Anda di halaman 1dari 34

Rekayasa Sungai Dan Muara

TKS TKS-4422
Dosen
Dr.Ir.Ir. Kartini,MT.,IPU.,ASEAN Eng.,ACPE
Muara sungai, atau ringkasnya muara adalah
wilayah badan air tempat masuknya satu atau
lebih sungai ke laut, samudra, danau,
bendungan, atau bahkan sungai lain yang
lebih besar
Https://geohazard009.wordpress.com/category/geolandscape/
http://geohazard009.wordpress.com/category/geolandscape/

Muara Sungai
SUNGAI :
adalah torehan di permukaan bumi yang merupakan
penampung dan penyalur alamiah air
dan sedimen dari suatu DAS ke tempat
yang lebih rendah dan akhirnya ke laut.

Rumah Betang Meliau yang dihuni komunitas


suku Dayak Iban yang berada dipinggir Sungai
Leboyan, Desa Melemba, Kecamatan Batang
Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Bentuk Sungai
1. Bentuk sungai sering dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu bentuk tampang lintang sungai, bentuk tampang
memanjang sungai, serta pandangan atas sungai.
2. Bentuk Bentuk tipikal tampang melintang sungai
disajikan pada sketsa.
3. Bentuk sungai tidak tetap, selalu berubah sesuai
dengan karakteristika alami yang merupakan faktor
penting dalam kontribusi pembentukan sungai.
4. Karakteristika alami tersebut adalah iklim dan
fisiografi daerah di wilayah sungai yang ditinjau, yang
secara pembagian besar terdiri dari:
a) topografi daerah aliran sungai

b) formasi batuan (erosilitas tampang basah)

c) iklim river basin/catchment area/daerah tangkapan


hujan, serta vegetasi river basin.
5. Berdasar lokasi sungai
pada arah memanjang,
maka tampang lintang
sungai yang berlokasi di
bagian hulu relatif
mempunyai bentuk V,
sedangkan di bagian hilir
relatif mempunyai
bentuk U.
6. Pada sungai yang
berlokasi di bagian
tengah, yang merupakan
transisi dari dari sungai
terjal dan sungai landai,
tampang lintang sungai
dapat berbentuk V
ataupun U.
KARAKTERISTIK SUNGAI BAGIAN HULU

merupakan awal dari aliran sungai (mata air)
debit air relatif kecil dan dipengaruhi curah
hujan
kondisi dasar sungai berbatu KARAKTERISTIK SUNGAI BAGIAN
sering ditemui air terjun dan jeram TENGAH
erosi sungai mengarah ke dasar sungai merupakan lanjutan dari hulu sungai
(vertikal) lembah sungai berbentuk huruf U
aliran air mengalir di atas batuan induk aliran air tidak terlalu deras
aliran sungai mengerosi batuan induk proses erosi sudah tidak dominan
aliran sungai cenderung lurus proses proses transportasi hasil erosi
tidak pernah terjadi banjir dari hulu
kualitas air masih baik
KARAKTERISTIK SUNGAI BAGIAN
HILIR

merupakan bagian akhir sungai
menuju laut
lembah sungai berbentuk huruf U
aliran air permanen
terdapat pengendapan di dalam
alur sungai
sering terjadi banjir
terdapat daerah dataran banjir
aliran sungai berkelok-kelok
membentuk meander
terdapat danau tapal kuda (oxbow
lake)
erosi sungai ke arah sampinh
(lateral)
badan sungai melebar
• Proses erosi vertikal lebih banyak terjadi di
sungai yang berlokasi di bagian hulu, dan
sebaliknya proses erosi lateral lebih banyak
terjadi di sungai bagian tengah/ hilir.
• Belokan sungai lebih banyak dijumpai di
sungai bagian tengah, di mana pada bagian
ini erosi lateral akan lebih berperan, dan
sangat mengkontribusi pembentukan pulau
sedimen.
7. Proses erosi vertikal lebih banyak terjadi di sungai yang
berlokasi di bagian hulu, dan sebaliknya proses erosi lateral
lebih banyak terjadi di sungai bagian tengah/ hilir.
8. Belokan sungai lebih banyak dijumpai di sungai bagian
tengah, di mana pada bagian ini erosi lateral akan lebih
berperan, dan sangat mengkontribusi pembentukan pulau
sedimen.
9. Perubahan bentuk akan lebih mungkin terjadi karena
pemanfaatan sungai, misalnya :
a) scouring/gerusan pada pilar jembatan,
b) erosi pada bagian bawah/hilir bendungan,
c) garis pembendungan karena adanya pemanfaatan bataran
sungai sehingga tampang basah sungai menjadi berkurang.
• Scouring pada pilar
jembatan
• Erosi di hilir bendung
• Sungai akan leluasa dalam menyesuaikan ukuran dan bentuknya,
sebagai reaksi oleh adanya perubahan kondisi dasar dan tebing.
• Bagian dasar dan tebing sungai akan dibentuk oleh material yang
diangkut oleh aliran sungai, berasal dari pelapukan geologi pada
periode yang panjang.
• Ukuran dan bentuk sungai (tampang melintang, memanjang, dan
pandangan atas) disebut morfologi sungai.
MORFOLOGI SUNGAI

ADALAH ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan


ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek
perubahannya dalam ruang dan waktu. Didalamnya juga membahas
tentang hidraulika sungai dan angkutan sedimen sungai.
PLANFORM (DENAH) SUNGAI

• Brice (1983)
A. Sinuous ( berbentuk sinus atau gelombang)
1. Sinuous Canal Form
Kemiringan yang landai, lebar relatif sama, tidak beranyam, saluran
sempit dan dalam
2. Sinuous Point Bar
Kemiringan lebih curam, bagian yang lurus stabil, sedangkan bagian di
tikungan lebih lebar.
3. Sinuous Braided
kemiringan sangat curam, alur sungai berpindah-pindah arah radial,
muatan dasar (bed load) sungai cukup besar
B. Non Sinuous
Sungai beranyam, dan anak sungai mempunyai pertemuan yang berpindah
pindah
POLA ALUR SUNGAI
Leopold dan Walman (1957)
1. Lurus
(straight/sinuous)
, jika kelokannya
≤ 1,5
2. Berkelok
(meandering), jika
kelokannya > 1,5
3. Beranyam
(braided)
3 Tipe Dasar Saluran Aluvial

• Sinousitas: rasio panjang saluran


terhadap panjang lembah sungai.
• Sinousity:
• 1 – 1,4 : lurus
• 1,5 – 3 : bermeander
• >3 : arah sungai
sangat berbelok
• Braiding:
• Saluran terpecah oleh munculnya pulau-pulau kecil
atau bars yang merupakan akumulasi sedimen.
Pulau kecil bervegetasi relatif stabil, bars relatif
tidak stabil, umumnya bermaterial pasiran – gravel.
Braiding
• Anastomosing
• Memiliki kenampakan yang mirip dengan braiding,
namun pada saluran yang tidak berhubungan
dipisahkan oleh bedrock atau aluvium yang stabil.
• Saluran anastomosing mencerminkan proses erosional
sungai terhadap material yang resisten.
GEOMETRI SUNGAI
(Kemiringan memanjang sungai)

KONDISI REGIME
1. Hac (1957)
Ket :
0,6
d
S = kemiringan memanjang sungai (kaki/mil)

S  18  d = ukuran rata-rata butiran (mm)

 A A = luas DAS (mil2)

Catatan : luas DAS 0,12 – 370 mil2 dan material dasar diameter 5 – 600 mm
GEOMETRI SUNGAI
(Kemiringan Memanjang Sungai)
KONDISI REGIME
2. Leopold dan Wolman (1957) S  0,0125Q 0 , 44

3. Henderson (1961) S  0,0002d 1,15Q 0, 46

4. Lane (1957) S  0,0007Q 0, 25

Ket :
Q = debit aliran sungai (m3/det)
d = diameter rata-rata butiran dasar (mm)
KECEPATAN DI TIKUNGAN

• Pada daerah tikungan peningkatan kecepatan sekunder/melintang


(V) cukup besar dibandingkan pada daerah lurus
• Pada daerah tikungan bekerja dua kecepatan yaitu :
1. Kecepatan utama (memanjang), U
2. Kecepatan sekunder (melintang), V
KECEPATAN DI TIKUNGAN

U2
U
RC V2
Bag. lurus

U3
Rc

U1 Bag.
tikungan
V1

KECEPATAN DI TIKUNGAN

Kecepatan Sekunder Maksimum (Vmaks)

Vmaks D  10 5 0,5 
    0,5 f  
U XRC  3 9 X 
Ket :
X = konstanta von karman (gunakan 0,4)
f = faktor kekasaran
RC = jari-jari tikungan
Suatu sungai dalam keadaan regime mempunyai
lebar 40 meter, butiran dasar berdiameter rata-rata
10 mm, mempunyai debit dominan 250 m3/det dan
luas tangkapan air sungai adalah 200 km2.

Pertanyaan:
1.Perkirakan kemiringan memanjang rata-rata
sungai tersebut.
2.Pada bagian hilir sungai tersebut bermeander,
berapa besar panjang satu gelombang meander
dan amplitudo meander sungai.
3.Berapa kira-kira jari-jari tikungan meander
tersebut.
LATIHAN
Suatu tikungan memiliki data sebagai berikut:
f = 0,017
U = 1,5 m/det
D = 1,2 m
X = 0,4
Vo = 0,1 m/det (kecepatan sekunder pada daerah lurus)
Rc = 4 meter

Tentukan kecepatan sekunder maksimum dan tinjaulah distribusi


kecepatan sekunder pada tikungan tersebut dengan mengambil 3 titik
tinjauan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai