Anda di halaman 1dari 70

1

STUDI TENTANG KELIMPAHAN DAN PERTUMBUHAN


IKAN GULAMAH (Johnius trachycephalus) DI PERAIRAN
ESTUARI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING
KABUPATEN DELI SERDANG

DEAN DWI AMUNIKE


140302062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


2

STUDI TENTANG KELIMPAHAN DAN PERTUMBUHAN


IKAN GULAMAH (Johnius trachycephalus) DI PERAIRAN
ESTUARI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING
KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

DEAN DWI AMUNIKE


140302062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


3

STUDI TENTANG KELIMPAHAN DAN PERTUMBUHAN


IKAN GULAMAH (Johnius trachycephalus) DI PERAIRAN
ESTUARI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING
KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

DEAN DWI AMUNIKE


140302062

Skripsi Ini Sebagai Salah Satu Diantara Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan Di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


4

Universitas Sumatera Utara


5

ABSTRAK

DEAN DWI AMUNIKE. Studi Tentang Kelimpahan dan Pertumbuhan Ikan


Gulamah (Johnius trachycephalus) di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang
Gading Kabupaten Deli Serdang. Dibawah bimbingan DESRITA.

Ikan Gulamah Johnius trachycephalus dikelompokkam dalam sumberdaya


ikan demersal. Ikan Gulamah banyak dijumpai di perairan estuari Suaka
Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang. Perairan estuari Suaka
Margasatwa Karang Gading merupakan salah satu perairan yang terletak di pesisir
timur Sumatera Utara dan banyak ditumbuhi hutan mangrove, dengan luas ±
6.245 Ha. Sampai saat ini data mengenai keberadaan Ikan Gulamah Johnius
trachycephalus di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten
Deli Serdang belum didapatkan, baik yang mencakup kelimpahan maupun
pertumbuhannya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan pertumbuhan Ikan
Gulamah Johnius trachycephalus di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang
Gading Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan sampel Ikan Gulamah dilakukan
pada bulan Maret - Mei 2018 di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang
Gading Kabupaten Deli Serdang menggunakan pukat cincin mini yang terbuat
dari bahan nilon polifilamen, dengan diameter 3,5 m dan panjnag 10 m.
Pengambilan sampel kepiting bakau dilakukan setiap 20 hari sekali mulai jam
08.00 WIB - 15.30 WIB. Pada setiap sampling dilakukan 3 kali penebaran jaring
pukat cincin mini. Ikan Gulamah Johnius trachycephalus yang didapat di tiap
stasiun dihitung jumlah individunya, diukur panjang badan dan berat tubuhnya,
selanjutnya dilakukan analisis yang meliputi kelimpahan, pertumbuhan dan faktor
kondisi (Fk). Pengukuran parameter fisika-kimia air yang mencakup suhu air,
kedalaman air, kecerahan air, kecepatan arus, pH air, oksigen terlarut, dan
salinitas air dilakukan langsung di lapangan pada tiap stasiun dengan satu kali
pengulangan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelimpahan Ikan Gulamah di
perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang
tertinggi terdapat pada stasiun II dan terendah pada stasiun I tetapi kelimpahan
ketiga stasiun masih dalam keadaan banyak. Pola pertumbuhan Ikan Gulamah
jantan maupun betina di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading
adalah allometrik negatif. Faktor kondisi Ikan Gulamah secara morfologi dapat
dikatakan memiliki kemontokan yang baik.
Kata Kunci: Estuari, Johnius trachycephalus, Kelimpahan, Pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRACT

DEAN DWI AMUNIKE. Study of Abundance and Growth of Gulamah Fish


(Johnius trachycephalus) in Estuary Waters Suaka Margasatwa Karang Gading of
Deli Serdang District. Under Academic Supervision by, DESRITA

Gulamah fish are found in estuary waters Suaka Margasatwa Karang


Gading of Deli Serdang District. Estuary waters Suaka Margasatwa Karang
Gading is one of the waters located on the east coast of North Sumatra and many
overgrown with mangrove forest, with an area of ± 6.245 Ha. Recent days, study
about existence of Gulamah Fish Johnius trachycephalus in estuary waters Suaka
Margasatwa Karang Gading of Deli Serdang District has not been obtained, both
covering abundance and growth, so it needs to do research on it. The research
aims to determine the abundance and growth of Gulamah Fish Johnius
trachycephalus in estuary waters Suaka Margasatwa Karang Gading of Deli
Serdang District. The research is conducted from March until May 2018 in
estuaries at Suaka Margasatwa Karang Gading, Deli Serdang District. The
sampling is used mini trawl made of polyfilamen nylon with diameter 3,5 m and
length 10 m. The sampling is done every once in 20 days start from 08.00 WIB
until 15.30 WIB. Every sampling the mini trawl is setting 3 times. The catched
Gulamah Fish Johnius trachycephalus in each station is calculated per
individually, the length and weight is measured then the data is analyzed for
abundance, growth and condition factor. The measured of environmental
parameters is temperature, the depth of water, water brightness,
current velocity, pH, dissolved oxygen and salinity are performed directly in the
field at each station with one repetition. The results concluded that the abundance
of Gulamah Fish in the estuary waters of Karang Gading Wildlife Reserve of Deli
Serdang Regency is highest at station II and the lowest at station I but the
abundance of the three stations is still in many state. The growth pattern of male
and female gulamah in estuary waters of Karang Gading Wildlife Reserve is
negative allometrik. Morphologically, the condition factor of Gulamah plumpness
in good condition.
Keywords: Estuary, Johnius trachycephalus, Abundance, Growth

Universitas Sumatera Utara


7

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Marindal I pada tanggal 06

September 1996 dari Ayahanda Abdul Rahman dan

Ibunda Saini. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD

Negeri 101788 Desa Marindal I pada tahun 2002 – 2008

dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2008 – 2011 di SMP

Negeri 22 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA

Swasta Istiqlal Delitua dengan jurusan IPA pada tahun 2011 – 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2014.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Agung Sumatera

Samudera Abadi “Fisheries and Cold Storage” (PT. ASSA) Sibolga, Sumatera

Utara.

Selain mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi asisten Laboratorium

Dasar Oseanografi pada tahun 2015-2016, asisten Laboratorium Dasar

Oseanografi pada tahun 2016-2017, asisten Laboratorium Sistem Informasi

Sumberdaya Perairan pada tahun 2016-2017, asisten Laboratorium Dasar

Teknologi Hasil Perairan pada tahun 2016-2017, asisten Laboratorium Kualitas

Air pada tahun 2017-2018 dan asisten Laboratorium Rancangan Percobaan pada

tahun 2017-2018.

Universitas Sumatera Utara


8

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan

judul “Studi Tentang Kelimpahan dan Pertumbuhan Ikan Gulamah (Johnius

trachycephalus) di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten

Deli Serdang”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada ayahanda

dan ibunda tercinta Bapak Abdul Rahman dan Ibu Saini atas kasih sayang,

dukungan doa, materi dan semangatnya sehingga ananda dapat menyelesaikan

studi ini. Kepada abang saya Hagi Surya Putra, terima kasih atas doa dan

dukungan semangat yang diberikan, serta kepada seluruh keluarga.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Desrita, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing dan Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc

serta Bapak Indra Lesmana, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, saran, dan ilmu yang berharga bagi penulis.

2. Bapak. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku sekretaris

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Universitas Sumatera Utara


9

4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas

Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha kak Nur Asiah, A.Md. dan Bapak

Ashari Wardana.

5. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si, M.Si yang telah membantu penulis dalam

pelaksanaan penelitian ini.

6. Kakek Haryono dan keluarga, serta Bapak Aldon dan keluarga yang telah

membantu penulis dalam pelaksanan penelitian di lapangan.

7. Tim penelitian Anggi Abdur Rohim, Indah Aulia Siregar dan Yusni As’ari

Simanullang, yang membantu di lapangan maupun pengerjaan skripsi ini.

8. Sahabat tersayang: Agnes Denni Simanullang, Beby Aulia Kesuma Wardani,

Giffari Mohammad Saragih, Hizri Khairani Br. Nasution, Husna Syukrika,

Ilham Syahputra, Indah Karina Lestari Lubis, Jaka Ramananda, Jeni Ariyanti,

Muhammad Endi Sukoyo, Muhammad Fauzi, Muhammad Luthfy Hajli, Nur

Arlia Yusnita, Nurhayati Rambe, Siti Hamidah, Sri Wahyuni, Tiara Dwi

Sandri, Tri Hartati Uyun Matondang, Wawan Wajuna, Wini Aafini J. Harahap

dan Yuliyana Handayani Gea, yang selalu menemani dan memberikan

semangat kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman MSP Angkatan 2014 yang telah bersama selama 4 tahun,

terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

10. Seluruh senior MSP yang telah memberikan pembelajaran di Laboratorium

dan junior MSP yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

Universitas Sumatera Utara


10

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen

Sumberdaya Perairan.

Medan, Juli 2018

Dean Dwi Amunike

Universitas Sumatera Utara


11

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Rumusan Masalah .............................................................................. 2
Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3
Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA
Suaka Margasatwa Karang Gading ................................................... 5
Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gulamah ........................................... 6
Pertumbuhan ...................................................................................... 7
Hubungan Panjang Berat ................................................................... 8
Faktor Kondisi ................................................................................... 9
Faktor Fisika Kimia Perairan
Suhu .......................................................................................... 9
pH .............................................................................................. 10
Intensitas Cahaya ...................................................................... 11
Oksigen Terlarut (DO) .............................................................. 11
Arus ........................................................................................... 12
Salinitas ..................................................................................... 12
Alat Tangkap Pukat Cincin Mini ....................................................... 9

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 14
Deskripsi Area
Stasiun 1 .................................................................................... 15
Stasiun 2 .................................................................................... 15
Stasiun 3 .................................................................................... 16

Universitas Sumatera Utara


12

Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 16


Prosedur Penelitian
Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air .................................. 17
Pengambilan Sampel Ikan Gulamah ......................................... 17
Analisis Data
Kelimpahan Ikan Gulamah ....................................................... 18
Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah ................................... 18
Faktor Kondisi Ikan Gulamah ................................................... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Kondisi Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading... 15
Hasil Tangkapan Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) ...... 15
Aspek Pertumbuhan .................................................................. 16
Kelimpahan Ikan Gulamah ................................................ 16
Distribusi Frekuensi Panjang ............................................. 17
Hubungan Panjang Berat ................................................... 17
Faktor Kondisi.................................................................... 17
Pembahasan
Kondisi Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading... 15
Hasil Tangkapan Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) ...... 15
Aspek Pertumbuhan .................................................................. 16
Kelimpahan Ikan Gulamah ................................................ 16
Distribusi Frekuensi Panjang ............................................. 17
Hubungan Panjang Berat ................................................... 17
Faktor Kondisi.................................................................... 17
Rekomendasi Pengelolaan ........................................................ 16

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ............................................................................... 15
Saran .......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran .............................................................. 3

2. Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) ............................................. 7

3. Alat Tangkap Pukat Cincin Mini ......................................................... 14

4. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 15

5. Stasiun Penelitian I............................................................................... 16

6. Stasiun Penelitian II ............................................................................. 16

7. Stasiun Penelitian III ............................................................................ 17

8. Hasil tangkapan Ikan Gulamah Berdasarkan Stasiun Pengamatan ...... 23

9. Hasil tangkapan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 24

10. Kelimpahan Ikan Gulamah Berdasarkan Stasiun Pengamatan ............ 25

11. Kelimpahan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 25

12. Distribusi Frekuensi Panjang Stasiun I ................................................ 26

13. Distribusi Frekuensi Panjang Stasiun II ............................................... 27

14. Distribusi Frekuensi Panjang Stasiun III ............................................. 28

15. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun I 28

16. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun
II ........................................................................................................... 29
17. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun
III .......................................................................................................... 29

Universitas Sumatera Utara


14

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Parameter yang diukur, alat/bahan, dan tempat pengukuran ................. 17

2. Kisaran nilai parameter kualitas air di Perairan Estuari Suaka


Margasatwa Karang Gading ................................................................... 21
3. Hubungan Panjang-Berat Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) ...... 30

4. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan panjang ikan pada stasiun
I, II dan III .............................................................................................. 31

5. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan berat ikan pada stasiun
I, II dan III .............................................................................................. 31
6. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS panjang Ikan Gulamah .......... 32

7. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Gulamah .............. 32

8. Nilai faktor kondisi Ikan Gulamah ......................................................... 33

Universitas Sumatera Utara


15

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Alat Tangkap Pukat Cincin Mini dan Pengoperasiannya ...................... 48

2. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 49

3. Pengukuran ............................................................................................. 52

4. Foto bersama Nelayan dan Tim Penelitian ............................................ 54

5. Nilai Parameter Fisika Kimia ................................................................. 55


6. Data Ikan Gulamah ................................................................................ 56

7. Contoh Perhitungan Faktor Kondisi....................................................... 62

8. Kuisioner Nelayan Ikan Gulamah di Perairan Estuari Suaka


Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang........................... 64

Universitas Sumatera Utara


16

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat

pulih (renewable resoursces) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat

memberikan hasil maksimum berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan

pendapatan negara. Pengelolaan perikanan selain setelah memberikan keuntungan,

juga meninggalkan berbagai permasalahan, seperti kelebihan penangkapan

(overfishing) dan kerusakan habitat (Habitat destruction). Interaksi kelebihan

penangkapan dan kerusakan habitat telah memberikan dampak terhadap

penurunan produksi perikanan dunia (Murniati, 2011). Salah satu jenis

sumberdaya ikan di Perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading yang

banyak dijumpai yaitu ikan genus Johnius atau Ikan Gulamah.

Ikan Gulamah (Johnius spp) dikelompokkam dalam sumberdaya ikan

demersal. Ikan Gulamah bukan merupakan sasaran penangkapan utama dari alat

tangkap trammel net, gill net dan arad (by catch). Penurunan stok di alam dapat

disebabkan oleh akibat jumlah ikan yang ditangkap melebihi potensi lestarinya,

atau karena ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang matang gonad

sehingga dapat mengakibatkan recruitment overfishing (Saputra et al., 2008).

Kelimpahan suatu individu dari jenis adalah jumlah individu tersebut

berada dalam sampel yang diambil, semakin besar atau semakin tinggi tingkat

kelimpahannya maka semakin banyak individu yang ada. Kelimpahan memiliki

pengertian sebagai total individu suatu jenis yang mempunyai areal tertentu.

Untuk itu perlu dilakukan suatu sensus yaitu pencatatan terhadap jumlah individu

dengan mencatat jumlah individu yang terdapat dalam suatu arreal pengamatan

Universitas Sumatera Utara


17

terhadap kelimpahan yang didukung oleh data yaitu mengenai distribusi dari

jenis-jenis fauna (Gita, 2015).

Pertumbuhan adalah perubahan bentuk dan ukuran, baik panjang, bobot

atau volume dalam waktu tertentu. Secara morfologi pertumbuhan diartikan

sebagai perubahan bentuk (metamorfosis), sedangkan secara energetik

pertumbuhan diartikan sebagai perubahan kandungan total energi (kalori) tubuh

pada periode tertentu (Effendie, 1997).

Perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading merupakan salah satu

perairan yang terletak di pesisir timur Sumatera Utara dan banyak ditumbuhi

hutan mangrove, dengan luas ± 6.245 Ha (BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang,

2008). Sungai Karang Gading merupakan salah satu aliran sungai besar yang

berada di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading selain dari aliran-

aliran paluh seperti Paluh Tabuan, Paluh Simai dan Paluh Palarangan yang

memliki beragam sumberdaya termasuk sumberdaya ikan.

Populasi Ikan Gulamah di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang

Gading harus tetap dipertahankan kelestariannya agar dapat memenuhi

permintaan pasar yang terus meningkat terhadap komoditas ini karena ikan ini

digemari oleh masyarakat karena harganya yang murah dimana dari hasil

tangkapan nelayan 70% nya masuk ke pasaran sedangkan 30% dikonsumsi sendiri

serta harga Ikan Gulamah yang relatif murah yakni Rp. 10.000/kg yang

menjadikan ikan ini tinggi permintaannya di pasaran sehingga perlu adanya upaya

pengelolaan dimana hal diatas dapat dilihat pada kuisioner yang terdapat pada

(Lampiran 9). Upaya pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui

struktur populasi yang meliputi kelimpahan, pertumbuhan, hubungan panjang

Universitas Sumatera Utara


18

berat dan faktor kondisi (Fk) di alam. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian

tentang kelimpahan dan pertumbuhan Ikan Gulamah Johnius trachycephalus di

perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara.

Rumusan Masalah

Menurut beberapa nelayan yang ditemui di sekitar perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading, Ikan Gulamah yang didapatkan nelayan semakin

sedikit. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kelimpahan Ikan Gulamah di perairan estuari Suaka Margasatwa

Karang Gading Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana pertumbuhan Ikan Gulamah di perairan estuari Suaka Margasatwa

Karang Gading Kabupaten Deli Serdang?

Kerangka Pemikiran

Penurunan populasi Ikan Gulamah Johnius sp. di perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading banyak disebabkan oleh intensifikasi penangkapan

dimana alat tangkap yang digunakan tidak ramah lingkungan dan pengkonversian

lahan mangrove sekitar perairan menjadi lahan pemukiman dan perekonomian

serta menjadi lahan kelapa sawit. Data biologi yang diukur meliputi; kelimpahan

Ikan Gulamah, distribusi spasial, parameter pertumbuhan dan pola pertumbuhan

Ikan Gulamah. Sedangkan data fisik kimia yang diukur meliputi; kedalaman air,

kecepatan arus, kecerahan air, suhu air, salinitas air, pH air dan DO. Adapun

kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara


19

Intensifikasi Konversi
Penangkapan Lahan

Parameter Penurunan Populasi Ikan Gulamah


fisika-kimia Ikan Gulamah Johnius Johnius
trachycephalus trachycephalus

Data dalam Pengelolaan Ikan


Gulamah Johnius
trachycephalus

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kelimpahan Ikan Gulamah Johnius trachycephalus di perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang.

2. Pertumbuhan Ikan Gulamah Johnius trachycephalus di perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai:

1. Tersedianya data tentang kelimpahan Ikan Gulamah Johnius trachycephalus di

perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang.

2. Tersedianya data tentang pertumbuhan Ikan Gulamah Johnius trachycephalus

di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


20

TINJAUAN PUSTAKA

Suaka Margasatwa Karang Gading

Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut

merupakan wilayah konservasi yang terletak sebagian besar di Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat dan Kecamatan Karang Gading, Kabupaten Deli

Serdang. Akan tetapi berdasarkan laporan USU (1999) kawasan tersebut

mengalami kerusakan oleh berbagai kegiatan eksploitasi yang tidak ramah

lingkungan maupun bentuk-bentuk konversi lahan untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat seperti lahan untuk perumahan, pertanian, perkebunan maupun

budidaya perikanan. Interaksi antara masyarakat dan lahan yang menyebabkan

terjadinya perubahan terhadap penggunaan lahan ini memiliki potensi

menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kelangsungan sumber daya itu.

(Purwoko, 2009).

Hutan mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur

Laut dengan luas ± 15.765 secara administratif pemerintahan terdiri dari dua

kawasan yang terletak di dua Kabupaten yakni Langkat Timur Laut dengan luas ±

9.520 ha terletak di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dan kawasan

Karang Gading dengan luas ± 6.254 ha terletak di Kecamatan Labuhan Deli,

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan hutan mangrove ini

sangat rentan dengan tingkat konversi dan eksploitasi lahan yang cukup tinggi

akibat jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain

itu, kawasan ini juga telah menjadi konflik kepentingan berupa pengkonversian

lahan yang menyebabkan terjadinya perubahan peruntukan kawasan yang

berdampak pada perubahan ekologis dan ekonomis, yang secara tidak langsung

Universitas Sumatera Utara


21

berdampak terhadap penurunan pendapatan masyarakat dan menurunnya

keanekaragaman jenis burung (Adil et al., 2010).

Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gulamah

Ikan Kepala Batu atau yang biasa disebut Ikan Gulamah merupakan ikan

yang habitatnya di perairan pantai hingga ke laut dangkal dan sungai. Ikan ini

memiliki bentuk tubuh memanjang dan seluruh bagian tubuhnya tertutup sisik

kecuali ujung kepala. Sirip punggung tidak terputus, dengan lekukan yang dalam

antara bagian sirip yang berjari-jari keras dengan bagian sirip yang berjari-jari

lemah. Ikan ini menjadikan ikan-ikan kecil dan udang sebagai makanannya

(Kottelat et al, 1993).

Ikan Gulamah (J. trachycephalus) termasuk jenis ikan karnivora. Ikan

Gulamah (J. trachycephalus) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan laut

dan payau. Pakan alaminya adalah ikan kecil, udang, serasah. Ikan ini

menggunakan muara-muara sungai untuk berkembangbiak dan memijah atau

untuk pengasuhan anak. Ikan Gulamah hidup di perairan yang bersuhu rendah,

sangat keruh dan berlumpur (Siagian et al., 2017).

Menurut Kottelat et al (1993), Ikan Gulamah merupakan famili dari

sciaenidae, kelas Actinopterygii (bersirip kipas) yang memiliki taksonomi sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Sciaenidae

Universitas Sumatera Utara


22

Genus : Johnius

Spesies : Johnius trachycephalus

Gambar 2. Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus)

Pertumbuhan

Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator

yang baik untuk melihat kesehatan individu, populasi, dan lingkungan.

Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi

lingkungan yang sesuai (Moyle & Cech, 2004).Pengetahuan tentang struktur

populasi dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang

tepat tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan

daur hidup ikan, seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat

matang gonad (Rounsefell & Everhart, 1962).

Menurut Pauly (1983) formula tersebut akan menghasilkan suatu nilai

konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan

yang nilainya berada antara 2,5 dan 3,5, biasanya mendekati 3. Berdasarkan hasil

Universitas Sumatera Utara


23

plotting terhadap data panjang - berat dari berbagai macam jenis ikan dengan

jumlah sampel yang sangat besar dan apabila terdapat nilai b<2,5 atau b>3,5 data

tersebut kemungkinan berasal dari kelompok sampel yang kecil ataupun terdapat

indikasi adanya kesalahan. Ketika b= 3, pertumbuhan berat dinamakan isometrik,

yang berarti pertambahan berat selaras dengan pertambahan panjang.

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan alometrik positif bila b>3, yang

menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan

pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan

alometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang

lebih cepat dibandingkan pertambahan berat.

Hubungan Panjang Berat

Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan

panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan

sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan yang terdapat pada ikan

sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan

melakukan analisa hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan

ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut

gemuk atau kurus (Effendie, 1997).

Persamaan hubungan panjang berat ikan dimanfaatkan untuk berat ikan

melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Berat dapat dianggap

sebagai satu fungsi dari panjang. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai

pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu tertentu, sedangkan

pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah individu

(Effendie, 2002).

Universitas Sumatera Utara


24

Faktor Kondisi

Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara umum,

produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan. Faktor kondisi ini

mencerminkan karakteristik morfologi tubuh, kandungan lipid dan tingkat

pertumbuhan. Secara umum nilai faktor kondisi ketiga jenis ikan yang diteliti

tidak berbeda. Namun, nilai faktor kondisi yang di peroleh ikan belanak lebih

besar dibandingkan kedua jenis ikan lain. Ikan dengan faktor kondisi yang lebih

tinggi diharapkan akan memiliki fekunditas lebih tinggi daripada ikan dengan

faktor kondisi lebih rendah (Mulfizar et al., 2012)

Faktor kondisi menunjukkan kondisi kesehatan ikan yang dilihat dari

kemampuan fisik dalam mempertahankan kelangsung hidup dan reproduksi.

Faktor kondisi digunakan untuk menilai kondisi biologis ikan, produktifitas dan

kondisi fisiologis dari populasi ikan. Faktor nutrisi, suhu dan tekanan fisiologis

berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan. Bertambah ukuran ikan,

kemampuan renang dalam mencari sumber pakan lebih luas dan kemampuan

menghindar serangan pemangsa dilingkungan lebih baik (Harteman, 2015).

Faktor Fisika Kimia Perairan


Suhu

Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

menduga keberadaan organisme dalam suatu perairan, khsusnya ikan. Hal ini

karena sebagian besar organisme bersifat polikioterm. Tinggi rendahnya suhu

permukaan laut pada suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi sinar

matahari. Perubahan intensitas cahaya akan menyebabkan terjadinya perubahan

suhu air laut baik secara horizontal, mingguan, bulanan maupun tahunan. Suhu

Universitas Sumatera Utara


25

berpengaruh terhadap tingkah laku ikan, mempunyaikisaran tertentu untuk

melakukan pemijahan bahkan dengan suatu siklus musiman yang tertentu untuk

melakukan pemijahan bahkan dengan suatu siklus musiman yang tertentu pula

(Gunarso, 1985).

Suhu yang umum dijumpai di perairan laut Indonesia berkisar antara 27-

320C. Suhu ini juga masih sesuai untuk kehidupan biota laut (ikan dan

sebagainya), suhu untuk biota laut adalah berkisar antara 28-320C dan

diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 20C dari suhu alami. Sejauh ini,

kisaran suhu yang teramati masih dalam batas kisaran optimal suhu air laut yaitu

28-32,320C (KLH, 2004).

pH

Derajat keasaman merupakan salah satu parameter penentu produtivitas

suatu perairan. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan

petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan

dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota

perairan (Anwar, 2008).

Variasi nilai derajat keasaman (pH) air laut dapat dijadikan sebagai salah

satu identifikasi kualitas air laut. Pada kisaran nilai pH tertentu dapat

diindikasikan terjadinya suatu peru-bahan dalam kualitas perairan. Derajat

keasaman (pH) di perairan ini berkisar antara 6,91-8,18. Variasi nilai ini masih

dalam batas aman untuk pH suatu perairan. Umumnya pH air laut relatif stabil

dengan kisaran antara 7,5-8,4. Batasan pH yang ideal bagi biota laut nilainya

berkisar antara 6,5-8,5. Nilai pH untuk biota laut berkisar antara 7-8,5. pH di

Universitas Sumatera Utara


26

suatu perairan yang normal berkisar antara 8,0-8,3. Nilai pH yang baik untuk

berbagai kepentingan berkisar antara 6-9 (Souhoka dan Patty, 2013).

Intensitas Cahaya

Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang

mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Hewan nokturnal

(aktif pada malam hari) pada intensitas cahaya maksimum akan dirangsang untuk

melakukan gerakan mencari perlindungan (fototaksis negatif). Hewan diurnal

(aktif pada siang hari) akan memberikan reaksi sebaliknya, mereka akan

melakukan berbagai aktifitas (fototaksis positif). Kondisi demikian menyebabkan

pemisahan spesies yang nyata antara siang dan malam hari, sehingga akan

mengurangi kompetisi antar spesies dalam memperebutkan bahan makanan yang

tersedia (Barus, 2004).

Penetrasi cahaya pada daerah peralihan antara lautan dan daratan mungkin

mencapai 10 sampai 20 meter. Pasang surut terjadi pada zona ini dikarenakan

adanya interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta

gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan sistem bulan. Pasang yang

menunjukan kisaran terbesar terjadi bila matahari dan bulan terletak sejajar dan

pasang yang menunjukan kisaran minimun terjadi bila matahari dan bulan

membentuk sudut siku-siku. Zona ini yang terletak di antara pasang tertinggi dan

surut terendah atau zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi lautan

ke kondisi daratan sehingga berbagai macam organisme terdapat dalam zona ini

(Suantika et al., 2007).

Universitas Sumatera Utara


27

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissoved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghailkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Sumber utama oksigen

dalam suatu perairan berasal dari hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

satu perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari

beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, perggerakan massa air dan

udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2000).

Dissolved oxygen adalah banyaknya oksigen yang terlarut di dalam air.

Oksigen di dalam badan perairan dapat berasal dari oksigen atmosferik dan hasil

dari fotosintesis. Oksigen tidak terdistribusi secara merata didalam badan

perairan. Oksigen terlarut tertinggi biasanya terdapat pada permukaan hingga

kedalaman 10-20m berkisar antara 4-6 ppm. Semakin dalam badan perairan, DO

akan berkurang karena berkurangnya fotosintesis akibat terbatasnya penetrasi

cahaya matahari.. Di bawah zona tersebut kadar oksigen akan kembali meningkat.

Hal yang dapat mengurangi kandungan oksigen di badan perairan antara lain

adalah proses metabolisme organisme laut dan atau estuari dan proses penguraian

(Suantika et al., 2007).

Arus

Arus berperan dalam transportasi ikan dan larva di laut. Adanya arus yang

berlawanan akan menjadi perangkap bagi keberadaan makanan ikan di laut. Arus

merupakan hal sangat penting kaitannya degan iklim, arus juga membawa

organisme plankton dalam jumlah yang besar dari tempat asalnya secara periodik.

Pola aliran arus juga menentukan pola karakteristik penyebaran nutrien, transport

Universitas Sumatera Utara


28

sedimen, plankton, ekosistem laut dan geomorfologi pantai. Pada daerah teluk,

pola aliran air lebih didominasi oleh pasang surut dan angin (Anwar, 2008).

Kecepatan arus dapat mempengaruhi distribusi organisme laut secara

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung bahwa kecepatan arus

dapat menentukan distribusi partikel-partikel sedimen dasar, dan pengaruh

langsung yaitu dapat mempengaruhi tingkah laku. Arus air yang cukup kuat akan

menyebabkan organisme laut sedikit dan atau membatasi aktifitasnya, sedangkan

jika arus lemah udang banyak melakukan aktifitas (Dall et al.,1990).

Salinitas

Salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam

hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan

lingkungan. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di

laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30 – 36 ˚/◦◦. Sedangkan larva ikan biasanya

cepat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik. Namun demikian cenderung

memilih perairan dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik

tubuhnya (Lignot et al., 2000).

Salinitas berpengaruh terhadap proses osmoregulasi organisme air


penetasan
khususnya selama proses telur dan pertumbuhan larva. Salinitas yang

terlalu tinggi atau terlalu rendah dan memiliki fluktuasi lebar dapat menyebabkan

kematian embrio dan larva. Untuk daerah pesisir salinitas yang baik bagi

organisme berkisar antara 32-34 ˚/◦◦, pada laut terbuka salinitas berkisar 33-37 ˚/◦◦

dengan rata-rata 35 ˚/◦◦ (Romimohtarto dan Thayib, 1982).

Universitas Sumatera Utara


29

Alat Tangkap Pukat Cincin Mini

Alat tangkap pukat cincin dapat menangkap ikan pada segala macam

ukuran baik mulai dari ikan kecil-kecil hingga ikan-ikan besar tergantung pada

ukuran mata jaring yang digunakan. Alat tangkap yang melingkari kawanan ikan

ini dalam pengoperasiannya akan dipengaruhi kemampuan (skill) nelayan dalam

mencari kawanan ikan, tingkah laku spesies ikan yang dituju dan sifat-sifat

teknologi alat tangkap. Sifat-sifat teknologi tersebut termasuk ukuran kapal,

tenaga mesin, bahan bakar minyak, ukuran jaring, lama operasi dan jumlah tenaga

kerja memegang peranan yang sama penting (Sudibyo 1998).

Gambar 3. Alat Tangkap Pukat Cincin Mini

Pukat cincin (purse seine) mini termasuk kedalam alat tangkap modern

yang dioperasikan secara aktif, yaitu dengan cara mengejar dan melingkari

kawanan ikan dengan jaring yang membentuk kerucut. Alat tangkap tersebut

merupakan hasil modifikasi dari alat tangkap sebelumnya, yaitu lampara dan ring

net. Alat tangkap ini memiliki ciri-ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris

bawah. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya, seperti lampara

dan ring net, yang mempunyai tali ris atas lebih panjang dari tali ris bawahnya.

(Von Brandt, 1984).

Universitas Sumatera Utara


30

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel Ikan Gulamah telah dilakukan pada bulan Maret-Mei

2018 di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading Kabupaten Deli

Serdang. Pengukuran Ikan Gulamah yang didapatkan, dilakukan di basecamp

(rumah masyarakat sekitar lokasi). Penentuan titik sampling menggunakan metode

purposive sampling yang didasarkan pada keterwakilan karakteristik yang berbeda

di lokasi penelitian (Jumanto et al., 2013) yang dibagi menjadi 3 stasiun penelitian

berdasarkan zona alami dan zona pemanfaatan. Penelitian ini dilakukan dengan 3

stasiun dimana masing-masing stasiun dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan

dalam pengambilan sampel Ikan Gulamah selama penelitian berlangsung.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


31

Deskripsi Area

Stasiun I

Stasiun ini berada di Paluh Tabuan bagian hulu dengan lebar perairan

estuari 25-30 m. Stasiun ini berada di dekat lahan konversi lahan mangrove

menjadi lahan kelapa sawit. Secara geografis stasiun ini terletak pada kordinat

3052’682’’ LU dan 98038’25’’ BT (Gambar 5).

Gambar 5. Stasiun Penelitian I


Stasiun II

Stasiun ini berada di Paluh Palarangan bagian hulu. Stasiun ini merupakan

pertemuan antara Paluh Palarangan dengan Sungai Karang Gading. Secara

geografis terletak pada kordinat 3052’154’’ LU dan 98038’334’’ BT (Gambar 6).

Gambar 6. Stasiun Penelitian II

Universitas Sumatera Utara


32

Stasiun III

Stasiun ini berada di Paluh Simai dengan lebar 20-25 m. Stasiun ini dekat

dengan pengoperasian alat tangkap ambe. Secara geografis terletak pada kordinat

3054’009’’ LU dan 98039’367’’ BT (Gambar 7).

Gambar 7. Stasiun Penelitian III


Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap pukat cincin

mini, refraktometer, termometer Hg, pH meter, secchi disk, lux meter, timbangan

analitik, tali penduga, cool box, jangka sorong, Global Positioning System (GPS),

meteran gulung dan kayu berskala serta kamera.

Bahan yang digunakan adalah batu es, kertas milimeter blok dan kertas

label serta alat tulis. Parameter yang diukur, alat/bahan, dan tempat pengukuran

dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 1. Parameter yang diukur, alat/bahan, dan tempat pengukuran


Parameter Alat/ Bahan yang Metode
digunakan pengukuran
I. FISIKA

Suhu perairan (ºC) termometer Hg in situ

Intensitas cahaya (Cd) Lux meter in situ

Kecerahan air (cm) Sechi disk in situ

Kedalaman air (m) kayu berskala in situ

II. KIMIA

Salinitas air (‰) Refraktometer in situ

pH air pH meter in situ

Oksigen terlarut (mg/l) DO meter in situ

III. IKAN GULAMAH

Kelimpahan, Pola Pukat cincin mini, in situ dan ex situ


Pertumbuhan dan faktor (dihitung jumlah individu,
kondisi. diukur panjang dan berat
ikan gulamah, dianalisis.

Prosedur Penelitian

Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air

Pengukuran parameter fisika-kimia air yang mencakup suhu air, intensitas

cahaya, kedalaman air, kecerahan air, kecepatan arus, pH air, oksigen terlarut, dan

salinitas air dilakukan langsung di lapangan pada tiap stasiun sebelum

pengambilan sampel Ikan Gulamah.

Pengambilan Sampel Ikan Gulamah

Pengambilan sampel Ikan Gulamah dilakukan di perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading berdasarkan zona alami dan zona pemanfaatan

(pertambakan dan perkebunan), menggunakan pukat cincin mini yang terbuat dari

Universitas Sumatera Utara


34

bahan nilon polifilamen dengan spesifikasi (mesh size) 2 inci. Pukat cincin mini

yang digunakan memiliki panjang 10 m dengan diameter bukaan mulut 3,5 m.

Pengambilan sampel Ikan Gulamah dilakukan setiap 20 hari sekali. Mulai

melakukan sampling pada pukul 08.00 WIB ke stasiun I hingga pukul 10.30 WIB,

dilanjutkan ke stasiun II mulai pukul 10.30 WIB sampai pukul 12.30 setelah dari

stasiun II kemudian istirahat sampai pukul 13.30 WIB, dan terakhir melakukan

sampling di stasiun III mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB.

Pengambilan sampel dengan cara menarik pukat cincin mini menggunakan perahu

motor 10 GT (mengikuti kebiasaan nelayan setempat). Pada setiap sampling

hanya dilakukan satu kali penarikan pukat cincin mini sepanjang 10 m di setiap

stasiun, sehingga kemungkinan kerusakan ekosistem di lokasi penelitian dapat

diminimalisir.

Ikan Gulamah yang didapat di tiap stasiun dihitung jumlah individunya,

diukur panjang tubuh total dan berat tubuh Ikan Gulamah, selanjutnya dilakukan

analisis yang meliputi kelimpahan individu, pertumbuhan dan faktor kondisi Ikan

Gulamah.

Analisis Data

Kelimpahan Ikan Gulamah

Kelimpahan ikan gulamah dianalisis menggunakan persamaan menurut

Brower et al., (1990) adalah sebagai berikut:

 ni
i 1
N
A

dengan : N = kelimpahan ikan gulamah (ind/m2)

Universitas Sumatera Utara


35

ni = jumlah individu ikan gulamah

A = luas bukaan mulut pukat cincin mini (volume alat tangkap)

Distribusi Frekuensi Panjang

Langkah-langkah dalam membuat sebaran frekuensi panjang adalah

sebagai berikut Walpole (1992).

1. Menentukan banyaknya kelompok ukuran yang diperlukan dengan rumus :


n = 1 + 3,32 Log N

Keterangan : n = Jumlah kelompok ukuran

N = Jumlah ikan pengamatan

2. Menentukan lebar kelas setiap kelompok ukuran dengan rumus :

Keterangan : C = Lebar kelas

c = Kelas

a = Panjang maksimum Ikan Gulamah

b = Panjang minimum Ikan Gulamah

3. Menentukan batas bawah kelompok ukuran yang pertama kemudian

ditambahkan dengan lebar kelas dikurangi satu untuk mendapatkan batas atas

kelompok ukuran yang berikutnya.

4. Melakukan hal yang sama hingga kelompok ukuran ke-n.

5. Masukkan frekuensi masing-masing kelompok ukuran yang ada kemudian

menjumlahkan kolom frekuensi yang jumlahnya harus sama dengan data

seluruhnya.

Universitas Sumatera Utara


36

Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah

Hubungan panjang bobot ikan gulamah dinalisis dengan melihat hubungan

panjang berat melalui analisis regresi linier (Sparre dan Venema, 1999) adalah

sebagai berikut:

W= a Lb

dengan : W = bobot (gr)

L = panjang total (cm)

a dan b = konstanta

Menurut Effendie (2002), untuk mengkaji penentuan nilai b maka

dilakukan uji t, dimana terdapat usaha untuk melakukan penolakan atau

penerimaan hipotesis yang telah ditentukan. Dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: b1 = Slope (hubungan dari panjang berat)

b0 = Intercept (3)

Sb1 = Simpangan koefisien b

Keeratan hubungan panjang berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi

(r) yang diperoleh dari rumus √R². Nilai mendekati 1 (r>0,7) menggambarkan

hubungan yang erat antara keduanya dan nilai menjauhi 1 (r<0,7)

menggambarkan hubungan yang tidak erat antara keduanya (Walpole, 1992).

Faktor Kondisi Ikan Gulamah

Keadaan yang menyatakan kemontokan Ikan Gulamah dengan angka

dinamakan faktor kondisi atau ponderal indeks. Analisis faktor kondisi dilakukan

menggunakan persamaam menurut Effendie (2002).

Universitas Sumatera Utara


37

Model pertumbuhan allometrik (b ≠ 3) menggunakan persamaan:

W
K
aLb

Model pertumbuhan isometrik (b = 3) menggunakan persamaan:

dengan: K = Faktor Kondisi

W = berat ikan gulamah (gr)

L = panjang total ikan gulamah (cm)

a dan b = konstanta

Universitas Sumatera Utara


38

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Perairan Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading

Tabel 2. Nilai rata-rata kualitas air di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang
Gading pada stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Parameter Stasiun
I II III
Suhu perairan (ºC) 28,6 30,3 29,3
Kecerahan air (cm) 47,3 72,6 52,3
Kedalaman air (m) 3,9 3,3 3,6
Kecepatan arus 0,6 0,8 0,7
(m/detik)
Salinitas air (‰) 28 29,3 27,3
pH air 6,7 6,8 6,7
Oksigen terlarut 4,4 5,2 4,6
(mg/l)

Hasil pengamatan kisaran nilai parameter kualitas air di Perairan Estuari

Suaka Margasatwa Karang Gading berdasarkan parameter fisika dan kimia

perairan dapat dilihat pada Tabel 2 (dapat dilihat pada Lampiran 5). Penelitian ini

dilakukan di 3 stasiun berbeda yaitu stasiun Paluh Tabuan bagian hulu, stasiun

Paluh Palarangan bagian hulu dan stasiun Paluh Simai. Parameter kualitas air

yang diukur terdiri dari parameter fisika dan kimia (suhu, kecerahan, kedalaman,

arus, salinitas, pH dan DO). Selama penelitian berlangsung, suhu tertinggi

terdapat di stasiun II (Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 30,3 ºC dan terendah di

stasiun I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 28,6 ºC. Kecerahan tertinggi terdapat

di stasiun II (Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 72,6 cm dan terendah di stasiun

I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 47.3 cm. Kedalaman tertinggi terdapat di di

stasiun I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 3,9 m dan terendah di stasiun II (Paluh

Palarangan bagian hulu) yaitu 3,3 m. Salinitas tertinggi terdapat di stasiun II

Universitas Sumatera Utara


39

(Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 29,3 ‰ dan terendah di stasiun I (Paluh

Tabuan bagian hulu) yaitu 28 ‰. pH tertinggi terdapat di stasiun II (Paluh

Palarangan bagian hulu) yaitu 6,8 dan terendah di stasiun I (Paluh Tabuan bagian

hulu) dan stasiun III (Paluh Simai) yaitu 6,7. DO tertinggi terdapat di stasiun II

(Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 5,2 mg/l dan terendah di stasiun I (Paluh

Tabuan bagian hulu) yaitu 4,4 mg/l.

Hasil Tangkapan Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus)

Jumlah keseluruhan Ikan Gulamah yang tertangkap selama penelitian

berlangsung di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading adalah 270

ekor. Jumlah ikan yang paling banyak tertangkap yaitu pada stasiun II sebanyak

105 ekor, kemudian pada stasiun III sebanyak 89 ekor dan pada stasiun I sebanyak

76 ekor (dapat dilihat pada Lampiran 6) dan merupakan hasil penangkapan

terendah. Hasil tangkapan Ikan Gulamah yang didapatkan setiap stasiun selama

penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil tangkapan Ikan Gulamah berdasarkan stasiun I, II dan III selama
60 hari penelitian

Universitas Sumatera Utara


40

Jumlah keseluruhan Ikan Gulamah yang tertangkap selama penelitian

berlangsung di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading adalah 270

ekor. Jumlah ikan yang paling banyak tertangkap yaitu Ikan Gulamah Betina

sebanyak 136 ekor dan Ikan Gulamah Jantan sebanyak 134 ekor. Hasil tangkapan

Ikan Gulamah yang didapatkan berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina

selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hasil tangkapan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin (jantan dan
betina) selama 60 hari penelitian

Aspek Pertumbuhan

Kelimpahan Ikan Gulamah

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai kelimpahan Ikan Gulamah

paling tinggi pada stasiun II dengan nilai kelimpahan sebesar 1,5 ind/m2, diikuti

stasiun III dengan nilai kelimpahan sebesar 1,271 ind/ m2 dan stasiun I paling

rendah dengan nilai kelimpahan sebesar 1,085 ind/m2. Nilai kelimpahan Ikan

Gulamah setiap stasiun stasiun selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 10. Kelimpahan Ikan Gulamah pada stasiun I, II dan III selama 60 hari
penelitian

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai kelimpahan Ikan Gulamah

paling tinggi pada Ikan Gulamah Betina dengan nilai kelimpahan sebesar 1,94

ind/m2 dan terendah Ikan Gulamah Jantan dengan nilai kelimpahan sebesar 1,91

ind/ m2. Nilai kelimpahan Ikan Gulamah berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11. Kelimpahan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin (jantan dan
betina)

Universitas Sumatera Utara


42

Distribusi Frekuensi Panjang

Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun I

yaitu pada selang kelas 84-85 mm sebanyak 16 ekor dan hasil tangkapan yang

paling sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 0 ekor. Sedangkan pada

Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun I yaitu pada

selang kelas 84-85 mm yaitu sebanyak 14 ekor dan hasil tangkapan yang paling

sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 1 ekor. Distribusi Frekuensi

Panjang pada stasiun I dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun I selama 60
hari penelitian
Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun

II yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 25 ekor dan hasil tangkapan yang

paling sedikit yaitu pada selang kelas 91-92 mm yaitu 2 ekor. Sedangkan pada

Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun II yaitu pada

selang kelas 85-86 mm yaitu sebanyak 22 ekor dan hasil tangkapan yang paling

sedikit yaitu pada selang kelas 91-92 mm yaitu 0 ekor. Distribusi Frekuensi

Panjang pada stasiun II dapat dilihat pada Gambar 13.

Universitas Sumatera Utara


43

Gambar 13. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun II selama 60
hari penelitian
Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun

III yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 15 ekor dan hasil tangkapan yang

paling sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm yaitu 1 ekor. Sedangkan pada

Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun III yaitu pada

selang kelas 87-88 mm yaitu sebanyak 16 ekor dan hasil tangkapan yang paling

sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm yaitu 1 ekor. Distribusi Frekuensi

Panjang pada stasiun III dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun I selama 60
hari penelitian

Universitas Sumatera Utara


44

Hubungan Panjang dan Berat

Dari hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah jantan dan

betina di stasiun I menghasilkan kurva panjang-berat dengan nilai determinasi

(R2) jantan 0,849 dan betina 0,871. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di

stasiun I dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun I selama 60 hari penelitian
Dari hasil analisis hubungan panjang-berat Ikan Gulamah jantan dan

betina di stasiun II menghasilkan kurva panjang-berat dengan nilai determinasi

(R2) jantan 0,931 dan betina 0,798. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di

stasiun II dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun II selama 60 hari penelitian

Universitas Sumatera Utara


45

Dari hasil analisis hubungan panjang-berat Ikan Gulamah jantan dan

betina di stasiun III menghasilkan kurva panjang-berat dengan nilai determinasi

(R2) jantan 0,913 dan betina 0,917. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di

stasiun III dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun II selama 60 hari penelitian

Persamaan panjang dan berat ikan diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun I mendekati 1 yaitu jantan 0,849 dan

betina 0,871. Pada stasiun II juga mendekati 1 yaitu jantan 0,931 dan betina 0,798.

Serta pada stasiun III juga mendekati 1 yaitu jantan 0,913 dan betina 0,917.

Kisaran nilai b (α=0,05) dinyatakan mendekati 3 dan setelah uji T (α=0,05)

hasilnya alometrik negatif. Hasil uji T dapat diliat pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus)


pada stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Persamaan Pola Pertumbuhan
Jenis
Stasiun Hubungan Panjang- R2 Setelah Uji T
Kelamin
Berat (α=0,05)

I Jantan y = 0,034x2,491 0,849 Alometrik negatif

Betina y = 0,036x2,488 0,871 Alometrik negatif

II Jantan y = 0,011x2,965 0,931 Alometrik negatif


Betina y = 0,009x2,977 0,798 Alometrik negatif

III Jantan y = 0,008x2,994 0,913 Alometrik negatif

Betina y = 0,010x2,989 0,917 Alometrik negatif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nilai rata-rata dan

standart error berdasarkan panjang dan berat. Dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan panjang Ikan Gulamah
pada stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun
I II III
121,960 a 114,040 a 110,140 a
I (3,699) (2,534) (3,291)
121,030 a 118,140 a 122,700 b
II (2,550) (2,054) (3,047)
144,350 b 129,460 b 126,790 b
III (3,256) (2,297) (3,112)

Tabel 5. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan berat Ikan Gulamah pada
stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun
I II III
19,267 a 15,353 a 14,460 a
I (1,752) (0,813) (1,135)
18,639 a 18,371 b 19,247 b
II (1,202) (0,866) (1,027)
30,617 b 21,867 c 21,271 b
III (2,130) (1,125) (1,451)
abc: Perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar
stasiun

Universitas Sumatera Utara


47

Analysis of Variance (ANOVA) panjang dan berat Ikan Gulamah

dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 6 dan 7, menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata terhadap peningkatan panjang dan berat Ikan Gulamah di

Perairan Estuari Suaka Margasatwa Desa Karang Gading.

Tabel 6. Analysis of Variance (ANOVA) terhadap Panjang Ikan Gulamah di


stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun Df
I II III
I 2 ** ** **
II 2 ** ** **
III 2 ** ** **
Error Total 2,109 1,439 2,145
**Sangat signifikan perbedaan (p ≥ 0,05)

Tabel 7. Analysis of Variance (ANOVA) terhadap Berat Ikan Gulamah di stasiun


I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun Df
I II III
I 2 ** ** **
II 2 ** ** **
III 2 ** ** **
Error Total 1,130 0,626 0,931
** Sangat signifikan perbedaan (p ≥ 0,05)

Pembahasan

Kondisi Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading

Kondisi umum di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang Gading

selama penelitian yang berlangsung digambarkan melalui informasi beberapa nilai

parameter kualitas air. Parameter fisika-kimia yang diukur selama penelitian

terdiri dari suhu, kecerahan, DO (oksigen terlarut), kedalaman, arus, pH dan

Salinitas yang tersaji pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara


48

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas dalam perairan dan berperan

penting dalam proses metabolisme Ikan Gulamah. Hasil penelitian mendapatkan

suhu air tertinggi dijumpai pada stasiun 2 (Tabel 2). Tingginya suhu air pada

stasiun 2 diduga disebabkan adanya perbedaan waktu pengukuran. Pengukuran

suhu air di stasiun 2 dilakukan pada hari masih cerah (sekitar pukul 12.00 WIB),

sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air juga sedikit lebih

tinggi dibanding stasiun lainnya, yang berpengaruh terhadap kondisi suhu

perairannya. Officer (1976), menyatakan suhu perairan dipengaruhi oleh tingginya

penyinaran matahari yang masuk ke kolom air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran suhu dari ketiga stasiun di

perairan estuari Suaka Margsatwa Karang Gading tidak jauh berbeda dan masih

dalam batas toleransi yakni kisaran 28,3-30,3 0C yang baik untuk mendukung

kehidupan Ikan Gulamah baik untuk pertumbuhannya maupun untuk kelimpahan

Ikan Gulamah. Saputra (2008), menyatakan bahwa kondisi suhu ini sangat

mendukung kehidupan Ikan Gulamah, baik untuk mencari makanan maupun

pertumbuhan. Suhu yang optimal untuk kehidupan organisme perairan berkisar

25–320C.

Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu sebesar 0,8 m/s

mengikuti stasiun II 0,7 m/s dan terendah terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 0,6

m/s. Hal ini terjadi karena letak stasiun I yang sudah mendekati muara dan lebar

stasiun I lebih lebar dibandingkan stasiun II dan III. Hal ini sesuai dengan Siahaan

et. al. (2012), kecepatan arus sungai berfluktuasi yang semakin melambat ke

bagian hilir. Faktor gravitasi, lebar sungai dan material yang dibawa oleh air

sungai membuat kecepatan arus di hulu paling besar.

Universitas Sumatera Utara


49

Menurut Mason (1993) perairan dikategorikan dalam perairan yang

berarus sangat deras jika kecepatan arus > 1 m/detik, berarus deras yaitu 0,5 - 1

m/detik, berarus sedang yaitu 0,25 - 0,5 m/detik, berarus lambat 0,1 - 0,5 m/detik,

dan berarus sangat lambat yaitu 0,1 - 0,25 m/detik. Dari hasil penelitian yang

didapatkan bahwa ketiga stasiun dalam penelitian ini termasuk kedalam perairan

berarus deras yang memiliki nilai masing-masing stasiun sebesar 0,6 m/s;0,7 m/s

dan 0,8 m/s.

Nilai salinitas dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai salinitas

tertinggi terjadi di salah satu stasiun penelitian dibandingkan dua stasiun lainnya

yang terdapat pada stasiun II yakni 29,3 ‰. Dimana pada stasiun II lebih tinggi

diakibatkan karena suhu intensitas cahaya matahari pada stasiun ini lebih tinggi

dibandingkan dua stasiun lainnya sehingga menyebabkan tingkat penguapan yang

tinggi pula disamping itu stasiun Iiini juga berada dekat dengan muara sehingga

besar pengaruh pasang surut di stasiun ini. Hal ini sesuai dengan Nybakken

(1992), yang menyatakan bahwa salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah

hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas

suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya

perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-

35‰ dan air tawar 0,5-5‰. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi

oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut

terhadap salinitas yang ada (Nybakken, 1992).

Pada ketiga stasiun penelitian nilai pH yang didapatkan nilai masing-

masing stasiun mulai stasiun I sampai III yakni 6,7; 6,8 dan 6,7. Dari nilai pH

tersebut bahwa nilai pH tersebut masih tergolong netral karena masih mendekati

Universitas Sumatera Utara


50

7. Dimana menurut Barus (2004), organisme air dapat hidup dalam suatu perairan

yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah

sampai basah. Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan

hidup plankton karena akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme dan

respirasi. Toleransi organisme terhadap pH dibedakan menjadi stenion, yaitu

organisme yang mempunyai toleransi sempit terhadap fluktuasi pH, dan euryion,

yaitu organisme air yang mempunyai toleransi luas terhadap fluktuasi pH.

Dari pengukuran nilai Oksigen Terlarut (DO) pada setiap stasiun

penelitian didapatkan nilai masing-masing DO setiap stasiun yakni pada stasiun I

sebesar 4,4 mg/l; stasiun II sebesar 5,2 mg/l dan pada stasiun III sebesar 4,6 mg/l.

Dimana nilai oksigen terlarut di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang

Gading terutama pada ketiga stasiun penelitian ini masih dalam batas toleransi

yang baik dan diperbolehkan bagi lingkungan perikanan. Hal ini sesuai dengan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 (1988) tentang Pedoman

Penetapan Baku Mutu Lingkungan yang menyatakan bahwa kandungan oksigen

terlarut yang diperbolehkan untuk badan air golongan C (perikanan) adalah lebih

besar dari 3 mg/l.

Kecerahan air pada tiap stasiun menunjukkan nilai yang berkisar antara

47,3 cm – 72,6 cm. Kondisi ini menggambarkan perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading relatif keruh. Sedangkan kedalaman rata-rata stasiun

penelitian sebesar 3,6 m. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004) tentang baku mutu air laut untuk biota laut,

yang menyatakan bahwa nilai baku mutu untuk kecerahan air laut adalah > 3 m.

Bila kecerahan air < 3 m maka perairan tersebut dapat dikategorikan keruh.

Universitas Sumatera Utara


51

Hasil Tangkapan Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus)

Ikan Gulamah yang tertangkap pada saat penelitian sebanyak 270 ekor.

Dimana penangkapan dilakukan selama 3 kali setiap stasiunnya dan menggunakan

alat tangkap pukat cincin mini(mengikuti kebiasaan masyarakat setempat). Hal ini

sesuai dengan Siagian et al, (2017), yang menyatakan bahwa Ikan Gulamah

(Johnius trachycephalus) merupakan salah satu jenis ikan demersal yang banyak

ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan trammel net dan gill net, payang

dan pukat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa Ikan Gulamah

masih terdapat di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading dimana

dalam penelitian tertangkap Ikan Gulamah sebanyak 270 ekor yang terdiri dari

134 ekor gulamah jantan dan 136 ikan betina. Ikan Gulamah (J. trachycephalus)

termasuk jenis ikan karnivora. Ikan gulamah (J. trachycephalus) merupakan jenis

ikan yang hidup di perairan laut dan payau (Robin et al., 1991). Pakan alaminya

adalah ikan kecil, udang, serasah (Kottelat et al., 1993). Ikan ini menggunakan

muara-muara sungai untuk berkembangbiak dan memijah atau untuk pengasuhan

anak.

Aspek Pertumbuhan

Kelimpahan Ikan Gulamah

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai kelimpahan pada

masing-masing stasiun penelitian, dimana nilai kelimpahan tertinggi terjadi pada

stasiun II sebesar 1,5 ind/m2 dan terendah pada stasiun I sebesar 1.085 ind/m2. Hal

ini terjadi karena ekosistem di stasiun II yang masih alami yaitu tersusun oleh

ekosistem mangrove dan stasiun I berada di dekat lahan konversi lahan mangrove

Universitas Sumatera Utara


52

menjadi lahan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan Kottelat et al, (1993), yang

menyatakan bahwa Ikan Gulamah (Sciaenidae) umumnya merupakan kelompok

ikan demersal atau benthopelagik pada daerah pantai dan muara-muara sungai

yang bervegetasi mangrove.

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air didapatkan nilai pH stasiun

II lebih tinggi dibandingkan dengan kedua stasiun lainnya. Dimana nilai

kelimpahan tertinggi terjadi pada stasiun II sebesar 1,5 ind/m2 dan terendah pada

stasiun I sebesar 1.085 ind/m2. Pengaruh Derajat keasaaman (pH) memiliki

peranan penting untuk mendukung keberadaan organisme pengurai untuk

menguraikan bahan-bahan organik. Semakin tinggi nilai pH maka proses

deministralisasi bahan organik yang dihasilkan oleh serasah semakin cepat

sehingga menyebabkan melimpahnya bahan organik untuk kepiting bakau. Hal ini

sesuai dengan Winarno (1996), yang menyatakan bahwa derajat keasaman

menggambarkan proses perubahan air yang tidak saja berasal dari masukan

bahan-bahan asam tetapi juga perubahan tidak langsung dari aktivitas metabolic

biota perairan.

Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah

Selang kelas dengan hasil tangkapan tertinggi tertangkap pada stasiun I

yaitu pada selang kelas 84-85 mm sebanyak 16 ekor jantan dan 14 ekor betina dan

hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 0 ekor

dan 1 ekor betina, pada stasiun II tertinggi jantan yaitu pada selang kelas 87-88

mm sebanyak 25 ekor dan tertinggi betina pada selang kelas 85-86 mm yaitu

sebanyak 22 ekor dan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas

91-92 mm yaitu 2 ekor jantan dan 0 ekor betina, serta pada stasiun III tertinggi

Universitas Sumatera Utara


53

yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 15 ekor jantan untuk dan 16 ekor

betina dan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm

yaitu 1 ekor jantan dan 1 ekor betina. Hal ini sesuai Subagja et. al. (2009), yang

menyatakan bahwa jumlah contoh yang sedikit menyebabkan sebaran frekuensi

panjang tidak menyebar secara merata.

Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah

Nilai koefisien korelasi (r) Ikan Gulamah yang didapatkan mendekati 1

yaitu pada stasiun I sebesar 0,849 (jantan) dan 0,871 (betina), stasiun II nilai

0,931 (jantan) dan 0,798 (betina) dan pada stasiun III nilai 0,913 (jantan) dan

0,917 (betina). Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan panjang dan berat

tubuh Ikan Gulamah memiliki korelasi yang sangat kuat, ini berarti apabila

panjang bertambah maka berpengaruh terhadap pertambahan bobotnya. Hal ini

diduga karena kondisi perairan yang mampu mendukung kehidupan ikan yang

tertangkap cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Walpole (1992), dimana

nilai mendekati 1 (r>0,7) menggambarkan hubungan yang erat antara keduanya

dan nilai menjauhi 1 (r<0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara

keduanya.

Hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah yang didapatkan,

pada stasiun I nilai b = 2,491 (jantan) dan 2,488 (betina), stasiun II nilai b = 2,965

(jantan) dan 2,977 (betina) dan pada stasiun III nilai b = 2,994 (jantan) dan 2,989

(betina). Dari hasil tersebut terlihat bahwa pertumbuhan Ikan Gulamah pada tiap

stasiunnya bersifat allometrik negatif dengan nilai b < 3. Berdasarkan nilai b yang

didapatkan pada masing-masing stasiun dapat dikatakan bahwa pertambahan

panjang Ikan Gulamah lebih cepat dari pertambahan berat tubuhnya. Effendie

Universitas Sumatera Utara


54

(1997) menyatakan bila nilai b = 3, maka pertumbuhan dikatakan isometrik atau

pertambahan panjang sama dengan pertambahan berat tubuhnya, sedangkan bila

nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3, pertumbuhan dikatakan allometrik atau

pertambahan panjang tidak sama dengan pertambahan beratnya. Menurut

Mulfizar et al. (2012) Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah

kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan

teknik sampling.

Hasil analisis ANOVA pada SPSS untuk hubungan panjang dan berat Ikan

Gulamah menunjukkan bahwa standart error pada stasiun II lebih kecil

dibandingkan dengan stasiun I dan III. Hal ini disebabkan karena ekosistem

penyusun stasiun I yang masih alami yaitu terdapat ekosistem mangrove alami

yang terdapat disana, sedangkan pada kedua stasiun lainnya ada pemanfaatan

dilokasi tersebut, dimana pada stasiun I terdapat konversi lahan mangrove

menjadi lahan kelapa sawit sedangkan stasiun III terdapat pengoperasian alat

tangkap ambe. Hal ini sesuai dengan Kottelat et al, (1993), yang menyatakan

bahwa biota perairan dapat hidup lebih baik pada ekosistem yang alami seperti

untuk Ikan Gulamah habitat alaminya yaitu ekosistem mangrove alami.

Faktor Kondisi

Faktor kondisi Ikan Gulamah di perairan estuari Suaka Margasatwa

Karang Gading menunjukkan perbandingan antara panjang dan berat. Dimana

semakin besar perbandingan berat dengan panjang Ikan Gulamah maka

kemontokkan Ikan gulamah tersebut akan semakin tinggi. Hal ini juga

dipengaruhi oleh lingkungannya baik faktor fisika-kimia perairan maupun

ketersediaan makanan di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading. Hal

Universitas Sumatera Utara


55

ini dijelaskan dalam Effendie (1997), yang menyatakan bahwa faktor kondisi

adalah keadaan yang menyatakan kemontokkan ikan dengan angka dan nilai yang

dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan dan tingkat kematangan gonad

(TKG).

Hasil analisis terhadap faktor kondisi Ikan Gulamah pada tiap stasiun

mendapatkan nilai faktor kondisi menunjukkan nilai FK > 1 atau nilai masing-

masing setiap stasiunnya yakni sebesar 1,007 (jantan) dan 1,006 (betina) pada

stasiun I; 1,003 (jantan) dan 1,016 (betina) pada stasiun II; 1,003 (jantan) dan

1,004 (betina) pada stasiun III. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Ikan Gulamah

di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading secara morfologi dapat

dikatakan memiliki kemontokan yang baik. Hal ini sesuai dengan Effendie

(1997), yang menyatakan bahwa bila nilai faktor kondisi berkisar 1- 2

menunjukkan bentuk yang kurang pipih (montok). Berdasarkan hal tersebut dapat

dikatakan bahwa kondisi tubuh Ikan Gulamah masih dalam kondisi baik.

Rekomendasi Pengelolaan

Intensifikasi penangkapan dan pengkonversian lahan mangrove menjadi

lahan kelapa sawit serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

menjadikan sumberdaya Ikan Gulamah Johnius trachycephalus di perairan estuari

Suaka Margasatwa Karang Gading mengalami penurunan jumlah di alam. Maka

dari itu, perlu dilakukannya pengelolaan berbasis lingkungan guna

mempertahankan keberadaan dan kelestarian Ikan Gulamah (Johnius

trachycephalus).

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam melakukan pengelolaan

sumberdaya ikan ini adalah dengan menerapkan pemakaian alat tangkap yang

Universitas Sumatera Utara


56

ramah lingkungan sehingga hasil tangkapan yang ada tidak mencakup segala

ukuran sehingga ikan yang masih dalam tahap juvenil tidak ikut tertangkap oleh

alat tangkap nelayan. Selain itu juga perlu dilakukannya upaya restocking yaitu

melakukan penebaran ke daerah tertentu (beberapa daerah di perairan estuari

Suaka Margasatwa Karang Gading yang kurang jumlah Ikan Gulamah ini), ikan

yang ditebar tentunya harus sesuai dengan habitat dan ukurannya, dengan tujuan

penebaran ini yakni untuk menambah populasi ikan agar tetap lestari dan untuk

meningkatkan jumlah tangkapan sebagai sumber pangan.

Selain itu peran pemerintah dalam mengkonversi lahan alami (mangrove)

menjadi lahan kelapa sawit agar memikirkan hal ini dengan matang, sehingga

apabila pemerintah membuat kebijakan tidak mengganggu lingkungan sekitar

terlebih lingkungan alami. Karena dari hasil penelitian hasil tangkapan Ikan

Gulamah di lokasi yang dekat dengan lahan konversi ini lebih sedikit

dibandingkan dengan lokasi yang lainnya. Dan yang terakhir masyarakat sekitar

dapat melakukan pembudidayaan terhadap Ikan Gulamah ini, yaitu dengan cara

domestikasi (pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat

baru/mengambil ikan dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang

terbatas yaitu kolam pemeliharaan yang disesuaikan dengan habitat asli).

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat nelayan di perairan estuari

Suaka Margasatwa Karang Gading Deli Serdang bahwasanya ikan yang memiliki

nilai ekonomis rendah termasuk Ikan Gulamah pada saat sekarang ini menjadi

sasaran konsumsi bagi kebutuhan masyarakat. Sehingga adanya pengetahuan ini

menjadikan masyarakat di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading

Deli Serdang lebih menjaga keberadaan Ikan Gulamah tersebut.

Universitas Sumatera Utara


57

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Nilai kelimpahan Ikan Gulamah tertinggi terdapat pada stasiun II diikuti

stasiun III dan terendah stasiun I. Hal ini terjadi karena ekosistem di stasiun II

yang masih alami yaitu tersusun oleh ekosistem mangrove dan stasiun I

berada di dekat lahan konversi lahan mangrove menjadi lahan kelapa sawit,

tetapi ketiga stasiun memiliki kelimpahan yang masih banyak.

2. Hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah yang didapatkan,

pada stasiun I, stasiun II dan stasiun III terlihat bahwa pertumbuhan Ikan

Gulamah pada tiap stasiunnya bersifat allometrik negatif dengan nilai b < 3.

Dan nilai faktor kondisi masing-masing stasiunnya menunjukkan nilai FK > 1,

dimana hal ini menunjukkan bahwa kondisi Ikan Gulamah di perairan estuari

Suaka Margasatwa Karang Gading secara morfologi dapat dikatakan memiliki

kemontokan yang baik.

Saran

Penelitian ini merupakan data dasar dalam melakukan pengkajian stok

terhadap Ikan Gulamah (Johnius tracychephalus) di perairan estuari Suaka

Margasatwa Karang Gading. Dan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang studi

kelimpahan dan pertumbuhan Ikan Gulamah (Johnius trachycephalus) tersebut

dalam upaya pelestarian biota ini di alam. Serta perlindungan ekologi perlu

diperhatikan kelestariaannya sebagai habitat bagi komunitas biota didalamnya,

termasuk Ikan Gulamah (Johnius tracychephalus).

Universitas Sumatera Utara


58

DAFTAR PUSTAKA

Adil., D. Setiadi dan J. B. Hernowo. 2010. Hubungan Struktur Dan Komposisi


Jenis Tumbuhan Dengan Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan
Mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut,
Provinsi Sumatera Utara. 33(1):55-65.

Anwar, N. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan


Distribusi serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA Deli Serdang). 2008.

Barus, T., A. 2004. Pengantar Limnologi. [Buku] Medan. Universitas Sumatera


Utara (USU-Press).

Brandt, V. A. 1984. Fish Catching Methods of The World. Fishing News Book
Ltd, London. 418 p.

Brower, J. E., J. H. Zarv dan C. V. Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for
General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher, USA.

Dall, W., B. J. Hill., P. C. Rothlisberg dan D. J. Sharples. 1990. The Biology of


the Penaedae. di dalam: Blaxer JHS, Southward AJ. Eds): Marine
Biology 27. Academic Press, London.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.


163 h

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Gita, R. S. D. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Keanekaragaman


Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Hutan Mangrove Belok Bedul
Taman Nasional Alas Purwo. [Tesis]. Universitas Jember, Jember.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harteman, E. 2015. Korelasi Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Sembilang


(Plotosus canius) di Estuari Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Hewan
Tropika. 4(1). ISSN: 2301-7783.

Jumanto., A. Pratomo dan Muzahar. 2013. Struktur Komunitas Echinodermata di


Padang Lamun Perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjung Pinang.

Universitas Sumatera Utara


59

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH). 1988. Pedoman


Penetapan Baku Mutu Lingkungan Hidup. No. 02. Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH). 2004. Baku Mutu
Air Laut untuk Biota Laut. No. 51. Jakarta.

Kottelat, M., J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoadmojo. 1993. Freshwater


Fish of Indoneia and Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd, in
Collaboration with Enviromental Management Project. Ministry of State
for population and Enviroment. Jakarta: Republic of Indonesia.

Lignot, J. H., C. S. Pierrot dan G. Charmantier. 2000. Osmoregulatory Capacity


as a Tool in Monitoring the Physiological Condition and the Effect of
Stress in Crustaceans. Aquaculture Journal. 191:209-245.

Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater Pollution. Longman Scientific and


Technical, New York.

Mulfizar., Z. A. Muchlisin dan I. Dewiyanti. 2012. Hubungan Panjang Berat dan


Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala
Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 1 (1):1- 9.

Murniati. 2011. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Terbang (Exocoetidae) di


Perairan Majene, Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan


Eidman M, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M dan Sukristijono.
Cetakan ketiga , PT. Gramedia. Jakarta.

Officer CB. 1976. Physical Oceanography of Estuaries (and Associated Coastal


Waters). Wiley, New York.

Pauly, D. 1983. Some Simple Method for the Assesment of Tropical Stock. FAO.
Roma. 52 hlm.

Purwoko, A. 2009. Analisis Perubahan Fungsi Lahan di Kawasan Pesisir dengan


Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi
Kasus di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur
Laut). 4(3).

Robin, C.R., R.M. Bailey, C.E. Bond, J.R. Brooker, E.A. Lachner, R.N. Lea &
W.B. Scott, 1991. World fishes important to North Americans. Exclusive
of species from the continental waters of the United States and Canada.
Am. Fish. Soc. Spec. Publ. (21):243.

Romimohtarto, K dan S. S. Thayib. 1982. Kondisi Lingkungan Pesisir dan Laut di


Indonesia. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


60

Rounsefell, G. A dan W. H. Everhart. 1962. Fisheries Science its Methods and


Aplication. John Wiley and Sons Inc, New York.

Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang.
42 – 46. LIPI Tangerang, Banten.

Saputra, S. W., S. Rudiyanti dan A. Mahardhini. 2008. Evaluasi Tingkat


Eksploitasi Sumberdaya Ikan Gulamah (Johnius sp) Berdasarkan Data TPI
PPS Cilacap. 4(1):56-61.

Siagian, G., H. Wahyuningsih dan T. Barus. 2017. Struktur Populasi Ikan


Gulamah (Johnius Trachycephalus P.) di Sungai Barumun Kabupaten
Labuhan Batu Sumatera Utara. 3(2). ISSN:2460-6804.

Souhoka, J dan S. I. Patty. 2013. Pemantauan Kondisi Hidrologi dalam Kaitannya


dengan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Talise, Sulawesi
Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (3). ISSN: 2302-3589.
Sparre P and S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Suantika, I., Gede dan S. Sugiono. 2007. Biologi Kelautan. Penerbit UT, Jakarta.

Subagja, A. Wibowo, Marson. 2014. 2009. Pertumbuhan Ikan Semah (Tor


tambra, Valenciennes, 1842) di Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Jurnal BAWAL. 2 (4) : 133-138.

Sudibyo. 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil
Tangkapan Purse Seine di Pekalongan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. 80
hal.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika, edisi ke-3. Terjemahan Introduction to


statistic 3rd edition. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


61

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 1. Alat Tangkap Pukat Cincin Mini dan Pengoperasiannya

Alat tangkap Pukat Cincin Mini

Pengoperasian Pukat Cincin Mini

Universitas Sumatera Utara


63

Lampiran 2. Alat dan Bahan Penelitian

DO Meter Cold Box

Milimeter Block Timbangan Digital

Kantong Plastik GPS

Universitas Sumatera Utara


64

Lampiran 2. Lanjutan

Meteran Pukat Cincin Mini

Perahu Motor Kamera

Refraktometer Lux Meter

Universitas Sumatera Utara


65

Lampiran 2. Lanjutan

pH Meter Secci Disk

Bola Duga Tali Penduga

Es Batu Ikan Gulamah

Universitas Sumatera Utara


66

Lampiran 3. Pengukuran

Penentuan Lokasi Pengukuran Suhu

Pengukuran pH Pengukuran Salinitas

Pengukuran Kekeruhan Pengukuran Intensitas Cahaya

Universitas Sumatera Utara


67

Lampiran 3. Lanjutan

Pengukuran Panjang Ikan Pengukuran Berat Ikan

Universitas Sumatera Utara


68

Lampiran 4. Foto bersama Nelayan dan Tim Penelitian

Universitas Sumatera Utara


69

Lampiran 5. Nilai Rata-rata Parameter Fisika Kimia

Stasiun I

Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 30 28 28 28,6667
Kecerahan (cm) 50 44 48 47,3333
Intensitas Cahaya
(Candela) 202 190 186 192,667
Kecepatan Arus (m/detik) 0,58 0,63 0,59 0,6
Kedalaman (m) 3,7 4,1 3,9 3,9
pH 6,8 6,8 6,7 6,76667
Salinitas (‰) 28 29 27 28
Oksigen Terlarut (mg/l) 4,4 4,3 4,4 4,36667

Stasiun II

Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 31 29 31 30,3333
Kecerahan (cm) 75 70 73 72,6667
Intensitas Cahaya
(Candela) 252 255 263 256,667
Kecepatan Arus (m/detik) 0,81 0,85 0,84 0,83333
Kedalaman (m) 3,1 3,4 3,3 3,26667
pH 6,9 6,8 6,8 6,83333
Salinitas (‰) 30 29 29 29,3333
Oksigen Terlarut (mg/l) 5,1 5,3 5,3 5,23333

Stasiun III

Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 30 29 29 29,3333
Kecerahan (cm) 55 50 52 52,3333
Intensitas Cahaya
(Candela) 220 238 215 224,333
Kecepatan Arus (m/detik) 0,65 0,7 0,68 0,67667
Kedalaman (m) 3,5 3,7 3,7 3,63333
pH 6,9 6,7 6,7 6,76667
Salinitas (‰) 27 28 27 27,3333
Oksigen Terlarut (mg/l) 4,7 4,5 4,5 4,56667

Universitas Sumatera Utara


70

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai