Muatan dasar
Muatan Mekanisme
material dasar Angkutan Sedimen
Muatan
Terlarut
Morfologi Sungai
1) Data fisik morfologi sungai
Kandungan dan ukuran sedimen di sungai tersebut
Tipe dan ukuran sedimen dasar yang ada
Pembagian (distribusi) ukuran butir dari sedimen yang ada
Banyaknya sedimen dalam waktu tertentu
Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.
Floting debris
2) Data Historis
Data historis profil memanjang dan melintang sungai dan gejala
terjadinya degradasi atau agradasi sungai di mana lokasi bendung
direncanakan akan dibangun.
Karakteristik Ruas-ruas Sungai
i1 > i2 > i3
𝑄𝑠𝑖𝑛 ≈ 𝑄𝑠𝑜𝑢𝑡
❑ pada kondisi aliran yang simetris terhadap sumbu sungai di tikungan, kemiringan
dh α U2
permukaan air dalam arah melintang sungai: =
dr g R
❑ karena dh/dr sama untuk setiap partikel dalam arah vertikal → aliran di permukaan
mengarah ke tikungan luar dan aliran di dekat dasar mengarah ke tikungan dalam →
dihasilkan aliran spiral atau aliran helikoidal sepanjang tikungan
Tikungan Sungai
Aliran pada tikungan sungai
❑ aliran spiral atau helikoidal pada tikungan menyebabkan terjadinya pergerakan
sedimen dasar dalam arah melintang sungai dari bagian luar ke bagian dalam
tikungan.
kemiringan dasar dalam arah melintang yang stabil di mana telah tercapai
keseimbangan antara gaya akibat tegangan geser pada dasar dan gaya gravitasi
❑ besarnya erosi pada tiap-tiap sungai berbeda bergantung pada kondisi geologi
dan komposisi material endapan dari sungai yang bersangkutan.
❑ erosi tebing lebih dominan pada tikungan luar sungai karena adanya kenaikan
kecepatan pada tikungan luar dan terjadinya aliran spiral yang cenderung
menggerus bagian tikungan sebelah luar
Bangunan Pengambil/Bendung pada Tikungan Sungai
Bangunan Pengambil – Bendung Dengan Pengambil
❑ Bangunan pengambil bebas harus ditempatkan pada tikungan luar sungai
❑ Alur sungai pada kipas alluvial umumnya berakar, terutama pada bagian
puncak kipas, dan sering kali hanya terkena aliran sesaat, tetapi mungkin juga
sekali-kali atau selalu berair.
❑ Alur pada kipas alluvial sering kali berjalin dan dangkal, kecuali pada bagian
atas kipas di mana alur berkembang menjadi lebih dalam.
❑ Aliran cenderung mengalir pada kedalaman kritis dan kecepatan kritis.
❑ Kemungkinan aliran angkutan sedimen pada keadaan tidak stabil dan
bergantian sebagai aliran superkritis dan subkritis, berubah dari pengendapan
ke penggerusan.
❑ Alur pada kipas alluvial berpindah dengan mendadak, sehingga lokasi aliran
selalu berpindah-pindah.
Delta
Delta
Delta terbentuk oleh timbulnya pengendapan angkutan sedimen (angkutan dasar atau
butiran sedimen layang yang lebih kasar) → disebabkan oleh kecepatan aliran yang turun
setelah masuk muara sungai, yang berupa laut, waduk maupun danau.
Delta pada umumnya berbentuk segitiga, yang semakin menjorok masuk ke laut, waduk
maupun danau.
❑ Dataran yang terbentuk oleh terjadinya delta merupakan dataran banjir. Alur sungai
menjadi semakin panjang dan kemiringan dasar sungai menjadi semakin landai. Dengan
kondisi demikian, maka terdapat kecenderungan di mana alur sungai di bagian hulunya
mengalami pendangkalan (agradasi), sehingga elevasi muka air banjir cenderung
semakin tinggi.
❑ Pembentukan delta sangat dipengaruhi oleh temperatur, aliran sungai, angkutan
muatan sedimen dan kemiringan sungai. Pola pembentukan delta berkembang pada
waduk dan beberapa kasus lain di mana material yang lebih kasar diendapkan di bagian
hulu dan material yang lebih halus di bagian hilir.
Daftar Pustaka – SNI & KP 02
❑ Tata cara perencanaan umum bendung (SNI 03-2401-1991)
❑ Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di
sungai (SNI 03-1724-1989)
❑ Tata cara penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk
bendung (SNI 03-3432-1994)
❑ Tata cara perencanaan teknis bendung penahan sedimen (SNI
03-2851-1991)
❑ Tata cara perencanaan umum krib di sungai (SNI 03-2400-1991)
Daftar Pustaka SNI & KP 02
❑ Tata cara perencanaan teknik pelindung tebing sungai dari pasangan batu
(SNI 03-3441-1994)
❑ Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe
MDO & MDS
❑ Tata cara desain hidraulik tubuh bendung tetap dengan peredam energi tipe
MDL
❑ Tata cara desain hidraulik bangunan pengambil bendung Tyrol
❑ Keputusan Direktur Jenderal Pengairan Nomor : 185/KPTS/A/1986 tentang
Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
Utama – KP 01 sampai KP 07