Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Lalawak


Ikan lalawak atau yang bias disebut juga dengan ikan balar atau ceceperan
adalah ikan air tawar yang hidup di sungai yang berarus cukup deras dan landai.
Karakteristik dari ikan lalawak sama seperti ikan-ikan arus deras lainnya yaitu
agresif dalam pergerakannya. Ikan lalawak (Barbonymus balleroides) termasuk ke
dalam Famili Cyprinidae sama halnya dengan ikan tengadak (Barbonymus
schwanenfeldii). Ikan lalawak ada tiga jenis, yaitu ikan lalawak jengkol, lalawak
sungai, dan lalawak kolam (Yulfiperius et al. 2004).

2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan lalawak menurut Kottelat dan Whitten (1993) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidei
Family : Cyprinidae
Genus : Barbodes
Spesies : Barbodes balleroides

Gambar 1. Ikan Lalawak


2.1.2 Morfologi
Ikan lalawak memiliki morfologi dengan bentuk agak panjang dan pipih
dengan punggung meninggi, kepala kecil, sungut sangat kecil (rudimenter), mulut
kecil, letak mulut terminal dan tidak ada benjolan pada rahang bawah. Genus
Barbodes mempunyai sisik dengan struktur beberapa jari-jari sisik sejajar atau
melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Ada
tonjolan sangat kecil yang memanjang dari tulang mata sampai ke moncong dan
dari dahi sampai ke antara mata. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh
suatu lekukan yang jelas. Pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong.
Bagian perut di depan sirip perut datar atau membulat tidak memipih membentuk
geligir tajam., jika terdapat geligir hanya terbatas di bagian belakang sirip perut.
Tidak ada tonjolan di ujung rahang bawah.
Ikan lalawak memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, gurat sisi sempurna,
jari-jari terakhir sirip punggung yang tidak bercabang mengeras dan bergerigi
sekitar 20 rigi, linea lateralis 28-31 sisik; 6 ½ sisik antara awal sirip punggung dan
gurat sisi, 16 sisik yang melingkari batang ekor; 3 ½ sisik antara awal sirip perut
dan gurat sisi, lebar batang ekor 1,3 – 1,5 kali lebih kecil dari panjang kepala;
memiliki empat sungut yang lebih panjang atau sama panjang dengan diamater
mata. Jari-jari terakhir sirip punggung lemah atau keras, tapi tidak bergerigi. Jari-
jari terakhir sirip punggung halus atau bergerigi di belakangnya. Gurat sisi tidak
sempurna, tidak ada atau berakhir di pertengahan pangkal sirip ekor. Tidak ada pori
tambahan pada sisik sepanjang gurat sisi. Pori-pori pada kepala terisolasi, tidak
membentuk barisan sejajar yang padat. Mulut terminal atau subterminal.
Mempunyai bibir halus berpapila atau tidak, tetapi tanpa lipatan. Mulut kecil,
celahnya tidak memanjang melebihi garis vertikal yang melalui pinggiran depan
mata. Jari-jari sirip dubur tidak mengeras (Kottelat et al. 1993).
2.1.3 Habitat
Ikan lalawak adalah ikan yang memiliki habitat asli di sungai dan telah dapat
dibudidaya di kolam-kolam pemeliharaan. Mohsin dan Ambak (1983) menyatakan
bahwa habitat alami ikan lalawak terdapat di sungai yang berarus serta di danau.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haryono dkk. (2017) menunjukan bahwa
kondisi habitat ikan lalawak di Sungai Serayu memiliki suhu perairan antara 29 –
31˚C, kekeruhan atau turbiditas 0 – 393 NTU, kepadatan arus 26 – 100 cm dtˉ¹,
kandungan oksigen terlarut 4,1 – 8,4 mg/L dan Ph 7,0 – 9,0.

2.1.4 Pertumbuhan Ikan Lalawak


Sriarti (1987) menyatakan bahwa faktor kondisi ikan lalawak jantan lebih
kecil dari betina. Perbedaan ini disebabkan pertumbuhan panjang ikan jantan lebih
cepat daripada ikan betina. Ikan betina memiliki berat yang lebih besar karena
pertumbuhan gonad berpengaruh terhadap faktor kondisi. Pola pertumbuhan ikan
lalawak jantan bersifat allometric negative yaitu pertumbuhan panjang ikan lebih
cepat dibandingkan pertumbuhan bobotnya. Sedangkan pada ikan lalawak betina
memiliki pola pertumbuhan yaitu isometrik yaitu pertumbuhan panjang ikan
seimbang dengan pertumbuhan bobotnya (Luvi 2000). Ikan lalawak dapat tumbuh
optimal pH berkisar antara 6,25 – 7,00 (Elly 2006).

2.1.5 Reproduksi
Ikan lalawak memiliki tipe reproduksi yaitu poliandri yang artinya ikan betina
memiliki beberapa pasangan dalam satu kali pemijahan. Pemijahan dilakukan
secara massal dengan perbandingan rasio jantan dan betina 3 : 1. Ikan lalawak
menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau rerumputan di tepi perairan
(Susanto 1979). Ikan lalawak memiliki telur yang bersifat adhesive. Ikan lalawak
pada musim hujan akan melakukan migrasi ke hulu sungai dan rawa banjiran untuk
memijah (Helfman 1997).
Ikan lalawak memiliki telur berwarna hijau ke abu-abuan. Ikan lalawak
memiliki gonad yang bercabang dua. Bagian anterior sampai posterior tiap cabang
gonad tersebut memiliki ukuran dari bentuk telur yang seragam, namun masing-
masing cabang memiliki tingkat kematangan gonad yang berbeda sehingga ikan
lalawak tegolong ikan yang memijah secara parsial atau partial spawner (Kusmini
2016).

2.1.6 Kebiasaan Makanan


Luvi (2000) menyatakan bahwa ikan lalawak di Sungai Cimanuk tergolong
ikan omnivore karena ditemukan jenis organisme nabati dan hewani. Berdasarkan
panjang ususnya tergolong hewan herbivora, karena panjang usus lebih dari 100%
panjang total ikan. Ridwan (1979) menyatakan berdasarkan penelitiannya bahwa di
dalam usus ikan lalawak terdapat 72,69% organisme nabati, 15,52% organisme
hewani dan detritus 11,79%. Ikan lalawak digolongkan ikan herbivora meskipun
bukan herbivora 100%. Ikan lalawak di Sungai Cimanuk mencari makan hamper di
seluruh daerah sungai, dari lapisan atas tengah dan dasar sungai. Jenis makanan
yang didapat dari lapisan atas dan lapisan tengah sungai yaitu plankton, sedangkan
jenis makanan dari lapisan dasar berbentuk detritus. Jenis-jenis makanan tersebut
ditemukan di saluran pencernaan ikan lalawak.

Daftar Pustaka

Kottelat, M., Whitten, A. J., Kartikasari, S. N. dan Wirjoatmodjo, S. 1993.


Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Peripulus Edition
Limited. Munich. Germany.
Sjafei, S., Yulfiperius, M. Toelihere, R., dan Ridwan, A. 2006. Pengaruh
Alkalinitas terhadap kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak
(Barbodes sp.). Departemen Reproduksi dan Kebidanan Fakultas Kedokteran
Hewan IPB: Bogor.
Mohsin, A. K. M. dan M. A. Ambak. 1983. Freshwater Fishes of Peninjular
Malaysia. Universiti Pertanian Malaysia. Malaysia.
Haryono, M. F., Rahardjo, R., Affandi dan Mulyadi. 2017. Karakteristik Morfologi
dan Habitat Ikan Brek (Barbonymus balleroides) di Sungai Serayu Jawa
Tengah. Jurnal Biologi Indonesia 13(2) : 223-232.
Helfman, G. S., Collete, B. B. and Facey, D. E. 1997. The Diversity of Fishes.
Blackwell Science. United States of Amerika.
Kusmini, I. I., F. P. Putri dan V. A. Praksono. 2016. Bioreproduksi dan Hubungan
Panjang-Bobot Terhadap Fekunditas Pada Ikan Lalawak (Barbonymus
balleroides). Jurnal Riset Akuakultur 11 (4) : 339-345.
Luvi, D. M. 2000. Aspek Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lalawak
(Barbodes bellaroides) di Sungai Cimanuk, Sumedang Jawa Barat. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hlm.
Sriarti. 1987. Telaah Strategi Adaptasi Ikan Lalawak (Puntius bramoides, Cuvier
dan Valenciennes) Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Bendung Curug
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Karya Ilmiah. Fakultas Peikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 72 hlm.
Ridwan. 1979. Makanan Ikan Keprek (Mustacoleucus marginatus) dan Beberapa
Jenis Ikan Puntius sp. Di Waduk Lahor, Malang Jawa Timur. Karya Ilmiah.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 96 hlm.
Elly, N. F. 2006. Aspek Eko-Biologi Ikan Lalawak (Barbodes balleroides) Pada
Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai