Abstrak
Penelitian tentang keragaman dan distribusi fauna ikan yang dilakukan dua tahap yakni pada
bulan April-Mei 2011 (mewakili musim kemarau) dan September-Oktober 2011 (mewakili musim
penghujan) bertujuan mengungkap kekayaan spesies dan distribusi spasio-temporal komunitas
ikan di Sungai Asahan bagian hulu beserta anak sungai-anak sungainya. Penangkapan ikan
menggunakan alat backpack electrofishing dengan metode multiple-pass depletion, experimental gill net
dan cast net di empat belas stasiun pengambilan contoh. Ikan yang ditemukan selama penelitian
berjumlah 31 spesies dari 22 genera dan 11 famili. Cyprinidae umumnya paling banyak
tertangkap pada kedua musim, diikuti famili Balitoridae dan Clariidae. Neolissochilus sumatranus
merupakan ikan endemik Sumatera Utara yang sudah mulai langka, namun masih ditemukan di
lokasi studi. Spesies ikan yang tertangkap pada musim kemarau lebih beragam dibandingkan
musim penghujan. Spesies yang memiliki sebaran yang luas di lokasi studi pada kedua musim
adalah N. sumatranus (64,3% & 57,1%), Tor soro (42,9% & 14,3%), dan Crossocheilus oblongus (35,7%
& 21,4%). Studi ini menunjukkan bahwa keragaman spesies ikan meningkat secara progresif
seiring dengan kompleksitas habitat yang tersedia.
Kata Kunci: keragaman, distribusi spasio-temporal, Sungai Asahan, iktiofauna, N.sumatranus
Pendahuluan
Distribusi ikan di sungai dan anak sungainya khususnya di daerah tropis
merupakan salah satu kajian yang menarik bagi para ahli ekologi akuatik (Gilliam et al.,
1993; Raghavan et al., 2008). Beberapa mekanisme yang telah lama dipahami sebagai
penentu distribusi ikan di sungai daerah tropis antara lain faktor alam meliputi
biogeografi (Jenkins et al., 2010), geografi dan topografi daerah tangkapan hujan (Russell
et al., 2003), proses ekologis seperti pemangsaan, kompetisi, dan interaksi tropik (Power
1983; Barili et al., 2011). Perbedaan curah hujan yang sangat tinggi juga ditengarai akan
merubah struktur komunitas ikan karena fluktuasi paras muka air yang berubah
sehingga berkorelasi terhadap perubahan kondisi dan ketersediaan habitat (Eikaas &
McIntosh, 2006; Jenkins et al., 2010). Faktor lainnya adalah antropogenik seperti alih
fungsi lahan di daerah hulu akan memengaruhi distribusi ikan karena menurunkan
kualitas perairan (Jones III et al., 1999); dan pembangunan bendungan untuk PLTA
ditengarai akan memengaruhi distribusi ikan khususnya spesies yang melakukan
migrasi ke bagian hulu sebagai bagian dari daur hidupnya (March et al., 2003; Han et al.,
2009).
43
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
44
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
45
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
Ikan yang tertangkap dipisah berdasarkan stasiun pengambilan contoh dan alat
tangkap. Contoh ikan difoto dalam keadaan segar di dalam portable aquarium, diukur
panjang total (mm) dan bobotnya (g). Data panjang dan bobot ikan ini nantinya
46
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
E = H'/ln Sk
dengan Pjk = kelimpahan relatif spesies ke-j di stasiun k; Sk = jumlah total spesies yang
tertangkap di stasiun k.
47
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
48
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
Gambar 2. Jumlah spesies ikan dari masing-masing famili pada musim kemarau dan
penghujan
49
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
bagi komunitas ikan. Pola yang sama juga ditemukan di perairan Vanua Levu, Fiji
bahwa pada musim penghujan terjadi peningkatan kekeruhan perairan akibat
banyaknya masukan run off dari sekitar sungai dan pada gilirannya memengaruhi
keragaman dan kelimpahan spesies ikan (Jenkins & Jupiter, 2011).
Pada survei ini ditemukan tiga jenis ikan Tor yakni T. douronensis, T. soro, T.
tambroides dan satu jenis ikan Neolissochilus yakni N. sumatranus. Keempat spesies ini
dikategorikan sebagai ikan batak oleh masyarakat setempat. Keempat spesies ini
merupakan ikan ekonomis tinggi dan bernilai sosio-kultural khususnya bagi masyarakat
dari suku Batak. Ikan N. sumatranus merupakan spesies ikan endemik di daerah
Sumatera Utara. Sebaran ikan ini belum pernah diungkap secara spesifik, demikian pula
halnya data ekologi dan biologinya belum pernah dilaporkan. Temuan ini menjadi satu
mata rantai dalam upaya konservasi ikan N. sumatranus di habitat alaminya.
Berdasarkan analisis keanekaragaman alpa, keanekaragaman dan struktur
komunitas fauna ikan di masing-masing stasiun bervariasi baik secara spasial dan
temporal (Tabel 3). Keragaman ikan lebih besar di sungai utama dibandingkan dengan
di anak sungai utama (major tributaries) dan anak sungai minor (minor tributaries). Indeks
keanekaragaman dan evenness tertinggi baik pada musim kemarau dan penghujan
ditemukan di stasiun Parhitean, air terjun Monang-monang, Sungai Monang-monang
dan Ojo lali. Secara umum, keanekaragaman spesies ikan di lokasi studi termasuk
rendah (H’ berkisar antara 0,21-1,75), sementara indeks evenness termasuk dalam
kategori sedang sampai tinggi (E berkisar antara 0,22-0,99).
Studi ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman dan evenness komunitas
ikan meningkat secara progresif seiring dengan meningkatnya kompleksitas habitat
yang tersedia; atau dengan kata lain komunitas ikan bervariasi secara spasial terkait
dengan posisi ordo sungai. Semakin besar ordo sungainya (downstream region), maka
heterogenitas habitat semakin besar dan pada gilirannya akan memberikan relung yang
luas bagi banyak spesies ikan untuk melangsungkan kehidupannya (Bhat, 2004; Kadye
et al., 2008). Heterogenitas habitat dimaksud mencakup lebar dan kedalaman sungai,
ordo sungai, ketinggian (altititude), ruang untuk bersembunyi, vegetasi riparian, sungai
yang tertutup oleh vegetasi (stream canopy cover), tipe substrat, kualitas air (suhu,
oksigen terlarut, kecepatan arus, konduktifitas, pH, kekeruhan, nitrogen total, posfat
total, dan karbon organik total) (Angermeier & Karr, 1983; Penczak et al., 1994; Gerhard
et al., 2004; Roy et al., 2007; Kouamé et al. 2008; Li et al., 2012). Fenomena yang sama juga
ditemukan pada komunitas ikan di Sungai Agua Nanci, Paraná River, Brazil (Abes &
50
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
Agostinho, 2001) dan Sungai Rio Paraiba do Sul di Sebelah Tenggara Brazil (Araújo et al.,
2009) bahwa keragaman komunitas ikan semakin besar sejalan dengan meningkatnya
heterogenitas habitat.
51
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
52
Tabel 2. Spesies, distribusi dan nilai potensial fauna ikan yang ditemukan di hulu Sungai Asahan dan anak sungainya
52
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
Tabel 2 (Lanjutan)
SILURIDAE
Silurichthys hasseltii Rabi-rabi - - - - - - - - - - - - - ox 7,1 7,1 C & Or
CLARIIDAE
Clarias teijsmanni lele - - - - - - - - x o - - - o 14,3 7,1 C
Clarias olivaceus lele o 7,1 0 C
SISORIDAE
Glyptothorax platypogonoides Kating - - - - - - ox - - - - - o - 14,3 7,1 Or
ELEOTRIDIDAE
Oxyeleotris marmorata betutu - - - x - - - - - - - - - - 0 7,1 C
GOBIIDAE
Glossogobius giuris - - - x o - x - - - - - - - - 7,1 14,3 Or
MASTACEMBELIDAE
Mastacembelus unicolor Sili - - o o - - - - o - - - o - 28,6 0 C & Or
Keterangan:
A1 = Sungai Ponot; A2 = Tangga; A3 = Parhitean; A4 = Hula-Huli; A5 = Ojo Lali; A6 = Air terjun Monang-Monang; B1 = Sungai Baturangin; B2 = Sungai Air
Hitam; B3 = Sungai Monang-Monang; B4 = Aek Batu Mamak; C1 = Aek Nangat; C2 = Aek Sibargot; C3 = Aek Sihalot; C4 = Aek Parsaoran; o = musim
kemarau; x = musim penghujan; C = ikan konsumsi; Or = ikan hias
53
Makassar, 8-9 Juni 2012
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 41-58
53
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
Table 3. Indeks keanekaragaman (H’), dominasi (D) dan Evenness (E) komunitas ikan di
masing-masing stasiun pengambilan contoh pada musim kemarau dan
penghujan
Stasiun H' D E
Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan
A1 1,01 0 0,43 1 0,73 0
A2 0,66 0,43 0,71 0,74 0,41 0,62
A3 1,05 1,38 0,26 0,25 0,96 0,99
A4 0,9 0 0,47 1 0,68 0
A5 1,75 0,95 0,23 0,44 0,84 0,59
A6 1,52 0,94 0,23 0,52 0,94 0,68
B1 0,57 0,5 0,71 0,68 0,52 0,721
B2 0 0 1 1 0 0
B3 1,65 1,29 0,21 0,41 0,92 0,72
B4 0,81 1,16 0,61 0,37 0,45 0,84
C1 0 0 1 1 0 0
C2 0 0 1 1 0 0
C3 0,51 0,64 0,73 0,55 0,37 0,92
C4 0,15 0 0,93 1 0,22 0
Keterangan:
A1 = Sungai Ponot; A2 = Tangga; A3 = Parhitean; A4 = Hula-Huli; A5 = Ojo Lali; A6 = Air terjun Monang-
Monang; B1 = Sungai Baturangin; B2 = Sungai Air Hitam; B3 = Sungai Monang-Monang; B4 = Aek Batu
Mamak; C1 = Aek Nangat; C2 = Aek Sibargot; C3 = Aek Sihalot; C4 = Aek Parsaoran
Gambar 3.Sebaran spesies ikan di masing-masing stasiun pada musim kemarau dan
penghujan
54
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
55
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
Hitam, Ponot, Aek Sihalot, danParhitean; kelompok kedua diwakili Stasiun Sungai
Monang-monang, Ojo Lali, dan Air terjun Monang-monang; sementara kelompok
ketiga, keempat dan kelima diwakili masing-masing satu stasiun secara berurutan yaitu
Stasiun Aek Batu Mamak, Hula-huli dan Aek Parsaoran. Tingkat kemiripan komposisi
spesies ikan antar stasiun pengambilan contoh baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan sangat rendah (20 %) atau dengan kata lain setiap stasiun dihuni oleh
spesies ikan yang berbeda.
(A)
(B)
Keterangan:
A1 = Sungai Ponot; A2 = Tangga; A3 = Parhitean; A4 = Hula-Huli; A5 = Ojo Lali; A6 = Air terjun Monang-
Monang; B1 = Sungai Baturangin; B2 = Sungai Air Hitam; B3 = Sungai Monang-Monang; B4 = Aek Batu
Mamak; C1 = Aek Nangat; C2 = Aek Sibargot; C3 = Aek Sihalot; C4 = Aek Parsaoran
Gambar 5. Kesamaan komposisi spesies ikan antar stasiun pada musim kemarau (A)
dan penghujan (B)
56
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah:
(1) Hulu Sungai Asahan dan anak sungainya kaya akan iktiofauna dengan
ditemukannya 31 spesies ikan yang termasuk dalam 22 genera dan 11 famili;
(2) Komposisi ikan pada musim kemarau terdiri atas of 23 spesies mewakili 17
genera dan 7 famili; sementara pada musim penghujan ditemukan 21 spesies dari
18 genera dan 10 famili;
(3) Ikan dari famili Cyprinidae lebih dominan ditemukan baik pada musim kemarau
maupun musim penghujan;
(4) Ikan N. sumatranus memiliki distribusi yang luas di daerah hulu Sungai Asahan
dan anak sungai-anak sungainya baik secara spasial maupun temporal;
(5) Keragaman iktiofauna meningkat secara progresif seiring dengan kompleksitas
habitat yang tersedia.
Persantunan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT PLN dan Nippon Koei Co. Ltd.
yang mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staf
peneliti dari PSDAL-USU (Ternala A. Barus, Toberni Situmorang dan Misran
Hasudungan), staf peneliti dari Nippon Koei (Nick Willoughby dan Nasor) dan Bapak
Roi Hutagalung yang telah membantu selama penelitian di lapangan.
Senarai Pustaka
Abes SA & Agostinho AA. 2001. Spatial patterns in fish distributions and structure of
the ichthyocenosis in the Agua Nanci stream, upper Paraná River basin, Brazil.
Hydrobiologia, 445: 217–227
Adams SB, Warren ML, Jr, Haag WR. 2004. Spatial and temporal patterns in fish
assemblages of upper coastal plain streams, Mississippi, USA. Hydrobiologia, 528:
45–61
Angermeier PL & Karr JR. 1983. Fish communities along environmental gradients in a
system of tropical streams. Environmental Biology of Fishes, 9 (2):117-135
Araújo FG, Pinto BJT, Teixeira TP. 2009. Longitudinal patterns of fish assemblages in a
large tropical river in southeastern Brazil: evaluating environmental influences and
some concepts in river ecology. Hydrobiologia, 618:89–107
Axelrods N, Burgess WE, Emmens CW. 1995. Mini Atlas of freshwater fishes. Mini editions.
T.F.H. Publications, Inc., Boston
57
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
Barili E, Agostinho AA, Gomez LC, Latini JD. 2011. The coexistence of fish species in
streams: relationships between assemblage attributes and trophic and
environmental variables. Environmental Biology of Fishes, 92:41–52
Beugly J & Pyron M. 2010. Temporal and spatial variation in the long-term functional
organization of fish assemblages in a large river. Hydrobiologia, 654:215–226
Bhat A. 2004. Patterns in the distribution of freshwater fishes in rivers of Central Western
Ghats, India and their associations with environmental gradients. Hydrobiologia,
529: 83–97
Bhat A. 2005. Ecomorphological correlates in tropical stream fishes of southern India.
Environmental Biology of Fishes, 73:211–225
Desai VR. 2003. Synopsis of biological data in the Tor mahseer Tor soro (Hamilton) from
river Namada. FAO fisheries synopsis
Eikaas HS & McIntosh AR. 2006. Habitat loss through disruption of constrained
dispersal networks. Ecological Applications, 16:987–998
Eschmeyer WN. 1998. Catalog of Fishes Vol. 1-3. California Academy of Sciences, San
Fransisco
Gerhard P, Moares R, Molander S. 2004. Stream fish communities and their associations
to habitat variables in a rain forest reserve in southeastern Brazil. Environmental
Biology of Fishes, 71: 321–340
Gilliam JF, Fraser DF, Alkins-Koo, M. 1993. Structure of a tropical stream fish
community: a role for biotic interactions. Ecology, 74(6): 1856-1870
Hamidah A. 2004. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim,
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 4 (2):51-55
Han M, Fukusima T, Fukusima M. 2009. Effect of damming on distribution of rainbow
trout in Hokkaido, Japan. Environmental Biology of Fishes, 84:175-181
Higgins CL. 2009. Spatiotemporal variation in functional and taxonomic organization of
stream-fish assemblages in central Texas. Aquatic Ecology, 43:1133–1141
Inger RF & Chin PK. 1990. The freshwater of North Borneo. Fieldiana Zool. 45:1-268
Jenkins AP & Jupiter SD, 2011, Spatial and seasonal patterns in freshwater ichthyofaunal
communities of a tropical high island in Fiji. Environmental Biology of Fishes, 91:261–
274
Jenkins AP, Jupiter SD, Qauqau I, Atherton J. 2010. The importance of ecosystem-based
management for conserving migratory pathways on tropical high islands: a case
study from Fiji. Aquatic Conservation, 20:224–238
Jones III EBD, Helfman GS, Harper JO, Bolstad PV. 1999. Effects of riparian forest
removal on fish assemblages in Southern Appalachian streams. Conservation
Biology, 13 (6):1454-1465
Kadye WT, Magadza CHD, Moyo NAG, Kativu S. 2008. Stream fish assemblages in
relation to environmental factors on a montane plateau (Nyika Plateau, Malawi).
Environmental Biology of Fishes, 83:417-428
Kouamé KA, Yao SS, Bi GG, Kouamélan EP, N'Douba V, Kouassi NJ. 2008. Influential
environmental gradients and patterns of fish assemblages in a West African basin.
Hydrobiologia, 603:159–169
58
Prosiding Seminar Nasional Ikan VII, 43-60
Makassar, 12 Juni 2012
59
Simanjuntak – Iktiofauna Sungai Asahan
Russell DJ, Ryan TJ, McDougall AJ, Kistle SE, Aland G. 2003. Species diversity and
spatial variation in fish assemblage structure of streams in connected tropical
catchments in northern Australia with reference to the occurrence of translocated
and exotic species. Marine & Freshwater Research, 54:813–824
Scottish Fisheries Co-Ordination Centre (SFCC). 2007. Fisheries Management SVQ Level
3: Manage Electrofishing Operations. Training Manual for Electrofishing Team
Leader.
Siregar S, Putra RM, Sukendi. 1993. Fauna ikan di perairan sektor Bukit Tigapuluh
Siberida, Sumatera. Rain Forest and Resource Management. Proceedings of the
NORINDA. Jakarta, 23-25 Mei 1993
Winemiller KO, Agostinho AA, Caramaschi EP. 2008. Fish ecology in tropical streams,
in: Dudgeon D (ed): Tropical stream ecology. Dudgeon D & Cressa C, Elsevier/
Academic, San Diego, pp 305–146
World Conservation Monitoring Centre (WCMC). 1996. Neolissochilus theinemanni. In:
IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2.
<www.iucnredlist.org>.
Zakaria-Ismail M. 1994. Zoogeography and biodiversity of the freshwater fishes of
Southeast Asia. Hydrobiologia, 285: 41-48
60