Anda di halaman 1dari 10

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia

Vol.Zonasi Resapan
24, No. 1, JuniIar2017
Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
: 26-35
Url : https://www.limnotek.or.id Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35
Nomor Akreditasi : 659/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

ZONASI RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI DASAR KONSERVASI


SUMBER DAYA AIR DAS CIMANUK

M. Fakhrudin dan Dini Daruati


Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
E-mail : mfakhrudin@limnologi.lipi.go.id
Diterima : 27 Juni 2016, Disetujui : 11 September 2017

ABSTRAK
Prosentase air hujan yang meresap ke dalam tanah merupakan hal sangat
penting dalam konservasi sumber daya air. Air hujan yang meresap dalam tanah, dapat
sebagai pasokan air tanah dan menstabilkan aliran sungai. Tujuan penelitian ini adalah
melakukan zonasi resapan air hujan DAS Cimanuk bagian hulu untuk evalusi kondisi
resapan air saat ini dan arahan pemanfaatan lahan pada masa yang akan datang. Zonasi
resapan air hujan diperoleh dengan menumpang susunkan peta kelas infiltrasi, peta kelas
kelulusan batuan/tanah, peta kelas lereng dan peta kelas curah hujan dan peta kelas
penggunaan lahan dengan Sistem Informasi Geografi. Hasil zonasi menunjukkan bahwa
resapan air potensial yang tergolong rendah sampai sangat rendah sebesar 44,05%, zona
resapan sedang sebesar 46,00%, zona resapan tinggi sebesar 9,89%, zona resapan sangat
tinggi sebesar 0,02%. Hal ini mempunyai arti bahwa secara alami kapasitas resapan
lahan terhadap air hujan pada DAS Cimanuk tergolong rendah. Pada penggunaan lahan
saat ini terjadi penurunan resapan pada kelas tinggi sebesar 1.805 ha dan ini perlu
diwaspadai mengingat zona resapan tinggi mempunyai peran penting dalam
pengendalian banjir dan kekeringan. Pada masa mendatang pemanfaatan lahan untuk
pemukiman atau areal terbangun diprioritaskan pada zona resapan air yang tremasuk
sangat rendah rendah, guna menjaga keseimbangan kapasitas infiltrasi DAS Cimanuk.
Kata kunci : zona resapan air, penggunaan lahan, konservasi, DAS Cimanuk

ABSTRACT
WATER RECHARGE ZONING FOR BASIS OF WATER RESOURCE
CONSERVATION IN CIMANUK WATERSHED. Percentage of rainfall infiltrate
into soil is very important part of water resources conservation. Rainfall that infiltrate
into soil can serve as groundwater supply that stabilizes the river flow. The purpose of this
study is to conduct water recharge zoning of rainfall in upstream Cimanuk watershed for
evaluation of the current water catchment condition and direction of land use planning in
the future. Water recharge zoning obtained by overlaying the infiltration class map,
graduation class of rock/soil map, slope class map, rainfall class map, and land use class
map with Geographic Information Systems. The zoning results showed that area belongs
to potential water recharge that low - very low consisted of 44.10 % of the total area,
while that belongs to the medium recharge zone is 46,00 %, the high recharge zone is
9.98%, and the very high recharge zone is 0.02%. This means that the natural absorption
capacity of the Cimanuk watershed land on rainfall is classified to be low. According to
the current land use analysis, there is a decrease in high class infiltration area by as much
as 1,805 ha. It has to have a particular attention, because the high class of water
recharge zones has an important role in flood and drought control. In the future,
development of residential or building area has to be directed to the zone of very low
low water recharge area in order to maintain the balance of infiltration capacity of the
Cimanuk watershed.
Keywords : water recharge zone, land use, conservation, Cimanuk watershed

26
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

PENDAHULUAN Tangkapan Air (DTA) Waduk Jatigede dan


secara administrasi pemerintahan termasuk
Prosentase air hujan yang meresap ke wilayah Kabupaten Garut dan Kabupaten
dalam tanah merupakan hal sangat penting Sumedang. Fungsi waduk ini untuk
dalam konservasi sumber daya air. Air hujan mengendalikan banjir di Indramayu, irigasi
yang meresap dalam tanah, selanjutnya dapat sawah 90.000 ha, air baku untuk air minum
mengalir masuk ke bagian yang jenuh air 3.500 L/dtk dan menghasilkan listrik 110
sebagai pasokan air tanah. Ketika musim mega watt (Kementrian PU, 2011).
kemarau air tersebut juga menstabilkan aliran Menurut data dari Balai Pengelolaan
air sungai, sebagai aliran dasar (baseflow) DAS Cimanuk Citanduy- Kenmenhut
dengan kecepatan yang kecil (Starosolszky, menunjukkan bahwa luas lahan kritis di DTA
1986) . Bagian air hujan yang tidak Waduk Jatigede sebesar 40.876 ha atau sekitar
diresapkan oleh permukaan tanah, mengalir 28%. Laju sedimentasi Sungai Cimanuk pada
menuju ke sungai dan jika jumlahnya Stasiun Eretan termasuk tinggi, rata-rata 5,32
berlebihan dapat menyebabkan banjir dan mm/tahun antara tahun 1985 -
juga mengakibatkan erosi tanah dipercepat. 2007(Kementrian PU, 2010).
Oleh karena itu, semakin besar air hujan yang Selain itu, juga terjadi peningkatan
meresap dari permukaan tanah, maka akan perbandingan debit maksimum dengan debit
mengurangi resiko banjir, kekeringan dan minimum (water regim) pada Sungai
sedimentasi di sungai atau danau, serta Cimanuk yang menunjukan penurunan
penurunan kesuburan tanah (Arsyad, 1989). kondisi lingkungan DAS. Rasio antara debit
Proses meresapnya air hujan ke dalam maksimum dan debit minimum DAS
permukaan tanah (infiltrasi) sampai ke dalam Cimanuk selama periode 1975 2012
sistem air tanah (perkolasi) merupakan hal menunjukkan peningkatan yang signifikan.
penting yang perlu diperhatikan dalam Titik kritis terjadi pada periode 1990 2000
menentukan zonasi peresapan air hujan pada dimana banyak terjadi pembukaan lahan pada
suatu kawasan. Proses ini merupakan bagian daerah hulu yang menyebabkan peningkatan
dalam siklus hidrologi dan mencakup lima aliran permukaan dan menurunnya fungsi
aspek penting, yaitu: a. hujan yang jatuh di resapan air hujan. Kenaikan nilai rasio periode
permukaan tanah, seberapa besar curah hujan 2000-2012 selain permasalahan di daerah hulu
yang tersedia atau berpotensi dapat juga disebabkan debit aliran rendah ekstrim
diresapkan; b. kemiringan lahan, hal ini terkait akibat pengaruh El Nino tahun 2002
dengan kecepatan permukaan lahan dalam (Fakhrudin et al., 2015)
meresapkan air hujan, sehingga semakin kecil Menurut Asdak (1995), daerah hulu
kemiringan maka semakin besar lahan dapat DAS mempunyai peran penting dalam
meresapkan air hujan; c. sifat tanah dalam konservasi air, bila daerah hulu dilakukan
meresapkan air hujan, dipengaruhi oleh pori- konservasi maka selain daerah tersebut
pori, tekstur dan kandungan air; d. sifat batuan menerima dampak positif, juga bagian hilir
dalam mengalirkan air dari zona tidak jenuh akan menerima manfaat. Oleh karena itu,
air ke dalam zona jenuh air; e. tinggi muka air konservasi bagian hulu DAS Cimanuk sangat
tanah (water table), hal ini mempengaruhi penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini
kelengasan tanah. Semakin dangkal muka air adalah menyusun zonasi resapan air hujan
tanah maka akan semakin tinggi tingkat sebagai acuan dalam kebijakan penggunaan
kelengasan tanah, sehingga proses masuknya lahan (alokasi ruang) untuk mengurangi
air hujan ke zona air tanah semakin lambat. resiko kekeringan dan banjir.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk
Jawa Barat merupakan salah satu DAS BAHAN DAN METODE
prioritas nasional untuk dilakukan rehabilitasi Lokasi Penelitian
karena tergolong kritis. DAS ini dapat Wilayah kajian ini mencakup DAS
merepresentasikan kondisi lingkungan DAS- Cimanuk khususnya bagian hulu, yang
DAS khususnya di Pulau Jawa. DAS merupakan DTA Waduk Jatigede seluas 1.462
Cimanuk bagian hulu merupakan Daerah km2, tersebar di 30 kecamatan dalam Kabupaten
27
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

Garut (79%) dan 7 kecamatan dalam Kabupaten menjadi kondisi aktual. Pemetaan zona
Sumedang (19%), serta Kabupaten Tasikmalaya resapan air hujan dibagi menjadi potensial dan
dan Kabupaten Bandung masing-masing 1%. aktual. Resapan air hujan potensial
DTA Waduk Jatigede dalam DAS Cimanuk diformulasikan berdasarkan faktor tanah/
(Gambar 1.). batuan, lereng dan hujan, serta muka air tanah

Gambar 1. Peta daerah aliran Sungai Cimanuk


Pengumpulan Data (Kementrian Kehutanan, 2010). Kedalaman
Data yang digunakan pada penelitian air tanah pada DAS Cimanuk bagian hulu
ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data jauh di bawah permukaan tanah, sehingga
sekunder didapatkan dari instansi pemerintah, pengaruhnya terhadap resapan air hujan relatif
antara lain : Peta Rupa Bumi BIG, Peta kecil. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
Tanah - Pusat Penelitian Tanah Bogor dan faktor muka air tanah tidak diperhitungkan
data curah hujan Badan Meteorologi atau diasumsikan seragam dalam penentuan
Klimatologi, Geofisika, dan RTRW zonasi resapan air hujan.
Kabupaten Garut, sedangkan data primer Resapan air aktual merupakan kondisi
didapatkan langsung dari lapangan atau lahan pada saat ini untuk meresapkan air
groundcheck hasil interpertasi citra satelit. hujan dan diformulasikan seperti resapan air
potensial tetapi ditambah dengan faktor
Pengolahan dan Analisa Data penggunaan lahan. Nilai resapan air potensial
Resapan air hujan pada suatu lahan dan aktual merupakan nilai relatif dalam
ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: curah kawasan suatu DAS. Zonasi resapan air hujan
hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, jenis diperoleh dengan menumpang susunkan
batuan dan kedalaman muka air tanah, serta (overlaying) peta-peta tematik dengan Sistem
secara tidak langsung dipengaruhi oleh Informasi Geografi. Pada resapan air potensial
penggunaan lahan. Sistem perakaran dan peta yang ditumpang susunkan adalah peta
seresah dari tumbuhan dapat meningkatkan kelas infiltrasi, peta kelas kelulusan
organik tanah, sehingga porositas tanah batuan/tanah, peta kelas lereng dan peta kelas
semakin meningkat. Penggunaan lahan curah hujan, sedangkan resapan air aktual
merupakan faktor yang dibawah pengaruh ditambahkan dengan peta kelas penggunaan
kegiatan manusia, sedangkan faktor lainnya lahan.
lebih bersifat alami. Dalam penelitian ini Skor resapan dapat dihitung
faktor yang alami mencerminkan kondisi berdasarkan hasil penjumlahan dari perkalian
resapan air hujan potensial, yang selanjutnya antara bobot dengan nilai peringkat dari
dipengaruhi oleh faktor penggunaan lahan faktor penentu resapan air hujan tersebut atau
28
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

dengan rumus : b. Elevasi, Kemiringan Lereng dan Jenis


Skor resapan = Sp.Sb+Ip.Ib+Kp.Kb+Pp.Pb +Lp.Lb Tanah
dimana DAS Cimanuk dibatasi oleh punggung
S = kemiringan lereng p = peringkat pegunungan dan perbukitan yang
I = Infiltrasi b = bobot menghubungkan puncak-puncak Gunung
K = kelulusan tanah/batuan Cikurai, Mandalagiri dan Papandayan di
P = curah hujan bagian selatan; puncak-puncak Gunung
L = penggunaan lahan Cikurai, Kracak. Telagabodas dan Cakrabuana
di bagian timur; dan puncak-puncak Gunung
HASIL DAN PEMBAHASAN Papandayan, Kendang, Guntur, Haruman dan
Diskripsi DAS Cimanuk Calancang di bagian barat; serta di bagian
a. Pola Curah Hujan utara rnerupakan dataran lembah yang
Hasil perhitungan rata-rata curah hujan merupakan hilir/muara DAS.
bulanan selama kurun waktu tahun 1985 Ketinggian DAS Cimanuk bagian hulu
2010 dari delapan stasiun curah hujan di DAS berkisar mulai dari 150 hingga 2.821 meter
Cimanuk yang dilakukan dengan metode dpl.. Elevasi terendah dijumpai di sekitar
Polygon Thiessen, ditunjukkan pada Gambar muara Waduk Jatigede, sedangkan elevasi
2. Pola hujan pada bulan Januari April tertinggi dijumpai dipuncak-puncak Gunung
merupakan bulan basah, curah hujan berkisar Cikurai (2.821 m dpl.), Papandayan (2.665 m
antara 248 330 mm/bulan. Bulan Mei dpl.), Kendang (2.608 rn dpl.) dan Guntur
Oktober merupakan bulan kering, curah (2.249 rn dpl.).
hujan berkisar antara 36 124 mm/bulan dan Interpertasi Peta Topografi DAS
pada bulan Nopember Desember memasuki Cimanuk menunjukkan bahwa kemiringan
bulan basah lagi dengan curah hujan lereng lebih besar dari 30% seluas 49.602 Ha
meningkat menjadi 230 258 mm. atau sekitar 47% dari luas DAS, kemiringan

350

300
Curah hujan (mm)

250

200

150

100

50

0
Jan. Feb Mar. April Mei Juni Juli Agus. Sept. Okt. Nop. Des.

Gambar 2. Curah hujan bulanan rata-rata DAS Cimanuk tahun 1985 - 2010

Analisa curah hujan tahunan dalam lereng 15 30% seluas 26.295 Ha (18%),
kurun waktu tahun 1985 2010 pada DAS kemiringan lereng 5 15% seluas 50.918 Ha
Cimanuk menunjukkan bahwa telah terjadi (20%), dan kemiringan lereng lebih kecil 5%
kecenderungan penurunan hujan tahunan. seluas 16.349 Ha (14%).
Penurunan curah hujan tahunan ini juga Kemiringan lahan merupakan faktor
terjadi pada DAS-DAS lain. Menurut Pawitan penting yang perlu diperhatikan dalam
et al. (2007) berdasar analisis data seri hujan konservasi sumber daya air. Tingkat
selama seratus tahun terakhir, di DAS kemiringan lahan berbanding lurus dengan
Citarum hulu dan Pulau Jawa bagian selatan potensi erosi tanah dan berbanding terbalik
telah terjadi penurunan curah hujan tahunan dengan kesempatan air yang dapat diresapkan
secara nyata, yaitu dengan laju pengurangan ke dalam permukaan tanah. Lahan dengan
hujan sebesar 10 mm/tahun. kemiringan lereng diatas 2 persen mempunyai
29
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

pengaruh yang nyata terhadap laju infiltrasi tanah kompleks regosol dan litosol merupakan
(Schwab, et al, 1981). Pada lahan dengan tanah terbesar keempat (10,2%) dan berada
kemiringan lebih besar dari 35% sebaiknya pada bagian hulu DAS. Latosol coklat tua
ditanami dengan tanaman tahunan, yang kemerahan merupakan jenis tanah terbesar
pengolahan lahannya sedikit. Lahan dengan kelima (7,2%) yang berada hilir DAS
kemiringan 15 35% pengolahan lahannya Cimanuk terutama disekitar sungai utama.
dengan menggunakan penterasan guna Sedangkan jenis-jenis tanah yang lain, seperti
mengurangi kemiringan dan panjang lereng, : kompleks rensina, litosol dan brown forest
sehingga erosi akan berkurang. soil, komplek podsolik merah kekuningan,
Berdasarkan Peta Tanah semi detail, andosol coklat kekuningan, kompleks
skala 1 : 100.000 Pusat Penelitian Tanah, grumusol, dan regosol dan mediteran
DAS Cimanuk bagian hulu terdiri dari 10 luasannya berkisar antara 0,1% - 4,3 %.
jenis tanah. Jenis tanah latosol coklat
merupakan jenis tanah paling banyak c. Penggunaan lahan
dijumpai yang mencapai luasan 32,3%. Hasil interpertasi citra satelit Ikonos
Penyebarannya terutama pada daerah tengah tahun 2012 dan dilakukan cek lapangan tahun
yang membentang dari hulu sampai ke arah 2013 menunjukkan bahwa penggunaan lahan
hilir DAS dan pada kelerengan yang datar DAS Cimanuk didominasi oleh sawah yaitu
sampai agak curam. Jenis tanah terbesar sebesar 33,5%, kemudian hutan (20,34%),
kedua adalah asosiasi andosol coklat dan kebun (19,35%), tanaman semusim (11,56%)
regosol coklat yang mencapai luasan 30,4%, dan permukiman (10,94%), serta kebun teh
menyebar di punggung pegunungan yang dan penggunaan lainnya (Gambar 3.)
merupakan batas-batas DAS terutama di Sawah merupakan penggunaan lahan
bagian hulu dan pada kelerengan yang curam. terbesar di DAS Cimanuk bagian hulu dengan
Bila berdasarkan kepekaan tanah terhadap sebaran spasialnya hampir merata. Sawah
erosi, maka kedua jenis tanah tersebut sebagian besar berada pada lereng datar
merupakan tanah yang mempunyai kepekaan sampai landai dan dataran alluvial yang
tanah terhadap erosi cukup tinggi dan berada di sekitar sungai. Pada sebagian lahan
mencapai luasan 62,7% DAS Cimanuk sawah dilakukan rotasi tanaman dengan
(Kemen PU, 2011). tanaman semusim.
Kompleks regosol kelabu dan litosol Pengolahan lahan sawah dapat
merupakan jenis tanah ketiga terbesar (10,8%) mengakibatkan terjadi lapisan tipis yang
yang berada pada daerah tengah DAS. Jenis relatif kedap air pada dasar sawah, sehingga

Gambar 3. Peta penggunaan lahan DAS Cimanuk hulu

30
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

mengurangi infiltrasi air ke dalam tanah. hujan air mudah tergenang, sehingga air lebih
Tetapi sawah padi memerlukan air dalam banyak yang meresap melalui permukaan
jumlah yang cukup besar dan disisi lain tanah. Tetapi sebaliknya jika permukaan tanah
seperti telah dikemukakan di atas bahwa mempunyai lereng yang curam maka air hujan
terjadi kecenderungan penurunan curah hujan langsung mengalir, kesempatan air untuk
tahunan pada DAS Cimanuk. Untuk itu, perlu meresap semakin kecil. Hasil analisa nilai
dilakukan inovasi teknologi/budidaya yang kelas kemiringan lahan ditunjukkan Tabel 1.
hemat air, seperti metode SRI (System of Rice
Intensivication). SRI menggunakan enam Tabel 1. Komposisi kelas kemiringan lereng di
prinsip : bibit umur muda, tanam tunggal, DAS Cimanuk Hulu
jarak tanam lebar, penggunaan pupuk organik, Kelas Kemiringan lereng (%) Nilai Luas (ha) %
pengaturan air, dan pengendalian hama dan 1 <5% 5 16.349 14,2
gulma dengan organik. Hasil penelitian Huda 2 5 15 4 50.918 20,4
3 15 30 3 26.295 18,4
et al. (2012) memperlihatkan bahwa
4 30 45 2 29.245 35,6
penggunaan SRI dapat menghemat kebutuhan 5 >45 1 20.357 11,4
air 28% dibandingkan metode SCH (Stagnant
Contant Head). Tingkat infiltrasi permukaan tanah
Pada Kawasan budidaya yang perlu lebih ditekankan pada sifat-sifat tanah itu
mendapat perhatian terutama pada lahan sendiri, bukan karena ada humus/seresah yang
pertanian holtikultura, tanaman pangan dan dihasilkan oleh tumbuhan di atasnya. Kelas
hutan rakyat. Pemanfaatan lahan untuk infiltrasi permukaan tanah dibagi dalam lima
budidaya pertanian tersebut saat ini kelas, yaitu mulai dari sangat lambat sampai
mengakibatkan erosi yang besar. Alih fungsi sangat cepat. Laju infiltrasi DAS Cimanuk
lahan dari lahan non pertanian menjadi lahan sebagian besar (55,7%) termasuk lambat,
pertanian dan pengundulan hutan perlu infiltrasi tergolong sedang mencapai daerah
dikendalikan untuk mengurangi peningkatan seluas 28% dan infiltrasi yang tergolong cepat
lahan kritis. Dalam mereduksi erosi, faktor hanya mencapai daerah seluas 13,5% (Tabel
tanaman mempunyai fungsi sebagai: a. 2). Laju infiltrasi yang tergolong rendah -
intersepsi air hujan yang mengurangi energi sedang dapat ditingkatkan dengan menaikkan
air hujan (erosi percikan) dan pengurangan kadar bahan organik dalam tanah, yaitu
limpasan, b. penurunan kecepatan limpasan, c. misalnya dengan menambah tanaman-
mengurangi perpindahan tanah, d. tanaman yang menghasilkan seresah tinggi.
meningkatkan agregasi dan porositas tanah, e.
meningkatkan aktivitas biologi dalam tanah, f. Tabel 2. Komposisi kelas infiltrasi tanah di DAS
transpirasi dimana akan menurunkan Cimanuk Hulu
kelembaban tanah dan meningkatkan
Kelas Laju Infiltrasi Nilai Luas (ha) %
kapasitas storage ( Schwab, et al, 1981). 1 Sangat cepat 5 2.825 1,9
2 Cepat 4 19.799 13,5
Zonasi Resapan Air Hujan 3 Sedang 3 41.051 28,0
a. Zonasi Resapan Air Hujan Potensial 4 Rendah 2 81.602 55,7
Penentuan zonasi resapan air hujan 5 Sangat rendah 1 1.323 0,9
merupakan hasil tumpang susun dari berbagai
peta tematik, yaitu: peta jenis tanah, peta Faktor kelulusan tanah dalam
kemiringan lahan, peta kelulusan batuan dan kaitannya dengan zonasi resapan merupakan
peta curah hujan. Pembobotan dilakukan aspek yang berpengaruh ketika air hujan yang
terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi telah meresap (terinfiltrasi ke permukaan
resapan air hujan dengan urutan tinggi tanah) terus bergerak mengikuti gaya gravitasi
kerendah, yaitu kemiringan lereng, jenis bumi dan atau lateral. Kecepatan gerak inilah
tanah, kelulusan batuan, dan curah hujan. yang mempengaruhi infiltasi yang terus-
Faktor kemiringan lahan merupakan unsur menerus ketika terjadi hujan dalam kurun
yang paling tinggi untuk menentukan kelas waktu yang lama. Kelas kelulusan tanah di
resapan. Pada lahan yang datar, ketika terjadi DAS Cimanuk sebagian besar tergolong
31
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

cepat, yaitu seluas 79.590 ha (54,3%) dan Cimanuk tergolong rendah. Kondisi ini
sangat cepat seluas 54.909 ha (37,4%) (Tabel kurang menguntungkan dalam aspek
3). konservasi sumber daya air, sebagian besar
sifat fisik DAS Cimanuk mempunyai kelas
Tabel 3. Nilai kelas kelulusan tanah DAS sedang-rendah dalam meresapkan air hujan.
Cimanuk Hulu
Sangat Sangat
Kelas Kelulusan tanah Nilai Luas (ha) % Tinggi
rendah tinggi
9.89%
1 Sangat cepat 5 54.909 37,4 3.58% 0.02%
2 Cepat 4 79.590 54,3
3 Sedang 3 1.282 0,9 Rendah
4 Rendah 2 9.495 6,5 40.50%
5 Sangat rendah 1 1.323 0,9 Sedang
46.02%

Curah hujan merupakan faktor yang


cukup penting karena semakin besar hujan
semakin berpotensi untuk memasok cadangan
air tanah. DAS Cimanuk didominasi oleh Gambar 4. Peta kelas resapan air potensial
kelas hujan 3 mencapai wilayah seluas 61.244 DAS Cimanuk Hulu
ha (41,8%), kemudian kelas hujan 5 seluas
56.289 ha (38,4%), kelas hujan 2 seluas Zonasi Resapan Air Hujan Aktual
17.386 ha (11,8%) dan lainnya termasuk kelas Peta zona resapan aktual disusun
4 dan kelas 1 (Tabel 4). dengan cara menumpang susunkan peta zona
resapan potensial dengan peta penggunaan
Tabel 4. Komposisi kelas curah hujan tahunan lahan, dimana jenis penggunaan lahan
DAS Cimanuk mempengaruhi tingkat kemampuan lahan
Kelas Hujan tahunan (mm) Nilai Luas (ha) % dalam meresapkan air hujan. Lahan dengan
1 > 3.000 5 2.558 1,7 vegetasi yang lebat seperti hutan, kapasitas
2 2.500 3.000 4 17.386 11,8
3 2.000 2.500 3 61.244 41,8
infiltrasinya besar, tetapi sebaliknya bila
4 1.500 2.000 2 9.122 6,3 lahan dilakukan penyemenan (areal
5 <1.500 1 56.289 38,4 terbangun) maka air hujan sebagian hujan
langsung menjadi limpasan.
Zonasi resapan air hujan potensial Klasifikasi jenis penggunaan lahan
DAS Cimanuk yang merupakan hasil pada DAS Cimanuk dalam kaitannya dengan
tumpang susun peta-peta tematik disajikan zonasi resapan air hujan disajikan pada Tabel
pada Gambar 4. Berdasarkan gambar ini kelas 5. Penggunaan lahan kelas 3 (sawah)
resapan potensial sangat tinggi menyebar merupakan kelas yang paling besar (28,7%),
terutama pada bagian hulu, yang masuk di kemudian kelas 10 (hutan) mencapai 20%,
wilayah Kecamatan Cikajang, dan Kecamatan kelas 8 (kebun) 19,7% dan kelas 6 (tanaman
Cisurupan. Sedangkan kelas resapan tinggi semusim) sebesar 16,1%.
menyebar di kecamatan-kecamatan Cikajang,
Cisurupan, Bayongbong, Tarogong dan Tabel 5. Kelas penggunaan lahan DAS
Samarang. Kelas resapan potensial sedang Cimanuk Hulu
sampai sangat rendah terutama tersebar pada Kelas Penggunaan Lahan Nilai Luas (Ha) %
bagian hilir, yang merupakan wilayah 1 Hutan 10 29.428 20
Kabupaten Sumedang, terutama pada 2 Semak belukar 9 1.300 0,9
Kecamatan Darmaraja dan Cibugel. 3 Kebun 8 28.903 19,7
4 Kebun teh 7 3.257 2,2
Berdasarkan prosentase luasan zona 5 Tanaman semusim 6 23.638 16,1
resapan air potensial yang tergolong rendah 6 Tanah terbuka 5 1.170 0,8
dan sangat rendah sebesar 44,1% dan 7 Badan air 4 463 0,3
termasuk zona resapan sedang 46% , hal ini 8 Sawah 3 42.193 28,7
mempunyai arti bahwa secara alami kapasitas 9 Pemukiman 2 16.044 10,9
10 Bangunan non 1 356 0,2
resapan lahan terhadap air hujan pada DAS pemukiman
32
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

Hasil zonasi resapan air hujan aktual resapan ini dimasa yang akan datang,
disajikan Gambar 5 dan Tabel 6. Kelas sehingga potensi penurunan resapan air hujan
resapan aktual sangat tinggi tersebar terutama dapat diantisipasi. Penurunan pada zona
pada kawasan hutan, yang masuk Kecamatan resapan sedang dan rendah tidak menjadi
Cikajang, Cisurupan dan Samarang masalah, karena secara alami sifat-sifat lahan
Kabupaten Garut, dan Kecamatan Cibugel- mempunyai resapan rendah (Gambar 6).
Kabupaten Sumedang. Zona resapan aktual
sangat rendah terutama terdapat di sekitar Tabel 6. Kelas zona resapan aktual DAS
Wado dan Darmaraja Kabupaten Sumedang, Cimanuk Hulu
serta menyebar diantaranya di wilayah Kelas Zona resapan aktual Luas (ha) %
Cibatu, Leuwigoong, Banyuresmi dan Garut 1 Sangat tinggi 23 0,02
kota Kabupaten Garut. Dominasi kelas 2 Tinggi 12.256 8,6
rendah dan sedang resapan air potensial 3 Sedang 67.127 47,2
seperti diuraikan di atas juga berlaku untuk 4 Rendah 58.153 40,9
5 Sangat rendah 4.653 3,2
resapan air aktual, yaitu luasan kelas resapan
sedang dan rendah masing-masing sebesar
47,2 % dan 40,9 %.

Gambar 5. Peta Kelas Resapan Air Hujan Aktual DAS Cimanuk Hulu

Analisis Resapan Air Hujan Untuk Mengingat aspek penggunaan lahan


Konservasi Sumber Daya Air cepat berubah seiring dengan perkembangan
Berdasarkan perbandingan zona kawasan, maka zona resapan air hujan dapat
resapan potensial dengan zona resapan aktual dijadikan acuan dalam mempertahankan
ini terlihat perubahan-perubahan zona kapasitas lahan untuk meresapkan air hujan.
resapan. Zona resapan sangat tinggi tidak Pada umumnya perubahan lahan dari hutan
mengalami perubahan, yaitu tetap pada areal menjadi kawasan pertanian dan kawasan
seluas 23,6 ha, tetapi zona resapan tinggi pertanian menjadi areal terbangun. Oleh
menurun dari 14.061 ha menjadi 12.256 ha. karena itu, perubahan lahan ini dapat
Penurunan zona resapan tinggi yang mencapai diarahkan berdasarkan zona resapan air hujan
luas 1.805 ha perlu diwaspadai dan dilakukan tersebut.
monitoring dan pengendalian penurunan zona
33
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

70,000

Luas wilayah (ha)


60,000

50,000

40,000
Resapan Potensial
30,000 Resapan aktual

20,000

10,000

Gambar 6. Perbandingan Luas Zona Resapan Air DAS Cimanuk

Berdasarkan Perda Kabupaten Garut resapan air aktual pada kelas resapan tinggi
No.29/2011 tentang Rencana Tata Ruang sebesar 12,8% (1.805 ha) dan hal ini perlu
Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut tahun diwaspadai mengingat zona resapan tinggi
2011-2031 kawasan lindung di Garut mempunyai peran penting dalam
ditetapkan seluas 84,99%. Hasil analisa luasan pengendalian banjir dan kekeringan.
kawasan lindung yang termasuk wilayah DAS Zona resapan air hujan dapat digunakan
Cimanuk bagian hulu sebesar 63% sebagai arah dalam pemanfaatan lahan untuk
(Fakhrudin, 2013). Kawasan lindung yang konservasi sumber daya air pada kawasan
luas ini sejalan dengan upya konservasi DAS. Pada masa mendatang pemanfaatan
sumber daya air, karena fungsi lahan terhadap lahan untuk pemukiman atau areal terbangun
resapan air hujan dapat terjaga, sehingga diprioritaskan pada zona resapan air yang
dalam jangka panjang dapat mengurangi tremasuk sangat rendah rendah, guna
kekeringan dan banjir. Tetapi menjaga keseimbangan kapasitas infiltrasi
permasalahannya adalah saat ini luasan DAS Cimanuk.
kawasan lindung menurut analisis kesesuaian
lahan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten UCAPAN TERIMA KASIH
Garut hanya mencapai 41,17 % (Perda
Kabupaten Garut, No.29 tahun 2011). Untuk Penulis mengucapkan terima kasih
itu, perluasan kawasan lindung dapat kepada Koordinator Sub Kegiatan
diarahkan pada zona resapan tinggi. Tetapi Kebencanaan dan Lingkungan Program
sebaliknya untuk perluasan kawasan Kompetitif LIPI dan Kapuslit Geoteknologi
pemukiman diarahkan pada zona resapan LIPI yang telah membiayai, Kapuslit
sangat rendah atau rendah. Limnologi LIPI yang mensupport, serta
kepada semua pihak yang telah membantu
KESIMPULAN penelitian ini.

Berdasarkan sifat tanah, topografi, DAFTAR PUSTAKA


kelulusan batuan dan curah hujan sebagian
besar DAS Cimanuk bagian hulu mempunyai Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.
kapasitas resapan air hujan rendah, yang IPB Press. Bogor. 290 hal.
ditandai oleh kelas zona resapan air potensial Chay Asdak.1995. Hidrologi dan Pengelolaan
rendah sebesar 40,5% dan sedang 46 %. Pada Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada
penggunaan lahan saat ini terjadi penurunan University Press. Yogyakarta.571 hal
34
Zonasi Resapan Iar Hujan sebagai Dasar Konservasi Sumber Daya Air DAS Cimanuki
Fakhrudin & Daruati / LIMNOTEK 2017 24 (1) : 26-35

Fakhrudin. M. 2013. Konservasi DAS II/2009 tentang RTkRHL-DAS,


Cimanuk Untuk Pelestarian Sumber Kementrian Kehutanan. Jakarta. 169
Daya Air Waduk Jatigede. Makalah hal.
bagian dari Buku Prespektif Terhadap Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Pola
Kebencanaan dan Lingkungan di Pengelolaan Sumber Daya Air
Indonesia : Studi Kasus dan Wilayah Sungai Cimanuk
Pengurangan Dampak Risikonya, Cisanggarung. Kementerian Pekerjaan
Volume 2, Penerbit Andira (Anggota Umum Jakarta. 90 hal.
IKAPI) bekerjasama dengan LIPI, Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.
Bandung. hal 201 222. Penyusunan Materi Teknis
Fakhrudin. M, Hendro Wibowo and Fajar Pengendalian Pemanfaatan DTA
Setiawan. 2015. Erosion and Runoff Waduk Jatigede. Kementrian
Control at The Cacthment of Jatigede Pekerjaan Umum Jakarta. 146 hal.
Reservoir Using Ecohydrology, Perda Kabupaten Garut, No.29 tahun 2011,
makalah dalam Prosiding International Tentang Rencana Tata Ruang
Conference on Ecohydrology (ICE), Wialayah Kabupaten Garut Tahun
Yogyakarta 10-12 November 2014, 2011 2031. 164 hal.
hal 215 225 Nurul Huda, Donny Harisuseno dan Dwi
Hidayat Pawitan dan E. Runtunuwu. 2007. Priyantoro. 2012. Kajian Sistem
Kecukupan Air untuk Indonesia Pemberian Air Irigasi Sebagai Dasar
Menghadapi Perubahan Iklim Global. Penyusunan Jadwal Rotasi pada
Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten
IX: Harmonisasi IPTEK, Alam, dan Malang. Jurnal Teknik Pengairan,
Budaya Menuju Masyarakat Vol.3, No.2, hal.221-229.
Sejahtera, 20-22 November Schwab.G.O, Frevert.R.K, Edminnster.T.W,
2007.Jakarta. and Barnes.K.K.1981.Soil and Water
Kementrian Kehutanan. 2010. Rencana Conservation Engineering. John Wiley
Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan & Sons. USA, 525 p.
Daerah Aliran Sungai, Berdasarkan : Starosolszky. O.1986. Basic Phenomena of
Permenhut No.P.32/Menhut-II/2010 Surface Hydrology, In Applied
tentang RTkRHL-DAS, Permenhut Surface Hydrology. Water Resources
No.P.35/Menhut-II/2010 tentang Publications.Colorado,USA. hal 3-30.
Perubahan Permenhut No.32/Menhut-

35

Anda mungkin juga menyukai