PENDAHULUAN
Ikan betok (Anabas testudineus) adalah sejenis ikan air tawar yang hidup
liar di rawa banjiran, sungai dan danau. Ikan betok termasuk golongan ikan
Ikan betok memiliki nama lain yaitu ikan betik (Jawa), ikan bapuyu (Melayu) atau
ikan pepuyu (bahasa Banjar). Ikan ini sangat digemari oleh masyarakat karena
rasa dagingnya enak dan gurih, oleh karena itu jenis ikan ini cukup potensial
untuk di budidayakan. Ikan ini sangat digemari oleh masyarakat karena rasa
dagingnya enak dan gurih, oleh karena itu jenis ikan ini cukup potensial untuk di
Ikan betok merupakan jenis ikan agresif dan dapat ditemui di berbagai
macam perairan. Habitat alami ikan ini adalah sungai yang berumput, sungai
kecil, kolam, parit irigasi, rawa banjiran, dan berbagai daerah perairan lainnya.
Hal ini didukung oleh adanya labyrinth pada ikan betok yang memungkinkan
tersebut defisit oksigen dan tidak memungkinkan bagi ikan lain untuk hidup di
kemudian hari, dan bahkan menyebabkan kepunahan. Selain itu kerusakan habitat
perairan juga dapat menyebabkan penurunan populasi ikan (Budiman et al, 2002).
Untuk mencegah terjadinya kepunahan dan penurunan ikan betok di alam perlu
dilakukan upaya penelitian budidaya ikan betok salah satunya yaitu dengan
1
melakukan pemeliharaan larva ikan betok (Anabas testudineus) dengan pemberian
baik untuk dibudidayakan, satu di antaranya nyaitu ikan betok, ikan betok
merupakan ikan lokal yang mempunyai rasa daging yang cukup enak. Ikan ini
sudah jarang ditemukan dipasar kalaupun ada ukurnya masih terlalu kecil untuk di
rusaknya habitat ikan tersebut. Oleh karena itu perlu tindakan dan usaha menjaga
yang dimiliki ikan betok yaitu mempunyai toleransi terhadap fluktuasi temperatur
yang tinggi, tahan terhadap kekeringan dan kekurangan O2 dalam air. Ikan betok
merupakan salah satu ikan yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki
70.000,-/kg (Faturrahman, 2011). Maka dari itu perlu adanya budidaya ikan betok
pemeliharaan larva karena ikan yang masih dalam masa larva akan mudah
mengalami kematian jika tidak dipelihara dengan baik. Maka dari itu perlu adanya
cara pemeliharaan larva dengan baik sehingga ketersedian ikan betok dalam
2
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
cm, berkepala besar dan bersisik keras kaku, bentuk badan agak lonjong.
dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah
4
bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang
tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.Ikan
betok memiliki tipe warna abu-abu sampai kehijauan, dengan satu titik
hitam pada bagian dasar ekor dan titik lainnya lagi hanya pada bagian
belakang lempeng insang. Bagian ujung sisik dan sirip berwarna cerah.
(Anonim, 2014)
Moyle dan Cech (2004), lebih dari 80 species yang termasuk dalam sub
ordo ini berukuran kecil (< 10 cm), tipe surface- oriented fish dan deep
Sirip punggung memanjang mulai dari kuduk sampai depan pangkal sirip
ekor, bagian depan disokong oleh 16-19 jari-jari keras, bagian belakang
lebih pendek dari bagian depan dengan 7-10 jari-jari lunak. Sirip dubur
lebih pendek dari sirip punggung dan sebelah depannya disokong oleh 9-
10 jari-jari keras yang tajam dan bagian belakangnya disokong oleh 8-11
jari-jari lunak. Sirip dada tidak mempunyai jari-jari keras, disokong oleh
14-16 jari-jari lunak yang letaknya lebih ke bawah pada badan di belakang
tutup insang. Sirip perut letaknya di depan, dibawah sirip dada, disokong
5
oleh jari-jari 8 keras yang besar berujung runcing dan jari-jari lunak. Jari-
jari keras dari sirip dapat digerakkan dan dapat digunakan untuk bergerak
sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang ada mempunyai jari-jari
lunak, semuanya mengandung otot dan ditutupi dengan sisik yang kecil-
kecil.
Ikan betok (Anabas testudineus) adalah ikan air tawar yang biasa
udara karena adanya organ labirin yang terdapat pada bagian atas rongga
insang, alat pernapasan tambahan ini sangat berguna pada saat ikan berada
Irian Jaya. Penyebaran ikan betok di dunia cukup luas mulai dari India,
lainnya, dan juga sepanjang garis Wallacea. Ikan ini merupakan ikan asli
di wilayah Asia Tenggara, Sri Langka, Filipina, Cina. Ikan ini menyebar di
6
2.3. Kebiasaan Hidup dan Makanan
Menurut (Berra, 2001) Kebiasaan cara makan ikan adalah cara ikan
untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan
makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang
melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak.
2.4 Pertumbuhan
kendungan oksigen dalam air, dan parameter kualitas air lainnya. Ada
2.5.1. Suhu
7
suhu lingkungan sebesar 10oC secara akut menyebabkan perubahan
Menurut Widodo et al, dalam 2007 Susila, 2016 suhu air yang baik
makanan.
8
III. METODE PRAKTEK
Palangka Raya.
Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan magang sebagai berikut:
No Alat Kegunaan
.
1. Kolam terpal Tempat larva ikan betok
2. Serok Pengambilan larva
3. Aerator Meningkatkan kadar oksigen
4. pH Meter Mengukur derajat keasaman
5. Termometer Mengukur suhu air
6. Kamera Dokomentasi kegiatan
7. Buku dan pulpen Mencatat hasil praktek
8. Laptop Untuk menyusun laporan magang
No Bahan Kegunaan
.
1. Larva Ikan Betok Sampel untuk pemijahan
2. Rotifera dan kutu air Makanan larva
3. Kuning telur Makanan larva
4. Kotoran ayam Bahan treatment kolam
9
5. Kol busuk Bahan treatment kolam
6. Kapur dolomit Bahan treatment kolam
Tahapan Kegiatan
1. Persiapan Wadah
untuk menumbuhkan pakan alami bagi larva. ada beberapa langkah dalam
1.1. Siapkan air kolam pendederan yang terlebih dahulu diberi kapur
10
1.2. Lalu taburkan 1 kantong pupuk kendang murni (kotoran ayam) dan
Fungsi kotoran ayam dan kol busuk adalah sebagai sumber makanan
1.3. Kemudian masukkan bibit rotifera yang diperoleh dari air kolam
yang berwarna hijau atau air yang banyak ditumbuhi oleh tanaman
air serta kutu air yang dapat dibeli pada penjual ikan cupang atau
Proses ini dibiarkan 3-4 hari, setelah itu kolam pendederan siap untuk
dimasukan larva ikan. Proses dari awal sampai akhir berlangsung kurang
tidak terpengaruhi air hujan dan cahaya matahari diusahakan tetap dapat
pembesaran larva ikan betok air kolam diukur terlebih dahulu baik oksigen
3. Pemanenan Larva
disediakan sebelumnya.
11
Larva ikan betok dipelihara selama 1 minggu didalam akuarium
setelah penetasan telur dan larva tidak diberi makan sampai berumur 3 hari
dalam pemberian pakan yang baik sesuai waktu yang ditentukan. Pakan
yang digunakan dapat berupa rotifera atau kutu air sebagai pakan alami
dan kuning telur sebagai pakan alternative karena pakan tersebut sesuai
dengan bukaan mulut dan mudah dicerna oleh larva ikan betok.
(volumetrik).
Rumus volumetrik : X : x = V : v
Keterangan:
X : jumlah larva
12
IV. HASIL MAGANG
(anabas testudineus) yaitu kolam terpal berukuran 1x1 meter yang letaknya
1. Kolam pendederan
digunakan perlu melakukan treatment air terlebih dahulu agar pakan alami
13
mencampurkan kotoran ayam murni dan kol busuk yang terlalu berlebihan
sehingga menyebabkan air kolam berwarna hitam pekat dan berbau busuk.
14
c. Kemudian air kapur dimasukkan kedalam kolam dan dibiarkan selama
1x24 jam.
ke dasar air.
15
e. Lalu air endapan kotoran ayam tersebut dimasukkan kedalam kolam.
f. Kemudian siapkan sedikit kol cincang busuk lalu taburkan kedalam kolam
16
g. Keesokan harinya, memasukkan rotifera dan kutu air kedalam kolam
untuk menaruh kotoran ayam dan disimpan dipinggir kolam lalu diikat
kemudian dibiarkan 3-4 hari, setelah itu kolam pendederan siap untuk
17
sehingga pada percobaan kedua ini dinyatakan berhasil karena air kolam
berwarna hijau dan tidak berbau sehingga pakan alami bias tumbuh dengan
baik.
2. Persiapan akuarium
A1 : P : 62 cm, L : 41 cm, T : 41 cm
A2 : P : 41 cm, L : 30 cm, T : 30 cm
A3 : P : 62 cm, L : 41 cm, T : 41 cm
18
Pemeliharaan larva dilakukan selama 1 minggu didalam akuarium,larva
yang baru menetas tidak perlu diberi pakan tambahan karena larva tersebut masih
mempunyai cadangan makanan dari kuning telur (yolk egg). Pemberian pakan
berupa kuning telur ayam akan diberikan setelah larva berumur 3 hari ( kantong
kuning telur sebagai cadangan makanan sudah habis) sampai larva berumur 1
1992 bahwa kandungan kuning telur ayam yaitu protein 16,3 gr, lemak 31,9 gr,
hari, larva ikan betok belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih memiliki
cadangan pakan berupa kuning telur (yolk egg) di tubuhnya. Larva yang baru
arus. setelah larva berumur 3 hari diberi pakan tambahan berupa suspensi kuning
telur. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore selama
10 hari. Dimana masa kritis larva ikan betok terjadi pada saat hari ke-7 sampai
hari ke-14.
pada pagi hari dan kualitas air yang diukur meliputi suhu, DO, dan pH dengan
19
Secara keseluruhan kualitas air masih dalam kisaran yang baik untuk
pengukuran nilai suhu rata-rata yang didapat berkisar antara 28-290C, dan
merupakan kisaran suhu yang cukup baik untuk pemijahan dan pemeliharaan
larva. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Putri et al. (2013) yang menyatakan
suhu yang optimal untuk pemijahan dan pemeliharaan larva ikan betok sampai
pemijahan dan pemeliharaan larva ikan betok berkisar antara 2,56-4,49 mg/L.
dalam batas toleransi untuk pemijahan dan pemeliharaan larva ikan betok.
Menurut Djarijah (2001) dalam Putri et al. (2013) kisaran pH untuk penetasan
telur dan pemeliharaan larva ikan betok berkisar antara 6,5 – 7,5. Nilai pH dengan
kisaran 4,2-6,8 masih dalam kisaran yang baik untuk menunjang pemijahan ikan
betok (Bosroh,2015).
jumlah larva yang hidup dari awal penetasan sampai dengan hari ke -7
hari ke -7 sampai dengan hari ke -14 hanya akuarium 1 yang hidup dengan
20
pada hari ke-7 sampai dengan hari ke -14 sebelum pemindahan larva
jumlah yang sangat banyak yaitu berjumlah 168.013 ekor. Penyebab larva
akuarium karena terlalu lama meletakkan alat pemanas air (water heater)
sehingga itu menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kematian larva
Dinyatakan juga masa kritis larva terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(Akbar, 2012).
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
digunakan perlu melakukan treatment air terlebih dahulu agar pakan alami
21
5.2. Saran
langkah-langkah yang baik dan benar agar tidak terjadi kegagalan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, J. 2012. Ikan Betok: budidaya dan peluang bisnis. Eja Publisher.
Yogyakarta. 110 hal
Berra TM. 2001. Freshwater fish distribution. San Diego: Academic Press.
604pp.
Boys, CE. 1990. Water Quality in Ponds For Aquaculture. Auburn University.
Alabam)
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur:
Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan
Nusantara dan Taman Akuarium Air-TMII, Jakarta, 415 hal.
22
Houlihan, D.F., E. Mathers, and A. Foster. 1993. Biochemical Correlates Of
Growth In Fish. In Fish Ecophysiology. (eds) J.C. Rankin and F.J.Jensen.
Chapman and Hall, London. P 45-71.
Muslim. 2008. Jenis jenis ikan rawa yang bernilai ekonomis majalah masa vol
(14) : 56-60.
Rini Mariana, Yulisman, Muslim, 2015. Laju pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva ikan betok (Anabas testudineus) pada berbagai periode
pergantian jenis pakan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 3(1), 70-81.
2015.
23
Lampiran 1. Perhitungan larva hasil penetasaan system perpindahan air
(volumetrik).
A1 A2 A3
P : 62 cm P : 41 cm P : 62 cm
L : 41 cm L : 30 cm L : 41 cm
T : 41 cm T : 30 cm T : 41 cm
A1 :
24
= 521,11
= 784,268 : 5
= 156,853
A2 :
= 184,5
= 247,045 : 5
25
= 49,409
A3 :
= 521,11
= 593,022 : 5
= 118,604
26
Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan magang
27
Pemijahan ikan betok (Anabas testudineus)
28
Pembuatan rumah lalat maggot BSF
29
Pemasangan spanduk dirumah pakan
30
Pengukuran Panjang dan berat ikan di kolam domestikasi
31
Pengukuran kualitas air dikolam tanah
32
Membersihkan lingkungan kampus perikanan
33
Berkebun dilingkungan kolam tanah dan rumah pakan
34