Anda di halaman 1dari 2

Morfologi Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis)

Secara umum, morfologi hiu lanjaman dicirikan oleh pangkal sirip punggung pertama
berada dibelakang ujung belakang sirip dada. Sisi bagian dalam sirip punggung ke 2 sangat
Panjang berukuran antara 1,6 sampai dengan 3,0 kali tinggi sirip. Di antara sirip punggung hiu
lanjaman tidak terdapat gurat, dan jika dilihat dari arah bawah bentuk moncong agak panjang,
bulat, dan menyempit. Sedangkan gigi atas kecil dengan lekukan di 1 sisi, gigi bawah kecil,
ramping, dan tegak (White et al., 2006).
Menurut White et al. (2006), ukuran panjang total hiu lanjaman dapat mencapai 350 cm
atau paling tidak mencapai 250 cm. Sedangkan untuk di bebrapa perairan salah satu contonya
perairan Malaysia pada spesies yang sama ukuran dapat mencapai panjang total 330 cm (Yano
et al., 2005). Hiu lanjaman hidup di perairan oseanik dan pelagis, tetapi lebih banyak terdapat
di lepas pantai dekat dengan daratan, dekat dengan permukaan, tetapi kadang-kadang dijumpai
sampai dengan kedalaman 500 m.

Reproduksi Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis)


Hiu ini bereproduksi secara vivipar dengan kuning telur berupa plasenta (yolk-sac
placenta), jumlah anak yang dihasilkan antara 1 sampai dengan 16 ekor. Jenis hiu betina dapat
berbiak setiap tahun, tetapi reproduksi tidak musiman dan makanan utama terdiri atas ikan,
kelompok cumi, dan crustacea (Compagno, 1984).
Beberapa penelitian telah melaporkan beberapa aspek biologi reproduksi C.falciformis,
menggambarkan terutama pola kelimpahan temporal dan spasial, ukuran pada fekunditas dan
periode kehamilan. Namun, ada beberapa ketidakkonsistenan sehubungan dengan estimasi
periode kelahiran, masa gestasi, dan ukuran saat dewasa. Bransteter (1987) melaporkan masa
kehamilan 12 bulan untuk C.falciformis, dengan kelahiran terjadi dari Mei hingga Juni,
pematangan jantan pada panjang total 210 cm (TL) (6–7 tahun), dan pematangan betina pada
225 cm TL (7–9 tahun). Oshitani et al. (2003) melaporkan bahwa di Samudra Pasifik jantan
dewasa pada panjang precaudal (PL) 135–140 cm (5–6 tahun), dan betina dewasa pada
panjang 145–150 cm PL (6–7 tahun).
Jenis hiu ini sering tertangkap dengan rawai permukaan maupun jaring insang di
perairan Samudera Hindia antara Lombok dan perairan bagian utara Australia pada posisi
geografi antara 9 sampai dengan 14° lintang selatan dan antara 116 sampai dengan 119° bujur
timur. Kegiatan penangkapan hiu di perairan tersebut dilakukan oleh para nelayan yang
mendaratkan hasil tangkapan di Tanjung Luar Lombok. Hiu yang tertangkap merupakan
sasaran tangkap utama dengan alat tangkap rawai hiu permukaan dan rawai hiu dasar, dan
sebagai hasil tangkapan sampingan dari alat tangkap jaring insang permukaan.
Hiu Lanjaman atau Carcharhinus falciformis merupakan salah satu spesies hiu yang
tersebar luas di perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hiu
Lanjaman memiliki sistem reproduksi vivipar, artinya telur yang telah dibuahi akan menetas dan
berkembang menjadi janin di dalam rahim induknya.
Proses reproduksi Hiu Lanjaman dimulai dengan terjadinya perkawinan antara seekor
hiu jantan dengan hiu betina. Biasanya, proses perkawinan ini terjadi di dekat permukaan air,
dan dapat berlangsung selama beberapa jam. Setelah terjadi perkawinan, telur yang telah
dibuahi akan berkembang menjadi janin di dalam rahim induk betina selama sekitar 12 bulan.
Setelah masa kehamilan, induk hiu Lanjaman akan melahirkan anaknya dalam jumlah
yang bervariasi, tergantung pada ukuran tubuh induk. Anak hiu Lanjaman yang baru lahir
memiliki panjang sekitar 50-70 cm. Setelah dilahirkan, anak hiu Lanjaman akan mandiri dan
harus mencari makan sendiri.
Perlu diketahui bahwa Hiu Lanjaman termasuk dalam spesies hiu yang rentan terhadap
perburuan dan penangkapan yang berlebihan. Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan
yang baik terhadap spesies ini perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan populasi hiu
Lanjaman di alam liar.

Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis) dapat bervariasi tergantung
pada populasi dan lokasi tempat spesies ini ditemukan. Namun, dalam beberapa penelitian,
nisbah kelamin hiu Lanjaman yang tertangkap umumnya adalah sekitar 1:1 atau sama
banyaknya antara jantan dan betina.
Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan perbedaan nisbah kelamin yang
signifikan antara daerah yang berbeda. Sebagai contoh, di daerah perairan Karibia, nisbah
kelamin hiu Lanjaman yang tertangkap cenderung lebih banyak jantan daripada betina,
sedangkan di daerah perairan Samudera Hindia, nisbah kelamin hiu Lanjaman yang tertangkap
cenderung lebih banyak betina daripada jantan.
Faktor-faktor yang memengaruhi nisbah kelamin hiu Lanjaman belum sepenuhnya
dipahami, namun kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu air dan kondisi
perairan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai