HASIL PENELITIAN
MUHAMMAD IQBAL
L211 13 304
i
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU
PADAMARANG, TAMAN WISATA ALAM LAUT KEPULAUAN
PADAMARANG KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA
MUHAMMAD IQBAL
L211 13 304
SKRIPSI
Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
i
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau
Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara
Mengetahui,
Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si Dr. Ir. Budiman Yunus, MS
NIP. 1967 0308 199003 1001 NIP. 1960 0614 198601 1001
Tanggal Lulus :
ii
PERNYATAAN BEBES PLAGIASI
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan
Pulau Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara”
Ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber acuan serta daftar pustuka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2007).
Makassar,
Muhammad Iqbal
L211 13 304
iii
PERNYATAAN AUTHORSHIP
Menyatakan bahwa publikasi sebagian atau keseluruhan isi Skripsi pada jurnal
atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai
author dan Universitas Hasanuddin sebagai institusinya. Apabila dalam waktu
sekurang-kurangnya dua semester (satu tahun sejak pengesahan Skripsi) saya
tidak melakukan publikasi dari sebagaian atau keseluruhan Skripsi ini, maka
pembimbing sebagai salah seorang dari penulis berhak mempublikasikannya
pada jurnal ilmiah yang ditentukan kemudian, sepanjang nama ahasiswa tetap
diikutkan.
Makassar,
Mengetahui, Penulis,
iv
ABSTRAK
MUHAMMAD IQBAL. L211 13 304. “Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau
Padamarang, Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara” dibimbing oleh JOEHARNANI TRESNATI sebagai Pembimbing
Utama dan SUWARNI sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan ikan karang
berdasarkan peranannya (kelompok ikan target, ikan indicator, dan ikan mayor), dan
indeks ekologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan
indeks dominansi di perairan Pulau Padamarang Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumber informasi data
inventarisasi jenis ikan karang dan dapat digunakan dalam penyusunan rencana
pengelolaan ikan karang di perairan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan
Padamarang, Kabupaten Kolaka. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau
Padamarang Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Padamarang, Kecamatan
Wundulako, Kabupaten Kolaka pada bulan April sampai Mei 2019. Pengambilan
sampel di Pulau Padamarang dilakukan pada 4 sisi pulau berdasarkan arah mata
angin yang terdapat terumbu karang. Komposisi jenis ikan karang terdiri dari 17 famili
yang meliputi Acanthuridae, Apogonidae, Caesionidae, Chaetodontidae, Haemulidae,
Holocentridae, Labridae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Pomacantidae,
Pomacentridae, Scaridae, Serranidae, Siganidae, Tetraodontidae, dan Zanclidae.
Kelimpahan ikan karang tertinggi ditemukan pada stasiun 4 yaitu sebesar 10026,67
ind/ha sedangkan kelimpahan ikan terendah ditemukan pada stasiun 2 yaitu sebesar
5506,67 ind/ha. Kelimpahan ikan karang berdasarkan peranannya terdiri dari ikan
sebanyak 30 spesies dari 8 famili, ikan indikator ditemukan 11 spesies dari 1 famili,
dan ikan mayor sebanyak 58 spesies dari 9 famili. Indeks ekologi ikan karang
ditemukan Indeks keanekaragaman tergolong tinggi, indeks keseragaman komunitas
stabil, dan indeks dominansi rendah. Hubungan antara kelimpahan ikan karang
dengan persentase tutupan karang hidup mempunyai hubungan positif artinya semakin
banyak ikan maka kondisi tutupan karangnya juga bagus.
Kata kunci :
v
ABSTRACT
Keywords:
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis
Morfometrik Gurita Batu Octopus cyanea Gray, 1849 yang Didaratkan di Pulau
Bonetambung, Kota Makassar dan Pulau Burung Lohe, Kabupaten Sinjai”. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan April hingga Mei 2019 dan
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat besar penulis sampaikan
kepada yang terhormat Ibu Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA., sebagai
Pembimbing Ketua dan Ir. Suwarni, M.Si, sebagai Pembimbing Anggota serta Bapak
Dr. Ir. Budiman Yunus, MS., Bapak Moh. Tauhid, S.Pi, MP dan Ibu Dwi Fajriyati Inaku,
S. Kel., M.Si, sebagai para penguji yang telah banyak memberikan saran, pengarahan
dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
Kepada dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. Ir. Muhammad Arifin Dahlan,
MS, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang khusus atas dorongan dan
semangat yang diberikan pada saat melakukan bimbingan. Kasih saying dan doa tulus
ibunda Megawati. SM dan Junedi yang senantiasa mengiringi langkah penulis, semoga
dibalas oleh Allah SWT.
vii
Penulis menyadari adanya ketidak sempurnaan dalam skripsi ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih bagi ilmu pengetahuan serta bermanfaat untuk berbagai pihak
wassalam
Makassar,
Muhammad Iqbal
viii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................. 2
V. PEMBAHASAN ................................................................................................... 25
A. Komposisi Jenis Ikan Karang ........................................................................ 25
B. Kelimpahan Ikan Karang ............................................................................ 25
C. Kelimpahan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya (Ikan Target, Ikan
Indikator, dan Ikan Mayor) .......................................................................... 26
D. Indeks Ekologi ............................................................................................ 27
E. Persentase Tutupan Karang ...................................................................... 27
F. Hubungan Kelimpahan Ikan Karang dan Tutupan Karang Hidup ............... 28
G. Parameter Oseanografi .............................................................................. 28
ix
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 29
A. Kesimpulan ................................................................................................ 29
B. Saran ......................................................................................................... 29
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
3. Cara melakukan sensus visual ikan karang (English et al., 1994) ..................... 13
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting
karena menjadi sumber kehidupan bagi beranekaragam biota laut. Terumbu karang
mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan,
daerah asuhan bagi biota laut, sebagai sumber plasma nutfah, serta sebagai pelindung
pantai dari degradasi dan abrasi. Terumbu karang merupakan habitat bagi lebih dari
300 jenis karang, 200 jenis ikan, dan berbagai macam invertebrata lain seperti
moluska, crustacea, spons, alga, dan biota lainnya (Dahuri et al., 2009). Masing-
masing komponen dalam komunitas tersebut saling tergantung satu sama lain,
sehingga membentuk suatu ekosistem yang lengkap.
Komunitas ikan karang merupakan bagian yang penting dalam menjaga
keseimbangan dengan berbagai komponen penyusun ekosistem terumbu karang.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ikan karang dipengaruhi
oleh kondisi terumbu karang, dimana pada daerah yang terlindung (leeward) dan
daerah terbuka (windward) biasanya terdapat terumbu karang yang mempunyai
struktur morfologi yang berbeda. Allen et al., (2005) menyatakan bahwa dari perkiraan
12.000 spesies ikan laut dunia, kurang lebih 7.000 spesies (58,3%) merupakan ikan
yang hidup di daerah terumbu karang, tetapi tidak semua ikan tersebut hidup dalam
satu habitat yang sama. Mereka tersebar di beberapa bagian menurut kesukaan
mereka tehadap habitat (Nybakken, 1992).
Pulau Padamarang merupakan salah satu dari beberapa pulau yang masuk
dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Padamarang yang status
pengelolaannya dibawah pengawasan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi
Tenggara. Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Kepulauan Padmarang merupakan salah
satu kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara yang
penetapannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 94/Kpts-II/2003. Suraji et al.,
(2015) menyatakan permasalahan pokok yang dihadapi pada Kawasan Taman Wisata
Alam Laut Kep. Padamarang berupa penangkapan ikan dengan bahan peledak dan
racun, pengambilan terumbu karang, serta pemanfaatan biota laut langka. Penurunan
kondisi terumbu karang baik oleh faktor alam maupun antropogenik juga dengan
sendirinya akan mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang dalam
suatu daerah terumbu karang. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk
melihat kondisi terkini mengenai struktur komunitas ikan karang di perairan Pulau
Padamarang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
B. Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang
sebagai habitatnya. Ikan karang merupakan jenis ikan yang umumnya menetap atau
relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif mudah dijangkau.
Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang hidup, karang mati,
pecahan karang, dan karang lunak (Suharti 2005). Sebagian kelompok ikan berlindung
dan menjelajah di terumbu karang yang termasuk di dalamnya adalah ikan butana
(herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan kakap dan ikan kerapu (Adrim 1983).
Keanekaragaman ikan karang ditandai dengan keanekaragaman jenis. Salah
satu penyebab tingginya keragaman jenis di terumbu adalah akibat bervariasinya
habitat yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: sifat substrat yang
kompleks, ketersediaan makanan, kualitas perairan, arus, gelombang, ketersediaan
tempat untuk bersembunyi, penutupan karang, dan lain-lain (Bouchon-Navaro et al.,
2005).
Allen et al., (2005) mengemukakan bahwa ikan karang adalah kelompok taksa
ikan yang kehidupannya berasosiasi dengan lingkungan ekosistem terumbu karang.
Sebanyak 113 famili ikan merupakan penghuni karang dan sebagian besar berasal
dari ordo Perciformes. Sepuluh besar famili utama dari ikan karang tersebut adalah
Gobiidae, Labridae, Pomacentridae, Apogonidae, Bleniidae, Serranidae, Murraenidae,
Syngnathidae, Chaetodontidae, dan Lutjanidae.
Berdasarkan peranannya ikan karang dikelompokkan menjadi 3 kategori
(Terangi, 2004) antara lain :
1. Ikan target: ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih, dikenal
juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti ikan dari famili
Acanthuridae, Haemulidae, Kyphosidae, Labridae (Cheilinus, Choreodon,
Himigymnus), Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Serranidae dan Siganidae.
2. Ikan indikator: sebagai ikan penentu yang erat hubungannya dengan kesuburan
terumbu karang yaitu ikan dari famili Chaetodontidae.
3. Ikan mayor: ikan ini umumnya ditemukan dalam jumlah banyak dan kebanyak
dijadikan sebagai ikan hias air laut seperti dari famili Apogonidae, Labridae,
Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae dan Pomacanthidae.
Berdasarkan periode aktif mencari makan ikan karang dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok (Terangi, 2004) antara lain:
4
1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku
Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae,
Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) dan beberapa dari
suku dari Mullidae (goatfishes), dll.
2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labridae
(Wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae
(Parrotfishes), Acanthuridae (Surgeonfishes), Bleniidae (Blennies), Balistidae
(triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae
(Boxfishes), Tetraodontidae, Canthigasteridae dan Mullidae (Goatfishes)
3. Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae
(Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes),
Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae, Spyrnidae (Sharks), dan
Muraenidae (Eels).
Ikan karang menempati ekosistem yang sangat kompleks, terdiri dari banyak
mikrohabitat. Secara umum ikan karang berinteraksi baik dengan lingkungannya. Tiap
spesies menggambarkan habitat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya dan oleh
beberapa faktor, termasuk makanan dan perlindungan yang sesuai dan berbagai
parameter fisika, seperti kedalaman air, kejernihan air, arus dan gelombang. Jumlah
spesies sangat banyak ditemukan pada terumbu karang adalah gambaran dari
banyaknya mikrohabitat pada lingkungan ini (Allen, 1997).
Ikan karang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian habitatnya.
Ikan karang dapat berpindah-pindah untuk memilih habitat dengan keadaan yang lebih
sesuai untuk kehidupannya. Kehadiran atau ketidakhadiran jenis-jenis tertentu di suatu
area terumbu karang merupakan petunjuk akurat mengenai kondisi kesehatan
ekosistem tersebut (Giyanto, et al., 2014).
Terumbu menyediakan bentuk dan ukuran ruangan (shelter) bagi ikan yang
sangat beragam. Kebanyakan ikan aktif pada siang hari (diurnal) dan yang lainnya aktif
pada saat malam hari. Dengan sendirinya seluruh ikan akan kembali ke naungannya
dalam kurun waktu tertentu dalam 24 jam selama istirahat dan faktor ini saja sangat
berpengaruh terhadap asosiasi yang erat antara ikan dan struktur lingkungannya
(terumbu karang) (Meyer et al., 1983).
Terumbu karang merupakan lingkungan yang tidak berkesinambungan
(patchy). Pada skala ratusan kilometer, terumbu tersebar di seluruh lautan tropis. Pada
skala yang lebih kecil, terumbu menyediakan zona habitat yang berbeda-beda baik
5
fisik maupun ciri-ciri lain. Pada zona-zona tersebut dalam skala meter terdapat bentuk-
bentuk fisik yang berbeda-beda karena perbedaan morfologi karang yang berbeda
spesies dan kombinasi antara koloni karang dengan pecahan karang (rubble), pasir
dan lapangan substrat batu kapur (limestone).
Russell et al. (1978) menyatakan bahwa distribusi ruang (spatial distribution)
berbagai spesies ikan karang bervariasi menurut kondisi dasar perairan. Perbedaan
habitat terumbu karang menyebabkan pula adanya perbedaan populasi ikan. Tiap
populasi ikan masing-masing mempunyai kesukaan (preferensi) terhadap habitat
tertentu, sehingga masing-masing populasi ikan menghuni wilayah yang berbeda.
Dalam ekosistem terumbu karang, famili dari ikan Pomacentridae dan Labridae
adalah famili yang lebih mendominasi dari famili ikan karang lainnya. Namun banyak
dan sedikitnya ikan karang mempunyai kontribusi masing-masing dalam suatu
ekosistem. Kelimpahan ikan karang yang banyak tidak begitu saja terjadi, namun juga
mempunyai tempat di daerah terumbu karang sesuai dengan kelompoknya masing-
masing. Alasan yang sering menjadi atau yang mempengaruhi kelimpahan ikan karang
yaitu kondisi kompleksitas dan keragaman ekosistem di areal terumbu karang (Sale,
1991).
Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut
lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang
merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang
karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain
penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk
kelompok hewan dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Hewan karang ini masuk ke
dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia (Baker et al., 1991).
Terumbu karang merupakan komunitas organisme yang hidup di dasar perairan
dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya
gelombang laut. Organisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah hewan-
hewan karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya
juga mengandung kapur (Supriharyono, 2000). Kalsium karbonat rangka dan sedimen
terhimpun sampai beberapa centimeter setiap tahun, di atas beribu-ribu tahun untuk
membentuk karang. Karang ini menyediakan habitat untuk sebagian dari ekosistem
yang berbeda secara biologis di muka bumi (National Oceanic and Atmospheric
Administration, 2001).
Terumbu karang adalah ekosistem kompleks yang ditandai oleh hubungan
nonlinear antara komponen biotik dan abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi
distribusi kedalaman karang, kekeruhan air laut dan sedimentasi dapat memberikan
dampak terhadap pertumbuhan karang dan morfologi karang (Kaandorp 1999). Dalam
6
hal kemampuan membentuk terumbu, karang dapat dibedakan atas hermatipik yaitu
karang yang mampu membangun terumbu dan ahermatipik yaitu karang yang tidak
mampu membangun terumbu. Karang banyak dijumpai di antara 30ºLU dan 25ºLS.
Hewan ini kebanyakan nocturnal hal ini disebabkan karena mangsanya, yaitu
zooplankton, banyak muncul di malam hari (Veron, 1986).
C. Terumbu karang
7
(niche) ekologi yang sempit sehingga lebih banyak spesies yang dapat menghuni
(berakomodasi) di daerah terumbu karang. Akibatnya ikan-ikan karang terbatas dan
terlokalisasi hanya di area tertentu pada terumbu karang (Gambar 1).
Selain itu ada juga ikan-ikan karang yang dapat bermigrasi dan melindungi
wilayahnya (teritorialnya). Pada habitat terumbu karang, ruang lebih menjadi faktor
pembatas dibandingkan makanan, sehingga ruang di daerah terumbu karang yang
ditempati siang dan malam bagi perlindungan membagi dua komunitas ikan, nokturnal
dan diurnal Pada malam hari spesies diurnal bersembunyi di karang sedangkan
spesies nokturnal mencari makan dan pada siang hari kejadian yang sebaliknya.
Beberapa spesies distribusinya juga dipengaruhi oleh pasang surut (Nybakken, 1992).
Salah satu sumber makanan di terumbu karang bagi ikan karang adalah lendir
yang dikeluarkan oleh koral. Lendir tersebut dihasilkan oleh beberapa jenis 12 koral
yang tidak memiliki tentakel atau tentakelnya tereduksi, yang dikeluarkan oleh koral
untuk menangkap mangsanya. Dua kelompok ikan yang secara aktif memangsa koloni
koral, yaitu jenis yang memakan polip koral (famili Tetraodontidae, Monacanthidae,
Balistidae, Chaetodontidae) dan jenis herbivora yang mencabut polip karang untuk
mendapatkan alga yang berlindung di dalam rangka karang (famili Acanthuridae,
Scaridae) (Nybakken, 1992).
E. Indeks Ekologi
8
1. Indeks keanekaragaman
2. Indeks keseragaman
3. Indeks dominansi
F. Parameter Oseanografi
Wilayah pesisir merupakan daerah tempat terjadinya interaksi antara tiga unsur
alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut menimbulkan
fenomena yang menjadi faktor pembatas bagi organisme perairan antara lain:
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi metabolisme
dan pertumbuhan badan ikan. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena
adanya penyerapan dan angin sedangkan yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu
adalah musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air dan lain sebagainya. Semua
jenis ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu apalagi yang
9
drastis. Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 - 32°C. Kisaran suhu ini
umumnya ditemukan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Laju metabolisme ikan
dan hewan air lainnya secara langsung meningkatkan kebutuhan akan oksigen (Anwar
et al., 1984).
2. Kecerahan
Cahaya matahari yang diserap oleh permukaan air dapat diubah menjadi
panas. Cahaya tersebut merupakan kecerahan suatu perairan dan sumber energi bagi
kehidupan biota laut serta dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk proses asimilasi
(Manuputty, 2012). Menurut Mulyanto (1992), jumlah cahaya matahari yang masuk ke
dalam kolom air yang tidak terlalu besar adalah merupakan kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan, sehinnga proses fotosintesis dapat berjalan seimbang dan jumlah
fitoplankton memadai untuk kehidupan semua biota perairan.
3. Arus
Menurut Aziz (2004), arus merupakan gerakan massa air permukaan yang
ditimbulkan terutama karena pengaruh angin. Kecepatan arus ini masih tergolong
rendah karena perairan ini masih tergolong dalam perairan terbuka. Pergerakan air
sangat mempengaruhi aktifitas organisme dalam perairan, persediaan plankton
sebagai sumber makanan, unsur-unsur hara dan sedian gas-gas terlarut. Arus juga
dapat membantu penyebaran larva-larva ikan.
4. Salinitas
10
III. METODE PENELITIAN
Gambar 2. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau Padamarang, Taman Wisata Alam
Laut Kepulauan Padamarang, Kabupaten Kolaka
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain GPS (Global
Positioning System) untuk menentukan posisi/titik stasiun penelitian, alat tulis menulis
untuk pencatatan data, kamera underwater untuk dokumentasi gambar, secchi disk
untuk mengukur kecerahan perairan, layangan arus untuk mengukur kecepatan arus,
thermometer untuk mengukur suhu, hand refractometer untuk mengukur salinitas,
meteran roll 50 meter untuk mengukur jarak transek, alat scuba untuk memudahkan
pengambilan data, piranti lunak CPCe (Coral Point Count with Excel extension) dan
buku identifikasi ikan Indonesian Reef Fishes Part 1, 2, & 3 (Kuiter and Tonozuka,
2001) dan Reef Fish Identification (Allen et al., 2003).
C. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Koordinat
Lokasi
Lattitude Longitude
Stasiun I 4° 06'47,55'' S 121° 26'19,22'' E
Stasiun II 4° 07'50,9'' S 121° 26'15,91'' E
Stasiun III 4° 09'42,47'' S 121° 25'15,72'' E
Stasiun IV 4° 06'56,77" S 121° 28'55,4'' E
D. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ikan karang untuk pengambilan data kelimpahan ikan
karang, kondisi tutupan karang dan pengukuran kualitas air.
Metode pengambilan data ikan karang dihitung dengan menggunakan metode
UVC (Underwater Visual Census) yaitu mencatat semua jenis dan jumlah ikan karang
yang terdapat pada luasan transek (English et al., 1994).
Pengambilan data keanekaragaman ikan karang ini dilakukan pada kedalaman
perairan yaitu perairan dangkal 7 meter dengan menggunakan metode sensus visual
atau visual census technique (VCT) - belt transect (Gambar 3.). VCT umum digunakan
untuk monitoring atau penilaian sumber daya ikan karang. Metode ini dianggap
12
sebagai pelebaran dari transek garis untuk membentuk sabuk terus menerus atau
serangkaian kuadrat (English et al., 1994).
Gambar 3. Cara melakukan sensus visual ikan karang (English et al., 1994)
Untuk mengetahui tutupan dasar terumbu karang metode yang digunakan yaitu
metode UPT (Underwater Photo Transect) (Gambar 4.) dengan panjang transek 50 m
dan frame ukuran 58x44 cm. Pengambilan data diambil pada setiap interval 1 meter
sehingga didapatkan total 50 data frame untuk setiap stasiun. Pengambilan data
karang dilakukan pada kedalaman 5-7 meter. Penentuan titik atau posisi transek
dilakukan secara langsung pada saat pengamatan (English et al, 1997).
13
Gambar 4. Ilustrasi pengambilan data tutupan karang dengan metode UPT (Giyanto
et al., 2014)
Dari hasil perhitungan komponen life-form terumbu karang ini ditentukan pada
status kondisi atau tingkat kerusakan terumbu karang dengan merata-ratakan
persentase komponen karang hidup (kategori) pada semua stasiun.
14
E. Analisis Data
Parameter yang dianalisis meliputi komposisi jenis (KJ) dan kelimpahan (K) ikan
karang, beserta indeks keanekaragaman (H’), ideks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C). Hasil dari penelitian ini akan diolah menggunakan Microsoft Excel
selanjutnya dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
digambarkan dalam bentuk diagram.
𝑛𝑖
𝐾𝐽 = × 100
𝑁
Kelimpahan adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang ditemukan
dalam luas daerah pengamatan. Kelimpahan total ikan karang dikelompokkan menurut
stasiun, kemudian disajikan dalam bentuk grafik
Menurut Odum (1971), kelimpahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:
∑𝑛𝑖
𝐾=
𝐴
Keterangan : K = Kelimpahan individu
ni = jumlah individu
A = luas total habitat yang disampling
3. Indeks Keanekaragaman
15
Kriteria indeks keanekaragaman yaitu sebagai berikut :
H’ ≤ 1 = Keanekaragaman rendah
1 < H’≤ 3 = Keanekaragaman sedang
H ’≥ 3 = Keanekaraman tinggi
4. Indeks Keseragaman
5. Indeks Dominansi
Data tutupan karang diolah dengan menggunakan piranti lunak CPCe (Coral
Point Count with Excel extension) dengan menggunakan 30 titik acak untuk setiap
16
framenya. Indeks mortalitas karang dapat diketahui setelah didapatkan data tutupan
karang hidup dan tutupan karang mati.
Berdasarkan proses analisis foto yang dilakukan terhadap setiap frame foto
yang dilakukan, maka dapat diperoleh nilai persentase tutupan kategori untuk setiap
frame dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Giyanto et al., 2014) :
(jumlah titik kategori tersebut)
Persentase tutupan kategori = (banyaknya titik acak)
× 100%
17
Kriteria penilaian yang digunakan menurut Purwoto A (2007) adalah :
r=0 Tidak ada hubungan
0 < r < 0,6 Hubungan lemah
0,6 ≤ r ≤ 0,8 Hubungan sedang
0,8 ≤ r < 1 Hubungan kuat
r=1 Hubungan kuat sempurna
18
IV. HASIL
Table 3. Jumlah Famili Ikan Karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka
St. St. St. St.
Famili Spesies
1 2 3 4
Acanthuridae Acanthurus auranticavus + - - -
Acanthurus lineatus - - + -
Acanthurus nigrofuscus + + - +
Acanthurus thompsoni - - - +
Acanthurus tristis - - + -
Ctenochaetus striatus + + + -
Zebrasoma rostratum + - - -
Zebrasoma scopas + + + -
Apogonidae Apogon compressus + - + -
Cheilodepterus isostigmus - - - +
Caesionidae Caesio cuning - + - -
Caesio teres + - - +
Pterocaesio digramma - - + -
Chaetodontidae Celmon rostratus + + + +
Chaetodon kleinii + - + +
Chaetodon lunulatus + + + +
Chaetodon octofasciatus + + + +
Chaetodon punctatofasciatus - - + -
Chaetodon refflesii - + - -
Chaetodon triaangulum - + + -
Chaetodon vagabundus + - + -
Heniochus acuminatus - + - -
Heniochus chrysostomus + - + -
Heniochus varius + + + +
Haemulidae Plectorhinchus chaetodonoides + - + -
Plectorhinchus polytaenia - - + -
Holocentridae Myripristis hexagona - - - +
Labridae Cheilinus oxycephalus + - - -
Cheilinus fasciatus + + + +
Choerodon anchorago - + - +
Cirrhilabrus rubrimarginatus - - - +
Halichoeres hortulanus - - - +
Tabel 3. Lanjutan
20
Tabel 3. Lanjutan
21
B. Kelimpahan Ikan Karang
10026.67
8360
7280
5506.67
4186.67
973.33
1240
826.67
693.33
493.33
413.33
306.67
800
22
D. Indeks Ekologi
Table 4. Indeks ekologi ikan karang di perairan Pulau Padamarang, TWAL Kep.
Padamarang, Kab. Kolaka
Indeks Ekologi Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4
23
F. Hubungan Kelimpahan Ikan dan Tutupan Karang Hidup
800
y = 11.205x + 262.52
R² = 0.9885
700
KELIMPAHAN IKAN KARANG (Y)
600
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP (X)
Gambar 7. Korelasi kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup
G. Parameter Oseanografi
Nilai dari hasil pengukuran parameter kualitas perairan yang dilakukan pada
setiap stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 6.
24
V. PEMBAHASAN
26
Kelimpahan ikan mayor tertinggi didapatkan pada stasiun 4 yaitu sebesar
8.746,67 ind/ha. Sedangkan untuk kelimpahan ikan mayor terendah terdapat pada
stasiun 2 dengan jumlah 4.186,67 ind/ha. Pada stasiun 1 sebanyak 5.626,67 ind/ha
dan stasiun 3 sebanyak 6.866,67 ind/ha. Dari semua stasiun, jenis ikan yang
mendominasi dari kategori ikan mayor adalah ikan dari famili ikan Pomacentridae.
Romimoharto dan Juwana (2005) menyatakan ikan jenis Pomacentridae merupakan
ikan dengan kelimpahan terbanyak dan merupakan ikan penetap (resident species)
yang memiliki tingkah laku territorial dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan
dan tempat berlindung. Selain itu, ikan dari famili Pomacentridae termasuk dalam ikan
mayor utama yang jumlahnya banyak ditemukan dalam ekosistem terumbu karang.
D. Indeks Ekologi
Indeks keanekaragaman ikan karang merupakan parameter untuk mengukur besar
kecilnya keanekaragaman suatu jenis dalam suatu lokasi. Indeks keanekaragaman (H’)
ikan karang yang didapatkan pada setiap stasiun penelitian berkisar 2,99-3,35. Sesuai
dengan Odum (1993) termasuk dalam kategori indeks keanekaragaman tinggi.
Menurut Nybakken (1993), keanekaragaman tinggi menandakan lingkungan yang
nyaman dan stabil sedangkan nilai keanekaragaman yang rendah menandakan
lingkungan yang menyesakkan dan berubah-ubah.
Indeks keseragaman menggambarkan sebaran jumlah individu masing-masing
jenis yang diperoleh secara seragam atau tidak. Nilai indeks keseragaman dari hasil
analisa data berkisar 0,80-0,84. Sesuai dengan Krebs (1989) termasuk dalam kategori
komunitas stabil. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan lebih merata
pada setiap stasiunnya karena tidak terdapat spesies yang lebih dominan. Odum
(1993) menyatakan bahwa makin besar nilai keseragaman menunjukkan keragaman
spesies yang tinggi.
Indeks dominansi dari hasil pengolahan data berkisar 0,06-0,08. Menurut Odum
(1993), jika nilai indeks dominansi dibawah 0,5 menunjukkan dominansi yang rendah
sehingga disimpulkan bahwa dominansi ikan karang yang berada di perairan Pulau
Padamarang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa kelimpahan
ikan tidak didominasi oleh beberapa spesies sehingga sulit untuk diamati karena ikan
tersebar secara merata.
Pada stasiun 1 persentase tutupan karang hidup yaitu 24,8%, sedangkan untuk
tutupan karang mati 6,4%. Pada Stasiun 2 persentase tutupan karang hidup yaitu
13,2%, sedangkan untuk karang mati yaitu 6,27%. Pada stasiun 3 persentase karang
27
hidup yaitu 34,47%, sedagkan persentase tutupan karang mati yaitu 31,47%. Pada
Stasiun 4 persentase tutupan karang hidup yaitu 42,47%, sedangkan untuk tutupan
karang mati yaitu 12,87%.
G. Parameter Oseanografi
Suhu merupakan faktor terpenting bagi suatu ekosistem khususnya ekosistem
terumbu karang. Suhu perairan di derah pengamatan berkisar antara 28-31oC. Nilai ini
merupakan kisaran normal yang dibutuhkan oleh ikan penghuni terumbu karang.
Anwar et al., (1984) mengatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk kelangsungan
hidup ikan adalah antara 25-320C. Kisaran suhu ini pada umumnya ditemukan pada
daerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan kisaran salinitas disetiap stasiun yaitu 30-32‰.
Nilai salinitas ini masih termasuk dalam kategori normal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nybakken (1993) bahwa salinitas normal perairan laut umumnya berkisar
antara 30-35‰.
Arus sangat berperan dalam sirkulasi air, selain membawa bahan terlarut dan
tersuspensi, Arus juga mempengaruhi jumlah kelarutan oksigen dalam air.
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa kecepatan arus berkisar antara 0,04-
0,28 m/s.
Nilai kecerahan yang didapatkan di perairan Pulau Padamarang pada semua
stasiun yaitu 15 meter. kondisi ini disebabkan karena kondisi substrat dan fisik perairan
yang hampir sama dimana pada stasiun pengamatan tertidiri dari substrat berbatu dan
sedikit berpasir.
28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adrim, M. 1983. Keanekaragaman jenis ikan hias di perairan karang Pulau Sirebut,
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta.
Allen, G. R. 1997. Marine Fishes of Tropical Australia and South East Asia.A
FieldGuide for Angler and Diver.Western Australia Museum.
Allen, G., Steene, R., Humann, P. dan DeLoach, N., 2005. Reef Fish Identication:
Tropical Pasic. 1st ed. Jacksonville, California: New World Publication.
Anwar, J., A.J, Whitten, S.J. Damanik & N, Hisyam. 1984. Ekologi ekosistem
Sumatera. Yogykarta: Gadjah Mada University Press.
Aziz, A.W. 2004. Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang Famili
Pomacentridae dan Labridae pada Daerah Rataan Terumbu (Reef Flat) di
Perairan Pulau Barrang Lompo.Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasunuddin, Makassar.
Baker VJ, Moran PJ, Mundy CN, Reichelt RE, Speare PJ. 1991. A guide to the reef
ecology database. The Crown-of-Thorns Study. Australia Institute of Marine
Science: Townsville. 48pp.
Chou, L. M., 1984. A Review Reef Survey and Management Methods in Singapore.
Department of Zoology, Singapore.
Dahuri, R., Kusumastanto, T. dan Hartanto, A., 2009. Enchancing Sustainable Ocean
Development: An Indonesian Experiences. Jakarta: Center for Coastal and
Marine Resource Studies Bogor Agricultur University.
English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V., 1997, Survey Manual For Tropical Marine
Resource, Australian Institute of Marine Science, Townsvile.
Husain, A. A. dan Arniati, 1996. Studi dan evaluasi tingkat keanekaragaman ikan
terumbu karang di perairan Pulau Samalona. Laporan Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Krebs, C.J. 1989. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and Abundance.
Ed. New York: Harper and Row Publishers.
30
Manuputty, A. E. W. dan Winardi, 2007. Monitoring Ekologi Biak. COREMAP II–LIPI,
Jakarta.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Kepmen LH No. 4 Tahun 2001 tentang
kriteria baku kerusakan terumbu karang.
Meyer, J.L., E.T. Schultz dan G.S. Hefman, 1983. Fish schools : an asset to corals.
Science, 220: 1047-1049.
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Depdikbud. Jakarta. 138 hal.
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2001. Oil Spills in Coral
Reefs. Planning dan responsen Considerations.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,
Jakarta.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi. Cetakan ke-3. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sale, P.F. 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reef.Academic Press, California,
USA.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung
Supriharyono., 2000. Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam diwilayah pesisir
tropis, P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Terangi, 2004. Panduan Dasar Untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual
Indonesia.Indonesia Coral Reef Foundation. Jakarta
Veron JEN. 1986. Coral of Australia dan the Pacific. University of Hawaii Press.
Honolulu. 644 p.
31