Anda di halaman 1dari 11

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM METODE GEOLOGI LAPANGAN


ACARA 2
PETA POLA ALIRAN SUNGAI

LAPORAN

OLEH :

MADE SUGI SANTIKA

F12119070

PALU

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai merupakan jaringan alur pada permukaan bumi yang terbentuk


secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian
hilir. Aliran sungai merupakan sumber air yang paling dominan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia sehingga sungai tersebut seharusnya diusahakan
kelestariannya yaitu salah satunya dengan mengusahakan agar kapasitas
penampang sungai tetap stabil dari endapan sedimen. Proses sedimentasi pada
suatu sungai meliputi proses erosi, transportasi, pengendapan, dan pemadatan dari
sedimentasi itu sendiri.
Daerah Aliran Sungai memiliki peran yang sangat penting bagi siklus
hidrologi. kemampuannya menjaga dan menjadi tempat untuk mengalirkan air
dari hulu ke hilir sebagai sumber kehidupan menjadi jaminan yang akan
menyatukan komponen biotik dan abiotik dalam menjaga keseimbangan
lingkungan.
Dengan dilakukannya praktikumnya ini kita dapat mengetahui apa saja
jenis pola aliran sungai dan tipe genetik sungai yang terdapat pada daerah Alindau
dan sekitarnya. Dimana pola aliran sungai dapat kita lihat dari bentuknya. Pola
aliran sungai yang terdapat pada daerah Alindau dan sekitarnya merupakan pola
aliran sungai Dendritik, yang bisa kita lihat langsung dari bentuknya yang
menyerupai percabangan pohon atau akar dari tanaman.

1.2 Tujuan
Adpun tujuuan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian sungai
2. Mengetahui jenis pola aliran sungai yang di jumpai pada daerah Alindau
dan sekitarnya
3. Mengetahui tipe genetik sungai yang ada pada daerah Alindau dan
sekitarnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai muara dengan dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991). Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi
kemiringan lahan yang curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, dan
relatif rata. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat
dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air
di lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah
sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air
atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi
aktivitas dan perilaku penghuninya (Wardhana, 2001). Sungai sebagai sumber air
merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi
kehidupan dan penghidupan manusia.
Menurut Masduqi, dkk (2009) ada dua fungsi utama sungai secara alami
yaitu mengalirkan air dan mengangkat sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran
Sungai dan alurnya (Self Purification). Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan
saling mempengaruhi.

2.2 Pola Aliran Sungai


Pola aliran sungai atau sistem sungai dapat terbentuk dalam beragam
bentuk aliran karena topografi tanah (kemiringan dan ketinggian tanah) dan
kondisi geologi lahan (kondisi batuan). .Ada berbagai pola aliran sungai,
sebagai berikut :
a. Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas
dan miring sekali, sehingga gradien dari sungai itu besar dan sungainya
dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang
kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu
coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya
miring sekali kearah laut.

Pola Paralel
b. Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang
mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya
atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku-siku.

Pola Rektangular
c. Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai
mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin
yang pararel.

Pola Trellis
d. Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome
atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul
sungai consequent, subsequent, resequent dan obsequent.

Pola Annular
e. Dentritik, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman.
Terdapat pada daerah yang batu-batuannya homogen, dan lereng-
lerengnya tidak begitu terjal, sehingga sungai-sungainya tidak cukup
mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

Pola Dendritik
f. Radial, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu
kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya
menuju ke pusat depresi tersebut.
Pola Radial

2.3 Tipe Genetik Sungai


Tipe genetic sungai ditentukan berdasarkan hubungan antara arah aliran
sungai dengan kedudukan lapisan batuan. Tipe genetika sungai, yaitu:

1 Sungai Konsekuen
Sungai konsekuen adalah sungai yang mengalir searah dengan kemiringan
perlapisan batuannya. Aliran sungai ini secara langsung dipengaruhi oleh
kondisi topografi dari wilayah sekitarnya.
Nama konsekuen sendiri berasal dari kata consequent yang artinya
konsekuensi dari kondisi lereng setempat. Mayoritas sungai-sungai di
benua India merupakan sungai Konsekuen.
Pada gambar diatas, kita dapat melihat bahwa sungai konsekuen memiliki
arah yang sejajar dengan perlapisan batuan. Selain itu, sungai ini juga
mengikuti kelerengan umum dari bentang alam diatas, yaitu miring ke kiri.
2 Sungai Subsekuen
Sungai subsekuen merupakan tributary atau sungai anak dari sungai
utama, yang umumnya bersifat konsekuen. Sungai ini berkembang
disepanjang suatu zona perlapisan batuan yang non-resisten sehingga
mudah ter-erosi dan menciptakan sungai.
Umumnya, sungai subsekuen memiliki umur yang lebih muda dari sungai
konsekuen. Contohnya adalah sungai Chambal, Sind, dan Tons yang
bergabung dengan sungai Ganga di India.
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa sungai subsekuen terbentuk pada
titik temu antar lapisan batuan. Pada lokasi tersebut, terdapat kelemahan
dalam bentuk batuan mudah ter-erosi atau rekahan. Sehingga, air mudah
mengerosi dan membentuk aliran sungai.
3 Sungai Resekuen
Sungai resekuen adalah anak sungai dari sungai subsekuen. Artinya,
sungai resekuen ini berkembang belakangan dibandingkan dengan sungai
subsekuennya.
Sungai resekuen sama seperti sungai konsekuen karena arah aliran mereka
mengikuti jurus perlapisan batuan dan kemiringan lereng. Namun, sungai
ini berada pada perlapisan yang berbeda dengan sungai konsekuen.
4 Sungai Obsekuen
Sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berbanding terbalik
dengan jurus perlapisan batuan. Sungai seperti ini muncul ketika
ada escarpment yang merupakan perlapisan batuan yang tererosi.
Seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas, kita dapat melihat bahwa
sungai obsekuen terbentuk pada escarpment salah satu lapisan batuan.
Kita juga dapat melihat, meskipun arah alirannya berbanding terbalik
dengan konsekuen dan arah perlapisan batuan, sungai ini tidak mengalir
keatas. Sungai ini tetap mengalir ke daerah yang lebih rendah dan
bermuara di sungai subsekuen.
5 Sungai Insekuen
Sungai insekuen pada dasarnya adalah sungai yang alirannya pada suatu
lereng tidak dikontrol oleh faktor kemiringan atau struktur perlapisan
batuan yang ada.
Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya teratur dan tidak terikat lapisan
batuan yang
dilaluinya.
Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya teratur dan tidak terikat lapisan
batuan yang
dilaluinya.
Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya teratur dan tidak terikat lapisan
batuan yang
dilaluinya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.
1. ATK
2. Kertas HVS
3. Clipboard
4. Pensil warna
5. Kalkir
6. Drawing pen
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini sebagai berikut.
1. Peta RBI 5x5 grid lembar 2015-62 Daerah Alindau san sekitarnya,
Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini yaitu:
1. Melakukan responsi sebelum melakukan praktikum
2. Setelah itu menyiapkan ATK, Kalkir dan peta RBI 5x5 grid untuk
membuat peta pola aliran sungai
3. Kemudian ikuti pola aliran sungai yang ada peta menggunakan drawing
pen, lalu gambar item yang terdapat pada peta seperti jalan, titik tinggi dan
pemukiman
4. Kemudian buatlah etiket di samping peta pola aliran.
5. Kmudian buat etiket disamping kanan peta aliran sungai yang telah di
buat
6. Analisis pola aliran sungai dengan menentukan jenis dari pola aliran
sungai

BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan (analisis) yang telah dilakukan pola aliran sungai


(DAS) pada daerah Alindau dan sekitarnya, Kecamatan Sindue Kabupaten
Donggala koma Provinsi Sulawesi Tengah. Merupakan aliran yang mengalir dari
titik tertinggi 887 Mdpl ke titik yang terendah yakni 453 Mdpl. Dengan arah
aliran sungai dari timur ke barat.
jenis pola aliran sungai daerah Alindau ini merupakan pola aliran sungai
dendritik. Dapat dilihat dari pola alirannya yang mirip cabang atau akar dari
tanaman. Keberadaan sungai dendritik ini juga dapat dilihat dari kemiringan
lerengnya yang tidak begitu terjal sehingga sungai-sungainya tidak cukup
mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.
Tipe genetik Sungai pada daerah Alindau dan sekitarnya belum diketahui
dikarenakan pengamatan hanya dilakukan dari penentuan peta RBI, bukan
penelitian langsung kelapangan. Dimana untuk menentukan tipe genetik dari
sungai diperlukan pengamatan langsung untuk turun ke lapangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan (analisis) yang telah dilakukan jenis pola aliran
sungai yang terdapat pada daerah Alindau ini merupakan pola aliran sungai
dendritik. Dapat dilihat dari pola alirannya yang mirip cabang atau akar dari
tanaman. Keberadaan sungai dendritik ini juga dapat dilihat dari kemiringan
lerengnya yang tidak begitu terjal sehingga sungai-sungainya tidak cukup
mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.
Tipe genetik Sungai pada daerah Alindau dan sekitarnya belum diketahui
dikarenakan pengamatan hanya dilakukan dari penentuan peta RBI, bukan
penelitian langsung kelapangan. Dimana untuk menentukan tipe genetik dari
sungai diperlukan pengamatan langsung untuk turun ke lapangan.

5.2

Anda mungkin juga menyukai