SAMPUL
SKRIPSI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Penelitian ini bertujuan untuk mendekskripsikan komposisi jenis ikan hasil tangkapan
cantrang dan Menentukan produktivitas penangkapan alat tangkap cantrang di perairan
Barombong Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021 – Juli 2021 di
perairan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah Metode
observasi dilakukan dengan cara mengikuti operasi penangkapan cantrang sebanyak 30
trip. Hasil tangkapan cantrang pada kapal yakni Bete-Bete (Leiognathus sp.) sebesar 40%
(844 kg), Biji nangka (Upeneus sulphureus) 7% (140 kg), Selar kuning (Nemipterus sp)
sebesar 33% (704 kg), Tongkol (Euthynnus affinis) sebesar 7% (137 kg), Kerong-kerong
(Terapon Jarbua) sebesar 4% (83 kg), Cumi-cumi (Loligo sp) sejumlah 2% (51 kg), Selar
bentong (Selar crumenophthalmus) 6% (116 kg), dan Pari (Myliobatoidei) sejumlah 1% (29
kg). penelitian ini digunakan sebagai informasi terkait kemampuan tangkap cantrang
perairan kota Makassar. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
This study aims to describe the composition of the species of cantrang caught fish and
determine the productivity of cantrang fishing gear in Barombong waters, Makassar City.
This research was conducted in June 2021 – July 2021 in the waters of Makassar City,
South Sulawesi. The method used is the observation method carried out by following the
cantrang fishing operation for 30 trips. Fish cacth by on a cantrang boat is Ponyfish
(Leiognathus sp.) sebesar 40% (844 kg), Goat fish (Upeneus sulphureus) 7% (140 kg),
Yellow strips (Nemipterus sp) sebesar 33% (704 kg), Skipjack tuna (Euthynnus affinis)
sebesar 7% (137 kg), Terapon jarbua (Terapon Jarbua) sebesar 4% (83 kg), Common squid
(Loligo sp) sejumlah 2% (51 kg), Bigeye scad (Selar crumenophthalmus) 6% (116 kg), dan
Ribbon tail (Myliobatoidei) sejumlah 1% (29 kg). This research is used as information related
to the ability to catch cantrang in Makassar waters. In addition, this research can also be
used as a reference for further research.
Penulis telah berusaha menyajikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penelitian
ini juga begitu jauh dari kata kesempurnaan, sehingga skripsi ini masih membutuhkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepanya menjadi lebih baik lagi. Semoga
hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri. Semoga
segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala
yang sebesar-besarnya di sisi-Nya Amiin Ya Rabbal Alamin.
SAMPUL ................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 10
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. 13
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................... 14
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3
Halaman
A. Latar Belakang
Cantrang dikelompokkan sebagai jaring tarik. yaitu ditarik pada dasar perairan.
Tujuan penangkapan cantrang adalah kelompok ikan demersal. Cantrang alat tangkap aktif
yang dioperasikan dengan cara ditarik dengan menggunakan tenaga manusia ataupun
bantuan mesin. Penarikan jaring cantrang menyebabkan bagian mulut jaring akan terbuka,
sehingga ikan yang berada didepan mulut jaring akan masuk sampai ke bagian kantong.
Cantrang efektif menangkap kelompok ikan demersal, namun pada sisi lain pengoperasian
cantrang dapat mengancam keadaan stok ikan di suatu perairan. Tingkat selektivitas
cantrang relatif rendah, karena prinsip penangkapan cantrang adalah menyapu pada bagian
dasar perairan, sehingga apapun yang berada didepan mulut jaring cantrang akan masuk
kedalam badan jaring dan berakhir pada kantong cantrang.
Tidak selektifnya cantrang dalam pengoperasian menyebabkan dampak negatif
terhadap sumberdaya ikan. Dampak yang ditimbulkan adalah mengurangi kemampuan
tumbuh dan berkembang ikan, karena apapun jenis dan ukuran ikan jika sudah berada di
depan mulut jaring akan terdorong masuk sampai ke bagian kantong.
Cantrang terbuat dari bahan jaring, seperti kantong besar berbentuk kerucut dan
semakin kebelakang ukurannya semakin mengerucut. Cantrang tidak dilengkapi alat
pembuka mulut jaring, berupa gawang (beam) atau papan (outter board) dan untuk
penarikan tali selambar menggunakan winch kapstan dari atas kapal (BPPI, 1999). Cantrang
dioperasikan pada dasar perairan yang bersubstrat/berpasir dan tidak terdapat karang
dengan ikan demersal sebagai target penangkapan. Alat tangkap cantrang terdiri dari
bagian utama, yaitu sayap, badan serta kantong. Sayap mempunyai fungsi sebagai
penggiring ikan masuk kedalam badan, dan untuk selanjutnya ikan akan masuk ke dalam
kantong. Kantong merupakan tempat untuk menampung ikan hasil tangkapan.
Sifat atau prinsip penangkapan cantrang yang menyapu dasar perairan merupakan
permasalahan utama terhadap sumberdaya ikan. Hal ini disebabkan peluang penangkapan
yang relatif tinggi, namun tidak selektif. Dengan demikian penting diketahui kemampuan
tangkap dari cantrang, khususnya di perairan Kota Makassar.
Tidak selektifnya kegiatan penangkapan dengan menggunakan cantrang, maka
dibutuhkan kajian terkait kemampuan tangkap cantrang. Kemampuan tangkap dalam
penelitian ini adalah menentukan produktivitas penangkapan. Kemampuan tangkap dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan produktivitas penangkapan akan dapat diketahui
besaran jumlah hasil tangkapan dan jenis hasil tangkapan. Dengan demikian informasi
tentang produktivitas penangkapan dari suatu alat tangkap sangat penting untuk kebijakan
1
pengendalian pengoperasian cantrang khususnya dalam rangka mewujudkan penangkapan
secara berkelanjutan. Guna mengetahui kemampuan tangkap cantrang, maka tujuan dan
kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Cantrang
Cantrang merupakan alat tangkap ikan demersal yang pada prinsipnya terdiri dari
bagian kantong, badan, sayap dan mulut dengan bahan yang terbuat dari bahan serat
polyethylene (Subani dan Barus, 1989). Prinsip pengoperasian alat tangkap cantrang yaitu
melingkari tali selembar dan sayap seluas-luasnya pada daerah penangkapan kemudian
menarik tali selembar dan mempersempit ruang gerak ikan dengan bagian sayap sehingga
ikan yang berada di dekat mulut dapat masuk kedalam kantong dan sayap berfungsi
sebagai penghalau dan penggiring ikan masuk ke dalam kantong (Sudirman dan Mallawa,
2004)
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), konstruksi alat tangkap pukat tarik
cantrang adalah sebagai berikut:
1) Sayap/kaki pukat (wing)
Merupakan bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat tarik cantrang. Sayap
pukat terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower wing).
2) Badan pukat (body)
Merupakan bagian pukat yang terletak diantara bagian kantong dan bagian sayap pukat.
3) Kantong pukat (cod end)
Merupakan bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik cantrang.
4) Panjang total pukat
Merupakan hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan
bagian kantong.
5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth)
Merupakan bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian
badan pukat.
6) Danleno
Merupakan kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok
kayu/pipa besi yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat (kearah vertical)
dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat.
7) Tali ris atas (head rope)
Merupakan tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua
sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas.
8) Tali ris bawah (ground rope)
Merupakan tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel
bawah, melalui mulut pukat bagian bawah.
3
9) Tali selambar (wrap rope)
Merupakan tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik cantrang ke atas geladak
kapal.
10) Panel jaring (seam)
Merupakan lembaran susunan kontruksi pukat yang terdiri dari dua panel (seam) jaring,
yaitu satu panel atas (upper seam) dan satu panel bawah (lower seam).
C. Kapal
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan,
definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan
penelitian/eksplorasi perikanan.
Alat tangkap cantrang dioperasikan dengan mengunakan kapal yang berukuran mulai
dari 5 GT hingga 20 GT. Kapal yang digunakan terbuat dari kayu berukuran panjang 7
sampai 11 meter, lebar 3 meter dan dalam 1,5 meter. Menggunakan mesin dalam (inboard
engine) berkekuatan 18 sampai 22 HP atau lebih. Kapal dilengkapi palka berinsulasi dengan
kapasitas 3 – 4 ton sehingga memungkinkan lama trip sampai 7 hari atau lebih (Bambang,
2006).
4
D. Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah yang digunakan
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat
kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari suatu daerah
penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan penangkapan berada dalam air dan
tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke
dalam air terbatas. Salah satu syarat untuk daerah penangkapan yaitu keadaan daerahnya
aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan
(Suheri, 2010).
Menurut Damanhuri (1980), suatu perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan
ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
1) Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2) Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna.
3) Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4) Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai
yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap cantrang hampir sama dengan
trawl. Cantrang dioperasikan pada daerah perairan yang dasarnya datar dengan substrat
berlumpur atau berpasir, tidak berbatu karang dan tidak terdapat benda-benda yang
mungkin dapat merusak alat tangkap cantrang di dasar perairan. Suatu perairan dikatakan
sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi beberapa syarat yaitu
daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat
dioperasikan dengan mudah dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga
mudah dijangkau oleh perahu dan keadaan daerah pengoperasiannya aman dan tidak
membahayakan (Bambang, 2006).
E. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang terbagi menjadi dua, yaitu hasil
tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah
semua spesies yang menjadi sasaran utama dalam penangkapan. Disebut hasil
tangkapan utama karena memilik nilai ekonomis yang tinggi. Sedangkan hasil
tangkapan sampingan adalah semua spesies yang di luar hasil tangkapan utama. Nilai
ekonomis hasil tangkapan sampingan lebih rendah daripada nilai ekonomis hasil
tangkapan utama.
5
Cantrang dioperasikan di dasar perairan, otomatis akan diikuti dengan hasil tangkapan
yang mendominasi adalah ikan-ikan demersal. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
diperoleh hasil tangkapan ikan pelagis dikarenakan faktor pada saat operasi penangkapan
yang sedang dilakukan serta kedalaman alat tangkap tersebut beroperasi. Hasil tangkapan
alat tangkap cantrang kebanyakan adalah ikan selar (Caranx sp), ekor kuning (Caesio
erytrograster), peperek (Leiognathus spp), manyung (Arius thalassinus), kerapu
(Epinephelus sp), kapasan (Gerres kapas) dan kurisi (Nemipterus nematoporus) (Hapsari
dkk, 2014).
F. Produktivitas Penangkapan
Produktivitas penangkapan merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui
kemampuan atau kinerja kegiatan penangkapan ikan dari suatu alat tangkap. Selain itu,
produktivitas penangkapan merupakan indikator awal distribusi ikan ketika akan digunakan
untuk menilai daerah penangkapan ikan potensial (Nelwan dkk, 2015).
Ukuran produktivitas input sangat berguna dalam menilai efektivitas dan efisiensi
produksi. Produktivitas pada umumnya ialah rasio atau imbangan dari hasil produksi
terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan pada suatu sistem produksi. Adapun konsep
sederhana tentang produktivitas menyatakan bahwa produktivitas merupakan rasio antara
keluaran (output) dengan masukan (input) pada jangka waktu tertentu (Sinungan, 2005).
Efesiensi teknik merupakan ukuran dari kemampuan produksi yang terbaik serta
keluaran optimal yang mungkin dicapai dan berbagai masukan dan teknologi yang
digunakan. Faktor teknis dalam kegiatan penangkapan ikan berkaitan dengan tindakan atau
keputusan untuk melakukan aktivitas penangkapan yang menguntungkan. Tindakan atau
keputusan dalam melakukan aktivitas akan menyebabkan adanya efesiensi teknis yang
berkaitan dengan dimensi alat, upaya penangkapan ikan dan penggunaan teknlogi
penangkapan ikan (Viswananthan, 2003).
6
III. METODE PENELITIAN
5. Global Positioning System Gps Test Digunakan untuk mengambil data titik
(GPS) penangkapan
6. Kamera Xiaomi F3 Digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan
7. Stopwatch Digunakan untuk menghitung lama penarikan
jaring
7
C. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus yakni satu alat
tangkap cantrang dengan penentuan kapal cantrang sebagai sampel dengan metode
purposive sampling dengan pertimbangan bahwa spesifikasi dan konstruksi relatif sama.
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan secara langsung
sebanyak 30 trip penangkapan. Pengambilan data dalam penelitian ini meliputi : lama
waktu penarikan jaring, posisi geografi daerah penangkapan ikan, jumlah ikan hasil
tangkapan berdasarkan jenis ikan.
D. Analisis Data
1. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Jenis ikan hasil tangkapan diperoleh dengan cara mencocokan gambar yang
terdapat di website fishbase.se. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan cantrang ditentukan
berdasarkan proporsi (%) dengan persamaan sebagai berikut .
𝑛𝑖
Pi = x 100% ..................................................................................(1)
𝑁
Dimana :
Pi = Komposisi jenis ikan ke-i (%)
ni = Berat setiap spesies ikan jenis ke-i (Kg)
N = Berat seluruh hasil tangkapan (Kg)
8
IV. HASIL
1. Kapal
Kapal yang digunakan selama penelitian di Perairan Barombong Kota Makassar
memiliki dimensi (L x B x D) memiliki dimensi 12 m x 2,5 m x 1 m dan terbuat dari kayu
dengan kapasitas 5 GT.
ABK kapal terdiri atas 7 orang. Personil kapal terdiri dari satu orang nahkoda kapal
dan memperbaiki jaring apabila mengalami kerusakan setelah penangkapan, satu orang
bertugas sebagai penurun pelampung tanda dan penurunan jaring, dan 5 orang lainnya
bertugas sebagai penurun dan pengangkat jaring juga penurunan tali selambar. Bentuk
kapal cantrang yang digunakan selama penelitian terlihat pada gambar 2.
9
Gambar 2. Kapal Cantrang
2. Jaring
ukuran panjang jaring 51,49 meter dengan ukuran mesh size sebesar 3/4 - 1 inch.
Untuk bagian pada kantong terbuat dari material PE Poliethylene 380 d/12. Bagian badan
jaring PE Poliethylene 380 d/13. Pada bagian sayap atas dan sayap bawah PE Poliethylene
380 d/20. Sketsa model jaring cantrang terdapat pada gambar 3.
10
3. Tali ris atas, tali ris bawah
Pada kapal kedua tali ris mempunyai panjang 53,32 meter dengan diameter 8 mm
dan menggunakan bahan poliethylene. Tali ris atas yang digunakan diamaternya harus
lebih kecil dari tali ris bawah agar mudah untuk memberikan gaya apung bagi pelampung
utama yang diikatkan pada tali ris atas. Tali ris bawah memiliki panjang 53,32 meter
dengan diameter 30 mm dan bahan yang digunakan pada tali ris bawah adalah
poliethylene (PE). tali ris bawah cenderung lebih tebal daripada tali ris atas untuk
mengimbangi pemberat agar tidak gampang putus. Gambar tali ris bawah dan tali ris atas
bisa dilihat pada gambar 4.
4. Pelampung (Float)
Berdasarkan pemantauan saya di lapangan pelampung pada alat tangkap
cantrang terbagi atas dua yaitu : Pelampung utama dan Pelampung tanda adapun
pelampung utamanya terbuat dari plastik bola , pelampung utama pada jaring terdiri atas
dua pelampung berwarna merah dan biru terbuat dari plastik berbentuk bola yang
dipasang pada bagian jaring yang berfungsi sebagai daya apung dalam membuka mulut
jaring sedangkan pelampung tanda terbuat dari kumpulan gabus kecil yang dikumpulkan
menjadi satu dan dibungkus oleh jaring, nelayan cenderung menggunakan bahan yang
tidak terpakai yang ada disekitar mereka dan memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai
bagian dari alat tangkap. panjang tiang yang digunakan untuk ditempelkan ke pelampung
tanda itu 1,5 m dan dilengkapi kain hitam diujung tiang bambu agar pelampung tanda ini
terlihat jelas dari jauh.
11
Gambar 4. Pelampung Tanda
12
5. Pemberat (singker)
Pemberat yang digunakan pada alat tangkap cantrang terbuat dari bola plastik yang di
isi campuran semen dan kerikil agar menghemat biaya pembuatannya
Gambar 6. Pemberat
6. Mesin (engine)
Mesin kapal yang digunakan yaitu mesin adalah mesin Diesel Yanmar TF 300 H =
(30 PK). yang berbahan bakar diesel dan meiliki tenaga 117 HP . pemakaian. Mesin ini
sangat di gemari oleh nelayan di barombong karena meiliki ketahanan terhadap kondisi
apapun dan memiliki jangka waktu pemakaian 10 – 15 tahun.
Mesin roller yang digunakan pada cantrang bermerek Jiandong 300 yang memiliki
tenaga 33 PK , mesin ini menggunakan bahan bakar yang sama seperti mesin utama yaitu
menggunakan bahan bakar solar , bahan bakar yang dibutuhkan pada sekali trip yaitu
sebanyak 25 liter.
13
Gambar 8. Mesin Roller
7. Roller
Roller adalah alat yang digunakan untuk menarik tali selembar agar tali selembar tetap
tersusun dengan rapi dan memudahkan ABK dalam proses penarikan dan penurunan tali.
Roller ini berperan dalam melakukan penarikan jaring, agar hasil tangkapan bisa diangkat
naik keatas kapal, nelayan sangat terbantu dengan adanya roller ini berkat adanya roller ini
karena nelayan tidak perlu melakukan penarikan jaring dengan tangan sehingga ini dapat
memudahkan nelayan karena tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar dalam
melakukan penarikan jaring, roller juga membuat tali selambar dapat digulung melingkar
dengan rapi dan membuat tali selambar bertumpuk beraturan sehingga saat nelayan
melakukan penurunan jaring tali selambar tidak akan kusut dan terikat satu sama lain.roller
terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal dimana setting dan hauling dilakukan.
Gambar 9. Roller
14
C. Dekskripsi Alat Bantu Penangkapan Ikan
2. Kotak styrofoam
Box styrofoam berguna sebagai tempat menyimpan hasil tangkapan yang telah
didapatkan. Kapasitas maksimum boks ini adalah 80 kg. Box styrofoam adalah box yang
berwarna putih, kotak, dan memiliki penutup. Box ini digunakan sebagai tempat
menyimpan hasil tangkapan yang telah didapatkan. Nelayan memilih menggunakan box
styrofoam karena bisa menjaga suhu hasil tangkapan tetap stabil dan memperlambat laju
es untuk mencair serta melindungi hasil tangkapan dari paparan sinar matahari. Box ini
juga memudahkan nelayan untuk mendaratkan ikan ke pelelangan karena bisa
mengapung diatas air sehingga nelayan tidak perlu repot mengangkat hasil tangkapan
saat ingin didaratkan.
15
Gambar 11. Styrofoam
3. Keranjang
Fungsi dari keranjang yaitu sebagai wadah untuk menyortir ikan ,agar jenis ikan
sesuai. Adapun bentuk dari keranjang yaitu persegi panjang dengan ukuran panjang 64
cm dan meiliki lebar 35 cm. Keranjang ini dipakai sebagai tempat penyortiran ikan jika
sewaktu-waktu styrofoam penuh dengan hasil tangkapan.
16
D. Metode pengoperasian
Adapun alur pengoperasian alat tangkap Cantrang yang dioperasikan
pada penelitian sebagai berikut :
Menaikkan
Persiapan kebutuhan
melaut
Memperbaiki
Perjalanan
Sampai di jaring dan
menuju
fishing ground peralatan
fishing ground
yang rusak
Kembali ke
Setting Hauling
fishing base
Bongkar
Membersihkan muat dan
kapal menjual ikan
ke nelayan
kapal kecil
Gambar 13. alur pengoperasian Cantrang
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan nelayan yaitu perbekalan, persiapan bahan bakar dan air
bersih, pengecekan dan perbaikan alat, dan pengisian bahan bakar dan prosesnya seperti,
sebelum ABK tiba di fishing base, semua ABK menyiapkan perbekalan masing-masing
selanjutnya persiapan untuk bahan bakar dan air bersih, ada 2 ABK yang ditugaskan untuk
membeli bahan bakar solar dan ada juga yang menyiapkan air bersih. Setelah semua telah
siap, selanjutnya dibawa ke fishing base. Setelah itu, ABK membawa perbekalanya , bahan
bakar dan air bersih menuju ke kapal cantrang menggunakan gabus. Sesampainya di kapal,
ada ABK yang bertugas untuk pengecekan dan perbaikan jaring, pengecekan mesin,
pengisian bahan bakar. Setelah semua siap , barulah kapal berangkat menuju ke fishing
ground. Adapun jarak yang di tempuh dari fishing base ke fishing ground ± 1 jam. Kegiatan
penangkapan dilakukan setiap hari kecuali hari jumat mulai pukul 02.00 WITA – 13.00
WITA
17
Gambar 14. Persiapan
2. Penangkapan
a. Fishing base ke Fishing ground
Setelah persiapan, nelayan menuju ke fishing ground. Dalam perjalanan menuju
fishing ground nelayan mempersiapkan jaring yang akan digunakan dalam proses
penangkapan adapun persiapan yang dilakukan adalah pemasangan pemberat di kantong
jaring dan pemasangan pelampung di mulut jaring. Setelah itu jaring diletakkan kembali
sembari menunggu hingga tiba di fishing ground. Untuk menentukan Lokasi fishing ground
ada satu orang yang ditugaskan sebagai fish finder yaitu nahkoda kapal itu sendiri karena
sang nahkoda telah memiliki pengalaman yang banyak dalam menentukan lokasi
penangkapan
18
b. Setting
Saat proses setting dimulai dengan diturunkannya pelampung tanda lalu dilanjutkan
dengan penurunan tali selambar sisi kanan dengan kondisi kapal membentuk lingkaran.
Setelah tali selembar sisi kanan sudah habis selanjutnya pemberat dan jaring diturunkan
kemudian tali selambar sisi kiri mulai diturunkan juga lalu kapal berputar melingkar dan
menghampiri pelampung tanda yang lebih dulu diturunkan. Proses dari setting ke hauling
memakan waktu ± 17 menit.
3. Hauling
Pada saat hauling, kapal menghampiri pelampung tanda dan satu orang ABK yang
ditugaskan mengangkat pelampung tanda keatas kapal. Lalu roller kiri kanan menarik tali
selembar secara bersamaan ke atas kapal sembari nelayan mengatur tali selambar tersebut
dalam posisi semula berbentuk lingkaran. Waktu yang diperlukan dalam proses penarikan
tali selambar memakan waktu ± 21 menit. Setelah semua tali selambar naik barulah nelayan
menaikkan kantong secara perlahan , setelah itu ikatan kantong yang di ujung dibuka lalu
hasil tangkapan di keluarkan.
19
Gambar 18. Proses hauling
E. Hasil tangkapan
Adapun hasil tangkapan yang di dapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Tangkapan Cantrang
Penamaan
No Indonesia
Latin Lokal
1 Tongkol Euthynnus affinis Loka-loka
2 Selar Kuning Selaroides leptolepis Juku Didi
3 Biji nangka Sphyraena obtusata Juku ciko-ciko
4 Cumi-cumi Loligo sp. Cumi-cumi
5 Selar Bentong Selar crumenophthalmus Banjara
6 Pari Myliobatoidei pari
7 Peperek Leiognathus sp. Bete-bete
8 Kerong-kerong Terapon Jarbua Karong-karong
Penelitian yang dilakukan sebanyak 30 trip penangkapan terdapat 8 jenis ikan yang
tertangkap oleh cantrang. Jenis ikan yang dominan yang tertangkap adalah jenis ikan
demersal dan beberapa ikan pelagis kecil.
20
F. Komposisi hasil tangkapan
2% 6%
4%
1% Cumi-cumi
7% Selar bentong
40% kerong-kerong
7% pari
biji nangka
tongkol
selar kuning
33% peperek
Gambar 19 menunjukkan bahwa jenis hasil tangkapan yang tertinggi terdapat pada jenis
ikan peperek sebesar 40% dan jumlah hasil tangkapan terendah terdapat pada jenis ikan
pari sebesar 1%. Proporsi jenis hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap cantrang di
perairan kota makassar rata- rata jenis ikan demersal dan pelagis kecil.
21
G. Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan pengoperasian cantrang menunjukkan
adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan sebagaimana terlihat pada,
Gambar 24. Berdasarkan Gambar 24 selain mengindikasikan lokasi
penangkapan ikan juga menunjukkan lokasi penangkapan yang memiliki
jumlah hasil tangkapan tinggi dan rendah, semakin besar bulatan warna
biru di Gambar 24 adalah indikasi banyak sedikitnya hasil tangkapan.
Gambar 24. Indikasi tinggi rendahnya hasil tangkapan berdasarkan lokasi penangkapan
22
H. Produktivitas Hasil Tangkapan
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip ke-i
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i
23
Produktivitas Hauling Ketiga
1.40
1.20
Produktivitas (kg/menit)
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i
24
Produktivitas Hauling Kelima
1.40
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Trip ke-i
25
20
Produksi (kg)
15
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip
25
Produksi Hauling Kedua
45
40
35
30
Produksi (kg)
25
20
15
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip
Gambar 31 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling kedua terdapat
pada trip ke 6 dengan jumlah 39 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat pada
trip ke 1 dengan jumlah 5 kg.
25
20
Produksi (kg)
15
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip
Gambar 32 menunjukkan produksi hasil tangkapan tertinggi terdapat pada hauling ketiga
terdapat pada trip ke 13 dengan jumlah 27 kg dan produksi hasil tangkapan terendah
terdapat pada trip ke 11 dengan jumlah 9 kg.
26
Produksi Hauling Keempat
25
Produksi (kg) 20
15
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip
Gambar 33 produksi hasil tangkapan tertinggi pada hauling keempat terdapat pada
trip ke 14 dengan jumlah 21 kg dan produksi hasil tangkapan terendah terdapat pada trip ke
11 sebesar 7 kg.
25
20
Produksi (kg)
15
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Trip
27
V. PEMBAHASAN
28
hujan lebat sehingga nakhoda memutuskan menyuruh nelayan untuk menaikkan jaring.
29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Komposisi jenis hasil tangkapan yang mendominasi pada kelima grafik komposisi
hasil tangkapan adalah Ikan Peperek dengan jumlah 844 kg dan Ikan Selar
Kuning dengan jumlah 704 kg.
B. Saran
30
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bambang N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai Dasar
Pantai Utara Jawa Tengah. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Semarang.
BBPPI. 2000. Daerah Penangkapan Ikan. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
Semarang.
Damanhuri. 1980. Diktat Fishing Ground Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Gulland, J.A. 1983. Fish Stock Assement. A Manual of Basic Method. FAO/Wiley Series on
Food and Agriculture, Rome, 241 p.
Hapsari, T.D., A.A. Bayyinah., dan Ismail. 2014. Analisis Finansial Usaha Perikanan
Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung
Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management And Technology.
3 (3): 218-227.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Perikanan Tangkap di Laut Menurut
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 2005-2014.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2015
Pauly, D., P. Martosubroto, & J. Saeger. 1996. The Mutiara 4 Surveys in the Java and South
China Seas, November 1974 to July 1976. p:47-54. The Fish Resources of Western
Indonesia. Ed. D.Pauly and P. Martosubroto. DGF-T2-ICLARM.
Subani W & Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen pertanian. 248 hlm.
Standar Nasional Indonesia [BSN]. 2006. Standar Nasional Indonesia tentang Bentuk Baku
Konstruksi Pukat Tarik Cantrang. SNI 01-7236-2006. BSN.
Susaniati, W., A.E.P Nelwan., dan M. Kurnia. 2013. Produktivitas Daerah Penangkapan Ikan
Bagan Tancap yang Berbeda Jarak Dari Pantai di Perairan Kabupaten Jeneponto.
Program Studi Ilmu Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
31
Hasanuddin. Makassar.
Viswananthan, K.Kuperan., Ishak Haji Omar, Yongil Jeon, James Kirkley, Squires Dale.,
Susilowati, I. 2001. Fishing Skill in Developing Country Fisheries: The Kedah,
Malaysia Trawl Fishery. Marine Resource Economics, volume 16. Number 4 2001.
32
Lampiran 3. Jenis Hasil Tangkapan
TtcTangkapan
No Hasil Tangkapan
33
No Hasil Tangkapan
34
No Hasil Tangkapan
35
No Hasil Tangkapan
36
Lampiran 4 kegiatan selama penelitian
Proses setting
37
Penurunan jaring oleh nelayan
Penarikan jaring
38
Nelayan menaikkan jaring ke kapal
39
Titik koordinat fishing ground
Trip Lat Lon
Trip 1 -5.22429 119.2718
-5.23079 119.269
-5.23934 119.2663
-5.24652 119.2591
-5.25199 119.2508
Trip 2 -5.25566 119.2546
-5.26164 119.2512
-5.27053 119.247
-5.27634 119.2405
-5.28865 119.2443
Trip 3 -5.2542 119.2452
-5.26275 119.2369
-5.26993 119.2325
-5.27574 119.2256
-5.28155 119.217
Trip 4 -5.25843 119.3069
-5.26253 119.3033
-5.26783 119.2988
-5.27501 119.3022
-5.28151 119.3086
Trip 5 -5.26014 119.3076
-5.26458 119.3041
-5.27057 119.3057
-5.27501 119.3031
-5.28099 119.3041
Trip 6 -5.2398 119.3094
-5.24339 119.3064
-5.24822 119.3048
-5.25403 119.3067
-5.26121 119.3072
40
Trip 7 -5.28018 119.3007
-5.28548 119.2962
-5.29249 119.2969
-5.29625 119.293
-5.30086 119.2949
Trip 8 -5.27027 119.3061
-5.27437 119.3034
-5.2795 119.3036
-5.28361 119.3058
-5.28788 119.3034
Trip 9 -5.25574 119.2941
-5.24702 119.2969
-5.25626 119.2934
-5.26173 119.2931
Trip 10 -5.24617 119.3135
-5.25079 119.3077
-5.25745 119.3101
-5.263 119.3022
-5.26659 119.2991
Trip 11 -5.25428 119.3173
-5.25941 119.3135
-5.26488 119.3127
-5.27052 119.3123
-5.27975 119.3049
Trip 12 -5.25538 119.2546
-5.26675 119.2512
-5.27138 119.2471
-5.27875 119.2405
-5.28658 119.2443
Trip 13 -5.2495 119.2972
-5.25428 119.2938
-5.25958 119.2915
-5.26625 119.2862
-5.27138 119.2881
Trip 14 -5.25531 119.3022
-5.26112 119.3032
-5.26574 119.3
-5.27138 119.3008
-5.27753 119.2964
Trip 15 -5.24796 119.3197
-5.25223 119.3163
-5.25839 119.3175
-5.26232 119.3106
-5.26762 119.3061
41
Trip 16 -5.27254 119.3149
-5.2729 119.3092
-5.27589 119.3071
-5.27743 119.3058
-5.27824 119.3049
Trip 17 -5.28539 119.3021
-5.28611 119.3018
-5.28693 119.3012
-5.28799 119.3008
-5.28891 119.3006
Trip 18 -5.29451 119.2993
-5.29523 119.2991
-5.29601 119.2988
-5.29686 119.2986
-5.29752 119.2983
Trip 19 -5.3032 119.2961
-5.3039 119.2958
-5.30466 119.2955
-5.30571 119.2951
-5.30657 119.2949
Trip 20 -5.31234 119.2929
-5.31311 119.2924
-5.31344 119.2922
-5.31989 119.2875
-5.32064 119.2871
Trip 21 -5.32579 119.2853
-5.32765 119.285
-5.32829 119.2847
-5.32886 119.2845
-5.33261 119.2835
Trip 22 -5.33632 119.2862
-5.33682 119.2861
-5.33733 119.2859
-5.33789 119.2857
-5.33835 119.2856
Trip 23 -5.34317 119.2839
-5.34395 119.2838
-5.34456 119.2836
-5.34553 119.2833
-5.34612 119.2831
Trip 24 -5.35092 119.2821
-5.35231 119.2819
-5.35297 119.2818
-5.35411 119.2822
-5.35474 119.2822
42
Trip 25 -5.35935 119.2819
-5.35976 119.2818
-5.36031 119.2817
-5.36087 119.2817
-5.36159 119.2815
Trip 26 -5.36531 119.2813
-5.36577 119.2815
-5.36636 119.2816
-5.36702 119.2816
-5.36779 119.2815
Trip 27 -5.37137 119.282
-5.37204 119.2821
-5.3737 119.2844
-5.37444 119.2844
-5.37502 119.2847
Trip 28 -5.3819 119.2856
-5.38235 119.2852
-5.38281 119.2847
-5.38345 119.2844
-5.38399 119.2844
Trip 29 -5.38715 119.2819
-5.38788 119.2813
-5.38838 119.2817
-5.3889 119.2817
-5.38953 119.2816
Trip 30 -5.39225 119.2811
-5.39282 119.2809
-5.39336 119.2808
-5.39383 119.2801
-5.39418 119.2795
43