents). Kumpulan dari
skala ini akan memberikan suatu sistem sirkulasi
sel yang sering disebut daerah surf.
Sirkulasi ini mempunyai skala yang ketiga
yaitu 1-10km. Sebenarnya panjang skala ini
tidaklah mutlak benar karena morfologi pantai
sangat dinamik. Akumulasi atau resultan dari
ketiga proses diatas membangun suatu bentuk
pantai (beach form atau beach profile) yang
mempunyai skala spasial lebih besar dari 10km.
Ni
tan
H
L0
L0
,
gT 2
2
0.12
Hb
T gD
2.3 Model k-
Salah satu versi dari model persamaan
turbulensi, yaitu model k- yang telah terbukti
efisien dalam memprediksi kekuatan lapisan
b u 2 C f
1
U 2
2
u2
C
1
uz
u z 1 exp
,
26 v
uz
vt uz 1 exp
26v
2k
c0
dimana
H
dengan H b adalah tinggi
Hb
pecah (m), H adalah tinggi
c0
gelombang
gelombang (m).
0
, 2.5 0.05
0
, cr
n
C cr , cr
(t )
Dengan:
b
adalah parameter Shield,
S gD
3. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada tugas
akhir dalam menyelesaikan permasalahan
adalah:
1. Kajian Literatur
2. Pemodelan Gelombang Pantai
3. Pemodelan Ketebalan
Lapisan Batas
Gelombang dengan model k-
4. Pemodelan Pengangkutan Sedimen
5. Simulasi dengan Matlab
6. Analisis Hasil Simulasi
7. Kesimpulan
qb (t )
( s 1) gD 3
fu b2
3 u
C
cr 2 b
tan
ub
1
tan
2 gDs 1
, cr
cr
gDs 1
disini
adalah sudut kemiringan lereng pantai,
s adalah berat khusus dari sedimen,
adalah pergeseran sudut untuk perpindahan
grain,
f adalah faktor pergeseran gelombang,
t adalah waktu (s),
dan subscript cr gerak sedimen.
Hb
Ws T
Gelombang
Banyaknya
gelombang di
surf
plunging
uprush,
Profil arus backwash
Bentuk pantai
curam
Sandbar
tidak ada
Kemiringan
lereng
>4
Pengangkutan
sedimen di
pantai
rendah
Jenis sedimen bedload
Teksture
mediumsedimen
coarse
1-3
arus RIP,
arus
longshore
ritmik
sedikit
>3
bore wave,
arus balik
dasar
datar
banyak
2-6
<2
medium
campuran
finemedium
tinggi
suspended
fine
(kompak)
flat
(tanpa pola)
~200 m
Swash zone
curam
sedang
Surf zone
<100 m
~100 m
Dengan:
H b adalah tinggi gelombang pecah diasumsikan
0.156 m.
Ws
gD
18v
dx
dt
d H coshk z h
sin t kx
dt 2
sinhkh
U=
H coshk z h
H coshk z h
2
sinhkh
cost kx
H sinhk z h
cost kx
2
sinh kh
dy
dt
d H sinhk z h
cost kx
dt 2
sinhkh
W=
U W
0
x
x
U
U
W
1
U
W
t
x
z
U
U
W
1
U
W
t
x
z
H cosh[k ( z h)]
sin(t kx)
2
sinh(kh)
P
x
P
g
z
H sinhk z h
H sinhk z h
sin t kx
=
2
sinh kh
Dari persamaan gelombang permukaan
tersebut, dapat diketahui bahwa massa dan
momentum memiliki peranan penting pada
gelombang permukaan.
Tujuan dari lapisan batas adalah untuk
memungkinkan fluida berubah kecepatannya
4.4.2 Simulasi
Distribusi
Spasial
Pengangkutan Sedimen
Pengangkutan sedimen cross-shore di
daerah swash dan surf untuk pantai dengan
diameter sedimen berukuran D = 0.001 meter,
jarak = 10 meter diilustrasikan pada Gambar 2.
Dengan 2.5 (tegangan geser yang menyebabkan
perpindahan sedimen dengan kekasaran bidang
2.5D) kurang dari 0.05.
4.4
(a)
(b)
Gambar. 4. Distribusi Spasial dari Pengangkutan
Sedimen cross-shore dengan a) =0.01,
b)=0.03.
Pada kondisi seperti yang ditunjukkan
Gambar 4, ketika Parameter Shield (2.5)<
0.05 pengangkutan sedimen baik di uprush
maupun di backwash bernilai 0. Seperti yang
tertera pada model distribusi spasial
pengangkutan sedimen yang dikemukakan
oleh Nielsen.
(a)
(b)
Gambar 3. Pengangkutan Sedimen Jenis
Bedload a) = 4.20, b) = 5.250.
(a)
(b)
Gambar 5. Distribusi Spasial dari Pengangkutan
Sedimen cross-shore dengan a)2.5=0.1,b)2.5= 2.
0.01 0.001
0.03 0.001
10
10
Pengangkutan Ketebalan
Sedimen
Lapisan
Maximum
Batas
uprush backwash (meter)
0
0
0
0
0.1
1
2
5
0.001
0.001
0.001
0.001
10
10
10
10
0.0005
0.00075
0.0015
0.002
10
10
10
10
35.7495
35.7495
35.7495
35.7495
15.3813
15.3813
15.3813
15.3813
0.0434
0.0480
0.0571
0.0613
0.002
0.002
0.002
0.002
5
10
20
30
73.3807
73.3807
73.3807
73.3807
31.5722
31.5722
31.5722
31.5722
0.0307
0.0613
0.1226
0.1840
2.5
2.5 < 0
1
1
2.5 >0
1
1
2
2
2
2
Jarak
(meter
(meter)
)
Diameter
Melalui
grafik
distribusi
spasial
pengangkutan sedimen menunjukkan bahwa
pengangkutan sedimen lebih besar pada
ketebalan lapisan batas gelombang yang lebih
kecil. Selain itu, dari tabel menunjukkan bahwa
uprush membawa sedimen lebih banyak
dibandingkan dengan backwash, sehingga
6. Daftar Pustaka
Bakhtyar, R., Ghaheri, A., Yeganeh, A., Barry,
D.A. 2009. Process-based model for
nearshore
hydrodynamics,
sediment
transport and morphological evolution in the
surf and swash zones. Applied Ocean
Research 31 44-56
Madsen, OS. 1991. Mechanics of cohesionless
sediment transport in coastal waters. Coastal
sediments. p. 15-27.
Meyer-Peter, E., Muller, R. 1948.Formulas for
bedload transport. In: Proceedings of 3rd
meeting of the international association for
hydraulic research. p. 39-644.
Munson, Bruce R., Young, Donald F., Okiishi,
Theodore H. 2002. Mekanika Fluida.
Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Harinaldi dan Ir
Budiarso, M. Eng. Edisi keempat. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Nielsen, P. 2002. Shear stress and sediment
transport calculations for swash zone
modeling. Coastal Engineering 45:53-60.
Rijn, Leo C.van. 1994. Principle of fluid flow
and surface wave in rivers, estuaries, seas
and oceans. Second edition. Netherlands :
Aqua Publication.
Short, D.A. 1999. Handbooks of Beach &
Shoreface Morphology. New York : John
Willey & Son.
Sulaiman, A., Soehardi, I. 2008. Geomorfologi
Pantai. BPPT.
Zhang, Qinghai., Liu, Philip L.F. 2008. A
numerical study of swash flows generated by
bores. Coastal Engineering 55 1113113
10