SKRIPSI
SKRIPSI
Skripsi Ini Sebagai Salah Satu Diantara Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan Di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ABSTRACT
RIWAYAT HIDUP
bersaudara.
dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2008 – 2011 di SMP
Swasta Istiqlal Delitua dengan jurusan IPA pada tahun 2011 – 2014.
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2014.
Samudera Abadi “Fisheries and Cold Storage” (PT. ASSA) Sibolga, Sumatera
Utara.
Air pada tahun 2017-2018 dan asisten Laboratorium Rancangan Percobaan pada
tahun 2017-2018.
KATA PENGANTAR
Deli Serdang”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada ayahanda
dan ibunda tercinta Bapak Abdul Rahman dan Ibu Saini atas kasih sayang,
studi ini. Kepada abang saya Hagi Surya Putra, terima kasih atas doa dan
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Ibu Desrita, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing dan Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc
serta Bapak Indra Lesmana, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji yang telah
2. Bapak. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si selaku sekretaris
Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha kak Nur Asiah, A.Md. dan Bapak
Ashari Wardana.
5. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si, M.Si yang telah membantu penulis dalam
6. Kakek Haryono dan keluarga, serta Bapak Aldon dan keluarga yang telah
7. Tim penelitian Anggi Abdur Rohim, Indah Aulia Siregar dan Yusni As’ari
Ilham Syahputra, Indah Karina Lestari Lubis, Jaka Ramananda, Jeni Ariyanti,
Arlia Yusnita, Nurhayati Rambe, Siti Hamidah, Sri Wahyuni, Tiara Dwi
Sandri, Tri Hartati Uyun Matondang, Wawan Wajuna, Wini Aafini J. Harahap
9. Seluruh teman-teman MSP Angkatan 2014 yang telah bersama selama 4 tahun,
Sumberdaya Perairan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Rumusan Masalah .............................................................................. 2
Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3
Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Suaka Margasatwa Karang Gading ................................................... 5
Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Gulamah ........................................... 6
Pertumbuhan ...................................................................................... 7
Hubungan Panjang Berat ................................................................... 8
Faktor Kondisi ................................................................................... 9
Faktor Fisika Kimia Perairan
Suhu .......................................................................................... 9
pH .............................................................................................. 10
Intensitas Cahaya ...................................................................... 11
Oksigen Terlarut (DO) .............................................................. 11
Arus ........................................................................................... 12
Salinitas ..................................................................................... 12
Alat Tangkap Pukat Cincin Mini ....................................................... 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 14
Deskripsi Area
Stasiun 1 .................................................................................... 15
Stasiun 2 .................................................................................... 15
Stasiun 3 .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
15. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun I 28
16. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun
II ........................................................................................................... 29
17. Hubungan Panjang Berat Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun
III .......................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
4. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan panjang ikan pada stasiun
I, II dan III .............................................................................................. 31
5. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan berat ikan pada stasiun
I, II dan III .............................................................................................. 31
6. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS panjang Ikan Gulamah .......... 32
DAFTAR LAMPIRAN
3. Pengukuran ............................................................................................. 52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat
demersal. Ikan Gulamah bukan merupakan sasaran penangkapan utama dari alat
tangkap trammel net, gill net dan arad (by catch). Penurunan stok di alam dapat
disebabkan oleh akibat jumlah ikan yang ditangkap melebihi potensi lestarinya,
atau karena ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang matang gonad
berada dalam sampel yang diambil, semakin besar atau semakin tinggi tingkat
pengertian sebagai total individu suatu jenis yang mempunyai areal tertentu.
Untuk itu perlu dilakukan suatu sensus yaitu pencatatan terhadap jumlah individu
dengan mencatat jumlah individu yang terdapat dalam suatu arreal pengamatan
terhadap kelimpahan yang didukung oleh data yaitu mengenai distribusi dari
perairan yang terletak di pesisir timur Sumatera Utara dan banyak ditumbuhi
2008). Sungai Karang Gading merupakan salah satu aliran sungai besar yang
berada di perairan estuari Suaka Margasatwa Karang Gading selain dari aliran-
aliran paluh seperti Paluh Tabuan, Paluh Simai dan Paluh Palarangan yang
permintaan pasar yang terus meningkat terhadap komoditas ini karena ikan ini
digemari oleh masyarakat karena harganya yang murah dimana dari hasil
tangkapan nelayan 70% nya masuk ke pasaran sedangkan 30% dikonsumsi sendiri
serta harga Ikan Gulamah yang relatif murah yakni Rp. 10.000/kg yang
menjadikan ikan ini tinggi permintaannya di pasaran sehingga perlu adanya upaya
pengelolaan dimana hal diatas dapat dilihat pada kuisioner yang terdapat pada
berat dan faktor kondisi (Fk) di alam. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian
Rumusan Masalah
sedikit. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
Kerangka Pemikiran
dimana alat tangkap yang digunakan tidak ramah lingkungan dan pengkonversian
serta menjadi lahan kelapa sawit. Data biologi yang diukur meliputi; kelimpahan
Ikan Gulamah. Sedangkan data fisik kimia yang diukur meliputi; kedalaman air,
kecepatan arus, kecerahan air, suhu air, salinitas air, pH air dan DO. Adapun
Intensifikasi Konversi
Penangkapan Lahan
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kelangsungan sumber daya itu.
(Purwoko, 2009).
Laut dengan luas ± 15.765 secara administratif pemerintahan terdiri dari dua
kawasan yang terletak di dua Kabupaten yakni Langkat Timur Laut dengan luas ±
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan hutan mangrove ini
sangat rentan dengan tingkat konversi dan eksploitasi lahan yang cukup tinggi
akibat jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain
itu, kawasan ini juga telah menjadi konflik kepentingan berupa pengkonversian
berdampak pada perubahan ekologis dan ekonomis, yang secara tidak langsung
Ikan Kepala Batu atau yang biasa disebut Ikan Gulamah merupakan ikan
yang habitatnya di perairan pantai hingga ke laut dangkal dan sungai. Ikan ini
memiliki bentuk tubuh memanjang dan seluruh bagian tubuhnya tertutup sisik
kecuali ujung kepala. Sirip punggung tidak terputus, dengan lekukan yang dalam
antara bagian sirip yang berjari-jari keras dengan bagian sirip yang berjari-jari
lemah. Ikan ini menjadikan ikan-ikan kecil dan udang sebagai makanannya
Gulamah (J. trachycephalus) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan laut
dan payau. Pakan alaminya adalah ikan kecil, udang, serasah. Ikan ini
untuk pengasuhan anak. Ikan Gulamah hidup di perairan yang bersuhu rendah,
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Sciaenidae
Genus : Johnius
Pertumbuhan
Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator
populasi dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang
tepat tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan
daur hidup ikan, seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat
konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan
yang nilainya berada antara 2,5 dan 3,5, biasanya mendekati 3. Berdasarkan hasil
plotting terhadap data panjang - berat dari berbagai macam jenis ikan dengan
jumlah sampel yang sangat besar dan apabila terdapat nilai b<2,5 atau b>3,5 data
tersebut kemungkinan berasal dari kelompok sampel yang kecil ataupun terdapat
alometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang
panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan
sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan yang terdapat pada ikan
sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan
melakukan analisa hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan
ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut
sebagai satu fungsi dari panjang. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai
pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu tertentu, sedangkan
(Effendie, 2002).
Faktor Kondisi
produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan. Faktor kondisi ini
pertumbuhan. Secara umum nilai faktor kondisi ketiga jenis ikan yang diteliti
tidak berbeda. Namun, nilai faktor kondisi yang di peroleh ikan belanak lebih
besar dibandingkan kedua jenis ikan lain. Ikan dengan faktor kondisi yang lebih
tinggi diharapkan akan memiliki fekunditas lebih tinggi daripada ikan dengan
Faktor kondisi digunakan untuk menilai kondisi biologis ikan, produktifitas dan
kondisi fisiologis dari populasi ikan. Faktor nutrisi, suhu dan tekanan fisiologis
kemampuan renang dalam mencari sumber pakan lebih luas dan kemampuan
Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menduga keberadaan organisme dalam suatu perairan, khsusnya ikan. Hal ini
permukaan laut pada suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi sinar
suhu air laut baik secara horizontal, mingguan, bulanan maupun tahunan. Suhu
melakukan pemijahan bahkan dengan suatu siklus musiman yang tertentu untuk
melakukan pemijahan bahkan dengan suatu siklus musiman yang tertentu pula
(Gunarso, 1985).
Suhu yang umum dijumpai di perairan laut Indonesia berkisar antara 27-
320C. Suhu ini juga masih sesuai untuk kehidupan biota laut (ikan dan
sebagainya), suhu untuk biota laut adalah berkisar antara 28-320C dan
diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 20C dari suhu alami. Sejauh ini,
kisaran suhu yang teramati masih dalam batas kisaran optimal suhu air laut yaitu
pH
Variasi nilai derajat keasaman (pH) air laut dapat dijadikan sebagai salah
satu identifikasi kualitas air laut. Pada kisaran nilai pH tertentu dapat
keasaman (pH) di perairan ini berkisar antara 6,91-8,18. Variasi nilai ini masih
dalam batas aman untuk pH suatu perairan. Umumnya pH air laut relatif stabil
dengan kisaran antara 7,5-8,4. Batasan pH yang ideal bagi biota laut nilainya
berkisar antara 6,5-8,5. Nilai pH untuk biota laut berkisar antara 7-8,5. pH di
suatu perairan yang normal berkisar antara 8,0-8,3. Nilai pH yang baik untuk
Intensitas Cahaya
Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang
(aktif pada malam hari) pada intensitas cahaya maksimum akan dirangsang untuk
(aktif pada siang hari) akan memberikan reaksi sebaliknya, mereka akan
pemisahan spesies yang nyata antara siang dan malam hari, sehingga akan
Penetrasi cahaya pada daerah peralihan antara lautan dan daratan mungkin
mencapai 10 sampai 20 meter. Pasang surut terjadi pada zona ini dikarenakan
adanya interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan sistem bulan. Pasang yang
menunjukan kisaran terbesar terjadi bila matahari dan bulan terletak sejajar dan
pasang yang menunjukan kisaran minimun terjadi bila matahari dan bulan
membentuk sudut siku-siku. Zona ini yang terletak di antara pasang tertinggi dan
surut terendah atau zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi lautan
ke kondisi daratan sehingga berbagai macam organisme terdapat dalam zona ini
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
dalam suatu perairan berasal dari hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
satu perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, perggerakan massa air dan
Oksigen di dalam badan perairan dapat berasal dari oksigen atmosferik dan hasil
kedalaman 10-20m berkisar antara 4-6 ppm. Semakin dalam badan perairan, DO
cahaya matahari.. Di bawah zona tersebut kadar oksigen akan kembali meningkat.
Hal yang dapat mengurangi kandungan oksigen di badan perairan antara lain
adalah proses metabolisme organisme laut dan atau estuari dan proses penguraian
Arus
Arus berperan dalam transportasi ikan dan larva di laut. Adanya arus yang
berlawanan akan menjadi perangkap bagi keberadaan makanan ikan di laut. Arus
merupakan hal sangat penting kaitannya degan iklim, arus juga membawa
organisme plankton dalam jumlah yang besar dari tempat asalnya secara periodik.
Pola aliran arus juga menentukan pola karakteristik penyebaran nutrien, transport
sedimen, plankton, ekosistem laut dan geomorfologi pantai. Pada daerah teluk,
pola aliran air lebih didominasi oleh pasang surut dan angin (Anwar, 2008).
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung bahwa kecepatan arus
langsung yaitu dapat mempengaruhi tingkah laku. Arus air yang cukup kuat akan
Salinitas
lingkungan. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di
laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30 – 36 ˚/◦◦. Sedangkan larva ikan biasanya
memilih perairan dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik
terlalu tinggi atau terlalu rendah dan memiliki fluktuasi lebar dapat menyebabkan
kematian embrio dan larva. Untuk daerah pesisir salinitas yang baik bagi
organisme berkisar antara 32-34 ˚/◦◦, pada laut terbuka salinitas berkisar 33-37 ˚/◦◦
Alat tangkap pukat cincin dapat menangkap ikan pada segala macam
ukuran baik mulai dari ikan kecil-kecil hingga ikan-ikan besar tergantung pada
ukuran mata jaring yang digunakan. Alat tangkap yang melingkari kawanan ikan
mencari kawanan ikan, tingkah laku spesies ikan yang dituju dan sifat-sifat
tenaga mesin, bahan bakar minyak, ukuran jaring, lama operasi dan jumlah tenaga
Pukat cincin (purse seine) mini termasuk kedalam alat tangkap modern
yang dioperasikan secara aktif, yaitu dengan cara mengejar dan melingkari
kawanan ikan dengan jaring yang membentuk kerucut. Alat tangkap tersebut
merupakan hasil modifikasi dari alat tangkap sebelumnya, yaitu lampara dan ring
net. Alat tangkap ini memiliki ciri-ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris
bawah. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya, seperti lampara
dan ring net, yang mempunyai tali ris atas lebih panjang dari tali ris bawahnya.
METODE PENELITIAN
di lokasi penelitian (Jumanto et al., 2013) yang dibagi menjadi 3 stasiun penelitian
berdasarkan zona alami dan zona pemanfaatan. Penelitian ini dilakukan dengan 3
Deskripsi Area
Stasiun I
Stasiun ini berada di Paluh Tabuan bagian hulu dengan lebar perairan
estuari 25-30 m. Stasiun ini berada di dekat lahan konversi lahan mangrove
menjadi lahan kelapa sawit. Secara geografis stasiun ini terletak pada kordinat
Stasiun ini berada di Paluh Palarangan bagian hulu. Stasiun ini merupakan
Stasiun III
Stasiun ini berada di Paluh Simai dengan lebar 20-25 m. Stasiun ini dekat
dengan pengoperasian alat tangkap ambe. Secara geografis terletak pada kordinat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap pukat cincin
mini, refraktometer, termometer Hg, pH meter, secchi disk, lux meter, timbangan
analitik, tali penduga, cool box, jangka sorong, Global Positioning System (GPS),
Bahan yang digunakan adalah batu es, kertas milimeter blok dan kertas
label serta alat tulis. Parameter yang diukur, alat/bahan, dan tempat pengukuran
II. KIMIA
Prosedur Penelitian
cahaya, kedalaman air, kecerahan air, kecepatan arus, pH air, oksigen terlarut, dan
(pertambakan dan perkebunan), menggunakan pukat cincin mini yang terbuat dari
bahan nilon polifilamen dengan spesifikasi (mesh size) 2 inci. Pukat cincin mini
melakukan sampling pada pukul 08.00 WIB ke stasiun I hingga pukul 10.30 WIB,
dilanjutkan ke stasiun II mulai pukul 10.30 WIB sampai pukul 12.30 setelah dari
stasiun II kemudian istirahat sampai pukul 13.30 WIB, dan terakhir melakukan
sampling di stasiun III mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB.
Pengambilan sampel dengan cara menarik pukat cincin mini menggunakan perahu
hanya dilakukan satu kali penarikan pukat cincin mini sepanjang 10 m di setiap
diminimalisir.
diukur panjang tubuh total dan berat tubuh Ikan Gulamah, selanjutnya dilakukan
analisis yang meliputi kelimpahan individu, pertumbuhan dan faktor kondisi Ikan
Gulamah.
Analisis Data
ni
i 1
N
A
c = Kelas
ditambahkan dengan lebar kelas dikurangi satu untuk mendapatkan batas atas
seluruhnya.
panjang berat melalui analisis regresi linier (Sparre dan Venema, 1999) adalah
sebagai berikut:
W= a Lb
a dan b = konstanta
b0 = Intercept (3)
(r) yang diperoleh dari rumus √R². Nilai mendekati 1 (r>0,7) menggambarkan
dinamakan faktor kondisi atau ponderal indeks. Analisis faktor kondisi dilakukan
W
K
aLb
a dan b = konstanta
Hasil
Tabel 2. Nilai rata-rata kualitas air di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang
Gading pada stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Parameter Stasiun
I II III
Suhu perairan (ºC) 28,6 30,3 29,3
Kecerahan air (cm) 47,3 72,6 52,3
Kedalaman air (m) 3,9 3,3 3,6
Kecepatan arus 0,6 0,8 0,7
(m/detik)
Salinitas air (‰) 28 29,3 27,3
pH air 6,7 6,8 6,7
Oksigen terlarut 4,4 5,2 4,6
(mg/l)
perairan dapat dilihat pada Tabel 2 (dapat dilihat pada Lampiran 5). Penelitian ini
dilakukan di 3 stasiun berbeda yaitu stasiun Paluh Tabuan bagian hulu, stasiun
Paluh Palarangan bagian hulu dan stasiun Paluh Simai. Parameter kualitas air
yang diukur terdiri dari parameter fisika dan kimia (suhu, kecerahan, kedalaman,
terdapat di stasiun II (Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 30,3 ºC dan terendah di
stasiun I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 28,6 ºC. Kecerahan tertinggi terdapat
di stasiun II (Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 72,6 cm dan terendah di stasiun
I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 47.3 cm. Kedalaman tertinggi terdapat di di
stasiun I (Paluh Tabuan bagian hulu) yaitu 3,9 m dan terendah di stasiun II (Paluh
(Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 29,3 ‰ dan terendah di stasiun I (Paluh
Palarangan bagian hulu) yaitu 6,8 dan terendah di stasiun I (Paluh Tabuan bagian
hulu) dan stasiun III (Paluh Simai) yaitu 6,7. DO tertinggi terdapat di stasiun II
(Paluh Palarangan bagian hulu) yaitu 5,2 mg/l dan terendah di stasiun I (Paluh
ekor. Jumlah ikan yang paling banyak tertangkap yaitu pada stasiun II sebanyak
105 ekor, kemudian pada stasiun III sebanyak 89 ekor dan pada stasiun I sebanyak
terendah. Hasil tangkapan Ikan Gulamah yang didapatkan setiap stasiun selama
Gambar 8. Hasil tangkapan Ikan Gulamah berdasarkan stasiun I, II dan III selama
60 hari penelitian
ekor. Jumlah ikan yang paling banyak tertangkap yaitu Ikan Gulamah Betina
sebanyak 136 ekor dan Ikan Gulamah Jantan sebanyak 134 ekor. Hasil tangkapan
Ikan Gulamah yang didapatkan berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina
Gambar 9. Hasil tangkapan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin (jantan dan
betina) selama 60 hari penelitian
Aspek Pertumbuhan
paling tinggi pada stasiun II dengan nilai kelimpahan sebesar 1,5 ind/m2, diikuti
stasiun III dengan nilai kelimpahan sebesar 1,271 ind/ m2 dan stasiun I paling
rendah dengan nilai kelimpahan sebesar 1,085 ind/m2. Nilai kelimpahan Ikan
Gulamah setiap stasiun stasiun selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kelimpahan Ikan Gulamah pada stasiun I, II dan III selama 60 hari
penelitian
paling tinggi pada Ikan Gulamah Betina dengan nilai kelimpahan sebesar 1,94
ind/m2 dan terendah Ikan Gulamah Jantan dengan nilai kelimpahan sebesar 1,91
ind/ m2. Nilai kelimpahan Ikan Gulamah berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
Gambar 11. Kelimpahan Ikan Gulamah Berdasarkan Jenis Kelamin (jantan dan
betina)
Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun I
yaitu pada selang kelas 84-85 mm sebanyak 16 ekor dan hasil tangkapan yang
paling sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 0 ekor. Sedangkan pada
Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun I yaitu pada
selang kelas 84-85 mm yaitu sebanyak 14 ekor dan hasil tangkapan yang paling
sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 1 ekor. Distribusi Frekuensi
Gambar 12. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun I selama 60
hari penelitian
Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun
II yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 25 ekor dan hasil tangkapan yang
paling sedikit yaitu pada selang kelas 91-92 mm yaitu 2 ekor. Sedangkan pada
Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun II yaitu pada
selang kelas 85-86 mm yaitu sebanyak 22 ekor dan hasil tangkapan yang paling
sedikit yaitu pada selang kelas 91-92 mm yaitu 0 ekor. Distribusi Frekuensi
Gambar 13. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun II selama 60
hari penelitian
Jumlah Ikan Gulamah jantan yang paling banyak tertangkap pada stasiun
III yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 15 ekor dan hasil tangkapan yang
paling sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm yaitu 1 ekor. Sedangkan pada
Ikan Gulamah betina yang paling banyak tertangkap pada stasiun III yaitu pada
selang kelas 87-88 mm yaitu sebanyak 16 ekor dan hasil tangkapan yang paling
sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm yaitu 1 ekor. Distribusi Frekuensi
Gambar 14. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Gulamah pada stasiun I selama 60
hari penelitian
Dari hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah jantan dan
(R2) jantan 0,849 dan betina 0,871. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di
Gambar 15. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun I selama 60 hari penelitian
Dari hasil analisis hubungan panjang-berat Ikan Gulamah jantan dan
(R2) jantan 0,931 dan betina 0,798. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di
Gambar 16. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun II selama 60 hari penelitian
(R2) jantan 0,913 dan betina 0,917. Kurva analisis panjang-berat Ikan Gulamah di
Gambar 17. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Gulamah jantan dan betina pada
stasiun II selama 60 hari penelitian
Persamaan panjang dan berat ikan diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
Ikan Gulamah jantan dan betina di stasiun I mendekati 1 yaitu jantan 0,849 dan
betina 0,871. Pada stasiun II juga mendekati 1 yaitu jantan 0,931 dan betina 0,798.
Serta pada stasiun III juga mendekati 1 yaitu jantan 0,913 dan betina 0,917.
standart error berdasarkan panjang dan berat. Dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan panjang Ikan Gulamah
pada stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun
I II III
121,960 a 114,040 a 110,140 a
I (3,699) (2,534) (3,291)
121,030 a 118,140 a 122,700 b
II (2,550) (2,054) (3,047)
144,350 b 129,460 b 126,790 b
III (3,256) (2,297) (3,112)
Tabel 5. Nilai rata-rata dan standart error berdasarkan berat Ikan Gulamah pada
stasiun I, II dan III selama 60 hari penelitian
Sampel
Stasiun
I II III
19,267 a 15,353 a 14,460 a
I (1,752) (0,813) (1,135)
18,639 a 18,371 b 19,247 b
II (1,202) (0,866) (1,027)
30,617 b 21,867 c 21,271 b
III (2,130) (1,125) (1,451)
abc: Perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar
stasiun
yang sangat nyata terhadap peningkatan panjang dan berat Ikan Gulamah di
Pembahasan
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas dalam perairan dan berperan
suhu air tertinggi dijumpai pada stasiun 2 (Tabel 2). Tingginya suhu air pada
suhu air di stasiun 2 dilakukan pada hari masih cerah (sekitar pukul 12.00 WIB),
sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air juga sedikit lebih
perairan estuari Suaka Margsatwa Karang Gading tidak jauh berbeda dan masih
dalam batas toleransi yakni kisaran 28,3-30,3 0C yang baik untuk mendukung
Ikan Gulamah. Saputra (2008), menyatakan bahwa kondisi suhu ini sangat
25–320C.
Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu sebesar 0,8 m/s
mengikuti stasiun II 0,7 m/s dan terendah terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 0,6
m/s. Hal ini terjadi karena letak stasiun I yang sudah mendekati muara dan lebar
stasiun I lebih lebar dibandingkan stasiun II dan III. Hal ini sesuai dengan Siahaan
et. al. (2012), kecepatan arus sungai berfluktuasi yang semakin melambat ke
bagian hilir. Faktor gravitasi, lebar sungai dan material yang dibawa oleh air
berarus sangat deras jika kecepatan arus > 1 m/detik, berarus deras yaitu 0,5 - 1
m/detik, berarus sedang yaitu 0,25 - 0,5 m/detik, berarus lambat 0,1 - 0,5 m/detik,
dan berarus sangat lambat yaitu 0,1 - 0,25 m/detik. Dari hasil penelitian yang
didapatkan bahwa ketiga stasiun dalam penelitian ini termasuk kedalam perairan
berarus deras yang memiliki nilai masing-masing stasiun sebesar 0,6 m/s;0,7 m/s
tertinggi terjadi di salah satu stasiun penelitian dibandingkan dua stasiun lainnya
yang terdapat pada stasiun II yakni 29,3 ‰. Dimana pada stasiun II lebih tinggi
diakibatkan karena suhu intensitas cahaya matahari pada stasiun ini lebih tinggi
tinggi pula disamping itu stasiun Iiini juga berada dekat dengan muara sehingga
besar pengaruh pasang surut di stasiun ini. Hal ini sesuai dengan Nybakken
(1992), yang menyatakan bahwa salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah
suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya
perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-
35‰ dan air tawar 0,5-5‰. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi
oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut
masing stasiun mulai stasiun I sampai III yakni 6,7; 6,8 dan 6,7. Dari nilai pH
tersebut bahwa nilai pH tersebut masih tergolong netral karena masih mendekati
7. Dimana menurut Barus (2004), organisme air dapat hidup dalam suatu perairan
yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah
sampai basah. Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan
organisme yang mempunyai toleransi sempit terhadap fluktuasi pH, dan euryion,
yaitu organisme air yang mempunyai toleransi luas terhadap fluktuasi pH.
sebesar 4,4 mg/l; stasiun II sebesar 5,2 mg/l dan pada stasiun III sebesar 4,6 mg/l.
Gading terutama pada ketiga stasiun penelitian ini masih dalam batas toleransi
yang baik dan diperbolehkan bagi lingkungan perikanan. Hal ini sesuai dengan
terlarut yang diperbolehkan untuk badan air golongan C (perikanan) adalah lebih
Kecerahan air pada tiap stasiun menunjukkan nilai yang berkisar antara
penelitian sebesar 3,6 m. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004) tentang baku mutu air laut untuk biota laut,
yang menyatakan bahwa nilai baku mutu untuk kecerahan air laut adalah > 3 m.
Bila kecerahan air < 3 m maka perairan tersebut dapat dikategorikan keruh.
Ikan Gulamah yang tertangkap pada saat penelitian sebanyak 270 ekor.
alat tangkap pukat cincin mini(mengikuti kebiasaan masyarakat setempat). Hal ini
sesuai dengan Siagian et al, (2017), yang menyatakan bahwa Ikan Gulamah
(Johnius trachycephalus) merupakan salah satu jenis ikan demersal yang banyak
ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan trammel net dan gill net, payang
dan pukat.
dalam penelitian tertangkap Ikan Gulamah sebanyak 270 ekor yang terdiri dari
134 ekor gulamah jantan dan 136 ikan betina. Ikan Gulamah (J. trachycephalus)
termasuk jenis ikan karnivora. Ikan gulamah (J. trachycephalus) merupakan jenis
ikan yang hidup di perairan laut dan payau (Robin et al., 1991). Pakan alaminya
adalah ikan kecil, udang, serasah (Kottelat et al., 1993). Ikan ini menggunakan
anak.
Aspek Pertumbuhan
stasiun II sebesar 1,5 ind/m2 dan terendah pada stasiun I sebesar 1.085 ind/m2. Hal
ini terjadi karena ekosistem di stasiun II yang masih alami yaitu tersusun oleh
ekosistem mangrove dan stasiun I berada di dekat lahan konversi lahan mangrove
menjadi lahan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan Kottelat et al, (1993), yang
ikan demersal atau benthopelagik pada daerah pantai dan muara-muara sungai
kelimpahan tertinggi terjadi pada stasiun II sebesar 1,5 ind/m2 dan terendah pada
sehingga menyebabkan melimpahnya bahan organik untuk kepiting bakau. Hal ini
menggambarkan proses perubahan air yang tidak saja berasal dari masukan
bahan-bahan asam tetapi juga perubahan tidak langsung dari aktivitas metabolic
biota perairan.
yaitu pada selang kelas 84-85 mm sebanyak 16 ekor jantan dan 14 ekor betina dan
hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas 90-91 mm yaitu 0 ekor
dan 1 ekor betina, pada stasiun II tertinggi jantan yaitu pada selang kelas 87-88
mm sebanyak 25 ekor dan tertinggi betina pada selang kelas 85-86 mm yaitu
sebanyak 22 ekor dan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas
91-92 mm yaitu 2 ekor jantan dan 0 ekor betina, serta pada stasiun III tertinggi
yaitu pada selang kelas 87-88 mm sebanyak 15 ekor jantan untuk dan 16 ekor
betina dan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu pada selang kelas 83-84 mm
yaitu 1 ekor jantan dan 1 ekor betina. Hal ini sesuai Subagja et. al. (2009), yang
yaitu pada stasiun I sebesar 0,849 (jantan) dan 0,871 (betina), stasiun II nilai
0,931 (jantan) dan 0,798 (betina) dan pada stasiun III nilai 0,913 (jantan) dan
0,917 (betina). Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan panjang dan berat
tubuh Ikan Gulamah memiliki korelasi yang sangat kuat, ini berarti apabila
diduga karena kondisi perairan yang mampu mendukung kehidupan ikan yang
tertangkap cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Walpole (1992), dimana
dan nilai menjauhi 1 (r<0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara
keduanya.
Hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah yang didapatkan,
pada stasiun I nilai b = 2,491 (jantan) dan 2,488 (betina), stasiun II nilai b = 2,965
(jantan) dan 2,977 (betina) dan pada stasiun III nilai b = 2,994 (jantan) dan 2,989
(betina). Dari hasil tersebut terlihat bahwa pertumbuhan Ikan Gulamah pada tiap
stasiunnya bersifat allometrik negatif dengan nilai b < 3. Berdasarkan nilai b yang
panjang Ikan Gulamah lebih cepat dari pertambahan berat tubuhnya. Effendie
nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3, pertumbuhan dikatakan allometrik atau
Mulfizar et al. (2012) Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah
kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan
teknik sampling.
Hasil analisis ANOVA pada SPSS untuk hubungan panjang dan berat Ikan
dibandingkan dengan stasiun I dan III. Hal ini disebabkan karena ekosistem
penyusun stasiun I yang masih alami yaitu terdapat ekosistem mangrove alami
yang terdapat disana, sedangkan pada kedua stasiun lainnya ada pemanfaatan
menjadi lahan kelapa sawit sedangkan stasiun III terdapat pengoperasian alat
tangkap ambe. Hal ini sesuai dengan Kottelat et al, (1993), yang menyatakan
bahwa biota perairan dapat hidup lebih baik pada ekosistem yang alami seperti
Faktor Kondisi
kemontokkan Ikan gulamah tersebut akan semakin tinggi. Hal ini juga
ini dijelaskan dalam Effendie (1997), yang menyatakan bahwa faktor kondisi
adalah keadaan yang menyatakan kemontokkan ikan dengan angka dan nilai yang
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan dan tingkat kematangan gonad
(TKG).
Hasil analisis terhadap faktor kondisi Ikan Gulamah pada tiap stasiun
mendapatkan nilai faktor kondisi menunjukkan nilai FK > 1 atau nilai masing-
masing setiap stasiunnya yakni sebesar 1,007 (jantan) dan 1,006 (betina) pada
stasiun I; 1,003 (jantan) dan 1,016 (betina) pada stasiun II; 1,003 (jantan) dan
1,004 (betina) pada stasiun III. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Ikan Gulamah
dikatakan memiliki kemontokan yang baik. Hal ini sesuai dengan Effendie
menunjukkan bentuk yang kurang pipih (montok). Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa kondisi tubuh Ikan Gulamah masih dalam kondisi baik.
Rekomendasi Pengelolaan
lahan kelapa sawit serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
trachycephalus).
sumberdaya ikan ini adalah dengan menerapkan pemakaian alat tangkap yang
ramah lingkungan sehingga hasil tangkapan yang ada tidak mencakup segala
ukuran sehingga ikan yang masih dalam tahap juvenil tidak ikut tertangkap oleh
alat tangkap nelayan. Selain itu juga perlu dilakukannya upaya restocking yaitu
Suaka Margasatwa Karang Gading yang kurang jumlah Ikan Gulamah ini), ikan
yang ditebar tentunya harus sesuai dengan habitat dan ukurannya, dengan tujuan
penebaran ini yakni untuk menambah populasi ikan agar tetap lestari dan untuk
menjadi lahan kelapa sawit agar memikirkan hal ini dengan matang, sehingga
terlebih lingkungan alami. Karena dari hasil penelitian hasil tangkapan Ikan
Gulamah di lokasi yang dekat dengan lahan konversi ini lebih sedikit
dibandingkan dengan lokasi yang lainnya. Dan yang terakhir masyarakat sekitar
dapat melakukan pembudidayaan terhadap Ikan Gulamah ini, yaitu dengan cara
baru/mengambil ikan dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang
Suaka Margasatwa Karang Gading Deli Serdang bahwasanya ikan yang memiliki
nilai ekonomis rendah termasuk Ikan Gulamah pada saat sekarang ini menjadi
Kesimpulan
stasiun III dan terendah stasiun I. Hal ini terjadi karena ekosistem di stasiun II
yang masih alami yaitu tersusun oleh ekosistem mangrove dan stasiun I
berada di dekat lahan konversi lahan mangrove menjadi lahan kelapa sawit,
2. Hasil analisis hubungan panjang dan berat Ikan Gulamah yang didapatkan,
pada stasiun I, stasiun II dan stasiun III terlihat bahwa pertumbuhan Ikan
Gulamah pada tiap stasiunnya bersifat allometrik negatif dengan nilai b < 3.
dimana hal ini menunjukkan bahwa kondisi Ikan Gulamah di perairan estuari
Saran
Margasatwa Karang Gading. Dan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang studi
dalam upaya pelestarian biota ini di alam. Serta perlindungan ekologi perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brandt, V. A. 1984. Fish Catching Methods of The World. Fishing News Book
Ltd, London. 418 p.
Brower, J. E., J. H. Zarv dan C. V. Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for
General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher, USA.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kepmen LH). 2004. Baku Mutu
Air Laut untuk Biota Laut. No. 51. Jakarta.
Pauly, D. 1983. Some Simple Method for the Assesment of Tropical Stock. FAO.
Roma. 52 hlm.
Robin, C.R., R.M. Bailey, C.E. Bond, J.R. Brooker, E.A. Lachner, R.N. Lea &
W.B. Scott, 1991. World fishes important to North Americans. Exclusive
of species from the continental waters of the United States and Canada.
Am. Fish. Soc. Spec. Publ. (21):243.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang.
42 – 46. LIPI Tangerang, Banten.
Suantika, I., Gede dan S. Sugiono. 2007. Biologi Kelautan. Penerbit UT, Jakarta.
Sudibyo. 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil
Tangkapan Purse Seine di Pekalongan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. 80
hal.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Lanjutan
Lampiran 2. Lanjutan
Lampiran 3. Pengukuran
Lampiran 3. Lanjutan
Stasiun I
Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 30 28 28 28,6667
Kecerahan (cm) 50 44 48 47,3333
Intensitas Cahaya
(Candela) 202 190 186 192,667
Kecepatan Arus (m/detik) 0,58 0,63 0,59 0,6
Kedalaman (m) 3,7 4,1 3,9 3,9
pH 6,8 6,8 6,7 6,76667
Salinitas (‰) 28 29 27 28
Oksigen Terlarut (mg/l) 4,4 4,3 4,4 4,36667
Stasiun II
Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 31 29 31 30,3333
Kecerahan (cm) 75 70 73 72,6667
Intensitas Cahaya
(Candela) 252 255 263 256,667
Kecepatan Arus (m/detik) 0,81 0,85 0,84 0,83333
Kedalaman (m) 3,1 3,4 3,3 3,26667
pH 6,9 6,8 6,8 6,83333
Salinitas (‰) 30 29 29 29,3333
Oksigen Terlarut (mg/l) 5,1 5,3 5,3 5,23333
Stasiun III
Rata-
Parameter I.1 I.2 I.3 Rata
Suhu (°C) 30 29 29 29,3333
Kecerahan (cm) 55 50 52 52,3333
Intensitas Cahaya
(Candela) 220 238 215 224,333
Kecepatan Arus (m/detik) 0,65 0,7 0,68 0,67667
Kedalaman (m) 3,5 3,7 3,7 3,63333
pH 6,9 6,7 6,7 6,76667
Salinitas (‰) 27 28 27 27,3333
Oksigen Terlarut (mg/l) 4,7 4,5 4,5 4,56667