Anda di halaman 1dari 51

SKRIPSI

SEBARAN LAMUN BERDASARKAN PERBEDAAN


KARAKTERISTIK SEDIMEN DI PERAIRAN DUSUN
PUNTONDO, KABUPATEN TAKALAR

Disusun dan Diajukan Oleh

MUH.AQRAM RAMADHAN
L11114024

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SEBARAN LAMUN BERDASARKAN PERBEDAAN KARAKTERISTIK


SEDIMEN DI PERAIRAN DUSUN PUNTONDO, KABUPATEN TAKALAR

Disusun dan Diajukan Oleh

MUH. AQRAM RAMADHAN


L111 14 024

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk dalam rangka


Penyelesaian Studi
Program Sarjana Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal…..
Dan dinyatan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Yayu A. La Nafie, ST, M.Sc Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si


NIP. 197108232000032002 NIP. 196601201991031002

Ketua Program Studi

Dr.Ahmad Faizal, ST., M.Si


NIP. 197507272001121003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Muh. Aqram Ramadhan
Nim : L111 14 024
Program Studi : Ilmu Kelautan
Jenjang : S1

Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya berjudul

“Sebaran Lamun Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Sedimen Di Perairan


Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar”

Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan orang lain bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar merupakan
hasil karya saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut

Makassar, Juli 2021

Yang Menyatakan

Muh.Aqram Ramadhan

iii
PERNYATAAN AUTHORSHIP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Muh. Aqram Ramadhan
Nim : L111 14 024
Program Studi : Ilmu Kelautan
Fakultas : Ilmu Kelautan dan Perikanan

Menyatakan bahwa publikasi sebagian atau keseluruhan isi Skripsi pada


jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing
sebagai author dan Universitas Hasanuddin sebagai institusinya. Apabila dalam
waktu sekurang-kurangnya dua semister (satu tahun sejak pengesahan Skripsi)
saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Skripsi ini, maka
pembimbing sebagai salah satu seorang dari penulis berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang ditentukan kemudian, sepanjang
nama mahasiswa tetap dikutipkan.

Makassar, Juli 2021

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Penulis

Dr.Ahmad Faizal, ST., M.Si Muh.Aqram Ramadhan


NIP. 197507272001121003 NIM.L111 14 024

iv
ABSTRAK

MUH. AQRAM RAMADHAN. L11114024 “SEBARAN LAMUN BERDASARKAN


PERBEDAAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI PERAIRAN DUSUN
PUNTONDO, KABUPATEN TAKALAR” Dibimbing Oleh Yayu A. La Nafie
sebagai Pembimbing Utama dan Syafiuddin sebagai Pembimbing Anggota.

Sebaran lamun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk karakteristik


sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran lamun berdasarkan
perbedaan karakteristik sedimen. Pengamatan dan pengambilan sampel
dilakukan di perairan Teluk Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar. Penelitian ini
mengamati Tutupan dan Kerapatan Jenis Lamun, Kedalaman Perairan,
Kecerahan Perairan, Bahan Organik Total (BOT). Hasil pengamatan ditemukan 5
jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea
rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium dan tipe sedimen
berupa pasir sedang dan pasir kasar Hasil analisis regresi linier sederhana
menunjukkan adanya hubungan antara partikel sedimen dengan lamun jenis
Cymodocea rotundata dengan nilai koefisien determinansi tertinggi (R2=0,3346)
dan terendah (R2=0,0514) pada lamun jenis Syringodium isoetifolium.

Kata Kunci: Lamun, Perairan Dusun Puntondo, Sedimen, Enhalus acoroides,


Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Syringodium
isoetifolium

v
ABSTRACT

MUH. AQRAM RAMADHAN. L11114024 “SEAGRASS DISTRIBUTION BASED


ON SEDIMENT CHARACTERISTICS DIFFERENCES IN PUNTONDO
WATERS, TAKALAR DISTRICT” Supervised by Yayu A. La Nafie as Main
Supervisor and Syafiuddin as co supervisor.

Seagrass distribution is influenced by many factors, including sediment


characteristics. This study aims to determine the distribution of seagrass based
on the differences in sediment characteristics. Observations and sampling were
carried out in the waters of the Puntondo Bay, Takalar Regency. This study
observed the cover and density of seagrass species, water depth, water
transparency, sediment total organic matter and size of sediment grains.Results
showed five species of seagrass found in the area, namely Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis and Syringodium
isoetifolium with sediment types medium sand and coarse sand. Results of the
regression analysis showed that the relationship between sediment particle size
and seagrass density with the highest coeeficient determination (R2=0,3346)
was in seagrass Cymodocea rotundata, whereas the lowest was in Syringodium
isoetifolium.

Keywords: Seagrass, Puntondo, waters, Sediment grain size, Enhalus acoroides,


Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Syringodium
isoetifolium.

vi
RIWAYAT HIDUP

Muh. Aqram Ramadhan dilahirkan di


Makassar tanggal 05 Februari 1997, yang
merupakan anak ke dua dari dua bersaudara,
putra dari pasangan Bapak Alm.Baharuddin
dan Ibu Fatimah,S.Pd.. Jenjang pendidikan
penulis dimulai pada tahun 2002 di SD Negeri
07 Pangisoreng, Kecamatan Mallawa,
Kabupaten Maros dan selesai pada tahun
2008. Pada tahun 2008 kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5
Mandai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dan selesai pada tahun
2011. Tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Agribisnis
Perikanan SMK Negeri 1 Lau Maros, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros dan
selesai pada tahun 2014. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Hasanuddin dan diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu
Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan melalui Jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Tahun 2014.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota
Kesekretariatan di Keluarga Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan (KEMA JIK)
periode 2016-2017. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten dosen
pada mata kuliah Vertebrata Laut, Mikroboilogi Laut, Geologi Laut, Ekologi
Laut dan Oseanografi Fisika.
Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Praktek Kerja Lapang di
Balai Riset Pengembangan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros tahun
2017. Program Kuliah Kerja Nyata Reguler penulis ikut pada Gelombang 96
di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian tentang “Sebaran
Lamun Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Sedimen Di Perairan Dusun
Puntondo, Kabupaten Takalar” Pada tahun 2020.

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini, penulis begitu banyak
memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tak terhitung nilainya.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ibunda Tercinta Fatimah,S,Pd.SD dan Ayahanda
Alm.Baharuddin yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang dan
kesabaran serta segala dukungan dan doa yang tak pernah ada habisnya
sampai detik ini. Serta kakak Fahrullah yang telah memberikan semangat doa.
2. Ibu Dr. Yayu A. La Nafie, ST, M.Sc selaku pembimbing utama serta Bapak Dr.
Ir. Syafiuddin, M.Si selaku pembimbing anggota dan penasehat akademik yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk mendampingi,
memberikan arahan, masukan serta bimbingan kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Supriadi, ST, M.Si. dan bapak Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc.
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran demi perbaikan
tugas akhir ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah
memberikan masukan terutama ilmu dan bantuan dalam segala hal selama
penulis menempuh studi hingga selesai.
5. Seluruh staf Departemen Ilmu Kelautan yang telah membantu dan melayani
penulis selama menempuh studi hingga akhir.
6. Teman-teman The Marine Science Of Two Thausand And Fourteen (TRITON-
UH) yang telah menjadi saudara dan teman seperjuangan penulis selama ini,
terima kasih atas dukungan dan doanya.
7. Teman-teman KKN Gel. 96 Desa Pattinoang, Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar: Nasrullah, Peniwati, Kak Ningnog dan Iza, terimakasih banyak untuk
canda dan tawanya, susah senangnya serta kenangan yang tidak dapat penulis
lupakan selama 2 bulan berada di Posko.
8. Fitri, Gustina, Nurdina, Mirdayanti, Putri, Rahma dan Asmal terimakasih atas
canda dan tawanya, susah senangnya selama 3 bulan tinggal dan
melaksanakan kegiatan PKL di BRPBAP MAROS.
9. Andi. T Abeng, Harist, Muhammad Asri, Irwan, Syahrul, Lisnawati, Rades
Fitrianti, Fitriani, Rafsanjani, A.Mursalim, Nurul Asirah, Mirdayanti, Ayu

viii
Novitasari, Andi Annisar Dzati Iffah, Fatyah Nur Jannah Mahu, Nurdina A.
Rahman, Sitti Aisyah, Erwin Pramata, Andi Muhammad Agung Pratama AR,
Sumiati, Gustina, Ahmad Sajjad, Indah Lestari, Nirmawati yang telah
membantu dalam proses penelitian dan penyusunan tugas akhir.
Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala bantuannya semoga Allah SWT
membalas semua bantuan kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena berkah dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Sebaran Lamun Berdasarkan
Perbedaan Karakteristik Sedimen Di Perairan Dusun Puntondo, Kabupaten
Takalar” Tak lupa pula shalawat serta salam terkirim buat baginda besar
Muhammad SAW, yang merupakan tokoh teladan bagi seluruh umat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyaknya
tantangan yang dihadapi, khususnya terbatas waktu yang tersedia dan literatur yang
sulit didapatkan serta keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun,
semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi setiap pembaca dan semoga
dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan kegiatan-kegiatan penelitian lebih
lanjut.
Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua Amin

Makassar, Juli 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR..........................................................ii


PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................iii
PERNYATAAN AUTHORSHIP...........................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vii
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaan...............................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A. Padang Lamun..........................................................................................3
B. Sedimen....................................................................................................7
C. Pengaruh sedimen terhadap padang lamun..............................................7
D. Faktor Parameter Lingkungan...................................................................8
III. METODE PENELITIAN..................................................................................10
A. Waktu dan Tempat....................................................................................10
B. Alat dan Bahan..........................................................................................11
C. Prosedur Penelitian...................................................................................12
D. Analisis Data.............................................................................................15
IV.HASIL............................................................................................................ 17
A. Parameter Lingkungan..............................................................................17
B. Tutupan dan Kerapat Lamun.....................................................................17
1. Tutupan lamun......................................................................................17
2. Kerapatan Lamun.................................................................................18
C. Karakteristik Sedimen Terhadap Sebaran Vegetasi Lamun......................19
1. Karakteristik Sedimen........................................................................19
2. Hubungan Karakteristik Sedimen Terhadap Sebaran
Vegetasi Lamun.................................................................................19
3. Hubungan Bahan Organik Total (BOT) Sedimen terhadap Sebaran
Lamun................................................................................................22
V. PEMBAHASAN..............................................................................................25
A. Tutupan dan Kerpatan Lamun.................................................................25
B. Karakteristik Sedimen Terhadap Sebaran Lamun...........................26
C. Parameter Lingkungan.............................................................................28
VI.KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................29
A. Kesimpulan.............................................................................................29
B. Saran......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

1. Alat dan bahan...............................................................................................11


2. Penilaian Penutupan Lamun dalam Kotak Kecil Peyusun Kuadrat
50 x 50 cm²....................................................................................................13
3. Status kondisi padang lamun indonesia.........................................................13
4. Skala Wenwort Untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen...............16
5. Hasil pengukuran parameter perairan............................................................17
6. Ukuran partikel sedimen pada setiap stasiun.................................................19
7. Hubungan ukuran partikel sedimen dengan Kerapatan jenis Lamun..............20
8. Hubungan Bahan Organik Total Sedimen dengan Kerapatan jenis lamun.....22

xii
DAFTAR GAMBAR

1. Enhalus acoroides (Waycott et al., 2004).......................................................4


2. Halophila ovalis (Waycott et al., 2004)...........................................................4
3. Cymodocea rotundata (Waycott et al., 2004).................................................5
4. Thalasia hempicii (Waycott et al., 2004).........................................................6
5. Syringodium isoetitolium (Waycott et al., 2004)..............................................6
6. Lokasi penelitian perairan Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar..................10
7. Kode spesies lamun (Mc Kenzie, 2003).........................................................14
8. Rata-rata Persen Tutupan Lamun di Perairan Dusun Puntondo....................18
9. Rata-rata Kerapatan Lamun Per Jenis di Perairan Dusun Puntondo..............19
10. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen dengan
kerapatan jenis lamun Syringodium isoetifolium...........................................20
11. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen dengan
kerapatan jenis lamun Cymodocea rotundata..............................................20
12. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen dengan
kerapatan jenis lamun Halophila ovalis........................................................21
13. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen dengan
kerapatan jenis lamun Thalassia hemprichii.................................................21
14. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen dengan
kerapatan jenis lamun Enhalus acoroides....................................................22
15. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Cymodocea rotundata..................................23
16. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Halophila ovalis............................................23
17. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Thalassia hemprichii....................................24
18. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Syringodium isoetifolium................................24
19. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Enhalus acoroides.......................................24

xiii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) dan termasuk
tumbuhan berbiji satu (Monocotyledonae) yang mempunyai akar, rimpang
(rhizome), daun, bunga dan buah. Lamun dapat dijumpai tumbuh dan
berkembang baik pada lingkungan perairan laut dangkal, estuarine yang
mempunyai kadar garam tinggi, daerah yang selalu mendapat genangan air
ataupun terbuka saat air surut, pada subtrat pasir, pasir berlumpur, lumpur lunak
dan karang di wilayah tropis (Juraij et al., 2014).
Padang lamun dapat membentuk vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis
lamun yang tumbuh membentuk padang lebat serta vegetasi campuran terdiri
dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu substrat. Spesies
lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi campuran adalah Cymodocea
rotundata, Halodule pinifolia, dan Syringodium isoetifolium. Sedangkan yang
tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia hemprichii, Enhalus
acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata, dan
Thalassodendrom ciliatum (Sakey et al., 2015).
Seperti ekosistem laut lainnya, adang lamun memiliki peran penting dalam
ekologi kawasan pesisir. Beberapa peran penting tersebut berupa peneydiaan
habitat berbagai biota laut termasuk menjadi tempat mencari makan (feeding
ground) bagi penyu hijau, dugong, ikan, echinodermata dan gastropoda
(Bortone, 2000), serta sebagai peredam gelombang dan perangkap sedimen
(Fonseca dan Fisher, 1986)..
Sedimen berperan dalam menentukan stabilitas kehidupan lamun, sebagai
media tumbuh bagi lamun agar tidak terbawa arus dan gelombang serta sebagai
sumber unsur hara (Lanuru dan Ferayanti, 2011). Menurut Yunitha (2014),
lamun dapat tumbuh pada berbagai jenis karakteristik substrat, seperti substrat
dengan tipe sedimen berlumpur, berpasir hingga pecahan karang.
Hasil penelitian dari Latuconsina (2012) mengemukakan bahwa
Karakteristik fisik sedimen menentukan distribusi spasial, keragaman dan
kerapatan jenis vegetasi lamun di perairan, dimana sedimen dengan dominasi
fraksi pasir berukuran sedang lebih memiliki keragaman dan kerapatan vegetasi
lamun yang tinggi dibandingkan dengan dominasi fraksi pasir kasar dan lumpur

1
Survey awal pada bulan Desember 2019 di perairan Dusun Puntondo,
ditemukan beberapa jenis substrat yang ditumbuhi beberapa jenis lamun yakni
subtrat dengan tipe sedimen pasir, pasir berlumpur dan pecahan karang.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai Sebaran
Lamun Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Sedimen di Perairan Teluk Dusun
Puntondo, Kabupaten Takalar.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lamun berdasarkan
perbedaan karakteristik sedimen di Perairan Teluk Dusun Puntondo, Kabupaten
Takalar. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
mengenai sebaran lamun di Teluk Dusun Puntondo berdasarkan perbedaan
karakteristik sedimen.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padang Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan
diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun
dan akar. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara
mendatar serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek
yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta tumbuh pula akar. Dengan
rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan
kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya dalam satu
tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas
karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam
dalam air (Nontji, 2005).
Lamun merupakan produsen primer yang berfungsi sebagai penghubung
antara ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang (McKenzie,
2008), sebagai penyaring nutrient yang berasal dari sungai atau laut, pemecah
gelombang dan arus, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu
pengendapan substrat dan menstabilkan sedimen (Purnomo et al., 2017).
Sebagai komponen penting bagi perairan karena menghasilkan oksigen dan
materi organik dari hasil fotosintesis, padang lamun merupakan tempat mencari
makan, pemijahan dan asuhan (Bortone, 2000).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerapatan jenis lamun antara lain
kecerahan, kedalaman, dan bahan organik total (BOT) sedimen. Lamun tumbuh
pada daerah yang lebih dalam dan jernih memiliki kerapatan jenis lebih tinggi dari
pada lamun yang tumbuh di daerah dangkal dan keruh. Lamun berada pada
substrat berlumpur dan berpasir memiliki kerapatan yang lebih tinggi dari pada
lamun yang tumbuh pada substrat karang mati (Kiswara, 2004).
Beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun
yang panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal.
Terdapat bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang
Indo-Pasifik barat di daerah tropis (Gambar 1) (Waycott et al., 2004).

3
Gambar 1. Enhalus acoroides (Waycott et al., 2004)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divison : Angiospermae
Class : Liliopsida
Order : Hidrocharitales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
2. Halophila ovalis
Halophila ovalis memiliki daun yang berbentuk oval Pada pinggiran daun
halus. Terdapat sepasang daun pada petiole yang muncul secara langsung dari
rhizoma. Ukuran daun 0,5 – 15 cm, lebar 0,3 -2,5 cm dengan tangkai 0,48 cm,
daun kadang-kadang memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein (Gambar
2) (Waycott et al., 2004).

Gambar 2. Halophila ovalis (Waycott et al., 2004)

4
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Order : Alismatale
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila ovalis
3. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata memiliki bentuk daun seperti pita yang melengkung
dengan bagian pakal menyempit dan agak melebar dibagian ujung, ujung daun
halus dan tidak bergerigi dengan rhizoma kecil berwarna putih (Gambar 3)
(Soedharma et al., 2007).

Gambar 3. Cymodocea rotundata (Waycott et al., 2004)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Anthophyta
Class : Angiospermae
Order : Helobiae
Family : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
4. Thalassia hemprichii

Thalasia hemprihcii memiliki daun yang menyerupai selendang yang

muncul dari stem tegak lurus dan penutup penuh oleh sarung daun, ujung

5
daun tumpul serta bergerigi tajam, rhizome tebal dengan node scar yang jelas,

biasanya berbentuk segitiga dengan leaf sheath yang keras (Waycott et al.,

2004). Selain itu ciri khususnya yaitu terdapat bercak berwarna coklat dihelaian

daunnya, mirip Cymodocea rotundata, hanya saja untuk rhizomanya beruas

serta tebal (Sjafrie, 2018). Menurut Argadi (2003) sebaran lamun ini ditemukan

mulai dari perairan Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, Nusa

Tenggara, serta Irian Jaya.

Gambar 4. Thalasia hempicii (Waycott et al., 2004)

5. Syringodium isoetifolium

Syringodium isoetifolium memiliki bentuk daun yang silindris dan terdapat

rongga udara didalamya daun dapat mengapung dipermukaan dengan mudah,

ditemukan di indo-pasifik barat diseluruh daerah tropis (Waycot et al., 2004).

Disemua Perairan Indonesia hampir ditemukan lamun jenis ini seperti Sumatra,

Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya

(Argadi, 2003).

Gambar 5. Syringodium isoetifolium (Waycott et al., 2004)

6
B. Sedimen
Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui
proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal
maupun secara horizontal. Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel
sedimen yang diendapkan secara perlahan - lahan dalam jangka waktu berjuta -
juta tahun (Garrison, 2005). Berdasarkan asalnya sedimen dibagi menjadi 3
macam yaitu: 1) sedimen lithogeneus merupakan sedimen yang berasal dari sisa
pengikisan batu-batuan di darat, 2) sedimen biogenous merupakan sedimen
yang berasal dari sisa rangka organisme hidup juga akan membentuk endapan-
endapan halus yang dinamakan ooze yang mengendap jauh dari pantai ke arah
laut dan 3) sedimen hydrogenous merupakan sedimen yang dibentuk dari hasil
reaksi kimia dari air laut (Dipapio, 2016).
Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen dikelompokkan menjadi kerikil (> 2
mm), pasir (0,05 – 2 mm), lumpur (silt) (0,002 – 0,05 mm) dan lempung (< 0, 002
mm) (Rifardi, 2008). Substrat yang menjadi tempat hidup lamun adalah lumpur,
pasir, karang mati (rubble), campuran dari dua jenis substrat tersebut atau
campuran ketiganya (Kiswara, 2000). Thalassia hemprichii merupakan salah satu
jenis lamun yang tumbuh dan sering dominan pada substrat pasir hingga
pecahan-pecahan karang (Alie, 2010).

C. Pengaruh Sedimen Terhadap Padang Lamun


Secara ekologi lamun memiliki peranan yang sangat penting, salah satunya
sebagai perangkap sedimen. Lamun memiliki pertumbuhan daun yang lebat dan
sistem perakaran yang padat, maka vegetasi lamun dapat memperlambat
gerakan air yang disebabkan oleh arus dan menyebabkan perairan di sekitarnya
menjadi tenang. Hal ini dapat dikatakan bahwa komunitas lamun dapat berfungsi
sebagai pencegah erosi dan perangkap sedimen (Azkab, 2000).
Fraksi sedimen juga memainkan peranan dalam sistem perakaran lamun.
Lamun yang hidup di substrat rubble dan pasir cenderung memiliki perakaran
yang lebih kuat dibandingkan lamun yang hidup di substrat lumpur. Hal ini karena
porositas pasir yang besar dan seragam sehingga akar perlu mencengram kuat
substrat supaya dapat bertahan dari arus dan gelombang, sedangkan lamun
yang tumbuh pada substrat berlumpur memiliki ukuran butir sedimen yang halus,
sehingga membutuhkan lebih banyak akar untuk mengikat sedimen. Salah satu

7
fungsi padang lamun yaitu mengikat sedimen dan menstabilkan substrat lunak
dengan system perakaran yang padat dan saling menyilang. Pada substrat
berlumpur memiliki ukuran butir sedimen yang halus, sehingga lamun
membutuhkan banyak akar untuk mengikat sedimen. Seperti yang dijelaskan
Bengen (2004), salah satu fungsi padang lamun yaitu mengikat sedimen dan
menstabilkan substrat lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling
menyilang.
Menurut Hasanudin (2013), perbedaan komposisi jenis substrat dapat
menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun dan juga dapat mempengaruhi
perbedaan kesuburan dan pertumbuhan pada setiap jenis lamun. Hal ini didasari
oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi ukuran butir sedimen akan
menyebabkan perbedaan nutrisi bagi bagi pertumbuhan lamun dan proses
dekompsisi serta mineralisasi yang terjadi di dalam substrat.

D. Faktor Parameter Lingkungan


1. Kedalaman dan Kecerahan
Kedalaman perairan dapat mempengaruhi distribusi lamun secara vertikal.
Lamun dapat tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas sehingga
mencapai kedalaman 30 m. (Kawaroe, 2016). Daya jangkau atau kemampuan
tumbuh tumbuhan lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi
oleh saturasi cahaya setiap individu lamun (Dwintasari, 2009).
Lamun sangat membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk
melaksanakan proses fotosintesis, sehingga distribusi padang lamun hanya
terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam dimana cahaya masih tersedia.
Namun demikian, pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebaran
komunitas lamun di dunia masih ditemukan hingga kedalaman 90 meter asalkan
pada kedalaman ini masih dapat ditembus cahaya matahari (Dahuri, 2003).
2. Bahan Organik Total (BOT) Sedimen
Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik
di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan
kualitas tanah dan di perairan menjadi faktor kualitas perairan pada suatu
lingkungan. Bahan organik dalam jumlah tertentu bermanfaat bagi pertumbuhan
lamun, tetapi jika jumlah yang masuk melebihi daya dukung perairan maka akan
mengganggu perairan dan pertumbuhan lamun itu sendiri (Odum, 1971).
Menurut Kohongia (2002), Kandungan organik yang terdapat di sedimen laut
terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan-

8
potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut ataupun dari detritus
organik daratan yang telah tertransportasi oleh berbagai media alam yang
terendapkan di dasar laut yang cukup lama.

9
III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2020. Pengambilan
data lapangan bertempat di Perairan Teluk Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar
(Gambar 6). Pengamatan analisis tekstur serta bahan organik total (BOT)
sedimen bertempat di Laboratorium Oseanografi Fisika dan Geomorfologi Pantai
(OFGP), Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

STASIUN I

STASIUN II

STASIUN III

Gambar 6. Lokasi penelitian perairan Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar

10
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan bahan
No Alat/ Bahan Kegunaan
1 Global Positioning Untuk menentukan titik koordinat lokasi
System (GPS) pengambilan data
2 Transek Kuadrat 50 cm Pembatas dalam mengestimasi tutupan dan
× 50 cm kerapatan lamun
3 Botol sampel 500 ml Sebagai wadah sampel air laut
4 Pipa paralon/core 2 inci Untuk mengambil sampel sedimen
5 Buku identifikasi jenis Untuk mengidentifikasi jenis lamun
lamun (McKenzie et al,
2003)
6 Sabak Untuk mencatat data hasil dari pengukuran
7 Sieve net Untuk mengayak sampel sedimen dan
memisahkan sedimen berdasarkan ukuran
butir sedimen
8 Beaker glass 250 Ml Sebagai wadah penyimpanan sampel sedimen
saat melakukan pengeringan di oven
9 Secchi disk Untuk mengukur kecerahan air
10 Tongkat skala 200 cm Untuk mengukur kedalaman air
11 Alat selam dasar Untuk mempermudah dalam pengambilan data
di lapangan
12 Kantong sampel Untuk menyimpan sampel sedimen
13 Spidol permanen Untuk memberi tanda pada setiap kantong
sampel
14 Oven Untuk mengeringkan sampel sedimen
15 Tanur Untuk pembakaran BOT sedimen
16 Label Sebagai penanda
17 Tissue Untuk membersihkan alat
18 Sampel sedimen Sebagai bahan uji analisis

11
Tabel 1. (Lanjutan)
N Alat/ Bahan Kegunaan
o
19 Talam/ kertas licin Sebagai wadah penyimpanan sampel sedimen
yang telah diayak dengan menggunakan sieve
net
20 Aquades Untuk membilas alat
21 Penjepit Untuk mengambil cawan porselin dari dalam
tanur
22 Cawan Petri Sebagai wadah penyimpanan sampel saat
ditimbang
23 Cool box Sebagai wadah penyimpanan sampel sedimen

24 Sendok Untuk mengambil sampel sedimen yang akan


ditimbang
25 Kamera underwater Untuk mendokumentasikan setiap kegiatan

26 Roll meter Untuk mengukur jarak antara Transek


27 Timbangan analitik skala Untuk menimbang dan mengukur berat sampel
0,1 mg
28 Cawan porselin Sebagai wadah penyimpanan sampel saat
dipanaskan di dalam tanur
29 Desikator Untuk mendinginkan sampel sedimen BOT

C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,
observasi awal lapangan, penentuan stasiun penelitian, pengambilan data di
lapangan, pengambilan sampel serta pengukuran parameter lingkungan, dan
analisis data.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu survey awal atau survey
lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan, studi
literatur tentang penelitian yang akan dilakukan kemudian pengumpulan data
sekunder yang ada hubungannya dengan objek penelitian serta mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan di lapangan.

12
2. Penentuan Stasiun Penelitian
Stasiun penelitian sedapat mungkin mewakili padang lamun di perairan
Puntondo Kabupaten Takalar. Untuk itu pengamatan ditentukan sebanyak 3
stasiun secara acak berdasarkan karateristik sedimen yang telah dilihat secara
visual dengan ulangan sebanyak 3 kali pengambilan sampel. Pencatatan titik
koordinat dilakukan pada setiap ulangan menggunakan Global Positioning
System (GPS).
3. Pengambilan Data Lapangan
3.1. Tutupan lamun
Pengambilan data tutupan lamun dengan menggunakan transek kuadrat
berukuran 50 cm x 50 cm (transek kuadrat dibagi menjadi 4 kisi dengan ukuran
25 cm x 25 cm) secara acak disesuaikan dengan sebaran lamun. Untuk
mengamati persen tutupan lamun dengan menggunakan standar persen tutupan
(Tabel. 2) (Rahmawati et al., 2014). Selanjutnya penentuan kondisi Padang
Lamun dengan melihat nilai penutupannya berdasarkan Kepmen LH No. 200
tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status
padang lamun(Tabel. 3)
Tabel 2. Penilaian Penutupan Lamun dalam Kotak Kecil Peyusun Kuadrat 50 x
50 cm² (Rahmawati et al., 2014) :
Kategori Nilai Penutupan Lamun
Tutupan Penuh 100
Tutupan 3/4 Kotak Kecil 75
Tutupan 1/2 Kotak Kecil 50
Tutupan 1/4 Kotak Kecil 25
Kosong 0
Tabel 3. Status Kondisi Padang Lamun Indonesia (KepMen LH No. 200
tahun 2004)
Kondisi Tutupan (%)
Baik Kaya/ Sehat ≥ 60
Rusak Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 - 59.9
Miskin ≥ 29.9

3.2. Kerapatan Jenis lamun


Untuk mengamati kerapatan jenis lamun digunakan transek kuadrat
berukuran 50 cm x 50 cm dengan metode sampling sistematis (McKenzie dkk.,

13
2003). Pengamatan kerapatan lamun dilakukan pada setiap jenis dengan cara
menghitung jumlah tegakan masing-masing jenis di dalam transek kuadrat (50
cm x 50 cm). Kerapatan jenis lamun dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Kerapatan Jenis (tegakan/m2) =
Jumlah tegakan dalam plot
Luas plot ( m2 )
Jenis lamun yang ditentukan pada setiap transek kuadrad diidentifikasi dengan
mengacu pada seagrass species codes oleh MacKenzie et. al. 2003 (Gambar 7).

Gambar 7. Kode spesies lamun (Mc Kenzie, 2003)


3.3. Pengambilan Sampel Sedimen
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan pipa
paralon 2 inci pada setiap transek pengamatan lamun yang dimasukkan ke
dalam kantong sampel untuk dianalisis di Laboratorium Oseanografi Fisika dan

14
Geomorfologi Pantai Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
3.4. Pengambilan Data Pendukung
a. Kedalaman diukur dengan menggunakan tongkat skala yang
ditancapkan kedalam air sampai mencapai substrat yang dilakukan
pada masing-masing transek kuadrad pengamatan.
b. Kecerahan diukur menggunakan Secchi disk yang diikat dengan tali
kemudian diturunkan perlahan-lahan kedalam perairan hingga tidak
terlihat lagi yang dilakukan pada masing-masing transek kuadrad
pengamatan.
c. Penentuan Bahan Organik Total (BOT) sedimen kering dilakukan
dengan metode pembakaran di Laboratorium sebagai berikut :
1. Menimbang cawan porselin
2. Menimbang berat sampel sedimen yang telah dikeringkan sebanyak
±5 gram kemudian dimasukkan kedalam cawan porselin
3. Kemudian memanaskan dalam Tanur pada suhu 650℃ selama 2-
3 jam.
4. Kemudian sampel dikeluarkan dari tanur dan didinginkan dengan
menggunakan desikator lalu menimbang kembali sampel (cawan
porselin yang berisi sampel sedimen) sebagai berat akhir
Untuk menghitung Bahan Organik Total (BOT) sedimen digunakan
rumus sebagai berikut :
Berat Bo Awal = Berat Cawan + Berat Sampel

Kandungan BO = ±( Berat Awal – Berat Cawan) – (Berat Akhir – Berat Cawan)

Berat BO
% Bahan Organik = X 100 %
Berat sampel
BO : Bahan Organik
3.5. Tahap Analisis Partikel Sedimen
Analisis sedimen dilakukan dengan menggunakan metode pengayakan
kering yang kemudian diklasifikasikan menurut kriteria Wentworth untuk
mengetahui ukuran butir sedimen. Metode pengayakan kering dilakukan dengan
membersihkan sampel dari kotoran dan lamun yang menempel pada sedimen,
selanjutnya sampel dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 150˚C.

15
Kemudian sampel sedimen ditimbang seberat 100 gram sebagai berat awal,
selanjutnya diayak menggunakan sieve net yang tersusun secara berurutan
dengan ukuran 2 mm, 1 mm, 0.5 mm, 0.25 mm, 0.125 mm, 0.063 mm dan
<0.063 mm. Kemudian sampel sedimen dipisahkan dari ayakan dan ditimbang.
Untuk menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
Berat Hasil Ayakan
% Berat= ×100 %
Berat Awal
Untuk mengklasifikasikan sedimen menurut ukuran butirnya
menggunakan skala Wentworth (Tabel 4) (Hutabarat dan Evans, 1985).
Tabel 4. Skala Wenwort Untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen
(Hutabarat dan Evans, 1985).
No Nama Partikel Ukuran (mm)
1 Batuan (Boulder) 256
2 Batuan Bulat (Coble) 256 – 64
3 Batuan Kerikil (Pebble) 64 – 4
4 Butiran (Granule) 4–2
5 Pasir Paling Kasar (Very Coarse Sand) 2 -1
6 Pasir Kasar (Coarse Sand) 1 – 0,5
7 Pasir Sedang (Medium Sand) 0,5 – 0,25
8 Pasir Halus (Fine sand) 0,025 – 0,125
9 Pasir Sangat Halus (Very fine sand) 0,125 – 0,0625
10 Debu (Silt) 0,0625 – 0.0039
11 Liat (Clay) ≤ 0,0039

4. Analisis Data
Untuk mengetahui kaitan karakteristik sedimen terhadap sebaran vegetasi
lamun dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel dan gambar, analisis
korelasi digunakan untuk melihat kuat atau lemahnya kaitan antara karakteristik
sedimen dengan sebaran lamun.

16
IV. HASIL

A. Parameter Lingkungan
Hasil rata-rata pengukuran parameter lingkungan di Perairan Dusun
Puntondo, Kabupaten Takalar disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengukuran parameter perairan
Stasiun Ulangan Kedalaman (m) Kecerahan BOT
Sedimen (%)
I 1 1,1 43 8,64
2 1,1 46 9,32
3 1,23 42 5,6
Rata-rata 1,14 43,67 7,85
II 1 1,1 35 26,94
2 1,18 39 27,62
3 1,1 37 12,46
Rata-rata 1,13 37 22,34
III 1 0,85 46 9,34
2 1,18 41 8,6
3 0,95 45 12,88
Rata-rata 0,99 44 10,27

Hasil rata-rata pengukuran kedalaman tertinggi pada stasiun I yaitu 1,14 m


sedangkan hasil pengukuran kedalaman terendah terdapat pada stasiun III yaitu
0,99 m. Rata-rata kecerahan tertinggi terjadi pada stasiun III dengan nilai 44%
sedangkan terendah terjadi pada stasiun II dengan nilai rata-rata 37%. Hasil
analisis Bahan Organik Total Sedimen berbeda disetiap stasiun pengambilan
sampel. Pada stasiun I nilai rata-rata BOT Sedimen sebesar 7,85%, Stasiun
22,34% dan Stasiun III 10,27%.

B. Tutupan dan Kerapatan Lamun


1. Tutupan Lamun
Hasil pengukuran tutupan lamun didapatkan nilai tertinggi pada stasiun II
(67%), sedangkan pada stasiun I dan III didapatkan hasil yang sama (42%)
(Gambar 8)

17
80%
70% 67%

60%
Tutupan Lamun % 50%
42% 42%
40%
30%
20%
10%
0%
I II III
Stasiun

Gambar 8. Rata-rata Persen Tutupan Lamun di Perairan Dusun Puntondo


2. Kerapatan Lamun
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata – rata kerapatan lamun
Thalassia hemprichii tertinggi pada stasiun III sebesar 197 ind/m² (±26,69)
sementara rata-rata kerapatan lamun Thalassia hemprichii terendah pada
stasiun II sebesar 132 ind/m² (±26,69). Rata – rata kerapatan lamun jenis
Enhalus acoroides tertinggi pada stasiun I sebesar 69 ind/m² (±13,70),
sementara rata-rata kerapatan Enhalus acoroides terendah pada stasiun II
sebesar 36 ind/m² (±13,70). Rata- rata kerapatan lamun jenis Syringodium
isoetifolium tertinggi pada stasiun II sebesar 148 ind/m² (±66,85), sementara
pada stasiun III tidak ditemukan lamun jenis Syringodium isoetifolium. Rata-rata
kerapatan lamun pada jenis Cymodocea rotundata tertinggipada stasiun II
sebesar 120 ind/m² (± 45.75) terendah pada stasiun II sebesar 11 ind/m² (±
45.75), sementara pada jenis Halophila ovalis hanya ditemukan di stasiun I
dengan rata-rata kerapatan lamun sebesar 7 ind/m² (±3.14) (Gambar.9),

18
250
Kerapatan Lamun ind/m²
200

150 Enhalus acoroides


Thalassia hemprichi
100 Cymodocea rotundata
Halophila ovalis
Syringodium isoetifolium
50

0
1 2 3
Stasiun

Gambar 9. Rata-rata Kerapatan Lamun Per Jenis di Perairan Dusun Puntondo

C. Karakteristik Sedimen Terhadap Sebaran Vegetasi Lamun


1. Karakteristik Sedimen
Presentase berat massa kumulatif sedimen berdasarkan skala wenworth
didominasi oleh pasir kasar (stasiun II dan III), sementara pada stasiun I
presentase berat massa sedimen didominasi pasir sedang. Hal ini sejalan
dengan hasil analisis sedimen dengan bantuan aplikasi Gradistat yang
menunjukkan bahwa jenis sedimen didominasi oleh pasir kasar (Tabel 6).
Tabel 6. Ukuran partikel sedimen pada setiap stasiun
Stasiun Ulanga Ukuran Media Jenis Sedimen
n Partikel n
(mm) (mm)
I I 0.25 - 0.5 0,323 Pasir sedang
II 0.25 - 0.5 0,257 Pasir sedang
III 0.25 - 0.5 0,34 Pasir sedang
II I 0.25 - 0.5 0,332 Pasir sedang
II 0.5-1 0,568 Pasir kasar
III 0.5-1 0,551 Pasir kasar
III I 0.5-1 0,552 Pasir kasar
II 0.5-1 0,526 Pasir kasar
III 0.5-1 0,558 Pasir kasar

2. Hubungan Karakteristik Sedimen terhadap Sebaran Lamun


Hasil korelasi persamaan regresi sederhana menunjukkan bahwa jenis
lamun Enhalus acroides terhadap ukuran partikel sedimen diperoleh nilai R²
(koefisien determinasi) sebesar 0,2519 (25.19%). Lamun Jenis Syringodium
isoetifolium diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,0514 (5,14%).

19
Lamun jenis Cymodocea rotundata terhadap ukuran partikel sedimen diperoleh
nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,3346 (33,46%). Lamun jenis Halophila
ovalis terhadap ukuran partikel sedimen diperoleh nilai R² (koefisien determinasi)
sebesar 0,1281 (12,81%). Lamun jenis Thalassia hemprichii terhadap ukuran
partikel sedimen diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,1755
(17,55%). Dari semua jenis lamun yang ditemukan di perairan Puntondo dapat
dikatakan bahwa jenis Cymodocea rotundata memiliki nilai koefisien determinasi
tertinggi (R2=33,46%) dibandingkan jenis lainnya.
Tabel 7. Hubungan ukuran partikel sedimen dengan Kerapatan jenis lamun
Jenis Lamun Persamaan Regresi Nilai R²
Enhalus acroides y = -82,64x + 90,571 R² = 0,2519
Syringodium isoetifolium y = 130,31x - 4,24 R² = 0,0514
Cymodocea rotundata y = 238,57x – 47,992 R² = 0,3346
Halophila ovalis y = -18,636x + 10,52 R² = 0,1281
Thalassia hemprichii y = 160,93x + 92,352 R² = 0,1755

200
180
160
Kerapatan Lamun (ind/m2)

140
120
100
80
60 f(x) = 130.311989089276 x − 4.24001558674784
R² = 0.0514025034503505
40
20
0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600
Ukuran Partikel Sedimen (mm)

Gambar 10. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Syringodium isoetifolium

20
180
160
140

Kerapatan Lamun (ind/m2)


120
100
80 f(x) = 238.565341510728 x − 47.9923692703877
R² = 0.334643597274553
60
40
20
0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600
Ukuran Partikel Sedimen (mm)

Gambar 11. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Cymodocea rotundata
25

20
Kerapatan Lamun (ind/m2)

15

10

5 f(x) = − 18.6363289820329 x + 10.5195300256673


R² = 0.128124761751476
0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600
Ukuran Partikel Sedimen (mm)

Gambar 12. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Halophila ovalis

21
250

200

Kerapatan Lamun (ind/m2)


f(x) = 160.92639497158 x + 92.3519928165423
150 R² = 0.175456319476245

100

50

0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600
Ukuran Partikel Sedimen (mm)

Gambar 13. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Thalassia hemprichii

90
80
70
Kerapatan Lamun (ind/m2)

f(x) = − 82.6402595532364 x + 90.5710577810909


60 R² = 0.251939161280485
50
40
30
20
10
0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600
Ukuran Partikel Sedimen (mm)

Gambar 14. Hasil analisis regresi linear hubungan ukuran partikel sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Enhalus acoroides
3. Hubungan Bahan Organik Total (BOT) Sedimen terhadap Sebaran Lamun
Hasil korelasi persamaan regresi sederhana menunjukkan bahwa jenis
lamun Enhalus acoroides terhadap Bahan Organik Total sedimen diperoleh nilai
R² (koefisien determinasi) sebesar 0,3436 (34.36%). Lamun Jenis Syringodium
isoetifolium diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,6282 (62.82%).
Lamun jenis Cymodocea rotundata terhadap Bahan Organik Total Sedimen
diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,5623 (56.23%). Lamun jenis

22
Halophila ovalis terhadap Bahan Organik Total sedimen diperoleh nilai R²
(koefisien determinasi) sebesar 0,0503 (5.03%). Lamun jenis Thalassia
hemprichii terhadap Bahan Organik Total sedimen diperoleh nilai R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,1654 (16,54%).
Tabel 8. Hubungan Bahan Organik Total Sedimen dengan Kerapatan jenis lamun
Jenis Lamun Persamaan Regresi Nilai R²
Enhalus acoroides y = -1,5235x + 74,329 R² = 0,3436
Syringodium isoetifolium y = 7,1917x - 43,23 R² = 0,6282
Cymodocea rotundata y = 4,882x - 7,6303 R² = 0,5623
Halophila ovalis y = -0,1843x + 4,7078 R² = 0,0503
Thalassia hemprichii y = -2,4665x + 197,27 R² = 0,1654

180
160
140
Kerapatan Lamun (ind/m2)

120 f(x) = 4.88198490466102 x − 7.63032971398305


R² = 0.562297823827371
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30
Bahan organik total sedimen (%)

Gambar 15. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Cymodocea rotundata

23
25

20

Kerapatan Lamun (ind/m2)


15

10

5
f(x) = − 0.184266635679696 x + 4.707774396835
R² = 0.0502587248816372
0
0 5 10 15 20 25 30
Bahan organik total sedimen (%)

Gambar 16. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Halophila ovalis
250
Kerapatan Lamun (ind/m2)

200
f(x) = − 2.46647056598063 x + 197.269947412228
150 R² = 0.165375832246288

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30
Bahan organik total sedimen (%)

Gambar 17. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Thalassia hemprichii

24
200
180

Kerapatan Lamun (ind/m2)


160
140 f(x) = 7.19165148845555 x − 43.2296100776116
R² = 0.628171903552117
120
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30
Bahan organik total sedimen (%)

Gambar 18. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Syringodium isoetifolium
90
80
Kerapatan Lamun (ind/m2)

70
60 f(x) = − 1.52353546026461 x + 74.3285783195694
50 R² = 0.343576290482924
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Bahan organik total sedimen (%)

Gambar 19. Hasil analisis regresi linear hubungan Bahan Organik Total sedimen
dengan kerapatan jenis lamun Enhalus acoroides

25
V. PEMBAHASAN

A. Tutupan dan Kerapatan Lamun


Berdasarkan kategori kondisi lamun didalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004 (Tabel.3) maka lamun di Dusun Puntondo
dibagi menjadi 2 kategori yaitu kaya/sehat (stasiun II) dan Kurang Kaya/Kurang
Sehat (stasiun I dan III) (Gambar.8). Kondisi lamun kategori Kaya Sehat pada
stasiun II kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya nilai BOT pada sedimen
(22,34%) di stasiun tersebut akibat banyaknya sumber BOT salah satunya
adalah akitivitas manusia karena dekatnya lokasi tersebut dengan pemukiman.
Hasil pengamatan kerapatan lamun di Perairan Dusun Puntondo terdapat
5 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, Cymodocea
rotundata, Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii. Pada stasiun I kerapatan
tertinggi pada jenis Thalassia hemprichii dengan nilai rata-rata 163 ind/m²
sementara kerapatan terendah pada jenis Halophila ovalis dengan nilai rata-rata
7 ind/m². Pada stasiun II ditemukan 4 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii
dengan kerapatan tertinggi pada jenis Syringodium isoetifolium yakni 148 ind/m²,
sementara pada stasiun III terdapat 3 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides,
Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii dengan kerapatan tertinggi pada
jenis Enhalus acoroides yakni 197 ind/m² (Gambar 9). Halophila ovalis memiliki
frekuensi kemunculan yang paling sedikit diduga bahwa kurangnya tingkat
adaptasi yang dimiliki oleh Halophila ovalis dan tingginya tekanan lingkungan
yang terjadi serta jenis lamun ini mempunyai distribusi yang sangat sempit
bahkan ukuran morfologi daun yang kecil tidak seperti pada umumnya (Samson
et a.l, 2020).
Menurut Kiswara (2010) dalam Suryanti et al., (2014) mengemukakan
bahwa kerapatan tunas lamun per luasan area tergantung pada jenisnya. Jenis
lamun yang mempunyai morfologi besar seperti Enhalus acoroides mempunyai
kerapatan yang rendah dibandingkan dengan jenis lamun yang mempunyai
morfologi kecil seperti jenis Thalassia hemprichii dengan kerapatan yang tinggi.

26
B. Karakteristik Sedimen Terhadap Sebaran Lamun
1. Karakteristik Sedimen
Tekstur sedimen di perairan Dusun Puntonto berdasarkan hasil
pengukuran pada semua Stasiun pengamatan bertipe pasir kasar dan pasir
sedang. Presentase berat massa kumulatif sedimen berdasarkan skala wenworth
didominasi oleh pasir kasar (0.5 - 1 mm) terdapat pada stasiun II dan III,
sementara pada stasiun I presentase berat massa sedimen didominasi pasir
sedang (0.25 - 0.5 mm).
2. Hubungan Karakteristik Sedimen terhadap Sebaran Lamun
Hasil uji korelasi antara ukuran partikel sedimen dan kerapatan lamun
menunjukkan bahwa jenis lamun Enhalus acoroides memiliki nilai R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,2519 (25.19%). Hal ini menunjukkan bahwa partikel
sedimen hanya berpengaruh 25.19% terhadap kerapatan jenis lamun Enhalus
acoroides, rendahnya hubungan kerapatan Enhalus acoroides terhadap ukuran
partikel sedimen di karenakan Enhalus acoroides cenderung hidup disubstrat
berlumpur hal ini sejalan dengan pendapat Sangaji (1994) menyatakan bahwa
Enhalus acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit
bercampur lumpur dan kadang-kadang terdapat dasar yang terdiri dari campuran
pecahan karang yang telah mati. Kemudian Bengen (2001) juga menyatakan
bahwa Enhalus accoroides merupakan lamun yang tumbuh pada substrat
berlumpur dari perairan keruh dan dapat membentuk jenis tunggal, atau
mendominasi komunitas padang lamun.
Lamun Jenis Syringodium isoetifolium diperoleh nilai R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,0514 (5,14%) yang berarti kerapatan jenis dikategorikan
memiliki hubungan yang sangat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa partikel
sedimen hanya berpengaruh 5,14% terhadap kerapatan jenis lamun. Uji korelasi
Cymodocea rotundata terhadap ukuran partikel sedimen diperoleh nilai R²
(koefisien determinasi) sebesar 0,3346 (33,46%) yang berarti kerapatan jenis
dikategorikan memiliki hubungan yang sedang, menunjukkan bahwa partikel
sedimen hanya berpengaruh 33,46% terhadap kerapatan jenis lamun. Halophila
ovalis terhadap ukuran partikel sedimen diperoleh nilai R² (koefisien determinasi)
sebesar 0,1281 (12,81%) yang berarti kerapatan jenis dikategorikan memiliki
hubungan yang lemah. Hal ini menunjukkan ukuran partikel sedimennya hanya
berpengaruh 12,81%. Sementara uji korelasi Thalassia hemprichii terhadap
ukuran partikel sedimen diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,1755

27
(17,55%) yang berarti kerapatan jenis dikategorikan memiliki hubungan yang
lemah. Hal ini menunjukkan ukuran partikel sedimennya hanya berpengaruh
17,55%. Terdapatnya nilai koefisien determinan (R2) yang sangat bervariasi dan
relatif sangat rendah dapat menunjukkan bahwa selain ukuran butir sedimen,
terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap kerapatan jenis lamun.
Ukuran partikel sedimen yang memiliki pengaruh yang tinggi terhadap
kerapatan jenis lamun yaitu Lamun Cymodocea rotundata. Hal ini sejalan dengan
pendapat Arifin (2001) yaitu Lamun Cymodocea spp. mampu tumbuh pada
berbagai substrat mulai dari kisaran liat berlumpur hingga pecahan karang yang
kasar, pada lingkungan tenang dan substrat berpasir lamun ini membentuk
padang monospesifik yang luas dan padat.
Hasil korelasi persamaan regresi sederhana menunjukkan bahwa jenis
lamun Enhalus acoroides terhadap Bahan Organik Total sedimen diperoleh nilai
R² (koefisien determinasi) sebesar 0,3436 yang berarti kerapatan jenis
dikategorikan memiliki hubungan yang sedang, hal ini menunjukkan bahwa BOT
sedimen hanya berpengaruh 34.36% terhadap kerapatan jenis lamun. Hal ini
sependapat dengan Colton dalam Sabri dan Hastono (2007) yang menyatakan
bahwa jika nilai koefisien korelasi berada di antara 0,26-0,50 maka memiliki
hubungan sedang.
Dari grafik hubungan anatara lamun Syringodium isoetifolium dengan nilai
BOT sedimen, diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,6282 yang
berarti kerapatan jenis dikategorikan memiliki hubungan yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa BOT sedimen berpengaruh 62.82% terhadap kerapatan
jenis lamun. Hubungan antara lamun jenis Cymodocea rotundata terhadap BOT
sedimen diperoleh nilai R² (koefisien determinasi) sebesar 0,5623 yang berarti
kerapatan jenis dikategorikan memiliki hubungan yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa BOT sedimen berpengaruh 56.23% terhadap kerapatan
jenis lamun Cymodocea rotundata.. Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii
memiliki hubungan terhadap BOT Sedimen yang rendah, dimana hubungan
lamun Halophila ovalis terhadap BOT sedimen diperoleh nilai R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,0503 (5.03%). Adapun hubungan lamun jenis Thalassia
hemprichii terhadap Bahan Organik Total sedimen diperoleh nilai R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,1654 (16,54%). Adanya nilai koefisien determinansi yang
relatif bervariasi tersebut menunjukkan bahwa kerapatan lamun tidak hanya

28
dipengaruhi oleh BOT sedimen tetapi ada faktor lain juga, misalnya dengan
karakteristik jenis lamun itu sendiri.

C. Parameter Lingkungan
Faktor Lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan
jenis lamun di suatu perairan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa kecerahan,
kedalaman, Bahan Organik Total (BOT) sedimen maupun kondisi sedimen dasar
perairan. Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman perairan di lokasi penelitian,
didapatkan kisaran rata-rata 1,09 m. Nilai tersebut termasuk kedalam perairan
yang dangkal, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nirmawati (2018)
bahwa kisaran kedalaman perairan tempat lamun ditemukan tergolong dangkal
apabila kedalamannya dibawah 2 meter. Nilai kedalaman dapat berubah secara
periodik pada kisaran nilai pasang surut tertinggi dan surut terendah, sebaliknya
akan bernilai besar pada pasang tertinggi (Tubalawony, 2008).
Tingkat kecerahan perairan secara umum pada semua stasiun
pengamatan berkisar antara 37 % - 44%. Rendahnya tingkat kecerahan tidak
sesuai dengan hasil rata-rata pengukuran partikel sedimen yang didominasi oleh
pasir kasar hal ini dikarenakan tingginya aktivitas nelayan yang menangkap ikan
di lokasi penelitian, sehingga partikel sedimen teraduk di perairan. Kecerahan
memengaruhi produktivitas lamun karena penetrasi cahaya kedalam air
dibutuhkan untuk berfotosintesis bagi lamun.
Pengukuran BOT sedimen pada stasiun I didapatkan nilai rata-rata sebesar
7,85%, pada stasiun II dengan nilai rata-rata BOT sedimen sebesar 22,34%. Nilai
tersebut sejalan dengan nilai kerapatan dan persen tutupan lamun yang tinggi
pada stasiun II. Sedangkan pada stasiun III didapatkan nilai rata-rata BOT
Sedimen sebesar 10,27%. Tingginya nilai rata-rata BOT Sedimen pada stasiun II
karena lokasi tersebut dekat dengan pemukiman warga, sehingga
memungkinkan untuk adanya suplay bahan organik kedalam perairan dari limbah
rumah tangga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Manik et al.,
(2017), bahwa tingginya bahan organik yang masuk kedalam perairan berasal
dari peningkatan aktivitas di daratan seperti aktivitas rumah tangga, pengisian
minyak kapal tambak, budidaya dan industri yang masuk kedalam perairan.

29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ditemukan 5 jenis lamun Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium)
dengan sebaran yang berbeda-beda sesuai karakteristik sedimennya dan
jenis lamunnya.. Jenis lamun Enhalus acoroides mempunyai sebaran
yang paling luas, dibandingkan dengan jenis lamun Halophila ovalis yang
mempunyai sebaran paling sempit.
2. Hubungan antara partikel sedimen dengan kerapatan lamun dengan nilai
determinani tertinggi (R2=0,3346) ditemukan pada Cymodocea rotundata
sedangkan terendah (R2=0,0514) pada lamun jenis Syringodium
isoetifolium.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian mendalam tentang hubungan karakteristik
sedimen dengan sebaran vegetasi lamun.

30
DAFTAR PUSTAKA

Alie, K. 2010. Pertumbuhan dan Biomassa Lamun Thalassia hemprichii di


Perairan Pulau Bone Batang Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. J.
Sains MIPA. Vol 6 No 2. ISSN 1978-1873.
Argadi, G. 2003. Struktur Komunitas Lamun di Perairan Pagerungan, Jawa
Timur. Skripsi. Program Studi Mnajemen Sumberdaya Perairan : IPB.
Arifin.2001. Kondisi dan Potensi Serta Studi Konservasi Ekosistem Padang
Lamun di Sulawesi Selatan, Studi Kasus di Kabupaten Takalar dan Sinjai.
Sulawesi Selatan: BALITBANGDA.
Askab, M. H 2000. Struktur dan fungsi komunitas lamun. Oseana, Volume XXV,
Nomor 3, 2000:9-17.
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir.Bogor:
Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D, G. 2004. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Instititut Pertanian Bogor.
Bortone, S, A. 2000. Seagrasses: Monitoring, ecology, physiology, and
management. CRC Press.
Daeng, B. 2018. Keterkaitan Jenis Kerapatan Lamun dengan Tekstur Sedimen di
Dusun Biringkassi Desa Sapanang Kecamatan Binamu Kabupaten
Jeneponto, Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin.
Dahuri R, Rais Y, Putra SG, Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia. , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dipapio M. A. 2016, Pola Sebaran Sedimen Berdasarkan Tutupan Lamun. Di
Desa Teluk Bakau Kecematan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, UMRAH.
Tanjungpinang.
Dwintasari, F. 2009. Hubungan Ekologis Lamun (Seagrass) Terhadap
Kelimpahandan Keanekaragaman Ikan di Pulau Pramuka Kepulauan
Seribu. skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

31
Garrison, T. 2005. Oceanography: An Invitation to Marine Science. 5ed.Thomson
Learning, Inc. USA.
Ghufran M dan Kordi H.K., 2011. Ekosistem Lamun (seagrass) Fungsi, Potensi
dan Pengelolaan. Cetakan 1. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Enhalus acoroides dengan Substrat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo
Kab. Pangkep. Program Studi Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin.
Makassar. Skripsi
Hutabarat, S dan Evans, S., 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas
Indonesia. UI-Press.
Juraij. Bengen D. G. Kawaroe. M. 2014. Keanekaragaman Jenis Lamun
Sebagai Sumber Pakan Dugong Dugon Pada Desa Busung Bintan Utara
Kepulauan Riau. Pascasarjana Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Omni-Akuatika Vol. XIII No.19
November 2014 : 71 – 76.
Kawaroe Mujizat dkk. 2016. Ekosistem Padang Lamun. Edisi 2. PT Penerbit IPB
Press. Bogor.
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup (KEPMEN-LH) Nomor 200 Tahun
2004. Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status
Padang Lamun. Jakarta.
Kiswara, W., dan M. H. Azkab., 2000. Spesismen Lamun (Seagrass) yang
Tersimpan di dalam Koleksi Referensi Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Kiswara, W. 2004. Kondisi Padang Lamun (Seagrass) di Perairan Teluk Banten
1998-2001. Lembaga Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta. Xii+33 hml
Kohongia, K. 2002. Karakteristik sedimen dasar Teluk Buyat [skripsi]. Program
studi Ilmu Kealutan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan- Unsrat.
Manado.
Lanuru, M. dan Ferayanti D. 2011. Hubugan Sedimen Dasar Perairan Dengan
Penyebaran Lamun (Seagrass). Omni-Akuatika, Volume 10 (13) 79-83.
Latuconsina, H., 2012. Seberan Spasial Vegetasi Lamun (Sea Grass)
Berdasarkan Perbedaan Karakteristik Fisik Sedimen Di Perairan Teluk
Ambom Dalam. Bimafika, 2012, 4, 405 – 412.

32
Manik, Y. Nedi, S. Elizal. 2017. Analisi Fraksi Sedimen dan Bahan Organik di
Perairan Muara Sungai Dumai Provinsi Riau. Fakultas Prikanan dan
Kelautan Universitas Riau.
McKenzie, L. J. Roden, C.A. 2003, Seagrass-Watch:Manual for Mapping and
Monitoring Seagrass Resources by Commonity (citizen) Volunteers, 2nd
edition, Northern Fisheries Centre, Cairns
McKenzie L. 2008. Seagrass Educators Handbook. www.seagrasswatch.org.
Nirmawati, 2018. Kaitan Ketebalan dan Ukuran Partikel Sedimen dengan
Kerapatan Jenis Lamun di Pulau Barrangcaddi Kota Makassar, Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company,
Philadelphta, London.
Purnomo H. K. Yusniawati. Y. Putrika. A. Handayani. W. Yasman. 2017.
Keanekaragaman spesies lamun pada beberapa ekosistem padang lamun
Di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. ISSN. Volume 3 (2) : 236-240
Rahmawati, S, Irawan, A, Supriyadi, I, H & Azkab, M, H. 2014. Panduan
Monitoring Padang Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen Sampling dan Analisis, Universitas Riau Press.
Ruswahyuni, Widyorini.N, Assy.D. 3013. Hubungan Kelimpahan Meiofauna pada
Kerapatan Lamaun yang Berbedadi Pulau Panjang Jepara. Journal of
Management of Aquatic Resources. Vol.2 No.2 Hal: 226-232
Sakey, W.F, Wagey, B.T & Gerung GS. 2015. Variasi Morfometrik Pada
Beberapa Lamun di Perairan Semenanjung Minahasa. Jurnal Pesisir dan
Laut. vol. 1 no 1 : 1–7.
Samson, E., Daniati, K., & Deli, W. 2020. Kajian Kondisi Lamun Pada Perairan
Pantai Waemulang, Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Biologi Science &
Education.Vol 9 Edisi Juni – Juli 2020: 11 – 25.
Sangaji, F. 1994. Sedimen Dasar Terhadap Penyebaran, Kepadatan ,
Keanekaragaman dan Pertumbuhan Padang Lamun di Laut Sekitar Pulau
Barang Lompo. Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin.
Sjafrie, Nurul D, M. 2018. Status padang Lamun Indonesia 2018 Ver.2. Jakarta
: Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI.

33
Suryanti., Ain, C., Tishmawati, C.N. 2014. Hubungan Kerapatan Lamun
(Seagrass) Dengan Kelimpahan Syngnathidae di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu. Dipoegoro Journal of Maquares. Vol 3 (4) : Hal 147-
153
Tubalawony, S. 2008. Dinamika Massa Air Lapisan Ekman Perairan Selatan
Jawa – Sumbawa Selama Muson Tenggara. Torani, 17(2):140-150.
.Yunitha, A, Wardianto, Y, &Yulianda, F. 2014. Diameter Substrat dan Jenis
Lamun di Pesisir Bahoi Minahasa Utara: Sebuah Analisis Korelasi. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). vol. 19 : 130-135
Waycott, M., McMahon K, J. Mellors, A. Calladine, dan D. Kleine. 2004. A Guide
toTropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook
University,Townsville-Queensland-Australia.

L
A
M

34
P
I
R
A
N

35
Lampiran 1. Analisis besar butir sedimen

36
Lampiran 2. Hubungan BOT Sedimen dengan kerapatan jenis lamun
Stasiun Ulanga BOT Ea Th Cr Ho Si
n Sedime
n

I 1 8,64 80 204 8 20 0
2 9,32 60 88 12 0 40
3 5,6 68 196 12 0 0
II 1 26,94 48 92 84 0 116
2 27,62 24 172 156 0 180
3 12,46 36 132 120 0 148
III 1 9,34 32 172 68 0 0
2 8,6 84 224 32 0 0
3 12,88 52 196 32 0 0

Lampiran 3. Hubungan Ukuran Partikel Sedimen dengan kerapatan jenis lamun


Stasiun Ulangan Ukuran Ea Th Cr Ho Si
Butir

I 1 0,323 80 204 8 20 0
2 0,257 60 88 12 0 40
3 0,34 68 196 12 0 0
II 1 0,332 48 92 84 0 116
2 0,568 24 172 156 0 180
3 0,551 36 132 120 0 148
III 1 0,552 32 172 68 0 0
2 0,526 84 224 32 0 0
3 0,558 52 196 32 0 0

37
38

Anda mungkin juga menyukai