Anda di halaman 1dari 45

STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU

PADAMARANG, TAMAN WISATA ALAM LAUT KEPULAUAN


PADAMARANG KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA

HASIL PENELITIAN

MUHAMMAD IQBAL
L211 13 304

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU
PADAMARANG, TAMAN WISATA ALAM LAUT KEPULAUAN
PADAMARANG KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA

MUHAMMAD IQBAL
L211 13 304

SKRIPSI
Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau
Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara

Nama Mahasiswa : Muhammad Iqbal

Nomor Pokok : L211 13 304

Progrom Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pebimbing Anggota,

Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Ir. Suwarni, M.Si


NIP. 19650907 19890 3 2001 NIP. 19630717 198811 2001

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Manajemen Sumber Daya Perairan,

Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si Dr. Ir. Budiman Yunus, MS
NIP. 1967 0308 199003 1001 NIP. 1960 0614 198601 1001

Tanggal Lulus :

ii
PERNYATAAN BEBES PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Iqbal

NIM : L211 13 304

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas : Ilmu Kelautan dan Perikanan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan
Pulau Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara”

Ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber acuan serta daftar pustuka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2007).

Makassar,

Muhammad Iqbal
L211 13 304

iii
PERNYATAAN AUTHORSHIP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Iqbal

NIM : L211 13 304

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Fakultas : Ilmu Kelautan dan Perikanan

Menyatakan bahwa publikasi sebagian atau keseluruhan isi Skripsi pada jurnal
atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai
author dan Universitas Hasanuddin sebagai institusinya. Apabila dalam waktu
sekurang-kurangnya dua semester (satu tahun sejak pengesahan Skripsi) saya
tidak melakukan publikasi dari sebagaian atau keseluruhan Skripsi ini, maka
pembimbing sebagai salah seorang dari penulis berhak mempublikasikannya
pada jurnal ilmiah yang ditentukan kemudian, sepanjang nama ahasiswa tetap
diikutkan.

Makassar,

Mengetahui, Penulis,

Dr. Ir. Budiman Yunus, MS Muhammad Iqbal


NIP. 19600614 198601 1 00 1 NIM. L211 13 304

iv
ABSTRAK

MUHAMMAD IQBAL. L211 13 304. “Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau
Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara” dibimbing oleh JOEHARNANI TRESNATI sebagai Pembimbing
Utama dan SUWARNI sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan ikan karang
berdasarkan peranannya (kelompok ikan target, ikan indicator, dan ikan mayor), dan
indeks ekologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan
indeks dominansi di perairan Pulau Padamarang Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumber informasi data
inventarisasi jenis ikan karang dan dapat digunakan dalam penyusunan rencana
pengelolaan ikan karang di perairan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang, Kabupaten Kolaka. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau
Padamarang Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Padamarang, Kecamatan
Wundulako, Kabupaten Kolaka pada bulan April sampai Mei 2019. Pengambilan
sampel di Pulau Padamarang dilakukan pada 4 sisi pulau berdasarkan arah mata
angin yang terdapat terumbu karang. Komposisi jenis ikan karang terdiri dari 17 famili
yang meliputi Acanthuridae, Apogonidae, Caesionidae, Chaetodontidae, Haemulidae,
Holocentridae, Labridae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Pomacantidae,
Pomacentridae, Scaridae, Serranidae, Siganidae, Tetraodontidae, dan Zanclidae.
Kelimpahan ikan karang tertinggi ditemukan pada stasiun 4 yaitu sebesar 10026,67
ind/ha sedangkan kelimpahan ikan terendah ditemukan pada stasiun 2 yaitu sebesar
5506,67 ind/ha. Kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya terdiri dari ikan
sebanyak 30 spesies dari 8 famili, ikan indikator ditemukan 11 spesies dari 1 famili,
dan ikan mayor sebanyak 58 spesies dari 9 famili. Indeks ekologi ikan karang
ditemukan Indeks keanekaragaman tergolong tinggi, indeks keseragaman komunitas
stabil, dan indeks dominansi rendah. Hubungan antara kelimpahan ikan karang
dengan persentase tutupan karang hidup mempunyai hubungan positif artinya semakin
banyak ikan maka kondisi tutupan karangnya juga bagus.

Kata kunci :

v
ABSTRACT

MUHAMMAD IQBAL. L211 13 304. “Structure of Coral Fish Community in


Padamarang Island Waters, Padamarang Islands Nature Tourism Park, Kolaka
Regency, Southeast Sulawesi” supervised by Joeharnani Tresnati as the Principle
supervisor and SUWARNI as the co-supervisor.

Keywords:

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis
Morfometrik Gurita Batu Octopus cyanea Gray, 1849 yang Didaratkan di Pulau
Bonetambung, Kota Makassar dan Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai”. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan April hingga Mei 2019 dan
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat besar penulis sampaikan
kepada yang terhormat Ibu Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA., sebagai
Pembimbing Ketua dan Ir. Suwarni, M.Si, sebagai Pembimbing Anggota serta Bapak
Dr. Ir. Budiman Yunus, MS., Bapak Moh. Tauhid, S.Pi, MP dan Ibu Dwi Fajriyati Inaku,
S. Kel., M.Si, sebagai para penguji yang telah banyak memberikan saran, pengarahan
dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Hasanuddin,


Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ketua
Departemen Perikanan, Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengiuti pendidikan di
Universitas Hasanuddin. Juga penulis ingin menyatakan terima kasih kepada staf
Departemen Perikanan dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah
membantu membuat administrasi penelitian.

Kepada dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. Ir. Muhammad Arifin Dahlan,
MS, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang khusus atas dorongan dan
semangat yang diberikan pada saat melakukan bimbingan. Kasih saying dan doa tulus
ibunda Megawati. SM dan Junedi yang senantiasa mengiringi langkah penulis, semoga
dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya kepada semua rekan-rekan tim octopus (Noviayu wahyuddin, Andi


Reski Dian Safitri, Andi Yeyen Apriyani dan Ayu Ramadani), para sahabat (Noviayu
Wahyuddin, Andi Reski Dian Safitri, Nurhidayah Aurora dan Sitti Asnurul Nihla), rekan-
rekan Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2015, rekan-rekan Fisheries Diving
Club Universitas Hasanuddin (FDC Unhas) utamanya kak Candra dwikusuma suwito
dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima
kasih.

vii
Penulis menyadari adanya ketidak sempurnaan dalam skripsi ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih bagi ilmu pengetahuan serta bermanfaat untuk berbagai pihak

wassalam

Makassar,

Muhammad Iqbal

viii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3


A. Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang ...................................... 3
B. Ikan Karang.................................................................................................. 4
C. Habitat Ikan Karang ..................................................................................... 5
C. Terumbu karang ........................................................................................... 7
D. Interaksi Antara Terumbu Karang dan Ikan Karang ...................................... 7
E. Indeks Ekologi .............................................................................................. 8
F. Parameter Oseanografi ................................................................................ 9

III. METODE PENELITIAN ...................................................................................... 11


A. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 11
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 11
C. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel .................................................... 12
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 12
E. Analisis Data .............................................................................................. 15

IV. HASIL ................................................................................................................. 19


A. Komposisi Jenis Ikan Karang ..................................................................... 19
B. Kelimpahan Ikan Karang ............................................................................ 22
C. Kelimpahan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya ................................... 22
D. Indeks Ekologi ............................................................................................ 23
E. Kondisi Tutupan Karang ............................................................................. 23
F. Hubungan Kelimpahan Ikan dan Tutupan Karang Hidup ............................ 24
G. Parameter Oseanografi .............................................................................. 24

V. PEMBAHASAN ................................................................................................... 25
A. Komposisi Jenis Ikan Karang ........................................................................ 25
B. Kelimpahan Ikan Karang ............................................................................ 25
C. Kelimpahan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya (Ikan Target, Ikan
Indikator, dan Ikan Mayor) .......................................................................... 26
D. Indeks Ekologi ............................................................................................ 27
E. Persentase Tutupan Karang ...................................................................... 27
F. Hubungan Kelimpahan Ikan Karang dan Tutupan Karang Hidup ............... 28
G. Parameter Oseanografi .............................................................................. 28

ix
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 29
A. Kesimpulan ................................................................................................ 29
B. Saran ......................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 30

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Koordinat lokasi penelitian di perairan Pulau Padamarang Taman


Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten Kolaka .......... 12

2. Kriteria penentuan kondisi tutupan karang berdasarkan penutupan


karang hidup ........................................................................................ 17

3. Jumlah Famili Ikan Karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL


Kep. Padamarang, Kab. Kolaka........................................................... 19

4. Indeks ekologi ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL


Kep. Padamarang, Kab. Kolaka........................................................... 23

5. Persentase Tutupan Karang di perairan Pulau Padamarang,


TWAL Kep. Padamarang, Kab. Kolaka ................................................ 23

6. Nilai parameter oseanografi di perairan Pulau Padamarang, TWAL


Kep. Padamarang, Kab. Kolaka........................................................... 24

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan karang dan habitat terumbu karang (Nybakken, 1992).............................8

2. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau Padamarang, Taman Wisata Alam


Laut Kepulauan Padamarang, Kabupaten Kolaka ................................................ 11

3. Cara melakukan sensus visual ikan karang (English et al., 1994) ..................... 13

4. Ilustrasi pengambilan data tutupan karang dengan metode UPT (Giyanto


et al., 2014) .................................................................................................................. 14

5. Grafik Kelimpahn Ikan Karang di Perairan Pulau Padamarang .......................... 22

6. Grafik kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya .................................... 22

7. Korelasi kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang


hidup ............................................................................................................................. 24

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

xiii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting
karena menjadi sumber kehidupan bagi beranekaragam biota laut. Terumbu karang
mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan,
daerah asuhan bagi biota laut, sebagai sumber plasma nutfah, serta sebagai pelindung
pantai dari degradasi dan abrasi. Terumbu karang merupakan habitat bagi lebih dari
300 jenis karang, 200 jenis ikan, dan berbagai macam invertebrata lain seperti
moluska, crustacea, spons, alga, dan biota lainnya (Dahuri et al., 2009). Masing-
masing komponen dalam komunitas tersebut saling tergantung satu sama lain,
sehingga membentuk suatu ekosistem yang lengkap.
Komunitas ikan karang merupakan bagian yang penting dalam menjaga
keseimbangan dengan berbagai komponen penyusun ekosistem terumbu karang.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ikan karang dipengaruhi
oleh kondisi terumbu karang, dimana pada daerah yang terlindung (leeward) dan
daerah terbuka (windward) biasanya terdapat terumbu karang yang mempunyai
struktur morfologi yang berbeda. Allen et al., (2005) menyatakan bahwa dari perkiraan
12.000 spesies ikan laut dunia, kurang lebih 7.000 spesies (58,3%) merupakan ikan
yang hidup di daerah terumbu karang, tetapi tidak semua ikan tersebut hidup dalam
satu habitat yang sama. Mereka tersebar di beberapa bagian menurut kesukaan
mereka tehadap habitat (Nybakken, 1992).
Pulau Padamarang merupakan salah satu dari beberapa pulau yang masuk
dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang yang status
pengelolaannya dibawah pengawasan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi
Tenggara. Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Padmarang merupakan salah
satu kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara yang
penetapannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 94/Kpts-II/2003. Suraji et al.,
(2015) menyatakan permasalahan pokok yang dihadapi pada Kawasan Taman Wisata
Alam Laut Kep. Padamarang berupa penangkapan ikan dengan bahan peledak dan
racun, pengambilan terumbu karang, serta pemanfaatan biota laut langka. Penurunan
kondisi terumbu karang baik oleh faktor alam maupun antropogenik juga dengan
sendirinya akan mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang dalam
suatu daerah terumbu karang. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk
melihat kondisi terkini mengenai struktur komunitas ikan karang di perairan Pulau
Padamarang.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan ikan


karang berdasarkan peranannya (kelompok ikan target, ikan indicator, dan ikan
mayor), dan indeks ekologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominansi di perairan Pulau Padamarang Taman Wisata
Alam Laut Kepulauan Padamarang.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumber informasi data inventarisasi
jenis ikan karang dan dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan ikan
karang di perairan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang, Kabupaten
Kolaka.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang

Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Padamarang ditetapkan


berdasarkan SK Menteri Kuhutanan No. 94/Kpts-II/2003. Secara geografis Taman
Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang terletak di antara 4°02'52"-4°10'42" Lintang
Selatan dan 121°19'02"-121°32'33" Bujur Timur, secara administratif pemerintahan
termasuk wilayah Kecamatan Wundulako, Kabupaten Dati II Kolaka. Secara
administratif kehutanan termasuk dalam wilayah RPH Pomalaa, BKPH Mekongga,
KPH Kolaka. Gugusan pulau ini terletak di Teluk Mekongga di sebelah Barat Jazirah
Sulawesi Tenggara dengan batas-batas kawasan adalah: di sebelah Utara berbatasan
dengan Teluk Pao-Pao, sebelah Timur dengan daratan jazirah Sulawesi Tenggara, di
sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Teluk Bone. Gugusan pulau ini memiliki
ekosistem terumbu karang di wilayah perairan lautnya. Struktur terumbu karang itu
secara umum dapat digolongkan ke dalam tipe terumbu karang tepi (fringing reef).
Perairan lautnya memiliki kedalaman mencapai lebih kurang 60 m.
Pulau-pulau yang membentuk kepulauan ini adalah Pulau Padamarang (± 80
ha), P. Lambasina Besar (± 280 ha), P Lambasina Kecil (± 80 ha), P. Lemo (± 30 ha),
P. Iju (± 5 ha), P. Lima (± 5 ha), P. Maniang (± 500 ha), P. Kukusan (± 110 ha), dan
Pulau Buaya (± 140 ha). Pulau Maniang, P. Buaya, P. Kukusan, dan P. Lemo
merupakan wilayah pengelolaan (konsesi) dari PT. Aneka Tambang Unit Nikel Pomala.
Perairan Kep. Padamarang dan sekitarnya dijumpai potensi sumber daya alam laut
yaitu terumbu karang (16 species), ikan karang atau ikan hias (13 species), ikan
konsumsi (17 species),
Secara umum jenis karang yang mendominasi ekosistem terumbu karang di
daerah ini adalah Acropora spp., dan Porites spp. Beberapa jenis karang yang ada
merupakan biota yang dilindungi oleh CITES, seperti Seriatopora spp., Pocilopora
spp., Stylopora spp., Acropora spp., Pavona spp., Fungia sp., dan Heliopora sp.
Jenis-jenis ikan hias yang ditemui antara lain Abudefduf sp., Acanthurus sp.,
Amphiprion sebal, Chaetodon spp., Chaetodonplus sp., Centropyge sp., Drephane sp.,
Labroides sp., Lethrinus spp., Pomachantus sp., Zebrasoma sp., dan jenis lainnya.
Sedangkan jenis ikan konsumsi yang ada antara lain cakalang (Scomberomorus sp.),
tuna (Tuna salbatoru), tongkol (Karsuwonus sp.), layang (Decapterus sp.), bambangan
(Lutjanus sp.), kuwe (Caranx sp.), selar (Selar sp.), belanak (Mugil sp.), ekor kuning
(Caesio sp.), lemuru (Sardinella sp.), manyung (Tachysurus sp.), lencam (Lethrinus
sp.), kakap (Lates sp.), cumi-cumi (Eutherynus sp.), gurita (Octopus sp.) dan ubur-ubur
(Rhopilana sp.).(Suraji et al., 2015).

B. Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang
sebagai habitatnya. Ikan karang merupakan jenis ikan yang umumnya menetap atau
relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif mudah dijangkau.
Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang hidup, karang mati,
pecahan karang, dan karang lunak (Suharti 2005). Sebagian kelompok ikan berlindung
dan menjelajah di terumbu karang yang termasuk di dalamnya adalah ikan butana
(herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan kakap dan ikan kerapu (Adrim 1983).
Keanekaragaman ikan karang ditandai dengan keanekaragaman jenis. Salah
satu penyebab tingginya keragaman jenis di terumbu adalah akibat bervariasinya
habitat yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: sifat substrat yang
kompleks, ketersediaan makanan, kualitas perairan, arus, gelombang, ketersediaan
tempat untuk bersembunyi, penutupan karang, dan lain-lain (Bouchon-Navaro et al.,
2005).
Allen et al., (2005) mengemukakan bahwa ikan karang adalah kelompok taksa
ikan yang kehidupannya berasosiasi dengan lingkungan ekosistem terumbu karang.
Sebanyak 113 famili ikan merupakan penghuni karang dan sebagian besar berasal
dari ordo Perciformes. Sepuluh besar famili utama dari ikan karang tersebut adalah
Gobiidae, Labridae, Pomacentridae, Apogonidae, Bleniidae, Serranidae, Murraenidae,
Syngnathidae, Chaetodontidae, dan Lutjanidae.
Berdasarkan peranannya ikan karang dikelompokkan menjadi 3 kategori
(Terangi, 2004) antara lain :
1. Ikan target: ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih, dikenal
juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti ikan dari famili
Acanthuridae, Haemulidae, Kyphosidae, Labridae (Cheilinus, Choreodon,
Himigymnus), Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Serranidae dan Siganidae.
2. Ikan indikator: sebagai ikan penentu yang erat hubungannya dengan kesuburan
terumbu karang yaitu ikan dari famili Chaetodontidae.
3. Ikan mayor: ikan ini umumnya ditemukan dalam jumlah banyak dan kebanyak
dijadikan sebagai ikan hias air laut seperti dari famili Apogonidae, Labridae,
Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae dan Pomacanthidae.
Berdasarkan periode aktif mencari makan ikan karang dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok (Terangi, 2004) antara lain:

4
1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku
Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae,
Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) dan beberapa dari
suku dari Mullidae (goatfishes), dll.
2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labridae
(Wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae
(Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes), Bleniidae (Blennies), Balistidae
(triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae
(Boxfishes), Tetraodontidae, Canthigasteridae dan Mullidae (Goatfishes)
3. Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae
(Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes),
Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae, Spyrnidae (Sharks), dan
Muraenidae (Eels).

C. Habitat Ikan Karang

Ikan karang menempati ekosistem yang sangat kompleks, terdiri dari banyak
mikrohabitat. Secara umum ikan karang berinteraksi baik dengan lingkungannya. Tiap
spesies menggambarkan habitat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya dan oleh
beberapa faktor, termasuk makanan dan perlindungan yang sesuai dan berbagai
parameter fisika, seperti kedalaman air, kejernihan air, arus dan gelombang. Jumlah
spesies sangat banyak ditemukan pada terumbu karang adalah gambaran dari
banyaknya mikrohabitat pada lingkungan ini (Allen, 1997).
Ikan karang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian habitatnya.
Ikan karang dapat berpindah-pindah untuk memilih habitat dengan keadaan yang lebih
sesuai untuk kehidupannya. Kehadiran atau ketidakhadiran jenis-jenis tertentu di suatu
area terumbu karang merupakan petunjuk akurat mengenai kondisi kesehatan
ekosistem tersebut (Giyanto, et al., 2014).
Terumbu menyediakan bentuk dan ukuran ruangan (shelter) bagi ikan yang
sangat beragam. Kebanyakan ikan aktif pada siang hari (diurnal) dan yang lainnya aktif
pada saat malam hari. Dengan sendirinya seluruh ikan akan kembali ke naungannya
dalam kurun waktu tertentu dalam 24 jam selama istirahat dan faktor ini saja sangat
berpengaruh terhadap asosiasi yang erat antara ikan dan struktur lingkungannya
(terumbu karang) (Meyer et al., 1983).
Terumbu karang merupakan lingkungan yang tidak berkesinambungan
(patchy). Pada skala ratusan kilometer, terumbu tersebar di seluruh lautan tropis. Pada
skala yang lebih kecil, terumbu menyediakan zona habitat yang berbeda-beda baik

5
fisik maupun ciri-ciri lain. Pada zona-zona tersebut dalam skala meter terdapat bentuk-
bentuk fisik yang berbeda-beda karena perbedaan morfologi karang yang berbeda
spesies dan kombinasi antara koloni karang dengan pecahan karang (rubble), pasir
dan lapangan substrat batu kapur (limestone).
Russell et al. (1978) menyatakan bahwa distribusi ruang (spatial distribution)
berbagai spesies ikan karang bervariasi menurut kondisi dasar perairan. Perbedaan
habitat terumbu karang menyebabkan pula adanya perbedaan populasi ikan. Tiap
populasi ikan masing-masing mempunyai kesukaan (preferensi) terhadap habitat
tertentu, sehingga masing-masing populasi ikan menghuni wilayah yang berbeda.
Dalam ekosistem terumbu karang, famili dari ikan Pomacentridae dan Labridae
adalah famili yang lebih mendominasi dari famili ikan karang lainnya. Namun banyak
dan sedikitnya ikan karang mempunyai kontribusi masing-masing dalam suatu
ekosistem. Kelimpahan ikan karang yang banyak tidak begitu saja terjadi, namun juga
mempunyai tempat di daerah terumbu karang sesuai dengan kelompoknya masing-
masing. Alasan yang sering menjadi atau yang mempengaruhi kelimpahan ikan karang
yaitu kondisi kompleksitas dan keragaman ekosistem di areal terumbu karang (Sale,
1991).
Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut
lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang
merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang
karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain
penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk
kelompok hewan dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Hewan karang ini masuk ke
dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia (Baker et al., 1991).
Terumbu karang merupakan komunitas organisme yang hidup di dasar perairan
dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya
gelombang laut. Organisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah hewan-
hewan karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya
juga mengandung kapur (Supriharyono, 2000). Kalsium karbonat rangka dan sedimen
terhimpun sampai beberapa centimeter setiap tahun, di atas beribu-ribu tahun untuk
membentuk karang. Karang ini menyediakan habitat untuk sebagian dari ekosistem
yang berbeda secara biologis di muka bumi (National Oceanic and Atmospheric
Administration, 2001).
Terumbu karang adalah ekosistem kompleks yang ditandai oleh hubungan
nonlinear antara komponen biotik dan abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi
distribusi kedalaman karang, kekeruhan air laut dan sedimentasi dapat memberikan
dampak terhadap pertumbuhan karang dan morfologi karang (Kaandorp 1999). Dalam

6
hal kemampuan membentuk terumbu, karang dapat dibedakan atas hermatipik yaitu
karang yang mampu membangun terumbu dan ahermatipik yaitu karang yang tidak
mampu membangun terumbu. Karang banyak dijumpai di antara 30ºLU dan 25ºLS.
Hewan ini kebanyakan nocturnal hal ini disebabkan karena mangsanya, yaitu
zooplankton, banyak muncul di malam hari (Veron, 1986).

C. Terumbu karang

Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut


lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang
merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang
karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain
penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk
kelompok hewan dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Hewan karang ini masuk ke
dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia (Baker et al., 1991).
Terumbu karang merupakan komunitas organisme yang hidup di dasar perairan
dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya
gelombang laut. Organisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah hewan-
hewan karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya
juga mengandung kapur (Supriharyono, 2000). Kalsium karbonat rangka dan sedimen
terhimpun sampai beberapa centimeter setiap tahun, di atas beribu-ribu tahun untuk
membentuk karang. Karang ini menyediakan habitat untuk sebagian dari ekosistem
yang berbeda secara biologis di muka bumi (National Oceanic and Atmospheric
Administration, 2001).
Terumbu karang adalah ekosistem kompleks yang ditandai oleh hubungan
nonlinear antara komponen biotik dan abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi
distribusi kedalaman karang, kekeruhan air laut dan sedimentasi dapat memberikan
dampak terhadap pertumbuhan karang dan morfologi karang (Kaandorp 1999). Dalam
hal kemampuan membentuk terumbu, karang dapat dibedakan atas hermatipik yaitu
karang yang mampu membangun terumbu dan ahermatipik yaitu karang yang tidak
mampu membangun terumbu. Karang banyak dijumpai di antara 30ºLU dan 25ºLS.
Hewan ini kebanyakan nocturnal hal ini disebabkan karena mangsanya, yaitu
zooplankton, banyak muncul di malam hari (Veron, 1986).

D. Interaksi Antara Terumbu Karang dan Ikan Karang

Tingginya keragaman ikan karang berhubungan erat dengan banyaknya variasi


habitat yang terdapat di terumbu karang. Selain itu ikan-ikan karang memiliki relung

7
(niche) ekologi yang sempit sehingga lebih banyak spesies yang dapat menghuni
(berakomodasi) di daerah terumbu karang. Akibatnya ikan-ikan karang terbatas dan
terlokalisasi hanya di area tertentu pada terumbu karang (Gambar 1).

Gambar 1. Ikan karang dan habitat terumbu karang (Nybakken, 1992)

Selain itu ada juga ikan-ikan karang yang dapat bermigrasi dan melindungi
wilayahnya (teritorialnya). Pada habitat terumbu karang, ruang lebih menjadi faktor
pembatas dibandingkan makanan, sehingga ruang di daerah terumbu karang yang
ditempati siang dan malam bagi perlindungan membagi dua komunitas ikan, nokturnal
dan diurnal Pada malam hari spesies diurnal bersembunyi di karang sedangkan
spesies nokturnal mencari makan dan pada siang hari kejadian yang sebaliknya.
Beberapa spesies distribusinya juga dipengaruhi oleh pasang surut (Nybakken, 1992).
Salah satu sumber makanan di terumbu karang bagi ikan karang adalah lendir
yang dikeluarkan oleh koral. Lendir tersebut dihasilkan oleh beberapa jenis 12 koral
yang tidak memiliki tentakel atau tentakelnya tereduksi, yang dikeluarkan oleh koral
untuk menangkap mangsanya. Dua kelompok ikan yang secara aktif memangsa koloni
koral, yaitu jenis yang memakan polip koral (famili Tetraodontidae, Monacanthidae,
Balistidae, Chaetodontidae) dan jenis herbivora yang mencabut polip karang untuk
mendapatkan alga yang berlindung di dalam rangka karang (famili Acanthuridae,
Scaridae) (Nybakken, 1992).

E. Indeks Ekologi

Untuk mengetahui struktur komunitas maka terdapat lima karakteristik yang


dapat diukur yaitu keanekaragaman, keseragaman, dominansi, kelimpahan relatif, dan
pola pertumbuhan. Nilai keanekaragaman dapat menunjukkan keseimbangan dalam
suatu pembagian jumlah individu tiap jenis (Odum, 1971).

8
1. Indeks keanekaragaman

Keanekaragaman mempunyai nilai yang besar jika individu ditemukan berasal


banyak spesies atau genera yang berbeda-beda, dan mempunyai nilai yang kecil atau
sama dengan nol jika semua individu berasal dari satu spesies. Indeks
keanekaragaman (H’) merupakan pengukuran yang dipakai untuk perhitungan
besarnya keanekaragaman jenis dalam sampling. Indikasi besarnya keanekaragaman
ditentukan bilamana indeks keanekaragamannya mempunyai nilai di atas 1,5 (Chou,
1984).

2. Indeks keseragaman

Indeks keseragaman (E) merupakan angka yang tidak mempunyai satuan,


besarnya berkisar nol sampai satu. Semakin kecil nilai suatu keseragaman, semakin
kecil pula keseragaman dalam komunitas. Dengan kata lain, semakin besar nilai E
menunjukkan kelimpahan yang hampir seragam dan merata antar spesies (Odum,
1971).

3. Indeks dominansi

Nilai indeks dominansi dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu


komunitas didominasi oleh organisme tertentu, maka dapat diketahui dengan
menghitung indeks dominansi. Jika nilai indeks dominansi mendekati satu, maka ada
organisme tertentu yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai indeks dominansi
adalah nol maka tidak ada organisme yang dominan. Berbeda dengan indeks
keanekaragaman, nilai dari indeks dominansi memberikan gambaran tentang
dominansi organisme dalam sampling. Indeks ini dapat menerangkan bilamana suatu
jenis lebih banyak terdapat selama pengambilan data (Odum, 1971).

F. Parameter Oseanografi

Wilayah pesisir merupakan daerah tempat terjadinya interaksi antara tiga unsur
alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut menimbulkan
fenomena yang menjadi faktor pembatas bagi organisme perairan antara lain:

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi metabolisme
dan pertumbuhan badan ikan. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena
adanya penyerapan dan angin sedangkan yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu
adalah musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air dan lain sebagainya. Semua
jenis ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu apalagi yang

9
drastis. Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 - 32°C. Kisaran suhu ini
umumnya ditemukan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Laju metabolisme ikan
dan hewan air lainnya secara langsung meningkatkan kebutuhan akan oksigen (Anwar
et al., 1984).

2. Kecerahan

Cahaya matahari yang diserap oleh permukaan air dapat diubah menjadi
panas. Cahaya tersebut merupakan kecerahan suatu perairan dan sumber energi bagi
kehidupan biota laut serta dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk proses asimilasi
(Manuputty, 2012). Menurut Mulyanto (1992), jumlah cahaya matahari yang masuk ke
dalam kolom air yang tidak terlalu besar adalah merupakan kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan, sehinnga proses fotosintesis dapat berjalan seimbang dan jumlah
fitoplankton memadai untuk kehidupan semua biota perairan.

3. Arus

Menurut Aziz (2004), arus merupakan gerakan massa air permukaan yang
ditimbulkan terutama karena pengaruh angin. Kecepatan arus ini masih tergolong
rendah karena perairan ini masih tergolong dalam perairan terbuka. Pergerakan air
sangat mempengaruhi aktifitas organisme dalam perairan, persediaan plankton
sebagai sumber makanan, unsur-unsur hara dan sedian gas-gas terlarut. Arus juga
dapat membantu penyebaran larva-larva ikan.

4. Salinitas

Salinitas merupakan faktor yang cukup penting bagi kehidupan organisme.


Daya tahan dan kemampuan adaptasi organisme dari fluktuasi yang terjadi berbeda–
beda. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35 ppm (Supriharyono,
2000). Nybakken (1993) menyatakan bahwa salinitas normal perairan laut umumnya
berkisar antara 30-35‰. Organisme laut termasuk ikan karang mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda untuk menyesuaikan diri terhadap kisaran salinitas.
Beberapa jenis organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar
adapula yang tahan terhadap perubahan salinitas yang kecil (Aziz, 2004).

10
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Padamarang Taman Wisata Alam


Laut (TWAL) Kepulauan Padamarang, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka
(Gambar 2.) pada bulan April sampai Mei 2019.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau Padamarang, Taman Wisata Alam
Laut Kepulauan Padamarang, Kabupaten Kolaka

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain GPS (Global
Positioning System) untuk menentukan posisi/titik stasiun penelitian, alat tulis menulis
untuk pencatatan data, kamera underwater untuk dokumentasi gambar, secchi disk
untuk mengukur kecerahan perairan, layangan arus untuk mengukur kecepatan arus,
thermometer untuk mengukur suhu, hand refractometer untuk mengukur salinitas,
meteran roll 50 meter untuk mengukur jarak transek, alat scuba untuk memudahkan
pengambilan data, piranti lunak CPCe (Coral Point Count with Excel extension) dan
buku identifikasi ikan Indonesian Reef Fishes Part 1, 2, & 3 (Kuiter and Tonozuka,
2001) dan Reef Fish Identification (Allen et al., 2003).
C. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Untuk menentukan lokasi stasiun, didahului dengan melakukan pengamatan


langsung menggunakan bantuan alat dasar selam, untuk melihat kriteria kondisi
tutupan karang yang diasumsikan merepresentasikan terumbu karang sekitar perairan
pulau. Pengamatan dilakukan pada perairan dengan kedalaman 5-7 m. Penentuan
kedalaman 5-7 meter karena pada kisaran kedalaman tersebut diasumsikan penetrasi
cahaya matahari optimal, keanekaragaman spesies dan pertumbuhan terbaik terumbu
karang (Sugiyono, 2010) .
Pengambilan sampel di Pulau Padamarang dilakukan pada 4 sisi pulau
berdasarkan arah mata angin yang terdapat terumbu karang. Pada Stasiun I terletak
pada bagian utara pulau, stasiun II terletak pada bagian timur pulau, stasiun III terletak
pada bagian selatan pulau, dan stasiun IV terletak pada bagian barat pulau, Koordinat
stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Koordinat lokasi penelitian di perairan Pulau Padamarang Taman Wisata


Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten Kolaka

Koordinat
Lokasi
Lattitude Longitude
Stasiun I 4° 06'47,55'' S 121° 26'19,22'' E
Stasiun II 4° 07'50,9'' S 121° 26'15,91'' E
Stasiun III 4° 09'42,47'' S 121° 25'15,72'' E
Stasiun IV 4° 06'56,77" S 121° 28'55,4'' E

D. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan data ikan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ikan karang untuk pengambilan data kelimpahan ikan
karang, kondisi tutupan karang dan pengukuran kualitas air.
Metode pengambilan data ikan karang dihitung dengan menggunakan metode
UVC (Underwater Visual Census) yaitu mencatat semua jenis dan jumlah ikan karang
yang terdapat pada luasan transek (English et al., 1994).
Pengambilan data keanekaragaman ikan karang ini dilakukan pada kedalaman
perairan yaitu perairan dangkal 7 meter dengan menggunakan metode sensus visual
atau visual census technique (VCT) - belt transect (Gambar 3.). VCT umum digunakan
untuk monitoring atau penilaian sumber daya ikan karang. Metode ini dianggap

12
sebagai pelebaran dari transek garis untuk membentuk sabuk terus menerus atau
serangkaian kuadrat (English et al., 1994).

Gambar 3. Cara melakukan sensus visual ikan karang (English et al., 1994)

Sensus ikan karang dilakukan secara visual. Pendataan dimulai dengan


pemasangan transek, setelah itu didiamkan selama 5-10 menit yang dimaksudkan
untuk memberi kesempatan kepada ikan agar kembali ke tempatnya semula. Setelah
itu, setiap jenis dan kelimpahan ikan karang sepanjang transek 50 meter mulai dihitung
dengan batasan jarak 2,5 meter ke bagian kiri dan kanan dilakukan dengan 3 kali
pengulangan. Lebar batasan sampling tersebut sudah merupakan standar batas
penglihatan bawah air dengan menggunakan kacamata selam (masker) pada saat
pengamatan. Selama pengamatan tersebut, apabila ikan berada dalam kelompok atau
schooling dengan jumlah yang banyak atau melimpah, maka perhitungan dilakukan
dengan pengambilan gambar atau video begitupun untuk ikan karang yang tidak
dikenali pada saat pengamatan dan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan
buku identifikasi ikan Indonesian Reef Fishes Part 1, 2, & 3 (Kuiter and Tonozuka,
2001) dan Reef Fish Identification (Allen et al., 2003).

2. Pengambilan data karang

Untuk mengetahui tutupan dasar terumbu karang metode yang digunakan yaitu
metode UPT (Underwater Photo Transect) (Gambar 4.) dengan panjang transek 50 m
dan frame ukuran 58x44 cm. Pengambilan data diambil pada setiap interval 1 meter
sehingga didapatkan total 50 data frame untuk setiap stasiun. Pengambilan data
karang dilakukan pada kedalaman 5-7 meter. Penentuan titik atau posisi transek
dilakukan secara langsung pada saat pengamatan (English et al, 1997).

13
Gambar 4. Ilustrasi pengambilan data tutupan karang dengan metode UPT (Giyanto
et al., 2014)

Dari hasil perhitungan komponen life-form terumbu karang ini ditentukan pada
status kondisi atau tingkat kerusakan terumbu karang dengan merata-ratakan
persentase komponen karang hidup (kategori) pada semua stasiun.

3. Pengukuran parameter oseanografi

Untuk menegetahui kondisi oseanografi perairan di sekitar perairan Pulau


Padamarang dilakukan pengukuran beberapa parameter secara langsung di lapangan
yaitu suhu, salinitas, kecerahan, dan kecepatan arus. Setiap parameter diukur pada
setiap lokasi pengambilan data menggunakan alat yang berbeda sesuai dengan
parameter yang akan diukur. Pengukuran suhu perairan menggunakan thermometer
dengan cara menyiapkan thermometer dan mengikatkan tali pada pangkal thermoter
tersebut. Kemudian thermoter tersebut dicelupkan ke dalam perairan dan tunggu
beberapa menit hingga angka di thermometer konstan selanjutnya angka yang tertera
pada thermoter dilihat dan dicatat hasilnya. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan
menggunakan secchi disk dan meteran, kemudian secchi disk diturunkan pada titik
yang telah ditentukan secara perlahan hingga secci disk tidak terlihat kemudian pada
ujung tali secchi disk diberi penanda selanjutnya secara perlahan tali secchi disk ditarik
ke atas hingga kembali terlihat jelas kemudian pada ujung tali diberikan penanda pada
ujungnya. Setelah itu Tarik secchi disk naik kepermukaan kemudian ukur panjang tali
yang telah di beri penanda. Kecepatan arus perairan diukur menggunakan layangan
arus dengan cara memasukkan layangan arus dengan panjang tali tertentu kedalam
perairan. Waktu yang dibutuhkan layangan arus untuk membentangkan tali
menggunakan stopwatch dan kemudian dicatat. Salinitas perairan diukur
menggunakan handrefractometer dengan cara sampel air laut diteteskan pada bagian
kaca handrefractometer. Kemudian dilihat menghadap sumbercahaya agar angka
dibagian kaca dapat terlihat. Garis yang melintang dibagian kaca indicator. Selanjutnya
catat angka yang tertera di dalamnya.

14
E. Analisis Data

Parameter yang dianalisis meliputi komposisi jenis (KJ) dan kelimpahan (K) ikan
karang, beserta indeks keanekaragaman (H’), ideks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C). Hasil dari penelitian ini akan diolah menggunakan Microsoft Excel
selanjutnya dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
digambarkan dalam bentuk diagram.

1. Komposisi jenis (KJ) (Odum, 1971)

𝑛𝑖
𝐾𝐽 = × 100
𝑁

Keterangan : KJ = komposisi jenis ke-i (%);


ni = jumlah individu jenis ke-i;
N = jumlah individu seluruh jenis.

2. Kelimpahan ikan karang

Kelimpahan adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang ditemukan
dalam luas daerah pengamatan. Kelimpahan total ikan karang dikelompokkan menurut
stasiun, kemudian disajikan dalam bentuk grafik
Menurut Odum (1971), kelimpahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:
∑𝑛𝑖
𝐾=
𝐴
Keterangan : K = Kelimpahan individu
ni = jumlah individu
A = luas total habitat yang disampling

3. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman (H’) menyatakan keadaan populasi organisme secara


matematis agar mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu. Indeks
keanekeragaman yang paling umum digunakan adalah indeks Shannon- Weiner
(Krebs, 1989) dengan persamaan:
𝐻 ′ = −Σ Ρ𝑖 𝑙𝑛 𝑃𝑖
𝑛𝑖
𝑃𝑖 =
N
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Weiner
ni = Jumlah individu suatu jenis
N = Total individu seluruh jenis

15
Kriteria indeks keanekaragaman yaitu sebagai berikut :
H’ ≤ 1 = Keanekaragaman rendah
1 < H’≤ 3 = Keanekaragaman sedang
H ’≥ 3 = Keanekaraman tinggi

4. Indeks Keseragaman

Indeks Keseragaman dihitung berdasarkan indeks Shannon-Wiener sebagai


berikut (Odum, 1971):
H′
E=
ln 𝑆
Keterangan: E = Indeks keseragaman,
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon,
S = Jumlah seluruh spesies
Indeks keseragaman merupakan suatu angka yang tidak memiliki satuan
dengan kisaran 0 – 1. Nilai tersebut menunjukkan jika semakin kecil nilai indeks
keanekaragaman, maka semakin kecil keseragaman suatu populasi, sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat spesies yang mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya,
semakin besar nilai indeks keseragaman yang berarti jumlah individu tiap spesies
boleh dikatakan sama atau tidak jauh berbeda menunjukkan tidak ada dominansi
spesies.

5. Indeks Dominansi

Indeks dominansi dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum, 1971):


𝑛𝑖 2
𝐶 = ∑( )
𝑁
Keterangan: C = Indeks dominansi;
ni = Jumlah seluruh individu spesies ke-i;
N = Jumlah seluruh individu dari seluruh spesies.
Nilai indeks dominansi berkisar 0 – 1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
semakin mendekati 1, maka ada organisme yang mendominasi ekosistem perairan,
sedangkan jika mendekati 0 maka tidak ada jenis organisme yang mendominasi
(Odum, 1971).

6. Persentase tutupan karang

Data tutupan karang diolah dengan menggunakan piranti lunak CPCe (Coral
Point Count with Excel extension) dengan menggunakan 30 titik acak untuk setiap

16
framenya. Indeks mortalitas karang dapat diketahui setelah didapatkan data tutupan
karang hidup dan tutupan karang mati.
Berdasarkan proses analisis foto yang dilakukan terhadap setiap frame foto
yang dilakukan, maka dapat diperoleh nilai persentase tutupan kategori untuk setiap
frame dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Giyanto et al., 2014) :
(jumlah titik kategori tersebut)
Persentase tutupan kategori = (banyaknya titik acak)
× 100%

Untuk mengetahui kategori presentase penutupan karang atau kondisi terumbu


karang, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Kategori kondisi
terumbu karang (Tabel 2.).

Table 2. Kriteria penentuan kondisi tutupan karang berdasarkan penutupan karang


hidup

Persentase Penutupan (%) Kondisi Kategori Terumbu Karang


0,0-24,9 Buruk
25,0-49,9 Sedang
50,0-74,9 Baik
75,0-100,0 Sangat Baik

7. Hubungan antara kelimpahan ikan karang dengan tutupan karang hidup


Untuk menganalisis hubungan antara kelimpahan ikan karang dengan tutupan
karang hidup dilakukan Korelasi Pearson dengan menggunakan software Microsoft
Excel. Korelasi ini digunakan untuk menyatakan hubungan antara dua buah variable
tanpa melihat atau memperhatikan variabel bebas dan variabel terikat.
Ukuran statistik yang digunakan untuk mengetahui keeratan dan arah
hubungan diantara dua variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi (r) yang
besarnya berada dalam nilai -1 sampai dengan +1. Bentuk dan besarnya hubungan
yang dinyatakan dengan memiliki nilai -1 ≤ r ≤ 1 yang dapat dikategorikan dengan
kriteria sebagai berikut :
- Jika r < 0 berarti hubungan X dan Y merupakan hubungan negative. Artinya jika X
naik maka Y turun. Sebaliknya, jika X turun maka Y naik.
- Jika r > 0 berarti hubungan X dan Y merupakan hubungan positif. Artinya, jika X
naik maka Y naik. Sebaliknya, jika X turun maka Y turun
- Jika r = 0 berarti hubungan X dan Y tidak ada hubungan. Artinya jika suatu variabel
berubah maka tidak akan mempengaruhi variabel lainnya.
- Jika r = -1 atau 1 berarti hubungan X dan Y terdapat hubungan negative atau positif
yang kuat sempurna.

17
Kriteria penilaian yang digunakan menurut Purwoto A (2007) adalah :
r=0 Tidak ada hubungan
0 < r < 0,6 Hubungan lemah
0,6 ≤ r ≤ 0,8 Hubungan sedang
0,8 ≤ r < 1 Hubungan kuat
r=1 Hubungan kuat sempurna

18
IV. HASIL

A. Komposisi Jenis Ikan Karang

Komposisi jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Pulau Padamarang


Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang, Kabupaten Kolaka disajikan pada
Tabel 3.

Table 3. Jumlah Famili Ikan Karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka
St. St. St. St.
Famili Spesies
1 2 3 4
Acanthuridae Acanthurus auranticavus + - - -
Acanthurus lineatus - - + -
Acanthurus nigrofuscus + + - +
Acanthurus thompsoni - - - +
Acanthurus tristis - - + -
Ctenochaetus striatus + + + -
Zebrasoma rostratum + - - -
Zebrasoma scopas + + + -
Apogonidae Apogon compressus + - + -
Cheilodepterus isostigmus - - - +
Caesionidae Caesio cuning - + - -
Caesio teres + - - +
Pterocaesio digramma - - + -
Chaetodontidae Celmon rostratus + + + +
Chaetodon kleinii + - + +
Chaetodon lunulatus + + + +
Chaetodon octofasciatus + + + +
Chaetodon punctatofasciatus - - + -
Chaetodon refflesii - + - -
Chaetodon triaangulum - + + -
Chaetodon vagabundus + - + -
Heniochus acuminatus - + - -
Heniochus chrysostomus + - + -
Heniochus varius + + + +
Haemulidae Plectorhinchus chaetodonoides + - + -
Plectorhinchus polytaenia - - + -
Holocentridae Myripristis hexagona - - - +
Labridae Cheilinus oxycephalus + - - -
Cheilinus fasciatus + + + +
Choerodon anchorago - + - +
Cirrhilabrus rubrimarginatus - - - +
Halichoeres hortulanus - - - +
Tabel 3. Lanjutan

St. St. St. St.


Famili Spesies
1 2 3 4
Halichoeres leucurus - - - +
Halichoeres chloropterus - - + +
Hemigymnus malapterus + + - -
Labroides dimidiatus - + + +
Oxycheilinus celebicus + - + +
Thalassoma lunare + + + +
Thalassoma lutescens - - - +
Lutjanidae Lutjanus button - - - +
Lutjanus carponotatus + + - +
Lutjanus decussatus + + - +
Mullidae Mulloidichothys flavolineatus - - + -
Parupeneus barberinus + - + -
Parupeneus bifasciatus - - + -
Nemipteridae Scaevius milii + - + -
Scolopsis bilineata - - - +
Scolopsis ciliata - - - +
Scolopsis margaritifer + + + -
Pomacantidae Chaetodontoplus mesoleucus - + - +
Pomacanthus sexstriatus - - + -
Pomacentridae Acanthochromis polyacanthus + - - +
Amblyglyphidodon aureus + - + +
Amblyglyphidodon curacao + + + +
Amblyglyphidodon leucogaster + + + +
Amphiprion ocellaris - + + +
Amphiprion perideraion - + - -
Amphiprion sandaricinos - - - +
Chromis agilis + - - -
Chromis amboinensis - - + +
Chromis margaritifer + - + +
Chromis retrofasciatus + - - -
Chromis weberi - - + -
Chrysiptera hemicyanae + + + +
Chrysiptera oxycephala - - - +
Chrysiptera rex + - - -
Chrysiptera springeri - - - +
Chrysiptera unimaculata - - + -
Dascyllus melanurus - - - +
Dascyllus reticulatus - + - -
Dascyllus trimaculatus - - - +
Dischistodus melanotus - + + +
Dischistodus perpicillatus + - + -
Dischistodus prosopotaenia + - + +
Neoglyphidodon nigroris - + + -

20
Tabel 3. Lanjutan

St. St. St. St.


Famili Spesies
1 2 3 4
Pomacentrus alexanderae + - - -
Pomacentrus auriventis - + - -
Pomacentrus moluccensis - - - +
Pomacentrus nigromanus - - + -
Pomacentrus smithi - - - +
Premnas biaculeatus - + - -
Scaridae Chlorurus bleekeri + + + +
Chlorurus bowersi - - + -
Chlorurus microrhinos - - + -
Chlorurus sordidus - - + -
Scarus dimidiatus + - + -
Scarus flavipectoralis + - + -
Scarus ghobban + + + +
Scarus rivulatus + + + +
Scarus tricolor - - + -
Serranidae Cephalopholis microprion + + - +
Ephinepelus merra - - - +
Epinephelus bontoides + - - -
Siganidae Siganus magnificus - + - -
Siganus virgatus + + + -
Siganus vulpinus + + + +
Tetraodontidae Canthigaster papua + - + -
Canthigaster solandri + - - +
Zanclidae Zanclus cornutus + + + -
17 99 49 38 55 50
Keterangan: (+) Ditemukan, (-) Tidak ditemukan

21
B. Kelimpahan Ikan Karang

Kelimpahan ikan karang (idv/ha) yang ditemukan di perairan Pulau


Padamarang, TWAL Kep. Padamarang, Kab. Kolaka disajikan dalam Gambar 5.

10026.67
8360
7280

5506.67

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 STASIUN 4

Gambar 5. Grafik Kelimpahn Ikan Karang di Perairan Pulau Padamarang

C. Kelimpahan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya

Kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya yang ditemukan pada di


perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep. Padamarang, Kab. Kolaka disajikan pada
Gambar 6.

Target Indikator Mayor


8746.67
6866.67
5626.67

4186.67

973.33
1240

826.67

693.33
493.33
413.33

306.67
800

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 STASIUN 4

Gambar 6. Grafik kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya

22
D. Indeks Ekologi

Indeks ekologi yang diamati meliputi indeks keanekaragaman (H’), indeks


keseragaman (E), dan indeks dominansi (C. Nilai indeks ekologi ikan karang di
perairan Pulau Padamarang Taman Wisata Alam Laut Kep. Padamarang dapat dapat
dilihat pada Tabel 4.

Table 4. Indeks ekologi ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka
Indeks Ekologi Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Indeks Keanekaragaman (H’) 3,13 2,99 3,35 3,25

Indeks Keseragaman (E) 0,80 0,82 0,84 0,83

Indeks Dominansi (C) 0,08 0,07 0,06 0,06

Jumlah Spesies (S) 49 38 55 50

E. Kondisi Tutupan Karang

Persentase tutupan karang daerah pengamatan dengan metode CPCe terdiri


atas Coral (C), Non-Coral (NC), Dead Coral (DC), Other Biota (Other), Algae (Algae),
Abiotik (Abiotik), dan Tape Wand Shadow (TWS). Persentase tutupan karang hidup
dan mati dapat dilihat pada Tabel 5.

Table 5. Persentase Tutupan Karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.


Padamarang, Kab. Kolaka
Persentase Tutupan Substrat (%)
Kategori
Stasiun 1 Stasiun 2 Satsiun 3 Stasiun 4

Coral (c) 24,8 13,2 34,47 42,47

Non-coral (nc) 0,13 0,07 0,07 0,27

Dead coral (dc) 6,4 6,27 31,47 12,87


Other biota (other) 2,47 1,87 5,53 0,2

Algae (algae) 0,47 26 0,8 15,07

Abiotik (abiotik) 63,47 49,73 23,8 27,53

Tape, wand, shadow (tws) 2,27 2,87 3,87 1,6

23
F. Hubungan Kelimpahan Ikan dan Tutupan Karang Hidup

Adapun hasil korelasi kelimpahan ikankarang dengan presentase tutupan


karang hidup disajikan pada Gambar 7.

800
y = 11.205x + 262.52
R² = 0.9885
700
KELIMPAHAN IKAN KARANG (Y)

600

500

400

300

200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP (X)

Gambar 7. Korelasi kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup

G. Parameter Oseanografi

Nilai dari hasil pengukuran parameter kualitas perairan yang dilakukan pada
setiap stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 6.

Table 6. Nilai parameter oseanografi di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.


Padamarang, Kab. Kolaka
Parameter
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
Oceanografi
Suhu (°C)
31 29 28 29
Salinitas (‰)
31 31 30 32
Kec. Arus (m/s)
0.04 0.11 0.23 0.28
Kecerahan (m)
15 15 15 15

24
V. PEMBAHASAN

A. Komposisi Jenis Ikan Karang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perairan Pulau


Padamarang didapatkan 17 famili yang termasuk dalam 44 genus dan 99 spesies ikan
karang dengan jumlah sebanyak 2338 individu (Tabel 2).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah famili dan spesies ikan karang
yang ditemukan cukup bervariasi antar setiap satasiun pengamatan, hal ini disebabkan
karena kondisi tutupan karang dan substrat dasar yang ada di Pulau Padamarang
berbeda sehingga diyakini berpengaruh terhadap kelimpahan dan keanekaragaman
ikan karang. Nybakken (1993) mengatakan bahwa salah satu penyebab tingginya
keanekaragaman spesies di terumbu karang adalah variasi habitatnya kerena terumbu
karang tidak hanya terdiri dari karang saja namun juga terdapat daerah berpasir,
berbatu dan bentuk dasar yang beranekaragam.
Famili ikan yang dominan berasal dari famili Pomacentridae dengan jumlah
ikan sebanyak 995 ind/750 m2 sedangkan family ikan yang paling sedikit ditemukan
bersal dari famili Holocentridae dengan jumlah ikan sebanyak 3 ind/750 m2. Famili ikan
terbanyak ditemukan pada stasiun 1 dengan jumlah 16 famili, 49 spesies sedangkan
famili yang paling sedikit ditemukan pada stasiun 2 dengan jumlah 13 famili, 38
spesies. Pada stasiun 3 ditemukan 15 famili, 55 spesies dan 4 ditemukan juga 15
famili, 50 spesies (Tabel 2).

B. Kelimpahan Ikan Karang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan ikan karang disetiap stasiun


memiliki nilai relatif berbeda. Kelimpahan ikan karang di perairan Pulau Padamarang
tertinggi ditemukan pada stasiun 4 dengan jumlah individu ikan sebanyak 752 ind/750
m2 (10.026,67 ind/ha) sedangkan jumlah ikan yang paling sedikit ditemukan pada
stasiun 2 dengan jumlah individu sebanyak 413 ind/750 m2 (5506,67 ind/ha). Pada
stasiun 1 ditemukan jumlah ikan sebanyak 546 ind/750 m2 (7280 ind/ha) dan stasiun 3
sebanyak 627 ind/750 m2 (8360 ind/ha).
Perbedaan nilai kelimpahan ikan ini disebabkan oleh kondisi terumbu karang
yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan sumber makanan. Hal ini
sesuai dengan persentase tutupan karang yang terdapat di perairan Pulau
Padamarang dimana pada stasiun 4 memilki persentase terumbu karang yang tertinggi
dengan rata-rata 42,47 %, yang termasuk dalam kategori sedang, sedangkan pada
stasiun 2 memiliki persentase tutupan karang yang paling rendah dengan rata-rata
13,20 %.
Kelimpahan ikan tertinggi berasal dari famili Pomacentridae sebanyak
13.266,67 ind/ha. Famili Pomacentridae merupakan jenis ikan penetap (resident
spesies) yang memiliki tingkah laku jarang pergi jauh dari sumber makanan dan tempat
berlindung (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

C. Kelimpahan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya (Ikan Target, Ikan Indikator,


dan Ikan Mayor)
Peranan ikan karang dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu ikan
target, ikan indikator, dan ikan mayor. Ikan target yang bernilai ekonomis ditemukan
sebanyak 30 spesies dari 8 famili sedangkan ikan indikator ditemukan 11 spesies dari
1 famili dan ikan mayor sebanyak 58 spesies dari 9 famili.
Kelimpahan ikan target tertinggi ditemukan pada stasiun 1 yaitu sebesar 1.240
ind/ha sedangkan kelimpahan ikan target terendah ditemukan pada stasiun 3 yaitu
sebesar 800 ind/ha. Stasiun 2 memiliki kelimpahan ikan target sebesar 826,67 ind/ha
dan stasiun 4 memiliki kelimpahan sebesar 973,33 ind/ha. Apabila dilihat dari
komposisi jenis dan keanekaragaman kelompok ikan target tersebut menunjukkan
bahwa jumlah kelompok ikan target di Pulau Padamarang sama dengan hasil
penelitian Adrim et al., (2012) di perairan Kendari Sulawesi Tenggara dengan jumlah
30 spesies. Tinggi rendahnya kelimpahan kelompok ikan target dapat disebabkan oleh
variasi habitat dan aktifitas penangkapan, kekayaan jenis (species richness) ikan target
dari kelompok pemangsa ikan-ikan kecil (piscivores) seperti : Serranidae, Lutjanidae,
Lethrinidae, dan Carangidae menjadi rendah akibat aktifitas penangkapan intensif.
Kelimpahan ikan indikator tertinggi ditemukan pada stasiun 3 yaitu sebesar
693,33 ind/ha. Sedangkan kelimpahan ikan indikator terendah pada stasiun 4 yaitu
306,67 ind/ha. Stasiun 1 mempunyai kelimpahan ikan indikator sebanyak 413,33 dan
satsiun 2 sebanyak 493,33 ind/ha. Tingginya tutupan karang hidup erat kaitannya
dengan kelompok ikan indikator yaitu jenis ikan dari famili Chaetodontidae. Para ahli
sepakat dalam menempatkan ikan dari famili Chaetodontidae atau biasa disebut kepe-
kepe sebagai “spesies indicator” kondisi terumbu karang, karena ikan ini penghuni
terumbu karang sejati (Suryanti et al., 2011). Tingginya jumlah individu ikan
Chaetodontidae pada suatu perairan dapat mencerminkan bahwa kondisi suatu
terumbu karang berada dalam keadaan baik, yang diidentifikasikan pula dengan
tingginya tutupan karang hidup. Meningkatnya jumlah ikan akan berpengaruh terhadap
kepadatan dan persaingan dalam memperoleh makanan dan tempat tinggal pada
daerah terumbu karang (Suryanti et al., 2011).

26
Kelimpahan ikan mayor tertinggi didapatkan pada stasiun 4 yaitu sebesar
8.746,67 ind/ha. Sedangkan untuk kelimpahan ikan mayor terendah terdapat pada
stasiun 2 dengan jumlah 4.186,67 ind/ha. Pada stasiun 1 sebanyak 5.626,67 ind/ha
dan stasiun 3 sebanyak 6.866,67 ind/ha. Dari semua stasiun, jenis ikan yang
mendominasi dari kategori ikan mayor adalah ikan dari famili ikan Pomacentridae.
Romimoharto dan Juwana (2005) menyatakan ikan jenis Pomacentridae merupakan
ikan dengan kelimpahan terbanyak dan merupakan ikan penetap (resident species)
yang memiliki tingkah laku territorial dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan
dan tempat berlindung. Selain itu, ikan dari famili Pomacentridae termasuk dalam ikan
mayor utama yang jumlahnya banyak ditemukan dalam ekosistem terumbu karang.

D. Indeks Ekologi
Indeks keanekaragaman ikan karang merupakan parameter untuk mengukur besar
kecilnya keanekaragaman suatu jenis dalam suatu lokasi. Indeks keanekaragaman (H’)
ikan karang yang didapatkan pada setiap stasiun penelitian berkisar 2,99-3,35. Sesuai
dengan Odum (1993) termasuk dalam kategori indeks keanekaragaman tinggi.
Menurut Nybakken (1993), keanekaragaman tinggi menandakan lingkungan yang
nyaman dan stabil sedangkan nilai keanekaragaman yang rendah menandakan
lingkungan yang menyesakkan dan berubah-ubah.
Indeks keseragaman menggambarkan sebaran jumlah individu masing-masing
jenis yang diperoleh secara seragam atau tidak. Nilai indeks keseragaman dari hasil
analisa data berkisar 0,80-0,84. Sesuai dengan Krebs (1989) termasuk dalam kategori
komunitas stabil. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan lebih merata
pada setiap stasiunnya karena tidak terdapat spesies yang lebih dominan. Odum
(1993) menyatakan bahwa makin besar nilai keseragaman menunjukkan keragaman
spesies yang tinggi.
Indeks dominansi dari hasil pengolahan data berkisar 0,06-0,08. Menurut Odum
(1993), jika nilai indeks dominansi dibawah 0,5 menunjukkan dominansi yang rendah
sehingga disimpulkan bahwa dominansi ikan karang yang berada di perairan Pulau
Padamarang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa kelimpahan
ikan tidak didominasi oleh beberapa spesies sehingga sulit untuk diamati karena ikan
tersebar secara merata.

E. Persentase Tutupan Karang

Pada stasiun 1 persentase tutupan karang hidup yaitu 24,8%, sedangkan untuk
tutupan karang mati 6,4%. Pada Stasiun 2 persentase tutupan karang hidup yaitu
13,2%, sedangkan untuk karang mati yaitu 6,27%. Pada stasiun 3 persentase karang

27
hidup yaitu 34,47%, sedagkan persentase tutupan karang mati yaitu 31,47%. Pada
Stasiun 4 persentase tutupan karang hidup yaitu 42,47%, sedangkan untuk tutupan
karang mati yaitu 12,87%.

F. Hubungan Kelimpahan Ikan Karang dan Tutupan Karang Hidup


Hubungan antara kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang
hidup dengan menggunakan analisis korelasi didapatkan nilai korelasi hasil olahan
adalah r > 0 yaitu 0,9885. Ini berarti hubungan antara kelimpahan ikan karang dan
persentase tutupan karang hidup mempunyai hubungan positif artinya kenaikan
persentase tutupan karang hidup akan menaikkan kelimpahan ikan karang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Muniaha (2017), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur komunitas dan kelimpahan ikan di suatu komunitas terumbu karang antara lain
tinggi rendanya persentase tutupan karang hidup dan zona habitat.

G. Parameter Oseanografi
Suhu merupakan faktor terpenting bagi suatu ekosistem khususnya ekosistem
terumbu karang. Suhu perairan di derah pengamatan berkisar antara 28-31oC. Nilai ini
merupakan kisaran normal yang dibutuhkan oleh ikan penghuni terumbu karang.
Anwar et al., (1984) mengatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk kelangsungan
hidup ikan adalah antara 25-320C. Kisaran suhu ini pada umumnya ditemukan pada
daerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan kisaran salinitas disetiap stasiun yaitu 30-32‰.
Nilai salinitas ini masih termasuk dalam kategori normal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nybakken (1993) bahwa salinitas normal perairan laut umumnya berkisar
antara 30-35‰.
Arus sangat berperan dalam sirkulasi air, selain membawa bahan terlarut dan
tersuspensi, Arus juga mempengaruhi jumlah kelarutan oksigen dalam air.
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa kecepatan arus berkisar antara 0,04-
0,28 m/s.
Nilai kecerahan yang didapatkan di perairan Pulau Padamarang pada semua
stasiun yaitu 15 meter. kondisi ini disebabkan karena kondisi substrat dan fisik perairan
yang hampir sama dimana pada stasiun pengamatan tertidiri dari substrat berbatu dan
sedikit berpasir.

28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa:
1. Komposisi jenis ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka, terdiri dari 17 famili yang meliputi Acanthuridae,
Apogonidae, Caesionidae, Chaetodontidae, Haemulidae, Holocentridae,
Labridae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Pomacantidae, Pomacentridae,
Scaridae, Serranidae, Siganidae, Tetraodontidae, dan Zanclidae.
2. Kelimpahan ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka, tertinggi ditemukan pada stasiun 4 yaitu sebesar
10026,67 ind/ha sedangkan kelimpahan ikan terendah ditemukan pada stasiun
2 yaitu sebesar 5506,67 ind/ha.
3. Kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya di perairan Pulau
Padamarang, TWAL Kep. Padamarang, Kab. Kolaka, terdiri dari ikan sebanyak
30 spesies dari 8 famili, ikan indikator ditemukan 11 spesies dari 1 famili, dan
ikan mayor sebanyak 58 spesies dari 9 famili.
4. Indeks ekologi ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka, ditemukan Indeks keanekaragaman tergolong
tinggi, indeks keseragaman komunitas stabil, dan indeks dominansi rendah.
5. Hubungan antara kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang
hidup mempunyai hubungan positif artinya semakin banyak ikan maka kondisi
tutupan karangnya juga bagus.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut di daerah tersebut untuk mencakup
data tentang Kawasan Konservasi TWAL Kep. Padamarang sebab informasi tentang
kawasan ini masih sangat kurang. Sosialisasi mengenai kawasaan konservasi perlu
diintensifkan agar pemahaman dan kesadaran masyarakat lebih meningkat serta
penyebaran informasi yang lebih luas, sehingga fungsi dan peruntukan zonasi yang
telah ditetapkan di TWAL Kep. Padamarang bisa berjalan sesuai yang diharapkan.
Agar kelesatarian ikan karang di perairan Taman Wisata Alam Laut Kep. Padamarang
dapat terjaga, perlu adanya pengawasan yang ketat terkait larangan penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M. 1983. Keanekaragaman jenis ikan hias di perairan karang Pulau Sirebut,
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta.

Allen, G. R. 1997. Marine Fishes of Tropical Australia and South East Asia.A
FieldGuide for Angler and Diver.Western Australia Museum.

Allen, G., Steene, R., Humann, P. dan DeLoach, N., 2005. Reef Fish Identication:
Tropical Pasic. 1st ed. Jacksonville, California: New World Publication.

Anwar, J., A.J, Whitten, S.J. Damanik & N, Hisyam. 1984. Ekologi ekosistem
Sumatera. Yogykarta: Gadjah Mada University Press.

Aziz, A.W. 2004. Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang Famili
Pomacentridae dan Labridae pada Daerah Rataan Terumbu (Reef Flat) di
Perairan Pulau Barrang Lompo.Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasunuddin, Makassar.

Baker VJ, Moran PJ, Mundy CN, Reichelt RE, Speare PJ. 1991. A guide to the reef
ecology database. The Crown-of-Thorns Study. Australia Institute of Marine
Science: Townsville. 48pp.

Bouchon-Navaro,Y., C. Bouchon, M. Louis and P. Legendre, 2005.Biogeographic


patterns of coastal fish assemblages in the West Indies. Journal of
Experimental Marine Biology and Ecology, 315: 31–47.

Chabanet, P., H Ralambondrainy, M Amanieu, G Faure, and R Gaizin. 1997.


Relationship between coral reef substrat and fish. Coral Reef (16) : P.93-102.

Chou, L. M., 1984. A Review Reef Survey and Management Methods in Singapore.
Department of Zoology, Singapore.

Dahuri, R., Kusumastanto, T. dan Hartanto, A., 2009. Enchancing Sustainable Ocean
Development: An Indonesian Experiences. Jakarta: Center for Coastal and
Marine Resource Studies Bogor Agricultur University.

English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V., 1997, Survey Manual For Tropical Marine
Resource, Australian Institute of Marine Science, Townsvile.

Giyanto, Manuputty, A. E., Abrar, M. Dan Siringoringo, R. M., 2014. Monitoring


Terumbu Karang. In: Panduan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang. Jakarta:
COREMAP CTI LIPI.

Husain, A. A. dan Arniati, 1996. Studi dan evaluasi tingkat keanekaragaman ikan
terumbu karang di perairan Pulau Samalona. Laporan Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.

Kaandorp JA. 1999. Morphological Analysis of Growth Forms of Branching Marine


Sessile Organisms Along Environmental Gradients. Mar Biol 134:295–306.

Krebs, C.J. 1989. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and Abundance.
Ed. New York: Harper and Row Publishers.

Manuputty, A.E, 2012, Ekosistem Pesisir Perairan Pangkajene Kepulauan Provinsi


Sulawesi Selatan. Pusat Penelitian Oceanografi LIPI, Jakarta

30
Manuputty, A. E. W. dan Winardi, 2007. Monitoring Ekologi Biak. COREMAP II–LIPI,
Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Kepmen LH No. 4 Tahun 2001 tentang
kriteria baku kerusakan terumbu karang.

Meyer, J.L., E.T. Schultz dan G.S. Hefman, 1983. Fish schools : an asset to corals.
Science, 220: 1047-1049.

Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Depdikbud. Jakarta. 138 hal.

[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2001. Oil Spills in Coral
Reefs. Planning dan responsen Considerations.

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,
Jakarta.

Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi. Cetakan ke-3. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

Russell, B. C., F. H. Talbot, G. R. V. Anderson and B. Goldman, 1978. Collection and


sampling of reef fishes. In: D. R. Stoddart and R. E. Johannes (eds.) Coral
Reefs: Research Methods. UNESCO, Paris. Pp. 329–345.

Sale, P.F. 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reef.Academic Press, California,
USA.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung

Suharti SR. 2005. Ekologi Ikan Karang. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Supriharyono., 2000. Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam diwilayah pesisir
tropis, P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suraji, N. Rasyid, A. S. Kenyo H, A. R. Jannah, D. R. Wulandari, M. Saefuddin, M.


Ashari, R. Widiastutik, T. Kuhaja, E. Juliyanto, Y. A. Afandi, B. Wiyono, H.
Syafrie, S. N. Handayani dan Taufik WWF. 2015. Profil Kawasan Konservasi
Provinsi Sulawesi Tenggara. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan.
Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementrian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta

Terangi, 2004. Panduan Dasar Untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual
Indonesia.Indonesia Coral Reef Foundation. Jakarta

Thresher, R., 1984.Reproduction in Reef Fishes.T.F.H. Publications, Neptune City, NJ.

Veron JEN. 1986. Coral of Australia dan the Pacific. University of Hawaii Press.
Honolulu. 644 p.

31

Anda mungkin juga menyukai