Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN MORFOLOGI SUNGAI SESAYAP DI KOTA MALINAU (Tommy Ekamitra dan Widyo Nugroho) 1.

KOMPONEN MORFOLOGI SUNGAI SESAYAP Sungai sesayap dikategorikan sebagai sungai aluvial di mana morfologi sungainya merupakan hasil dari proses pengangkutan dan pengendapan partikel-partikel sedimen dari hasil gerusan permukaan (floodplain deposit) dan gerusan tebing sungai ke dalam badan sungai. Letak sumber sedimen tergantung pada iklim, vegetasi, geologi dan perilaku manusia (pembukaan lahan untuk permukiman, pertambangan dan perkebunan). Geometri dari alur sungai tergantung pada fenomena hidrologi, geologi, dan sedimentasi di DAS. Bentuk tipikal alur sungai adalah hasil dari proses alamiah yang panjang yang dilakukan oleh interaksi yang kompleks dari beberapa variabel sehingga menghasilkan planform sungai yang kita lihat sekarang ini. Variabel yang dimaksud adalah waktu, geologi, iklim, tipe dan kepadatan vegetasi, catatan panjang debit dan angkutan sedimen di sungai, geometri bantaran sungai, debit rata-rata, karakteristik aliran (kedalaman, kecepatan, turbulensi, dsb). Jika variabel-variabel tersebut berada dalam kondisi relatif konstan maka sungai akan membentuk planform yang relatif konstan pula atau mengalami kondisi yang disebut equilibrium condition. Pada kondisi ini sungai tetap mengalami perubahan bentuk yang dinamis (quasi-quilibrium) namun perubahan tersebut tidak ekstrim dan sangat lambat. Dalam tinjauan skala waktu geologi yang panjang, morfologi sungai difokuskan pada evolusi landscape yang dipengaruhi oleh iklim, base level (formasi batuan di dasar sungai), dan stabilitas tektonik. Perubahan karakteristik DAS Sesayap akibat pembukaan lahan yang terus menerus belakangan ini mengakibatkan kondisi morfologi sungai tidak stabil. Distribusi angkutan sedimen sangat bervariasi dalam ukuran waktu dan ruang. Debit, pola aliran,

angkutan sedimen, kecepatan arus dapat berubah dalam waktu yang singkat dan sungai secara reaktif mengalami perubahan planform. Hingga kini belum ada catatan yang merekam riwayat perubahan planform Sungai Sesayap, namun dari besarnya angkutan sedimen, proses sedimentasi dan erosi yang cukup intensif di floodplain dan tebing sungai terutama di ruas Sungai Malinau, dapat dikatakan planform Sungai Sesayap akan terus berubah secara dinamis hingga ditemukan suatu kondisi quasiequilibrium yang baru. Fenomena ini dapat terlihat jika ada rekaman planform sungai dalam waktu 10 hingga 100 tahun (dalam skala waktu menengah). Jika tinjauan dilakukan dalam skala waktu yang lebih singkat lagi, maka dapat dilihat perubahan topografi dasar sungai (bed topography) yang tersusun dari formasi seperti ripple, dan dune yang ditentukan oleh variasi debit harian dan karakteristik partikel sedimen. Mengingat usia guna infrastruktur sungai, maka tinjauan morfologi sungai dalam rentang waktu menengah dan singkat lebih relevan untuk ditinjau. Yang menjadi titik tekan dalam meninjau planform sungai ini adalah : 1. Profil memanjang alur sungai (longitudinal profile) 2. Karakteristik meander sungai : Tipe sungai (straight, meandering, braided) Kelengkungan Radius tikungan

Frekuensi terbentuknya tikungan di sepanjang sungai Jarak antara meander loop Jarak antara formasi bar

3. Geometri penampang sungai

4. Topografi dasar sungai 2. TINJAUAN PENAMPANG MELINTANG Secara umum alur sungai semakin ke hilir semakin melebar. Semakin ke hilir kapasitas sungai semakin bertambah untuk mengalirkan debit dari anak-anak sungai dan catchment area di hilir. Pada pengamatan dengan sounding yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2007 diketahui lebar Sungai Sesayap di Tanjung Lapang adalah sekitar 170 meter, di sekitar Jembatan Malinau sebesar 215 m dan di depan intake lama PDAM kota sebesar 225 meter. Pertambahan lebar sungai yang signifikan terjadi di sekitar jalan Seluwing (sedikit ke hulu sebelum muara Sungai Sembuak). Kedua tebing sungai sebelah kiri dan kanan mengalami erosi. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh masuknya debit tambahan dari Sungai Sembuak sehingga badan Sungai Sesayap melebar untuk menambah kapasitas sungai. Selain hal tersebut, interaksi gaya hidraulik dan proses erosisedimentasi di sungai juga sebagai salah satu penyebab. Planform sungai yang menikung mengakibatkan vektor kecepatan di permukaan mengarah ke tebing luar disertai dengan naiknya elevasi muka air di tebing luar, sedangkan di bagian dasar sungai vektor kecepatan menunjukkan arus menjauhi tebing karena kelebihan tekanan hidrostatis. Mekanisme ini melahirkan arus sekunder di tebing luar. Arus sekunder atau helical flow menggerus dasar tebing sehingga stabilitas lereng terganggu, kemudian terjadi keruntuhan tebing. Produk runtuhan tebing di dorong oleh helical flow ke arah tengah sungai dan terdeposisi di tengah sungai bersama-sama dengan hasil angkutan sedimen dari hulu. Sedimentasi di tengah bentang ini dapat disebabkan oleh landainya slope dasar sungai di sekitar Malinau atau dapat pula karena lokasinya yang dekat dari muara sungai Sembuak . Hasil sedimentasi ini membentuk diamond bar.

Diamond bar tumbuh perlahan-lahan seiring dengan terus bertambahnya sumbangan sedimen dari hulu. Formasi bar ini saat ini baru terlihat jika muka air sedang turun. Tumbuhnya mid-channel bar memicu sungai melakukan koreksi terhadap batimetrinya untuk mempertahankan kapasitas pengalirannya, koreksi dilakukan dalam bentuk pelebaran sungai melalui gerusan tebing kiri dan kanan sungai. Gerusan terhadap dasar sungai kemungkinan tidak terjadi karena diperkirakan terdapat formasi bedrock di dasar sungai. Diamond bar yang lebih besar terlihat di lokasi sedikit ke hilir Malinau dan di hulu Tanjung Lapang. Di sekitar Tanjung Lapang, lebar sungai tampak lebih seragam, di tebing kiri vegetasi masih cukup padat untuk melindungi tebing dari gerusan, di tebing kanan perumahan penduduk sudah lebih mendominasi dan tanaman asli telah berkurang sehingga lebih rawan gerusan.

Ruas Tanjung Lapang adalah bagian dari kurvatur tikungan beradius cukup besar, di lokasi ini aliran sudah mencapai kondisi axi-simetris dimana arah dan magnitud aliran dan angkutan sedimen telah konstan baik ditinjau melintang maupun memanjang sungai. Helical flow tidak terjadi lagi (decay), dan gerusan yang terjadi secara setempat di tebing sebelah kanan lebih disebabkan properties tanah. 3. KARAKTERISTIK MEANDER Bagian hulu sungai selalu ditandai dengan kecepatan aliran yang tinggi, endapan sedimen berukuran besar di dasar dan tepi sungai dan kemiringan dasar saluran (slope) yang besar. Tingginya kecepatan di bagian hulu tidak terlepas dari bentuk planform sungai yang cenderung lurus sehingga resistensi sungai terhadap arus cukup rendah. Selain itu kemiringan/ slope dasar sungai yang curam juga menyebabkan kecepatan aliran tinggi. Bagian ruas tengah (middlestream) hingga ke hilir (downstream) sungai umumnya berkelok-kelok atau bermeander. Semakin ke hilir, kecepatan aliran semakin berkurang

sehingga ukuran sedimen yang terangkut pun semakin kecil. Dengan membentuk planform meander, secara alamiah sungai telah meningkatkan resistensi terhadap aliran sehingga mengurangi intensitas gerusan terhadap tebimg dan dasar sungai. Meander membuat slope dasar sungai menjadi lebih landai dan kecepatan aliran secara umum berkurang. Terbentuknya meander di sungai dapat dijelaskan sebagai hasil

interaksi antara pola aliran, pengangkutan sedimen, serta karakteristik sedimen di dasar sungai. Dengan membayangkan suatu sungai berplanform lurus (straight channel), gravitasi mendorong air mengalir kearah hilir yang besarnya berbanding lurus dengan kemiringan dasar saluran. Saat debit mulai rendah (kondisi setelah banjir) sedimen memilih mengendap di zona penampang sungai yang kecepatan alirannya rendah yakni di dasar tebing kiri dan kanan . Perlahan-lahan bar mulai tumbuh seiring dengan mengendapnya sedimen yang terangkut dari hulu. Setelah ukuran bar cukup besar, aliran terdefleksi ke sisi yang lain dari sungai dengan vektor kecepatan yang terkonsentrasi sehingga kapasitas angkut sedimen menjadi tinggi di sisi tersebut dan mengakibatkan gerusan di sisi tersebut. Kecepatan arus yang terkonsentrasi ke arah tebing mengakibatkan gaya sentrifugal (Fc) yang kemudian mengangkat elevasi muka air. Naiknya elevasi muka air dalam arah melintang. Pertambahan elevasi muka air menimbulkan gaya hidrostatis (Fp) yang berlawanan arah dengan Fc. Di permukaan sungai nilai Fc lebih besar dari Fp sehingga arus mengalir searah Fc ke arah luar, sedangkan di bagian bawah ( semakin mendekati dasar sungai nilai Fp semakin besar), Fp lebih besar dari Fc sehingga aliran di bagian bawah bergerak ke arah dalam. Mekanisme ini menghasilkan helical flow .

Helical flow mulai menggerus dasar tebing luar sehingga stabilitas tebing luar terganggu, kemudian terjadi keruntuhan dan gerusan terhadap tebing luar menghasilkan planform cekungan (concave bank). Hasil gerusan tebing terangkut ke bagian hilir cekungan dan mengendap membentuk formasi bar yang baru tepat di ujung hilir cekungan . Adanya bar tersebut mengakibatkan vektor kecepatan kembali terdefleksi ke arah tebing yang lain.

Kemudian mekanisme yang sama terulang lagi hingga terbentuk cekungan baru dan bar baru kemudian alur sungai mulai tampak berkelok. Akibat gerusan terus menerus, cekungan bermigrasi dalam arah lateral dan produk gerusannya mengendap di sisi yang lain mempertegas kelengkungan meander sungai. Menurut Planformnya, sungai dikategorikan sebagai berikut : Pertama, sungai lurus (straight river) yang kelengkungan (sinuosity) tikungannya kurang dari 1,5. Kedua, sungai braided yang ditandai dengan banyaknya bar di tengah sungai sehingga terbentuk multi-channel saat kondisi muka air rendah. Ketiga, sungai bermeander yang mempunyai kelengkungan tikungan lebih dari 1,5. Geometri tikungan dicirikan oleh radius, amplitudo, dan panjang gelombang tikungan (valley wavelength). Kelengkungan (sinuosity) adalah jarak antara dua titik diukur mengikuti alur sungai (Ls) dibagi dengan jarak lurus antara kedua titik tersebut (Lv). Sinuosity = Ls/Lv. 4. KARAKTERISTIK SEDIMEN (lateral migration of bend) sehingga

Karakteristik sedimen dilihat dari ukuran butir sedimen. Ukuran sedimen dapat diklasifikasikan ke dalam 6 kategori yakni: lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal (cobble), dan berangkal (boulder). Tabel 1.1. menunjukkan klasifikasi sedimen berdasarkan ukurannya menurut The American Geophysical Union (Lane 1947). Dari hasil pengambilan sedimen di dasar sungai (bed load) didapati bahwa sedimen di dasar Sungai Sesayap mempunyai gradasi atau berukuran tidak seragam.

Kecenderungan ukuran sedimen semakin ke hulu adalah semakin besar. Tabel 1. Hasil pengukuran laboratorium terhadap sampel sedimen (bed load) di Sungai Sesayap dan Sungai Sembuak

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Ukuran butir (mm) 0.03 0,064 0,15 0,25 0,35 0,5 1 2 4

Metode Sieve Sieve Sieve Sieve Sieve Sieve Sieve Sieve Sieve

Satuan % % % % % % % % %

Hasil Analisis Sampel Jembatan Sembuak Malinau 12,2 7,04 15,76 27,1 22,7 15,2 0 0 0 48,8 31,5 15,07 4,52 0,11 0 0 0 0

Seluwing 3,2 0,2 4,9 4,4 3,3 4,4 6,2 12,5 60,9

Sedimen di sungai alam mempunyai ukuran butiran yang tidak seragam umumnya ukuran butir terdistribusi log-normal. Dengan demikian kurva gradasi sedimen selalu diplotkan ke atas kertas semilogaritmik.

Tabel 2. Sifat keragaman ukuran butir sedimen

ukuran d84 d16 d50 dg g

Lokasi Sungai Sesayap Jembatan Malinau 0,34 mm 0,043 mm 0,2 mm Seluwing 3,5 mm 0,32 mm 2,6 mm 1,06 mm 4,74

0,12 mm 3,18

Gambar 1. Planform Sungai Sesayap di sekitar Malinau yang cenderung membentuk meander. Tampak terjadi pelebaran sungai di Seluwing akibat gerusan di kedua tebing. Di bagian hilir tampak formasi mid-channel bar yang merupakan deposisi sedimen ukuran kerikil yang terbawa dari hulu. Sungai Sembuak (anak sungai Sesayap) yang bermuara di Malinau seberang turut memberikan sumbangan sedimen dan debit ke dalam Sungai Sesayap.

Gambar 2. Planform Sungai Sesayap di sekitar Tanjung Lapang, lebar sungai 170 m . Pengukuran pada penampang E-E menunjukkan kedalaman maksimum adalah 4 m di tebing sebelah kiri. (tercatat tanggal 23 Juli 2007)

Gambar 3. Bed Profile Sungai Sesayap dan Sungai Sembuak

Gambar 4. Prediksi Morfologi Sungai Sesayap di sekitar Seluwing diperkirakan terdapat pertumbuhan diamond bar.

Anda mungkin juga menyukai