Anda di halaman 1dari 23

DATA TEKNIS – D

TANGGAPAN TERHADAP KAK DAN PERSONIL/FASILITAS DARI


PPK

Berdasarkan pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang merupakan dokumen keluaran
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pekerjaan Survei Investigasi Design (SID) Pengukuran dan
Perencanaan Sungai Sidoan maka bersama ini akan menelaah lebih mendalam untuk mencapai sasaran
output kegiatan yang baik dan sesuai yang diharapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
sebagaimana yang tercermin dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan parameter sebagai berikut :

1. Tanggapan dan Saran Terhadap KAK


 Pemahaman Terhadap KAK
Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms Of Reference
(TOR) adalah satu petunjuk atau dasar dari sebuah rencana suatu pekerjaan. Tanggapan
terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) berisi mengenai Tanggapan Pihak Konsultan
terhadap substansi materi dan kegiatan dalam pekerjaan Survei Investigasi Design (SID)
Pengukuran dan Perencanaan Sungai Sidoan.
 Tanggapan Terhadap Kelengkapan KAK
Selaku konsultan setelah menyimak dan meniliti terkait kelengkapan KAK, agar tercapai
kesempunaan penyedia jasa konsultan dalam melaksanakan pekerjaan ini dianggap perlu
adanya penjelasan singkat tentang beberapa sebagai berikut :
- Executif Summary terkait garis-garis besar rencana konstruksi yang hendak di
rencanakan. Hal ini sekurang-kurangnya memuat gambaran tertulis mengenai rencana
pembangunan dan keinginan khusus terkait peruntukan konstruksi, agar konsultan dapat
menyusun metodologi yang tepat untuk mencapai Executife Summary tersebut.
- Kondisi eksisting berupa data visual areal rencana pembangunan, hal ini dimaksudkan
agar konsultan dapat menentukan dan menyusun metodologi yang tepat dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Hal ini diperlukan untuk dapat memberikan usulan program
kerja yang terarah dan terukur, sehingga pendekatan yang diambil atau yang diasumsikan
menjadi akurat.
2. Tanggapan Terhadap Latar Belakang
 Bentuk dan Karakteristik Sungai
 Sungai juga dapat diklasifikasi menurut usianya. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk menentukan umur sungai, salah satu metode yang digunakan adalah
mempertimbangkan sungai dari sudut geomorfologi. Sungai diklasifikasi menjadi sungai
tua, dewasa dan sungai muda.

Sungai muda adalah bentuk awal alur sungai. Alur terbentuk di permukaan tanah oleh
aliran air. Biasanya bentuk alur seperti “huruf V”, alur tidak beraturan dan terdiri dari
beberapa bagian, bagian tertentu mudah tererosi dan bagian lain tidak mudah tererosi.
Sebagai contoh sungai muda adalah sungai-sungai yang terletak di pegunungan beserta
anak-anak sungai yang terbentuk oleh aliran permukaan.
 Sungai dewasa adalah perkembangan selanjutnya dari sungai muda, dengan sifatsifat
lembah sungai yang cukup lebar, kemiringan dasar sungai relatif flat/datar, dan formasi
tebing terbentuk dari hasil longsoran tebing sebelah hulu. Material dasar sungai terbentuk
dari material bergradasi hasil dari endapan angkutan sedimen. Sungai dewasa mempunyai
bantaran yang relatif sempit, dan biasanya meander sungai sudah terbentuk. Dataran
sungai dewasa biasanya sudah mempunyai lebar yang cukup, sehingga ditempat tersebut
lahannya sudah banyak yang dimanfaatkan oleh masyarkat, baik untuk pertanian maupun
pemukiman. Untuk mencegah labilnya alur sungai dewasa, maka ditempat-tempat
tertentu banyak dilakukan usaha stabilisasi sungai dan perlindungan tebing sungai untuk
mencegah perubahan/ perpindahan alur sungai.
 Sungai tua merupakan perkembangan selanjutnya dari sungai dewasa. Sebagai akibat dari
proses erosi dan sedimentasi yang terus menerus, lembah sungai terbentuk dengan lebar
sungai menjadi lebih lebar dan kemiringan dasar sungai menjadi lebih landai. Meander
dan panjang meander yang terbentuk masih lebih sempit dari lembah sungainya. Ciri lain
dari sungai tua adalah di kanan-kiri sungai terbentuk tanggul alam dan banyak terbentuk
rawa-rawa. Banyak terjadi anak sungai yang terbentuk sejajar dengan induk sungainya
pada jarak yang cukup panjang sebelum bermuara kembali ke induk sungainya.

 Dataran Banjir dan Formasi Delta


 Dengan berjalannya waktu, proses erosi berjalan terus baik melalui proses erosi
permukaan maupun erosi yang terjadi di badan sungai, disertai longsoranlongsoran
tebing, maka material hasil erosi tersebut akan terangkut ke arah hilir, sehingga terbentuk
tebing-tebing sungai yang berfungsi sebagai batas alur sungai dan pembentukan meander
sungai. Dengan banyaknya angkutan sedimen yang terbawa arus sungai, maka seterusnya
sedimen tersebut akan diendapkan di daerah yang relatif rendah dan selanjutnya akan
terbentuk dataran banjir. Pada tempat-tempat tertentu di hilir dekat muara dimana
kemiringan sungai relatif datar dan turbulensi aliran kecil akan terjadi endapan sungai
yang selanjutnya akan membentuk “delta” sungai. Hal lain yang akan terjadi adalah alur
sungai akan menjadi lebih panjang dan kemiringan dasar sungai akan mengecil. Dasar
sungai sebelah hulu akan bertambah tinggi akibat

sedimentasi dan elevasi muka air banjir rata-rata akan lebih tinggi. Apabila ditinjau lebih
lanjut maka makin lama akan terlihat bahwa dataran banjir akan bertambah tinggi.

Gambar Dataran Banjir dan Formasi Delta


 Lensa Pasir/Kipas Aluvial
Hal lain yang banyak terjadi di sungai, adalah lensa pasir/kipas aluvial (alluvial fans). Lensa
pasir terbentuk pada tempat dimana terjadi peralihan dasar sungai yang curam ke dasar sungai
yang datar. Dengan adanya perubahan dasar sungai yang sekonyong-konyong dari curam ke
dasar sungai yang datar, akan terjadi proses pengendapan terhadap beban sedimen yang
cukup banyak, dan selanjutnya akan terjadi lensa-lensa pasir. Proses terjadinya lensa pasir
hampir sama dengan proses terjadinya delta, dan keduanya akan memperkecil kemiringan
dasar sungai beserta kecepatannya.

Gambar Endapan Tanah Yang Benbentuk Kipas

 Bentuk Alur Sungai


Apabila kita akan mempelajari mengenai morfologi sungai, hal yang sangat membantu adalah
melakukan studi terhadap profil dan situasi sungai secara keseluruhan. Dari situasi sungai
secara keseluruhan akan nampak sejarah terjadinya sungai sebagai satu proses yang
berkembang dari waktu ke waktu.

Sebagai contoh dengan adanya rekayasa perubahan terhadap sungai akan terlihat
pengaruhnya terhadap sistem sungai secara keseluruhan.

 Bentuk Alur Sungai


Alur sungai bercabang adalah alur sungai yang terdiri dari beberapa alur dengan alur satu dan
lainnya saling berhubungan. Penyebab utama terjadinya alur bercabang adalah tingginya
beban sedimen dasar, sehingga arus sungai tidak mampu untuk mengangkut. Banyaknya
sedimen lebih berpengaruh dibandingkan dengan besar butir terhadap pembentukan alur
sungai bercabang. Apabila beban sedimen terlalu banyak, maka proses pengendapan akan
terjadi, sehingga dasar sungai akan naik dan berakibat kemiringan dasar sungai juga
bertambah dan selanjutnya akan terjadi keseimbangan. Dengan bertambahnya kemiringan
dasar, maka kecepatan air akan naik dan selanjutnya akan terbentuk beberapa alur (alur
bercabang), sehingga secara keseluruhan sungai akan menjadi lebih lebar. Hal lain yang
terjadi pada alur bercabang adalah tebing yang relatif mudah tererosi. Apabila tebing alur
sungai mudah tererosi, maka pada saat muka air tinggi lebar sungai akan menjadi lebih lebar
dan pada saat air rendah endapan akan menjadi stabil dan terbentuk pulau-pulau. Pada
umumnya alur bercabang (braided channel) mempunyai kemiringan dasar yang cukup besar,
beban sedimen dasar lebih besar dibandingkan dengan beban sedimen melayang, dan
kandungan lumpur dan lempung relatif kecil.Tidak mudah melakukan kegiatan pekerjaan di
daerah sungai yang bercabang, karena kondisi sungainya relatif tidak stabil, alinyemen alur
sewaktu-waktu berubah dengan cepat, angkutan sedimen yang cukup besar, dan keadaan
sungainya sulit dapat diperkirakan.

Sungai Bercabang-Cabang (Braided River)

 Sungai Bermeander
Sungai bermeander dapat didefinisikan sebagai sungai yang mempunyai alur berbelok-belok,
sehingga hampir menyerupai huruf “S” berulang. Sungai bermeander terbentuk oleh adanya
pergerakan menyamping akibat arus sungai terhadap formasi dan perubahan bentuk
lengkungan sungai. Arus yang berbelokbelok juga akan terjadi pada sungai yang relatif lurus.
Pada kenyataannya, hampir sebagian besar pada sungai yang lurus akan terjadi arus yang
berbelok-belok dan akan terjadi endapan setempat-setempat yang selanjutnya dalam
perkembangannya dapat terbentuk meander.

Gambar Skema Meander

Meander sungai terdiri dari lubuk (“pool”) dan alur silang (“crossing”). Thalweg atau palung/alur
utama, alur dari satu lubuk ke lubuk berikutnya membentuk sungai dengan Tipe “S”. Di tempat
lubuk bentuk tampang lintang alurnya berbentuk segitiga. Endapan akan terjadi di lengkungan
dalam. Di tempat alur silang sungai, tampang lintangnya berbentuk segiempat dengan
kedalamannya lebih dangkal. Pada saat air rendah, kecepatan air tempat ini lebih cepat
dibandingkan kecepatan air di lubuk. Dari beberapa penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
panjang meander kira-kira antara 10 – 14 kali lebar sungai pada kondisi bankfull, atau dapat
dinyatakan dalam debit bankfull L = 46Q0.39
 Proses Meandering
Pada umumnya, sungai alluvial tidak berbentuk sungai yang lurus. Palung sungai akan meliuk-
liuk dan membentuk formasi lengkungan. Pada sungai yang lurus, endapan sungai dan palung
sungai selalu berubah-rubah posisinya, sehingga arus sungai tidak dapat menyebar rata pada
seluruh tampang lintang, tetapi berbelok arah ke tebing yang satu dan tebing lainnya. Pada proses
selanjutnya, akan terjadi. proses gerusan pada tebing yang disertai dengan longsoran-longsoran
dan di tempat arah yang berlawanan yaitu pada kengkungan dalam dari palung akan terjadi
pengendapan. Pada umumnya, lengkungan alur terbentuk oleh proses erosi dan pengendapan.

Gambar Proses Meandering


Proses pembentukan alur sungai sebagai akibat proses erosi dan pengendapan tersebut akan
berjalan terus, sehingga alur sungai akan terbentuk berupa alur yang menyerupai huruf “S” dan
selanjutnya disebut Sungai Bermeander (Meandering River). Apabila proses erosi dan
pengendapan terus berjalan dalam waktu yang cukup panjang, proses pembentukan meander
berjalan terus dan pada kondisi tertentu lengkungan meander akan terputus dan terbentuk alur
meander baru. Bekas meander tersebut lama kelamaan akan terisi oleh endapan sungai dan
terbentuk lengkungan-lengkungan danau (“oxbow”), dimana pengendapan akan lebih banyak
terjadi pada posisi dekat alur aktif.

Gambar Proses Pembentukan Danau Oxbow


 Tanggul dan Rawa Alamiah
Tanggul alamiah terbentuk dekat dengan alur sungai sebagai proses pengendapan material sungai
akibat luapan banjir yang membawa sedimen. Material yang kasar akan terendapkan lebih dekat
dengan palung sungai yang halus akan terendapkan agak jauh dari palung. Material kasar lama
kelamaan membentuk tanggul alam, dan biasanya mempunyai kemiringan yang cukup

curam, dan terjadi perbedaan elevasi dengan lokasi yang lebih jauh dari palung sungai dan
terbentuklah rawa alami.
3. Tanggapan Terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan
Malakukan kegiatan Survei Investigasi Design (SID) sehingga dagar dapat menentukan desain
bangunan pengendali banjir pada sungai ini melalui kajian dan metode yang analitis data secara
sistematis dan terpadu yang meliputi :
 Persiapan perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan yang ada
termasuk melakukan pengukuran terhadap site lokasi dan interpretasi secara garis besar
terhadap KAK.
 Penyusunan Konsepsi Desain, termasuk program bangunan pengendalian banjir dan
lingkungan serta didetailkan ke dalam program kerja yang direncanakan.
 Tahap Pra-Perancangan yang lebih mendetailkan secara terukur terhadap hal-hal yang
sudah dikonsepsikan.
 Tahap Penyusunan Pengembangan Rencana, antara lain membuat desain bangunan
pengendali banjir dan titik penempatan serta Panjang segmen dan ruasnya.

4. Memilih jenis bangunan pengendali banjir yang sesuai dengan karakteristik sungai
Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
 Metode pengaturan banjir
Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang tanpa menggunakan pintu
pengatur, dengan tujuan memudahkan operasi, untuk menekan biaya operasi dan pemeliharaan
dimasa mendatang. Sedangkan untuk mendapatkan pengaruh pengaturan terhadap pengendalian
banjir yang lebih besar, dapat digunakan waduk yang dilengkapi pintu pengendali banjir.

 Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir


Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian banjir dan volume untuk
memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir, akan menentukan
pola hidrograf banjir yang dilepas waduk ke hilir dan ratio penurunan debit banjir.

 Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya
konstruksi dam naik, maka debit rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun
 Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum dari perbaikan sungai dan
biaya konstruksi dam.
 Waduk
Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan (PP No 37
Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk pengembangan sumber daya air sungai,
dengan menampung air pada waktu musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai
terutama pada musim kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat
terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun untuk beberapa
manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam, misalnya untuk irigasi, penyediaan air
baku (air minum), pembangkit listrik tenaga air, dsb.

Waduk yang mempunyai faktor tampungan atau dapat menampung air, mempunyai efek
terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk dapat merubah pola inflow-outflow
hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di hilir waduk biasanya menguntungkan terhadap
pengendalian banjir, dengan adanya debit banjir yang lebih kecil dan perlambatan waktu banjir.
Pengendalian banjir dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu dan biasanya
dikaitkan dengan pengembangan sumber daya air. Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian
banjir dengan waduk adalah perlambatan waktu tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas
ke hilir dan rasio alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.
 Kolam Retensi/Penampungan (Retention Basin)
Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan (PP No 37
Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk pengembangan sumber daya air sungai,
dengan menampung air pada waktu musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai
terutama pada musim kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat
terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun untuk beberapa
manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam, misalnya untuk irigasi, penyediaan air
baku (air minum), pembangkit listrik tenaga air, dsb.
Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk menyimpan
sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi, retention berarti penyimpanan.
Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan
dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan
biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna
lahan yang baik, kolam penampungan dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi
pengendalian yang andal diperlukan:
 Pengontrolan yang memadai untuk menjamin ketepatan peramalan banjir.
 Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau evakuasi.
 Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan secepatnya setelah
banjir reda.
 Dengan manajemen yang tepat, penanggulangan sementara dapat berakibat positif dari segi
pertanian, seperti berikut ini:
 Melunakkan tanah.
 Mencuci tanah dari unsur racun.
 Mengendapkan lumpur yang kaya akan unsur hara.
 Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin. Perbedaannya adalah sebagai
berikut:

 Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan sampai airnya habis
karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet pond.
 Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu setelah hujan reda air
dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu keberadaan air di sungai sering disebut dry
pond.
 Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan penundaan (delay) air
masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir sungai bisa berkurang karena dibantu
dengan retarding basin.
 Pembuatan check dam (penangkap sedimen)
Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap yang dibangun melintang saluran/sungai
untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang sungai sehingga bisa mereduksi kecepatan air,
erosi dan membuat sedimen bisa tinggal di bagian hulu bangunan. Sehingga bangunan ini bisa
menstabilkan saluran atau sungai (ftp://ftp-fc.sc.egov.usda.gov/WSI/UrbanBMPs/water/
erosion/checkdam.pdf.)

 Bangunan pengurang kemiringan sungai


Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill. Manfaatnya adalah bisa mengurangi
kecepatan air, dan untuk groundsill juga dapat mencegah scouring pada hilir bendung atau pilar
jembatan. Contoh bangunan ini dapat dilihat dalam Gambar I..
 Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan dioperasikan untuk
tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari suatu sungai. Dapat
dikatakan pula suatu tampungan (reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui simpanan
sementara. Retard berarti memperlambat.
 Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk menampung volume air
banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu dan dilepaskan kembali pada waktu banjir
surut. Dengan demikian kondisi lapangan sangat menentukan dan berdasarkan survei lapangan,
peta topografi dan foto udara dapat diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya retarding
basin (pond/kolam) dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai. Sedangkan daerah
cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam banjir adalah dengan memperhatikan:
 Pemanfaatan retarding basin untuk mengendalikan banjir dan bermanfaat efektif untuk daerah
yang ada di bagian hilirnya.
 Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan kolam penampungan banjir
sementara.
 Daerah tersebut mempunyai head/energi yang cukup (perbedaan muka air banjir antara di sungai
dan muka air banjir di kolam).
 Daerah tersebut mempunyai area ataupun volume tampungan yang besar untuk banjir.
 Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan adalah:
 Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.
 Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir sementara.
 Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
 Bangunan pintu banjir sementara.

 Pembuatan polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik bisa berupa tanah
urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali yang membentuk semacam kesatuan
hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar polder selain yang
dialirkan melalui saluran buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa
(http://id.wikipedia.org/wiki/Polder dengan modifikasi). Polder berfungsi sementara untuk
menampung aliran banjir ketika sungai atau saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi
karena di sungai tersebut terjadi banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana
polder penuh maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga
daerah yang dilindungi tidak kebanjiran. Untuk daerah rendah namun bila mempunyai nilai
ekonomi tinggi polder cukup efektif (misal perumahan elit) dibuat karena biaya operasional
pompa cukup besar. Namun untuk pemukiman padat dengan penghasilan penduduk rendah
pemerintah setempat perlu memberi subsidi untuk operasional pompa.

 Sistem Perbaikan dan


Pengaturan Sungai
Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya adalah:
 River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),
 Tanggul,
 Sudetan (by pass/short-cut),
 Floodway,
 Sistem Drainase Khusus.
 River Improvement
River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian banjir, yang
merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan untuk
menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilir atau laut, sehingga tidak terjadi
limpasan. Pekerjaan ini pada dasarnya dapat meliputi kegiatan antara lain:
 Perbaikan bentuk penampang melintang.
 Mengatur penampang memanjang sungai.
 Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.
 Melakukan sudetan pada alur sungai meander
 Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai dan mengganggu
pengaliran banjir
 Menstabilkan alur sungai
 Pembuatan tanggul banjir.
Sistem pengerukan alur saluran bertujuan untuk memperbesar kapasitas tampungan sungai dan
memperlancar aliran sungai. Analisis yang harus diperhitungkan adalah analisis hidrologi,
analisis hidraulika dan analisis sedimentasi. Analisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat
mengingat kemungkinan kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar. Pengerukan juga
merupakan kegiatan-kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai dan memperdalam
sungai. Untuk mengarahkan sungai dan melebarkan penampangnya sering diperlukan
pembebasan lahan. Oleh karena itu dalam kajiannya harus juga memperhitungkan aspek
ekonomi (ganti rugi) dan aspek
 sosial terutama bagi masyarakat atau stakeholders lainnya yang merasa dirugikan akibat
lahannya berkurang.
 Hal-hal penting dalam river improvement diantaranya adalah:
 Perencanaan penampang melintang sungai,
 Hidrologi dan hidraulika banjir,
 Elevasi, talud dan lebar tanggul,
 Stabilitas terhadap erosi dan longsoran,
 Perkuatan tebing sungai (revetment),
 Efek pengaruh back water akibat bangunan dan pasang surut.

 Tanggul
Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung sungai untuk
melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk melokalisir banjir di sungai,
sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri sungai yang merupakan daerah peruntukan.
Contoh dokumentasi tanggul dapat dilihat dalam Gambar I.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
 Dampak tanggul terhadap regim sungai,
 Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai misalnya jembatan,
 Ketersediaan bahan bangunan setempat,
 Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah,
 Hidrograf banjir yang lewat,
 Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran,
 Pengaruh tanggul terhadap lingkungan,
 Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai,
 Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil

Sudetan (by pass/short cut)


Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air
banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang

dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam desain saluran by pass adalah sebagai
berikut:
 Biaya pelaksanaan yang relatif mahal.
 Kondisi topografi dari rute alur baru.
 Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol kecepatan air dan
erosi.
 Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass (contoh: membuat saluran sampai batuan
dasar sungai).
 Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai.
 Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari lokasi
percabangan.
 Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari lokasi percabangan by
pass.
Perbaikan alur sungai biasanya termasuk perbaikan alignment atau jalur sungai, melalui pekerjaan
sudetan. Pada alur sungai yang berbelok-belok sangat kritis, sebaiknya dilakukan sudetan, agar air
banjir dapat mencapai bagian hilir atau laut dengan cepat, dengan mempertimbangkan alur sungai
stabil. Hal ini dikarenakan jarak yang ditempuh oleh aliran air banjir tersebut lebih pendek,
kemiringan sungai lebih curam dan kapasitas pengaliran bertambah atau akan mengalami perubahan
hidrograf banjir. Namun juga perlu memperhatikan dampak negatif sudetan. Yaitu bila suatu sungai
disudet tidak akan menimbulkan problem banjir di tempat lain. Dengan adanya perubahan bentuk
hidrograf banjir setelah adanya sudetan akan berdampak terhadap peningkatan debit pengaliran dan
waktu tiba banjir dari hidrograf lebih pendek. Hal tersebut akan menurunkan muka air banjir di
sebelah hulu dan menambah banjir di sebelah hilir atau berpengaruh baik di hulu dan berpengaruh
jelek di hilir. Pada pekerjaan sudetan perlu dilakukan perbaikan alur sungai di hulu dari daerah yang
dilindungi dari banjir dan juga diimbangi dperbaikan alur sungai di sebelah hilir sudetan. Sudetan
pada alur sungai aluvial yang bermeander dapat terjadi secara alamiah karena adanya
pergerakan/pergeseran meander. Namun sudetan dapat juga dibuat oleh manusia, sebagai salah satu
usaha pengaturan sungai untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan pengertian
bagi para perencana, mengingat dengan dilakukannya sudetan berarti mengganggu keseimbangan
yang ada, sehingga secara alamiah alur sungai cenderung kembali pada kondisi semula. Pada masa
mencari atau mencapai keseimbangan baru tersebut, biasanya disertai dengan kerusakan-kerusakan
yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi pada sudetan yang tidak disertai
dengan perencanaan alur sungai stabil dan mempertimbangkan segala proses yang akan timbul. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam sudetan adalah:

 Tujuan dilakukan sudetan.


 Arah alur sungai sudetan (kondisi meander yang ada).
 Penampang sungai sudetan
 Usaha mempertahankan fungsi dari sudetan.
 Pengaruh sudetan terhadap sungai secara keseluruhan, bangunanbangunan pemanfaatan sumber
daya air maupun bangunan fasilitas
 Pengaruh penurunan muka air di sebelah hulu sudetan terhadap lingkungan.
 Pengaruh berkurangnya fungsi retensi banjir
 Tinjauan terhadap sosial ekonomi.
 Di samping itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian banjir adalah:
 Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander kritis, adalah merupakan alur yang relatif tidak
stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik.
 Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian hulu dan hilir
sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian hulunya.
Pertimbangan teknis dalam perencanaan sudetan:
 Daerah sudetan (meander kritis)
 Perbaikan arah alur sungai di daerah sudetan
 Perbaikan penampang sudetan (penampang memanjang dan melintang)
 Bangunan perkuatan/pengatur yang diperlukan

5. Tahap penyusunan data rencana memuat :


 Persiapan perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi lapangan yang ada
termasuk melakukan pengukuran terhadap site lokasi dan interpretasi secara garis besar
terhadap KAK.
 Gambar-gambar pelaksanaan detail eksisting sungai dan detail rencana serta, detail
struktur bangunan pengendalian banjir, detail utilitas yang sesuai dengan gambar rencana
yang telah disetujui.
 Data-data Sekunder yang disiapkan antara lain :
 Peta-peta yang terkait dengan kawasan lokasi pekerjaan (topografi, geologi, tata
guna lahan, peta admisistrasi dan lain-lain).
 Data hidrologi yang terkait dengan kawasan lokasi
 pekerjaan (data curah hujan harian-bulanan- tahunan, data klimatologi, data
potensi sungai).
 Data Sosial Ekonomi di wilayah sungai terkait (data administratif wilayah, data
kependudukan, sarana dan prasarana, harga satuan dasar bahan dan material dan data
pendukung lainnya).
 Data-data Primer yang disiapkan antara lain :
 Pengukuran Topografi dilakukan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk
permukaan tanah yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang
ada. Survey topografi adalah sebagai berikut :
- Pekerjaan persiapan
- Pekerjaan lapangan
- Inventarisasi dan pemasangan benchmark (BM)
- Pengukuran kerangka dasar horizontal dan vertical, situasi, penampang memanjang
dan melintang
- Pekerjaan perhitungan dan penggambaran
- Perhitungan draft di lapangan dan perhitungan definitif
- Penggambaran peta situasi
- Penggambaran penampang memanjang
- Penggambaran penampang melintang
- Membuat dokumen foto awal.
- Pekerjaan pembuatan laporan
 Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS/spesifikasi teknis).
 Rencanaanggaranbiaya(RAB/EstimasiBiaya).

 Rincian volume pelaksanaan pekerjaan (BQ/Bill of Quantity)


 Perhitungan struktur konstruksi.
 Laporan akhir perencanaan meliputi laporan penyelenggaraan perencanaan teknis secara
lengkap.
 Tahap Pengadaan Jasa Konstruksi /Pemborongan, konsultan berkewajiban membantu
Panitia Pengadaan Jasa Konstruksi/Pemborongan dalam kegiatan penjelasan pekerjaan
(aanwijzing).

6. Tahap penyusunan rencana detail antara lain memuat :


Dalam bab ini digambarkan fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh tim konsultan di lapangan
dan akan disediakan oleh pihak konsultan untuk menjamin terselenggaranya proyek dengan
sebaik-baiknya. Semua fasilitas administrasi dan kebutuhan pendukung (misalnya, alat survey
dan pengukuran, komputer, printer, transportasi dan lain-lain) telah direncanakan dan dihitung
secara cermat
dengan mempertimbangkan sumber daya yang bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin. Rincian
staf administrasi dan teknis serta kebutuhan lainnya disajikan dalam Proposal Biaya, yang
memuat aspek keuangan penugasan yang akan dilaksanakan. Meskipun konsultan memahami
bahwa rincian bergantung pada pembahasan dan penyesuaian selama negosiasi kontrak, namun
konsultan menyesuaikan dengan kondisi real di lokasi.
 Data teknis perencanaan oleh konsultan perencanaan sebelumnya (jika ada) ;
 Data teknis perencanaan oleh konsultan perencanaan sebelumnya (jika ada) ;

7. Ruang Kantor dan Perlengkapannya


Untuk kebutuhan operasional tim konsultan, pihak konsultan akan menempati studio konsultan,
perusahaan konsultan memperlengkapi peralatan dan akomodasi kantor tersebut khususnya yang
digunakan langsung oleh tim konsultan. Untuk memperlancar kegiatan administrasi dan
operasional maka akan diperlengkapi dengan berbagai alat penunjang kegiatan kantor, antara lain
telepon/mesin facsimile. Kantor harus memiliki fasilitas listrik, air dan sarana

komunikasi, peralatan survey dan lainnya. Pengadaan tersebut sebagian berasal dari peralatan
milik konsultan dan sebagian di antaranya disewa (bila perusahaan tidak memiliki namun sangat
dibutuhkan selama proyek berlangsung).

8. Peralatan Penunjang
Seluruh peralatan penunjang perusahaan yang telah disebutkan dalam sebelumnya, peralatan
tersebut berstatus milik dan siap digunakan kapan saja dibutuhkan (mobile able) untuk
menunjang kelancaran proyek.

9. Kendaraan dan Perjalanan Dinas


Konsultan mencermati bahwa sebagian besar indicator keberhasilan kinerja tim memerlukan
koordinasi dan keselarasan kegiatan yang erat antar tim konsultan, dengan klien/owner. Untuk
tujuan itu, perhatian penuh diberikan kepada kebutuhan transportasi, khususnya transportasi local.

10. Peralatan Survey


Konsultan mencermati bahwa sebagian besar indicator keberhasilan kinerja tim memerlukan
koordinasi dan keselarasan kegiatan yang erat antar tim konsultan, dengan klien/owner. Untuk
tujuan itu, perhatian penuh diberikan kepada kebutuhan transportasi, khususnya transportasi local.
No. Jenis Alat Jml. (unit) Spesifikasi

1. Theodolite 1 T0/TS Akurasi 1’’


2. Waterpass 1 Akurasi 2,0 mm/1km,
Teleskop 24x, minimum fokus
0,75 m akurasi leveling ± 0,5’’
3. Bak Ukur 3 Panjang minimal 3 mter
4. Global 1 Interface serial dan USB,
Positioning Track log, Track memory
System (GPS)
5. Komputer/Laptop 1 PC Editing: Intel Core i7,
RAM 16 GB DDR4, GTX
1070, SSD 256GB, HDD 1TB
6. Printer 1 A3
7. Camera SLR 1 Minimal 10 Mega Pixel

Theodolit :
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah
dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki
sudut mendatar saja
Waterpass :
Automatic Level Waterpass merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur

atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal
maupun horizontal.
Bak Ukur :
Bak ukur merupakan Alat yang digunakan dalam pengukuran sipat datar memakain pesawat
waterpass yang bertujuan untuk mencari beda tinggi antara dua titik. Rol meter atau pita
meter mempunyai skala yang sama dengan mistar.
GPS (Global Position System) :
Merupakan sebah perangkat yang dapat digunakan untuk menentukan posisi pengamat
(surveyor) terhadap suatu titik referensi tertentu, misalnya terhadap koordinat lintang dan
bujur bumi, ataupun terhadap landmark tertentu.
Alat Tulis Lapangan :
Meskipun alat tulis lapangan yang biasa digunakan merupakan alat tulis biasa, namun khusus
bagi alat tulis lapangan sebaiknya memiliki spesifikasi tertentu, misalnya tahan terhadap air
(bilaman terkena hujan), jenis kertas yang digunakan tidak mudah sobek, tinta yang
digunakan tidak mudah luntur dan lain-lain.
Komputer / Leptop :
komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah
dirumuskan. komputer adalah suatu perangkat keras yang sangat berkaitan dengan teknologi.
komputer mampu membantu berbagai pekerjaan manusia
Camera :
Kamera adalah sebuah perangkat yang dapat merekam gambar yang dapat disimpan secara
langsung, dikirim keperangkat lain, atau keduanya. Gambar-gambar tersebut dapat berupa
gambar diam (still-life photographs) atau gambar bergerak seperti video atau film. Istilah
kamera berasal dari kata camera obscura (bahasa latin untuk "ruang gelap"), sebuah
mekanisme awal untuk memproyeksikan gambar. Kamera modern yang sekarang ada, adalah
merupakan hasil evolusi dari kamera obscura.
11. Aplikasi Penunjang
Selain itu, dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sejumlah data sangat dibutuhkan dalam proyek,
antara lain :
 Software AutoCAD
Software AutoCAD merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mendigitasi dan
merancang gambar rencana yang dibutuhkan.
 Software Sketchup/ Trimble

Merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk merancang konstruksi dan dapat
digunakan untuk menghitung volume pekerjaan secara teliti.
 Software Office Application
Software Office Application merupakan lunak yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan tertib administrasi dan pelaporan. Namun karena issu kekayaan intelektual.

12. Fasilitas Pendukung


Selain itu, dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sejumlah data sangat dibutuhkan dalam proyek,
antara lain :
 Software AutoCAD
Software AutoCAD merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mendigitasi dan
merancang gambar rencana yang dibutuhkan.
 Software Sketchup/ Trimble
Merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk merancang konstruksi dan dapat
digunakan untuk menghitung volume pekerjaan secara teliti.
 Software Office Application
Software Office Application merupakan lunak yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan tertib administrasi dan pelaporan. Namun karena issu kekayaan intelektual.
Untuk kelancaran dalam inventarisasi data, maka perlu dipikirkan untuk menyediakan contac
person, baik dari lokasi pekerjaan maupun instansi pemberi tugas. Hal tersebut dirasa penting
untuk menghilangkan hambatan birokrasi yang dapat menyita waktu yang lama. Kontak person
yang dapat dihubungi selaku penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan ini adalan :
Febrina Silkia—Direktris CV. Golden Ratio Consultant----Kontak---082293300743

Anda mungkin juga menyukai