Anda di halaman 1dari 120

HIDROLOGI

1 PENGERTIAN HIDROLOGI

• Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani:


Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, Hydrologia, "ilmu
air").
• Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari
seluk beluk air, kejadian dan distribusinya,
sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya
terhadap kebutuhan manusia (Chow, 1964).
DISTRIBUSI AIR

• Jumlah air di planet bumi : 1.385.984,61 x 103 km3.


• Air laut/asin : 96,5379 %
• Air tanah : 1,6883
• Air Tanah dangkal : 0,0012
• Es di kutub : 1,7333
• Es lainnya dan salju : 0,0066
• Danau : 0,0128
• Rawa : 0,0008
• Sungai : 0,0002
• Air biologi : 0,0001
• Air di udara : 0,0009
DAUR/SIKLUS HIDROLOGI
• Daur/Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara yang kemudian jatuh
ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presifitasi lain dan
akhirnya mengalir ke laut kembali.
• Skema daur hidrologi dapat digambarkan sebagai berikut :
PRESIPITASI
Evaporasi Transpirasi Evaporasi

Aliran dari dahan Banjir


VEGETASI Air yang jatuh MUKA TANAH BADAN AIR
ALIRAN PERMUKAAN
INFILTRASI MUKA AIR
KAPILER

Inter Flow
TANAH SUNGAI
PERCOLASI MUKA AIR
KAPILER Base Flow

AIR TANAH LAUT


PROSES DAUR HIDROLOGI
• Air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang
terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan karena didesak oleh angin
• Presifitasi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat
desakan angin dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah
membentuk limpasan (run off) yang mengalir kembali ke laut
• Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak
terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone)
• Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akwifer masuk
ke sungai atau kadang-kadang langsung ke laut
• Ada empat macam proses dalam daur hidrologi :
– Presifitasi
– Evaporasi dan transpirasi
– Infiltrasi dan perkolasi
– Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah
(subsurface runoff
EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

• Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi evaporasi :


• Radiasi matahari
 Perubahan dari keadaan cair menjadi gas memerlukan input
energi berupa panas laten untuk evaporasi. Proses tersebut
akan sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari.
• Angin
 Agar proses evaporasi berjalan terus, lapisan jenuh harus
diganti dengan udara kering. Pergantian ini dimungkinkan jika
ada angin. Jadi kecepatan angin memegang peranan penting
dalam proses evaporasi.
• Kelembaban udara (humaditas) relatif
 Jika kelembaban udara naik, kemampuan menyerap uap air
akan berkurang sehingga laju evaporasi akan menurun
• Suhu (temperatur)
 Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan
berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara
dan tanah rendah.
TRANSPIRASI

• Proses pengangkutan air dari daerah perakaran


(rootzone) suatu tanaman dan diangkut sampai ke
daun dengan membawa karbondioksida (CO2)
dan menguap ke atmosfir
• Evapotranspirasi : proses penguapan dari seluruh
tubuh air, tanah, tumbuh-tumbuhan dan
permukaan bumi seperti es dan salju serta
transpirasi dari vegetasi.
• Jumlah air yang hilang dari tanah oleh
evapotranspirasi tergantung :
• Adanya persediaan air yang cukup (hujan dll)
• Faktor-faktor iklim ( suhu, kelembaban, dll)
• Tipe dan cara kultivasi tumbuh-tumbuhan
tersebut
PENGUKURAN EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

• Atmometer : alat untuk mengukur evaporasi dari permukaan basah


yang dibakukan (standardized wet surface).
• Macam-macam atmometer :
– Atmometer Piche : terdiri atas gelas yang diberi skala, bagian
bawahnya diisi dengan air. Diantara gelas berskala dan bagian
bawahnya diberi sehelai kertas filter yang ditekan terhadap suatu
piringan (disk)

- Atmometer Livingstone
• Merupakan bola porselin berpori diisi dengan air untuk memberikan
muka evaporasi.
PANCI EVAPORASI
• Dibuat untuk meniru (stimulate) kondisi evaporasi permukaan air bebas
• Panci evaporasi dapat dipasang :
– Di atas permukaan tanah - Ditanam dalam tanah

– Mengambang di air
PRINSIP PENGUKURAN PENGUAPAN
• Penguapan diukur dengan panci penguapan Type “A” yang merupakan
standar pengukuran yang disarankan untuk digunakan oleh World
Meteriological Organization.
• Penguapan netto diperoleh dengan cara menambah dan mengambil air
dari panci penguapan yang berbentuk silinder dengan tujuan agar
muka air didalam tabung penenang tetap sama tinggi dengan “ titik
tinggi pedoman” (fixed point).
Alat-Alat dan Bahan
• Tangki penguapan Type “A” merupakan suatu wadah yang berbentuk
silinder yang memiliki tinggi 25 cm, diameter dalam 120.7 cm.
• Terbuat dari besi yang digalvanisir atau baja monel yang dilengkapi
dengan tabung penenang yang terbuat dari pipa besi diameter 3 inci
dengan tinggi 20 cm .
• Didalamnya diisi besi runcing untuk menentukan titik tinggi pedoman
dalam mengukur posisi air didalam panci penguapan.
• Dalam panci penguapan diisi air hingga mencapai ketinggian 5 cm di
bawah bibir panci (rim) dan diharuskan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di
bawah bibir panci (rim).
• Panci penguapan ini diletakkan di atas punggung kayu dengan
ketinggian 15 cm dari dasar tanah dengan tujuan untuk memberikan
sirkulasi udara di bawah panci.
GAMBAR PANCI EVAPORASI

1
MENGUKUR RADIASI MATAHARI

• Pada stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan radiometer


untuk mengukur gelombang pendek radiasi yang masuk dari
matahari/angkasa dan radiasi netto yang dipantulkan.
• Radiasi yang dipantulkan merupakan penjumlahan dari radiasi
gelombang pendek dan gelombang panjang

Mengukur Kecepatan Angin


• Kecepatan angin diukur dengan anemometer, sedang arah angin
dengan kipas (wind vane)
• Rumus empiris antara kecepatan angin dengan ketinggian :
(u/uo)=(z/zo)0,15
Dimana :
uo = kecepatan angin pada ketinggian zo
u = kecepatan angin pada ketinggian z yang lebih besar dari zo
z = standar baru ketinggian alat = 2 m
MENGUKUR KELEMBABAN UDARA
• Udara dapat menyerap air dalam bentuk uap air
• Makin tinggi suhu udara makin banyak uap air yang dapat
diserap
• Uap air menghasilkan tekanan yang besarnya 1 bar = 105 N/m2
• Kelembaban relatif dirumuskan :
h = ea / es
• Tekanan uap udara (ea) pada suhu t dicari dengan rumus :
(es – ea) = (t – tw)
Dimana :
• Es = tekanan uap jenuh (tergantung suhu, ada tabelnya)
• Tw = suhu bola basah
• T = suhu bola kering
•  = konstanta psychrometer, = 0,66 (e dalam milibar) = 0,485 (e
dalam mm Hg)
Mengukur suhu
• Suhu dicatat dengan termometer yang ditempatkan dalam
sangkar yang diberi ventelasi dan diletakkan 1,2 m di atas
permukaan tanah
MENAKSIR EVAPOTRANSPIRASI DENGAN RUMUS EMPIRIS

Metode Thornwaite
Metode ini dikembangkan di Amerika Serikat di daerah beriklim sedang.
Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah :
1. Dari data temperatur udara (0C/bulan) 1, 51
12
T 
2. Hitung indeks panas tahunan (I) dengan persamaan : I    
m 1  5 

3. Hitung koefisien (a), yang besarnya tergantung lokasi analisis dengan


persamaan :
a = (675 . 10-9)I3 – (771 . 10-7)I2 + (179 . 10-4).I + 0.492
4. Hitung besarnya evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang 00 dengan
persamaan a

ET0 o 0   1.62 
10 . T 
 I 

5. Hitung besar evapotranspirasi (cm/bulan) untuk garis lintang lokasi


pengamatan dengan persamaan : ET0 = c . ET0 (00)
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi (cm/bulan)
T = Temperatur udara (0C/bulan)
I = Indeks panas tahunan
a dan c = Koefisisien yang tergantung pada lokasi studi
METODE BLANEY-CRIDDLE

Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah


1. Dari data temperatur rata-rata (0C/bulan)
2. Hitung nilai (p) dengan persamaan :
P = j / J . 100
3. Hitung evapotranspirasi dengan persamaan :
ETo = P (0.46 T + 8.13)
dimana :
j = rata-rata lamanya waktu siang hari untuk bulan tertentu
J = jumlah waktu lamanya siang dalam setahun
T = temperatur rata-rata (0C/bulan)
P = koefisien
METODE PENMAN MODIFIKASI

Prosedur perhitungan metode Penman-modifikasi :


1. Data yang dibutuhkan :
a) Temperatur udara (oC)
b) Kelembaban udara relatif. (%).
c) Kecepatan angin (m/dt)
d) Durasi matahari
e) Menentukan elevasi daerah dan tekanan atmosfir.
2. Menentukan fungsi kecepatan angin, F(u) = 0,27 (1 + U/100)
3. Menentukan defisit tekanan uap
a) Tekanan uap jenuh (es)
Tekanan uap jenuh diperoleh berdasarkan fungsi temperatur udara
yang terjadi
b) Menentukan tekanan uap aktual, ea = es . (RH/100)
c) Menentukan defisit tekanan uap (es – ea).
4. Menentukan faktor koefisien yang tergantung dari temperatur
dan radiasi (W).
5. Menentukan Radiasi netto (Rn), Rn = Rns – Rnl
(a) Rns = (1- α). Rs → α = 0,25
dimana :
Rs = (0,25 + 0,5. n/N). Ra
Ra ditentukan berdasarkan tabel
N ditentukan berdasarkan tabel
n = N x Lama penyinaran
(b) Rnl = f(T) . f (es) . f (n/N)
dimana :
f (T) , ditentukan berdasarkan tabel
f (ed) = 0,34 – 0,044 . ea^0,5
f (n/N) = 0,1 + 0,9 . n/N
6. Menentukan faktor koreksi akibat iklim siang dan malam (C)
Faktor koreksi C ditentukan berdasarkan tabel
7. Menentukan evapotranspirasi
ETo = C (W . Rn + (1 – W) . f (u). (ed – ea))
dimana :
f (u) = fungsi kecepatan angin
f (T) = efek temperatur
f(n/N) = rasio penyinaran aktual terhadap penyinaran maksimum
es = tekanan uap jenuh
ea = tekanan uap aktual
RH = kelembaban relatif
W = koefisien yang tergantung dari temperatur dan radiasi
Rn = radiasi netto
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang
Rns = radiasi bersih gelombang pendek
Rs = intensitas radiasi matahari
α = albedo
CONTOH PERHITUNGAN PENMAN MODIFIKASI
NO URAIAN KET JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES
1 Temperatur udara Data 27,18 27,50 27,41 27,56 26,85 26,63 26,80 26,84 27,50 27,88 26,42 27,31
2 Kecepatan angin, Km/hari Data 21,00 22,27 21,44 21,60 21,55 23,11 24,12 28,50 22,21 26,19 20,53 18,15
3 f(u)=0.27(1+u/100) Hitung 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,34 0,35 0,33 0,34 0,33 0,32
4 Penyinaran matahari (%) Data 32,60 37,33 50,98 44,82 45,63 38,30 42,51 51,24 46,76 45,17 37,45 30,35
5 Kelembaban relatif,RH (%) Data 87,10 86,09 86,61 86,91 87,57 89,00 87,88 86,51 86,38 85,08 86,14 86,75
6 Tekanan Uap jenuh, ea Tabel 36,08 36,75 36,56 36,92 35,39 34,92 35,28 35,39 36,75 37,55 34,48 36,35
7 Tekanan Uap Aktual, ed=eaxRH/100 Hitung 31,43 31,64 31,66 32,09 30,99 31,08 31,00 30,62 31,74 31,95 29,70 31,53
8 ea-ed Hitung 4,65 5,11 4,90 4,83 4,40 3,84 4,28 4,77 5,01 5,60 4,78 4,82
9 Faktor W Tabel 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,76 0,77 0,77 0,77 0,77 0,76 0,77
10 (1-W) Hitung 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,24 0,23 0,23 0,23 0,23 0,24 0,23
11 Radiasi extrateresterial,Ra(mm/hari) Tabel 15,00 15,50 15,70 15,30 14,40 13,90 14,10 14,80 15,30 15,40 15,00 14,80
12 Maksimum Penyinaran Matahari,N Tabel 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
13 n=N x Penyinaran matahari/100 Hitung 3,91 4,48 6,12 5,38 5,48 4,60 5,10 6,15 5,61 5,42 4,49 3,64
14 Rasio Keawanan, n/N Hitung 0,33 0,37 0,51 0,45 0,46 0,38 0,43 0,51 0,47 0,45 0,37 0,30
15 Radiasi diterima matahari,Rs
Rs = (0.25+0.5 xn/N) x Ra Hitung 6,20 6,77 7,93 7,25 6,89 6,14 6,52 7,49 7,40 7,33 6,56 5,95
16 Rns = ( 1 - a )Rs, a =0,25 Hitung 4,65 5,08 5,95 5,44 5,16 4,60 4,89 5,62 5,55 5,50 4,92 4,46
17 Efek temperatur, f(T) Tabel 16,03 16,03 16,13 16,18 16,18 16,09 16,01 16,08 16,17 16,20 16,15 16,11
18 f(ed) = 0.34-0.044(ed)^0.5 Hitung 0,09 0,09 0,09 0,09 0,10 0,09 0,10 0,10 0,09 0,09 0,10 0,09
19 f(n/N) = 0.1 + 0.9 x n/N Hitung 0,39 0,44 0,56 0,50 0,51 0,44 0,48 0,56 0,52 0,51 0,44 0,37
20 Rnl =f(T) x f(ed) x f(n/N) Hitung 0,59 0,65 0,83 0,74 0,79 0,68 0,73 0,87 0,78 0,75 0,71 0,56
21 Energi sisa, Rn= Rns - Rnl Hitung 4,06 4,43 5,11 4,70 4,38 3,92 4,16 4,75 4,78 4,75 4,21 3,90
22 U (m/dt) konversi 0,24 0,26 0,25 0,25 0,25 0,27 0,28 0,33 0,26 0,30 0,24 0,21
23 U siang/U malam Tabel 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
24 Faktor koreksi C Tabel 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06
25 ETo = C . (W. Rn + (1-W). F(u).(ed-ea) Hitung 3,68 4,03 4,56 4,22 3,93 3,49 3,74 4,28 4,30 4,34 3,79 3,56
2 PRESIPITASI

Bentuk-bentuk presipitasi :
1. Hujan : bentuk yang paling penting
2. Embun : Hasil kondensasi di permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan
3. Kondensasi di atas lapisan es
4. Kabut : Partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan
5. Salju dan es

Unsur-unsur hujan :
1. Intensitas (i) : tinggi air persatuan waktu, mm/jam, cm/jam dll
2. Lama (durasi : lamanya curah hujan, menit, jam
3. Tinggi hujan (d) : banyaknya hujan , mm, cm
4. Frekuensi : kala ulang/return period
5. Luas : luas geografi curah hujan
PENGUKURAN CURAH HUJAN

1. PENAKAR HUJAN
a. Penakar hujan biasa, terdiri atas corong dan penampung yang
diletakkan pada ketinggian tertentu

b. Penakar hujan rata tanah


c. Penakar hujan Inggris, kombinasi antara penakar hujan biasa
dan penakar hujan rata tanah

d. Interim Refference Precipitation Gauge


Penakar ini dilengkapi perisai Nipher untuk mengurangi
pengaruh turbulensi angin.
2. PENCATAT HUJAN
• Pencatat hujan dapat bekerja secara otomatis sehingga pencatatan
tinggi hujan dapat dilakukan setiap saat.

• Hujan yang tertangkap oleh corong 1 tercurah kedalam penampung 2.


Dengan terisinya penampung 2, pelampung 3 akan terangkat.
Penampung 3 dihubungkan dengan alat penulis yang dapat membuat
grafik pada drum pencatat 4 yang diputar dengan pertolongan pegas
jam. Jika pencatatannya menjadi d = 10 mm, air dalam penampung
akan tersedot keluar oleh sifon 5 sehingga penampung menjadi kosong
yang sekaligus membawa alat penulis ke posisi nol.
Syarat Pemasangan alat Pengukur hujan
• Tinggi corong di atas permukaan tanah harus sedemikian
sehingga pengaruh angin sekecil mungkin
• Pengukur hujan harus diletakkan minimal 4 kali tinggi rintangan
(bangunan, pohon dll) yang terdekat
• Harus dilindungi terhadap gangguan dari luar (orang, binatang)
• Diusahakan dengan dengan tenaga pengamat
• Syarat-syarat teknis alat terpenuhi
• Syarat-syarat yang menyangkut kerapatan jaringan

Lengkung Massa Ganda


Nonhomogenitas data disebabkan oleh :
• Perubahan mendadak pada sistim lingkungan hidrolis
(pembangunan gedung, pohon dsb)
• Pemindahan alat pengukur
• Perubahan cara pengukuran (alat baru, metode baru)
• Tinggi rata-rata curah hujan yang didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean)
pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan
didalam areal tersebut. Jadi cara ini akan memberikan
hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya
ditempatkan secara merata di areal tersebut.
d  d  ...  d n d
d 1 2 n   i
n i 1 n
di mana :
d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2, dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ...n
n = banyaknya pos penakar
=

Pos (Titik) pengamatan


NO. Penjelasan Keterangan
1 2 3 4

1 Luas daerah aliran (km2) - - - - 99,1 km2

2 Curah hujan tiap pos d (mm) 156 164 174 168 662

3 Tinggi Hujan Rata-rata (Σd/n)  n=4 165,50 mm/hari


Cara ini adalah dengan memasukkan faktor pengaruh daerah
yang mewakili oleh stasiun hujan yang disebut faktor
pembobotan atau koefisien Thiessen.

A 1R1  A 2R2  ...  A nRn


R
A 1  A 2  ...  A n

Ai = Luas pengaruh dari stasiun pengamatan i


A = Luas total dari DAS
R = Curah hujan rata-rata
R1, R2,..,Rn = Curah hujan pada setiap titik pengukuran
(stasiun)
Pos (Titik) pengamatan
NO. Penjelasan Keterangan
1 2 3 4

1 Pembagian daerah aliran (km2) 27,4 26,5 14,6 30,6 99,1 km2

2 Bobot,Wi= Ai/An (%) 27,65 26,74 14,73 30,88 100%

3 Curah hujan tiap pos d (mm) 156 164 174 168

Bobotxtinggi curah hujan=Ai/Anxdi 164,50


4 43,13 43,85 25,63 51,87
(mm/hari)
5 Tinggi Hujan Rata-rata (Σd/n)  n=4 164,50 mm/hari
Dengan cara ini, dapat digambar Stasiun hujan
Batas DAS

terlebih dahulu kontur tinggi Kontur tinggi hujan

hujan yang sama (isohyet),


seperti terlihat pada gambar
kemudian luas bagian di antara
isohyet-isohyet yang berdekatan A1
A2
A3 A4 A5 A6

diukur, dan nilai rata-rata


dihitung sebagai nilai rata-rata
timbang nilai kontur. 50 mm 60 mm 70 mm
10 mm 40 mm
20 mm 30 mm

d0  d1
A1 d1 2d2 A2  ...  dn12dn An
d 2
A1  A2  ...  An
A = A1+A2+…+An (luas total area)
d = tinggi curah hujan rata-rata area
d0, d1, dn = curah hujan pada isohyet 0, 1, 2,…, n
CARA PENENTUAN HUJAN DAERAH HARIAN MAX

1. TENTUKAN DI SALAH SATU POS HUJAN SAAT


TERJADINYA HUJAN MAKSIMUM
2. PADA SAAT YANG SAMA TENTUKAN
BESARNYA PADA POS HUJAN YANG LAIN
3. DENGAN METODE THIESSEN/ARITMATIK MEAN
TENTUKAN BESARNYA HUJAN DAERAH
4. TENTUKAN BESARNYA HUJAN MAX PADA POS
YANG LAIN
5. BERULANG PADA LANGKAH KE-2 DAN KE-3
6. HUJAN DAERAH MAKSIMUM DIPEROLEH DARI
HUJAN DAERAH YANG TERBESAR SETIAP
TAHUN
HIDROMETRI
• Pengukuran debit dapat dilakukan secara
langsung dan secara tidak langsung.
Pengukuran debit secara langsung adalah
pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan berupa alat
pengukur arus (current meter), pelampung,
zat warna, dll. Debit hasil pengukuran dapat
dihitung segera setelah pengukuran selesai
dilakukan.
• Pengukuran debit secara tidak
langsung adalah pengukuran debit
yang dilakukan dengan menggunakan
rumus hidrolika misal rumus Manning
atau Chezy. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur parameter
hidraulis sungai yaitu luas penampang
melintang sungai, keliling basah, dan
kemiringan garis energi.
• Garis energi diperoleh dari bekas banjir
yang teramati di tebing sungai. Untuk pos
duga air yang sudah dilengkapi dengan
pelskal khusus garis energi dapat dibaca
dari pelskal khusus tersebut.
PERSYARATAN LOKASI
PENGUKURAN DEBIT
• Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga
air, dimana tidak ada perubahan bentuk
penampang atau debit yang menyolok
• Alur sungai harus lurus sepanjang minimal
3 kali lebar sungai pada saat banjir/muka air
tertinggi
• Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran
yang memutar
• Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan
tidak terganggu oleh adanya bangunan air lainnya
(misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh peninggian
muka air, pasang surut dan aliran lahar
• Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus
terhadap alur sungai
• Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali
diameter baling – baling alat ukur arus yang digunakan
• Apabila dilakukan di lokasi bendung, harus dilakukan di
sebelah hilir atau hulu bendung pada lokasi yang tidak ada
pengaruh pengempangan (arus balik)
DENGAN MENGGUNAKAN CURRENT METER

• Pengukuran debit dengan menggunakan current


meter (alat ukur arus) dilakukan dengan cara
merawas, dari jembatan, dengan menggunakan
perahu, dengan menggunakan winch cable way
dan dengan menggunakan cable car.
• Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel
penggantung dan posisi kabel penduga tidak tegak
lurus terhadap muka air, maka kedalaman air
harus dikoreksi dengan besarnya sudut
penyimpangan.
MERAWAS
• Pengukuran dengan merawas dilakukan
apabila kedalaman air tidak lebih dari 1,2 m
dan kecepatan air lebih kecil dari 1 m/detik,
apabila kedalaman dan kecepatan arus air
lebih dari kriteria tersebut maka pengukuran
dapat dilakukan dengan menggunakan alat
bantu pengukuran yang lain.
TAHAPAN PENGUKURAN DENGAN
MENGGUNAKAN CURRENT METER
Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:
• 1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap
• 2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-
masing 1 m
• Kartu Pengukuran
• Alat Tulis
• Alat pengambilan sample air
• Botol tempat sample air
• Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
• Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi
persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah
arus air dan tidak melendut
• Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar
vertikal ± 1/20 dari lebar sungai dan jarak
minimum = 0.50 m
• Berikan tanda pada masing-masing titik
• Baca ketinggian muka air pada pelskal
• Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada
kartu pengukuran seperti nama sungai dan tempat,
tanggal pengukuran, nama petugas dll.
• Catat jumlah putaran baling – baling selama interval waktu
yang telah ditentukan (40 – 70 detik), apabila arus air
lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik),
apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek
(misal 40 detik)
• Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat
dengan menggunakan rumus baling – baling tergantung
dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat
bandul)
Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan
rumus :
• Apabila pengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d)
contoh (vertikal 2) maka v rata – rata = v pada titik
tersebut
• Apabila pengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d)
contoh (vertikal 3) maka v rata – rata = (v0.2 + v0.8) / 2
• Apabila pengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 – 0.8 d
dan 0.6 d) contoh (vertikal 4) maka v rata – rata = [{(v0.2 +
v0.8) / 2} + (v0.5 atau v0.6 )] / 2
10) Hitung luas sub/bagian penampang melintang
11) Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang
melintang
12) Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan
butir 12 untuk seluruh sub bagian penampang
13) Hitung debit total (Q total)
• Data hujan maksimum harian di analisis untuk
mendapatkan pola sebaran yang sesuai dengan
distribusi statistik yang ada. Cara mengukur besarnya
dispersi tersebut menggunakan parameter berikut
(Soewarno, 1995).
 Deviasi Standar (S)
 Koefisien Skewness (Cs)
 Pengukuran Kurtosis (Ck)
 Koefisien Variasi (Cv)
P = 1/T
Dimana;
P = Probabilas terjadi (%)
T = Periode Ulang (Tahun)
• Analisis frekuensi terhadap curah hujan,
untuk menghitung hujan rencana dengan
berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 25, dan
50 tahun), dapat dilakukan dengan
menggunakan metode :
1. Normal
2. Metode Log Normal
3. Gumbel I
4. Log Pearson Tipe III
• Perkiraan kasar periode ulang atau curah hujan yang
mungkin, lebih mudah dilakukan dengan menggunakan kertas
kemungkinan. Kertas kemungkinan normal (normal probability
paper) digunakan untuk curah hujan tahunan yang
mempunyai distribusi yang hampir sama dengan distribusi
normal dan kertas kemungkinan logaritmis normal
(logarithmic-normal probability paper) digunakan untuk curah
hujan harian maksimum dalam setahun yang mempunyai
distribusi normal logaritmis (Sosrodarsono dan Takeda,
1977).

• Plotting data distribusi frekuensi dalam kertas probabilitas


bertujuan untuk mencocokkan rangkaian data dengan jenis
sebaran yang dipilih, dimana kecocokan dapat dilihat dengan
persamaan garis yang membentuk garis lurus. Hasil plotting
juga dapat digunakan untuk menaksir nilai tertentu dari data
baru yang kita peroleh (Soewarno, 1995).
• Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit
test) distribusi frekuensi dari sampel data terhadap
fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat
menggambarkan/mewakili distribusi frekuensi
tersebut diperlukan pengujian parameter.
Pengujian parameter dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu Chi-Kuadrat ataupun dengan Smirnov-
Kolmogorov. Umumnya pengujian dilaksanakan
dengan cara menggambarkan data pada kertas
peluang dan menentukan apakah data tersebut
merupakan garis lurus, atau dengan
membandingkan kurva frekuensi dari data
pengamatan terhadap kurva frekuensi teoritisnya
(Soewarno, 1995).
• Debit banjir rencana adalah debit
maksimum dari suatu sistem drainase
yang didasarkan kala ulang tertentu yang
dipakai dalam perencanaan.
• Kala ulang adalah waktu hipotetik dimana
probabilitas kejadian debit atau hujan
dengan besaran tertentu akan disamai
atau dilampaui sekali dalam jangka waktu
tersebut.
• Debit banjir rencana didapat dari hasil perhitungan
dengan menggunakan Metode Pokok berdasarkan
pada faktor-faktor yang didapat dari hasil analisa
yang ada. Hasil perhitungan ini berbeda-beda
tergantung dari metode yang digunakan.
Perhitungan dengan menggunakan metode-
metode Melchior, Weduwen, Haspers dan
Rational (dari Jepang) hanya akan menghasilkan
puncak banjirnya saja. Perhitungan dengan
menggunakan methode Unit Hydrograph
(Hidrograf Satuan) akan menghasilkan suatu
hidrograf banjir.
• Faktor yang dipergunakan di dalam rumus-rumus banjir untuk
memperoleh angka-angka banjir rencana pada umumnya hanya
didasarkan faktor hujan.
• Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik hujan untuk suatu
daerah akan sangat berbeda dengan daerah lain, dengan
demikian untuk dapat memperkirakan besarnya curah hujan
yang akan terjadi pada suatu daerah, hanya dapat dilakukan
berdasarkan pengukuran-pengukuran besarnya curah hujan
pada waktu-waktu tertentu dimasa yang telah lalu dengan
menggunakan peralatan-peralatan yang disebut “Pos Penakar
Curah Hujan”.
• Agar dapat diperoleh gambaran karakteristik curah hujan suatu
daerah, maka dari hasil-hasil pencatatan pos-pos penakar curah
hujan dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :
1. Pola curah hujan tiap jam dari data-data catatan curah hujan harian
2. Pola curah hujan daerah (areal rainfall) yang biasanya dihitung dengan cara:
• Curah hujan rata-rata arithmetic
• Poligon Thiesen
• Isohyet
3. Pola hujan pada suatu titik yang dirubah menjadi pola hujan suatu daerah
pengaliran di sekeliling titik tersebut (point rainfall to catchment rainfall) :
• Cara Melchior
• Cara Weduwen
• Cara Haspers
4. Pola analisa frekuensi (frequency analysis) dengan perhitungan-perhitungan
statistik sebagai berikut :
• Distribusi Normal
• Distribusi Log Normal
• Harga Ekstrem Gumbel
• Log Pearson Type III
• Pemeriksaan kecocokan (testing the goodness of fitness)
5. Analisa regional (regional analysis)
6. Probable Maximum Precipitation (PMP)
Suripin, 2004
Skets Sistem Drainase Perkotaan
Koefisien Waktu Intensitas
Segmen Panjang DTA Debit
No. runoff konsentrasi hujan
Saluran (m) (km2) (m3/dt)
(C) tc (menit) (mm/jam)
1 Sm-1 -H 895 0,219
2 H-G 1.364 1,094
3 G -F 1.024 1,602
4 F - F' 0 4,537
5 F' - E 1.027 5,512
6 E-D 1.061 5,866
7 D - D' 0 5,866
8 D' - C 630 5,866
9 C-B 1.150 5,866
10 B - B" 0 10,118
11 B" - B' 280 10,696
12 B' - A 614 11,198
13 SI-1 - L 1.457 2,051
14 L - F' 996 2,935
15 As-1 - J 2.400 2,038
16 J - B" 1.164 4,252
• Metode ini digunakan untuk menghitung
debit banjir rancangan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100
km2 (Subarkah, 1980).
• Langkah-langkah perhitungannya adalah
sebagai berikut :
D

Rainfall Excess

L
1000
tp tr
800
Discharge (cfs)

600

400
tb
200

0
0 10 20 30 40 50 60
Time (hr)
Perioda ulang banjir rencana untuk sistim drainasi mikro dan sub makro
berdasarkan “ Flood Control Manual Technical Design Standards Volume II”,
direkomendasikan untuk perencanaan sistim drainasi di Indonesia adalah
ditunjukan pada table berikut.
Perioda ulang curah hujan rencana (Tahun)

Daerah Daerah Daerah Daerah


Klasifikasi Kota
Tangkapan Air Tangkapan Air Tangkapan Air Tangkapan Air
< 10 ha 10 - 100 ha 100 - 500 ha > 500 ha

Metropolitan 1-2 2-5 5-10 10-25

Besar 1-2 2-5 2-5 5-15

Medium 1-2 2-5 2-5 5-10

Kecil 1-2 1-2 1-2 2-5

Amat Kecil 1 1 1 -

Sumber: Flood Control Manual Volume II, 1993 (Table 3.3).


Sekian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai