Bendungan yang dikelola oleh oleh salah satu instansi BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) di Indonesia yaitu Perum Jasa Tirta II ini memiliki banyak kegunaan
dan fungsi, antara lain dijelaskan sebagai berikut:
a. Sebagai penyediaan air untuk irigasi untuk mendukung ketahanan pahan nasional
Saat ini, Bendungan Jatiluhur tidak lagi menjalankan fungsi perikanan yaitu
budidaya keramba apung. Hal ini dikarenakan adanya proyek “Citarum Harum” yang
dicetuskan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang dikemukakan oleh Pak Ridwan
Kamil. Adanya budidaya keramba apung menyebabkan terjadinya pendangkalan dan
sedimentasi serta aroma yang tidak sedap akibat adanya makanan ikan dan bangkai
ikan yang membusuk.
Gagasan ini lalu dikaji ulang dan dicetuskan oleh Soekarno, selaku presiden
Indonesia pertama untuk menunjukkan eksistensi Indonesia kepada dunia sebagai salah
satu negara Asia baru. Pembangunan bendungan ini memakan biaya sekitar 230 juta
dolar amerika dengan kurs yang disesuaikan pada zamannya.
b. Masa Pembangunan Bendungan Jatiluhur
Hal yang perlu dicatat dari periode pembangunan ini adalah Perancis tidak
pernah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur. Pada tanggal 15 Oktober
1965, yakni 15 hari setelah pecah G 30 S PKI, para tenaga ahli asing kembali ke
negaranya. Pada saat itu sebagian konstruksi menara pelimpah utama bagian atas
belum selesai dan Bendungan pelana Pasirgombong Barat dan timur sama sekali belum
dibuat. Penyelesaian pekerjaan yang tersisa tersebut dilaksanakan secara swakelola
oleh tenaga ahli dari Indonesia dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan.
a. Bendungan
b. Pipa Penyalur
Alat ini berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan air ke cerobong turbin.
Salah satu ujung pipa pesat dipasang pada bak penenang minimal 10 cm diatas lantai
dasar bak penenang. Sedangkan ujung yang lain diarahkan pada cerobong turbin.
d. Generator
Alat ini dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika
baling-baling turbin berputar, generator juga akan ikut berputar. Generator
memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet di dalam generator
sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan timbulnya arus listrik AC.
Di dalam Jatiluhur terdapat 6 buah generator.
Dan air yang ada di bendungan akan turun ke dalam lubang yang telah di desain
untuk memutar turbin/kipas besar, semakin dalam lubang maka akan semakin besar
debit air yang akan turun dan mendapatkan perputaran turbin yang besar. Dari
perputaran turbin tersebut akan menghasilkan energi mekanik yang akan di konversi
melalui generator menjadi energi listrik.
Jaringan penyalur ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari PLTA ke
rumah-rumah atau industri. Sebelum listrik dikonsumsi, terlebih dahulu tegangannya
di turunkan dengan transformator step down.
Produksi listrik pertama dimulai pada tahun 1965 dan disalurkan ke Bandung
melalui Saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Penyaluran ke Jakarta baru
dilakukan pada tahun 1966. PLTA unit VI baru dipasang oleh PT. PLN Pikitdro Jabar
antara tahun 1979 – 1981 dengan kapasitas 32 MW.