SKRIPSI
OLEH:
NUR IPA
ABSTRAK
Nur Ipa (L 111 08 273) Keragaman dan Kelimpahan Ikan pada Terumbu Karang
di Pulau Sarappolompo Kabupaten Pangkep. Di bawah bimbingan Andi Iqbal
Burhanuddin (Pembimbing Utama) dan Aidah A. Ala Husain, (Pembimbing
Anggota).
Oleh :
NUR IPA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Hj. A. Niartiningsih, MP Dr. Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si
NIP. 19611201 198703 2 002 NIP. 19631120 199303 1 002
RIWAYAT HIDUP
Takabonerate Sulawesi Selatan lulus tahun 2005, dan SMK Negeri 1 Benteng
Sulawesi Selatan lulus pada tahun 2008. Pada pertengahan tahun 2008, penulis
Kelautan.
Penulis juga telah mengikuti rangkaian Kuliah Kerja Nyata Profesi (KKN
Regular) dan FIKP Unhas Gelombang 82 pada bulan Juni–Agustus 2012 di
Kelurahan Langnga, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang.
Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan menyelesaikan Skripsi
Penelitian dengan judul “Keragaman Dan Kelimpahan Ikan Pada Terumbu
Karang di Pulau Sarappolompo Kabupaten Pangkep”.
iv
lain yang patut penulis puji selain Allah SWT dengan segala rahmat dan
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada jurusan Ilmu Kelautan,
seperti sekarang tanpa petunjuk, koreksi, saran serta motivasi dari berbagai
1. Kedua orang tua, Ibunda Hj. Halijah dan Ayahanda H. Baba, serta keluarga
besar saya yang tercinta (Hj.Nur Asmi dan Muh. Adil Sultan, H. Hase dan
Hj. Hamida serta adik-adik saya), yang telah mencurahkan semua yang
mereka punyai demi anaknya termasuk doa dan dorongan dalam kebaikan
dan tidak terlupakan buat Irfandi Usman dengan cinta kasihnya menjadi
motivasi dan semangat tersendiri bagi penulis dalam penelitian dan penulisan
skripsi.
2. Prof. Dr. A. Iqbal burhanuddin, ST, M. Fish. Sc dan Dr. Ir. Aidah A.
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi yang lebih baik.
v
3. Seluruh dosen Ilmu Kelautan sebagai orang tua kami di kampus yang telah
ikhlas dalam membagi ilmu mereka kepada kami yang akan menjadi bekal di
masa depan.
5. Angkatan 2008 Ilmu Kelautan, saya ingin mengucapkan ”I LOVE YOU ALL”.
NUR IPA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ................................................................................. 2
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kategori Indeks Keanekaragaman ...................................................... 7
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
A. Latar Belakang
padat kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit
tambahan dari alga berkapur (calcareous algae) dan organisme lainnya yang
ikan. Ikan karang merupakan organisme yang hidup dan menetap serta mencari
rusak atau hancur maka ikan karang juga akan kehilangan habitatnya. Sebagai
ikan yang hidup tergantung pada terumbu karang maka rusaknya terumbu
terbanyak dan merupakan organisme besar yang menyolok dan dapat ditemui di
Kepulauan Spermonde, antara lain oleh Aziz (2002) yang meneliti tentang studi
dan Labridae pada daerah rataan terumbu (reef flat), selanjutnya Ilham (2007)
karang, dan Atjo (2010) yang juga telah meneliti tentang sebaran dan
keanekaragaman ikan karang pada kondisi dan variasi habitat terumbu karang
informasi untuk mengetahui berbagai jenis ikan yang hidup pada terumbu karang
C. Ruang Lingkup
3. Mengidentifikasi jenis ikan sampai tingkat spesies kecuali ikan yang aktif
kategori ukuran.
Ikan adalah hewan yang berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai
Ikan karang merupakan ikan yang kehidupannya sejak masa juvenil hingga
keterkaitan yang erat dengan kondisi fisik terumbu karang tersebut. Perbedaan
pada kondisi tutupan karang akan mempengaruhi densitas ikan karang, terutama
yang memiliki keterkaitan kuat dengan karang hidup (Chabanet et al., 1997).
bervariasinya habitat yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Ikan target: ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih,
dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti ikan
3. Ikan mayor: ikan ini umumnya ditemukan dalam jumlah banyak dan
kebanyak dijadikan ikan hias air laut seperti dari famili Apogonidae,
dua kelompok yaitu ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) dan ikan yang aktif
pada malam hari (nokturnal). Sebagian besar ikan karang bersifat diurnal,
Menurut Randall (1999), ikan-ikan diurnal umumnya adalah ikan herbivora yang
berwarna cerah yang pada malam hari bersembunyi di celah-celah batu atau
gua-gua kecil dekat permukaan karang serta ada yang membenamkan diri dalam
pasir.
(Sorokin, 1993). Pada fase larva, umumnya ikan-ikan karang memiliki tingkat
pertahanan diri (survival rate) yang rendah karena besarnya kompetisi ruang dan
adalah variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Terumbu karang tidak
hanya terdiri dari terumbu karang saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai
teluk dan celah, dan juga perairan yang dangkal dan dalam, serta zona-zona
Labridae adalah famili yang lebih mendominasi dari famili ikan karang lainnya.
dalam suatu ekosistem. Kelimpahan ikan karang yang banyak tidak begitu saja
terjadi, namun juga mempunyai tempat di daerah terumbu karang sesuai dengan
dan beberapa jenis yang lain selalu dalam pasangan atau menyendiri, namun
bagi jenis lain untuk kepentingan pasokan makanan, tempat tinggal atau untuk
daerah pemijahan dan pembesaran anak. Jenis ikan teritorial akan bertingkah
laku agresif terhadap jenis lain yang memasuki wilayahnya. Beberapa jenis
memiliki wilayah yang sangat luas atau memisahkan daerah pencarian makan
zat-zat beracun. Zat-zat ini dapat dalam bentuk bisa yang terdapat di berbagai
duri, atau dalam bentuk bahan beracun yang terdapat pada permukaan badan
(krinotoksin), atau daging dan organ dalam dapat juga bersifat racun. Ikan jenis
lepu batu dan lepu ayam (famili Scorpaenidae) merupakan ikan karang yang
mempunyai bisa yang sangat mematikan. Selain itu ada juga ikan yang
dari zat-zat beracun ini adalah untuk bertahan dari pemangsaan dan ancaman
(Sale, 1991).
berbagai ektoparasit dari spesies ikan lain, yang biasanya berukuran lebih besar.
daerahnya. Dengan warnanya yang terang dan kontras, ikan yang akan
parasit dari ikan tersebut. Jika ikan yang sama keduanya bertemu kembali di
tempat yang lain, ikan yang lebih besar akan memakan ikan yang lebih kecil.
Tetapi tampaknya ada aturan yang lain yang digunakan pada stasiun
keseimbangan dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis (Odum, 1971).
banyak spesies atau genera yang berbeda-beda, dan mempunyai nilai yang kecil
atau sama dengan nol jika semua individu berasal dari satu spesies (Tabel 1).
besarnya berkisar nol sampai satu. Semakin kecil nilai suatu keseragaman,
semakin kecil pula keseragaman dalam komunitas (Tabel 2). Dengan kata lain,
dominansi. Jika nilai indeks dominansi mendekati satu, maka ada organisme
tertentu yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai indeks dominansi adalah nol
maka tidak ada organisme yang dominan (Tabel 3). Berbeda dengan indeks
suatu jenis lebih banyak terdapat selama pengambilan data (Odum, 1971).
yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO 3) yang
kerangka kapur, dan alga yang banyak di antaranya juga mengandung kapur.
Berkaitan dengan terumbu karang di atas dibedakan antara binatang karang atau
karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen dari kelompok
dan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem (Sorokin, 1993).
dengan daratan (land masses), terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang
sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah
(Nontji, 2007):
9
40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas.
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-
gangguan alam yang berasal dari luar terumbu. Beberapa faktor yang membatasi
a. Suhu; pertumbuhan karang yang optimum terjadi pada perairan yang rata-
rata suhu tahunannya berkisar 23–25ºC. Akan tetapi karang juga dapat
10
b. Cahaya; merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang membatasi
terumbu karang. Cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh
32–35‰. Toleransi karang batu terhadap salinitas cukup tinggi yang dapat
terumbu karang, ganggang, dan fauna karang yang lain. Badai biasanya
koloni baru. Badai, ombak, dan arus adalah juga kekuatan-kekuatan yang
variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Selain itu ikan-ikan karang
memiliki relung (niche) ekologi yang sempit sehingga lebih banyak spesies yang
karang terbatas dan terlokalisasi hanya di area tertentu pada terumbu karang
(Gambar 1). Selain itu ada juga ikan-ikan karang yang dapat bermigrasi dan
ditempati siang dan malam bagi perlindungan membagi dua komunitas ikan,
nokturnal dan diurnal. Pada malam hari spesies diurnal bersembunyi di karang
sedangkan spesies nokturnal mencari makan dan pada siang hari kejadian yang
Salah satu sumber makanan di terumbu karang bagi ikan karang adalah
lendir yang dikeluarkan oleh koral. Lendir tersebut dihasilkan oleh beberapa jenis
12
koral yang tidak memiliki tentakel atau tentakelnya tereduksi, yang dikeluarkan
oleh koral untuk menangkap mangsanya. Dua kelompok ikan yang secara aktif
memangsa koloni koral, yaitu jenis yang memakan polip koral (famili
yang mencabut polip karang untuk mendapatkan alga yang berlindung di dalam
1992).
13
9. Scuba set, yang terdiri atas masker, snorkel, fins, regulator, Bouyancy
C. Prosedur Penelitian
1. Observasi awal
Titik lokasi penelitian terdiri atas 3 stasiun yaitu Stasiun I berada di daerah
perlindungan laut (DPL) sebelah barat, Stasiun II berada dekat dermaga batu
sebelah timur pulau dan Stasiun III berada di sebelah utara (Gambar 2).
St. 3
St. 2
St. 1
(roll meter) sepanjang 50 meter di atas terumbu karang sejajar dengan garis
pantai (English et al., 1994). Pada setiap stasiun dilakukan 2 kali pemasangan
kelimpahan ikan tiap jenis mulai dihitung dengan batasan jarak 2,5 meter ke
bagian kiri dan kanan (English et al., 1994) (Gambar 3). Lebar batasan sampling
kelompok atau schooling dengan jumlah yang banyak atau melimpah, maka
ukuran panjang ikan tersebut merujuk pada Green and Bellwood (2009) yaitu: (1)
5-<7,5cm, (2) 7,5-<10 cm, (3) 10-<15 cm, (4) 15-<20 cm, (5) 20-<25 cm, (6) 25-
Gambar 3. Cara melakukan sensus visual ikan karang (English et al., 1994).
lapangan (untuk jenis ikan yang dikenali pada saat pengamatan) dengan
diambil dalam Kuiter and Tonozuka (2001). Sedangkan untuk ikan karang yang
yaitu metode transek garis Line Intercept Transect (LIT) (English et al., 1994).
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain, akurasi data dapat
diperoleh dengan baik, kualitas data lebih baik dan lebih banyak, penyajian
mati, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih
menyeluruh serta dapat menyajikan secara baik data struktur komunitas biota
form). Nilai penutupan dasar yang didata adalah nilai akhir pada garis transek
yang merupakan akhir dari suatu kriteria yang ditinjau dari transek 0–50 meter.
Biota yang berkoloni dianggap sabagai satu individu, bila satu koloni dipisahkan
oleh suatu kriteria benda atau binatang maka koloni tersebut didata secara
terpisah yang dianggap sebagai dua individu. Penentuan titik atau posisi transek
pada status kondisi atau tingkat kerusakan terumbu karang dengan merata-
Untuk analisis kondisi terumbu atau tingkat kerusakan terumbu karang ini
parameter diukur pada setiap lokasi pengambilan data yang menggunakan alat
D. Analisis Data
ikan karang, beserta indeks keanekaragaman (H), indeks keseragaman (E) dan
(Underwater Visual Census) yaitu mencatat semua jenis ikan karang yang
adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang ditemukan dalam
𝑛𝑖
𝐾𝐽 = × 100
𝑁
dimana: KJi = komposisi jenis ke-i (%); ni = jumlah individu jenis ke-i; N =
𝐻′ = − 𝑝𝑖 𝑙𝑛 𝑝𝑖
'
dimana: H = indeks keanekaragaman; pi = proporsi kelimpahan dari spesies
ke-i (ni/N).
spesies.
19
𝑛𝑖 𝑛1 − 1
𝐷=
𝑁 𝑁−1
Presentase penutupan karang mati, karang hidup dan jenis life-form lainnya
119º17'00.3” BT. Pulau ini merupakan salah satu dari dua pulau yang tergabung
sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Selat Makassar, sebelah timur
Mattiro Kanja dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Mattiro Walie.
tepi dengan batas surut yang cukup jauh dari garis pantai (±100 meter). Pada
beberapa sisi pantai telah dibuatkan tanggul untuk mencegah abrasi pantai,
dimana bahan yang banyak digunakan adalah karang batu, cangkang kima dan
tangkap yang cukup beragam yaitu pancing, rengge, jaring tasi dan tombak bius
cumi-cumi, udang kipas, dan kima. Sumberdaya yang ada berupa ikan sunu,
tenggiri, cakalang, ekor kuning, udang kipas dan rajungan dengan lokasi tangkap
di sekitar pulau.
21
dimulai pada kedalaman 4 meter yang didominasi oleh karang masif dan karang
bercabang (branching).
84.4% (Tabel 5, Lampiran 1–6). Untuk tutupan karang hidup diperoleh dari
jumlah persentase kategori ACB, ACE, CF, CM, CMR dan CS. Berdasarkan rata-
rata persentase setiap stasiun terlihat adanya penurunan kondisi mulai dari
kondisi baik (54.4%) di Stasiun I, hingga kondisi buruk (20.0%) di Stasiun III.
Sementara itu, persentase karang mati (dead coral) berkisar antara 0.0–
29.7%, dimana rata-rata tertinggi ditemukan di Stasiun III (14.9%) dan terendah
di Stasiun II (6.6%) (Tabel 5). Komponen karang mati ini terdiri atas karang mati
Pada Stasiun II lebih tinggi persentase penutupan karang hidup (live coral)
dibandingkan Stasiun III dikarenakan persentase rubble (RB) sebesar 62,2% dan
sand (S) sebesar 12,0%. Tingginya persentase karang mati kemungkinan besar
ditemukan di Stasiun II sebesar 4.2% (Tabel 5). Alga yang ditemukan dari jenis
makro alga (MA). Sedangkan kategori abiotik kisarannya cukup besar, antara
Hal ini berbanding terbalik dengan rata-rata persentase karang hidup. Kategori
abiotik ini meliputi pecahan kecil karang (RB) dan pasir (S).
Secara keseluruhan jumlah ikan yang teramati kurang lebih 389 ind/100m2
yang terdiri dari 16 famili 30 genus dan 40 spesies. Jenis ikan karang yang
120
Rata-rata Kelimpahan (ind/100 m2)
100
80
60
47
40 29
20 16
-
I II III
Stasiun
kelimpahan ikan terendah terdapat pada Stasiun III. Hal ini juga dikarenakan
23
kondisi terumbu karang maka kelimpahan ikan semakin tinggi. Faktor-faktor yang
88 ind/100m2.
60
50
Individu/100m2
40
30
20
10
0
I II III
Stasiun
pada Gambar 6. Ikan karang yang termasuk ke dalam kategori mayor yaitu dari
45 42
10 Mayor
5 6
4
5 1
0 0
-
I II III
Stasiun
karang dari kelompok mayor berkisar antara 12–42 ind/100m2 (Gambar 6).
kelimpahan ikan indikator cukup rendah berkisar antara hanya 0-1 ind/100m2
saja.
ikan yang termasuk major group yang merupakan kelompok ikan terbesar dari
ikan-ikan penghuni terumbu karang, dan pada umumnya hidup dalam kelompok
mayor terdapat pada famili Pomacentridae dan untuk kelompok ikan target
(Gambar 7).
25
250
206
200
Rata-rata Kelimpahan(1ind/100m 2)
150
100
50
3 10 0 2 2 2 2 3 3 5 10
0
Labridae
Centriscidae
Acanthuridae
Apogonidae
Caesionidae
Mullidae
Scaridae
Siganidae
Lutjanidae
Ephippidae
Pomacentridae
Chaetodontidae
Target Indikator Mayor
Abudefduf sexfasciatus. Selain itu di stasiun ini juga banyak ditemui karang mati
terutama pada Stasiun I (Lampiran 1-2) sehingga hal inilah yang menyebabkan
keberadaan ikan-ikan target terutama dari jenis kerapu sangat jarang dijumpai di
stasiun ini. Hal ini disebabkan kurangnya formasi terumbu karang yang
jenis ikan kerapu. Ikan target yang dijumpai di stasiun ini adalah dari jenis ikan
ekor kuning (Caesionidae) dan baronang (Siganidae) yang memiliki pola migrasi
(Gambar 8).
26
50 47
40
Labridae
Acanthuridae
Apogonidae
Caesionidae
Mullidae
Scaridae
Lutjanidae
Chaetodontidae
Pomacentridae
Target Indikator Mayor
Pada Stasiun III, untuk kelompok mayor kembali didominasi oleh famili
Karena dari hasil pengamatan selama melakukan peyelaman, jenis ini banyak
ind/100m2. Hampir di setiap stasiun pengamatan ikan karang dari jenis ini banyak
merupakan target nelayan yang menggunakan alat tangkap bom karena jenis
ikan Caesionidae sering bergerombol dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal
tutupan karang hidupnya hanya tergolong sedang dan buruk karena terdapat
40 36
30
Rata-rata kelimpahan(ind/100m 2)
20
10 6
4 3
1 2 1 2 1 1 2
0
Labridae
Acanthuridae
Apogonidae
Caesionidae
Mullidae
Scaridae
Siganidae
Lutjanidae
Pomacanthidae
Chaetodontidae
Pomacentridae
Target Indikator Mayor
Dari ketiga kelompok di atas, jumlah individu kelompok ikan mayor lebih
besar dibanding kelompok lain. Jika diperbandingkan antar kelompok, maka rasio
atau proporsi antara jumlah individu kelompok target, indikator dan mayor adalah
51 : 6 : 332 (Tabel 6), atau jika disederhanakan menjadi 8 : 1 : 55, yang berarti
dalam sejumlah 64 ekor ikan terumbu karang pada setiap stasiun pengamatan
rata-rata terdiri atas 8 ekor ikan target, 1 ekor ikan indikator, dan 55 ekor ikan
mayor. Rasio ini sangat tertinggal jauh dibandingkan rasio kelompok ikan karang
dalam 14 ekor ikan karang, rata-rata ditemukan 4 ekor ikan target, 1 ekor ikan
indikator dan 9 ekor ikan mayor (Husain, 2000). Jika disetarakan dengan 58 ekor
ikan karang, maka rasio di TLN Bonerate adalah 17 : 4 : 37, dimana dalam 58
ekor ikan karang di TLN Bonerate, rata-rata ditemukan 17 ekor ikan target, 4 ekor
Tabel 6. Pengelompokan jumlah dan spesies ikan karang pada semua stasiun
selama pengamatan.
Jumlah individu Rata-rata individu Jumlah Jumlah Jumlah
Kelompok
(ekor) per stasiun (ekor) family genus spesies
Target 51 17 8 9 11
Indikator 6 2 1 3 4
Mayor 332 111 6 17 25
Total 389 130 15 29 40
28
D. Komposisi Jenis
(37,48%) yang berasal dari famili Pomacentridae (Lampiran 8). Dari hasil
persentase penutupan karang hidup pada stasiun tergolong sangat baik dan
sedang dan Stasiun I merupakan daerah perlindungan laut dan banyak terdapat
habitat dari ikan mayor dari ikan suku Pomacentridae, sehingga hal inilah yang
stasiun ini. Persentase komposisi jenis tertinggi lainnya ikan target yaitu suku
Caesionidae jenis Casio teres sebesar 4,43% dan ikan indikator yaitu suku
hidup tergolong sangat baik dan sedang sedang dengan presentase penutupan
kelompok ikan mayor jenis Neoglyphidodon melas sebesar 15,38% dan target
Casio teres sebesar 10,26% sedangkan dari kelompok ikan indikator Chaetodon
buruk yaitu sebesar 15,6-24,4% dan didapatkan rubble (RB) sebesar 39,3-
62,2%. Untuk presentase komposis jenis pada stasiun ini paling tinggi dari
kelompok ikan mayor jenis Abudefduf sexfasciatus sebesar 20,55%, ikan target
Casio teres sebesar 6,85% dan ikan indikator jenis Chelmon rostratus,
yang kecil pada umumnya bergerombol dengan jumlah yang lebih banyak dan
ukuran 7.5 – <10 cm adalah yang paling banyak dan ukuran 10 – <15 cm paling
sedikit (Tabel 7), pada ukuran 25 cm ke atas tidak ditemui pada stasiun
bahwa ukuran ikan yang relatif besar endrung menjauh dan bersembunyi ketika
didekati. Dari famili Labridae, Scaridae dan Lutjanidae sebagian besar ditemukan
berukuran relatif besar (<20 cm) dibandingkan jenis lainnya (Lampiran 10-12).
Tabel 7. Jumlah ikan yang teramati pada setiap stasiun berdasarkan kategori
ukuran panjang (Green and Bellwood, 2009).
Stasiun
No. Ukuran (cm) Total
I II III
1. 5 – <7.5 11 2 2 15
2. 7.5 – <10 192 48 37 277
3. 10 – <15 9 5 5 19
4. 15 – <20 20 16 9 45
5. 20 – <25 14 11 8 33
6. 25 – <30 0 0 0 0
7. 30 – <35 0 0 0 0
Total 389
paling tinggi yaitu pada Stasiun II sebesar 2,99 tergolong kondisi sedang
jenis ikan karang tertentu yang tinggi yaitu dari jenis Abudefduf sexfasciatus dan
tempat berlindung dan mencari makan. Hal ini terlihat pada setiap stasiun
seragam.
31
karena jumlah satu spesies dengan spesies yg lain tidak jauh berbeda antara
spesies 1 dengan spesies lainnya hanya 1 spesies yang jumlah individunya tinggi
Sarappolompo mulai dari komunitas labil sampai stabil. Ini berarti bahwa
seragam.
stasiun yang lain. Ini berarti di dalam komunitas ikan karang pada Stasiun II
Pomacentridae yang jumlah sampai 104 ind/100m2. Semakin tinggi nilai indeks
jumlah yang sangat menyolok dibandingkan dengan jenis lainnya (Odum, 1971).
32
0.103. Ini berarti di dalam komunitas ikan karang tidak ditemui adanya dominansi
suatu jenis. Hal ini sesuai dengan penyebaran masing-masing jenis yang tidak
terlalu jauh berbeda kisarannya (hampir seragam). Semakin tinggi nilai indeks
G. Kondisi Oseanografis
bahwa tidak ada kecendrungan perbedaan kualitas air dalam tiga kali
yang dikumpulkan.
a. Suhu
respirasi biota air serta proses metabolisme ekosistem perairan (Odum, 1971).
Rata-rata suhu perairan di daerah penelitian adalah 30.3–31oC (Tabel 8). Dari
hasil pengukuran dan perhitungan dapat dikatakan bahwa suhu tersebut dapat
ditolerir oleh ikan. Dapat dikatakan bahwa ikan karang dapat hidup normal
dengan rata-rata suhu yang terukur tersebut. Perairan ini sesuai untuk
terumbu karang yang optimal terjadi diperairan yang rata-rata suhu tahunannya
b. Salinitas
adalah 32.3–34.3‰ (Tabel 8). Nilai ini merupakan kisaran yang normal yang
Nilai salinitas yang telah diukur ini tidak terlalu bervariasi antara stasiun
lingkungan yang berperan dalam perubahan salinitas adalah pola sirkulasi air.
perubahan salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah dari salinitas normal (30–
35‰).
c. Kecerahan
fotosintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemampuan karang untuk
d. Kecepatan arus
rata berkisar antara 0.10–0.16 m/s (Tabel 8). Arus berfungsi sebagai pensuplai
oksigen dari laut bebas dan makanan berupa plankton. Arus juga dapat
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk, bersifat baik apabila membawa
nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh terumbu karang dan
e. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya partikel-partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan
yang terkandung dalam suatu perairan. Berdasarkan data yang diperoleh selama
V. KESIMPULAN
1. Simpulan
berikut:
2. Keseluruhan jumlah ikan yang teramati kurang lebih 389 ind/100m2, terdiri
sebesar= 8 : 1 : 55.
4. Komposisi jenis ikan didominasi oleh ikan spesies Caesio teres (5,76%)
ikan mayor.
2. Saran
areal terumbu karang Pulau Sarappolompo yang masih tergolong baik terutama
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G., 1997. Marine Fishes of South East Asia. The Western Australia
Museum, Perth, Western Australia.
Amaliyah, 2004. Studi kondisi tutupan bentik terumbu karang di perairan Pulau
Salemo, Sabangko dan Sagara Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Atjo, A. A., 2010. Sebaran dan keanekaragaman ikan karang pada kondisi dan
variasi habitat terumbu karang Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Program
Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Aziz, A. W., 2002. Studi kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang famili
Pomacentridae dan Labridae pada daerah rataan terumbu (reef flat) di
perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan,
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Bakosurtanal, 2003. Inventarisasi Data Dasar Sumberdaya Alam Pesisir dan
Laut Terumbu Karang di Kangean Madura. Pusat Survey Sumberdaya
Alam. Bakusortanal, Madura.
Bouchon-Navaro, Y., C. Bouchon, M. Louis and P. Legendre, 2005.
Biogeographic patterns of coastal fish assemblages in the West Indies.
Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 315: 31–47.
Burhanuddin, A. I., 2008. Ikhtiologi: Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan
Citra Emulsi, Makassar.
Chabanet, P., H. Ralambondrainy, M. Amanieu, G. Faure and R. Galzin, 1997.
Relationships between coral reef substrata and fish. Coral Reefs, 16: 93–
102.
Chou, L. M., 1984. A Review Reef Survey and Management Methods in
Singapore. Department of Zoology, Singapore.
English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1994. Survey Manual and Tropical
Marine Resources. Australian Institute of Marine Science, Townsville.
Green, A.L. and D.R. Bellwood, 2009. Monitoring Functional Groups of
Herbivorous Reef Fishes as Indicators of Coral Reef Resilience. A Practical
Guide for Coral Reef Managers in the Asia Pacific Region. IUCN Working
Group on Climate Change and Coral Reefs. IUCN, Gland, Switzerland.
Kuiter, R. H. and T. Tonozuka, 2001. Pictorial Guide to Indonesian Reef Fishes.
Zoonetics, Australia.
Haerul, 2012. Analisis keragaman dan kondisi terumbu karang di pulau sarappo
lompo, Kabupaten Pangkep. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
37
Kedalaman 3 M (Ul.1)
Panjang Transition
Kategori
Transek (cm) Point (cm)
50 50 ACB
100 50 CM
200 100 ACE
300 100 CM
500 200 ACB
580 80 SC
590 10 SP
700 110 ACB
800 100 CM
1000 200 ACB
1050 50 CF
1200 150 DC
1230 30 CS
1400 170 ACE
1600 200 CF
1700 100 CMR
1750 50 SC
1980 230 ACB
2000 20 DC
2600 600 CB
2710 110 CE
2760 50 ACB
2790 30 CM
2800 10 SC
2900 100 RB
3010 110 CM
3090 80 ACB
3200 110 CM
3250 50 S
3400 150 ACB
3550 150 CM
3700 150 RB
3750 50 ACB
3800 50 CB
3820 20 CF
3845 25 ACD
3900 55 CB
4010 110 ACB
4030 20 CF
4150 120 CM
4300 150 ACB
4350 50 CM
4600 250 ACB
4750 150 SC
4760 10 SP
4950 190 ACB
5000 50 CM
39
Life-form %
ACB 36,4
ACD 0,5
ACE 5,4
CB 14,1
CE 2,2
CF 5,8
CM 17,4
CMR 2,0
CS 0,6
DC 3,4
RB 5,0
S 1,0
SC 5,8
SP 0,4
14 100
40
Kedalaman 12 M (Ul.2)
Panjang
Transition
Transek Kategori
Point (cm)
(cm)
70 70 DCA
78 8 ACB
110 32 CMR
190 80 SC
200 10 CMR
300 100 DCA
350 50 CE
400 50 DCA
430 30 SC
670 240 ACB
790 120 DCA
810 20 ACB
890 80 CMR
1500 610 S
2400 900 RB
2600 200 S
2700 100 CMR
3000 300 DCA
3100 100 S
3550 450 CMR
4000 450 RB
4150 150 CM
4300 150 RB
4750 450 S
4830 80 CE
5000 170 RB
5000 26
50 50 CM
100 50 RB
120 20 CM
185 65 RB
195 10 CM
255 60 S
300 45 ACE
345 45 CM
360 15 ACE
400 40 RB
445 45 CM
490 45 RB
565 75 S
575 10 CS
590 15 CM
670 80 RB
695 25 CM
750 55 RB
769 19 CM
800 31 S
850 50 CM
880 30 CS
950 70 S
1000 50 CM
1150 150 RB
1190 40 ACE
1200 10 CS
1300 100 S
1350 50 CM
1500 150 RB
1555 55 CM
1590 35 RB
1600 10 CM
1655 55 RB
1685 30 CM
1800 115 S
1840 40 CS
1945 105 RB
1960 15 ACE
2000 40 RB
2055 55 CM
2200 145 RB
2400 200 S
2450 50 CS
2490 40 CM
2650 160 RB
2680 30 CM
2900 220 RB
3000 100 CM
3350 350 S
3400 50 CM
3420 20 CS
3500 80 S
3520 20 CM
3700 180 RB
3750 50 ACE
3780 30 CS
4000 220 S
4040 40 CM
4200 160 RB
4220 20 CM
4400 180 RB
4450 50 CM
4800 350 RB
4830 30 CM
4870 40 CS
5000 130 RB
5000 67
42
Life-form %
ACE 3,3
CM 18,2
CS 4,6
RB 47,9
S 26,0
5 100
43
Kedalaman 12 M (Ul. 2)
Panjang
Transition
Transek Kategori
Point (cm)
(cm)
30 30 CM
220 190 RB
300 80 DCA
350 50 CM
400 50 CF
490 90 DCA
550 60 CM
600 50 CF
700 100 MA
850 150 S
900 50 SC
1000 100 RB
1100 100 CM
1230 130 RB
1250 20 SC
1400 150 RB
1500 100 DCA
1600 100 CM
1650 50 CF
1800 150 DCA
1900 100 CM
1990 90 CF
2200 210 MA
2500 300 S
2520 20 CF
2800 280 RB
2900 100 CM
3050 150 RB
3160 110 CM
3400 240 RB
3600 200 DCA
3720 120 CM
3740 20 CF
3780 40 DCA
3900 120 CM
3940 40 SC
4050 110 MA
4220 170 S
4240 20 CF
4600 360 RB
4720 120 CM
4900 180 RB
5000 100 CM
5000 43
Life-form %
CF 6,0
CM 22,2
DCA 13,2
MA 8,4
RB 35,6
S 12,4
SC 2,2
7 100
44
300 300 RB
450 150 CM
500 50 RB
600 100 ACB
620 20 CF
680 60 CS
700 20 CM
730 30 CS
750 20 CF
900 150 RB
950 50 ACB
1000 50 CM
1100 100 RB
1150 50 ACB
1200 50 CM
1450 250 RB
1600 150 CM
1790 190 S
2000 210 RB
2020 20 CF
2060 40 CM
2300 240 RB
2320 20 CM
2600 280 RB
2640 40 CM
2700 60 S
2750 50 ACB
2780 30 SC
2900 120 RB
2950 50 ACB
3000 50 CM
3300 300 RB
3320 20 CM
3340 20 CF
3600 260 RB
3750 150 S
3770 20 CM
4000 230 RB
4030 30 CM
4230 200 S
4350 120 RB
4380 30 CF
4400 20 CM
4900 500 RB
4940 40 SC
4950 10 CF
5000 50 CS
5000 47
45
Life-form %
ACB 6,0
CF 2,4
CM 13,2
CS 2,8
RB 62,2
S 12,0
SC 1,4
7 100
46
Kedalaman 12 M (Ul. 2)
Panjang Transition
Kategori
Transek (cm) Point (cm)
150 150 CM
200 50 ACE
550 350 RB
580 30 DCA
600 20 CM
800 200 S
820 20 ACE
1250 430 RB
1300 50 DCA
1320 20 ACB
1550 230 DCA
1800 250 RB
1820 20 CM
2000 180 RB
2245 245 S
2300 55 DCA
2500 200 RB
2600 100 DCA
2620 20 CM
2800 180 DCA
2830 30 CF
2870 40 CM
2890 20 CF
3200 310 RB
3500 300 DCA
3540 40 ACB
3700 160 SC
3720 20 CF
3800 80 DCA
3830 30 ACB
3900 70 CM
4000 100 DCA
4245 245 RB
4260 15 SP
4400 140 DCA
4430 30 CM
4600 170 DCA
4650 50 CM
4800 150 S
4850 50 DCA
5000 150 CM
5000 41
Life-form %
ACB 1,8
ACE 1,4
CF 1,4
CM 11,0
DCA 29,7
RB 39,3
S 11,9
SC 3,2
SP 0,3
9 100
47