Anda di halaman 1dari 10

PENGANGKUTAN SEDIMEN DI DEKAT PANTAI

Oleh :
Endah Kurniyasari
1206 100 028
Dosen Pembimbing :
Drs. Kamiran, M.Si
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2010
Abstrak
Pengangkutan sedimen terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen
yang dibawanya. Pengangkutan sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan
seperti pendangkalan muara sungai, erosi pantai, perubahan garis pantai, dan sebagainya. Fenomena yang
timbul akibat pengangkutan sedimen ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah
pelabuhan sehingga prediksi mengenai banyaknya sedimen yang terangkut sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Dalam tugas akhir ini dipelajari hubungan
antara lapisan batas dengan pengangkutan sedimen. Konsep pemodelan yang telah terbukti efisien
diberikan dalam memprediksi kekuatan lapisan batas, dimana dalam pemodelan turbulensinya
mengekspresikan spesifik energi kinetik turbulen (k). Model k- digunakan untuk memprediksi lapisan
batas gelombang di pantai dengan lebih baik. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketebalan
lapisan batas berpengaruh terhadap pengangkutan sedimen. Dari sini ditemukan bahwa uprush memiliki
ukuran pengangkutan sedimen lebih besar daripada backwash. Selain itu, diperoleh relasi pantai
berdasarkan butiran sedimennya. Dari relasi pantai ini, profil arus dan pengangkutan sedimen di daerah
surf dan swash dapat dipelajari.
Kata kunci : lapisan batas, model k-, pengangkutan sedimen
diperkirakan seberapa banyak pengangkutan
sedimen. Hal inilah yang mendasari bahwa
pemahaman pengangkutan sedimen sangat
diperlukan untuk pengelolaan pantai yang benar.
Dalam tugas akhir ini lapisan batas diselesaikan
dengan menggunakan model k- untuk masalah
pengangkutan sedimen di dekat pantai.
Hal pertama yang diperlukan dalam
menyelesaikan lapisan batas adalah menentukan
jenis aliran, yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Akan tetapi ada juga aliran yang
disebut aliran transisional yaitu suatu aliran
peralihan dari aliran laminar menjadi aliran
turbulen. Di daerah dekat pantai aliran yang
dominan terjadi adalah aliran turbulen sehingga
model yang digunakan disini adalah model
persamaan turbulensi. Salah satu versi dari
model persamaan turbulensi yaitu model k-

1. Pendahuluan
Gelombang laut adalah salah satu
representasi gejala alam yang menarik.
Gelombang yang terbentuk di lautan lepas
merambat dan tiba di pantai bersama dengan
sejumlah besar tenaga yang sangat berpotensi
untuk merusak tetapi sebaliknya juga berpeluang
untuk dapat dimanfaatkan. Gelombang yang tiba
di dekat pantai ini akan memberikan energinya
ke pantai. Bagaimana dan seberapa besar energi
yang diberikan oleh gelombang sangat
ditentukan oleh profil kedalaman serta bentuk
lautnya. Energi yang diberikan oleh gelombang
dimanifestasikan dalam bentuk pengangkutan
sedimen.
Pemasangan suatu struktur di pantai akan
menimbulkan dampak kerusakan pantai yang
sangat serius. Untuk mencegah itu perlu

yang telah terbukti efisien dalam memprediksi


kekuatan lapisan batas. Disini model k-
digunakan untuk memprediksi ketebalan lapisan
batas gelombang yang terkait dengan koefisien
gesekan kulit dan tegangan geser di dekat pantai.
Pemodelan k- pada dasarnya menitikberatkan
pada mekanisme yang terjadi pada aliran
turbulen dengan pendekatan energi kinetik.
Pengaruh gelombang permukaan ditransmisikan
ke dasar laut melalui lapisan batas. Oleh karena
itu, suatu bagian penting dari pengangkutan
sedimen diatur oleh ketebalan lapisan batas.

Gambar 1. Proses-proses pembangunan bentuk


pantai (reproduksi dari Short A.D 1999).
Pada saat gelombang mendekati pantai
maka akan terjadi perubahan pada panjang dan
tinggi gelombang. Panjang gelombang akan
memendek dan tinggi gelombang akan naik.
Terdapat suatu kondisi kritis pada tinggi
gelombang dimana kecepatan partikel air akan
lebih besar dari kecepatan fase gelombang. Pada
kondisi ini maka gelombang akan pecah dan
mendistribusikan energinya ke pantai. Dalam
terminologi geomorfologi pantai, daerah dimana
gelombang pecah sampai bibir pantai dinamakan
zona surf (surf zone). Daerah ini merupakan
daerah yang paling aktif karena terjadi
transformasi enrgi yaitu dari energi gelombang
ke energi yang lain misalnya energi disipasi.
Berdasarkan pengamatan selama bertahuntahun beberapa ilmuwan atau insinyur teknik
pantai telah mengembangkan formulasi empirik
yang dapat digunakan untuk memprakirakan
gelombang pecah secara cukup akurat.
Parameter yang sering digunakan untuk melihat
perilaku gelombang pecah adalah parameter surf
similaritas atau sering disebut bilangan Iribarren
(Ni) yang didefinisikan sebagai:

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Gelombang
Proses-proses yang terjadi di pantai
mempunyai skala spasial mulai dari orde 0-10m,
10-1000m, 1-10km dan 10-100km atau lebih.
Proses-proses tersebut saling mempengaruhi
satu sama lainnya dan resultannya akan
membentuk pola atau bentuk pantai. Skala
terkecil terjadi di daerah swash zone. Di daerah
ini proses yang dominan terjadi adalah
pengangkutan (transport) sedimen akibat
turbulensi. Swash zone adalah daerah antara
gelombang pecah sampai bibir pantai dan ciri
khasnya adalah adanya buih yang berwarna
putih. Bentuk buih ini menyatakan aliran yang
turbulen. Skala yang kedua dengan panjang
antara 10m sampai 1 km disebut proses garis
pantai. Proses yang dominan terjadi adalah
pengangkutan sedimen oleh arus imbuh
gelombang dimana arus yang sangat terkenal
dinamakan arus sejajar pantai atau arus susur
pantai (longshore currents). Kumpulan dari
skala ini akan memberikan suatu sistem sirkulasi
sel yang sering disebut daerah surf.
Sirkulasi ini mempunyai skala yang ketiga
yaitu 1-10km. Sebenarnya panjang skala ini
tidaklah mutlak benar karena morfologi pantai
sangat dinamik. Akumulasi atau resultan dari
ketiga proses diatas membangun suatu bentuk
pantai (beach form atau beach profile) yang
mempunyai skala spasial lebih besar dari 10km.

Ni

tan
H

L0

L0
,

gT 2
2

dengan adalah sudut kemiringan pantai dan T


adalah periode gelombang. Terdapat suatu relasi
empiris antara kemiringan pantai () dengan
tinggi gelombang yang dinyatakan sebagai
berikut (Short,A D 1999):

0.12
Hb

T gD

yang mengalir dengan permukaan benda.


Konsep lapisan batas ditemukan oleh Ludwig
Prandlt pada tahun 1904 yang merupakan
seorang ahli aerodinamika Jerman. Prandtl
mengklasifikasikan aliran yang melewati suatu
kontur permukaan menjadi dua daerah, yaitu :
1. Daerah di dalam lapisan batas (dekat
permukaan kontur) dimana efek viskositas
sangat berpengaruh (viscous flow). Daerah
ini sering disebut sebagai lapisan batas
(boundary layer), adalah suatu lapisan tipis
yang berada di sebelah dari perbatasan
benda. Pada kawasan ini kecepatan aliran
adalah nol pada dinding, dan bertambah
dengan cepatnya dalam perbandingan
terhadap kecepatan permukaan bebas.
Dalam kawasan lapisan batas, distribusi
kecepatan sangat dipengaruhi oleh gaya
geseran.
2. Daerah di luar lapisan batas dimana efek
viskositas diabaikan (inviscid flow). Pada
daerah ini pengaruh viskositas sangat kecil
sehingga cenderung diabaikan, gaya
geseran dapat diabaikan bila dibandingkan
dengan gaya inersia. Dalam hal ini fluida
dapat dianggap inviscid (non viscous) dan
tanpa rotasi (irotasi).
Tebal boundary layer sendiri digolongkan
menjadi dua, yaitu ketebalan lapisan batas dan
ketebalan perpindahan lapisan batas. Ketebalan
lapisan batas () didefinisikan sebagai jarak dari
permukaan solid ke lapisan di daerah yang
mengalami hambatan karena gesekan. Namun
kenyataannya karena pengaruh gesekan terjadi
terus menerus, pada perhitungan, dipergunakan
definisi tebal lapisan batas adalah jarak dari
permukaan penampang ke titik dimana
kecepatannya bernilai 99% dari kecepatan aliran
bebas. Ketebalan perpindahan lapisan batas (*)
didefinisikan sebagai tebal aliran tanpa gesekan
yang laju massa alirannya sama dengan
pengurangan laju massa aliran fluida
bergesekan. Sehingga perhitungan tebal
perpindahan ini didasarkan pada laju massa
aliran sebelum bergesekan dengan permukaan
solid dikurangi laju aliran setelah bergesekan.

Dengan H b adalah tinggi gelombang


pecah, dan D adalah ukuran diameter butir ratarata. Tetapi pada kemiringan pantai dapat diukur
sehingga relasi ini jarang digunakan. Relasi ini
dapat digunakan untuk estimasi tinggi
gelombang pecah, karena yang mudah kita
lakukan adalah mengukur T, D dan .
Dari hasil pengamatan (Sulaiman, Soehardi
(2008)) ternyata gelombang pecah banyak
macamnya dan secara umum dapat digolongkan
dalam empat golongan yaitu:
2.1.1 Gelombang pecah tipe spilling
Pada tipe spilling, muka gelombang
pecah akan meluruh searah pantai dan lama
kelamaan akan membentuk buih di bibir
pantai (Ni < 0.4)
2.1.2. Gelombang pecah tipe plunging
Pada tipe plunging, muka gelombang
memecah dengan cara bergulung-gulung dan
akhirnya akan membentuk buih yang
dicirikan dengan adanya limpasan yang ikut
di pantai. Gelombang pecah tipe ini sangat
baik untuk kegiatan surfing (0.4<Ni<2.3)
2.1.3 Gelombang pecah tipe collapsing
Pada tipe collapsing, muka gelombang
tidak berubah (pecah) tetapi semakin
mendekati
pantai
akan
membentuk
gelombang pipih yang semakin mengecil dan
akhirnya akan menghasilkan aliran turbulen
di bibir pantai (2.3<Ni<3.2)
2.1.4 Gelombang pecah tipe surging
Pada tipe surging, muka gelombang juga
tidak akan mengalami perubahan (pecah)
tetapi semakin mendekati pantai semakin
mengecil dan akhirnya memecah pada daerah
yang sangat dekat dengan bibir pantai. (Ni >
3.2)
Biasanya gelombang pecah tipe plunging
dan spilling terjadi di pantai yang berbatasan
dengan samudra, misalnya pantai selatan Jawa
dll. Sedangkan gelombang pecah tipe surging
dan collapsing terjadi pada pantai dengan laut
tertutup atau semi tertutup, misalnya pantai utara
Jawa.
2.2 Teori Lapisan Batas
Lapisan batas merupakan lapisan tipis
pada permukaan solid surface yang membatasi
daerah inviscid dan daerah viscous. Lapisan
batas terjadi karena adanya gesekan antara fluida

2.3 Model k-
Salah satu versi dari model persamaan
turbulensi, yaitu model k- yang telah terbukti
efisien dalam memprediksi kekuatan lapisan

Bedload: terjadi pada sedimen yang relatif

batas. Dalam tugas akhir ini model k- standart


yang
dipergunakan
untuk
memprediksi
ketebalan lapisan batas gelombang. Pada model
k-, k adalah energi kinetik turbulen, dan
adalah tingkat dissipasi turbulen (m2/s3).
Untuk bidang aliran seragam, tegangan
gesekan berkaitan dengan kecepatan fluida
aliran bebas melalui koefisien gesekan C f

lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal,


bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran
yang bergerak dapat berfungsi memindahkan
pertikel-partikel yang besar di dasar.
Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada
saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan
inertia butiran pasir tersebut pada saat diam.
Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan
bisa mendorong sedimen yang satu dengan
lainnya.
Saltation: umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang
ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.

melalui hubungan kuadrat sebagai berikut :

b u 2 C f

1
U 2
2

Dengan menggunakan nilai akhir dari u ,


nilai k dan pada bidang didefinisikan oleh
Bakhtyar, Ghaheri, Yeganeh, dan Barry (2009)
sebagai:

u2

C
1

Di kawasan pantai terdapat dua arah


pengangkutan sedimen. Yang pertama adalah
pergerakan sedimen tegak lurus pantai (crossshore pengangkutan) atau boleh juga disebut
dengan pergerakan sedimen menuju dan
meninggalkan
pantai
(onshore-offshore
transport). Yang kedua, pergerakan sedimen
sepanjang pantai atau sejajar pantai yang biasa
diistilahkan dengan longshore transport.
2.4.1 Pergerakan sedimen tegak lurus
pantai (cross-shore transport)
Pengangkutan sedimen tegak lurus
pantai dapat dilihat pada bentuk pantai
(kemiringan pantai) dan bentuk dasar lautnya
(bar & trough). Secara penampakan
geomorfologi, proses pengangkutan sedimen
tegak lurus pantai biasanya terjadi di teluk.
2.4.2 Pengangkutan
sedimen
sejajar
pantai (longshore transport)
Orang sering menyebut pengangkutan
sedimen sejajar pantai (dalam bahasa
ilmiahnya littoral sediment transport) atau
longshore sediment transport. Proses ini
biasanya terjadi di pantai yang berbatasan
dengan samudra dan merupakan proses yang
penting karena berdampak sangat besar
terhadap suatu struktur yang dibuat manusia
misalnya jetti atau groin.


uz
u z 1 exp
,
26 v

uz
vt uz 1 exp

26v

Untuk bidang halus C =0,09 dekat dinding.


3

Dari model k- ketebalan lapisan batas ()


pada gelombang pantai dapat dihitung, Zhang
dan Liu ( 2008):

2k
c0

dimana

H
dengan H b adalah tinggi
Hb
pecah (m), H adalah tinggi

c0

gelombang
gelombang (m).

2.4 Pengangkutan sedimen


Sedimen adalah material atau pecahan dari
batuan, mineral dan material organik yang
melayang-layang di dalam air, udara, maupun
yang dikumpulkan di dasar sungai atau laut oleh
pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen
dapat diangkut dengan tiga cara:
Suspension: umumnya terjadi pada sedimensedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti
lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.

Pengangkutan sedimen dekat pantai dan


perkembangannya telah dianalisis di beberapa
penelitian. Rumus terbanyak yang digunakan

untuk menjelaskan mengenai pengangkutan


sedimen didasarkan pada hubungan antara
parameter
Shields
dan
ukuran
dasar
pengangkutan sedimen. Rumus pengangkutan
sedimen oleh Meyer Peter dan Muller (1948)
adalah:

Masselink dan Hughes (1998) diperlukan


konstanta empiris yang berbeda (C) untuk
menghubungkan perhitungan kecepatan dan
pengangkutan sedimen di uprush dan backwash.
Nielsen (2002) menganjurkan persamaan
sebagai berikut:

0
, 2.5 0.05

C 2.5 0.05 2.5 signu* (t ) , 2.5 0.05

0
, cr

n
C cr , cr

(t )

Dengan:

b
adalah parameter Shield,
S gD

Cuprush 19.9 4.1


Cbackwash 8.9 1.7

b adalah tegangan geser,


adalah ukuran pengangkutan (m2/s),

3. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada tugas
akhir dalam menyelesaikan permasalahan
adalah:
1. Kajian Literatur
2. Pemodelan Gelombang Pantai
3. Pemodelan Ketebalan
Lapisan Batas
Gelombang dengan model k-
4. Pemodelan Pengangkutan Sedimen
5. Simulasi dengan Matlab
6. Analisis Hasil Simulasi
7. Kesimpulan

D adalah diameter sedimen (m),


S dan secara berturut-turut adalah
kepadatan partikel dan fluida,
cr adalah tegangan geser kritis di atas yang
memungkinkan perpindahan sedimen,
C dan n adalah konstanta empiris oleh Wilson
(1987) (C=12 dan n=1.5).
Dasar pengangkutan sedimen dan rumus
digunakan untuk menghitung pengangkutan
sedimen
bersih
yang
sesuai
dengan
penghitungan dasar pengangkutan pada akhir
deburan yang mengarah ke laut. Madsen (1991)
memperoleh rumus dasar pengangkutan sedimen
untuk bed-load qb (t ) (m2/s) :

qb (t )
( s 1) gD 3

fu b2

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Analisis Tipe Pantai
Untuk menentuka tipe pantai pada
gelombang pecah, cara yang paling sederhana
adalah dengan mendapatkan suatu relasi yang
menghubungkan parameter gelombang dengan
parameter tipe pantai. Gaurlag pada tahun 1968
mempublikasikan penelitiannya tentang relasi
empirik antara parameter gelombang (tinggi
gelombang Hb dan periode T) dengan parameter
pantai (kecepatan jatuh Ws) untuk mendapatkan
tipe pantai. relasi ini dinyatakan oleh (Short, A
D 1999):

3 u
C

cr 2 b
tan
ub
1
tan

2 gDs 1

, cr

cr

gDs 1

disini
adalah sudut kemiringan lereng pantai,
s adalah berat khusus dari sedimen,
adalah pergeseran sudut untuk perpindahan
grain,
f adalah faktor pergeseran gelombang,
t adalah waktu (s),
dan subscript cr gerak sedimen.

Hb
Ws T

Berikut ini akan ditabelkan relasi tipe pantai


dengan parameter seperti diatas:
Tabel 1. Karakteristik tipe pantai (reproduksi
Short A.D 1999)
Relasi
Reflektif Intermediate Dissipassif
=Hb/(WsT)
<1
2-5
>6
Tipe
surging
spillingspilling

Secara fisik aliran uprush dan backwash


sangat berbeda, hal ini dikarenakan bahwa
model pengangkutan sedimen pada daerah ini
memiliki perbedaan parameter. Menurut

Gelombang
Banyaknya
gelombang di
surf

plunging

uprush,
Profil arus backwash
Bentuk pantai
curam
Sandbar
tidak ada
Kemiringan
lereng
>4
Pengangkutan
sedimen di
pantai
rendah
Jenis sedimen bedload
Teksture
mediumsedimen
coarse

1-3
arus RIP,
arus
longshore
ritmik
sedikit

>3
bore wave,
arus balik
dasar
datar
banyak

2-6

<2

medium
campuran
finemedium

tinggi
suspended
fine
(kompak)
flat
(tanpa pola)
~200 m

Dari keterangan tersebut menunjukkan


bahwa pantai yang dimaksudkan disini memiliki
jenis sedimen medium-coarse. Tipe gelombang
surging yang dihasilkan memberikan arti bahwa
pengangkutan sedimen terjadi pada pantai laut
tertutup atau semi tertutup misalnya pantai utara
Jawa. Pengangkutan sedimen ini tergolong
rendah dengan jenis sedimen yang dibawanya
berupa bedload. Bentuk pantainya pun curam
dengan kemiringan >40.
Dari tabel tersebut juga dapat diketahui
secara eksak jarak nearshore yang dimaksudkan
disini yaitu <100 m pada daerah surf. Di daerah
bertipe reflektif ini profil arusnya berdasarkan
uprush dan backwash, sehingga dari profil arus
ini dapat digunakan untuk menghitung
pengangkutan sedimen di dekat pantai. Kriteria
lain yang didapat adalah jika <1 maka pantai
akan curam dan stabil, jika >1 maka pantai
akan tererosi. Karena pantai yang dimaksudkan
disini adalah tipe pantai dengan relasi reflektif,
pantai akan curam namun stabil dan tak tererosi.

Swash zone
curam
sedang
Surf zone
<100 m
~100 m
Dengan:
H b adalah tinggi gelombang pecah diasumsikan
0.156 m.

Ws

gD
18v

4.2 Profil Kecepatan Logaritma

Percepatan gravitasi, g = 9.8 m/s2,


D, 0.5-2 mm.
Massa jenis sedimen, s = 2.65 g/cm3(=2.65
ton/m3),
Massa jenis fluida, = 1.025 g/cm3(=1.025
ton/m3),
viskositas air laut, v= 1.1x10-3 kg/ms pada suhu
ruang(=1.1 x 10-6 ton/ms),
Ws =0.196-3.14 m/s,
T = 3-15 detik
Sehingga diperoleh 0.003< <0.26.

Gambar 2. Profil kecepatan logaritma.


(z adalah jarak arus dari bidang dasar dengan z =
y + z)
Gelombang yang menjalar dari laut
dalam (deep water) menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk karena adanya
perubahan kedalaman laut. Pada Gambar.4.7,
z = 0.032 , z = 0.038 dan z = 0.003 m
sempat mengalami perlambatan, hal ini
dikarenakan
apabila gelombang bergerak
mendekati pantai, pergerakan gelombang di
bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut
akan melambat. Ini adalah akibat dari
friksi/gesekan antara air dan dasar pantai.

Dari relasi ini dapat diketahui bahwa tipe


pantai yang dimaksudkan disini adalah tipe
pantai reflektif. Diperoleh keterangan sebagai
berikut, ( Sulaiman, Soehardi, (2008)) :
Medium-Coarse sand merupakan sedimen
dengan ukuran 0.25-2 mm,
Fine-Medium sand merupakan sedimen
dengan ukuran 0.125-0.5 mm,
Fine(kompak) sand merupakan sedimen
dengan ukuran 0.125-0.25 mm.

Sementara itu, bagian atas gelombang di


permukaan air akan terus melaju. Semakin
menuju ke pantai, puncak gelombang akan
semakin tajam dan lembahnya akan semakin
datar. Fenomena ini yang menyebabkan
gelombang tersebut kemudian pecah dan
mentransfer energi dan massa ke daratan.
Transfer energi terjadi dalam bentuk tranfer
panas atau energi kinetik dimana kita melihatnya
sebagai buih yang ada di lautan, bentuk buih ini
menyatakan aliran yang turbulen. Sedangkan
adalah rata-rata disipasi energi kinetik turbulen.
Besaran ini dapat diukur oleh peralatan. Salah
satu contoh adalah Modular Microstructure
Profiler (MMP) yang dikembangkan oleh
laboratorium
Fisika
terapan Universitas
Washington.

Dari persamaan Hukum Kekekalan Massa


dan Hukum Kekekalan Momentum dapat
diperoleh persamaan gelombang permukaan.
Persamaan gelombang arah horizontal
dengan kedalaman z di bawah permukaan
air pada jarak x dan pada waktu t.

Dari persamaan di atas dapat diperoleh


kecepatan fluida arah horizontal dengan
kedalaman z di bawah permukaan air pada
jarak x dan pada waktu t.

dx
dt

d H coshk z h

sin t kx
dt 2
sinhkh

U=

4.3 Persamaan Gelombang Permukaan Laut


Gelombang permukaan laut pada dasarnya
adalah fenomena dinamika fluida. Segala
macam perilaku fluida harus memenuhi hukum
fisika. Hukum fisika adalah hukum tentang
kekekalan. Dalam fluida terdapat dua hukum
kekekalan yaitu kekekalan massa dan kekekalan
energi (atau kekekalan momentum). Hukum
kekekalan energi adalah juga hukum kekekalan
momentum, hal ini mudah dimengerti jika kita
menggunakan
mekanika
Lagrange
atau
mekanika Hamilton.
4.3.1 Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa menyatakan
bahwa massa fluida kekal dimana saja dan
secara matematik akan diperikan oleh sebuah
persamaan yang dinamakan persamaan
kontinuitas (Rijn, 1994). Persaman kekekalan
massa dapat ditulis

H coshk z h

cost kx. 0.sin t kx


2 sinhkh

H coshk z h
2

sinhkh

cost kx

Persamaan gelombang arah vertikal


dengan kedalaman z di bawah permukaan
air pada jarak x dan pada waktu t.

H sinhk z h
cost kx
2
sinh kh

Dari persamaan di atas dapat diperoleh


kecepatan fluida arah horizontal dengan
kedalaman z di bawah permukaan air pada
jarak x dan pada waktu t.

dy
dt

d H sinhk z h

cost kx
dt 2
sinhkh

W=

U W

0
x
x

4.3.2 Hukum Kekekalan Momentum


Untuk aliran fluida incompressible non
viscous 0 ,
Euler
(1701-1783)
mengaplikasikannya
pada
persamaan
kekekalan momentum untuk elemen fluida.

U
U
W
1
U
W

t
x
z

U
U
W
1
U
W

t
x
z

H cosh[k ( z h)]
sin(t kx)
2
sinh(kh)

P
x
P
g
z

H sinhk z h

sint kx. 0. cost kx


2 sinhkh

H sinhk z h
sin t kx
=
2
sinh kh
Dari persamaan gelombang permukaan
tersebut, dapat diketahui bahwa massa dan
momentum memiliki peranan penting pada
gelombang permukaan.
Tujuan dari lapisan batas adalah untuk
memungkinkan fluida berubah kecepatannya

dari nilai U di sekitar permukaan gelombang


menjadi nol pada bidang dasar( Munson, Young,
Okiishi(2002)). Dengan diketahui profil
kecepatan, merupakan masalah yang mudah
untuk menentukan kecepatan gesekan dinding.
Kecepatan gesekan ini dapat digunakan untuk
menentukan tegangan geser dinding. Akibat
gesekan dinding terjadilah pengangkutan
sedimen. Oleh karena itu, ketebalan lapisan
batas memiliki pengaruh yang besar dalam
pengangkutan sedimen.

4.4.2 Simulasi
Distribusi
Spasial
Pengangkutan Sedimen
Pengangkutan sedimen cross-shore di
daerah swash dan surf untuk pantai dengan
diameter sedimen berukuran D = 0.001 meter,
jarak = 10 meter diilustrasikan pada Gambar 2.
Dengan 2.5 (tegangan geser yang menyebabkan
perpindahan sedimen dengan kekasaran bidang
2.5D) kurang dari 0.05.

4.4

Simulasi dan Analisis Pengangkutan


Sedimen
Pada Subbab ini akan dilakukan dua macam
simulasi, yaitu simulasi pengangkutan sedimen
bedload dan distribusi spasial pengangkutan
sedimen.
4.4.1 Simulasi
Pengangkutan
Sedimen
Bedload
Kedalaman air yang digunakan dalam
penelitian ini sekitar 0.156 m. Gambar 1
menunjukkan pengangkutan sedimen crossshore dengan sudut kemiringan = 4.2 0, 5.250
pada jarak = 10 meter dan ukuran diameter
sedimen 0.00075 meter. Semakin besar sudut
kemiringan yang diberikan menyebabkan
bedload yang terangkut dalam satu kali deburan
tersebut meningkat.

(a)

(b)
Gambar. 4. Distribusi Spasial dari Pengangkutan
Sedimen cross-shore dengan a) =0.01,
b)=0.03.
Pada kondisi seperti yang ditunjukkan
Gambar 4, ketika Parameter Shield (2.5)<
0.05 pengangkutan sedimen baik di uprush
maupun di backwash bernilai 0. Seperti yang
tertera pada model distribusi spasial
pengangkutan sedimen yang dikemukakan
oleh Nielsen.

(a)

(b)
Gambar 3. Pengangkutan Sedimen Jenis
Bedload a) = 4.20, b) = 5.250.

Tabel 2. Distribusi spasial dari pengangkutan


sedimen maksimum
Pengangkutan Ketebal
Sedimen Minimum an
Diameter Jarak
2.5 (meter)
Lapisan
(meter)
uprush backwash Batas
(meter)
0.01 0.001 10
0
0
2.5< 0
0.03 0.001 10
0
0
0.1 0.001 10 -1.4863
-0.6593 0.0833
1
0.001 10 -28.2391 -12.5274 0.0833
2
0.001 10 -57.9645 -25.7141 0.0833
5
0.001 10 -147.1408 -65.2742 0.0833
1 0.0005 10 -28.2391 -12.5274 0.0701
1 0.00075 10 -28.2391 -12.5274 0.0776
2.5> 0
1 0.0015 10 -28.2391 -12.5274 0.0922
1
0.002 10 -28.2391 -12.5274 0.0991
2
0.002 5 -57.9645 -25.7141 0.0496
2
0.002 10 -57.9645 -25.7141 0.0991
2
0.002 20 -57.9645 -25.7141 0.1982
2
0.002 30 -57.9645 -25.7141 0.2974

(a)

(b)
Gambar 5. Distribusi Spasial dari Pengangkutan
Sedimen cross-shore dengan a)2.5=0.1,b)2.5= 2.

Tabel 4.6. Distribusi spasial dari pengangkutan


sedimen minimum

0.01 0.001
0.03 0.001

10
10

Pengangkutan Ketebalan
Sedimen
Lapisan
Maximum
Batas
uprush backwash (meter)
0
0
0
0

0.1
1
2
5

0.001
0.001
0.001
0.001

10
10
10
10

1.8816 0.8095 0.0516


35.7495 15.3813 0.0516
73.3806 31.5722 0.0516
186.274 80.1448 0.0516

0.0005
0.00075
0.0015
0.002

10
10
10
10

35.7495
35.7495
35.7495
35.7495

15.3813
15.3813
15.3813
15.3813

0.0434
0.0480
0.0571
0.0613

0.002
0.002
0.002
0.002

5
10
20
30

73.3807
73.3807
73.3807
73.3807

31.5722
31.5722
31.5722
31.5722

0.0307
0.0613
0.1226
0.1840

2.5

Sedangkan ketika Parameter Shield (2.5) >


0.05, pengangkutan sedimen maksimum
memiliki nilai yang beragam. Perubahan nilai
pada Parameter Shield (2.5) (ukuran diameter
sedimen diasumsikan 0.001 meter dan jarak
diasumsikan 10 meter), berpengaruh terhadap
pengangkutan sedimen. Aliran turbulen yang
terjadi pada fluida menyebabkan perubahan
kecepatan gesekan karenan sifat acak dan tak
beraturannya turbulensi. Kecepatan gesekan
akan menurun seiring penurunan ketebalan
lapisan batas begitu juga sebaliknya. Perubahan
ketebalan lapisan batas pada aliran turbulensi
menyebabkan pengangkutan sedimen yang
terjadi pada lapisan batas turut berubah. Dari
Gambar 5, pengangkutan sedimen terendah
terjadi pada ketebalan lapisan batas yang sama
yaitu
0.0833
meter
sedangkan
untuk
pengangkutan sedimen tertinggi terjadi pada
ketebalan lapisan batas 0.0516 meter (baik di
uprush maupun backwash). Nilai negatif (-)
pada distribusi spasial pengangkutan sedimen
menunjukkan bahwa sedimen cenderung
mengendap, sedangkan untuk nilai positif (+)
menunjukkan terjadinya pengangkutan sedimen.

2.5 < 0

1
1
2.5 >0
1
1
2
2
2
2

Jarak
(meter
(meter)
)

Diameter

Melalui
grafik
distribusi
spasial
pengangkutan sedimen menunjukkan bahwa
pengangkutan sedimen lebih besar pada
ketebalan lapisan batas gelombang yang lebih
kecil. Selain itu, dari tabel menunjukkan bahwa
uprush membawa sedimen lebih banyak
dibandingkan dengan backwash, sehingga

muncul indikasi bahwa uprush lebih penting


daripada backwash untuk pengangkutan
sedimen.

batas memiliki pengaruh yang besar dalam


pengangkutan sedimen.
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan
dilakukan pada daerah yang memiliki jenis
sedimen dan tipe pantai yang berbeda agar
pengangkutan sedimen yang dihasilkan berbedabeda kemudian dibandingkan hasilnya. Selain
itu dapat pula digunakan model turbulensi lain
yang lebih akurat, mengingat model-model baru
pada turbulensi ini senantiasa berkembang tiap
waktu. Hal ini dimaksudkan agar dapat
diperoleh pemodelan turbulensi dengan lebih
baik.

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengangkutan sedimen bedload mengalami
kenaikan ketika sudut kemiringan pantai ()
dan jarak gelombang dari bibir pantai (x)
diperbesar. Pada saat diperbesar
pengangkutan sedimen maksimum mencapai
20043.4412 m2/s pada =5.90, sedangkan
pada saat x diperbesar pengangkutan sedimen
maksimum mencapai 2071.1925 m2/s pada
x=30 meter. Namun pengangkutan sedimen
mengalami penurunan ketika diameter (D)
sedimen diperbesar, pada kondisi ini lebih
banyak sedimen yang tertinggal daripada
sedimen yang terangkut. Pada saat diameter
diperbesar, nilai pengangkutan sedimen
maksimum mencapai 109.3423 m2/s pada
D=0.001 meter dan pengangkutan sedimen
minimum bernilai-7732.8732 m2/s pada
D=0.002 meter.
2. Distribusi spasial pengangkutan sedimen
bernilai 0 untuk Parameter Shield (2.5) <
0.05. Sedangkan ketika Parameter Shield
(2.5) > 0.05, pengangkutan sedimen memiliki
nilai yang beragam dan semakin meningkat
seiring meningkatnya parameter shield.
Ketika 2.5=1 pengangkutan sedimen
maksimum bernilai 35.7495 m2/s di uprush
dan 15.3813 m2/s di backwash pada saat
ketebalan lapisan batas 0.0434, 0.0480,
0.0571, dan 0.0613 meter untuk masing
masing kondisi (perubahan diameter). Ketika
2.5=2 pengangkutan sedimen maksimum
bernilai 73.3807 m2/s di uprush dan 31.5722
m2/s di backwash pada saat ketebalan lapisan
batas 0.0307, 0.0613, 0.1226, dan 0.1840
meter
untuk
masingmasing
kondisi
(perubahan jarak). Begitu juga pada
pengangkutan sedimen minimum.
3. Perubahan ketebalan lapisan batas pada
aliran turbulensi menyebabkan pengangkutan
sedimen yang terjadi pada lapisan batas turut
berubah. Oleh karena itu, ketebalan lapisan

6. Daftar Pustaka
Bakhtyar, R., Ghaheri, A., Yeganeh, A., Barry,
D.A. 2009. Process-based model for
nearshore
hydrodynamics,
sediment
transport and morphological evolution in the
surf and swash zones. Applied Ocean
Research 31 44-56
Madsen, OS. 1991. Mechanics of cohesionless
sediment transport in coastal waters. Coastal
sediments. p. 15-27.
Meyer-Peter, E., Muller, R. 1948.Formulas for
bedload transport. In: Proceedings of 3rd
meeting of the international association for
hydraulic research. p. 39-644.
Munson, Bruce R., Young, Donald F., Okiishi,
Theodore H. 2002. Mekanika Fluida.
Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Harinaldi dan Ir
Budiarso, M. Eng. Edisi keempat. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Nielsen, P. 2002. Shear stress and sediment
transport calculations for swash zone
modeling. Coastal Engineering 45:53-60.
Rijn, Leo C.van. 1994. Principle of fluid flow
and surface wave in rivers, estuaries, seas
and oceans. Second edition. Netherlands :
Aqua Publication.
Short, D.A. 1999. Handbooks of Beach &
Shoreface Morphology. New York : John
Willey & Son.
Sulaiman, A., Soehardi, I. 2008. Geomorfologi
Pantai. BPPT.
Zhang, Qinghai., Liu, Philip L.F. 2008. A
numerical study of swash flows generated by
bores. Coastal Engineering 55 1113113

10

Anda mungkin juga menyukai