Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUNGAI
TUGAS GEOGRAFI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sungai itu terbentuk dgn adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air yg berada di
ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi,dimana air hujan sangat
banyak jatuh di daerah itu,kemudian terkumpul dibagian yg cekung ,lama kelamaan dikarenakan
sdh terlalu penuh ,akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yg paling mudah
tergerus air,selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yg paling rendah,mungkin
mula mula merata,namun karena ada bgn bgn dipermukaan tanah yg tdk begitu keras,maka
mudahlah terkikis,sehingga menjadi alur alur yg tercipta makin hari makin panjang,seiring dgn
makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu, maka semakin panjang dan semakin
dalam ,alur itu akan berbelok,atau bercabang, apabila air yg mengalir disitu terhalang oleh batu
sebesar alur itu,atau batu yg banyak,demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah,terjadi
dari air yg mengalir dari atas,kemudian menemukan bgn bgn yg dpt di tembus ke bwh
permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan
semakin lebar
B. Rumusan masalah
Adapun dalaam makalah ini akan membahas mengenai: Menganalisis sungai dan manfaatnya,
serta contoh dampak yang di timbulkan oleh sungai
C. Tujuan
Tujuan dari pada penulisan makalah ini adalah bagaimana supaya siswa mengetahui dan
memahami pengertian, manfaat, serta dampak yang di sebabkan oleh sungai. Serta makalah ini
dapat juga di gunakan sebagai pembelajaran bagi penulis dan pembaca




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sungai
Sungai adalah aliran air tawar dari sumber alamiah di daratan menuju dan bermuara di
danau, laut atau samudra. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar disisi
kiri kanan dari suatu aliran sungai.
B. Hasil bentukan sungai
Meander, yaitu bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Ciri dari suatu rangkaian meander
adalah adanya leher meander (bagian yang menyempit) yang dapat menghasilkan potongan
berbentuk tapal kuda dan disebut danau tapal kuda.
Delta, yaitu suatu daratan yang terletak di muara sungai, terpisah dari laut dan terdiri dari
endapan hasil pengikisan air sungai.
C. Klasifikasi sungai
Robert E. Horton, seorang consulting hydrolic engineer, mengklasifikasikan sungai
berdsarkan tingkat kerumitan anak-anak sungainya. Saluran sungai tanpa anaknya disebut
sebagai "first order". Sungai yang mempunyai satu atau lebih anak sungai "first order" disebut
saluran sungai "second order". Sebuah sungai dikatakan "third order" jika sungai itu mempunyai
sekurang-kurangnya satu anak sungai "second order".
A. Sungai menurut jumlah airnya
1. sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi,
Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2. sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada
musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya
sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di
Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3. sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering
dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau
Sumba.
4. sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan
sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
B. Sungai menurut genetiknya
1. sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng
2. sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
3. sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai
konsekwen
4. sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
5. sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen

C. Manajemen sungai
Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak
negatifnya terhadap kegiatan manusia.
1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan
energi.
2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.
3. Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun
navigasi
4. Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk
meningkatkan rerata aliran.

Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk
mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikeruk akan kembali
mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan
bendungan sangat mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya.
Keuntungan yang dicari dalam manajemen sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan
biaya-biaya sosial ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang
bersangkutan.

Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam
kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat
menggenangi pola pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan seringkali makan
korban jiwa. Banyak sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat,
karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap,
dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis mamalia.
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis,
sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan
waktu. Dengan demikian, morfologi sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik sungai dan
lingkungannya yang saling terkait. Dua proses penting dalam sungai adalah erosi dan
pengendapan, yang dipengaruhi oleh jenis aliran air dalam sungai yaitu:
1. aliran laminer: jika air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak ke dalam arah paralel
terhadap saluran.
2. aliran turbulen: jika kecepatan aliran berbeda pada bagian atas, tengah, bawah, depan dan
belakang dalam saluran, sebagai akibat adanya perubahan friksi, yang mengakibatkan perubahan
gradien kecepatan. Kecepatan maksimum pada aliran turbulen umunya terjadi pada kedalaman
1/3 dari permukaan air terhadap kedalaman sungai.
Erosi terjadi pada dinding ataupun dasar sungai dibawah kondisi aliran yang bersifat
turbulen. Pengendapan akan terjadi jika material yang dipindahkan jauh lebih besar untuk
digerakkan oleh kecepatan dan kondisi aliran. Pada kondisi aliran turbulen erosi akan terjadi
akibat terbawanya material dan pengendapan terjadi ketika hasil erosi tersebut menuju ke arah
bawah tidak terpindahkan lagi oleh aliran.
D. Sungai dapat kita bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pembentukannya, yaitu :
1. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan yang berkumpul membuat
suatu aliran besar. Sungai-sungai yang ada di Indonesia umumnya adalah termasuk ke dalam
jenis sungai hujan.

2. Sungai Gletser
Sungai gletser adalah sungai yang sumber airnya berasal dari salju yang mencair berkumpul
menjadi kumpulan air besar yang mengalir. Sungai membramo / memberamo di daerah papua /
irian jaya adalah salah satu contoh dari sungai gletser yang ada di Indonesia.
3. Sungai Campuran
Sungai campuran adalah sungai di mana air sungai itu adalah pencampuran antara air hujan
dengan air salju yang mencair.
E. J enis-jenis sungai berdasarkan kekekalan airnya
Berdasarkan kekekalan airnya, sungai dibagi menjadi dua yaitu sungai episodik dan sungai
periodik.
1. Sungai Episodik
Sungai episodik adalah sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan debit air yang stabil. Jenis
sungai ini cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.
2. Sungai Periodik
Sungai periodik adalah sungai yang debit airnya tinggi pada musim hujan dan rendah pada
musim kemarau.
F. Karakteristik sungai
Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan genetis
sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut;
1. Profil sungai
Berdasarkan perkembangan profil sungai (Lobeck, 1939; Pannekoek, 1957 dan Sandy, 1985),
dalam proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda, terdapat di daerah
hulu sungai, yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya
sayatan sungai yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir
cepat dan daya angku yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk
huruf (V) sering juga ditemukan. Contoh yang jelas di hulu Sungai Cipeles sekitar Cadas
Pangeran. Periode dewasa, dijumpai di bagian tengah sungai, yang dicirikan dengan
pengurangan kecepatan aliran air, karena ketinggian relief yang berkurang. Daya angkut
berkurang, dan mulai timbul pengendapan di beberapa tempat yang relatif datar. Keseimbangan
antara kikisan dan pengendapat mulai tampak, sehingga di beberapa tempat mulai terjadi
akumulasi material, arus akan berbelok-belok, karena endapan yang mengeras, dan di tempat
endapan inilah yang sering terjadi meander. Periode tua, di daerah hilir dengan ketinggian
rendah, yang dicirikan tidak terjadi erosi tegak, dan daya angkut semakin berkurang, sehingga
merupakan pusat-pusat pengendapan. Tekanan air laut di bagian muara sungai sering
menyebabkan delta.
2. Pola Aliran
Cotton (1949), menyatakan bahwa letak, bentuk dan arah aliran sungai, dipengaruhi ntara lain
oleh lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis batuan, patahan dan ipatan,
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan bentuk genetik dan pola ungai. ola
sungai adalah kumpulan dari sungai yang mempunyai bentuk yang sama, yang apat
menggambarkan keadaan profil dan genetik sungainya (Lobeck, 1939; Katili (1950), an Sandy,
1985). Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat pola aliran sungai yaitu:
a) Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun, terdapat di truktur
batuan beku, pada pengunungan dewasa.
b) Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus mengikuti truktur
patahan, dimana sungainya saling tegak lurus
c) Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen. Pada pola ini erpadapt
perpaduan sungai konsekwen dan subsekwen.
d) Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang cembung, yang
merupakan asal mula sungai konsekwen. Pola radial dibagi dua yaitu :
1. Sentri pugal adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat
didaerah gunung yang berbentuk kerucut
2. Sentri petal adalah pola aliran yang mengumpul menuju pusat. Pola ini terdapat didaerah basin
(cekungan)
e) Pola anular adalah pola aliran sungai yang membentuk sungai
f) Pola pinate adalah pola aliran dengan muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip

3. Genetik Sungai
Menurut Lobeck (1939), klasifikasi genetik sungai dibedakan menjadi empat yaitu:
a) Sungai konsekwen, yaitu sungai yang bagian tubuhnya mengalir mengikuti kemiringan lapisan
batuan yang dilaluinya. Atau sungai yang alirannya searah dengan lereng. Contoh S. Cipanas,
Sungai Cacaban.
b) Sungai Subsekwen, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan batuan yang lunak, dan biasanya
merupakan sungai yang tegak lurus terhadap sungai konsekwen.
c) Sungai Obsekwen, adalah sungai yang mengalir berlawanan dengan kemiringan lapisan
batuan, atau sungai yang mengalir dan berlawanan dengan sungai konsekwen.
d) Sungai antiseden, sungai yang mengalir melalui patahan, dengan adanya teras,
e) Sungai inkonsekuen, sungai yang arah alirannya tidak teratur.
f) Sungai resekuen, yaitu anak sungai subsekuen yang arah alirannya sejajar dengan sungai
konsekuen.

4. Tata Nama Sungai
Sandy (1985), membedakan nama bagian sungai menjadi empat yaitu :
a) induk sungai, yang merupakan tumbuh sungai terpajang dan lebar mulai dari hulu sungai
sampai ke hilir sungai
b) anak sungai adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan induk sungai,
c) alur anak cabang sungai, adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan anak sungai, dan
d) alur mati (creek), adalah alur-alur di bagian teratas yang kadang kala berair apabila hujan, dan
pada waktu tidak ada hujan maka akan kering.
G. Sungai menurut terjadinya
1. Karena perbedaan kadar garam/ berat jenis
2. Karena angin
3. Karena niveu/ beda tinggi permukaan
4. Karena pengaruh daratan/benua
5. Karena pengarauh pasang naik dan air surut
H. Proses yang terjadi disungai
a. Sedimentasi
Bagian dari zat terlarut diadsorbsi pada partikel tersuspensi yang dapat mengendap
pada dasar sungai, konstanta kecepatan reaksi tergantung dari kedalaman sungai
b. Resuspensi
Adalah kebalikan dari proses sedimentasi, yaitu partikel terendap terlarut kembali.
c. Difusi
Difusi material pada dasar sedimen adalah penting untuk oksigen terlarut, oksigen
dapat dikonsumsi oleh benthic dan reaksi kimia benthic, maka konsumsi oksigen
oleh benthic biasanya diasumsi konstan.

I . Struktur Sungai
Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar,
yang secara rinci digambarkan sebagai berikut;

Lebih jauh Forman (1983), menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci
dapat dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur
sungai. Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai,
bantaran sungai dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Alur dan Tanggul Sungai
Alur sungai (Forman & Gordon, 1983; dan Let, 1985), adalah bagian dari muka bumi yang selalu
berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air
dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai
dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.
2. Dasar dan Gradien sungai
Forman dan Gordon (1983), menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering
mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala
bentuknya bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang
terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi
oleh batuan dasarnya. Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi),
dan pada jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah gradien sungai yang
memberikan gambaran berapa presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir.
Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air.
3. Bantaran sungai
Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan bagian dari struktur
sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing
sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter)
nutrien, menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai
merupakan habitat tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang
komunitasnya tertentu mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.

4. Tebing sungai
Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai disebut dengan
tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat
tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang
terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat
rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.
Sandy (1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui
hubungan antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.

Mencermati atas Gambar-I (Profil Sungai), dapat ditelusuri bahwa struktur sungai pada
hakekatnya merupakan komponen (elemen) atau bagian dari morfologi sungai, yang meliputi
badan sungai, tebing sungai, bantaran sungai dan tanggul sungai. Bagian dari badan sungai dapat
diketahui gradien sungainya. Permukaan bumi menunjukkan adanya relief, baik dalam sekala
besar maupun kecil yang memungkinkan terjadinya aliran dari hulu ke hilir. Bentuk dan
lingkungan fisik sungai secara alamiah terlihat sejak munculnya bumi keper mukaan. Air
merupakan salah satu di antara faktor-faktor penyebab terbentuknya sungai yang dipengaruhi
oleh besaran curah hujan, jenis batuan, dan ketinggian tepat. Curah hujan sebagai sumber air
sungai, jenis batuan dan ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap bentuk komunitas
vegetasi bantaran sungai, serta berpengaruh terhadap temperatur air sungai, salinitas, dan tingkat
kekeruhannya.

Mencermati atas uraian profil sungai, dimana ada tiga taraf dalam proses pengembangnnya
(periode muda, dewasa dan tua), nampaknya apabila ditelusuri lebih jauh, akan memperlihatkan
bentuk struktur yang berbeda antara periode yang satu dengan lainnya. Hal ini terlihat dari
kenampakan seperti mengapa meader terjadi di bagian tengah atau dekat ke hilir, delta selalu
berada di daerah hilir, dan gerusan dasar sungai lebih cenderung terjadi di gradien yang lebih
besar presentase kelerengannya. Demikian halnya terhadap pola aliran air yang nampaknya
secara spesifik juga akan memperlihatkan struktur yang berbeda antara pola yang satu dengan
lainnya. Hal ini mengingat bahwa terbentuknya pola aliran sungai sangat dipengaruhi oleh
dominansi batuan pembentunya (batuan beku dan atau batuan sedimen).

D. Manfaat Sungai
Sejak jaman dahulu kala, sungai menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat yang berdiam
di sekitar alirannya. Ia menjadi sumber hidup dan kehidupan masyarakat yang bermukim di
sekitar bantarannya. Sungai menjadi ruang sosial yang cukup representative bagi masyarakat
karena bisa digunakan untuk mandi, mencuci serta bahkan mencari ikan untuk kebutuhan rumah
tangga dan sumber penghasilan.
Bahkan kalau kita cermati, beberapa candi dan kerajaan-kerajaan di Nusantara ini
senantiasa berdiri tidak jauh dari sungai. Tentu saja keberadaan sungai menjadi vital bagi
kehidupan saat itu. Disaat transportasi belum semudah sekarang ini, pembangunan candi dan
kerajaan itu menggunakan sungai sebagai jalur utama transportasi bagi keluar masuknya perahu
pengangkut bahan bangunan serta makanan. Sungai juga menjadi penjaga harmoni bagi
keberadaan gunung serta bukit yang tak jauh darinya.
Dibeberapa tempat, sungai bahkan menyediakan pasokan air yang cukup penting bagi
sektor pertanian dan perkebunan. Bahkan batu-batu yang ada disungai mensuplai sebagian besar
bahan bangunan bagi rumah penduduk di sekitar daerah aliran sungai.
Dengan demikian, keberadaan sungai menjadi sangat penting bagi kehidupan bahkan
sampai sekarang. Namun sayang, kita kurang begitu peduli dengan pelestarian dan kebersihan
sungai disekitar kita. Padahal disamping bermanfaat untuk hal diatas, sungai di jaman sekarang
bisa pula di gunakan untuk pembangkit tenaga listrik, wisata air serta aneka kegiatan yang
berhubungan dengan air dan perairan.
Sungai yang terawat serta terjaga kebersihannya akan membawa dampak positif bagi
masyarakat yang hidup disekitarnya. Karena dapat menghindarkan diri dari resiko banjir serta
dapat mendatangkan devisa bagi industri pariwisata di sekitar bantaran sungai. Sudah saatnya
kita menjaga kebersihan sungai karena dari sanalah roda kehidupan itu mengalir
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah
sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti
danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai.
Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan.
Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa
negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan
sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai
(DAS).
Manusia membutuhkan air dalam jumlah besar untuk berbagai kebutuhan hidupnya yang
dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Perairan darat seperti sungai, danau, waduk, empang,
rawa, dan lain sebagainya memiliki banyak manfaat jika dikelola dengan baik oleh masyarakat
sekitar perairan.
Berikut ini adalah kegunaan / manfaat perairan darat bagi manusia yang ada di sekitarnya :
1. Sumber energi pembangkit listrik
2. Sebagai sarana transportasi
3. Tempat rekreasi atau hobi
4. Tempat budidaya ikan, udang, kepiting,
5. Sumber air minum makhluk hidup
6. Bahan baku industry
7. Sumber air pertanian, peternakan dan perikanan
8. Sebagai tempat olahraga
9. Untuk mandi dan cuci
10. Tempat pembuangan limbah ramah lingkungan
11. Tempat riset penelitian dan eksplorasi
12. Bahan balajar siswa sekolah dan mahasiswa. dan masih banyak lagi manfaat lain perairan
darat bagi manusia yang belum disebutkan.

E. Dampak Normalisasi Sungai
Sungai Citarum dan Ci-manuk pada masa jayanya merupakan jalur migrasi manusia
prasejarah dari Asia Daratan ke pedalaman Jawa Barat hingga ke kawasan pegunungan di sekitar
dataran tinggi Bandung, yang masih berupa danau. Waktu itu, sepanjang daerah aliran kedua
sungai masih terlindung hutan alam dan dapat dilayari seperti nalnya Sungai Musi, Kapuas,
Barito, dan beberapa sungai besar lainnya di Indonesia.
Alur sungainya yang berliku-liku disebut meander dengan arus airnya yang tenang
merupakan pola alur unik terbentuk berdasar hukum alam dan melintasi daerah aliran amat
panjang dan luas. Sekarang, alur sungai berliku-liku di dataran tinggi Bandung dinormalisasi,
karena dipandang tidak normal dan menjadi penyebab meluapnya air sungai ke kawasan
permukiman jika musim hujan tiba. Padahal, permukiman tersebut yang salah lokasi dibangun di
lembah sungai yang secara alami menjadi penampung jika air Sungai Citarum meningkat
volumenya.
Daerah hulu Sungai Citarum berupa pegunungan dengan lereng terjal dialiri banyak anak
sungai, sudah tidak terlindung hutan yang berfungsi sebagai pengendali. Akibatnya, erosi
mempercepat pendangkalan alur sungai oleh endapan lumpur di dataran tinggi Bandung dan jika
hujan lebat air tidak tertampung di alurnya dan meluap menggenangi permukiman. Alur sungai
baik yang lurus maupun berliku-liku, semuanya terbentuk berdasar hukum alam dan mengacu
pada tataan geologi daerah setempat seperti halnya alur Sungai Citarum. Seandainya diluruskan
dengan dalih normalisasi, berarti hukum alam atau sunatullah atau hukum Allah SWT yang
mendasari pembentukan alur Sungai Citarum itu salah dan manusia akan membetulkannya,
masya Allah.
Normalisasi alur Sungai Citarum juga berdampak buruk pada Waduk Saguling, karena
ikut mempercepat pendangkalan dan kemungkinannya ikut mengganggu peralatan teknik
pembangkit listrik. Dampak buruk tersebut tidak mustahil berkembang ke dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya penduduknya di sepanjang daerah aliran Sungai Citarum, khususnya
yang bermukim di dataran tinggi Bandung Selatan. Gangguan kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya penduduk setempat ini sudah terjadi setiap musim hujan, antara lain merebaknya
berbagai macam penyakit seperti muntaber, juga kala gajah akibat berkembang biaknya cacing
fUariasis.
Setiap tata lingkungan selalu memiliki irama kehidupan atau ekosistem, unsur penunjang,
dan peraturan atau hukum yang memeliharanya. Unsur penunjang terdiri dari tataaii geologi di
bawah dan di permukaan medannya, cuaca dan iklim yang erat kaitannya dengan masalah
meteorologi, tata keairan di bawah, di atas, dan di permukaan bumi yang dapat dipelajari secara
hidrologi, botani mengenai tumbuhan, dan zoologj mempelajari hewannya. Manusia lebih
banyak bergerak dalam memanfaatkan secara sosial, ekonomi, dan budaya tata lingkungan yang
didukung kelima fasilitas alam, yang sudah tersedia tanpa diminta, tetapi pemanfaatannya kurang
atau tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya yang erat berkaitan dengan kelima unsur
penunjang tersebut.
Kekurangperhatian pada daya dukung lingkungan, dapat menyebabkan dampak negatif
yang berakibat fatal secara berkesinambungan, karena daya dukung tataan lingkungan alam atau
hasil rekayasa budaya manusia bukannya tidak memiliki keterbatasan. Gangguan pada tata
lingkungan, yaitu keseimbangan akibat perubahan tataan yang direkayasa manusia, antara lain
mengubah alur sungai, dapat merangsang terjadinya penyesuaian keseimbangan oleh alamnya.
Selama proses pembentukan keseimbangan yang baru, masing-masing unsur penunjang akan
berproses dan proses ini pun tidak pelak lagi berimbas mengganggu kehidupan manusia, karena
manusia secara fisik dan nonfisik rentan dan mudah terpengaruh penyakit. Penyakit tersebut
umumnya bersumber di air yang tenang tidak mengalir, seperti tikungan sungai yang
dinormaJisasi hingga menjadi semacam danau penuh dengan berbagai macam mikroorganisme
termasuk cacing filariasis.
Genangan air di tikungan Sungai Citarum yang sudah terputus dari induknya dan tidak
termanfaatkan, sebaiknya segera dibina menjadi peternakan ikan mujair agar menjadi predator
atau pemangsa larva nyamuk dan cacing. Ikan mujair mudah dan murah pemeliharaannya, cepat
berkembang biak, dan memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai komoditas pasaran. Hal ini juga
banyak dilakukan di berbagai negara, untuk meredam dampak negatif akibat pengubahan tata
lingkungan.
Kenyataannya, dalam usaha normalisasi alur Sungai Citarum belum juga memberikan
maslahat bagi penduduk dan justru mudaratnya timbul secara berkesinambungan. Untuk
penanggu-langannya lebih lanjut, perlu manajemen sungai terpadu antara lembaga dan atau
antardaerah otonomi, Sampai sekarang belum ada sungai yang diorganisasi dan dibina melalui
manajemen tepat guna, untuk kepentingan apa pun tanpa mengabaikan asas pencagaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil bentukan sungai Meander, yaitu bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Ciri dari
suatu rangkaian meander adalah adanya leher meander (bagian yang menyempit) yang dapat
menghasilkan potongan berbentuk tapal kuda dan disebut danau tapal kuda.
Delta, yaitu suatu daratan yang terletak di muara sungai, terpisah dari laut dan terdiri dari
endapan hasil pengikisan air sungai.
Klasifikasi sungai
Berdasarkan asal air:
- sungai mata air
- sungai air hujan
- sungai pencairan es/salju
- sungai campuran
Berdasarkan letak alirannya:
- sungai di atas permukaan tanah
- sungai bawah tanah
- sungai campuran
Manfaat sungai bagi manusia yang ada di sekitarnya :
1. Sumber energi pembangkit listrik
2. Sebagai sarana transportasi
3. Tempat rekreasi atau hobi
4. Tempat budidaya ikan, udang, kepiting, dll
Genangan air di tikungan Sungai Citarum yang sudah terputus dari induknya dan tidak
termanfaatkan, sebaiknya segera dibina menjadi peternakan ikan mujair agar menjadi predator
atau pemangsa larva nyamuk dan cacing.
B. Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu didalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran dari
mahasiswa serta dosen pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi kebaikan kita
bersama terutama bagi pemakalah.

Anda mungkin juga menyukai