Nama jalan
Lokasi Penelitian
Kategori jalan
Jenis lapis perkerasan
Jarak Sta. yang ditinjau
Lebar jalan
II-1
kendaraan berat (bus, truck 2 as truct 3 as triler) dibagi jumlah total kendaraan dikali
100% = (451/685) x 100% = 65.84%. Ternyata presentase kendaraan lebih besar darii
30%. Untuk menentukan kelandaian sesuai dengan Lampiran IV 6.56% dengan
demikian kelandaian berkisar antara 6%-10%, sesuai dengan Tabe 2.7 Halaman 16.
Untuk menentukan (FR) Faktor Regional dengan nilai kelandaian 6.56%, dari hasil
interpolasi didapat (FR) Faktor Regional adalah sebesar 1.57
2. Data volume lalu lintas
Data volume lalu lintas diperoleh dari PT. Siar Plan Utama Cabang Lewoleba
yang dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.1 Data Volume kendaraan (2013)
Nomo
r
2
3
Jenis kendaraan
Mobil
penumpang
(Sedang,
Jeep,
Station wagon Pick
up,
mini
bus,
microlet)
Bus 8 ton
Truck 2 as 13
Volume
(Kendaraan/hari/2
arah)
Belakang
686
22
48
3
4
5
6
Sta.
Posisi
(R/L)
4 + 000
Nilai CBR
(%)
17.16
II-2
2
3
4
5
6
7
4 + 250
4 + 500
5 + 750
5 + 000
5 + 250
5 + 500
8
5 + 750
9
6 + 000
10
6 + 250
11
6 + 500
12
6 + 750
13
7 + 000
14
7 + 250
15
7 + 500
16
7 + 750
17
8 + 000
18
8 + 250
19
8 + 500
20
8 + 750
Sumber : Hasil Perhitungan
R
L
R
L
R
L
4.19
5.56
14.2
33.08
38.44
13.99
R
L
R
L
R
L
R
L
R
L
R
L
R
20.09
22.45
28.95
16.08
20.31
17.96
22.17
36.42
9.81
10.26
5.47
5.92
14.98
II-3
198.11
10
=19,23%
CBR Rerata
19.23
38.444.19
3.18
= 9.04%
b) CBR segmen kedua : 16.08%, 20.31%, 17.96%, 22.17%, 36.42%, 9.81%,
10.26&, 5.84%, 5.92%, 14.98%
CBR rata-rata segmen kedua :
16.08+20.31+17.96+ 22.17+36.42+9.81+10.26+5.47+5.92+14.98
10
159.38
10
= 15,43%
CBR segmen kedua =
CBR Rerata
15.93
36.425.47
3.18
= 6.21%
2. Cara grafis
II-4
Harga CBR disusun dari nilai yang terkecil ke nilai yang terbesar kemudian dihitung
persen yang sama atau lebih besar dari masing-masing harga tersebut, seperti terlihat
pada Tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Susunan Nilai Persen (%) CBR
Nomor
CBR (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
4.19
5.47
5.56
5.92
9.81
10.26
13.99
14.2
14.98
16.08
17.16
17.96
20.09
20.31
22.17
22.45
28.95
33.08
36.42
38.44
Dari Tabel tersebut diatas, kemudian dibuat grafik hubungan antara CBR dengan
jumlah presentase yang sama atau lebih besar dari nilai CBR sebelumnya untuk
memperoleh nilai CBR rencana (CBR yang mewakili). Nilai CBR rencana adalah nilai
yang diperoleh pada presentase sebesar 90%. Penentuan nilai CBR rencana (CBR
yang mewakili), dapat dilihat pada grafik dibawah ini .
II-5
100
95
90
85
90
80
70
80
75
60
50
40
70
65
60
55
50
45
30
20
40
35
30
25
20
10
15
10
0
0
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Gambar 4.1 Grafik hubungan CBR dengan presentase yang sama atau lebih besar dari
akumulasi nilai CBR sebelumnya
berdasarkan hasil perhitungan CBR rata-rata secara grafis pada ruas jalan Trans AtadeiLerek Sta. 4+000-8+750 didapat CBR rata-rata adalah 5.56 %. Dari kedua hasil analisa
tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Perbandigan Nilai Hasil Perhitugan secara Grafis dan Analisa
No
1
2
3
Metode
Analisa Segmen I
Analisa Segmen II
Grafis
Keterangan
CBR Rencana
Dari hasil analisa dengan dua metode seperti yang ditabelkan diatas maka CBR yang
digunakan untuk perencaan tebal perkerasan ruas jalan Trans Atadei-Lerek Sta 4+008+750 adalah CBR dengan nilai terkecil yaitu 5.56%, yang dijadikan sebagai CBR
rencana pada ruas jalan tersebut.
II-6
Bus 8 ton
(3 + 5) = 22 * (1 + 17.83%)2 = 30.54
Truk 2 as 10 ton
(4 + 6) = 46 * (1 + 17.83%)2 = 63.87
Jumlah = 1046.85 kendaraan
(1 + 1) = 952.44 * (1 + 17.83%)10
= 4913.56
Bus 8 ton
(3 + 5) = 30.54 * (1 + 17.83%)10
= 157.55
Truk 2 as 10 ton
(4 + 6) = 63.87* (1 + 17.83%)10
= 329.50
II-7
Halaman 11. Dari tabel tersebut didapat nilai koefisien distribusi (C)
ditentukan
sebagai berikut :
a. Untuk kendaraan ringan /mobil penumpang
b. Untuk kendaraan berat
4.
= 1000 kg
As belakang 1 ton
= 1000 kg
= 0.0002
= 0.0002 +
E = 0.0004
2) Bus 2 as 8 ton (3 + 5)
= 3000 kg + 5000 kg
As depan 3 ton
= 3000 kg = 0.0183
As belakang 5 ton
= 5000 kg = 0.1410 +
E = 0.1593
= 3000 kg + 5000 kg
= 4000 kg = 0.0577
= 6000 kg = 0.2923 +
E = 0.3500
II-8
rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8.16 ton pada jalur rencana, yang diperkirakan
terjadi pada permulaan umur rencana.
Berdasarkan Rumus 2.7 Halaman 14
n
Kendaraan Penumpang
2 ton
j=1
Bus 2 as 8 ton
Truck 2 as 10 ton
LEP=
LHRp x Cj x Ej
LEP = 13.8020
6
sumbu tunggal seberat 8.16 ton pada jalur rencana, yang diperkirakan terjadi pada akhir
umur rencana.
Berdasarkan Rumus 2.8 Halaman 15
n
LEA= LHRa x Cj x Ej
j=1
= 0.9827
Bus 2 as 8 ton
= 12.5489
Truck 2 as 10 ton
= 57.6625
LEA
= 71.1941
sumbu tunggal seberat 8.16 ton pada jalur rencana, yang diperkirakan terjadi pada
pertengahan umur rencana.
Berdasarkan Rumus 2.9 Halaman 15
LEP + LEA
2
13.8020+71.1941
LET =
2
LET =
LET = 42.4981
8
II-9
Lintas Ekuivalen Rencana (LER) adalah besaran yang dipakai dalam nomogram
untuk penetapan tebal perkerasan untuk jumlah lintasan ekuivalen sumbu tunggal seberat
8.16 ton
Berdasarkan Rumus 2.6 Halaman 14
LER =LET x FP
FP=
UR
10
Indeks permukaan pada akhir tahun rencana, dalam hal ini yakni semua yang
berhubungan dengan klasifikasi fungsional jalan dan jumlah ekuivalen rencana
(berdasarkan Tabel 2.8). Berdasarkan klasifikasi jalan maka ruas jalan Trans AtadeiLerek termasuk dalam jalan Lokal dengan lintas ekuivalen rencana (LER) sebesar
42.50 maka IPt yang dipakai sebesar 1.5 sesuai Tabel 2.8 Halaman 18
10
a)
b)
c)
d)
e)
: 4.90
: 3.9 - 3.5
: 1.5
: 42.50
: 1.57
11
II-10
: Laston
: Batu pecah (Kelas A)
: Sirtu kelas C
dengan a1 = 0.30
dengan a2 = 0.14
dengan a3 = 0.11
dengan D1 = 5 (ditetapkan)
dengan D2 = 20 (ditetapkan)
dengan D3 =....?
D3=
D3=
ITP[a 1d 1+a 2 d 2]
a3
6.20[0.305+ 0.1420]
0.11
D3 = 17.27 cm 20.00 cm
LAPIS PERMUKAAN
(LASTON )
D 1 = 5 cm
D 2 = 20 cm
D 3 = 20 cm
TANAH DASAR
(SUB GRADE)
CBR 5.56, DDT 4.90
Gambar 4.2 Sketsa rencana tebal perkerasan lentur dengan CBR 5.56%
Berdasarkan hasil nilai CBR Lapangan dengan mengunakan alat DCP maka
CBR yang diperoleh sebesar 5.56% dari hasil perhitungan menghasilkan tebal lapis
perkerasan yaitu sebagai berikut :
1. Lapis permukaan (Laston)
2. Lapis pondasi atas (Batu pecah kelas A)
3. Lapis pondasi bawah (Sirtu kelas C)
= 5 cm
= 20 cm
= 20 cm
Hal ini tidak memenuhi spek yang diisyaratkan oleh Bina Marga yaitu sebesar 6% oleh
karena itu apabila keadaan tanah dasar perbaiki dengan asumsi CBR mencapai 6% maka
tebal perkerasan dapat dihitung sebagai berikut :
A
: 5.05
: 3.9 - 3.5
: 1.5
: 42.50
: 1.57
Nilai koefisien kekuatan relatif bahan (a) untuk metode Bina Marga sesuai dengan Tabel
2.10 pada Halaman 20, ditentukan sebagai berikut :
d) Lapisan permukaan
e) Lapisan pondasi atas
f) Lapisan pondasi bawah
: Laston
: Batu pecah (Kelas A)
: Sirtu kelas C
dengan a1 = 0.30
dengan a2 = 0.14
dengan a3 = 0.11
II-12
dengan D1 = 5 (ditetapkan)
dengan D2 = 20 (ditetapkan)
dengan D3 =....?
D3=
D3=
ITP[a 1d 1+a 2 d 2]
a3
5.90[0.305+ 0.1420]
0.11
D3 = 12.27 cm 15 cm
LAPIS PERMUKAAN
(LASTON )
LAPIS PONDASI ATAS
(BATU PECAH KELAS A)
LAPIS PONDASI BAWAH
(SIRTU KELAS C)
D 1 = 5 cm
D 2 = 20 cm
D 3 ==15
20 cm
cm
TANAH DASAR
(SUB GRADE)
CBR 6%,
5.56,DDT
DDT5.05
4.90
CBR
Dari hasil perhitungan dengan dua CBR berbeda yaitu CBR lapangan 5.56% dan
CBR asumsi rencana 6% sesuai dengan spek yang diisyaratkan oleh Bina Marga maka
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
II-13
No
1
2
3
Nilai CBR
5.56%
(Lapanga
n)
5 cm
20 cm
20 cm
6% (Bina
Marga
Keteranga
n
5 cm
20 cm
15 cm
II-14