Anda di halaman 1dari 14

BENDUNGAN JATILUHUR

Bendungan Jatiluhur juga dinamakan Bendungan Ir. H. Djuanda. Hal ini


dikarenakan untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda
Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan
Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda.

1. Fungsi Bangunan di Bendungan Jatiluhur

a. Bangunan Pelimpah (Spillway)

Gambar Pelimpah Morning Glory


Pelimpah ini berbentuk menara yang berada di bagian udik bendungan dengan
tinggi 110 m, diameter terluar 90 m, elevasi mercu pada +107 m, dan panjang mercu
pelimpah 151,5 m. Memiliki 14 buah jendela dengan kapasitas maksimum 3.000 m3/s
pada elevasi banjir maksimum.

Mengapa pelimpahnya disebut morning glory? Morning glory adalah nama


umum untuk species Convolvulaceae, keluarga tanaman semusim, tumbuh di daerah
hangat, khususnya di daerah tropis Amerika dan Asia. Di Indonesia bunga jenis ini
biasa disebut bunga kecubung atau bunga terompet.

Bendungan Ir. H. Djuanda merupakan satu-satunya di dunia yang di dalamnya


terdapat pembangkit listrik dan sepasang katup suplesi irigasi, sehingga fungsi
bangunannya tidak hanya sebagai pelimpah yang ditunjukkan foto di paling atas.

Fungsi Pelimpah adalah merupakan suatu bangunan yang digunakan sebagai


saluran pengeluaran air berlebih dari suatu bendungan atau tanggul ke area di hilirnya.
Pelimpah akan melepaskan debit air lebih sehingga air tidak meluap mengakibatkan
overtoping dan menggerus lereng hilir atau bahkan menghancurkan bendungan tipe
urugan. Kecuali selama periode banjir, air secara normal tidak mengalir melalui
pelimpah.

b. Zona Lolos Air di belakang bendungan


Zona lolos air di bagian belakang berfungsi untuk mendeteksi rembesan pada
Bendungan Jatiluhur. Apabila tanah yang ditanami rumput ini berwarna hijau, maka
terdeteksi ada rembesan yang masuk ke bagian belakang bendungan yang tidak terkena
air.

c. Zona lolos air di depan bendungan


Zona yang bersinggungan dengan air ini adalah salah satu zona lolos air yang terbuat
dari urugan batu. Lapisan ini merupakan lapisan yang berfungsi sebagai pelindung
awal dari lapisan zona kedap air.

Gambar Potongan Melintang Pelimpah Morning Glory

Gambar Potongan Melintang Tubuh Bendungan Jatiluhur


2. Kegunaan dari Bendungan Jatiluhur

Bendungan yang dikelola oleh oleh salah satu instansi BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) di Indonesia yaitu Perum Jasa Tirta II ini memiliki banyak kegunaan
dan fungsi, antara lain dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai penyediaan air untuk irigasi untuk mendukung ketahanan pahan nasional

Bendungan Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha


sawah (dua kali tanam setahun) untuk menunjangn program swasembada pangan yang
digalakkan oleh pemerintah pusat, terutama untuk sawah di daerah Subang, sesuai
dengan apa yang dicanangkan pemerintah pusat. Fungsi ini merupakan fungsi utama
dari Bendungan Jatiluhur. Saat ini fungsi dan tujuan utama dari adanya penyediaan air
untuk irigasi mencakup 80 persen dari fungsi bendungan Jatiluhur.

b. Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin generator dengan daya


terpasang 187.5 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap
tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Ketika kami melakukan kunjungan, generator
yang aktif hanya berjumlah sekitar 4 buah dari total semua unit sejumlah 6 buah. PLTA
di bendungan Jatiluhur saat ini tidak difungsikan sebagai fungsi utama bendungan ini.
Fungsi ini merupakan salah satu fungsi tambahan. Hal ini dikarenakan menurut
penuturan teknisi di lapangan, biaya untuk mengelola listrik di Jatiluhur sangat mahal,
sehingga listrik hanya difokuskan untuk daerah di sekitar kabupaten lokasi Jatiluhur
berada yaitu Purwakarta dan sekitarnya. PLTA Jatiluhur hanya menjadi salah satu
tambahan sumber listrik daerah Jawa dan Bali, bukan menjadi sumber utama.

c. Sebagai bangunan pengendali banjir di Provinsi Jawa Barat, khususnya Karawang.

d. Sebagai sumber air baku dan air minum.

e. Sebagai sarana rekreasi, pengembangan pariwisata.


Gambar Salah Satu Hotel di Bendungan Jatiluhur

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia,


kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan
bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang
dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan
fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin,
kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Saat ini, Bendungan Jatiluhur tidak lagi menjalankan fungsi perikanan yaitu
budidaya keramba apung. Hal ini dikarenakan adanya proyek “Citarum Harum” yang
dicetuskan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang dikemukakan oleh Pak Ridwan
Kamil. Adanya budidaya keramba apung menyebabkan terjadinya pendangkalan dan
sedimentasi serta aroma yang tidak sedap akibat adanya makanan ikan dan bangkai
ikan yang membusuk.

3. Sejarah Pembangunan Jatiluhur

a. Masa Perencanaan dan Gagasan Awal Bendungan Jatiluhur


Pada awalnya, gagasan pembangunan bendungan di Sungai Citarum sudah
dimulai pada abad ke-19 oleh para ahli pengairan pada waktu itu dengan telah
dilakukannya survey awal antara lain survey topografi dan hidrologi. Bahkan
pengukuran debit Sungai Citarum untuk keperluan bendungan dan irigasi telah di mulai
pada tahun 1888.

Gagasan pembangunan tersebut kemudian dikembangkan dan disempurnakan


oleh Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein, seorang ahli pengairan Belanda pada tahun
1930. Gagasan ini untuk pertama kali dipresentasikan pada pertemuan tahunan
Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda (Koninklijk Instituut van Ingenieurs atau KIVI)
tanggal 18 Desember 1948 di Jakarta dengan judul “Een Federaal Welvaartsplan voor
het Westelijk Gedeelte van Java”. Ketika itu, Prof. Ir. W.J. van Blommestein, Kepala
Perencanaan Jawatan Pengairan Belanda, sudah melakukan survey secara lebih rinci
untuk membuat rencana pembangunan tiga waduk besar di sepanjang aliran sungai
Citarum; Saguling (sebelumnya dinamakan Waduk Tarum oleh Prof. Ir. W.J. van
Blommestein), Cirata dan Jatiluhur.

Selanjutnya Prof. W.J. van Blommestein sampai kepada sebuah gagasan


dimana selain potensi tiga waduk di Sungai Citarum, juga ada potensi pengembangan
antar Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk sungai-sungai di Pulau Jawa, yang dikenal
dalam tulisannya berjudul “A Development Project for the Island of Java and Madura”
pada Agustus 1979. Gagasannya waktu itu adalah Jatiluhur hanya dikembangkan untuk
kepentingan irigasi dan pembangunan kanal untuk transportasi air dari Anyer sampai
Surabaya melewati Solo.

Gagasan ini lalu dikaji ulang dan dicetuskan oleh Soekarno, selaku presiden
Indonesia pertama untuk menunjukkan eksistensi Indonesia kepada dunia sebagai salah
satu negara Asia baru. Pembangunan bendungan ini memakan biaya sekitar 230 juta
dolar amerika dengan kurs yang disesuaikan pada zamannya.
b. Masa Pembangunan Bendungan Jatiluhur

Masa pembangunan Proyek Jatiluhur juga unik, sebab sempat mengalami


sembilan kali pergantian kabinet dari Kabinet Karya Tahun 1957 sampai Kabinet
Ampera Tahun 1967.

Menteri-menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada masa pembangunan


Bendungan Jatiluhur adalah Ir. Pangeran Mohamad Noor, Ir. Sardjono Dipokusumo,
Mayjen D. Suprayogi, dan Dr. Ir. Sutami. Tahun 1965 Menteri PUT dalam
kompartemen Pembangunan Mayjen D. Suprayogi membawahi 6 kementerian yaitu:
Kementerian Listrik dan Tenaga Ir. Setiadi Reksoprodjo, Menteri Pengairan Dasar Ir.
Petrus Kanisius Hardjosudirdjo, Menteri Binamarga Mayjen Hartawan Wirjodiprodjo,
Menteri Ciptakarya dan Konstruksi David Cheng, Menteri trans Sumatera Ir. Bratanata
dan Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan
Tenaga Ir. Sutami.

Hal yang perlu dicatat dari periode pembangunan ini adalah Perancis tidak
pernah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur. Pada tanggal 15 Oktober
1965, yakni 15 hari setelah pecah G 30 S PKI, para tenaga ahli asing kembali ke
negaranya. Pada saat itu sebagian konstruksi menara pelimpah utama bagian atas
belum selesai dan Bendungan pelana Pasirgombong Barat dan timur sama sekali belum
dibuat. Penyelesaian pekerjaan yang tersisa tersebut dilaksanakan secara swakelola
oleh tenaga ahli dari Indonesia dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan.

Namun demikian pada saat peresmian Bendungan Jatiluhur oleh Presiden


Soeharto, pekerjaan masih belum selesai seratus persen. Pelimpah pembantu
(auxiliary) yang berada di tumpuan kiri Bendungan Pelana Ubrug belum sesuai dengan
rencana awalnya, yakni penggunaan pintu radial pada kedua jendelanya. Hal ini
disebabkan biaya untuk penyelesaian tidak tersedia lagi.
Agar Bendungan Jatiluhur dapat beroperasi sesuai rencana, pada keempat
jendela pelimpah pembantu Ubrug dibuat beton lunak lengkung yang puncaknya
mencapai elevasi +111,6 m, yakni elevasi banjir maksimum. Pelimpah pembantu
Ubrug dioperasikan dengan cara meledakkan beton lunak lengkung. Namun demikian
selama operasi Bendungan Jatiluhur, pelimpah pembantu tersebut belum pernah
dioperasikan.

Berikut adalah tenaga ahli/insinyur periode awal pembangunan Bendungan Jatiluhur:

1. Ir. Patti (tidak sampai selesai)


2. Ir. Masduki Umar
3. Ir. Ahmad Musa
4. Ir. Donardi Senosarto
5. Ir. Sutopo
6. Ir. Sudarjo
7. Ir. Asban Basiran (saat ini masih membantu Direksi PJT II sebagai Tenaga
Senior dibidang Bendungan)
8. Ir. Samsiar
Gambar diatas merupakan Kerjasama antara Indonesia dan Italia dalam
pengelolaan Bendungan ini.

Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda


Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan
Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda. Beliau
adalah Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 – 1959). Ir H
Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) –
sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), yang sebelumnya pernah menjabat
menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan
Pertahanan. Beliau bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memperjuangkan
terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional. Pada
kunjungan terakhirnya Ir. Soekarno menyampaikan perintah untuk menyelesaikan
pembangunan Bendungan Jatiluhur pada akhir April 1966, namun tidak terlaksana
karena pemberontakkan G 30 S PKI.

4. Spesifikasi Teknis Bendungan Jatiluhur

DATA TEKNIS BENDUNGAN

Tipe Bendungan Inti miring dengan urugan batu (Rock


Fill with Inclined Clay Core)
Tinggi, Panjang Bendungan 105 m, 1.220 m
Elevasi Puncak + 114,5 m dpl
Elevasi Normal + 107 m dpl
Elevasi Banjir Maksimum + 111.6 m dpl
Volume Urugan 9,1 juta meter kubik
Volume Tampungan 2,448 miliyar meter kubik pada Elevasi
Normal
Luas Genangan 83 kilometer persegi
Daerah Tangkapan Total 4500 kilometer persegi
Daerah Tangkapan Langsung ke Waduk 380 kilometer persegi

DATA TEKNIS PELIMPAH (SPILLWAY)

Tipe Pelimpah Morning Glory


Tinggi Pelimpah 108 m
Diameter 90 m
Elevasi Puncak + 114,5 m dpl
Elevasi Banjir Maksimum + 111.6 m dpl
Elevasi Mercu + 107 m dpl
Panjang Pelimpah 151.5 ml
Jumlah Jendela 14 Buah
Gambar denah dari Bendungan Jatiluhur

5. Produksi Listrik dari PLTA

Gambar PLTA Jatiluhur


Pada intinya cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah bagaimana
caranya mengubah energi air menjadi aliran listrik yang bisa dikonsumsi oleh rumah-
rumah yang membutuhkan listrik. Pemanfaatan air sangat penting digunakan untuk
menggerakan turbin.

Ada 5 komponen penting yang berperan untuk mengubah air di bendungan


menjadi listrik, antara lain sebagai berikut:

a. Bendungan

Waduk/Bendungan berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena


turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu, waduk/bendungan
jugs berfungsi untuk pengendalian banjir. Kebanyakan waduk/bendungan ini juga
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.

b. Pipa Penyalur

Alat ini berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan air ke cerobong turbin.
Salah satu ujung pipa pesat dipasang pada bak penenang minimal 10 cm diatas lantai
dasar bak penenang. Sedangkan ujung yang lain diarahkan pada cerobong turbin.

c. Turbin / Kincir air

Gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar.


Turbin air kebanyakan seperti kincir angin. Dengan menggantikan fungsi dorong angin
untuk memutar bolang-baling digantikan oleh air untuk memutar turbin. Selanjutnya
turbin akan mengkonversi energi potensial yang disebabkan gaya jatuh air menjadi
energi kinetik.

d. Generator
Alat ini dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika
baling-baling turbin berputar, generator juga akan ikut berputar. Generator
memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet di dalam generator
sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan timbulnya arus listrik AC.
Di dalam Jatiluhur terdapat 6 buah generator.

Dan air yang ada di bendungan akan turun ke dalam lubang yang telah di desain
untuk memutar turbin/kipas besar, semakin dalam lubang maka akan semakin besar
debit air yang akan turun dan mendapatkan perputaran turbin yang besar. Dari
perputaran turbin tersebut akan menghasilkan energi mekanik yang akan di konversi
melalui generator menjadi energi listrik.

e. Jaringan Penyalur / Menara distribusi

Jaringan penyalur ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari PLTA ke
rumah-rumah atau industri. Sebelum listrik dikonsumsi, terlebih dahulu tegangannya
di turunkan dengan transformator step down.

Produksi listrik pertama dimulai pada tahun 1965 dan disalurkan ke Bandung
melalui Saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Penyaluran ke Jakarta baru
dilakukan pada tahun 1966. PLTA unit VI baru dipasang oleh PT. PLN Pikitdro Jabar
antara tahun 1979 – 1981 dengan kapasitas 32 MW.

6. Kesimpulan dan Saran

Salah satu bendungan terbesar di Indonesia ini memiliki banyak manfaat,


terutama sebagai salah satu faktor penting yang berperan dalam ketahanan pangan
nasional. Bendungan ini juga memiliki fungsi penting yang esensial dalam kehidupan
manusia, seperti adanya PLTA, pengendali banjir dan sumber air baku untuk kehidupan
sehari – hari.

Keunikan bendungan ini adalah merupakan salah satu bendungan yang


pelimpahnya menggunakan sistem morning glory di dunia.

Anda mungkin juga menyukai