Anda di halaman 1dari 57

PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN CANTRANG DI PERAIRAN KOTA

MAKASSAR SULAWESI SELATAN

SAMPUL

SKRIPSI

MUH. FIQRI RUSTAM


L231 16 314

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN CANTRANG DI PERAIRAN KOTA

MAKASSAR SULAWESI SELATAN

MUH. FIQRI RUSTAM


L231 16 314

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK

M Fiqri Rustam. L231 16 314. “PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN CANTRANG DI


PERAIRAN KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN”. Dibimbing Oleh Alfa Nelwan
Sebagai Pembimbing Utama Dan Muhammad Kurnia sebagai pembimbing anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan komposisi jenis ikan hasil tangkapan
cantrang dan Menentukan produktivitas penangkapan alat tangkap cantrang di perairan
Barombong Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021 – Juli 2021 di
perairan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah Metode
observasi dilakukan dengan cara mengikuti operasi penangkapan cantrang sebanyak 30
trip. Hasil tangkapan cantrang pada kapal yakni Bete-Bete (Leiognathus sp.) sebesar 40%
(844 kg), Biji nangka (Upeneus sulphureus) 7% (140 kg), Selar kuning (Nemipterus sp)
sebesar 33% (704 kg), Tongkol (Euthynnus affinis) sebesar 7% (137 kg), Kerong-kerong
(Terapon Jarbua) sebesar 4% (83 kg), Cumi-cumi (Loligo sp) sejumlah 2% (51 kg), Selar
bentong (Selar crumenophthalmus) 6% (116 kg), dan Pari (Myliobatoidei) sejumlah 1% (29
kg). penelitian ini digunakan sebagai informasi terkait kemampuan tangkap cantrang
perairan kota Makassar. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.

Kata kunci: Cantrang, Produktivitas, Luas Daerah Sapuan Jaring Cantrang.


ABSTRACT

M Fiqri Rustam. L231 16 314. “CANTRANG FISHING PRODUCTIVITY ON MAKASSAR


SULAWESI SELATAN”. Supervised by Alfa Nelwan as the main supervisor and
Muhammad Kurnia as the member's supervisor.

This study aims to describe the composition of the species of cantrang caught fish and
determine the productivity of cantrang fishing gear in Barombong waters, Makassar City.
This research was conducted in June 2021 – July 2021 in the waters of Makassar City,
South Sulawesi. The method used is the observation method carried out by following the
cantrang fishing operation for 30 trips. Fish cacth by on a cantrang boat is Ponyfish
(Leiognathus sp.) sebesar 40% (844 kg), Goat fish (Upeneus sulphureus) 7% (140 kg),
Yellow strips (Nemipterus sp) sebesar 33% (704 kg), Skipjack tuna (Euthynnus affinis)
sebesar 7% (137 kg), Terapon jarbua (Terapon Jarbua) sebesar 4% (83 kg), Common squid
(Loligo sp) sejumlah 2% (51 kg), Bigeye scad (Selar crumenophthalmus) 6% (116 kg), dan
Ribbon tail (Myliobatoidei) sejumlah 1% (29 kg). This research is used as information related
to the ability to catch cantrang in Makassar waters. In addition, this research can also be
used as a reference for further research.

Kata kunci: Cantrang, Fishing Productivity, Cantrang Swept Area.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, puji syukur kita panjatkan


kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatnya penyusun memperoleh kekuatan dan
keselamatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Taklupa pula penyusun
mengirimkan shalawat dan taslim kepada junjungan umat Islam Baginda Nabi
Muhammad SAW, berkat Allah SWT yang menurunkannya ke muka bumi untuk
dijadikan suri tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillah, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian “Produktivitas Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Cantrang di Perairan
Barombong Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik konstruktif yang mengarah kepada kesempurnaan proposal
penelitian ini di masa mendatang.
Akhir kata, atas perhatian dan waktu luang yang telah diberikan sehingga proposal
penelitian ini sempat terbaca. Penulis mengucapkan terima kasih, semoga proposal
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pada proses penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan yang memembangun dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghanturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Seluruh keluarga besar, khususnya kedua orang tua penulis, Drs Rustam Manfalutie
dan Haerati Samad serta saudara dan kakak ipar penulis A. Gilang Massagonie, Muh
Fadel Rustam, Siti Khadija Fitrianingsi, Layla Humaidah yang selalu memberikan
semangat dan arahan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Alfa Nelwan, M.Si selaku pembimbing utama yang rela memberikan
waktunya kepada penulis untuk bimbingan dan memfasilitasi segala kebutuhan penulis.
3. Bapak Muhammad Kurnia, S.Pi., M.Sc., Ph.d selaku pembimbing anggota dan
sekaligus pembimbing akademik yang memberikan ilmu dan membimbing penulis
hingga akhir.
4. Bapak M. Abduh Ibnu Hajar, S.Pi MP, Ph.D dan Bapak Ir. Ilham Jaya, MM. selaku
penguji yang telah memberikan kritikan, koreksi dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
5. Ibu Hj Lebang selaku pemilik kapal yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
selama berada di lokasi penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2016 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
khususnya program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang selalu menjadi
penyemangat dalam mengerjakan penelitia ini.
7. Serta seluruh pihak yang sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian skripsi ini
dan tidak bisa penulis sebutkan Namanya satu persatu.

Penulis telah berusaha menyajikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penelitian
ini juga begitu jauh dari kata kesempurnaan, sehingga skripsi ini masih membutuhkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepanya menjadi lebih baik lagi. Semoga
hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri. Semoga
segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala
yang sebesar-besarnya di sisi-Nya Amiin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, 5 Agustus 2020

Muh Fiqri Rustam


BIODATA PENULIS

MUH FIQRI RUSTAM, Dilahirkan di pada tanggal 29 desember 1997 di


Makassar, Sulawesi Selatan. Ayah Bernama Drs Rustam Manfalutie dan
ibu Haerati Samad. Anak terakhir dari tiga bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SD Unggulan Toddopuli Tahun 2010, SMP
Negeri 13 Makassar Tahun 2013 dan SMA Negeri 12 Makassar Tahun
2016. Pada Tahun 2016 penulis berhasil di Universitas Hasanuddin
melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah aktif dalam Kegiatan
Mahasiswaan yang di selenggaran Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan.
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................. 1

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.

Produktivitas Penangkapan Cantrang Di Perairan Kota MakassarError! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 4

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 10

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. 12

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. 13

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................... 14

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3

A. Deskripsi Cantrang .................................................................................................... 3


B. Pengoperasian Alat Tangkap Cantrang ...................................................................... 4
C. Kapal ......................................................................................................................... 4
D. Daerah Penangkapan ................................................................................................ 5
E. Hasil Tangkapan ........................................................................................................ 5
F. Produktivitas Penangkapan ....................................................................................... 6
III. METODE PENELITIAN ................................................................................................. 7

A. Waktu dan Tempat.................................................................................................... 7


B. Alat dan Bahan .......................................................................................................... 7
C. Metode Penelitian........................................................ Error! Bookmark not defined.
D. Metode Pengambilan Data ........................................... Error! Bookmark not defined.
E. Analisis Data ............................................................................................................. 8
F. Analisis Data ................................................................ Error! Bookmark not defined.
IV. HASIL .............................................................................................................................. 9

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................................... 9


B. Deskripsi Alat Tangkap .............................................................................................. 9
C. Dekskripsi Alat Bantu Penangkapan Ikan ................................................................. 15
D. Metode pengoperasian ........................................................................................... 17
Adapun alur pengoperasian alat tangkap Cantrang yang dioperasikan pada penitian sebagai
berikut : .............................................................................................................................. 17
A. Hasil tangkapan....................................................................................................... 20
B. Daerah Penangkapan Ikan ....................................................................................... 22
C. Produktivitas Hasil Tangkapan ................................................................................. 23
V. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 26

A. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan. ............................................................................ 28


B. Produktivitas Hasil Tangkapan ................................................................................ 29
C. Frekuensi Kemunculan Ikan .......................................... Error! Bookmark not defined.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 30

VII. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 31


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Kegunaan .......................................................................................................... 7


Tabel 2. Hasil Tangkapan Cantrang ........................................................................................... 20
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lokasi fishing base cantrang di perairan kota makassar ......................................... 7


Gambar 2. Kapal Cantrang .......................................................................................................... 10
Gambar 3. jaring cantrang ........................................................................................................... 10
Gambar 4. Tali Ris Bawah dan Tali Ris Atas ............................................................................. 11
Gambar 5. Pelampung Tanda ..................................................................................................... 12
Gambar 6. Pelampung Utama ..................................................................................................... 12
Gambar 7. Pemberat ................................................................................................................... 13
Gambar 8. Mesin Utama .............................................................................................................. 13
Gambar 9. Mesin Roller ............................................................................................................... 14
Gambar 10. Roller ........................................................................................................................ 14
Gambar 11. Serok ........................................................................................................................ 15
Gambar 12. Styrofoam ................................................................................................................. 16
Gambar 13. Keranjang ................................................................................................................. 16
Gambar 14. alur pengoperasian Cantrang ................................................................................. 17
Gambar 15. Persiapan ................................................................................................................. 18
Gambar 16. Proses Setting ......................................................................................................... 19
Gambar 17. Proses Hauling ........................................................................................................ 20
Gambar 18. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan .............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 19. Grafik Komposisi Hasil Tangkapan Hauling .............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 20. Peta Fishing Ground ............................................................................................... 22
Gambar 21. Grafik Produktivitas Hauling 1 ................................................................................ 23
Gambar 22. Grafik Produktivitas Hauling 2 ................................................................................ 23
Gambar 23. Grafik Produktivitas Hauling 3 ................................................................................ 24
Gambar 24. Grafik Produktivitas Hauling 4 ................................................................................ 24
Gambar 25. Grafik Produktivitas Hauling 5 ................................................................................ 25
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cantrang dikelompokkan sebagai jaring tarik. yaitu ditarik pada dasar perairan.
Tujuan penangkapan cantrang adalah kelompok ikan demersal. Cantrang alat tangkap aktif
yang dioperasikan dengan cara ditarik dengan menggunakan tenaga manusia ataupun
bantuan mesin. Penarikan jaring cantrang menyebabkan bagian mulut jaring akan terbuka,
sehingga ikan yang berada didepan mulut jaring akan masuk sampai ke bagian kantong.
Cantrang efektif menangkap kelompok ikan demersal, namun pada sisi lain pengoperasian
cantrang dapat mengancam keadaan stok ikan di suatu perairan. Tingkat selektivitas
cantrang relatif rendah, karena prinsip penangkapan cantrang adalah menyapu pada bagian
dasar perairan, sehingga apapun yang berada didepan mulut jaring cantrang akan masuk
kedalam badan jaring dan berakhir pada kantong cantrang.
Tidak selektifnya cantrang dalam pengoperasian menyebabkan dampak negatif
terhadap sumberdaya ikan. Dampak yang ditimbulkan adalah mengurangi kemampuan
tumbuh dan berkembang ikan, karena apapun jenis dan ukuran ikan jika sudah berada di
depan mulut jaring akan terdorong masuk sampai ke bagian kantong.
Cantrang terbuat dari bahan jaring, seperti kantong besar berbentuk kerucut dan
semakin kebelakang ukurannya semakin mengerucut. Cantrang tidak dilengkapi alat
pembuka mulut jaring, berupa gawang (beam) atau papan (outter board) dan untuk
penarikan tali selambar menggunakan winch kapstan dari atas kapal (BPPI, 1999). Cantrang
dioperasikan pada dasar perairan yang bersubstrat/berpasir dan tidak terdapat karang
dengan ikan demersal sebagai target penangkapan. Alat tangkap cantrang terdiri dari
bagian utama, yaitu sayap, badan serta kantong. Sayap mempunyai fungsi sebagai
penggiring ikan masuk kedalam badan, dan untuk selanjutnya ikan akan masuk ke dalam
kantong. Kantong merupakan tempat untuk menampung ikan hasil tangkapan.
Sifat atau prinsip penangkapan cantrang yang menyapu dasar perairan merupakan
permasalahan utama terhadap sumberdaya ikan. Hal ini disebabkan peluang penangkapan
yang relatif tinggi, namun tidak selektif. Dengan demikian penting diketahui kemampuan
tangkap dari cantrang, khususnya di perairan Kota Makassar.
Tidak selektifnya kegiatan penangkapan dengan menggunakan cantrang, maka
dibutuhkan kajian terkait kemampuan tangkap cantrang. Kemampuan tangkap dalam
penelitian ini adalah menentukan produktivitas penangkapan. Kemampuan tangkap dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan produktivitas penangkapan akan dapat diketahui
besaran jumlah hasil tangkapan dan jenis hasil tangkapan. Dengan demikian informasi
tentang produktivitas penangkapan dari suatu alat tangkap sangat penting untuk kebijakan

1
pengendalian pengoperasian cantrang khususnya dalam rangka mewujudkan penangkapan
secara berkelanjutan. Guna mengetahui kemampuan tangkap cantrang, maka tujuan dan
kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mendekskripsikan komposisi jenis ikan hasil tangkapan cantrang
2. Menentukan produktivitas penangkapan alat tangkap cantrang di perairan
Barombong Kota Makassar.
Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi terkait kemampuan tangkap
cantrang perairan kota Makassar. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan
untuk penelitian selanjutnya.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Cantrang
Cantrang merupakan alat tangkap ikan demersal yang pada prinsipnya terdiri dari
bagian kantong, badan, sayap dan mulut dengan bahan yang terbuat dari bahan serat
polyethylene (Subani dan Barus, 1989). Prinsip pengoperasian alat tangkap cantrang yaitu
melingkari tali selembar dan sayap seluas-luasnya pada daerah penangkapan kemudian
menarik tali selembar dan mempersempit ruang gerak ikan dengan bagian sayap sehingga
ikan yang berada di dekat mulut dapat masuk kedalam kantong dan sayap berfungsi
sebagai penghalau dan penggiring ikan masuk ke dalam kantong (Sudirman dan Mallawa,
2004)
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), konstruksi alat tangkap pukat tarik
cantrang adalah sebagai berikut:
1) Sayap/kaki pukat (wing)
Merupakan bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat tarik cantrang. Sayap
pukat terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower wing).
2) Badan pukat (body)
Merupakan bagian pukat yang terletak diantara bagian kantong dan bagian sayap pukat.
3) Kantong pukat (cod end)
Merupakan bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik cantrang.
4) Panjang total pukat
Merupakan hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan
bagian kantong.
5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth)
Merupakan bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian
badan pukat.
6) Danleno
Merupakan kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok
kayu/pipa besi yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat (kearah vertical)
dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat.
7) Tali ris atas (head rope)
Merupakan tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua
sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas.
8) Tali ris bawah (ground rope)
Merupakan tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel
bawah, melalui mulut pukat bagian bawah.

3
9) Tali selambar (wrap rope)
Merupakan tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik cantrang ke atas geladak
kapal.
10) Panel jaring (seam)
Merupakan lembaran susunan kontruksi pukat yang terdiri dari dua panel (seam) jaring,
yaitu satu panel atas (upper seam) dan satu panel bawah (lower seam).

B. Pengoperasian Alat Tangkap Cantrang

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006) Teknik pengoperasian cantrang adalah


sebagai berikut:
1) Penurunan pukat (setting)
Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan perahu/kapal
dengan gerakan maju perahu/kapal membentuk lingkaran sesuai dengan panjang tali
selambar dengan kecepatan perahu/kapal tertentu. Penggunaan tali selambar yang
panjang bertujuan untuk memperoleh area luas sapuan jaring
2) Penarikan dan Pengangkatan pukat (hauling)
Penarikan dan pengangkatan pukat dilakukan dari buritan perahu/kapal dengan
menggunakan alat bantu penangkapan (fishing machinery) dalam kedudukan perahu/kapal
bertahan.

C. Kapal
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan,
definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan
penelitian/eksplorasi perikanan.
Alat tangkap cantrang dioperasikan dengan mengunakan kapal yang berukuran mulai
dari 5 GT hingga 20 GT. Kapal yang digunakan terbuat dari kayu berukuran panjang 7
sampai 11 meter, lebar 3 meter dan dalam 1,5 meter. Menggunakan mesin dalam (inboard
engine) berkekuatan 18 sampai 22 HP atau lebih. Kapal dilengkapi palka berinsulasi dengan
kapasitas 3 – 4 ton sehingga memungkinkan lama trip sampai 7 hari atau lebih (Bambang,
2006).

4
D. Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah yang digunakan
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat
kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari suatu daerah
penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan penangkapan berada dalam air dan
tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke
dalam air terbatas. Salah satu syarat untuk daerah penangkapan yaitu keadaan daerahnya
aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan
(Suheri, 2010).
Menurut Damanhuri (1980), suatu perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan
ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1) Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2) Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna.
3) Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4) Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai
yang membahayakan.

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap cantrang hampir sama dengan
trawl. Cantrang dioperasikan pada daerah perairan yang dasarnya datar dengan substrat
berlumpur atau berpasir, tidak berbatu karang dan tidak terdapat benda-benda yang
mungkin dapat merusak alat tangkap cantrang di dasar perairan. Suatu perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi beberapa syarat yaitu
daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat
dioperasikan dengan mudah dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga
mudah dijangkau oleh perahu dan keadaan daerah pengoperasiannya aman dan tidak
membahayakan (Bambang, 2006).

E. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang terbagi menjadi dua, yaitu hasil
tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah
semua spesies yang menjadi sasaran utama dalam penangkapan. Disebut hasil
tangkapan utama karena memilik nilai ekonomis yang tinggi. Sedangkan hasil
tangkapan sampingan adalah semua spesies yang di luar hasil tangkapan utama. Nilai
ekonomis hasil tangkapan sampingan lebih rendah daripada nilai ekonomis hasil
tangkapan utama.

5
Cantrang dioperasikan di dasar perairan, otomatis akan diikuti dengan hasil tangkapan
yang mendominasi adalah ikan-ikan demersal. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
diperoleh hasil tangkapan ikan pelagis dikarenakan faktor pada saat operasi penangkapan
yang sedang dilakukan serta kedalaman alat tangkap tersebut beroperasi. Hasil tangkapan
alat tangkap cantrang kebanyakan adalah ikan selar (Caranx sp), ekor kuning (Caesio
erytrograster), peperek (Leiognathus spp), manyung (Arius thalassinus), kerapu
(Epinephelus sp), kapasan (Gerres kapas) dan kurisi (Nemipterus nematoporus) (Hapsari
dkk, 2014).

F. Produktivitas Penangkapan
Produktivitas penangkapan merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui
kemampuan atau kinerja kegiatan penangkapan ikan dari suatu alat tangkap. Selain itu,
produktivitas penangkapan merupakan indikator awal distribusi ikan ketika akan digunakan
untuk menilai daerah penangkapan ikan potensial (Nelwan dkk, 2015).
Ukuran produktivitas input sangat berguna dalam menilai efektivitas dan efisiensi
produksi. Produktivitas pada umumnya ialah rasio atau imbangan dari hasil produksi
terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan pada suatu sistem produksi. Adapun konsep
sederhana tentang produktivitas menyatakan bahwa produktivitas merupakan rasio antara
keluaran (output) dengan masukan (input) pada jangka waktu tertentu (Sinungan, 2005).
Efesiensi teknik merupakan ukuran dari kemampuan produksi yang terbaik serta
keluaran optimal yang mungkin dicapai dan berbagai masukan dan teknologi yang
digunakan. Faktor teknis dalam kegiatan penangkapan ikan berkaitan dengan tindakan atau
keputusan untuk melakukan aktivitas penangkapan yang menguntungkan. Tindakan atau
keputusan dalam melakukan aktivitas akan menyebabkan adanya efesiensi teknis yang
berkaitan dengan dimensi alat, upaya penangkapan ikan dan penggunaan teknlogi
penangkapan ikan (Viswananthan, 2003).

6
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2021 di Perairan Barombong (Kota
Makassar). Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti secara langsung operasi
penangkapan cantrang yang berpangkalan di perairan Kota Makassar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi fishing base cantrang di perairan kota makassar

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Alat dan Kegunaan

No. Alat Spesifikasi Kegunaan


1. Alat tangkap cantrang 5 GT Sebagai objek penelitian
2. Alat tulis kantor Digunakan untuk mencatat data yangada di
lapangan
3. Software ArcGIS Ver.10.5 Digunakan untuk membuat peta daerah
penangkapan
4. Timbangan 10 kg Digunakan untuk menimbang hasil tangkapan

5. Global Positioning System Gps Test Digunakan untuk mengambil data titik
(GPS) penangkapan
6. Kamera Xiaomi F3 Digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan
7. Stopwatch Digunakan untuk menghitung lama penarikan
jaring

8. www.fishbase.se Digunakan untuk menkorfimasi gambar hasil


tangkapan yang terdapat di website fishbase.

7
C. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus yakni satu alat
tangkap cantrang dengan penentuan kapal cantrang sebagai sampel dengan metode
purposive sampling dengan pertimbangan bahwa spesifikasi dan konstruksi relatif sama.
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan secara langsung
sebanyak 30 trip penangkapan. Pengambilan data dalam penelitian ini meliputi : lama
waktu penarikan jaring, posisi geografi daerah penangkapan ikan, jumlah ikan hasil
tangkapan berdasarkan jenis ikan.

D. Analisis Data
1. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Jenis ikan hasil tangkapan diperoleh dengan cara mencocokan gambar yang
terdapat di website fishbase.se. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan cantrang ditentukan
berdasarkan proporsi (%) dengan persamaan sebagai berikut .

𝑛𝑖
Pi = x 100% ..................................................................................(1)
𝑁

Dimana :
Pi = Komposisi jenis ikan ke-i (%)
ni = Berat setiap spesies ikan jenis ke-i (Kg)
N = Berat seluruh hasil tangkapan (Kg)

2. Produktivitas Penangkapan Ikan


Produktivitas penangkapan ditentukan berdasarkan persamaan (Dahle1989) yang
telah dimodifikasi sebagai berikut:
Dimana:
𝐶
Prd =
𝑇
Prd : Produktivitas cantrang (kg/menit)
C : Jumlah hasil tangkapan cantrang (kg)
T : Lama waktu penarikan jaring yang dihitung mulai dari ditariknya jaring cantrang
sampai selesai penarikan jaring.

8
IV. HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Jaring cantrang yang digunakan untuk pengambilan data penelitian berada di Perairan
Kota Makassar pada posisi geografis 119⁰ 38’ 92.60” BT dan -5⁰ 19’41,82” LS. Waktu yang
diperlukan untuk sampai ke fishing ground tergantung jarak dari fishing base ke fishing
ground. Fishing ground terjauh ditempuh sekitar 1-2jam dengan kecepatan kapal maksimal
5-6 mil/jam, sedangkan untuk fishing ground terdekat di tempuh sekitar 40 menit.
Kota Makassar Secara geografis terletak pada Bujur timur 19°24’17’38” dan 5°8’6’19”
Lintang Selatan. salah satunya pengambilan data yang digunakan di Kelurahan Barombong
berada di pesisir kota Makassar, sehingga sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai
nelayan. Profesi nelayan yang berada di Kelurahan Barombong umumnya mengoperasikan
alat tangkap cantrang dan purse seine, hasil pendataan menunjukkan terdapat 8 unit
cantrang.

B. Deskripsi Alat Tangkap

Komponen-komponen dari cantrang yang digunakan selama penelitian di Perairan


Kota Makassar, Makassar Sulawesi Selatan

1. Kapal
Kapal yang digunakan selama penelitian di Perairan Barombong Kota Makassar
memiliki dimensi (L x B x D) memiliki dimensi 12 m x 2,5 m x 1 m dan terbuat dari kayu
dengan kapasitas 5 GT.
ABK kapal terdiri atas 7 orang. Personil kapal terdiri dari satu orang nahkoda kapal
dan memperbaiki jaring apabila mengalami kerusakan setelah penangkapan, satu orang
bertugas sebagai penurun pelampung tanda dan penurunan jaring, dan 5 orang lainnya
bertugas sebagai penurun dan pengangkat jaring juga penurunan tali selambar. Bentuk
kapal cantrang yang digunakan selama penelitian terlihat pada gambar 2.

9
Gambar 2. Kapal Cantrang

2. Jaring
ukuran panjang jaring 51,49 meter dengan ukuran mesh size sebesar 3/4 - 1 inch.
Untuk bagian pada kantong terbuat dari material PE Poliethylene 380 d/12. Bagian badan
jaring PE Poliethylene 380 d/13. Pada bagian sayap atas dan sayap bawah PE Poliethylene
380 d/20. Sketsa model jaring cantrang terdapat pada gambar 3.

Gambar 3. Sketsa jaring cantrang ()

Berdasarkan gambar 3 kontruksi jaring cantrang terdiri dari :


1. Tali selambar 5. sayap jaring
2. Tali kekang 6. badan jaring
3. Dainleno 7. tali peberat /tali ris bawah
4. Pemberat 8. kantong jaring

10
3. Tali ris atas, tali ris bawah
Pada kapal kedua tali ris mempunyai panjang 53,32 meter dengan diameter 8 mm
dan menggunakan bahan poliethylene. Tali ris atas yang digunakan diamaternya harus
lebih kecil dari tali ris bawah agar mudah untuk memberikan gaya apung bagi pelampung
utama yang diikatkan pada tali ris atas. Tali ris bawah memiliki panjang 53,32 meter
dengan diameter 30 mm dan bahan yang digunakan pada tali ris bawah adalah
poliethylene (PE). tali ris bawah cenderung lebih tebal daripada tali ris atas untuk
mengimbangi pemberat agar tidak gampang putus. Gambar tali ris bawah dan tali ris atas
bisa dilihat pada gambar 4.

Gambar 3. Tali Ris Bawah dan Tali Ris Atas

4. Pelampung (Float)
Berdasarkan pemantauan saya di lapangan pelampung pada alat tangkap
cantrang terbagi atas dua yaitu : Pelampung utama dan Pelampung tanda adapun
pelampung utamanya terbuat dari plastik bola , pelampung utama pada jaring terdiri atas
dua pelampung berwarna merah dan biru terbuat dari plastik berbentuk bola yang
dipasang pada bagian jaring yang berfungsi sebagai daya apung dalam membuka mulut
jaring sedangkan pelampung tanda terbuat dari kumpulan gabus kecil yang dikumpulkan
menjadi satu dan dibungkus oleh jaring, nelayan cenderung menggunakan bahan yang
tidak terpakai yang ada disekitar mereka dan memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai
bagian dari alat tangkap. panjang tiang yang digunakan untuk ditempelkan ke pelampung
tanda itu 1,5 m dan dilengkapi kain hitam diujung tiang bambu agar pelampung tanda ini
terlihat jelas dari jauh.

11
Gambar 4. Pelampung Tanda

Gambar 5. Pelampung Utama

12
5. Pemberat (singker)
Pemberat yang digunakan pada alat tangkap cantrang terbuat dari bola plastik yang di
isi campuran semen dan kerikil agar menghemat biaya pembuatannya

Gambar 6. Pemberat

6. Mesin (engine)
Mesin kapal yang digunakan yaitu mesin adalah mesin Diesel Yanmar TF 300 H =
(30 PK). yang berbahan bakar diesel dan meiliki tenaga 117 HP . pemakaian. Mesin ini
sangat di gemari oleh nelayan di barombong karena meiliki ketahanan terhadap kondisi
apapun dan memiliki jangka waktu pemakaian 10 – 15 tahun.
Mesin roller yang digunakan pada cantrang bermerek Jiandong 300 yang memiliki
tenaga 33 PK , mesin ini menggunakan bahan bakar yang sama seperti mesin utama yaitu
menggunakan bahan bakar solar , bahan bakar yang dibutuhkan pada sekali trip yaitu
sebanyak 25 liter.

Gambar 7. Mesin Utama

13
Gambar 8. Mesin Roller
7. Roller
Roller adalah alat yang digunakan untuk menarik tali selembar agar tali selembar tetap
tersusun dengan rapi dan memudahkan ABK dalam proses penarikan dan penurunan tali.
Roller ini berperan dalam melakukan penarikan jaring, agar hasil tangkapan bisa diangkat
naik keatas kapal, nelayan sangat terbantu dengan adanya roller ini berkat adanya roller ini
karena nelayan tidak perlu melakukan penarikan jaring dengan tangan sehingga ini dapat
memudahkan nelayan karena tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar dalam
melakukan penarikan jaring, roller juga membuat tali selambar dapat digulung melingkar
dengan rapi dan membuat tali selambar bertumpuk beraturan sehingga saat nelayan
melakukan penurunan jaring tali selambar tidak akan kusut dan terikat satu sama lain.roller
terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal dimana setting dan hauling dilakukan.

Gambar 9. Roller

14
C. Dekskripsi Alat Bantu Penangkapan Ikan

Pengoperasian cantrang yang beroperasi di perairan Kota Makassar menggunakan


alat bantu sebagai berikut
1. Serok
Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berguna
untuk menyortir ikan dari jaring ke atas kapal. Kayu serok yang digunakan memiliki panjang
3 m, dengan diameter lingkaran 52 cm. Pada lingkaran serok terdapat jaring dengan ukuran
mesh size 1 inchi.

Gambar 10. Serok

2. Kotak styrofoam
Box styrofoam berguna sebagai tempat menyimpan hasil tangkapan yang telah
didapatkan. Kapasitas maksimum boks ini adalah 80 kg. Box styrofoam adalah box yang
berwarna putih, kotak, dan memiliki penutup. Box ini digunakan sebagai tempat
menyimpan hasil tangkapan yang telah didapatkan. Nelayan memilih menggunakan box
styrofoam karena bisa menjaga suhu hasil tangkapan tetap stabil dan memperlambat laju
es untuk mencair serta melindungi hasil tangkapan dari paparan sinar matahari. Box ini
juga memudahkan nelayan untuk mendaratkan ikan ke pelelangan karena bisa
mengapung diatas air sehingga nelayan tidak perlu repot mengangkat hasil tangkapan
saat ingin didaratkan.

15
Gambar 11. Styrofoam

3. Keranjang
Fungsi dari keranjang yaitu sebagai wadah untuk menyortir ikan ,agar jenis ikan
sesuai. Adapun bentuk dari keranjang yaitu persegi panjang dengan ukuran panjang 64
cm dan meiliki lebar 35 cm. Keranjang ini dipakai sebagai tempat penyortiran ikan jika
sewaktu-waktu styrofoam penuh dengan hasil tangkapan.

Gambar 12. Keranjang penyortir ikan

16
D. Metode pengoperasian
Adapun alur pengoperasian alat tangkap Cantrang yang dioperasikan
pada penelitian sebagai berikut :

Menaikkan
Persiapan kebutuhan
melaut

Memperbaiki
Perjalanan
Sampai di jaring dan
menuju
fishing ground peralatan
fishing ground
yang rusak

Kembali ke
Setting Hauling
fishing base

Bongkar
Membersihkan muat dan
kapal menjual ikan
ke nelayan
kapal kecil
Gambar 13. alur pengoperasian Cantrang

1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan nelayan yaitu perbekalan, persiapan bahan bakar dan air
bersih, pengecekan dan perbaikan alat, dan pengisian bahan bakar dan prosesnya seperti,
sebelum ABK tiba di fishing base, semua ABK menyiapkan perbekalan masing-masing
selanjutnya persiapan untuk bahan bakar dan air bersih, ada 2 ABK yang ditugaskan untuk
membeli bahan bakar solar dan ada juga yang menyiapkan air bersih. Setelah semua telah
siap, selanjutnya dibawa ke fishing base. Setelah itu, ABK membawa perbekalanya , bahan
bakar dan air bersih menuju ke kapal cantrang menggunakan gabus. Sesampainya di kapal,
ada ABK yang bertugas untuk pengecekan dan perbaikan jaring, pengecekan mesin,
pengisian bahan bakar. Setelah semua siap , barulah kapal berangkat menuju ke fishing
ground. Adapun jarak yang di tempuh dari fishing base ke fishing ground ± 1 jam. Kegiatan
penangkapan dilakukan setiap hari kecuali hari jumat mulai pukul 02.00 WITA – 13.00
WITA

17
Gambar 14. Persiapan
2. Penangkapan
a. Fishing base ke Fishing ground
Setelah persiapan, nelayan menuju ke fishing ground. Dalam perjalanan menuju
fishing ground nelayan mempersiapkan jaring yang akan digunakan dalam proses
penangkapan adapun persiapan yang dilakukan adalah pemasangan pemberat di kantong
jaring dan pemasangan pelampung di mulut jaring. Setelah itu jaring diletakkan kembali
sembari menunggu hingga tiba di fishing ground. Untuk menentukan Lokasi fishing ground
ada satu orang yang ditugaskan sebagai fish finder yaitu nahkoda kapal itu sendiri karena
sang nahkoda telah memiliki pengalaman yang banyak dalam menentukan lokasi
penangkapan

Gambar 16. Perjalanan fishing base ke fishing ground

18
b. Setting
Saat proses setting dimulai dengan diturunkannya pelampung tanda lalu dilanjutkan
dengan penurunan tali selambar sisi kanan dengan kondisi kapal membentuk lingkaran.
Setelah tali selembar sisi kanan sudah habis selanjutnya pemberat dan jaring diturunkan
kemudian tali selambar sisi kiri mulai diturunkan juga lalu kapal berputar melingkar dan
menghampiri pelampung tanda yang lebih dulu diturunkan. Proses dari setting ke hauling
memakan waktu ± 17 menit.

Gambar 17. Proses setting

3. Hauling
Pada saat hauling, kapal menghampiri pelampung tanda dan satu orang ABK yang
ditugaskan mengangkat pelampung tanda keatas kapal. Lalu roller kiri kanan menarik tali
selembar secara bersamaan ke atas kapal sembari nelayan mengatur tali selambar tersebut
dalam posisi semula berbentuk lingkaran. Waktu yang diperlukan dalam proses penarikan
tali selambar memakan waktu ± 21 menit. Setelah semua tali selambar naik barulah nelayan
menaikkan kantong secara perlahan , setelah itu ikatan kantong yang di ujung dibuka lalu
hasil tangkapan di keluarkan.

19
Gambar 18. Proses hauling

E. Hasil tangkapan
Adapun hasil tangkapan yang di dapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Tangkapan Cantrang
Penamaan
No Indonesia
Latin Lokal
1 Tongkol Euthynnus affinis Loka-loka
2 Selar Kuning Selaroides leptolepis Juku Didi
3 Biji nangka Sphyraena obtusata Juku ciko-ciko
4 Cumi-cumi Loligo sp. Cumi-cumi
5 Selar Bentong Selar crumenophthalmus Banjara
6 Pari Myliobatoidei pari
7 Peperek Leiognathus sp. Bete-bete
8 Kerong-kerong Terapon Jarbua Karong-karong

Penelitian yang dilakukan sebanyak 30 trip penangkapan terdapat 8 jenis ikan yang
tertangkap oleh cantrang. Jenis ikan yang dominan yang tertangkap adalah jenis ikan
demersal dan beberapa ikan pelagis kecil.

20
F. Komposisi hasil tangkapan

2% 6%
4%
1% Cumi-cumi
7% Selar bentong

40% kerong-kerong
7% pari
biji nangka
tongkol
selar kuning

33% peperek

Gambar 19 Grafik proporsi jenis ikan hasil tangkapan

Gambar 19 menunjukkan bahwa jenis hasil tangkapan yang tertinggi terdapat pada jenis
ikan peperek sebesar 40% dan jumlah hasil tangkapan terendah terdapat pada jenis ikan
pari sebesar 1%. Proporsi jenis hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap cantrang di
perairan kota makassar rata- rata jenis ikan demersal dan pelagis kecil.

21
G. Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan pengoperasian cantrang menunjukkan
adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan sebagaimana terlihat pada,
Gambar 24. Berdasarkan Gambar 24 selain mengindikasikan lokasi
penangkapan ikan juga menunjukkan lokasi penangkapan yang memiliki
jumlah hasil tangkapan tinggi dan rendah, semakin besar bulatan warna
biru di Gambar 24 adalah indikasi banyak sedikitnya hasil tangkapan.

Gambar 24. Indikasi tinggi rendahnya hasil tangkapan berdasarkan lokasi penangkapan

Aktivitas penangkapan selama pengambilan data sebanyak 150 aktifitas selama


30 trip penangkapan menununjukkan total hasil tangkapan sebesar 2,1 ton selama
penelitian. Lokasi pengoperasian cantrang seluruhnya berada di wilayah perairan kota
makassar. hasil tangkapan per trip yang diperoleh pada saat penelitian bervariatif,
daerah ini memiliki substrat yang berpasir dan kedalaman perairan berkisar 33 – 35 m
dan jarak tempuh dari fishing base ke fishing ground jarak yang ditempuh dari fishing
base ke fishing ground sejauh 13 mil laut. lokasi penangkapan ikan cantrang cenderung
lebih dekat ke lokasi tempat TPI Beba, kabupaten takalar sehingga nelayan cenderung
mendaratkan hasil tangkapanya di TPI Beba.

22
H. Produktivitas Hasil Tangkapan

Produktivitas penangkapan cantrang dihitung berdasarkan perbandingan jumlah hasil


tangkapan dengan waktu efektif penangkapan. Produktivitas penangkapan cantrang dibagi
atas lima berdasarkan hauling

Produktivitas Hauling Pertama


1.40
Produktivitas (kg/menit)

1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip ke-i

Gambar 25. Grafik Produktivitas Hauling Pertama

Gambar 25 menunjukkan bahwa Produktivitas penangkapan tertinggi pada hauling


pertama dengan jumlah 1,18 kg/menit pada trip ke 6 dan penangkapan terendah yang
terdapat pada hauling pertama adalah pada trip ke 2 yaitu dengan jumlah 0,32 kg/menit.

Produktivitas Hauling Kedua


2.00
1.80
Produktivitas (kg/menit)

1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i

Gambar 26. Grafik Produktivitas Hauling Kedua

Gambar 26 menunjukkan bahwa produktivitas penangkapan tertinggi pada hauling kedua


sebesar 1,77 kg/menit pada trip ke 6 dan penangkapan terendah pada hauling kedua terdapat
pada trip ke 1 yaitu dengan jumlah 0,23 kg/menit.

23
Produktivitas Hauling Ketiga
1.40

1.20
Produktivitas (kg/menit)

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i

Gambar 27. Grafik Produktivitas Hauling Ketiga

Gambar 27 menunjukkan bahwa roduktivitas penangkapan tertinggi terdapat pada


hauling ketiga dengan jumlah 1,29 kg/menit pada trip ke 13 dan produktivitas penangkapan
ikan terendah terdapat pada trip ke 29 yaitu dengan jumlah 0,39 kg/menit.

Produktivitas Hauling Keempat


1.00
0.90
Produktivitas (kg/menit)

0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i

Gambar 28. Grafik Produktivitas Hauling Keempat

Gambar 28 menunjukkan bahwa produktivitas penangkapan tertinggi pada hauling


keempat dengan jumlah 0,91 kg/menit pada trip ke 14 dan penangkapan terendah terdapat
pada trip ke 11 yaitu dengan jumlah 0,29 kg/menit.

24
Produktivitas Hauling Kelima
1.40

Produktivitas (Kg/menit) 1.20

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i

Gambar 29. Grafik Produktivitas Hauling Kelima

Gambar 29 menunjukkan bahwa produktivitas penangkapan tertinggi pada hauling


kelima dengan jumlah 1,23 kg/menit pada trip ke 14 dan penangkapan terendah terdapat
pada trip ke 2 yaitu dengan jumlah 0,14 kg/menit.

I. Produksi hasil tangkapan


Produksi hasil tangkapan dibagi atas lima berdasarkan hauling

Produksi Hauling Pertama


30

25

20
Produksi (kg)

15

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip

Gambar 30. Grafik Produksi Hauling Pertama

Gambar 30 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling pertama


terdapat pada trip ke 6 dengan jumla 26 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat
pada trip ke 8 dengan jumlah 7 kg.

25
Produksi Hauling Kedua
45
40
35
30
Produksi (kg)
25
20
15
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip

Gambar 31. Grafik Produksi Hauling Kedua

Gambar 31 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling kedua terdapat
pada trip ke 6 dengan jumlah 39 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat pada
trip ke 1 dengan jumlah 5 kg.

Produksi Hauling Ketiga


30

25

20
Produksi (kg)

15

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip

Gambar 32. Grafik Produksi Hauling Ketiga

Gambar 32 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi terdapat pada hauling ketiga
terdapat pada trip ke 13 dengan jumlah 27 kg dan produksi hasil tangkapan terendah
terdapat pada trip ke 11 dengan jumlah 9 kg.

26
Produksi Hauling Keempat
25

Produksi (kg) 20

15

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip

Gambar 33. Grafik Produksi Hauling Keempat

Gambar 33 produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling keempat terdapat pada
trip ke 14 dengan jumlah 21 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat pada trip ke
11 sebesar 7 kg.

Produksi Hauling Kelima


30

25

20
Produksi (kg)

15

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip

Gambar 34. Grafik Produksi Hauling Kelima

Gambar 34 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling kelima


terdapat pada trip ke 14 sebesar 27 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat
pada trip ke 2 sebesar 3 kg.

27
V. PEMBAHASAN

A. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan.


Berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan cantrang terdiri dari 8 jenis ikan hasil tangkapan
yang terdiri dari ikan demersal sebanyak 5 jenis dan yang beroperasi pada perairan kota
makassar terdapat delapan jenis ikan hasil tangkapan yaitu Ikan Peperek (Leiognathus sp.).
Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis), Ikan Biji nangka (Sphyraena obtusata). Ikan Pari
(Myliobatoidei). Ikan Selar Bentong (Selar crumenophthalmus). Cumi-cumi (Loligo sp). Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis). Ikan Kerong-kerong (Terapon Jarbua).
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan demersal dan beberapa jenis ikan pelagis.
Rata – rata hasil tangkapan cantrang yang terdapat di perairan kota makassar sebesar 2,1
ton. Hasil tangkapan didominasi oleh jenis ikan peperek (Leiognathus sp.) sebesar 844 kg,
Selar Kuning (Selaroides leptolepis) sebesar 704 kg, Biji Nangka (Sphyraena obtusata)
sebesar 140 kg, Tongkol (Euthynnus affinis) sebesar 137 kg, Selar Bentong (Selar
crumenophthalmus) sebesar 116 kg, Kerong Kerong (Terapon Jarbua) sebesar 83 kg,
Cumi-cumi (Loligo sp.) sebesar 51 kg, Pari (Myliobatoidei) sebesar 29 kg. Hasil tangkapan
cantrang umumnya berukuran kecil, Junus., et.al (1994) menjelaskan bahwa alat tangkap
cantrang sangat efektif untuk menangkap jenis-jenis ikan demersal berukuran kecil. Jenis
ikan peperek atau biasa disebut ikan bete-bete banyak ditemukan di setiap wilayah
penangkapan saat nelayan melakukan hauling di setiap tripnya. Ikan peperek atau disebut
ikan bete bete adalah ikan yang memiliki tubuh yang kecil , pipih , tegak dan berwarna silver.
Serta memiliki mulut yang dapat dijulurkan. Ikan peperek memiliki nilai ekonomis yang
rendah di masyarakat karena daging dari ikan peperek sedikit , dulu ikan peperek dijadikan
hasil tangkapan sampingan (Bycacth) oleh nelayan. dikarenakan ikan peperek nilai harga
yang sangat murah sehingga nelayan menjadikan ikan peperek sebagai ikan untuk umpan
kepiting untuk alat tangkap bubu. Adapun nelayan yang tidak memprioritaskan ikan peperek
sebagai tangkapan utama dikarenakan masih banyak jenis ikan yang masih memiliki nilai
yang tinggi seperti ikan biji nangka, ikan selar kuning, dan ikan peperek. Tetapi seiring
bertambahnya waktu ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi sudah sulit didapatkan dan
hanya tersisa populasi ikan peperek yang melimpah jadi nelayan akhirnya menjadikan ikan
peperek sebagai target tangkapan utama. Berdasarkan hasil tangkapan per trip terdapat
dua jenis ikan yang dominan yaitu Ikan Peperek (Leiognathus sp.) dan Ikan Selar Kuning
(Selaroides leptolepis ). Komposisi jenis tangkapan tertinggi diperoleh pada trip ke -15 pada
hauling ke 5 dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 27 kg. sedangkan komposisi jenis
hasil tangkapan terendah terdapat pada trip ke 2 hauling ke 5 dengan jumlah hasil
tangkapan hanya 3 kg, dikarenakan pada saat proses penangkapan berlangsung turun

28
hujan lebat sehingga nakhoda memutuskan menyuruh nelayan untuk menaikkan jaring.

B. Produktivitas Hasil Tangkapan


Cantrang merupakan alat tangkap ikan demersal yang pada prinsipnya terdiri dari
bagian kantong, badan, sayap dan mulut dengan bahan yang terbuat dari bahan serat
polyethylene (Subani dan Barus, 1989). Produktivitas penangkapan setiap jenis alat tangkap
berbeda, karena berkaitan dengan prinsip penangkapan. Prinsip penangkapan cantrang
yaitu dioperasikan dengan cara menebar tali selambar secara melingkar dilanjutkan dengan
diturunkannya jaring cantrang, kemudian kedua ujung tali selembar dipertemukan. Kedua
ujung tali tersebut, kemudian di tarik ke arah kapal sampai seluruh bagian kantong
terangkat. Produktivitas merupakan suatu kemampuan alat tangkap untuk menangkap
tangkapannya dalam waktu tertentu . Produktivitas penangkapan dalam penelitian ini adalah
perbandingan antara jumlah hasil tangkapan dengan upaya penangkapan, dimana upaya
penangkapan yang diukur adalah lama waktu efektif pengoperasian alat tangkap yang
dihitung pada saat jaring cantrang diturunkan hingga jaring dinaikkan kembali (actual
fishing). Produktivitas penangkapan kelima hauling alat tangkap cantrang di perairan Kota
Makassar menunjukkan bahwa presentase nilai produktivitas alat tangkap cantrang yang
tertinggi terdapat pada trip ke 6, hauling ke 2 dengan presentase jumlah hasil
tangkapannya sebesar 1,77 kg/menit. Presentase nilai produktivitas alat tangkap cantrang
terendah terdapat pada trip ke 2 hauling ke 5 dengan presentase jumlah hasil tangkapannya
sebesar 0,14 kg/menit. Pada penelitian ini hauling dilakukan sebanyak lima kali dalam satu
kali trip penangkapan.
Produktivitas penangkapan berdasarkan hauling menunjukkan bahwa trend
produktivitas penangkapan pada hauling satu sampai hauling ke lima berbeda beda.
Adapun faktor yang mempengaruhi proses penangkapan cantrang yaitu cuaca, Dikarenakan
perubahan ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan,
hal ini sudah terbukti dalam penelitianTri Ernawati,Nurulludin dan Suherman banon atmadja.

29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, disimpulkan sebagai berikut.

1. Komposisi jenis hasil tangkapan yang mendominasi pada kelima grafik komposisi
hasil tangkapan adalah Ikan Peperek dengan jumlah 844 kg dan Ikan Selar
Kuning dengan jumlah 704 kg.

2. Hasil tangkapan yang mendominasi pada penelitian cantrang di perairan kota


makassar yaitu ikan Peperek dan ikan Selar Kuning.

3. Produktivitas penangkapan ikan yang tertinggi terdapat pada trip ke 6 ,pada


hauling ke 5 dengan presentase jumlah hasil tangkapanya sebesar 1,77 kg/menit.
Dan produktivitas penangkapan yang terendah terdapat pada trip ke 2 pada
hauling ke 5 dengan presentase jumlah hasil tangkapanya sebesar 0,14 kg/menit.

B. Saran

Mengupgrade PK/kekuatan kapal dengan yang lebih besar karena Cantrang


merupakan alat tangkap yang aktif, Kecepatan kapal adalah salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan. dengan syarat harus memperhatikan
ukuran kapal

30
VII. DAFTAR PUSTAKA

Ayodyoa. 1975. Fishing Methode. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bambang N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai Dasar
Pantai Utara Jawa Tengah. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Semarang.

BPPI (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan), 1999. Kumpulan Paket Teknologi.


Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.

BBPPI. 2000. Daerah Penangkapan Ikan. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
Semarang.

Damanhuri. 1980. Diktat Fishing Ground Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Gulland, J.A. 1983. Fish Stock Assement. A Manual of Basic Method. FAO/Wiley Series on
Food and Agriculture, Rome, 241 p.

Hapsari, T.D., A.A. Bayyinah., dan Ismail. 2014. Analisis Finansial Usaha Perikanan
Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung
Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management And Technology.
3 (3): 218-227.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Perikanan Tangkap di Laut Menurut
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 2005-2014.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2015

Pauly, D., P. Martosubroto, & J. Saeger. 1996. The Mutiara 4 Surveys in the Java and South
China Seas, November 1974 to July 1976. p:47-54. The Fish Resources of Western
Indonesia. Ed. D.Pauly and P. Martosubroto. DGF-T2-ICLARM.

Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara

Subani W & Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen pertanian. 248 hlm.

Suheri, N. 2010. Kajian Teknis Pengoperasian Cantrang di Perairan Brondong, Kabupaten


Lamongan, Jawa Timur. Skripsi. Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan
Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Standar Nasional Indonesia [BSN]. 2006. Standar Nasional Indonesia tentang Bentuk Baku
Konstruksi Pukat Tarik Cantrang. SNI 01-7236-2006. BSN.

Sudirman. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Susaniati, W., A.E.P Nelwan., dan M. Kurnia. 2013. Produktivitas Daerah Penangkapan Ikan
Bagan Tancap yang Berbeda Jarak Dari Pantai di Perairan Kabupaten Jeneponto.
Program Studi Ilmu Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas

31
Hasanuddin. Makassar.

Viswananthan, K.Kuperan., Ishak Haji Omar, Yongil Jeon, James Kirkley, Squires Dale.,
Susilowati, I. 2001. Fishing Skill in Developing Country Fisheries: The Kedah,
Malaysia Trawl Fishery. Marine Resource Economics, volume 16. Number 4 2001.

Yusfiandayani, R. 2004. Studi tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Demersal dan


Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran, di Provinsi Banten. Disertasi.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Nelwan, A.F.P., 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan


Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Bambang, N. (2006). Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai


Dasar Pantai Utara Jawa Tengah. Balai Besar Pengembangan Penangkapan
Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.

32
Lampiran 3. Jenis Hasil Tangkapan
TtcTangkapan
No Hasil Tangkapan

Nama Indonesia : Tongkol


Nama Daerah : Tongkol, Buhi-Buhi
Nama Ilmiah : Auxis sp
Nama Dagang/Inggris: Frigate Tune

Nama Indonesia : Cumi-Cumi


Nama Daerah : Cumi-Cumi
Nama Ilmiah : Loligo sp
Nama Dagang/Inggris: Mitre Squid

33
No Hasil Tangkapan

Nama Indonesia : Peperek


Nama Daerah : Bete - Bete
Nama Ilmiah : Leiognathus sp
4

Nama Indonesia : Selar Bentong


Nama Daerah : Selar, Katombong
Nama Ilmiah : Selaroides sp

34
No Hasil Tangkapan

Nama Indonesia : Biji nangka


Nama Daerah : Juku ciko-ciko
Nama Ilmiah : Sphyraena obtusata

Nama Indonesia : pari


Nama Daerah : pari
Nama Ilmiah : Myliobatoidei

35
No Hasil Tangkapan

Nama Indonesia : Kerong-kerong


Nama Daerah : Juku ciko-ciko
Nama Ilmiah : Terapon Jarbua
8

Nama Indonesia : Selar Kuning


Nama Daerah : Juku Didi
Nama Ilmiah : Selaroides leptolepis

36
Lampiran 4 kegiatan selama penelitian

Perjalanan menuju fishing ground

Proses setting

37
Penurunan jaring oleh nelayan

Penarikan jaring

38
Nelayan menaikkan jaring ke kapal

Nelayan merapikan jaring

Perjalan pulang ke fishing base

Perjalan pulang ke fishing base

39
Titik koordinat fishing ground
Trip Lat Lon
Trip 1 -5.22429 119.2718
-5.23079 119.269
-5.23934 119.2663
-5.24652 119.2591
-5.25199 119.2508
Trip 2 -5.25566 119.2546
-5.26164 119.2512
-5.27053 119.247
-5.27634 119.2405
-5.28865 119.2443
Trip 3 -5.2542 119.2452
-5.26275 119.2369
-5.26993 119.2325
-5.27574 119.2256
-5.28155 119.217
Trip 4 -5.25843 119.3069
-5.26253 119.3033
-5.26783 119.2988
-5.27501 119.3022
-5.28151 119.3086
Trip 5 -5.26014 119.3076
-5.26458 119.3041
-5.27057 119.3057
-5.27501 119.3031
-5.28099 119.3041
Trip 6 -5.2398 119.3094
-5.24339 119.3064
-5.24822 119.3048
-5.25403 119.3067
-5.26121 119.3072

40
Trip 7 -5.28018 119.3007
-5.28548 119.2962
-5.29249 119.2969
-5.29625 119.293
-5.30086 119.2949
Trip 8 -5.27027 119.3061
-5.27437 119.3034
-5.2795 119.3036
-5.28361 119.3058
-5.28788 119.3034
Trip 9 -5.25574 119.2941
-5.24702 119.2969
-5.25626 119.2934
-5.26173 119.2931
Trip 10 -5.24617 119.3135
-5.25079 119.3077
-5.25745 119.3101
-5.263 119.3022
-5.26659 119.2991
Trip 11 -5.25428 119.3173
-5.25941 119.3135
-5.26488 119.3127
-5.27052 119.3123
-5.27975 119.3049
Trip 12 -5.25538 119.2546
-5.26675 119.2512
-5.27138 119.2471
-5.27875 119.2405
-5.28658 119.2443
Trip 13 -5.2495 119.2972
-5.25428 119.2938
-5.25958 119.2915
-5.26625 119.2862
-5.27138 119.2881
Trip 14 -5.25531 119.3022
-5.26112 119.3032
-5.26574 119.3
-5.27138 119.3008
-5.27753 119.2964
Trip 15 -5.24796 119.3197
-5.25223 119.3163
-5.25839 119.3175
-5.26232 119.3106
-5.26762 119.3061

41
Trip 16 -5.27254 119.3149
-5.2729 119.3092
-5.27589 119.3071
-5.27743 119.3058
-5.27824 119.3049
Trip 17 -5.28539 119.3021
-5.28611 119.3018
-5.28693 119.3012
-5.28799 119.3008
-5.28891 119.3006
Trip 18 -5.29451 119.2993
-5.29523 119.2991
-5.29601 119.2988
-5.29686 119.2986
-5.29752 119.2983
Trip 19 -5.3032 119.2961
-5.3039 119.2958
-5.30466 119.2955
-5.30571 119.2951
-5.30657 119.2949
Trip 20 -5.31234 119.2929
-5.31311 119.2924
-5.31344 119.2922
-5.31989 119.2875
-5.32064 119.2871
Trip 21 -5.32579 119.2853
-5.32765 119.285
-5.32829 119.2847
-5.32886 119.2845
-5.33261 119.2835
Trip 22 -5.33632 119.2862
-5.33682 119.2861
-5.33733 119.2859
-5.33789 119.2857
-5.33835 119.2856
Trip 23 -5.34317 119.2839
-5.34395 119.2838
-5.34456 119.2836
-5.34553 119.2833
-5.34612 119.2831
Trip 24 -5.35092 119.2821
-5.35231 119.2819
-5.35297 119.2818
-5.35411 119.2822
-5.35474 119.2822

42
Trip 25 -5.35935 119.2819
-5.35976 119.2818
-5.36031 119.2817
-5.36087 119.2817
-5.36159 119.2815
Trip 26 -5.36531 119.2813
-5.36577 119.2815
-5.36636 119.2816
-5.36702 119.2816
-5.36779 119.2815
Trip 27 -5.37137 119.282
-5.37204 119.2821
-5.3737 119.2844
-5.37444 119.2844
-5.37502 119.2847
Trip 28 -5.3819 119.2856
-5.38235 119.2852
-5.38281 119.2847
-5.38345 119.2844
-5.38399 119.2844
Trip 29 -5.38715 119.2819
-5.38788 119.2813
-5.38838 119.2817
-5.3889 119.2817
-5.38953 119.2816
Trip 30 -5.39225 119.2811
-5.39282 119.2809
-5.39336 119.2808
-5.39383 119.2801
-5.39418 119.2795

43

Anda mungkin juga menyukai