Anda di halaman 1dari 76

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI

CASANOVA DESA NAMU SURO KECAMATAN


BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

BENNY ARIANTA
130302010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI
CASANOVA DESA NAMU SURO KECAMATAN
BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

BENNY ARIANTA
130302010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI
CASANOVA DESA NAMU SURO KECAMATAN
BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

BENNY ARIANTA
130302010

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Benny Arianta

NIM : 130302010

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Keanekaragaman jenis Ikan di

Perairan Sungai Casanova Desa Namu Suro Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli

Serdang” merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ini telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Nopember 2018

Benny Arianta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LEMBAR PENGESAHAN

Judul penelitian : Keanekaragaman jenis Ikan di Perairan Sungai Casanova Desa


Namu Suro Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang

Nama Mahasiswa : Benny Arianta

NIM : 130302010

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Dr. Eri Yusni. M.Sc. Zulham Apandy Harahap, S. Kel,M. Si


Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Eri Yusni. M.Sc


Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI
CASANOVA DESA NAMU SURO KECAMATAN
BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG
PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan judul Keanekaragaman Ikan di Sungai


Casanova, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian
ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu tiga stasiun penelitian yang
berbeda berdasarkan aktivitas masyarakat. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga
stasiun dengan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan Keanekaragaman
Ikan di Sungai Casanova terdiri dari dua ordo, dua famili, enam genus dan empat
species. Keanekaragaman Ikan yang diperairan Sungai Casanova Kecamatan Sibiru-biru
Kabupaten Deli serdang diklasifikasikan sebanyak dua ordo, empat famili dan empat
spesies. Spesies-spesies yang diperoleh adalah Oreochromis niloticus, Hampala
macrolepidota, Mystacoleucus marginatus, Barbodes Schwanenpeldi . Nilai total
kelimpahan Ikan tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu sebesar 0,27 ind/m2 dan yang
terendah pada stasiun I dan III yaitu sebesar 0,26 ind/m2 dan 0,2 ind/m2.
Indeks keanekaragaman ikan tergolong rendah yaitu berkisar 0,92 ind/m2
sedangkan indeks keseragaman yaitu sebesar 1,46 ind/m2 yang menunjukan keseragaman
ikan yang merata, indeks Dominansi berkisar 0,62 sehingga spesisies yg dominan adalah
Oreochromis niloticus. Kecepatan arus, dan Kecerahan berkorelasi signifikan terhadap
keanekaragaman ikan.

Kata kunci: Ikan, Keanekaragaman, Sungai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DIVERSIFICATION OF TYPES OF FISH IN THE RIVER WATER
CASANOVA DESA NAME SURO SUB DISTRICT
BIRU-BIRU DISTRICT DELI SERDANG
NORTH SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

Research has been conducted with the title of Diversity of Fish in Casanova
River, District of Biru-biru, Deli Serdang Regency, North Sumatera. This research is
done by purposive sampling method that is three different research station based on
community activity. Sampling was conducted 10 repetitions at each research station. The
results showed that the diversity of fish in the Casanova River consists of two orders, two
families, six genera and four species. The diversity of fish that is watered by the
Casanova River blue-Sibiru District Deli Regency is classified into two orders, four
families and four species. The species obtained are Oreochromis niloticus, Hampala
macrolepidota, Mystacoleucus marginatus, Barbodes Schwanenpelldi. The highest total
abundance value of Fish was found in station II that is equal to 0,27 ind / m2 and the
lowest at station I and III that is equal to 0,26 ind / m2 0,2 ind / m2.
The index of diversity of fish was lowers 0.92 ind / m2 while the uniformity index
was found 1.46 which shows uniform fish uniformity, the dominance index is around
0.62 so that the dominant species is Oreochromis niloticus. Current velocity, and
Brightness correlate significantly to fish diversity.

Keywords: Fish, Diversity, River.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat rahmat serta

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “ Keanekaragaman

ikan di Sungai Casanova Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini

merupakan satu diantara beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebenar-benarnya kepada:

1. Kedua orangtua penulis, ayahanda tercinta Beren Beluh Ginting dan ibunda

tercinta Bunga Br Tarigan yang telah memberi dukungan doa, semangat dan

materil kepada penulis.

2. Ibu Dr. Eri Yusni. M.Sc. Selaku Ketua Komisi Pembimbing Bapak Zulham

Afandy, S.Kel, M.Si S. Kel,M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan ilmu, masukan arahan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi, dan Bapak Zulham Afandy,

S.Kel, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

serta Bapak Ibu dosen, staf pengajar dan pegawai di lingkungan Progam Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Kepada saudara/i penulis Ariandi Prayoga dan Novita Sari yang sangat penulis

sayangi yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini

5. Rekan-rekan penulis Dapot Harianto Nababan, Habib Athansyah Putra, Arif

Nuhalin Nasution, Arief Persadanta Bangun, Ira Mutiara Lumbanggaol, Yuli

Wulandari, Sara Silva Br Ginting, Winni J Simbolon . serta teman-teman

seperjuangan MSP stambuk 2013 yang telah membantu selama penelitian

berlangsung yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

6. Seluruh keluarga besar IMK St. Fransiskus Xaverius FP USU dan KMK St. Albertus

Magnus USU yang memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan

kasih-Nya kepada kita dan skripsi ini dapat bermanfaat dalam penelitian selanjutnya serta

dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan, khususnya di bidang

kelautan dan perikanan

Medan, Agustus 2017

Benny Arianta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Namo Puli, 04 Desember 1994 dari Bapak Beren Beluh

Ginting dan Ibu Bunga Br Tarigan. Penulis adalah anak Pertama dari tiga orang

bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD RK NAMO PULI pada tahun 2001.

Penulis meneruskan pendidikan menengah pertama dari tahun 2007-2010 di SMP

SWASTA KAVRI TALUN KENAS dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di

SMA RK DELI MURNI DELITUA dengan jurusan IPA pada tahun 2010-2013.

Pada tahun 2013, penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi

anggota aktif Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) FP

USU, Badan Pegurus Harian Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) FP USU Periode 2015-

2016, anggota aktif UKM St. Albertus Magnus USU, serta melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ( PPSB) Padang Painan Km

16 Padang Sumatera Barat tahun 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Perumusan masalah ........................................................................ 4
Tujuan .............................................................................................. 4
Manfaat ............................................................................................ 4
Kerangka pemikiran penelitian........................................................ 5

TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Sungai ............................................................................ 7
Baku mutu Sungai ........................................................................... 10
Ikan .................................................................................................. 12
Morfologi Ikan................................................................................. 13
Habitat Ikan ..................................................................................... 18
Ekologi Ikan .................................................................................... 20
Parameter Fisika Kimia Perairan ..................................................... 21
Suhu ..................................................................................... 21
Kecepatan Arus .................................................................... 22
Kedalaman ........................................................................... 23
Kecerahan ............................................................................ 23
pH................ ......................................................................... 24
DO... ..................................................................................... 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat penelitian .......................................................... 25


Alat dan Bahan penelitian ............................................................... 26
Pengambilan Data Penelitian .......................................................... 26
Prosedur Penelitian .......................................................................... 26
Deskripsi Area ................................................................................. 27
Stasiun I ............................................................................... 27
Stasiun II .............................................................................. 27
Stasiun III ............................................................................. 28
Pengukuran Faktor Fisika,Kimia Perairan....................................... 29
Pengambilan sampel ikan ................................................................ 29
Pengukuran Faktor Fisika,Kimia Perairan....................................... 30
Suhu ..................................................................................... 30
Kecerahan ............................................................................ 30
Ph................ ......................................................................... 30
Kecepatan Arus .................................................................... 30
Kedalaman ........................................................................... 31
DO... ..................................................................................... 31
Analisis Data ................................................................................... 31
Ikan .................................................................................................. 31
Kepadatan Populasi ......................................................................... 32
Kepadatan Relatif ............................................................................ 32
Frekuensi Kehadiran ........................................................................ 32
Keanekaragaman ............................................................................. 32
Keseragaman ................................................................................... 33
Kelimpahan...................................................................................... 33
Kelimpahan Relatif .......................................................................... 34
Dominansi........................................................................................ 34

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian ................................................................................ 35
Jenis ikan yang diperoleh di setiap stasiun ...................................... 35
Oreochromis niloticus (Nila) ............................................... 36
Hampala macrolepidota (Sebarau) .................................... 36
Mystacoleucus marginatus (Cencen) .................................. 38
Barbodes schwanenfeldii (Lemeduk) ................................. 39
Pembahasan ..................................................................................... 40
Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman .................................... 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kelimpahan...................................................................................... 47
Kelimpahan Relatif .......................................................................... 48
Parameter Fisika .............................................................................. 49
Suhu ..................................................................................... 49
Kedalaman ........................................................................... 50
Kecepatan Arus .................................................................... 51
Kecerahan ............................................................................ 51
DO... ..................................................................................... 52
Ph................ ......................................................................... 53

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................... 54
Saran ................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 6

2. Struktur anatomi luar ikan secara umum ................................................. 14

3. Tipe utama letak mulut ikan .................................................................... 15

4. Tipe utama sirip ekor ikan ...................................................................... 15

5. Sisik Ikan ................................................................................................. 17

6. Sirip Punggung Ikan ................................................................................ 18

7. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................. 25

8. Lokasi Penelitian Stasiun 1 ..................................................................... 27

9. Lokasi Penelitian Stasiun 2 ..................................................................... 28

10. Lokasi Penelitian Stasiun 3 ................................................................... 28

11. Oreochromis niloticus (Nila) ................................................................. 36

12. Hampala macrolepidota ( Sebarau) ..................................................... 37

13. Mystacoleucus marginatus (Cencen)..................................................... 38

14. Barbodes Schwanenfeldii (Lemeduk).................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman

1. Parameter kualitas air dan metode analisis .............................................. 29

2. Jenis ikan yang diperoleh di setiap stasiun .............................................. 35

3. Data Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Ikan ....... 40

4. Data Indeks Keanekaragaman, Keseragaman,dan Dominansi ................ 45

5. Parameter kualitas air .............................................................................. 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Pengukuran Kualitas Air ......................................................................... 55

2. Lampiran 2. Hampala macrolepidota ( Sebarau) .................................... 56

3. Lampiran 3. Mystacoleucus marginatus (cencen) ................................... 56

4. Lampiran 4. Oreochromis niloticus (nila) ............................................... 57

5. Lampiran 5. Barbodes schwanenfeldii (Lemeduk) ................................. 57

6. Bagan Kerja Metode Winkler untuk mengukur DO Perairan ................. 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sungai merupakan suatu aliran air yang melintasi permukaan bumi dan membentuk

alur aliran atau morfologi aliran air. Morfologi sungai menggambarkan keterpaduan antara

karakteristik abiotik (fisik, hidrologi, sedimen) dan karakteristik biotik (biologi atau ekologi

flora dan fauna) daerah yang dilaluinya. Faktor yang berpengaruh pada morfologi sungai

tidak hanya faktor biotik dan abiotik saja, namun juga campur tangan manusia. Pengaruh

campur tangan manusia ini dapat mengakibatkan perubahan morfologi sungai yang lebih

cepat dari sebelumnya (Asdak, 1995).

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan populasi dan peradaban manusia, banyak

daerah sekitar sungai digunakan untuk pemukiman, lahan pertanian,bahkan tambang pasir.

Adanya dinamika tersebut akan mengakibatkan suatu sungai berada dalam keseimbangan

ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar. Pada batas-batas

kisaran tertentu pengaruh bahan asing ini masih dapat ditolerir dan kondisi keseimbangan

masih tetap dapat dipertahankan (Barus, 2004).

Bila pada suatu daerah misalnya, kepadatan suatu organisme berlimpah, dan karena

suatu sebab faktor lingkunganya berubah maka dapat terjadi penurunan kepadatan populasi

secara drastis, umpamanya karena adanya pengaruh pencemaran yang berupa racun.

Sebaliknya, bila pada suatu daerah kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya

pencemaran dapat pula terjadi peningkatan kepadatan populasi yang tinggi, umpamanya

pencemaran zat organik dapat menyebabkan kepadatan populasi bakteri pembusuk

meningkat. Jelas ada suatu hubungan yang erat antara organism dengan lingkungannya (Suin,

2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sungai Casanova merupakan salah satu objek wisata sungai yang terdapat di Desa

Namu Suro, Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang. Air sungai Casanova berasal

dari aliran sungai Seruai yang mata airnya yang terletak di Desa Negeri Suah dan Desa

Sarang Kulit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dan hilir sungai Casanova

ini terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Aktivitas masyarakat

di sekitar kawasan Sungai Casanova meliputi aktivitas wisata, aktivitas rumah tangga,

kegiatan penggalian pasir, aktivitas pertanian dan aktivitas perikanan. Dari kegiatan

aktivitas masyarakat tersebut diduga mengakibatkan penurunan kualitas air dan

keberadaan ikan di Sungai Casanova, Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui

dampak yang terjadi di Sungai Casanova.

Sungai Casanova banyak dijadikan sebagai tujuan tempat rekreasi masyarakat,

jadi sangat wajar kawasan Sungai Casanova ini dipadati banyak pengunjung setiap hari

libur. Maka di asumsikan di masa yang akan datang kawasan Sungai Casanova ini tidak

sesuai lagi dengan daya dukung kawasannya karena pengaruh banyaknya pengunjung

datang yang terus menerus meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah

pengunjung yang datang maka akan berpengaruh juga terhadap penurunan kualitas air

karena banyaknya aktivitas wisata dan masyarakat sekitar sungai tersebut.

Ikan merupakan salah satu organisme aquatik yang rentan terhadap perubahan

lingkungan, terutama yang diakibatkan pembuangan limbah cair atau padat kebadan air

sebagai hasil aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Limbah-

limbah hasil buangan yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia tersebut

memengaruhi kualitas perairan, baik fisik, kimia, maupun biologi. Karena ini

memengaruhi kehidupan penyebaran ikan dalam suatu perairan (Rifai et al., 1983).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ikan-ikan tertentu akan menghindarkan diri dari kondisi perairan yang mengalami

perubahan lingkungan yang mengganggu kehidupannya, misalnya terjadinya pencemaran

asam atau sulfida, tetapi tidak menghindar pada perairan yang mengandung ammonia

atau tembaga. Ikan mempunyai batas kemampuan untuk memilih daerah yang aman bagi

kehidupannya, karena hal tersebut tergantung dari sifat dan kadar pencemar atau kadar

racun suatu perairan (Fachrul, 2007). Berbagai aktivitas yang terdapat di sekitar daerah

aliran sungai dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan yang pada akhirnya dapat

mengganggu kehidupan ikan yang berperan sebagai bioindikator perairan tercemar,

sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman Ikan di Sungai

Casanova, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara”.

Berdasarkan penjelasan di atas, serta belum adanya informasi data

mengenai.keanekaragaman ikan dan identifikasi ikan, Jumlah pengunjung yang datang ke

Sungai Casanova berpengaruh terhadap faktor fisika, kimia dan biologi serta berdampak

pada keberadaan ikan pada sungai Casanova tersebut, oleh karena itu diperlukan analisis

dampak kegiatan wisata terhadap kualitas air Sungai Casanova yang terletak di Desa

Namu Suro Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang.

Perumusan Masalah

Aktivitas masyarakat yang berlangsung disekitar Sungai Casanova dapat

menimbulkan pengaruh besar terhadap air sungai. Penurunan kualitas air secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak pada kondisi perairan dan keanekaragaman ikan

di Sungai. Sumber pencemar berasal aktivitas wisata seperti mandi (rekreasi) serta

adanya galian pasir oleh masyarakat setempat menjadi permasalahan yang perlu dikaji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam penelitian ini sebagai rumusan permasalahan. Beberapa permasalahan yang dapat

dibuat dalam suatu rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana aktivitas masyarakat terhadap keanekaragam dan kelimpahan ikan di

Sungai Casanova ?

2. Bagaimana keanekaragaman ikan di Sungai Casanova?

3. Bagaimana kondisi kualitas air sungai Casanova?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kondisi Aktivitas Masyarakat terhadap identifikasi jenis-jenis ikan di

sungai Casanova

2. Mengetahui jenis-jenis ikan yang tertangkap di Kawasan Sungai Casanova.

3. Mengetahui kondisi kualitas air di sungai Casanova berdasarkan parameter kualitas

air.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi bagi masyarakat sekitar dan

instansi terkait mengenai keberlanjutan wisata sungai Casanova yang ditinjau dari aspek

daya dukung kawasan dan kondisi faktor fisika dan kimia serta pengaruhnya terhadap

keanekargaman ikan yang diakibatkan kegiatan dari kegiatan masyarakat sekitar kawasan

sungai Casanova sehingga dapat dijadikan aspek dasar pengelolaan dan informasi wisata

Sungai Casanova.

Kerangka Pemikiran

Sungai Casanova memiliki potensi yang dapat dijadikan kawasan wisata. Akan

tetapi jika sungai Casanova tidak memiliki manajemen dan pengelolaan yang baik maka

akan menyebabkan kerusakan ekosistem sungai yang dapt menggangu organisme yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hidupnya di sungai terutama pada ikan. Adanya Aktivitas masyarakat disekitar kawasan

sungai casanova berupa rekreasi (pemandian), pertanian, perikanan yang dapat

menyebabkan perubahan pada kualitas air baik secara fisika, kimia dan biologi. Aktivitas

masyarakat memiliki pengaruh terhadap kualitas air dan keanekaragaman serta

kelimpahan ikan disekitar kawasan sungai Casanova, maka dari itu perlu dilakukannya

Pengelolaan terhadap kawasan wisata sungai Casanova agar ekosistem sungai tetap

terjaga. Berdasarakan permasalahan diatas kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kawasan Sungai
Casanova

Aktivitas Masyarakat sekitar


kawasan sungai Casanova

Aktivitas Perkebunan, Aktivitas Wisata dan


Pertanian dan Budidaya Masyarakat sekitar kawasan
sungai Casanova

Penurunan Kualitas Air

Keanekaragaman Ikan

Rekomendasi Pengelolaan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Sungai

Ekosistem sungai pada umumnya terbentuk oleh beberapa anak sungai yang menyatu

dan membentuk suatu aliran sungai yang besar. Ciri khas sebuah sungai di mulai daerah

bagian hulu yang biasanya berawal dari dataran tinggi yang hanya berupa parit kecil, aliran

deras, air dingin, dan pergerakaan air secara turbulen, mempunyai hidrograf aliran dengan

puncak-puncak yang tajam sewaktu mendaki (rising stage) dan menurun (fallen stage),

gradien hulu sungai cukup curam dan sangat aktif mengikis air secara turbulen, dasar sungai

terdiri batuan. Semakin jauh ke hilir, sungai tersebut akan menyatu dengan anak-anak sungai

(Setiawan, 2009).

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting

dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi

daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai dapat dipengaruhi oleh karakteristik yang

dimiliki oleh lingkungan sekitarnya. Sungai juga mempunyai berbagai komponen biotik dan

abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling

memengaruhi (Suwondo et al, 2004).

Menurut Setiawan (2009), sungai merupakan salah satu tipe ekosistem perairan umun

yang berperan bagi kehidupan biota dan juga kebutuhan hidup manusia untuk berbagai

macam kegiatan seperti perikanan, pertanian, keperluan rumah tangga, industri,

pertambangan dan transportasi. Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan

penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan

preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik

lingkungannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ikan merupakan biota akuatik yang bersifat mobil atau nekton yang hidup di perairan

baik sungai, danau, ataupun lautan. Hewan ini sudah lama menjadi salah satu sumber daya

pangan yang dimanfaatkan oleh manusia karena mempunyai nilai ekonomis yang besar.

Sifatnya yang mobil, dalam batas tertentu ikan dapat memilih bagian perairan yang layak

bagi kehidupannya. Ikan-ikan tertentu akan menghindarkan diri dari kondisi perairan yang

mengalami perubahan lingkungan yang mengganggu kehidupannya, misalnya terjadi

pencemaran asam atau sulfida, tetapi tidak menghindar pada perairan yang mengandung

amonia atau tembaga. Akan tetapi, ikan mempunyai kemampuan terbatas untuk memilih

daerah yang aman bagi kehidupannya, karena hal tersebut tergantung dari sifat dan kadar

pencemar atau ketoksikan suatu perairan (Fachrul, 2007).

Ikan itu vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang (beberapa jenis ikan bernapas

melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung udara). Mempunyai

otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium (tulang kepala)

yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang-menulang. Ada sepasang mata. Kecuali ikan

siklostomata, mulut ikan itu disokong oleh rahang (agnatha = ikan tak berahang). Telinga

hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran semisirkular, sebagai organ

keseimbangan (equillibrium). Jantung berkembang baik. Sirkulasi menyangkut aliran seluruh

darah dari jantung melalui insang lalu ke seluruh bagian tubuh lain. Tipe ginjal adalah

pronefros dan mesonefros (Brotowidjoyo, 1993).

Bentuk dasar tubuh eksternal ikan sangat bervariasi: bentuk fusiform, membulat,

panjang, pipih dorso-ventral atau latero-lateral dan dilengkapi dengan beberapa sirip. Bentuk

eksternal ikan merupakan bentuk adaptasi dengan faktor lingkungan tempat hidupnya. Bagian

eksternal tersebut juga merupakan tempat hidup bagi beragam organisma baik yang bersifat

komensal, oportunis maupun obligat parasit atau patogen. Pada keadaan yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menguntungkan, organisma oportunis dan parasit atau patogen dapat merugikan karena

menyebabkan timbulnya wabah penyakit atau mungkin pula menginduksi abnormalitas

lapisan eksternal tubuh ikan Ikan memiliki variasi warna menurut spesies, jenis kelamin,

perkembangan masa birahi, atau sebagai bentuk penyamaran. Warna tersebut dapat berubah

manakala terjadi gangguan kesehatan contoh, perubahan sisik. Sisik-sisik tersebut merupakan

salah satu bentuk proteksi eksterna. Pada setiap spesies-spesies ikan, sisik tubuh memiliki

variasi bentuk dan ukuran. Sisik juga dapat menjadi petunjuk usia ikan. (Irianto, 2005).

Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan yaitu hulu, hilir dan muara

sungai. Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan kualitas air, yaitu:

1. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai variasi

kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan biologis lebih rendah.

2. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga

kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada umumnya

diperlukan pengolahan secara lengkap.

3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus

air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan

terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air sangat keruh.

Interaksi dari berbagiai komponen lingkungan yang membentuk suatu sistem

disebut sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Hubungan timbal balik dalam suatu

ekosistem memiliki tingkat keserasian dan tingkat keselarasan yang tinggi dalam

perjalanan ruang dan waktu. Ekosistem air tawar merupakan sumber daya air yang paling

praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri. Selain itu ekosistem air

tawar menawarkan sistem pembuangan berbagai jenis limbah yang memadai dan paling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


murah yang sering disalahgunakan manusia dengan membuang segala limbah ke sistem

perairan alami tersebut, tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu (Barus, 2004).

Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia.Sungai

memberikan protein hewani seperti ikan dan udang. Sungai di beberapa tempat, misalnya

di Sumatera dan Kalimatan, dipergunakan penduduk sebagai prasarana transportasi.

Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti

pertanian, industry maupun domestik (Lilik et all, 2011).

Baku Mutu Air Sungai

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau

komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditoleransi

keberadaannya di dalam air, sedangkan kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai

masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Klasifikasi dan kriteria mutu

air mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang menetapkan mutu air ke dalam

empat kelas, yaitu:

1. Kelas satu, peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan tau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

2. Kelas dua, peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana / sarana kegiatan rekreasi

air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Kelas tiga, peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Pembagian kelas ini didasarkan pada tingkatan baiknya mutu air berdasarkan

kemungkinan penggunaannya bagi suatu peruntukan air. Peruntukan lain yang dimaksud

dalam kriteria kelas air di atas, misalnya kegunaan air untuk proses produksi dan

pembangkit tenaga listrik, asalkan kegunaan tersebut dapat menggunakan air

sebagaimana kriteria mutu air dari kelas yang dimaksud.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, baku mutu air adalah

ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus

ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Segala

aktivitas yang dilakukan manusia di sekitar sungai diperkirakan akan mengubah faktor

fisika dan kimia perairan baik secara langsung maupun tidak langsung dan akan

berdampak negatif bagi makhluk hidup yang memanfaatkannya. Limbah yang dibuang ke

sungai mempengaruhi kualitas air serta fungsi dan struktur ekosistem sungai serta dapat

menggangu keberadaan ikan di Sungai.

Kualitas dari air baku akan menentukan besar kecilnya investasi instalasi

penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya, sehingga semakin jelek kualitas

air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang

memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang

dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,

biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping

(Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

Ikan

Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus

hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang-undang 45 tahun 2009). Ikan

merupakan hewan vertebrata dan dimasukkan ke dalam filium Chordata yang hidup dan

berkembang di dalam air dengan menggunakan insang. Ikan mengambil oksigen dari

lingkungan air di sekitarnya. Ikan juga mempunyai anggota tubuh berupa sirip untuk

menjaga keseimbangan dalam air sehingga ia tidak tergantung pada arus atau gerakan air

yang disebabkan oleh angin (Siagian, 2009).

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi

masyarakat karena relatif mudah didapat karena harganya yang terjangkau. Banyak jenis

ikan yang dikembangkan di Indonesia meliputi perikanan air tawar, air asin (laut), dan air

payau atau tambak (Mareta, 2011). Perhatian terhadap ikan berharga murah dan

pemprosesannya menjadi bahan makanan yang berharga lebih mahal merupakan hal yang

diperlukan oleh negara-negara yang mempunyai sumber perikanan yang besar.

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan

hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein,

lemak, vitamin dan mineral. Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


protein hewani yang diperlukan oleh manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu

antara 15-25%/100 g daging ikan. Kandungan lemak daging merah ikan lebih tinggi

dibandingkan daging putih ikan. Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit. Ikan

juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan yodium (Junianto, 2003).

Morfologi Ikan

Ikan merupakan organism akuatik dan bernafas dengan insang. Tubuh ikan terdiri

atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal

operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit ikan terdiri dari

dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat dilapisi oleh epithelium. Di

antara sel-sel epithelium terdapat kelenjar uniseluler yang mengeluarkan lender yang

menyebabkan kulit ikan menjadi licin (Radiopoetro (1990).

Ikan merupakan vertebrata aquatik dan bernafas dengan insang.Beberapa jenis

ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/ gelembung

udara. Otak ikan terbagi menjadi regioregio yang dibungkus dalam kranium (tulang

kepala) dan berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang. Bagian kepala ikan

terdiri atas sepasang mata, mulut yang disokong oleh rahang, telinga yang hanya terdiri

dari telinga dalam dan berupa saluran-saluran semisirkular sebagai organ keseimbangan.

Ikan memiliki jantung yang berkembang dengan baik. Sirkulasinya menyangkut aliran

seluruh darah dari jantung melalui insang lain ke seluruh bagian tubuh lain. Tipe ginjal

pada ikan adalah profonefros dan mesonefros (Brotowidjoyo, 1995).

Adaptasi merupakan suatu proses evolusi yang menyebabkan organisme mampu

hidup lebih baik dibawah kondisi lingkungan tertentu dan sifat genetik yang membuat

organisme menjadi lebih mampu untuk bertahan hidup. Ikan di sungai juga mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proses adaptasi yang berpengaruh pada perubahan sifat genetik yang membuat ikan

mengalami perubahan morfologi sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Perubahan

morfologi ikan adalah salah satu wujud pola adaptasi ikan dalam suatu habitat. menurut

(Kottelat et al, 1993) secara umum morfologi ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu

kepala, tubuh, dan ekor sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur anatomi luar ikan secara umum (Kottelat et al 1993).


Kepala merupakan bagian dari moncong mulut terdepan hinggaujung operculum

paling belakang (PK). Pada bagian ini terdapat mulut,rahang atas dan bawah, gigi,

hidung, mata, insang dan alat tambahanlainnya. Beberapa tipe utama posisi mulut ikan

antara lain: terminal,sub terminal, inferior,superior, retracted protractile dan protracled

protratile .

Gambar 3. Tipe utama letak mulut (Kottelat et al 1993).

Ekor merupakan bagian tubuh yang terletak di permulaan sirip dubur hingga

ujung sirip ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur dan sirip ekor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun tipe-tipe utama sirip ekor ikan antara lain bentuk membulat, bersegi, sabit,

becagak dan meruncing (Kottelat et al 1993).

Gambar 4 Tipe-tipe utama sirip ekor (Kottelat et al 1993).


Keterangan: (a) membulat; (b) bersegi; (c) sedikit cekung; (d) bentuk
sabit; (e) bercagak; (f) meruncing; (g) lanset.

Menurut Rahardjo, dkk (2011) menyatakan pada bagian tubuh ikan terdapat

beberapa sirip tapi tidak semua ikan memiliki sirip yang lengkap. Ada 5 tipe sirip pada

tubuh ikan yaitu:

1. Sirip ventral, berperan sebagai alat penyeimbang agar posisi ikan stabil. Pada

beberapa ikan penghuni dasar perairan sirip ventralnya berubah bentuk menjadi

semacam alat yang digunakan untuk mencengkram substrat dan sebaggai alat

penyalur sperma.

2. Sirip pektoral mempunyai bentuk yang beragam. Pada ikan perenang cepat seperti

ikan tuna sirip pektoral cenderung panjang dan meruncing. Sebaliknya pada ikan

yang geraknnya lambat sirip cenderung membundar.

3. Sirip dorsal mempunyai banyak variasi. Sirip dorsal yang memanjang ditemukan

pada ikan gabus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Sirip anal pada beberapa ikan letaknya memanjang seperti pada bawal hitam. Sirip

anal menyatu dengan sirip kaudal yang ditemukan pada ikan belida. Pada ikan seribu

jantan sirip anal berubah menjadi gonopodium yang berfungsi sebagai penyalur

sperma.

5. Sirip kaudal berperan dalam gerak bereng sebagai pendorong dan sekaligus berfungsi

sebagai kemudi untuk berbelok ke kiri atau ke kanan. Sirip ekor mempunyai berbagai

bentuk, yakni: bundar, berpinggiran tegak, berbentuk tunggal, bulan sabit, seperti

garpu, baji dan berlekuk ganda.

Bagian anggota badan yang lain adalah sisik. Ada dua macam sisik, yaitu sisik

sikloid dan sisik stenoid. Tipe ctenoid (ctenos = sisir), Berbentuk sisir, tipis, berupa suatu

jernih yang tersusun dari suatu lamina fibrosa yang tertutup oleh lapisan tulang yang

mengalami modifikasi. Ada garis konsentris dan radier, terdapat pada ikan Teleostei.

Gambar 5. Sisik ikan bertulang sejati (A) : sisik cyloid (i) dan ctenoid
(ii) (Casteel, 1976).

Badan merupakan bagian yang berfungsi untuk melindungi organ dalam. Bentuk

ikan yang tipis dan kuat memudahkan dalam berenang. Bagian badan bermulai dari

belakang operculum sampai belakang anus. Bagian anggota badan antara lain: sirip, baik

yang tunggal maupun yang berpasangan. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disebut sirip tunggal. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Pada ikan yang

memiliki dua sirip punggung, bagian depan terdiri dari duri dan yang kedua terdiri dari

duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari yang lunak dan umumnya bercabang. Pada ikan

bersirip punggung tunggal, jari-jari bagian depan tidak bersekat dan mungkin mengeras,

sedangkan jari-jari di belakangnya lunak atau besekat dan umumnya bercabang (Kottelat

et al 1993). Sirip punggung berpasangan maupun tunggal

Gambar 6. Sirip punggung ikan (Kottelat et al 1993).

Habitat Ikan

Sungai adalah salah satu habitat perairan air tawar yang berasal dari air hujan

pada suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi, dan merupakan salah satu badan air

lotik yang utama, yaitu badan sungai dengan air yang mengalir (lotik) dan badan sungai

dengan air tidak mengalir (lentik). Sungai juga merupakan suatu perairan terbuka yang

memiliki arus, perbedaan gradien lingkungan, serta masih dipengaruhi daratan.

Sungai memiliki beberapa ciri antara lain: memiliki arus, resident time (waktu

tinggal air), organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya

berupa batuan, kerikil, pasir dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya (Odum,

1996).

Secara ekologis menurut Odum (1996) sungai memiliki dua zona utama yaitu:

1. Zona air deras

Daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan

dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat.

Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus yang dapat melekat atau berpegang

dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat berenang

2. Zona air tenang

Bagian air yang dalam kecepatan arus sudah berkurang, lumpur dan materi lepas

cendrung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos

permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa plankton.

Berdasarkan intesitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah,

yaitu

a. Daerah Litoral, merupakan daerah air dangkal sehingga sinar matahari dapat

menembus sampai dasar perairaan. Organisme didaerah ini tanaman yang berakar

(bakung dan rasau), udang, ikan ikan kecil (Rasbora spp., Betta sp., Hemirhamphodon sp.

Dan sebagainya).

b. Daerah Limnetik, merupakan terbuka yang masih dapat ditembus oleh sinar matahari.

Organisme didaerah ini adalah Ombok sp., Clarias sp. Nandus nebulosus, Pristolepis sp

dan Chana sp. sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Daerah Profundal, merupakan dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari

tidak dapat menembusnya. Umumnya ikan yang berada didaerah ini adalah Calarias sp.

Oxyeleotris sp.Chaca sp. dan Channa sp.

Ekologi Ikan

Ikan merupakan hewan vertebrata dan dimasukkan kedalam filum chordate yang

hidup dan berkembang di dalam air dengagn menggunakan insang. Ikan mengambil

oksigen dari lingkungan air dan sekitarnya. Ikan juga mempunyai anggota tubuh berupa

sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air sehingga ia tidak tergantung pada arus atau

gerakan air yang disebabkan oleh angina (Sumich, 1992)

Penyebaran suatu organisme tergantung pada tanggapannya terhadap faktor

lingkungan. Organisme yang dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang lebar (euri),

cenderung akan tersebar luas pula di permukaan bumi ini, sebaliknya jenis organisme

yang hanya dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang sempit (steno)

penyebarannya sangat terbatas. Penyebaran organisme ditentukan oleh pola

penyebarannya. Organisme yang tersebar sangat luas umumnya pola penyebarannya

berkelompok atau beraturan (Suin, 2003).

Menurut Myers (1951) ikan yang ditemukan di perairan air tawar secara garis

besar dipisahkan dalam enam kelompok yaitu:

1. Ikan primer adalah kelompok ikan yang tidak atau sedikit bertoleransi terhadap air

laut misalnya Cyprinidae dan Clariidae. Air asin bertindak sebagai pembatas

distribusi ikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Ikan sekunder adalah kelompok ikan yang sebarannya terbatas pada perairan air

tawar tetapi cukup bertoleransi terhadap salinitas, sehingga mereka dapat masuk ke

laut dan kadang kala melintasi hambatan air asin misalnya Cichlidae.

3. Ikan diadromus adalah kelompok ikan yang secara reguler beruaya antara perairan

tawar dan perairan laut, misalnya Sidat dan Salmon.

4. Ikan vicarious adalah kelompok ikan laut yang bukan peruaya yang hidup di perairan

tawar misalnya Burbot (Lota).

5. Ikan komplementer adalah kelompok ikan laut peruaya yang mendominasi habitat

tawar bila itidak ada ikan primer dan sekunder misalnya belanak dan Obi.

6. Ikan sporadik adalah kelompok ikan yang kadangkala masuk perairan atau yang

dapat hidup dan memijah di antara salah satu perairan misalnya belanak.

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia hanya dapat menggambarkan kualitas

lingkungan pada waktu tertentu. Untuk indikator biologi dapat memantau secara kontiniu

dan merupakan petunjuk yang mudah untuk memantau terjadinya pencemaran.

Keberadaan organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator terhadap pencemaran

air selain indikator kimia dan fisika. Organisme perairan dapat digunakan sebagai

indikator pencemaran karena habitat, mobilitas danumurnya yang relatif lama mendiami

suatu wilayah perairan tertentu (Zaenudin, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Suhu

Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan

organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu juga

akan menyebabkan kenaikan metabolisme organismee perairan, sehingga kebutuhan

oksigen terlarut menjadi meningkat. Peningkatan suhu perairan akan meningkatkan

kecepatan metabolisme tubuh organisme yang hidup didalamnya, sehingga konsumsi

oksigen menjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC, menyebabkan

terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai

tiga kali lipat (Taqwa, 2010).

2. Arus

Kecepatan arus bervariasi di tempat-tempat yang berbeda dari aliran yang sama

(membujur atau melintang dari poros arah aliran). Kecepatan arus dipengaruhi oleh

perbedaan gradient/ketinggian antara hulu dengan hilir sungai. Apabila perbedaan

ketinggiannya cukup besar maka arus air akan semakin besar. Kecepatan arus akan

mempengaruhi jenis dan sifat organisme yang hidup di perairan tersebut. kecepatan arus

adalah faktor penting di perairan mengalir. Kecepatan arus besar (> 5 m/detik)

mengurangi jenis flora yang dapat tinggal sehingga hanya jenis-jenis yang melekat saja

yang tahan terhadap arus dan tidak mengalami kerusakan fisik (Murijal, 2012).

Supartiwi (2000) mengklasifikasikan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu :

1. Berarus sangat cepat (>100 cm/detik)

2. Berarus cepat (50-100 cm/detik)

3. Berarus sedang (25-50cm/ detik)

4. Berarus lambat (10-25 cm/detik)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Berarus sangat lambat (<10cm/detik).

3. Kedalaman

Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena

itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di

dasar perairan yang dangkal. Tipe substrat perairan dipengaruhi oleh adanya arus dalam

perairan. Kedalaman air mempengaruhi kelimpahan dan distribusi makrozoobentos.

Dasar perairan yang kedalaman airnya berbeda akan dihuni oleh organisme atau

makrozoobentos yang berbeda pula, sehingga terjadi stratifikasi komunitas menurut

kedalaman (Rahayu, 2004).

4. Kecerahan

Faktor cahaya yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari

air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan

dipantulkan ke luar dari permukaan air kondisi optik dalam air selain dipengaruhi oleh

intensitas cahaya matahari, juga dipengaruhi oleh substrat dan benda-benda lain yang

terdapat di dalam air, vegetasi yang ada di sepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi

intensitas cahaya yang masuk ke dalam air (Barus, 2004).

Kecerahan air sungai semakin ke hilir semakin rendah. Semakin ke hilir semakin

banyak material yang ada di dalam air sungai yang semakin menurunkan kecerahan air

sungai berakibat pada pada penurunan kecerahan air sungai. Kekeruhan air sungai

ditunjukkan oleh banyaknya material yang tersuspensi di dalam air sungai. Sedimen

tersuspensi dari daratan dibawa oleh aliran permukaan saat hujan turun. Pada musim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hujan, kekeruhan semakin meningkat dengan nilai TSS yang semakin besar. Air sungai

menjadi warna coklat keruh (Lilik dkk., 2011).

5. Derajat Keasaman (pH) Perairan

Derajat keasaman (pH) merupakan satu dari parameter kimia perairan yang dapat

dijadikan indikasi kualitas perairan.Perairan yang baik memiliki nilai pH yang normal

yaitu 7 pH yang berkisar antara 6,5 – 8,5 masih cukup baik bagi kehidupan ikan dan biota

lainnya. pH yang tinggi pada suatu perairan merupakan perairan yang produktif (Rahayu,

2004).

6. DO (Demand Oxygen)

Oksigen di perairan bersumber dari udara maupun hasil proses fotosintesis dan

fitoplankton dan tumbuhan air. Hilangnya oksigen diperairan di karena akan respirasi

organisme akuatik dan dekomposisi bahan organik oleh mikroba dalam kondisi aerob.

Apabila di perairan tidak tersedia oksigen yang cukup maka akan mengakibatkan

terjadinya kondisi anaerob, yang selanjutnya akan mengakibatkan terganggunya biota

akuatik (Murijal, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober

2017 Penelitian ini dilaksanakan di daerah Wisata Sungai Casanova Desa Namu Suro

Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan Sampel di 3 stasiun dan

pengamatan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Lokasi Penelitian disajikan Pada

Gambar 7.

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS, buku, alat tulis untuk

menulis dan kalkulator, keping secchi, cool box, Bola, dan peralatan analisa kualitas air

seperti termometer dan pH meter, jala dengan ukuran 1-2 Inch

Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data sekunder

maupun data primer, akuades ,alkohol 70 % , Bahan kimia yang digunakan untuk analisis

kualitas air antara lain MnSO 4 , KOHKI, H 2 SO 4 , Na 2 S 2 O 3 , es dan sampel air.

Pengambilan Data Penelitian

Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer yang diambil adalah data parameter fisika, kimia air sungai Casanova dan Spesies

Ikan yang ada di kawasan sungai casanova tersebut. Data yang nilainya langsung didapat

dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus, kecerahan, oksigen terlarut.

Data sekunder yang diambil adalah melalui studi literatur (studi pustaka), jurnal

penelitian di lokasi lain dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang

dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan serta

Keberadaan ikan di kawasan Sungai Casanova tersebut.

Prosedur Penelitian

Penentuan stasiun berdasarkan perbedaan aktivitas (pemanfaatan sungai) oleh

masyarakat. Ditetapkan 3 (tiga) stasiun pengamatan dimana pada setiap stasiun ada 1

(satu) titik dengan 3 (tiga) kali pengulangan dengan kriteria seperti terlihat pada deskripsi

area.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Area

Stasiun I
Stasiun ini terletak di Desa Namu Suro, Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli

Serdang. Yang secara geografis terletak pada 03o24’51,0’’ LU dan 098o 42’01,1’’ BT.

Daerah ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata (Kontrol). Stasiun 1

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Stasiun 1
Stasiun II

Stasiun ini terletak di Desa Namu Suro, Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli

Serdang yang secara geografis terletak pada 03o25’15,0’’ LU dan 098o41’55,5’’ BT. Pada

daerah ini banyak dijumpai Wisata serta ada juga pemukiman disekitar daerah tersebut

akan tetapi jarak dari tepi sungai ke daerah pemukiman penduduk berjarak sekitar 50

meter . Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 9. Stasiun 2

Stasiun III

Stasiun ini terletak di Desa Namu Suro, Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli

Serdang yang secara geografis terletak pada 03o25’23,2’’ LU dan 098o42’01,1’’BT. Pada

daerah ini banyak dijumpai pertanian, perkebunan, perikanan. Stasiun 3 dapat dilihat

pada gambar 10

Gambar 10. Stasiun 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengukuran Faktor Fisika, Dan Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika, dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yakni

secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung

dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter kekeruhan, suhu, pH dan DO,

Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis

Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi


Fisika
0
Suhu C Thermometer In situ
Arus m/det Bola Duga In situ
Kecerahan Secchi Disk In situ
Kedalaman Papan skala In situ
Kimia
pH - pH Indikator In situ
DO mg/l Metode Winkler In situ

Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan bersamaan dengan pengukuran faktor-fisik

kimia perairan. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menebar jala dengan luas

diameter 5 m2 ditiga stasiun dengan tiga kali pengulangan pada masing-masing stasiun.

Penebaran jala dilakukan secara acak (Purposive sampling) di setiap stasiun pengambilan

sampel. Sampel ikan yang diperoleh dimasukkan ke dalam toples plastik dan diawetkan

dengan alkohol 70% untuk selanjutnya dibawa kelaboratorium untuk diidentifikasi

dengan menggunakan buku identifikasi ikan yaitu Kottelat et al. (1993).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
Faktor fisik kimia perairan yang diukur mencakup:

Suhu (0C)

Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air raksa berskala 0-100 0C

yang dimasukkan pada badan air kira-kira 10 menit sampai penunjuk pada skala konstan.

Diamati dan dicatat suhu yang tertera pada termometer.

Kecerahan (m)

Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan menggunakan keping secchi yang

dimasukkan ke dalam air hingga tidak tampak dari permukaan, kemudian diukur panjang

tali sebagai kecerahan.

pH (potential of Hydrogen)

Pengukuran pH menggunakan pH Indikator, kemudian dimasukkan pH Indikator

ke dalam air lalu di cocokkan pH Indikator dengan angka yang tertera pada kotak pH

Indikator tersebut.

Kecepatan Arus

Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada

perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran

organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air

akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen,

yaitu arus air bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian

dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arus laminar, yaitu arus air yang bergerak ke

arah tertentu saja (Barus, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kedalaman

Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena

itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di

dasar perairan yang dangkal. Tipe substrat perairan dipengaruhi oleh adanya arus dalam

perairan. (Rahayu, 2004).

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) (mg/L)

Pengukuran oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan menggunakan metode

Winkler, yaitu sampel air dimasukkan ke dalam botol Winkler, lalu ditambahkan masing-

masing 1 ml MnSO4 dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Sampel

didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan putih, kemudian ditambahkan 1 ml

H2SO4, dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel diambil

100 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N

hingga berwarna kuning pucat, lalu sampel ditetesi amilum sebanyak 5 tetes dan

dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian sampel dititrasi menggunakan

Na2S2O3 0,0125 N hingga terjadi perubahan warna menjadi bening. Volume Na2S2O3

0,0125 N yang terpakai dihitung dan hasilnya dicatat.

Analisis Data

Ikan
Data ikan yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif,

frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Weinner, dan indeks equitabilitas

(keseragaman) dan Indeks Similaritas dengan persamaan Michael (1994) dan Krebs

(1985) sebagai berikut: Data ikan yang diperoleh dihitung nilai Kelimpahan, Kelimpahan

relatif , Keanekaragaman, Keseragaman, Pola Sebaran,Dan Dominansi sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kepadatan Populasi (K)

Jumlah Individu Suatu Jenis / Ulangan


K:
Luas Jala

Kepadatan Relatif ( KR)

Jumlah K dalam setiap spesies


KR : X 100%
Total K

Frekuensi Kehadiran ( FK)

Frekuensi Suatu Jenis


FK : X 100%
Frekuensi Seluruh Jenis

Keanekaragaman

Perhitungan indeks keanekaragaman digunakan untuk menganalisa populasi dan

komunitas perifiton, berdasarkan indeks Shannon-Wiener (krebs, 1985). Rumus sebagai

berikut:

dimana :

H’ = indeks diversitas Shannon – Wiener

Pi = proporsi spesies ke –i

ln = logaritma Nature

pi = ni / N (Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis)

0 < H´ < 2,302 = keanekaragaman tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2,302 < H´ < 6,907 = keanekaragaman sedang

H´ > 6,907 = keanekaragaman rendah

Keseragaman

Untuk melihat seberapa besar nilai keseragaman penyebaran ikan dalam

komunitas perifiton, digunakan indeks keseragaman, yaitu rasio keanekaragaman

dan nilai maksimumnya.

Keterangan: E = Indeks keseragaman Evenness dengan kisaran 0-1

H’ = Indeks keanekaragaman

H’ maks = Indeks keanekaragaman maksimum = Log S

dimana S adalah jumlah Spesies

Jika nilai E mendekati 1, maka sebaran individu antar generatif relatif sama.

Sebaliknya jika nilai E mendekati 0, terdapat kelompok genera yang jumlahnya lebih dari

pada Spesies lainnya.

Kelimpahan

Kelimpahan ikan adalah jumlah ikan yang ditemukan pada suatu stasiun

pengamatan per satuan luas transek pengamatan. Perhitungan kelimpahan ikan yang

berada di sungai dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukanan oleh Odum

(1971) sebagai berikut :

Keterangan:

X : Kelimpahan jenis ikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Xi : Jumlah total ikan karang pada stasiun pengamatan ke-i
n : Luas jala

Kelimpahan Relatif

Metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung data struktur komunitas

ikan yaitu meliputi kelimpahan jenis ikan, indeks keanekaragaman ikan, indeks

keseragaman ikan dan indeks dominasi ikan. Kelimpahan jenis ikan dihitung dengan

rumus (Turni et al 2008).

KR (%) = ni/ƩN X 100%

Dominasi (Di)
Penentuan jenis ikan yang dominan di dalam kawasan penelitian, ditentukan

dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan : Di = Indeks dominansi suatu jenis ikan

Ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah individu dari seluruh jenis

Kriteria : Di = 0-2% jenis tidak dominan


Di = 2-5% jenis sub dominan
Di = >5% jenis dominan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jenis-Jenis Ikan yang Diperoleh Tiap Stasiun


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sungai Casanova Kecamatan Sibiru-

biru kabupaten Deli serdang Sumatera Utara didapatkan jenis ikan yangtermasuk

kedalam dua ordo, dua famili, empat genus dan 4 spesies. Seperti terlihat pada Tabel 2

berikut:

Tabel 2. Jenis – Jenis Ikan yang Diperoleh pada Setiap Stasiun


No Ordo Family Genus Spesies
1 Perciformes Cichlidae Oreochromis Oreochromis niloticus
2 Cypriniformes Cyprinidae Hampala Hampala macrolepidota
Mystacoleucus Mystacoleucus marginatus
Barbodes Barbodes Schwanenpeldi
Karakteristik morfologi dari masing-masing ikan yang diperoleh di empat stasiun
penelitian :

1. Oreochromis niloticus (nila)


Morfologi: panjang total: 10,4cm- 18,3; panjang kepala: 1 cm-3 cm; lebar badan: 3

cm-7 cm; panjang ekor: 1,5 cm-2,3 cm; lebar bukaan mulut: 1 cm-1,7 cm. Ikan nila

(Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi

lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah, sering kali

ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup.

Bentuk dari ikan nila panjang dan ramping berwarna kemerahan atau kuning keputih-

putihan. Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan 3 : 1. Ikan nila memiliki rupa

yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal,

ciri khas lain adalah garis-garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas

dibanding badan sirip ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar

dengan tepi bagian mata berwarna putih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ikan nila Oreochromis niloticus mempunyai mulut yang letaknya terminal, garis

rusuk terputus menjadi 2 bagian dan letaknya memanjang dari atas sirip dan dada, bentuk

sisik stenoid, sirip kaudal rata dan terdapat garis-garis tegak lurus. Mempunyai jumlah

sisik pada gurat sisi 34 buah. Sebagian besar tubuh ikan ditutupii oleh lapisan kulit

dermis yang memiliki sisik. Sisik ini tersusun seperti genteng rumah, bagian muka sisik

menutupi oleh sisik yang lain. sirip punggung tajam dan memanjang.

Gambar 11. Oreochromis niloticus (nila)

2. Hampala macrolepidota (Sebarau)

Morfologi: panjang total: 8 cm-14 cm; panjang standar: 13,5cm-15,8cm; panjang

kepala: 1,2 cm-2,3 cm; lebar badan: 2 cm- 3,5 cm; panjang ekor: 3 cm- 4 cm; lebar

bukaan mulut: 1,5bcm-2,3 cm; Ikan Hampala macrolepidota adalah salah satu genus dari

famili Cyprinidae yang memiliki ciri-ciri bibir atas terpisah dari moncong oleh suatu

lekukan yang jelas, pangkal bibir atas terpisah oleh lapisan kulit moncong, mulut terminal

atau subterminal, gurat sisi mempunyai 25-30 sisik, sirip perut depan datar atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membulat, sirip anal memiliki 5 jari-jari bercabang tidak memiliki duri pada sirip

punggung.

Terdapat tiga genus Hampala berdasarkan pola bercak hitam di tubuhnya yaitu,

Hampala ampalong mempunyai dua bercak hitam besar sepanjang gurat sisi, satu

dibawah sirip punggung dan satu terletak di ujung sirip dubur. Hampala bimaculata

mempunyai dua bercak hitam melintang sisi badan, satu dibawah sirip punggung dan satu

di depan batang ekor. Hampala macrolepidota pada ikan yang berukuran besar memiliki

bercak hitam antara sirip punggung dengan sirip perut yang kemudian menjadi samar-

samar pada ikan yang sangat besar. bentuk tubuh pipih, tipe mulut terminal, tipe ekor

homocercal, tipe sisik sikloid. Ikan ini memiliki tubuh berwarna kuning perak, pada

bagian ekor berwana merah dan pada bagian pinggiran berwarna hitam, memiliki mulut

yang besar.

Gambar 12. Hampala macrolepidota ( Sebarau)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Mystacoleucus marginatus (cencen)

Morfologi: panjang total: 11, 5 cm-13 cm; panjang kepala: 2,1cm-3,1cm; Lebar
badan: 3,1 cm-4,6 cm; panjang ekor: 1,9 cm-2,5 cm; lebar bukaan mulut: 1,3cm-2,5cm;
tipe ekor homocercal; tipe sisik sikloid; bentuk tubuh pipih; bibir bagian atasnya terpisah
dari moncongnya ikan cencen termasuk dalam famili cyprinidae memiliki ciri-ciri yaitu
bentuk tubuh pipih dan panjang dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncong
meruncing oleh suatu lekukan yang jelas, pangkal bibir tertutup oleh lipatan kulit
moncong, memiliki empat sungut. sirip punggung dan sirip ekor warna abu-abu atau
kekuningan, sirip dubur berwarna orange, dan terdapat duri di depan sirip punggung.
Secara morfologik ikan cencen memiliki bentuk tubuh yang menyerupai jenis ikan
diantaranya ikan tawes, puntius javanicus namun ikan ini memiliki bentuk yang lebih
kecil, ikan cencen berkerabat dekat dengan ikan bilih serta memiliki warna keperakan dan
sirip kekuningan selain itu ikan cencen memiliki bentuk yang lebih ramping. Sampel ikan
cencen yang diperoleh memiliki panjang total berkisar 14 cm, ikan ini juga memiliki
tonjolan sangat kecil, memanjang dari tulang mata sampai ke moncong dan dari dahi ke
antara mata, terdapat duri mendatar di depan sirip punggung, mempunyai sungut.

Gambar 13. Mystacoleucus marginatus (cencen)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Barbodes schwanenfeldii (Lemeduk)

Morfologi: Morfologi: panjang total: 11, 5 cm 23 cm; panjang kepala: 2,1cm2,5


cm; Lebar badan: 3,1 cm 6,7cm; panjang ekor: 2,5 cm- 5 cm; lebar bukaan mulut: 1,3
cm-2,5 cm;Gurat sisi sempurna: 13 sisik sebelum awal sirip punggung , 8 sisik antara
sirip punggung dan gurat sisi,badan berwarna perak dan kuning keemasan, sirip
punggung merah dengan bercak hitam pada ujungnya, sirip dada,sirip perut, dan sirip
dubur berwarna merah, sirip ekor berwarna oranye atau merah dengan pinggiran garis
hitam dan putih sepanjang cuping sirip ekor. Badan lonjong tubuh umumnya memanjang
ramping (streamline) agak pipih, sisik kecil danter dapat ventral scute yang dimulai dari
belakang tutup insang sampai depan sirip dubur. Punggung berwarna kuning keemasan ,
bagian perut keperakan dan sirip berwarna kuning keemasan, Memiliki tapis insang (gill
raker), Badan polos (tidak ditemukan bintik hitam di sepanjang tubuhnya), Sirip ekor
panjang berwarna kuning kehitaman.

Gambar 14. Barbodes schwanenfeldii (Lemeduk)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh nilai Kepadatan (ind/m2), Kepadatan Relatif (%) dan Frekuensi

Kehadiran (%) Ikan (K, KR, dan FK) pada setiap spesies yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3: Nilai Kepadatan (ind/m2), Kepadatan Relatif (%) dan Frekuensi Kehadiran (%) Ikan pada Setiap Stasiun Pengamatan di
Sungai Casanova
N Spesies Stasius I Stasiun II Stasiun III
o

K KR FK K (ind/ KR FK K (ind/ KR FK
(ind/ m2) m2)
m2) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1 Oreochromis niloticus 0,2 77,42 0,77 0,18 58,33 0,66 0,13 62,5 0,63

2 Hampala macrolepidota 0,01 3,23 0,03 0,03 8,33 0,09 0,03 12,5 0,13

3 0,03 9,68 0,10 0,04 13,89 0,16 0,04 20,83 0,21


Mystacoleucus marginatus
4 0,03 9,68 0,10 0,03 8,33 0,09 0,01 4,17 0,04
Barbodes Schwanenpeldi

TOTAL 0,26 100,00 1,00 0,27 88,89 1 0,2 100 1

Keterangan:

Stasiun 1 : Daerah bebas aktifitas (Kontrol)


Stasiun 2 : Daerah Wisata
Stasiun 3 : Daerah Pertanian dan Perikanan (Kolam Budidaya)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan Hampala macrolepidota

memiliki nilai K, KR, dan FK pada stasiun I, II, III adalah 0,01 ind/m2, 3,23%,

0,03%, 0,03 ind/m2, 8,33%, 0,09% dan 0,03 ind/m2, 12,5%, 0,13% nilai K, KR,

dan FK tertinggi terdapat pada stasiun II dan III. Hal ini disebabkan karena ikan

Hampala macrolepidota memiliki sifat yang hidupnya lebih banyak di perairan

yang memiliki kecepatan arus yang tenang Menurut Asmawi (1986) Hampala

paling menyukai lokasi di lubuk sungai yang beraliran tenang dan dalam.

Biasanya lokasi demikian banyak dihuni oleh ikan-ikan kecil sehingga

memudahkan Hampala mencari makan. ikan ini lebih memilih dekat di daerah

yang berpasir, bebatuan sebagai bendungan dan kerikil hal ini berkaitan juga

karakter ikan dalam mencari makan. Berhubungan dengan stasiun empat yang

memiliki kecepatan arus 0,44 m/detik, perairan yang dalam dan berpasir.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan Oreochromis niloticus memiliki

nilai K, KR, dan FK pada stasiun I, II, III adalah 0,2ind/m2, 77,42%, 0,77%, 0,18

ind/m2, 58,33%, 0,66% dan 0,13ind/m2, 62,5%, 0,63% . nilai K, KR, dan FK

tertinggi terdapat pada stasiun II dan I..Tingginya nilai K, KR, dan FK dari

Oreochromis niloticus disebabkan oleh Ikan Oreochromis niloticus merupakan

ikan yang memiliki sifat hidup di perairan yang memiliki arus deras dan berbatu.

Menurut Susilawati (2001), Oreochromis niloticus merupakan ikan yang

menyukai habitat perairan berarus dan berbatu.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan Mystacoleucus marginatus

memiliki nilai K, KR, dan FK pada stasiun I, II, III adalah 0,03ind/m2, 9,68%,

0,10%, 0,04ind/m2, 13,89%, 0,16% dan 0,04ind/m2, 20,83%, 0,21% . nilai K,

KR, dan FK tertinggi terdapat pada stasiun II dan III. Ikan Mystacoleucus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


marginatus tertinggi terdaat pada Stasiun dua dan tiga karena Ikan Mystacoleucus

marginatus merupakan ikan yang memiliki sifat hidup di perairan yang memiliki

arus deras dan berbatu. Menurut Susilawati (2001), Mystacoleucus marginatus

merupakan ikan yang menyukai habitat perairan berarus dan berbatu. Ikan Cencen

(Mystacoleucus marginatus) hidup diperairan sungai maupun perairan tawar

lainnya, sampel ikan cencen yang diperoleh dalam praktikum kali ini yaitu

ditangkap di lokasi Sungai Tuntungan menggunakan alat setrum. Pada saat musim

hujan ikan ini sulit untuk didapat. Hal ini sesuai dengan Munir (2010) yang

menyatakan bahwa selama ini ikan diperoleh dengan cara menangkap langsung

dari habitat aslinya seperti sungai - sungai dan danau menggunakan berbagai alat

tangkap. Sebagai akibatnya ikan ini sudah termasuk kelompok ikan langka, jika

kondisi ini berlangsung terus menerus tidak mungkin suatu saat ikan akan punah

betina.

Ikan cencen yang termasuk dalam famili cyprinidae ini sudah mulai sangat

sulit ditangkap, hal ini karena berbagai aktivitas masyarakat yang sudah dilakukan

di Sungai. Selain itu ketika suhu air dingin maka ikan cencen akan menghindar

dan sangat sulit ditemukan. Ikan cencen hidup pada perairan yang berarus yaitu

sungai. Hal ini sesuai dengan Kaban (2010) yang menyatakan bahwa apabila suhu

air dingin maka ikan cencen akan menghindar dan sangat sulit ditemukan. Ikan

cencen memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di

perairan tawar dengan suhu tropis 22-28 0C, serta pH ±7. Ikan cencen merupakan

ikan yang dapat ditemukan hidup pada perairan yang berarus yaitu sungai.

Kepadatan populasi tertinggi karena merupakan daerah tanpa aktivitas masyarakat

dan kondisi habitat dan lingkungannya dingin sehingga ikan tidak terlalu banyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Distribusi ikan ini tidak terlalu jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak

sungai, dan dataran banjir khususnya musim hujan. Ikan cencen dapat ditemukan

di anak – anak aliran sungai, penyebaran ikan ini hampir disemua perairan tawar

lainnya. Penyebaran alami ikan ini tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya,

Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa. Hal ini sesuai dengan Dalimunthe

(2014) yang menyatakan bahwa ikan cencen ditemukan hidup di sungai dan anak-

anak sungai. Distribusi ikan ini yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, dan

dataran banjir khususnya musim hujan, mulai dari sungai besar ke anak-anak

sungai, dan dataran banjir khususnya musim hujan. Penyebaran alami ikan ini

tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan

Jawa.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ikan Barbodes schwanenfeldii

memiliki nilai K, KR, dan FK pada stasiun I, II, III adalah 0,03 ind/m2, 9,68%,

0,10%, 0,03 ind/m2, 8,33%, 0,09% dan 0,01 ind/m2, 4,17%, 0,04% . nilai K, KR,

dan FK tertinggi terdapat pada stasiun I dan II. Ikan Barbodes schwanenfeldii

tertinggi terdapat pada Stasiun I dan II Ikan Barbodes schwanenfeldii merupakan

ikan yang memiliki sifat hidup di perairan yang memiliki arus deras dan berbatu.

Menurut Susilawati (2001), Barbodes schwanenfeldii merupakan ikan yang

menyukai habitat perairan berarus dan berbatu. Dari hasil identifikasi yang

dilakukan, diketahui bahwa ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) merupakan

ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh agak memanjang, ujung mulut yang

runcing dan memiliki warna sirip yang kuning dan pada bagian sisiknya terdapat

warna sisik yang merah kekuningan, dimana memiliki panjang tubuh sebesar 18

cm. Hal ini sesuai dengan Purba dan Khan (2010), yang menyatakan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


panjang tubuh ikan Lemeduk dapat mencapai 32 cm. bentuk tubuh ikan Lemeduk

agak memanjang dan piph, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral)

terlipat, serta bintik hitam besar pada ekornya, dan terdapat sungut di mulutnya.

ikan Lemeduk mempunyari ciri-ciri yaitu SL 320, LL 30-33, terdapat sisik 5 1/2

antara awal sirip punggung dan gurat sisi, tidak ada tubuh keras pada moncong, 6-

9 baris bintik-bintik berwarna sepanjang barisan sisik, terdapat bintik bulat besar

pada batang ekor, batang ekor dikelilingi 16 sisik dan bagian depan sirip

punggung dikelilingi 26 sisik.

Dari hasil identifikasi di ketahui morfologi ikan lemeduk ialah memiliki

ekor bercagak, tubuhnya memanjang dan agak pipih, warna tubuhnya berliris

kuning putih. Hasil pengamatan ini didukung oleh Rukmana (1997) yang

menyatakan bahwa ciri-ciri umum dari ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii)

adalah tubuh umumnya memanjang ramping (streamline), memiliki tapis insang

(gill raker), badan polos (tidak ditemukan bintik hitam di sepanjang tubuhnya),

sirip ekor panjang dan meruncing, panjang tubuh maksimum (total length) 72 cm,

tubuh berwarna kuning keperakan. Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) akan

lebih cepat bertumbuh ketika berumur muda karena pada saat itu ikan Lemeduk

(Barbodes schwanenfeldii) memanfaatkan makanannya menjadi energi dan

mengubahnya untuk pertumbuhan tubuhnya, namun pada saat berumur tua

pertumbuhan ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) terjadi sangat lambat, hal

ini karena makanan diubah menjadi energi dan digunakan untuk memperbaiki sel-

sel tubuh yang rusak. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ikan Lemeduk

(Barbodes schwanenfeldii) merupakan ikan air tawar yang banyak ditemukan di

sungai. Pada umumnya ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyebarannya di Asia Selatan yang meliputi perairan air tawar Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam dan Kamboja. Hal

ini sesuai dengan Fajarwati (2006), yang menyatakan bahwa bahwa ikan ini biasa

ditemukan disungai. Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) memiliki ukuran

kecil sampai sedang, terdiri dari 25 spesies dan penyebarannya di Asia Selatan

yang meliputi: perairan air tawar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Kamboja.

Nilai K, KR, dan FK antara Stasiun I, II, dan III dengan nilai K, KR, dan

FK tertinggi terdapat pada stasiun I dengan jenis ikan Oreochromis niloticus

masing masing sebesar 0,21ind/m2, 77,42%, 0,77% . Sehingga dari keempat

spesies yang diperoleh yang mndominasi pada setiap stasiunnya adalah ikan

Oreocrhomis niloticus. Tingginya K, KR, dan FK pada stasiun I disebabkan ada

nya budidaya ikan Oreocrhomis niloticus sekitaran perairan sungai casanova yang

menyebabkan masuknya ikan oreocrhomis niloticus ke sungai . Menurut Susanto

(2002) dalam Hasmardi (2003), ikan nila ( Oreochromis niloticus) merupakan

ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tenang.

Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wienner) dan Indeks Keseragaman

dan Dominansi

Nilai indeks keanekaragaman (H’) dan indeks keseragaman (E) ikan

dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4:Data Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks Keseragaman(E) Dominansi (C)


Stasiun I Stasiun II Stasiun III
H‘ 1,03 1,00 0,88
E 0,47 0,72 0,64
C 1,03 0,37 0,45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 3 dapat dilihat nilai keanekaragaman stasiun I, II, dan III

diperoleh dengan hasil 1,03, 1,00, 0,88. Tergolong dalam nilai keanekaragaman

rendah. Menurut Krebs (1985), nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara

0 sampai dengan 2,302 menandakan keanekaragamannya rendah. Rendahnya nilai

keanekaragaman di lokasi penelitian lebih disebabkan faktor jumlah individu dan

jumlah spesies yang sedikit sedangkan penyebaran spesies relatif merata. Menurut

Odum (1994) keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran

individu dalam setiap jenisnya karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya

tetapi bila penyebarannya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah.

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) adalah suatu indeks

keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi, maka

semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan demikian juga sebaliknya.

Keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran

individu dalam setiap jenisnya karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya

tetapi bila penyebarannya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) adalah suatu indeks

keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi, maka

semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan demikian juga sebaliknya. (

Odum, 1994. )

Nilai Indeks Keseragaman (E) pada stasiun I, II, dan III yang ditunjukkan

pada Tabel 3 diperoleh hasil 0,47, 0,72, 0,64. Nilai ini menunjukan kemerataan

antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif

sama. Indeks keseragaman (E) digunakan untuk mengetahui kemerataan proporsi

masing-masing jenis ikan di suatu ekosistem.Menurut Jukri et al. (2013) nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Kriteria nilai indeks keseragamannya

yaitu jika E mendekati 0 maka kemerataan antara spesies rendah, artinya

kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda dan

jika E mendekati 1 maka kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah

individu masing-masing spesies relatif sama.

Nilai indeks dominansi jenis ikan (C) pada stasiun I, II,III yang

ditunjukkan pada Tabel 3 diperoleh hasil 1,03, 0,37, 0,45 jenis ikan yang

ditemukan pada setiap stasiun yang berarti bahwa ada satu spesies yang

mendominasi dan diikuti dengan nilai indeks keseragaman jenis ikan yang kecil,

nilai dominansi yang rendah berarti bahwa tidak ada spesies yang mendominasi

pada setiap stasiun tersebut dan diikuti dengan indeks keseragaman jenis ikan

yang besar. Hal ini sesuai dengan Ardani dan Organsastra (2009) yang

menyatakan bahwa nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1. Apabila nilai D

mendekati 0 maka dominansi rendah artinya tidak ada satu spesies yang

mendominasi, sebaliknya jika nilai D mendekati 1 maka dominansi tinggi artinya

ada satu spesies yang mendominasi yakni Oreochromis niloticus.

Nilai indeks dominansi jenis ikan (C) Pada stasiun I, II, dan III yaitu

sebesar 1,46. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dominansi ikan diperairan sungai

Casanova dalam kategori rendah artinya masih banyak ditemukan berbagai jenis

spesies ikan atau struktur komunitas perairan stabil.

Kelimpahan

Berdasarkan data nilai Kelimpahan jenis ikan pada ketiga stasiun tersebut

diperoleh nilai kelimpahan 0,26, 0,27, dan 0,2 jenis ikan nya adalah Oreochromis

niloticus dikarenakan ikan Oreochromis niloticus sangat cepat pertumbuhan nya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan cepat bereproduksi sehingga penyebarannya sangat tinggi, tingginya

kelimpahan Oreochromis niloticus disebabkan karena Ikan ini memiliki sifat

biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di perairan tawar dengan

suhu tropis 28 – 29 0C, serta pH 7 sehingga keberadaan ikan Oreochromis

niloticus ini banyak dijumpai. Menurut Kottelat et al., (1993), Ikan ini dalam

habitat aslinya adalah ikan yang berkembang biak di sungai, danau dan rawa-rawa

dengan lokasi yang disukai adalah terdapat aliran air yang berarus deras.

Kelimpahan Relatif (KR)

Berdasarkan data nilai kelimpahan relatif dapat dilihat bahwa spesies ikan

yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi pada stasiun I adalah ikan

Oreochromis niloticus dengan persentase 77,42%. Karakteristik stasiun I yang

aktivitas (kontrol) masyarakat dan tergolong berarus deras serta masih banyaknya

pepohonan di sekitar bantaran sungai membuat keberadaan ikan Oreochromis

niloticus banyak di jumpai. Kelimpahan relatif tertinggi pada stasiun III adalah

Oreochromis niloticus sebesar 62,5%. Karakteristik Stasiun III yang berarus

tenang dan pada stasiun III merupakan stasiun yang dekat dengan lahan pertanian,

perikanan/Kolam masyarakat setempat sehingga mendukung bagi kehidupan ikan

Oreochromis niloticus. Menurut Kottelat et al., (1993), Ikan ini dalam habitat

aslinya adalah ikan yang berkembang biak di sungai, danau dan rawa-rawa

dengan lokasi yang disukai adalah terdapat aliran air. Ikan ini memiliki sifat

biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di perairan tawar dengan

suhu tropis 28 – 29 0C, serta pH 7 sehingga keberadaan ikan Oreochromis

niloticus ini banyak di jumpai pada staiun II. Kelimpahan relatif tertinggi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


stasiun II dengan nilai 58,33 adalah Oreochromis niloticus. Ikan Oreochromis

niloticus sering ditemukan karena habitat ikan ini hidup diperairan yang berarus

deras, tenang dan kondisi air yang jernih

Tabel 5: Parameter Kualitas air


No Parameter Satuan Stasiun Baku mutu Keterangan
Kualitas Air PP No 82
1 2 3 Tahun 2001

1 Arus m/s 0,23 0,33 0,44


2 pH 8,1 7,9 7,6 6-9 Baik
o
3 Suhu C 28 28 29
4 DO mg/l 6 5,5 4,5 4 (min) Cukup
5 Kecerahan Cm 39 40 40
6 Kedalaman Cm 48 50 50

Parameter Fisika
Suhu
Pada Tabel ini dapat dilihat bahwa hasil pengukuran suhu yang diperoleh

berkisar antara 28 – 300C. Pada stasiun I dan II sebesar 280C, stasiun III sebesar

290C. Adanya variasi temperatur pada setiap stasiun diduga disebabkan karena

perbedaan waktu pengambilan maupun kondisi lingkungan di setiap stasiun, suhu

yang relatif rendah didapatkan pada pengambilan sampel pada pagi hari (pukul

07.30 WIB).

Menurut Barus (2004), Temperatur air sangat mempengaruhi aktivitas

fisiologis dari organisme air, seperti dijelaskan oleh hukun Van’t Hoffs kenaikan

temperatur sebesar 100C akan meningkatkan metabolisme sebesar 2-3 kali lipat,

yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan

naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen didalam air menjadi

berkurang. Setiap organisme air mempunyai kisaran toleransi yang berbeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terhadap nilai temperatur air. Organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang

luas (euryterm) dan ada jenis yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit

(stenoterm).

Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis antara 280C –

320C. Pada suhu 180C – 250C ikan masih dapat bertahan hidup, tetapi nafsu

makannya mulai menurun. Apabila suhu 120C – 180C mulai berbahaya bagi ikan

sedangkan pada suhu dibawah 120C ikan tropis akan mati kedinginan. Suhu

sangat berperngaruh terhadap kadar oksigen. Oksigen berbanding terbalik dengan

suhu artinya bila suhu meningkat maka kelarutan oksigen dalam air akan

berkurang (Kordi dan Tancung, 2007).

Konsumsi oksigen akan meningkat tajam ketika temperatur meningkat. Pada

ikan konsumsi oksigen senantiasa meningkat bilamana suhu naik disebabkan oleh

meningkatnya laju metabolisme untuk memproduksi panas tubuh agar sesuai

dengan lingkunganya (Yuwono dan Sukardi, 2008). Berdasarkan hal tersebut,

maka suhu perairan dilokasi penelitian sangat mendukung kehidupan organisme

yang hidup di dalamnya. Suhu di Sungai Casanova berdasarkan PP No.82 Tahun

2001 masih berada dalam baik dan sesuai dengan nilai ambang batas.

Kedalaman

Nilai kedalaman air pada stasiun pengamatan berkisar antara 40-50 cm.

Kedalaman tertinggi terdapat pada stasiun II dan III sebesar 50 cm, hal ini

dikarenakan stasiun II dan III merupakan daerah Pariwisata dan Pemukiman.

Kedalaman terendah terdapat pada stasiun I sebesar 48 cm, rendahnya nilai

kedalaman pada stasiun I dikarenakan di stasiun I adalah daerah kontrol dan tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terdapat aktivitas masyarakat. Berdasarkan penelitian Fisesa (2014), pada sungai

yang sama kedalaman Sungai Casanova berkisar antara 40 – 50 cm. Hal ini

terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kedalaman sungai

Casanova yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Kecepatan Arus

Nilai kecepatan arus yang diperoleh dari hasil pengukuran berkisar antara

0,23 – 0,44 m/det. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun III sebesar 0,44 m/det dan

terendah pada stasiun I sebesar 0,2 m/det. Kisaran arus yang diperoleh umum

dijumpai pada perairan daerah tropis dan masih mendukung bagi kehidupan ikan.

Berdasarkan penelitian Fisesa (2014), pada sungai yang sama kecepatan arus

Sungai casanova berkisar antara 0,23 – 0,44 m/det. Hal ini terlihat bahwa

perubahan kisaran arus pada Sungai Casanova tidak berubah signifikan selama

rentang satu tahun.

Menurut Samuel dan Adjie (2007) bahwa, pengelompokkan sungai

berdasarkan kecepatan arusnya yaitu: arus yang sangat cepat (>1 m/dtk), arus

yang cepat (0,5-1 m/dtk), arus yang sedang (0,25-0,5 m/dtk), arus yang lambat

(0,1-0,25 m/dtk), dan arus yang sangat lambat (<0,1 m/dtk). Dalam penelitian ini

Sungai Casanova termasuk dalam kategori sangat cepat.

Kecerahan

Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang juga

mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas yang telah didapat selama penelitian

pada setiap stasiun berkisar 39-40. Hal ini dapat disebabkan karena adanya

perbedaan kanopi atau naungan di setiap stasiun. Menurut Barus (2004) bahwa,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vegetasi yang ada disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi intensitas

cahaya yang masuk kedalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga

mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Penetrasi cahaya

memiliki peranan yang penting juga bagi kehidupan ikan. Penetrasi cahaya yang

terukur di setiap stasiun berada pada kisaran antara 0,39 m – 0,40 m. Nilai

Kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 sedangkan terendah pada

stasiun 1. Menurut Odum (1996), kecerahan suatu perairan berkaitan dengan

padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya yang datang, sehingga dapat

menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisme peraian.

DO

Oksigen terlarut (DO) yang terukur pada setiap stasiun berkisar 5,33 mg/l.

Nilai ini masih dianggap ideal untuk pertumbuhan ikan. Menurut Effendie (1997),

nilai DO yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mg/l. Untuk melihat

potensi kemampuan penyerapan oksigen yang sebenarnya dari masing-masing

stasiun penelitian, maka telah dilakukan perhitungan oksigen dengan cara

membandingkan hasil pengukuran DO dengan nilai DO sebenarnya yang dapat

larut dalam air pada temperatur lapangan yang diukur. Nilai oksigen pada ketiga

stasiun penelitian berkisar antara 67,87% – 84,72%. Menurut Ginting (2002)

bahwa, defisit oksigen terlarut dapat ditimbulkan oleh beberapa hal seperti laju

fotosintesis yang tidak optimal, gerakan air yang lambat sehingga menyebabkan

absorbsi oksigen dari udara ke dalam air tidak berlangsung dengan baik, dan

adanya bahan-bahan organik yang harus dioksidasi oleh mikroorganisma sehingga

menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pH

Nilai pH air pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 7,6-7,9. Nilai pH

tertinggi terdapat pada staiun 1 dan terendah pada stasiun 2. Menurut Siagian

(2009), adanya perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan oleh

penambahan atau pengurangan CO2 melalui proses fotosintesis yang akan

menyebabkan perubahan pH didalam perairan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Keanekaragaman Ikan yang diperairan Sungai Casanova Kecamatan Sibiru-

biru Kabupaten Deli serdang diklasifikasikan sebanyak dua ordo, empat

famili dan empat spesies. Spesies-spesies yang diperoleh adalah Oreochromis

niloticus, Hampala macrolepidota, Mystacoleucus marginatus, Barbodes

Schwanenpeldi Nilai total kelimpahan Ikan tertinggi terdapat pada stasiun

empat yaitu sebesar 0,3 ind/m2dan yang terendah pada stasiun satu dan tiga

yaitu sebesar 0,2 ind/m2

2. Indeks keanekaragaman ikan tergolong rendah yaitu berkisar 0,9 ind/m2

sedangkan indeks keseragaman yaitu sebesar 1,46 yang menunjukan

keseragaman ikan yang merata.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai Analisis dan Dampak dari Kegiatan Masyarakat serta Panjang dan

Bobot Ikan di Perairan Sungai Casanova desa Namu Suro Kecamatan Sibiru-biru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


UGM Press.

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang ekosistem Daratan.USU


press. Medan.
Barus, T.A. 2001. pengantar Limnologi, Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau.
Jurusan Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.

Barus, T.A.1991. Metodologi Ekologi untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik.

Barus, T.A.2004. Pengantar Limnologi. Medan: USU Press.

Brotowidjoyo, M. D; Djoko,T & Eko, M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan


dan Budidaya Air. Yogyakarta: Liberty

Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Danau Toba.


[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program

Dian, O dan Syahroma, H. N. 2008.Komunitas Ikan dan Faktor Kondisi Beberapa


Ikan Putihan di Sungai Muara Kaman dan Danau
Semayang.LIMNOTEK.No.1. P. 10-21.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departement Pendidikan Nasional.


Effendi, H. 2003. Telaah kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanisius.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perairan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi

Ginting, E. M. 2002. Pengaruh Aktivitas Manusia Terhadap Kualitas Air di Prapat

Irianto, A. 2005.Patologi Ikan Teleostei.Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

Jukri, M. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan


Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal mina
laut. Vol. 01.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan
Per ama. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kottelat M , Anthony J. W, Sri Nurani K & Soetikno W. 1993. Freshwater Fishes


of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta : Periplus Editios (HK)

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993.


Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore:
Periplus.

Krebs. C. J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and


Abundance.Hal 462.Harper & Row Publishers New York

Lilik, B. P. B., Ratna, S., Andry, I. 2011. Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa
Barat-Banten. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Murijal A. 2012. Penilaian Kualitas Sungai Pesanggrahan Dari Bagian Hulu


(Bogor, Jawa Barat) Hingga Bagian Hilir (Kembangan, DKI Jakarta)
Berdasarkan indeks biotik. [Skripsi] Biologi UI, Jakarta.

Odum, E P. 1996 . Dasar – Dasar Ekologi : edisi ketiga. Yogyakarta : Gadja


Mada University Prees.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T. Samingan.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pemerintah Republik Indonesia.2001.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun


2001.Tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.

Peraturan menteri kesehatan Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas


Air.Nomor 416 tahun 1990.

Pascasarjana Program Studi Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.

Radiopoetro. 1990. Zoologi. Jakarta Erlangga.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Rahayu, S. W. 2004. Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator


Biologis Kuditas Lingkungan Perairan di Situ Burung Kabupaten
Bogor.Skripsi. Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rifai, S.A., Nurdawati & Nasution. 1983. Biologi Perikanan. Edisi Pertama.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Samuel dan Adjie, S. 2007. Zona, Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Jenis-Jenis
Ikan yang Tertangkap di Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu
Perairan dan Perikana Indonesia. 2(1): 41-48.

Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagian, C. 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Keterkaitannya


Dengan Kualitas Perairan Di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Tesis.
Program Studi Biologi Pascasarjana. USU. Medan.

Soemarwoto,otto. 1996. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan


djambatan. Jakarta.

Suin, N. 2002.Metoda Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang.


Suin, N. M. 2002.Metoda Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Sumantry, D. 2012. Pengukuran Debit Dan Kualitas Air Sungai Cisalak Pada
Tahun 2012. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Bogor.

Sumich, J.L. 1992. An Introduction to The Biology of Marine Life Fifth Edition.
WCB WM. C. Brown Publisher. United States of American, 2460 Kerper
Bouleverd Dubuqua IA. 52001.

Susilawati, N. 2001. Komposisi Jenis-Jenis Ikan serta Aspek Biologi Reproduksi


dan Kebiasaan Makanan Ikan Genggebek (Mystacoleucus marginatus) di
Sungai Cimanuk Segmen Sumedang. Skripsi. IPB Press: Bogor.

Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari. 2004. Kualitas Biologi
Perairan Sungai Senapelan, Sago, dan Sail di Kota Pekanbaru
Berdasarkan Biodindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis.
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau.Vol.1(1):15-
20.

Taqwa M. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Struktur


Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove Di
Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan
Timur. [Tesis] Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP, Semarang.

Taqwa, R,S. 2010. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air dan Aspek
Fisiologis Ikan yang Ditemukan pada Aliran Buangan Pabrik Karet di
Sungai Arau. Artikel. Universitas Andalas: Padang Teknologi: 9(1). April
2005. Hal. 13-19.

Zaenudin, A. 2013.Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan di Daerah Hulu dan


Tengah Sungai Gajah Wong Yogyakarta.[Skripsi]. Biologi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6.Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Perairan

Sampel Air

1 ml MnSO 4
1 ml KOH-Kl
dikocok
didiamkan

Sampel Dengan Endapan


Putih/Coklat

1 ml H 2 SO 4
dikocok
didiamkan

Larutan Sampel
Berwarna Coklat

diambil sebanyak 100 ml


ditetesin Na 2 S 2 O 3 0,0125 N

Sampel Berwarna
Kuning Pucat

ditambahkan 5 tetes amilum

Sampe
BerwarnaBiru

DititrasidenganNa 2 S 2 O 3

Sampel Bening

dihitung volume Na 2 S 2 O 3
yang dipakai
(= nilai DO akhir)
Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Pengukuran

Kualitas Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2 Hampala macrolepidota ( Sebarau)

Lampiran 3 Mystacoleucus marginatus (cencen)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4 Oreochromis niloticus (nila)

Lampiran 5. Barbodes schwanenfeldii (Lemeduk)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai