Q Puncak Rasional
Hubungan
Rasional
Hujan - Hidrograf
SCS
Limpasan
Unit Actual
Hidrograph Sintetik Penelusuran
Banjir
Banjir
Rencana
(Flood Routing)
Analisis
Frekuensi
Data Debit
PERHITUNGAN DEBIT BANJIR
Muskingum
Saluran Muskingum Cunge
Kinematik
Hidrologi
Waduk /
Storage Indication
Reservoir
Penelusuran
Banjir
(Flood Routing)
Aliran Tetap
(Steady Flow)
Hidraulika
Aliran Tak Tetap
(Unsteady Flow)
KARAKTERISTIK DAS KECIL
Karakteristik DAS kecil:
Hujan dapat dianggap terdistribusi merata waktu dan ruang.
DAS kecil apabila tc < 1 jam atau mempunyai luas < 250 - 300
hektar (Goldman et.al, 1986).
METODE RASIONAL
Respon limpasan pada DAS kecil dapat digambarkan
menggunakan hubungan parameter yang sederhana, dengan
memasukkan semua pengaruh proses hidrologi ke dalam
beberapa parameter seperti intensitas hujan dan luas DAS.
Metode rasional sesungguhnya merupakan metode lama yang
masih digunakan di berbagai tempat di dunia, termasuk di
Indonesia.
Sesuai dengan pemahaman DAS kecil, metode rasional
dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi
mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh DAS
dengan durasi hujan minimum sama dengan waktu konsentrasi
(tc).
METODE RASIONAL
Asumsi dasar metode Rasional:
Puncak limpasan terjadi saat seluruh DAS berkontribusi.
terhadap waktu.
Frekuensi banjir = frekuensi hujan. Asumsi ini sesungguhnya
tc tc Waktu Konsentrasi
Qmaks = Qe
METODE RASIONAL
Koefisien limpasan C, didefinisikan sebagai perbandingan antara
puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan.
Koefisien limpasan merupakan parameter yang paling
menentukan dalam perhitungan debit banjir sehingga pemilihan
nilai C yang tepat mutlak memerlukan pengalaman hidrologi
yang luas.
Faktor yang mempengaruhi nilai C antara lain, kondisi dan sifat
tanah (porositas & derajat kepadatan tanah), laju infiltrasi
tanah, persentasi lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman
penutup lahan, intensitas hujan, dan kondisi air tanah.
Keterbatasan metode rasional:
Semua faktor kehilangan air (infiltrasi, tampungan
cekungan, evapotranspirasi, dsb) dicakup dalam koefisien
limpasan C.
Nilai C dianggap tetap pada suatu DAS (jarang terjadi).
METODE RASIONAL
Keterbatasan metode rasional:
Bias yang terjadi karena pemilihan koefisien C.
t c ti tt
METODE RASIONAL
Salah satu metode untuk memperkirakan besarnya waktu
konsentrasi adalah metode Kirpich (1940)
0,06628 L0,77
ti
S 0,385
dimana
ti : Waktu konsentrasi aliran permukaan [jam]
L : Panjang lintasan aliran [Km]
S : Kemiringan lahan [m/m]
METODE RASIONAL
Waktu konsentrasi menurut Hathaway
0,606L n 0, 467
ti
S 0, 234
dimana
ti : Waktu konsentrasi aliran permukaan [jam]
L : Panjang lintasan aliran [Km]
S : Kemiringan lahan [m/m]
n : Koefisien kekasaran sesuai tabel berikut
Jenis Permukaan Nilai n
Halus, kedap air 0,02
Halus, tanah terbuka 0,10
Berumput jarang, tanaman berjajar atau tanah
0,20
kosong bergelombang
Padang rumput 0,40
Hutan kayu berdaun rontok 0,60
Hutan cemara 0,80
METODE RASIONAL
METODE RASIONAL
Formula untuk menghitung waktu yang diperlukan untuk
mengalir dalam saluran (tt)
L
tt
60 V
dimana
tt : Waktu untuk mengalir dalam saluran [menit]
L : Panjang saluran [m]
V : Kecepatan aliran dalam saluran [m/s]
METODE RASIONAL
Intensitas hujan rata-rata diperoleh dari kurva Intensitas-Durasi-
Frekuensi (IDF).
Untuk memperoleh lengkung IDF ada 2 macam pendekatan:
Menggunakan analisis frekuensi dan korelasi regresi jika
450
400 Talbot : 11.631,39
I
Intensitas Hujan [mm]
350 t 35,52
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu [menit]
Data I II III
METODE RASIONAL
Jika DAS terdiri atas beberapa jenis tata guna lahan dengan
koefisien limpasan yang berbeda, maka nilai koef limpasan
komposit dapat dihitung dgn persamaan berikut:
n
Ci Ai
CDAS i 1 n
Ai
i 1
METODE RASIONAL
Jenis Tanah Tipe Daerah Aliran Keterangan Nilai C
Tata Guna Lahan Loam Lempung Lempung
Berpasir Siltloam Padat Perumputan Tanah pasir, datar, 2% 0,05 - 0,10
Tanah pasir, rata-rata 2-7% 0,10 - 0,15
Hutan
Tanah pasir, curam, 7% 0,15 - 0,20
Kemiringan 0-5% 0,10 0,30 0,40 Tanah gemuk, datar, 2% 0,13 - 0,17
5 - 10 % 0,25 0,35 0,50 Tanah gemuk, rata-rata, 2-7% 0,18 - 0,22
10 - 30 % 0,30 0,50 0,60 Tanah gemuk, curam, 7% 0,25 - 0 35
Padang Rumput/Semak-semak Perdagangan Daerah kota lama 0,75 - 0,95
Daerah pinggiran 0,50 - 0,70
Kemiringan 0-5% 0,10 0,30 0,40
Perumahan Daerah single family 0,30 - 0,50
5 - 10 % 0,15 0,35 0,55
Multi unit , terpisah-pisah 0,40 - 0,60
10 - 30 % 0,20 0,40 0,60
Multi unit ,tertutup 0,60 - 0,75
Tanah Pertanian
Suburban 0,25 - 0,40
Kemiringan 0-5% 0,30 0,50 0,60 Daerah rumah apartemen 0,50 - 0,70
5 - 10 % 0,40 0,60 0,70 Industri Daerah ringan 0,50 - 0,80
10 - 30 % 0,50 0,70 0,80 Daerah berat 0,60 - 0,90
Pertamanan, kuburan 0,10 - 0,25
Jenis Tanah Dikerjakan Perumputan Tanah Hutan
Tempat bermain 0,20 - 0,35
Laju infiltrasi di atas rata-rata, Halaman kereta api 0,20 - 0,40
biasanya tanah pasir dan 0,20 0,15 0,10 Daerah yang tak dikerjakan 0,10 - 0,30
kerikil
Jalan Beraspal 0,70 -0,95
Laju infiltrasi sedang, tanah
0,40 0,35 0,30 Beton 0,80 - 0,95
leem
Batu 0,70 - 0,85
Infiltrasi rendah, tanah liat, Untuk berjalan dan naik kuda 0,75 - 0,85
0,50 0,45 0,40
tanah keras Atap 0,75 - 0,95
MODIFIKASI METODE RASIONAL
Untuk menghindari kesalahan dan ketidak konsistensian,
metode Rasional perlu dilakukan koreksi sebagai berikut:
Faktor Koreksi K:
2 tc
K
2 tc tt
dimana :
tc: ti + tt
tc: Waktu konsentrasi [jam]
ti : Waktu aliran limpasan permukaan [jam]
tt : Waktu untuk mengalir dalam saluran [jam]
MODIFIKASI METODE RASIONAL
Pendekatan lain untuk faktor koreksi K, dihubungkan dengan
luas tangkapan air A:
A < 20 Ha K=1
20 Ha < A < 50 Ha K = 1,05
50 Ha < A < 100 Ha K = 1,10
A > 100 Ha K = 1,15
Koefisien limpasan C ditentukan dalam nilai banding luasan
kedap air:
Luas Kedap Air
C 0,9 I (1 I )C p I
Jumlah Luas
dimana :
Cp : Koefisien limpasan untuk daerah tak kedap air
I : Nilai banding luas kedap air
A
DAS dengan Tata Guna
Lahan Tidak Homogen METODE RASIONAL A1, C1
A3, C3 B
A2, C2
Bagi Menjadi Sub DAS
dengan Tata Guna Lahan
A5, C5
Homogen, Ci Outlet A4, C4
Hitung Koef C Gabungan :
n
C
Ukur Luas Setiap Sub DAS, AC
A
i i
Ai C DAS i 1
n
tt
A i
B
i 1
Luas DAS [km2] :
n
A A i ti
i 1 Outlet
C
Ukur Jarak Limpasan Hitung Kemiringan Lahan Hitung Q Outlet :
Permukaan AB [m] AB
Q = 0,278 K C I A [m3/s]
Hitung V dan ti baru
Ukur Panjang Saluran Hitung Waktu Limpasan
BC [m] Permukaan tt [menit]
1,40 0,2 1,28 0,15 0,90 0,35 0,42 0,9 0,50 0,8
CDAS 0,348
1,4 1,28 0,90 0,42 0,50
A2 = 60 ha A3 = 75 ha
C2 = 0,45 C3 = 0,50
A1 = 40 ha ti = 14 mnt ti = 12 mnt
C1 = 0,25
ti = 12 mnt
1 2 3
L =200 m L =250 m
td= 2 mnt td= 3 mnt
PENYELESAIAN
A2 = 60 ha A3 = 75 ha
C2 = 0,45 C3 = 0,50
A1 = 40 ha ti = 14 mnt ti = 12 mnt
C1 = 0,25
ti = 12 mnt
1 2 3
L =200 m L =250 m
td= 2 mnt td= 3 mnt
Titik Tinjau Luas (km2) Koef C Rata to (mnt) L Sal (m) td (mnt) tc (mnt) I (mm/jam) Q (m3/dt)
1 0.40 0.250 12 12 264.747 7.360
2 0.60 0.450 14 14 256.022 19.217
2 dari 1 200 2 14
1.00 0.370
2 dari 2 200 2 16 247.855 25.494
3 0.75 0.500 12 12 264.747 27.600
3 dari 1 250 3 17
1.75 0.426
3 dari 2 250 3 19 236.535 48.989
PENGARUH URBANISASI
HIDROGRAF SATUAN
Hidrograf didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu
unsur aliran terhadap waktu; hidrograf muka air dan hidrograf
debit aliran. Praktis yang umumnya disebut sebagai hidrograf
adalah hidrograf debit aliran.
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang
dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS
dengan intensitas sama selama satuan waktu tertentu (hujan
satuan = 1 cm).
Hidrograf satuan digunakan untuk memperkirakan hubungan
antara hujan efektif dan aliran permukaan.
Sherman (1932) menyatakan bahwa suatu sistem DAS memiliki
sifat khas yang menyatakan respon DAS terhadap suatu
masukan tertentu berdasarkan 3 prinsip dasar:
HIDROGRAF SATUAN
C D
B E
P X
E
B C D
1000 1000
500 500
0 1 2 3 0 1 2 3
Gambar 1. Waktu (jam) Gambar 2. Waktu (jam)
1500
1000
1000
500
500
0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7
Gambar 3. Waktu (jam) Gambar 4. Waktu (jam)
HIDROGRAF SATUAN
1. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah
aliran tertentu, intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki
durasi yang sama, akan menghasilkan limpasan dengan
durasi yang sama meskipun jumlahnya berbeda.
2. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu DAS
tertentu, intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi
sama, akan menghasilkan hidrograf limpasan dimana
ordinatnya pada sembarang waktu memiliki proporsi yang
sama dengan proporsi intensitas hujan efektifnya.
3. Prinsip superposisi pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan
efektif berintensitas seragam yang memiliki periode-periode
yang berdekatan dan/atau tersendiri.
HIDROGRAF SATUAN
HIDROGRAF SATUAN
Ketiga asumsi tersebut secara tidak langsung menyatakan
bahwa tanggapan/respon DAS terhadap hujan adalah linier,
walaupun sebenarnya kurang tepat.
Namun demikian, penggunaan hidrograf satuan telah banyak
memberikan hasil yang memuaskan untuk berbagai kondisi.
Dengan diperolehnya hidrograf satuan, besarnya limpasan
permukaan untuk sembarang hujan badai dapat diperkirakan
melalui proses konvolusi.
HIDROGRAF SATUAN
Berdasarkan hyetograph hujan efektif dan hidrograf limpasan
permukaan pada suatu DAS, hitunglah besarnya limpasan
permukaan untuk sebuah DAS seluas 34,48 km2 akibat hujan
efektif 100 mm dengan distribusi jam-jaman 30 mm, 50 mm,
dan 20 mm.
Q (m3/s)
2 7.4 1.0 6.40 0.89 6.0
3 11.2 1.0 10.20 1.42 4.0
4 9.0 1.0 8.00 1.11
2.0
5 6.4 1.0 5.40 0.75
6 4.6 1.0 3.60 0.50 0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
7 3.4 1.0 2.40 0.33
8 2.2 1.0 1.20 0.17 Jam ke-
Q1 = 100/10 x UHA
Q2 = 150/10 x UHB
Q3 = x 200/10 x UHC
SUPERPOSISI HIDROGRAF
Time UH A Q1 UH B Q2 UH C Q3
0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
4 12.0 120.0 15.0 225.0 17.0 170.0
8 30.0 300.0 35.0 525.0 45.0 450.0
12 30.0 300.0 41.0 615.0 60.0 600.0
16 17.0 170.0 33.0 495.0 52.0 520.0
20 4.0 40.0 15.0 225.0 25.0 250.0
24 0.0 0.0 4.0 60.0 12.0 120.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
700.0
600.0
Uraikan Q tiap jam
500.0
Flow (m3/s)
400.0
300.0
200.0
100.0
0.0
0 4 8 12 16 20 24
Jam ke-
Q1 Q2 Q3
SUPERPOSISI HIDROGRAF
Time T Q1 (m3/s) Time Q2 (m3/s) Time Q3 (m3/s) Time Q3 (m3/s) BF (m3/s) Total (m3/s)
0 13.00 0 150 150
1 25 150 175
2 15.00 70 2 0 150 220
3 85 3 50 150 285
4 17.00 120 4 100 4 0 150 370
5 180 5 150 5 40 150 520
6 210 6 225 6 80 150 665
7 270 7 300 7 130 150 850
8 21.00 300 8 370 8 170 8 0 150 990
9 305 9 460 9 220 9 40 150 1175
10 310 10 525 10 300 10 80 150 1365
11 305 11 540 11 390 11 130 150 1515
12 01.00 300 12 600 12 450 12 170 150 1670
13 270 13 610 13 500 13 220 150 1750
14 250 14 615 14 550 14 300 150 1865
15 200 15 600 15 580 15 390 150 1920
16 170 16 570 16 600 16 450 150 1940
17 140 17 520 17 590 17 500 150 1900
18 100 18 495 18 580 18 550 150 1875
19 70 19 460 19 540 19 580 150 1800
20 40 20 370 20 520 20 600 150 1680
21 20 21 280 21 470 21 590 150 1510
22 10 22 225 22 400 22 580 150 1365
23 5 23 180 23 320 23 540 150 1195
24 0 24 120 24 250 24 520 150 1040
Total 3755 8365 7680 6240
2000
Flow (m3/s)
1500
1000
500
0
0 4 8 12 16 20 24
Jam ke-
Q1 Q2 Q3 Q4 Total
SUPERPOSISI HIDROGRAF
The two hours unit hydrograph for a basin is given on the following
table. Determine the volume of DRO which will occur when a 5
hours storm made up to 2 hours of rain at rate of 100 mm/hr
followed by 3 hours of rain at 50 mm/hr fall on the basin. During
the storm, the rainfall losses are estimated to be 10 mm/hr.
Time UH2hr 10
0 0.0
1 1.7 8
2 5.6
6
3 8.4
4 5.6
4
5 3.4
6 1.7 2
7 0.8
0
8 0.3
0 2 4 6 8 10
9 0.0
SUPERPOSISI HIDROGRAF
For 2 hours storm
P = 2hr (100 mm/hr 10 mm/hr) = 180 mm
For 3 hours storm
P = 3hr (50 mm/hr 10 mm/hr) = 120 mm
12.0
10.0
8.0
Q (m3/dt)
6.0
4.0
2.0
0.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0
Jam ke-
METODE SCS
Bila diketahui jenis tata guna lahan, panjang lahan, dan
kemiringan lahan rata-rata, maka besarnya lag time dapat
ditentukan sebagai berikut.
METODE SCS
METODE SNYDER
Berdasarkan hasil penyelidikan sejumlah kejadian banjir di
Amerika dengan luas 30 30.000 km2, Snyder (1938)
mengembangkan rumus-rumus empirik untuk menurunkan
hidrograf satuan.
Menurut Snyder bahwa karakteristik DAS yang mempunyai
pengaruh terhadap hidrograf satuan antara lain: luas DAS,
bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai,
dan daya tampung saluran.
3 parameter UH sintetis Snyder: lebar dasar hidrograf, debit
puncak, dan keterlambatan DAS (basin lag).
METODE SNYDER
METODE SNYDER
Selanjutnya Snyder mendefinisikan standar hidrograf satuan
sebagai hubungan antara durasi hujan tr dan keterlambatan
waktu DAS tp yaitu:
tp = 5,5tr
dimana
tp = keterlambatan waktu DAS (jam)
L = panjang sungai utama dari outlet ke batas hulu (km)
Lc = jarak antara outlet ke titik berat DAS (km)
C1 = 0,75
Ct = koefisien yang tergantung karakteristik DAS
METODE SNYDER
qp = (C2 x Cp) / tp
dimana
qp = debit puncak persatuan luas (m3/s/km2/cm)
C2 = 2,75
Cp = koefisien yang tergantung karakteristik DAS
t p C1 Ct ( L Lc ) 0,3
22 0,75 Ct (50 25) 0,3
Ct 3,45
METODE SNYDER
Debit puncak persatuan luas qpR =80/2000 = 0,04
m3/s/km2/cm, koef Cp dpt dihitung dengan qp=qpR dan tp=tpR
C2C p
q pR
t pR
C p 0,35
C3
tb
q pR
5,56
tb 71,28 jam
0,078