Anda di halaman 1dari 2

Essay Beasiswa VDMS

Seorang dokter mudah mengetahui gangguan pada pasiennya, karena pasien tersebut dapat ditanya
secara langsung. Tapi pasienku bukan pasien biasa karena dia tidak dapat ditanya ditanya, karena
pasien itu adalah ikan
Namaku Fikrang, lahir 19 tahun yang lalu pada tanggal 24 April 1997 tepatnya di Jl.
Merdeka Garongkong, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Aku adalah anak bungsu dari 2
bersaudara. Masa kecilku berbeda dengan mayoritas anak seumuranku, ketika teman temanku sedang
asyik menikmati masa kecilnya, maka aku harus menghabiskan masa itu dengan teman teman
hewanku. Sedari kecil aku di didik dengan penuh kedisiplinan, kerja keras dan belajar menderita,
karena dikeluargaku sudah ditanamkan dari awal sebuah prinsip perjuangan seorang keturunan bugis
asli, seorang darah pelaut tangguh, yang dituangkan dalam serangkaian kata kata yang sering
dilantungkan oleh orang tuaku “Belajarlah Menderita dan Jangan Pernah Belajar Bersenang
Senang, Karena sejatinya Penderitaan itu Perlu dipelajari dan bersenang senang itu sudah menjadi
bagian dalam diri kita sedari kecil”. Hal lain yang membuatku kuat untuk menghadapi berbagai
masalah dan cobaan, itu karena aku memiliki visi yang besar, memiliki impian yang besar dan aku
tahu untuk mewujudkan hal itu aku harus dibentuk serta ditempa dengan berbagai masalah dan
cobaan. Aku yakin dan percaya bahwa orang orang besar itu adalah orang-orang yang telah
mengalami berbagai macam rintangan di masa lalunya, “Bagaikan sebuah emas yang tak menentu
bentuknya tapi emas itu dipanaskan, ditempa dan melewati proses yang menyakitkan hingga pada
akhirnya emas itu menjadi sebuah perhiasan yang sangat indah dan berharga”.
Sejak kecil aku berada di lingkungan yang notabennya bekerja sebagai nelayan dan petambak,
karena hal itu aku melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh masayarakat yang bergelut di dunia
perikanan. Sungguh mencengangkan, jika saat ini SDA lain yang ada di Indonesia sudah hampir
mencapai batasnya (Overeksploitasi), Sumberdaya alam di bidang perikanan justru belum
termanfaatkan secara optimal, padahal Indonesia adalah negara kepulauan yang garis pantainya
terbesar kedua di dunia dan 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan. Selain sumberdaya alam yang belum
termanfaatkan secara optimal, masalah lain yang ada di masyarakat pesisir adalah kurangnya SDM
yang berkualitas yang peduli dengan dunia perikanan. Dengan masalah-masalah yang telah aku lihat
selama bertahun-tahun, membuatku ingin berkontribusi lebih kepada masyarakat nelayan dan
petambak. Mengajarkan mereka cara mengelola sumberdaya perikanan, membantu mereka keluar
dari masalah ekonomi yang menghimpit nelayan, dan menyalurkan IPTEK agar masyarakat tidak
tertinggal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Maka untuk mewujudkan hal tersebut aku
memilih Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Mengsinkronkan dunia dengan akhirat adalah hal penting bagiku. Oleh karena itu di lingkup
Kampus aku berkiprah di Lembaga Dakwah Islam yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah
Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
(UKM LDF LiKIB FIKP UH). Di lembaga ini aku memiliki posisi sebagai Koordinator Departemen
Media dan Informasi Periode 2016/2017. Selain itu aku sering menjadi panitia di lembaga dakwah
kampus dan Insya Allah telah diajukan oleh ketua LDF LiKIB FIKP UH untuk menjadi pengurus
lembaga dakwah tingkat Universitas. Diluar dari itu, aku juga aktif di organisasi luar kampus, seperti
Anggota Bina Antarbudaya Chapter Makassar dan Ketua Umum Pemuda Bugis Peduli Barru. Meski
di Bina Antarbudaya baru menjabat sebagai anggota tetapi telah banyak kegiatan kepanitiaan di Bina
Antarbudaya ini yang aku ikuti, salah satunya adalah Koordinator TIM IT dalam kegiatan Open
Hause 2017 di Makassar. Pemuda Bugis Peduli Barru (PBPB) adalah sebuah komunitas yang aku
bentuk bersama dengan teman-temanku dari 5 Universitas yang berbeda. PBPB ini bergerak dibidang
pendidikan khususnya di wilayah Kabupaten Barru.
Dunia kampus itu tidak akan lepas dengan yang namanya akademik, tetapi kadang ada
beberapa orang yang melupakan bahwa akademik itu adalah segalanya maka dia hanya sebatas kuliah
dan kos. Tetapi bagiku kuliah seperti itu bagaikan sayur tanpa garam, karena bagiku salah satu
pengaplikasian dan pembuktian dari semua hal yang kita pelajari selama ini adalah prestasi. Berbicara
tentang prestasi, meski dalam kurung waktu 3 semester yang telah aku jalani, prestasi yang aku capai
masih minim tapi itu semua adalah pembelajaran bagiku. Beberapa prestasi yang telahku ukir adalah
Menjadi Delegasi Universitas Hasanuddin dalam Kegiatan NLC 2016 di Jakarta, Menjadi Delegasi
Universitas Hasanuddin dalam Kegiatan IYDC tahun 2016 di Yogyakarta.
Meski aku berasal dari desa dan sering ditertawakan oleh teman teman ketika kecil yang
mengatakan bahwa anak desa tidak akan mungkin bisa kuliah di kota Makassar tetapi aku telah
membuktikan bahwa hal itu salah. Hal yang pokok ketika kita ingin mencapai kesuksesan adalah
membuat perencanaan hidup. Oleh karena itu aku telah membuat sebuah daftar 100 impian yang
inginku capai dalam hidupku, target target bulanan selama 70 tahun. Meski aku tahu bahwa terkadang
rencana tidak sesuai dengan kenyataan yang kita dapatkan. Tapi orang yang memiliki tujuan dan
mencatat tujuan tersebut disebuah kertas maka orang tersebut mempunyai kesempatan sukses yang
lebih dibandingkan orang yang tidak mencatat target target hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh
Mrs. Mario Teguh “Berilah tanggal pencapaian pada impian Anda, dan impian itu akan menjadi cita-
cita. Cita-cita adalah impian yang bertanggal”. Meski aku terbilang masih baru menjadi seorang
mahasiswa tetapi aku telah berhasil menjadi delesagi Universitas Hasanuddin di beberapa event
nasional. Oleh karena Prestasi dan rencana hidup yang aku miliki yang dapat menjadi dasar
kesuksesanku di masa depan maka pihak VDMS tidak akan salah memilihku menjadi salah satu
penerima beasiswa ini.
Aku berharap pihak VDMS pada kesempatan kali ini dapat membantu meringankan beban
kedua orang tuaku. Ayahku sehari harinya bekerja sebagai petambak milik orang lain. Selain itu
ketika aku mendapatkan kesempatan tersebut dari pihak VDMS maka setiap 2.5% dari beasiswa yang
aku terima akan aku berikan kepada orang yang lebih membutuhkan, yang tidak memiliki kesempatan
untuk merasakan bangku sekolah, seperti adik adik yang ada di kolom jembatan dan adik yatim piatu.
Mengapa aku mengeluarkan 2,5% padahal aku sendiri sedang memerlukan uang untuk biaya kuliah
dan makan di kota besar karena bagiku setiap rezeki yang aku dapatkan bukan semuanya untuk saya
tetapi didalam rezeki itu ada hak orang lain yang harus aku keluarkan sebesar 2.5%, itu adalah prinsip
dalam agamaku.
Ketika aku lulus menjadi penerima beasiswa VDMS maka hal yang pertama yang akan aku
lakukan adalah sedikit mengubah Rencana hidupku yang berkaitan dengan program program yang ada
di VDMS agara terjadi sinergitas antara impian hidupku dan program VDMS tanpa mengubah tujuan
utamaku yaitu menjadi ekspoktir Udang vanamei terbesar se-ASEAN. Berkontribusi kepada
masyarakat tidak harus ketika kita telah lulus kuliah, tetapi berkontribusi untuk masyarakat, bangsa
dan negara dapat kita mulai dari sekarang. Salah satu hal yang aku lakukan saat ini adalah
memberikan bimbingan gratis bagi adik adik SMA kelas 3 tentang pelajaran yang akan diujikan
ketika ingin masuk di PTN. Selain itu ketika aku melakukan penelitian untuk skripsi maka aku akan
melakukan kegiatan mengajar untuk anak-anak di sekitar wilayah penelitianku terkhusus tentang ilmu
agama. Hal lain didalam rencana hidupku aku telah mencatat untuk mendirikan sekolah gratis untuk
masyarakat pulau kecil di tahun 2027, Mendirikan Panti Asuhan ditahun 2043 dan membuka lapangan
kerja melalui usaha eksportir Udang vanamei.

Anda mungkin juga menyukai