Anda di halaman 1dari 58

STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp.

)
DAN ANALISA KESESUAIAN HABITATNYA
DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU BINTAN

PADILAH

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
PADILAH. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) dan Analisa
Kesesuaian Habitatnya di Perairan Desa Mantang Baru Bintan. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Diana Azizah, S.Pi., M.Si.
dan Dedy Kurniawan, S.Pi., M.Si.

Gonggong merupakan salah satu jenis spesies gastropoda yang umumnya


sering dijumpai di Perairan Pesisir Kepulauan Riau. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui struktur komunitas dan kesesuaian habitat siput
gonggong. Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 – Juli
2017 di Perairan Desa Mantang Baru, Bintan. Penelitian ini bersipat observasi
kelapangan, dengan menggunakan metode survei yaitu pengamatan langsung ke
lapangan lokasi penelitian. Penentuan titik sampling penelitian dilakukan metode
Random sampling yaitu sebanyak 30 titik yang tersebar secara acak. Untuk
pengambilan data Siput Gonggong menggunakan metode Transek kuadrat persegi
dengan ukuran 1x1 m. Perairan Desa Mantang Baru dijumpai 3 jenis gonggong
yaitu Strombus urceus, Strombus canarium dan Strombus turturella. Dengan total
jumlah nilai kelimpahan dari ketiga spesies yaitu 6 ind/m2 dan peluang di
temukannya spesies gonggong dari ketiga spesies yang dijumpai dari setiap titik
pengamatan adalah Strombus urceus. Berdasarkan nilai persentase kesesuaian
yang didapat yaitu 81 %. Sehingga perairan Desa Mantang Baru dikategorikan
sangat sesuai untuk kehidupan siput gonggong.
Kata Kunci : Struktur Komunitas, Siput Gonggong, Kesesuaian Habitat, Bintan
ABSTRACT
PADILAH. The Structure of the Community and the Suitability of Strombus sp.
Habitat, at Desa Mantang Baru Bintan Kepulauan Riau Province. Management of
Marine and Fisheries Department. Faculty of Marine Sciences and Fisheries. Raja
Ali Haji Maritime of University. Supervisor Diana Azizah, S.Pi., M.Si. and Dedy
Kurniawan, S.Pi., M.Si.

Strombus sp. is one type of gastropod species that are generally often met in
marine coastal of Riau islands. The purpose of this research is to know the
structure of the community and the suitability of Strombus sp. habitat. The
research activity was conducted in February 2017 - July 2017 in Mantang Baru
island, Bintan Island. The research is observation to the field by using survey
method that is direct observation to field of research location. The determination
of research sampling point was done by random sampling method as many as 30
randomly scattered points. For take a Strombus sp. sampling use the method of
square quadrant transect of the size 1x1 m. the marine of the Mantang Baru island
are only found 3 types of Strmbus sp. is Strombus urceus, Strombus canarium and
Strombus turturella. The total value of abundance values of all three species is
known 6 ind/m2 and the probability of finding Strombus sp. species from the three
species often encountered from each observation point is Strombus urceus. Based
on the percentage of suitability obtained is 81 %. So, that the waters of the
Mantang Baru island are just categorized as suitable for the life of Strombus sp.
Keyword : Structure of Community, Strombus sp., Habitat Suitability, Bintan
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, fotokopi, microfilm dan sebagainya
STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT GONGGONG (Strombus sp.)
DAN ANALISA KESESUAIAN HABITATNYA
DI PERAIRAN DESA MANTANG BARU BINTAN

PADILAH
NIM. 130254242017

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT,
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penyususnan skripsi dengan judul Struktur
Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) dan Analisa Kesesuaian Habitatnya di
Perairan Desa Mantang Baru Bintan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan masukkan serta membimbing dalam menyelesaikan
skripsi ini, Diana Azizah, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing utama, Dedy
Kurniawan, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing pendamping, Ita Karlina, S.Pi., M.Si.
selaku ketua penguji, Jumsurizal, S.Pi., M.Si. selaku anggota penguji. Ir. Linda
Waty Zen, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik, terkhusus kedua orangtua saya,
teman-teman MSP 2013 seangkatan serta semua staf yang ada di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sangat diperlukan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Tanjungpinang, Agustus 2017

PADILAH
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tajur Biru pada tanggal 19 Januari 1995 sebagai putra
dari Bapak Botop dan Ibu Mah (Alm.). Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri
024 Tajur Biru (2001 - 2006), SMP Negeri 3 Senayang (2007 - 2010), SMA
Negeri 2 Tanjungpinang (2011 - 2013). Pada tahun 2013 penulis diterima di
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur SNMPTN. Penulis
diterima pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Martim Raja Ali Haji (UMRAH).
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Penulis menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Struktur Komunitas Siput Gonggong
(Strombus Sp.) dan Analisa Kesesuaian Habitatnya di Perairan Desa Mantang
Baru, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.”
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ............................................................................................. i
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ....................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.1. Definisi Siput Gonggong (Strombus sp.) ................................................ 4
2.2. Morfologi dan Anatomi Siput Gonggong ............................................... 4
2.3. Klasifikasi Siput Gonggong .................................................................... 5
2.4. Habitat Siput Gonggong.......................................................................... 6
2.5. Karakteristik Dan Habitat Siput Gonggong Pada Ekosistem Lamun ..... 6
2.6. Kajian Teori Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) ........ 7
2.7. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan ................................................ 7
2.7.1. Fisika.................................................................................................. 7
2.7.1.1. Suhu ........................................................................................... 7
2.7.1.2. Salinitas ...................................................................................... 8
2.7.2. Kimia ................................................................................................. 8
2.7.2.1. pH ............................................................................................... 8
2.7.2.2. DO .............................................................................................. 9
2.7.3. Substrat .............................................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 10
3.1. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 10
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 10
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 11
3.3.1. Teknik menentukan Titik Pengamatan ............................................ 12
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 12
3.4. Analisis Data ......................................................................................... 13
3.4.1. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia ............................................... 13
3.4.2. Substrat ............................................................................................ 13
3.5. Pengolahan Data Sampling ................................................................... 14
3.5.1. Kerapatan Jenis lamun ..................................................................... 14
3.5.2. Kelimpahan Siput Gonggong .......................................................... 15
3.5.3. Frekuensi Jenis................................................................................. 15
3.5.4. Indeks Keanekaragaman .................................................................. 15
3.5.5. Indeks Keseragaman ........................................................................ 16
3.5.6. Indeks Dominansi ............................................................................ 17
3.5.7. Kesesuaian Habitat .......................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 22
4.1. Kondisi Umum Wilayah Desa Mantang Baru ...................................... 22
4.2. Kondisi Sumberdaya Pesisir Desa Mantang Baru ................................ 22
4.2.1. Ekosistem Padang Lamun ................................................................ 22
4.2.1.1. Enhalus acoroides ...................................................................... 23
4.2.1.2. Thalassia hemprichii .................................................................. 23
4.2.2. Siput Gonggong (Strombus sp.) ....................................................... 24
4.3. Kondisi Lamun ...................................................................................... 26
4.3.1. Kerapatan ......................................................................................... 26
4.4. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.) ........................... 27
4.4.1. Kelimpahan ...................................................................................... 27
4.4.2. Frekuensi.......................................................................................... 28
4.4.3. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi............................. 29
4.5. Kondisi Parameter Fisika-Kimia Perairan ............................................ 30
4.6. Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.) ............................ 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 35
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 35
5.2. Saran .. ................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36
LAMPIRAN ................................................................................................ 39
DAFTAR TABEL

1. Alat dan Bahan yang di Gunakan Dalam Penelitian ........................ 11


2. Metode Pengukuran Parameter Fisika-Kimia .................................. 13
3. Kriteria Kesesuaian Habitat Siput Gonggong ................................. 18
4. Pembobotan dan Skoring dari Parameter yang Terukur .................. 19
5. Interval Nilai Kesesuaian Berdasarkan Kategori Kesesuaian .......... 20
6. Penentuan Kondisi Lamun Berdasarkan Kerapatan ......................... 20
7. Analisa Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.) .......... 21
8. Batas Administrasi Desa Mantang Baru .......................................... 22
9. Kerapatan Jenis Lamun ................................................................... 26
10. Kelimpahan Jenis Siput Gonggong ................................................. 27
11. Nilai frekuensi .................................................................................. 28
12. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ................. 29
13. Parameter Fisika-Kimia.................................................................... 30
14. Analisis Kesesuaian ......................................................................... 32
15. Matriks Kesesuaian Habitat Siput gonggong (Strombus sp.)........... 33
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 3


2. Anatomi Siput Gonggong................................................................... 5
3. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 10
4. Jenis Lamun Enhalus acoroides ....................................................... 23
5. Jenis Lamun Thalassia hemprichii ................................................... 24
6. Jenis Gonggong Strombus urceus .................................................... 25
7. Jenis Gonggong Strombus canarium................................................ 25
8. Jenis Gonggong Strombus turturella................................................ 25
9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ................. 30
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengamatan Lapangan Sampel Lamun dan Siput Gonggong .......... 40


2. Pengamatan Sampel di Laboratorium .............................................. 40
3. Pengolahan Data Lamun .................................................................. 43
4. Pengolahan Data Gonggong ............................................................. 43
5. Pengolahan Data Kesesuaian Lingkungan ....................................... 42
6. Pengolahan Data Perairan ................................................................ 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gonggong merupakan salah satu jenis spesies gastropoda yang umumnya
sering dijumpai di perairan pesisir Kepulauan Riau. Ketersediaan akan siput
gonggong di Provinsi Kepulauan Riau dapat dijumpai di Kabupaten Bintan, yaitu
salah satunya di Desa Mantang Baru, Kecamatan Mantang. Desa Mantang Baru
memiliki perairan yang luas, di sepanjang pantai terdapat beberapa ekosistem
dengan kondisi yang dapat dikatakan masih bagus, terutama ekosistem padang
lamun. Sehingga hal ini sangat mendukung untuk habitat akan keberadaan semua
biota akuatik, salah satunya dari filum moluska kelas gastropoda dari spesies
Strombus sp. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa siput gonggong
merupakan biota yang hidupnya menetap di dasar perairan. Sehingga keberadaan
siput gonggong juga dapat dijadikan bioindikator terhadap gambaran kondisi
lingkungan perairan sebagai kawasan tempat hidupnya.
Siput gonggong merupakan salah satu biota perairan yang memiliki daya
kemampuan yang relatif terbatas dan rentan terhadap kerusakan habitat dan
perubahan lingkungan serta lama kelamaan akan mengalami penurunan populasi
akibat dari eksploitasi yang terus menerus, serta kerusakan yang terjadi akibat dari
aktivitas masyarakat setempat yang terus berlangsung. Kegiatan eksploitasi yang
over terhadap penangkapan siput gonggong yang dilakukkan nelayan dan
masyarakat di Desa Mantang Baru lama kelamaan akan mempengaruhi
ketersediaan dan keberadaan siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru.
Sehingga hal ini sangat mengancam keberadaan siput gonggong dikarenakan
penangkapan yang berlebihan oleh nelayan dan masyarakat setempat.
Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar
ketersediaan dan struktur komunitas siput gonggong, jenis dan habitat yang
sesuai bagi kehidupan gonggong serta bentuk pengelolaannya agar sumberdaya
laut terkhusus siput gonggong dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan baik
dalam bentuk budidaya ataupun restocking.
2

1.2. Rumusan Masalah


Siput gonggong merupakan salah satu biota perairan yang memiliki daya
kemampuan yang relatif terbatas dan rentan terhadap kerusakan habitat. Hal ini,
lama kelamaan akan mengalami penurunan populasi siput gonggong yang di
sebabkan dari aktivitas dan kegiatan eksploitasi yang over terhadap penangkapan
siput gonggong yang dilakukkan nelayan dan masyarakat di Desa Mantang Baru,
maka dapat ditarik rumusan masalah yang terkait mengenai :
1. Bagaimanakah struktur komunitas siput gonggong di Perairan Desa Mantang
Baru?
2. Bagaimanakah kesesuaian habitat berdasarkan kondisi parameter perairan di
Perairan Desa Mantang Baru kaitannya sebagai penunjang kehidupan siput
gonggong?

1.3. Tujuan Penelitian


2. Untuk mengetahui struktur komunitas siput gonggong di Perairan Desa
Mantang Baru.
3. Untuk mengetahui kesesuaian habitat berdasarkan kondisi parameter perairan
di Perairan Desa Mantang Baru yang kaitannya sebagai penunjang kehidupan
siput gonggong.

1.4. Manfaat Penelitian


Sabagai sumber informasi untuk pengelolaan kawasan perairan pesisir Desa
Mantang Baru sebagai kawasan penunjang untuk kehidupan siput gonggong baik
untuk kawasan pembudidayaan ataupun restocking bagi keberadaan siput
gonggong.
3

1.5. Kerangka Pemikiran


Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Pesisir Desa Mantang Baru

Lingkungan Perairan Pesisisir

Biotik Abiotik

Siput
Kondisi Ekosistem
Gonggong
Padang Lamun Kondisi Perairan
(Strombus sp.)
Berdasarkan
Parameter (
Baku Mutu
Perairan Laut
- Kerapatan Menurut
- Kelimpahan Lamun Kepmenlh No.
- keanekaragaman - Identifikasi 51 tahun 2004)
- keseragaman Jenis Lamun
- indeks dominansi

1. Fisika
- Suhu
Analisa Kesesuaian Habitat
- Salini
tas
2. Kimia
Pengelolaan Dalam Bentuk - pH
Budidaya/Restocking - DO
3. Substrat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Siput Gonggong (Strombus sp.)


Siput Gonggong (Strombus sp.) merupakan kelas yang terpenting dari filum
Moluska, karena sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai
ekonomis tinggi Syari. (2005). Siput ini memiliki karakteristik seperti operkulum
yang pipih panjang, mirip pisau berduri, serta dapat digunakan sebagai alat gerak
di atas pasir atau lumpur. Selain itu hewan ini memiliki ulir yang meningkat di
sepanjang cangkangnya dan lekukan stromboid. Siput gonggong juga memiliki
kulit yang sangat keras dengan garis bulat pada cangkangnya dengan variasi
warna cangkang kekuningan atau keemasan (Utami, 2012).
Genus Strombus adalah kelompok mesogastropoda tropis, dalam famili
Strombidae. Strombus memiliki 50 keseluruhan spesies, dimana 38 diantaranya
terjadi di wilayah Indo-Pasifik. Perairan Indo-Malayan memiliki sekitar 23
spesies, sementara di Filipina ada sekitar 26 spesies (Saputriyanti, 2014).
Siput gonggong (Strombus sp.)merupakan gastropoda laut yang memiliki
kelamin terpisah Dody. (2012). Siput jenis ini hidup di perairan, dengan dasar
perairan yang halus. Beberapa siput jenis gastropoda hidup sebagai deposit feeder
memanfaatkan probosis yang menyerupai belalai untuk menyapu dan menyedot
endapan didasar perairan. Siput jenis ini hidup di perairan, dengan dasar perairan
yang halus (Suwignyo et al., 2005).

2.2. Morfologi dan Anatomi Siput Gonggong


Siput gonggong memiliki cangkang berbentuk asimetri seperti kerucut, terdiri
dari tiga lapisan periostraktum, lapisan prismatik yang terdiri dari kristal kalsium
karbonat dan lapisan nakre (lapisan mutiara). Siput gonggong berjalan dengan
perut dan biasanya menggulung seperti ulir memutar ke kanan, menggendong
cangkang yang berwarna coklat kekuningan, kakinya besar dan lebar untuk
merayap dan mengeruk pasir atau lumpur. Sewaktu bergerak hewan ini
menghasilkan lendir, sehingga pada tempat yang dilalui meninggalkan bekas
lendir. Cangkang digunakan untuk melindungi diridari serangan musuh atau
kondisi lingkungan yang tidak baik (Zaidi et al., 2009).
5

Siput gonggong memiliki cangkang yang tepinya menebal dan berwarna serta
memiliki tutup memipih panjang dengan siphon. Cangkang siput gonggong terdiri
atas 4 lapisan, lapisan terluar adalah Periostrakum yang merupakan lapisan tipis
terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada
lapisan ini terdapat endapan pigmen berwarna. Periostrakum berfungsi untuk
melindungi lapisan dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi
Ruppert, Barnes. (1994) in Siddik. (2011). Adapun anatomi siput gonggong dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Anatomi Siput Gonggong Ruppert, Barnes. (1994) in Siddik. (2011).

2.3. Klasifikasi Siput Gonggong


Gonggong merupakan Mollusca yang termasuk kelas Gastropoda dengan
spesies Strombus sp. Klasifikasi gonggong menurut (Zaidi et al., 2009) adalah
sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Strombiadae
Genus : Strombus
Spesies : Jenis spesies yang sering ditemukan di Perairan Kepulauan Riau
(Soeharmoko, 2010) :
- S. canarium
- S. urceus
6

2.4. Habitat Siput Gonggong


Siput gonggong hidup tersebar di sepanjang pantai dengan dasar perairan pasir
lumpur atau pasir campur lumpur yang banyak ditumbuhi tanaman laut seperti
rumput setu, Lamun dan lain-lain. Menurut (Rosady et al., 2016) Siput gonggong
juga hidup tersebar di perairan yang dimana terdapat hamparan lamun, bebatuan,
berpasir dan rumput laut yang menutupi substrat.
Irawan et al., (2013), menuliskan ada beberapa jenis siput gonggong yang ada
zona litoral pesisir timur Pulau Bintan yaitu Gibberulus gibberulus, Canarium,
urceus, C. mutabile dan Laevistrombus turturella. Menurut Soeharmoko. (2010)
ada dua siput gonggong di Kepulauan Riau yaitu S. canarium dan S. urceus.

2.5. Karakteristik Dan Habitat Siput Gonggong Pada Ekosistem Lamun


Ekosistem lamun juga tidak terlepas dari peranannya sebagai daerah pemijahan
(spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground), tempat mencari makan
(feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi biota perairan
Kordi. (2011). Konsumen yang hidup di sekitar padang lamun umumnya adalah
jenis Polycaeta dan Mollusca (kerang-kerangan) yang bertindak sebagai herbivora
Supriharyono. (2007). Ekosistem padang lamun juga memiliki produktivitas
primer dan sekunder dengan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan
keanekaragaman biota perairan Arkham et al., (2015). Hal yang juga
berhubungan erat terhadap habitat salah satunya yaitu penutupan lamun (Rifai et
al., 2013).
Menurut Zaidi et al., (2009) siput gonggong paling banyak memanfaatkan
lamun jenis Halophila sp. sebagai media untuk menempelkan telurnya pada helai
daun. Sehingga dapat dikatakan siput gonggong memiliki hubungan yang erat
terhadap lamun jenis Halophila sp. Dituliskan oleh Izuan. (2014) bahwa
kehidupan siput gonggong banyak ditemukan di daerah lamun yang berjenis E.
accoroides, T. hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Cymodocea rotundata dan
Halophile ovalis.
7

2.6. Kajian Teori Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)


Siput gonggong berdistribusi pada daerah pulau Lingga bagian utara yaitu
ditemui pada Desa Limbung, Desa Bukit Harapan, Desa Linau dan Desa Sekanah.
Kelimpahan siput gonggong padalokasi penelitian berkisar antara 0,2 – 1,9 ind/m2
atau rata-rata kelimpahan siput gonggong berkisar antara 0,2 – 1,8 ind/m2 BPP-
PSPL Universitas Riau. (2010). Pola sebaran siput gonggong di Teluk Klabat
tergolong tipe mengelompok dengan kepadatan rata-rata yang bervariasi antara 3-
5 ind/m2. Habitat siput gonggong berada pada perairan yang tenang dengan
kedalaman 1-4 meter serta kondisi substrat berupa pasir berlumpur yang
ditumbuhi lamun (Dody, 2011).
Dituliskan oleh Putra. (2014) kepadatan Siput Gonggong pada Stasiun
penelitian berada dalam kisaran 0,10 – 0,28 ind/m2. Tingkat kepadatan Siput
Gonggong di Perairan Pulau Penyengat tergolong pada tingkat kepadatan yang
relatif rendah. Dari penelitian Izuan. (2014), mendapatkan kepadatan gonggong di
perairan Dompak memiliki nilai berkisar antara 0,05 ind/m2 samapai dengan 0,50
ind/m2. Oleh Fatmadewi. (2014), Tingkat kepadatan siput gonggong di Perairan
Madong berkisar 1–10 ind/m2. Dari Penelitian Syafrizar. (2016), Berdasarkan
hasil perhitungan nilai Kelimpahan yang terdapat di Desa busung mencapai 12,70
ind/m2, kelimpahan siput gonggong yang terdapat di Desa Busung dalam kategori
rendah.

2.7. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan


2.7.1. Fisika
2.7.1.1. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter untuk mempelajari transportasi dan
penyebaran polutan yang masuk kelingkungan laut. Biasanya suhu air laut
berkisar antara -2 sampai 30 oC. Energi matahari dapat diserap sampai kedalaman
sekitar 100 m dari permukaan laut. Pada laut dalam, sirkulasi dasar dan
permukaan laut sangat terbatas sehingga terbentuk gradient suhu dimana air
hangat dipermukaan menutupi air yang lebih dingin yang tidak mendapatkan
energi matahari. Perubahan suhu juga terjadi akibat adanya hembusan angin pada
pada permukaan laut yang menyebabkan timbulnya gerakan turbulensi pada
8

kedalaman tertentu. Pada kedalaman ini, air menjadi lebih dingin pada perubahan
kedalaman yang relatif kecil (Mukhtasor, 2007).
Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban
udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas matahari. Suhu air di perairan
Indonesia umumnya berkisar antara 28 - 31 °C. Suhu air di dekat pantai biasanya
sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai Nontji. (2002). Menurut Dody.
(2007) siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5 - 29,9°C.

2.7.1.2. Salinitas
Salinitas adalah total konentrasi ion-ion terlarut yang terdapat diperairan.
Salinitas dinyatakan dalam satuan promil (‰). Nilai salinitas perairan tawar
biasanya kurang dari 0,5 (‰), perairan payau antara 0,5-30(‰) dan perairan laut
30-40(‰). Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan
air dari sungai Effendi. (2003). Kondisi ini diperkuat lagi dengan yang dituliskan
oleh Dody. (2007) bahwa siput gonggong pada kisaran salinitas antara 31,0 -
33,3‰.

2.7.2. Kimia
2.7.2.1. pH
Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas fotosintesis,
aktitivitas biologis, suhu, kandungan oksigen dan adanya kation. Pada umumnya
kematian organisme disebabkan oleh pH yang rendah dari pada pH yang tinggi.
Pada kondisi perairan yang alami, pH berkisar antara 4,0 – 9,0 Gufran et al.,
(2007). Selanjutnya ditambahkan bahwa pH yang baik untuk kehidupan
organisme laut adalah berkisar antara 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH adalah 7,5
– 8,7.Sedangkan Effendi. (2003) menyatatakan sebagian besar biota akuatik
sensitive terhadap perubahan pH dan mentukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. Sedangkan
menurut Dody. (2007) bahwa siput gonggong hidup pada kisaran pH antara 7,60 -
7,67.
9

2.7.2.2. DO
Dilaut, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) berasal dari dua sumber yakni
dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman
laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
dimanfaatkan bagi banyak organisme untuk kehidupan antara lain pada proses
respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metebolisme) bahan
organik sehingga terbentuk energy diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O
(Wibisono, 2010).
Effendi. (2003), menjelaskan bahwa hubungan antara kadar oksigen terlarut
jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen dan gas-gas
lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar oksigen
terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar.
Selanjutnya dikatakan bahwa peningkatan suhu sebesar 10C akan meningkatkan
konsumsi oksigen sekitar 10 %.

2.7.3. Substrat
Spesies siput gonggong umumnya mendiami substrat lunak dan dapat
ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir hingga pasir berlumpur
Dody. (2011). Tipe substrat suatu perairan akan mempengaruhi penyebaran,
kepadatan, dan komposisi bentos. Penyebaran dan kepadatan siput berhubungan
dengan diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat, serta
cangkang-cangkang biota yang telah mati, yang secara umum dapat dikatakan
bahwa semakin besar ukuran butiran berarti semakin kompleks substrat, sehingga
semakin beragam pula jenis biotanya. Pada tipe substrat halus seperti lumpur,
lebih banyak mengandung bahan organik di bandingkan dengan substrat yang
lebih kasar Riniatsih. (2016). Jenis substrat serta adanya berbagai tumbuhan air
yang menggambarkan bahwa keadaan tersebut merupakan habitat yang disukai
oleh keong gonggong (Marwoto, 1993).
10

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat


Kegiatan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017 – Juli
2017. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan survey lokasi dan pengambilan
data awal, telaah pustaka dan studi literatur, penetapan secara teknis dalam
pengambilan sampel yaitu observasi, pengambilan sampel, pengolahan data,
analisis data dan penyusunan laporan hasil akhir penelitian. Penelitian ini
dilakukan di Desa Mantang Baru, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Citra Landsat & 2014 & BaseMap Bintan

3.2. Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini, sebagai berikut :
11

Tabel 1 Alat dan Bahan yang digunakan Dalam Penelitian


No Parameter Satuan Alat Bahan
Sampling
1 Biologi
- Siput - GPS - Aquades dan Tisu
Gonggong - Plot/Kuadran - Sampel Perairan
- Lamun 1x1 meter - Pena
- Botol sampel - Pensil
- Nampan - Kertas,
- Kamera - Penggaris
- PlastikBening/A - lumpur, Pasir dan
luminium Foil Krikil
2 Fisika
o
- Suhu C - Multitester
0
- Salinitas /00 - Hand
Refraktometer

3 Kimia
- DO Mg/l - Multitester
- pH - - Multitester
- Substrat - - Ayakan

Sumber : Data Primer

3.3. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode survey, dimana
pengamatan dilakukan secara langsung kelapangan. Data yang diambil ada 2 yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi atau
pengamatan langsung kelapangan. sedangkan data sekunder diperoleh dari
instansi-instansi terkait berkaitan dengan kondisi umum daerah penelitian dan
literatur yang mendukung. Didalam penelitian ini pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif, yakni menganalisis data kuantitatif yang diperoleh
untuk menghitung kelimpahan, frekuensi, keanekaragaman, keseragaman dan
indeks dominansi siput gonggong (Strombus sp.) serta menghitung kerapatan
lamun. Sedangkan data kuantitatif tersebut diperoleh dengan dua cara yaitu hasil
observasi atau pengamatan langsung dilapangan menggunakan alat dan bahan
untuk mengukur parameter perairan serta pengamatan identifikasi lamun yang
12

ditemukan dengan menggunakan buku Panduan Monitoring padang lamun dan


untuk siput gonggong yang ditemukan dengan web http://www.seashell.com.

3.3.1. Teknik Menentukan Titik Pengamatan


Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling random
sederhana (SRS) dimana metode yang digunakan untuk memilih sampel dari
populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Seluruh
anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. SRS bisa digunakan jika
populasi bersifat homogen (Nurhayati, 2008).
Penentuan titik pengamatan gonggong dilakukan dengan menyebar titik-titik
pengamatan secara acak menggunakan teknik sistem random sampling, dimana
penentuan titik sampling di acak menggunakan bantuan software Global mapper,
selanjutnyadi dapat 30 titik sampling yang tersebar secara random di perairan
Desa Mantang Baru.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan contoh sampel lamun pada penelitian ini
berdasarkan pada penggunaan metode transek kuadrat. Pengamatan contoh
lamun dilakukan dengan menggunakan kuadran 1 x 1 m dengan jumlah subplot
sebanyak 25 tegakan subplot pada setiap tittik lokasi penelitian. Untuk
mengetahui jumlah tegakan/kerapatan lamun dan jenis lamun dilihat dalam tiap
kuadran serta dicatat per tiap subplot sehingga mempermudah dalam perhitungan
untuk lamun.
Sedangkan untuk pengambilan sampel siput gonggong (Strombus sp.)
dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan sampel lamun yang tersebarpada
kuadran yang mewakili titik lokasi penelitian tersebut. Sampel siput gonggong
(Strombus sp.) yang terdapat dalam tiap kuadran dikutip dan diambil, kemudian di
letakkan di nampan dan diukur serta di foto untuk dokumentasi objek penelitian
dan dihitung jumlah dari tiap kuadran.
Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada saat perairan dalam
keadaan surut yang diperkirakan 15-30 cm, karenaakan memudahkan pengamatan
13

sertaperhitungan sampel lamun pada jalur serta lokasi yang telah ditentukan
secara acak. Selain itu juga dilakukan pengambilan data mengenai parameter
lingkungan mencakup DO, substrat, suhu, pH dan salinitas. Pengambilan data
parameter dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel lamun, dan
gonggong, data parameter diambil pada setiap titik lokasi penelitian.

3.4. Analisis Data


3.4.1. Pengukuran Parameter Fisika – Kimia
Adapun Pengukuran parameter fisika – kimia Perairan di lingkungan perairan
Desa Mantang Baru pada Tabel 2.
Tabel 2 Metode Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia
Parameter Satuan Metode Keterangan
Fisika
o
Suhu C Termometer Insitu
Kimia
pH - Multitester Insitu
DO Mg/l Multitester Insitu
0
Salinitas /00 Hand Refractometer Insitu

Sumber : Data Primer

3.4.2. Substrat
Pengamatan dan penentuan jenis substrat dasar pada lokasi Penelitian
dilakukan dengan metode ayakan kering dengan menggunakan ayakan bertingkat
(sievenet). Prosedur pengayakan sedimen kering dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Sampel sedimen yang diambil dilapangan, dikeringkan di oven hingga
mencapai berat konstan.
b) Timbang sedimen dengan timbangan analitik sebanyak 100 gr, dan gerus
dengan alu serta lumpang hingga gumpalan terpisah.
c) Siapkan ayakan dengan ukuran 2 mm (Ø- 1),dimana ayakan dengan mesh
size terbesar pada tingkat teratas dan seterusnya.
14

d) Masukan sampel tersebut dengan ayakan ukuran 2 mm (Ø- 1),kemudian


ayakan digoyang sampai semua partikel dalam ayakan terayak secara
sempurna. Timbang sampel pada masing-masing ayakan.
e) Bersihkan screen ayakan dengan menggunakan brush/sikat. Susunlah
ayakan berdasarkan mesh size yang ada dalam populasi pasir, dimana
ayakan dengan mesh size terbesar berada pada tingkat teratas dan
seterusnya. Urutan mesh size dari atas kebawah sebagai berikut : 1mm
(0Ø), 0,5 mm (1 Ø; 500 um), 0,25mm (2Ø: 250 um), 1/8 mm (3Ø:125
um), 1/16 mm (4 Ø; 63um).
f) Masukan sampel yang diperoleh di ayakan paling atas, kemudian ayakan
digoyang sampai semua partikel dalam populasi terayak secara sempurna.
Timbang sedimen yang tertahan pada masing-masing ayakan dan cata
beratnya.
g) Distribusi dan klasifikasi ukuran butir sedimen digunakan metode
pemilahan menurut Bloot. (2010) pada software Gradistat ver 8.0. pada
software ini memudahkan peneliti untuk menganalisis sampel substrat
yang terdapat lebih dari 1 titik sampling (dapat menganalisis maksimal 230
sampel dalam 1 kali running).

3.5. Pengolahan Data Sampling


3.5.1. Kerapatan Jenis Lamun
Kerapatan Jenis (Ki), yaitu jumlah total individu jenis lamun suatu unit area
yang diukur. Kerapatan jenis lamun dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007):

Dengan :
Ki = kerapatan jenis ke-i (tegakan/m2)
Ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i (tegakan/m2)
A = Luas area total pengambilan sampel (m2)
15

3.5.2. Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus Sp.)


Kelimpahan diartikan sebagai satuan jumlah individu yang ditemukan per
satuan luas. Menurut Fachrul. (2007), perhitungan kelimpahan jenis Gastropoda
dapat di rumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
Di = Kelimpahan jenis (ind/m2)
Ni = Jumlah individu dari spesies ke-i (individu)
A = Luas area pengamatan (m2)

3.5.3. Frekuensi Jenis


Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
yang diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007) :

Dimana :
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan spesies
P = Jumlah total petak contoh yang diamati

3.5.4. Indeks Keanekaragaman


Keanekaragaman Gastropoda ditentukan besar nilai indeks yang ada. Indeks ini
dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Weanner. (1963) in Fachrul.
(2007). Indeks Keanekaragaman dihitung dengan rumus:

Dimana :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
Pi = ni/N
Ni = Jumlah Individu Jenis Ke-i (ind/m2)
16

N = Jumlah Total Individu


S = Jumlah Genera / Spesies

Dengan nilai :
Nilai H’ >3 keanekaragaman spesies tinggi
Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 keanekaragaman spesies sedang
Nilai H’ <1 keanekaragaman spesies rendah

3.5.5. Indeks Keseragaman


Keseragaman dapat dikatakan sebagai keseimbangan, yaitu komposisi individu
tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Rumus indeks keseragaman
(Fachrul, 2007) :

Keterangan :
E = Indek keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman
H’max = Indeks keanekaragaman maksimum (log2 S = 3,32, dimana S
adalah jumlah jenis) Indeks keseragaman berkisar antara 0-1.

Dengan nilai :
E > 0,6 : Ekosistem dalam kondisi stabil dan
mempunyai keseragaman tinggi
E 0,6 ≤ E ≤ 0,4 : Ekosistem dalam keadaan kurang stabil dan
mempunyai keseragaman sedang
E < 0,4 : Ekosistem dalam keadaan yang tertekan dan
mempunyai keseragaman rendah.
17

3.5.6. Indeks Dominansi


Untuk menggambarkan jenis gastropoda yang paling banyak ditemukan, dapat
diketahui dengan menghitung nilai dominasinya. Dominasi dapat dinyatakan
dalam indeks dominasi Simpson-Brower. (1989) in Syari. (2005) :

Dimana : Indeks dominasi Simpson


D = Jumlah individu jenis ke-i
Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
S = Jumlah spesies
Dengan nilai :
00,0 < C 0,30 : Dominansi rendah
0,30 < C 0,60 : Dominansi sedang
0,60 < C 1,00 : Dominansi tinggi

3.5.7. Data Untuk kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)


Analisa kesesuaian habitat untuk siput gonggong disajikan dalam tabel dan
grafik, data-data tersebut kemudian dianalisis secara deskriftif serta dilakukan
analisis terhadap permasalahan yang berkaitan dengan data sampling parameter
perairan dan data sampling siput gonggong serta data analisa kesesuaian
habitatnya.
Untuk mengetahui kesesuaian habitat siput gonggong dibutuhkan kriteria
sebagai acuan penentuan kelayakan untuk habitat pada Tabel 3.
18

Tebel 3 Kriteria Kesesuaian Habitat Siput Gonggong


kesesuaian Habitat
No Kriteria Satuan Tidak Sangat Pustaka
Sesuai
Sesuai Sesuai
Pasir Dody.
1 Substrat Jenis - Pasir
Berlumpur (2011)
Kepmenlh
2 DO mg/l < 5 mg/l 5 mg/l > 5 mg/l No. 51
Tahun 2004
Kepmenlh
3 Suhu °C < 28 28 28-32 No. 51
Tahun 2004
Kepmenlh
4 Salinitas ‰ < 33 33 33-34 No. 51
Tahun 2004
Kepmenlh
5 pH - <7 7 7-8,5 No. 51
Tahun 2004
Jenis Halophila Zaidi et al.,
6 Jenis - H. ovalis
Lamun sp. (2009)
Kerapatan Sangat Rifa'i et al.,
7 Jenis Jarang Rapat
Lamun jarang (2013)

Sumber : Modifikasi (Utojo et al., 2004)

Setelah mengetahui kesesuaian habitat siput gonggong, kemudian dilakukan


dengan metode pengharkatan skoring sehingga didapat penilaian untuk
kesesuainya habitanya, yaitu setiap parameter dibagi dalam 3 kelas penilaian
seperti sangat sesuai (Skoring 3), sesuai (Skoring 2) dan tidak sesuai (Skoring 1).

Selanjutnya setiap parameter dilakukan pembobotan untuk digunakan dalam


penentuan tingkat kesesuaian habitat siput gonggong. Parameter yang dapat
memberikan pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih tinggi daripada parameter
yang lebih lemah. Untuk mendapatkan nilai bobot tiap parameter digunakan
persamaan (Utojo et al., 2004) seperti rumus dibawah ini dan hasil pembobotan
serta nilai skor disajikan pada Tabel 3.


19

Dimana :
Wj = Bobot Parameter
N = Jumlah Parameter
Rj = Posisi Ranking
Rp = Parameter (1,2,3......n)

Tabel 4 Pembobotan dan Skoring dari Parameter yang Terukur


Batas
No Parameter Kriteria Rangking Bobot Nilai Skor
Nilai
1 Substrat Pasir Berlumpur 3 Sangat 0,25 0,75
Sesuai
Pasir 2 Sesuai 0,50
- 1 Tidak 0,25
sesuai
2 DO > 5 mg/l 3 Sangat 0,21 0,64
Sesuai
5 mg/l 2 Sesuai 0,43
< 5 mg/l 1 Tidak 0,21
sesuai
3 Suhu 28-32 3 Sangat 0,18 0,54
Sesuai
28 2 Sesuai 0,36
<28 1 Tidak 0,18
sesuai
4 Salinitas 33-34 3 Sangat 0,14 0,43
Sesuai
33 2 Sesuai 0,29
< 33 1 Tidak 0,14
sesuai
5 pH 7-8,5 3 Sangat 0,11 0,32
Sesuai
7 2 Sesuai 0,21
<7 1 Tidak 0,11
sesuai
6 Jenis H. ovalis 3 Sangat 0,07 0,21
Lamun Sesuai
Halophila sp. 2 Sesuai 0,14
- 1 Tidak 0,07
sesuai
7 Kerapatan Rapat 3 Sangat 0,04 0,11
Lamun Sesuai
Jarang 2 Sesuai 0,07
Sangat Jarang 1 Tidak 0,04
sesuai
Sumber : Modifikasi (Utojo et al., 2004)
20

Berdasarkan nilai skor setiap parameter maka dilakukan penilaian untuk


menentukan kesesuaian habitat untuk kehidupan siput gonggong dengan
menggunakan rumus yang ditulis oleh (Utojo et al., 2004) sebagai berikut :

Sehimgga diperoleh penentuan kategori berdasarkan persentase interval


kesesuaian seperti pada Tabel 4.

Tabel 5 Interval Nilai Kesesuaian Berdasarkan Kategori Kesesuaian


No Katergori % Interval Kesesuaian
1 Sangat Sesuai 75 - 100
2 Sesuai 50 - 75
3 Tidak Sesuai < 50

Sumber : Modifikasi (Utojo et al., 2004)

Kelas kerapatan lamun di gunakan sumber literatur yang mengacu dari Gosari
dan Haris (2012) dan tidak mengacu pada Kepmenlh No. 200 Tahun 2004,
karena pada acuan Kepmenlh tidak tersedia kelas untuk nilai kerapatan lamun.
Dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6 Penentuan Kondisi Lamun Berdasarkan Kerapatan


Skala Kerapatan (tegakan/m2) Kondisi
5 > 175 Sangat Rapat
4 125 – 175 Rapat
3 75 – 125 Agak Rapat
2 25 – 75 Jarang
1 < 25 Sangat Jarang

Sumber : Braun-Blanquet. (1965) in., Gosari, Haris. (2012)


21

Tabel 7 Matrik Analisa kesesuaian habitat siput gonggong (Strombus sp.)


Nilai Kategori
Tinjauan Faktor
Nilai Kesesuaian
No Pendukung Sangat Tidak
Kesesuaian yang Sesuai
Kesesuaian Habitat Sesuai Sesuai
didapat

Parameter Lingkungan Perairan (Kepmenlh No. 51 tahun 2004) Mengenai Baku Mutu Air
Laut untuk Biota Laut

Parameter Fisika
1 Suhu 28-32 oC
2 Salinitas 33-34 0/00
Parameter Kimia
3 DO >5 mg/l
4 pH 7-8.5
Parameter Biologi

Rapat,
5 Kerapatan Lamun Rifai et al.
(2013)

Halophila
sp., Zaidi
6 Jenis Lamun
et al.
(2009)

Tipe Substrat
Pasir Pasir, Pasir
Lumpur Berlumpur
7
Dody.
Pasir Berlumpur (2011)

Sumber : Data Primer


22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Wilayah Desa Mantang Baru

Desa Mantang Baru merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten
Bintan yang termasuk Kecamatan Mantang. Desa Mantang Baru secara
administrasi terletak dengan luas daerah yaitu seluas 11 Ha Arsip Desa Mantang
Baru. (2016). Jarak tempuh Desa Mantang Baru ke pusat pemerintahan kecamatan
± 2 km, ke ibukota kabupaten ± 10 km menggunakan transportasi laut yaitu
dengan biaya transportasi Rp. 20.000 sudah termasuk biaya pulang-pergi. Tinggi
pusat pemerintahan wilayah desa dari permukaan laut adalah 100 meter.
Topografi pantai yang landai dan memiliki sumberdaya kelautan berupa
ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Batas
administrasi Desa Mantang Baru dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Batas Administrasi Desa Mantang Baru
No Letak Desa / Kelurahan

1 Utara Batu Licin Kelurahan Gunung Lengkuas


2 Selatan Kabupaten Lingga
3 Barat Desa Dendun
4 Timur Desa Mantang Besar

Sumber : Arsip Desa Mantang Baru 2016

4.2. Kondisi Sumberdaya Pesisir Desa Mantang Baru


4.2.1. Ekosistem Padang Lamun
Dilihat secara visual, perairan Desa Mantang Baru memiliki sebaran lamun
yang masih luas, di sepanjang pantai terdapat ekosistem tersebut dengan kondisi
yang dapat dikatakan bagus. Dimana di dapat dari hasil penelitian ini, ditemukan
dua jenis lamun yang ada di Perairan Desa Mantang Baru yaitu sebagai berikut.
23

4.2.1.1.Enhalus acoroides
Jenis lamun E. acoroides yang ditemukan di Perairan Desa Mantang Baru
dapat dilihat tipe morfologinya seperti pada Gambar 4.

Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Family : Hyddrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : E. acoroides

Gambar 4 Jenis lamun E. acoroides


Sumber : Data lapangan (2017)

Jenis lamun E. acoroides diketahui memiliki struktur daun dan akar yang
besar dengan tipikal akar serabut dan daun yang kasar. jenis ini memiliki
sebaran yang cukup luas diperairan Indonesia. bahkan menurut Supriharyono.
(2007) jenis E. acoroides memiliki sebaran yang cukup luas pada lautan india
hingga bagian tropis pasifik barat. Pendapat lain menurut Nontji. (2007) jenis
E. acoroides pada saat air surut daunnya akan tersembul kepermukaan
perairan, daunnya berbentuk seperti pita yang panjang memiliki biji yang
dapat dijadikan sebagai makanan atau jenis ini lebih dikenal dengan sebutan
setu atau samo samo.

4.2.1.2.Thalassia hemprichii
Jenis lamun T. hemprichii yang ditemukan di Perairan Desa Mantang Baru
dapat dilihat tipe morfologinya seperti pada Gambar 5.
24

Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Family : Hyddrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies : T. hemprichii

Gambar 5 Jenis lamun T. hemprichii


Sumber : Data lapangan (2017)

Jenis T. hemprichii memiliki daun yang melebar namun pendek, dengan


pangkal daun berwarna hitam dan halus umumnya dijumpai pada area pasang
surut (intertidal). Menurut Supriharyono. (2007) T. hempichii tersebar di daerah
tropis di Lautan India dan bagian darat pasifik salah satunya Indonesia.

4.2.2. Siput Gonggong (Strombus sp.)


Siput gonggong merupakan salah satu jenis gastropoda yang terdapat di
perairan pesisir Desa Mantang Baru, yang sekarang ini banyak diminati oleh
wisatawan, baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing atau luar negeri.
Sehingga jenis spesies dari gastropoda ini di Provinsi Kepulauan Riau dijadikan
ikon ibukota provinsi dengan telah dibangunnya gedung monumen siput
gonggong yang terletak di tepian pesisir Kota Tanjungpinang di dekat pelabuhan
umum transportasi dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga apabila
pengunjung sampai di pelabuhan Kota Tanjungpinang langsung dapat melihat
gedung monumen siput gonggong ini dari arah pelabuhan. Dari hasil penelitian
ini, ditemukan tiga jenis siput gonggong yang ada di perairan Desa Mantang Baru
yaitu sebagai berikut.
25

Kingdom : Animalia
Divisi : Moluska
Kelas : Gastropoda
Subkelas : Streptoneura
Ordo : Mesogastropoda
Family : Strombiadae
Genus : Strombus
Spesies : S. urceus

Gambar 6 Jenis Gonggong S. urceus


Sumber : Data lapangan (2017)

Kingdom : Animalia
Divisi : Moluska
Kelas : Gastropoda
Subkelas : Streptoneura
Ordo : Mesogastropoda
Family : Strombiadae
Genus : Strombus
Spesies : S. canarium

Gambar 7 Jenis Gonggong S. canarium


Sumber : Data lapangan (2017)

Kingdom : Animalia
Divisi : Moluska
Kelas : Gastropoda
Subkelas : Streptoneura
Ordo : Mesogastropoda
Family : Strombiadae
Genus : Strombus
Spesies : S. turturella

Gambar 8. Jenis Gonggong S. turturella


Sumber : Data lapangan (2017)
26

4.3. Kondisi Lamun


4.3.1. Kerapatan
Kerapatan lamun digambarkan dengan satuan tegakan dalam ukuran meter
persegi. Kerapatan lamun berbeda untuk setiap jenisnya, diantaranya dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9 Kerapatan Jenis Lamun di perairan Mantang Baru

Kerapatan Jenis
Jenis Jumlah (tegakan)
(tegakan/m2)

E. acoroides 1129 38
T. hemprichii 915 31
TOTAL 2044 68

Sumber : Data lapangan (2017)

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa dari 30 plot pengamatan


berukuran 1x1 meter yang tersebar di perairan Desa Mantang Baru, masing-
masing jenis lamun memiliki jumlah tegakan yang berbeda. E. accoroides
memiliki jumlah tegakan lamun yaitu 1129 tegakan dan T. hemprichii memiliki
jumlah tegakan lamun yaitu 915 tegakan. Rata-rata kerapatan total lamun di
perairan Desa Mantang Baru dari hasil perhitungan diketahui sebanyak 68
tegakan/m2. Dituliskan dalam penelitian Putra. (2014) Kerapatan total lamun
untuk semua jenis di Pulau Penyengat pada stasiun pengamatan berada pada
kisaran 91-121 tegakan/m2 dengan rata-rata kerapatan untuk Stasiun pengamatan
adalah 104 tegakan/m2. Hasil penelitian Sinaga. (2015) Tingkat kerapatan lamun
dari 2 jenis lamun yang dijumpai, jenis E. acoroides sebesar 15 tegakan/m2 serta
jenis T. hemprichii sebesar 8 tegakan/m2 dengan total kerapatan lamun di perairan
Desa Batu Licin sebesar 23 tegakan/m2.
Dari perbandingan total kerapatan lamun yang dijelaskan diatas Kondisi
kerapatan lamun di perairan Desa Mantang Baru tergolong lamun dengan kondisi
lamun jarang. Menurut Braun-Blanquet. (1965) in Gosari, Haris. (2012) skala
kondisi lamun berdasarkan kerapatan dikategorikan skala 2 untuk lamun dengan
kerapatan berkisar 25 – 75 tegakan/m2 yang termasuk dalam kondisi lamun
jarang.
27

Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan jenis yang dilakukan, diperoleh data


yaitu lamun jenis E. acoroides memiliki kerapatan yang paling tinggi
dibandingkan dengan lamun jenis lain yang ditemukan yaitu dengan nilai
kerapatan 38 tegakan/m2 sedangkan T. hemprichii dengan nilai kerapatan 31
tegakan/m2. Kerapatan jenis tertinggi di Perairan Desa Mantang Baru yakni E.
acoroides.

4.4. Struktur Komunitas Siput Gonggong (Strombus sp.)


4.4.1. Kelimpahan
Dari penelitian yang telah di lakukan yaitu pengamatan jenis siput gonggong
yang ada di Perairan Desa Mantang Baru. Berdasarkan pengolahan data
penelitian, kelimpahan siput gonggong disajikan pada Tabel 10.
Table 10 Nilai Kelimpahan Jenis Siput Gonggong

Kelimpahan
Jenis Jumlah (individu)
(ind/m2)

S. urceus 123 4
S. canarium 16 1
S. turturella 30 1
TOTAL 169 6

Sumber : Data lapangan (2017)

Dilihat dari Tabel 9. di atas, kelimpahan siput gonggong dari 30 titik


pengamatan yaitu siput gonggong jenis S. urceus yang ditemukan berjumlah 123
individu dengan nilai kelimpahan 4 ind/m2, S. canarium dapat ditemukan
berjumlah 16 individu dengan kelimpahan 1 ind/m2, S. turturella ditemukan
berjumlah 30 individu dengan kelimpahan 1 ind/m2. Dengan rata-rata total
kelimpahan siput gonggong di Desa Mantang Baru sebesar 6 ind/m2.
Dituliskan oleh Putra. (2014), kepadatan Siput Gonggong di Pulau Penyengat
pada Stasiun penelitian berada dalam kisaran 0,10 – 0,28 ind/m2. Dari penelitian
Izuan. (2014), mendapatkan kepadatan gonggong di perairan Dompak memiliki
nilai berkisar antara 0,05 ind/m2 sampai dengan 0,50 ind/m2. Oleh Fatmadewi.
28

(2014), Tingkat kepadatan siput gonggong di Perairan Madong berkisar 1–10


ind/m2. Dari Penelitian Syafrizar. (2016), Berdasarkan hasil perhitungan nilai
Kelimpahan yang terdapat di Desa Busung mencapai 12,70 ind/m2.

Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan yang dilakukan, diperoleh data


yaitu siput gonggong jenis S. urceus memiliki kelimpahan yang paling tinggi
dibandingkan dengan gonggong jenis lain yang ditemukan yaitu dengan nilai
kelimpahan 4 ind/m2, sedangkan gonggong jenis S. canarium dan S. turturella
dengan nilai kelimpahan 1 ind/m2 dan 1 ind/m2.

4.4.2. Frekuensi
Frekuensi jenis merupakan perbandingan antara jumlah petak sampel yang
ditemukan suatu jenis lamun dengan jumlah total petak sampel yang diamati,
Hasil perhitungan frekuensi jenis siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai Frekuensi Siput Gonggong di Perairan Desa Mantang Baru

Jenis Jumlah Plot Dijumpai Frekuensi Jenis

S. urceus 30 1
S. canarium 15 0,50
S. turturella 20 0,67
TOTAL 65 2,17

Sumber : Data Lapangan (2017)

Berdasarkan hasil pengamatan di perairan Desa Mantang Baru, frekuensi


ditemukannya gonggong jenis Strombus urceus dari 30 titik pengamatan yaitu
sebesar 1 dengan peluang kemunculan setiap titik lokasi, jenis S. canarium
memiliki nilai frekuensi 0,50 dan jenis S. turturella dengan nilai frekuensi 0,67
hal ini menunjukan bahwa jenis S. canarium dan S. turturella tidak ditemukan
pada seluruh plot pengamatan namun sebagian besar plot di jumpai jenis S.
urceus. Dikarenakan kemungkinan berpengaruh terhadap kondisi ekologi siput
29

gonggong dilihat dari kondisi perairan, jenis substrat dan penangkapan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian jenis S. urceus memiliki peluang dijumpai lebih besar.
Menurut Izuan. (2014) peluang ditemukan suatu jenis gonggong tergantung pada
tipe substrat di lapangan, karena masing-masing spesies gonggong memiliki
kesukaan tipe substrat yang berbeda.

4.4.3. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi


Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks
dominansi siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks dominansi Siput
Gonggong di Perairan Desa Mantang Baru
Indeks

Keanekaragaman (H') Keseragaman (E) Dominansi (C)

0,99 0,27 1,00

Sumber : Data Lapangan (2017)

Berdasarkan tabel diatas, di perairan Desa Mantang Baru didapat perhitungan


nilai indeks keanekaragaman (H’) yaitu sebesar 0,76, indeks keseragaman (E)
yaitu sebesar 0,69 dan indeks dominansi yaitu sebesar 0,57. Dituliskan oleh
Marwoto. (1993) dalam penelitiannya mengenai indek keanekaragaman dan
keseragaman ditemukan di stasiun Terkulai, masing-masing sebesar 1,02 dan
0,26, sedangkan di stasiun Pengujan, yaitu 0,62 dan 0,18, sedangkan untuk nilai
indeks dominansi dari kedua stasiun yaitu masing-masing 0,10 dan 0,33.
Dari penjelasan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman
tergolong kategori rendah, keseragaman tergolong kategori tinggi dan dominansi
dalam kategori sedang. Secara keseluruhan data pengukuran indeks
keanekaragaman, keseragaman, serta dominansi dijelaskan dalam grafik yaitu
pada Gambar 12.
30

Indeks
1,20

1,00

0,80

0,60

0,40

0,20

0,00
Keanekaragaman
Keseragaman (E) Dominansi (C)
(H')
Indeks 0,99 0,27 1,00

Gambar 12. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks Dominansi


Sumber : Data lapangan (2017)

4.5. Kondisi Parameter Fisika-Kimia di Perairan Desa Mantang Baru


Hasil pengukuran kondisi parameter fisika-kimia perairan di perairan Desa
Mantang Baru dilakukan meliputi pengukuran suhu, salinitas , pH, DO dan
substrat dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Parameter Fisika-Kimia Perairan Desa Mantang Baru
Nilai Baku Mutu
Parameter Satuan (kepmenlh No.
Kisaran Rata-rata 51 Tahun 2004)
Suhu ˚C 29,3 - 30,4 ˚C 29,9 ˚C 28-32 oC
Salinitas 0
/00 27 – 32 0/00 32,9 0/00 33-34 0/00
pH - 7,65 - 7,97 7,84 7-8,5
DO mg/l 4,5 - 7,6 mg/l 6,9 mg/l >5 mg/l
Lumpur
Substrat Jenis Pasir
Berpasir*

Sumber : Data Lapangan (2017) *Jurnal

Suhu perairan Desa Mantang Baru di sekitar penelitian pada area lamun
diketahui berkisar antara 29,3 - 30,4˚C dengan rata-rata suhu diperairan tersebut
sebesar 29,9 ˚C. Bila melihat dari literatur menurut Kepmenlh No. 51 (2004)
bahwa kisaran optimal bagi kehidupan lamun diantaranya pada kisaran 28-32˚C.
31

Melihat hasil rata-rata suhu perairan Mantang Baru dikatakan masih baik bagi
kehidupan lamun. Hal ini dikemukakan oleh Dody. (2012) yang mengatakan
bahwa siput gonggong hidup pada kisaran suhu antara 28,5 - 29,9 °C.
Hasil pengukuran salinitas perairan Desa Mantang Baru berada pada kisaran
27 – 32 ppm dengan rata-rata salinitas sebesar 32,9 ppm. Kondisi salinitas masih
baik bagi kehidupan biota perairan yaitu termasuk siput gonggong, di perairan
Desa Mantang Baru bila mengacu pada pendapat yang dikemukakan Kepmenlh
No. 51 tahun 2004 yang mengatakan bahwa kisaran salinitas bagi kehidupan
lamun diantaranya antara 33-34 ppm. Serta dituliskan oleh Dody. (2012) yang
menyatakan bahwa siput gonggong pada kisaran salinitas antara 31,0 - 33,3 ‰.
Kondisi derajat keasaman perairan pada area lamun Desa Mantang Baru pada
kisaran 7,65 - 7,97 dengan rata-rata 7,84 mencirikan bahwa perairan masih layak
bagi kehidupan biota perairan ditinjau dari kondisi keasaman perairannya. Kisaran
optimal yang ditentukan oleh Kepmenlh No. 51 Tahun (2004) yang
mengemukakan bahwa umumnya organisme perairan baik hidup pada kisaran
keasaman perairan laut antara 7-8.5. Menurut Effendi. (2003) menyatakan
sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menentukan
nilai pH sekitar 7 - 8,5. Sedangkan menurut Dody. (2007), bahwa siput gonggong
hidup pada kisaran pH antara 7,60 - 7,67.
Hasil pengukuran oksigen terlarut diperairan diperoleh hasil rata-rata sebesar
6,9 mg/l dengan kisaran 4,5 - 7,6 mg/L. Berdasarkan Kepmenlh No. 51 Tahun
(2004) bahwa nilai oksigen terlarut yang baik bagi organisme perairan adalah >5
mg/l. Hal ini juga didukung oleh pendapat Effendi. (2003) yang mengatakan
bahwa hampir semua organisme akuatik menyukai pada kondisi oksigen terlarut
>5 mg/l. Jika dilihat dari hasil pengukuran, maka kondisi oksigen terlarut pada
perairan masih baik.
Tipe subsrat pada hasil penelitian ini secara umum berpasir. Hal ini di dukung
oleh topografi pantai pada penelitian di Desa Mantang Baru yang landai dan
memiliki karakteristik pantai yang mempunyai hamparan pasir yang luas. Sesuai
dengan pernyataan Nybakken. (1992) bahwa tipe subsrat berpasir memudahkan
moluska untuk mendapatkan suplai air dan nutrisi yang diperlukan untuk
kelangsung hidupnya. Dibandingkan dengan tipe subsrat berlumpur., tipe subsrat
32

berpasir lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe subsrat


berpasir dan berlempung sesuai untuk kehidupan mouska terutama kelas
gastropoda dan bivalvia.
Subsrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan,
keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup didalamnya (Irawan,
2008).

4.6. Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)


Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa kesesuaian habitat bagi
kehidupan siput gonggong agar bisa dimanfaatkan dan menjadi sumberdaya
kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Berdasarkan data pengukuran
parameter ekologi di perairan Desa Mantang Baru telah dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk kesesuaian habitat siput gonggong disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Analisis Kesesuaian Habitat Siput Gonggong di Perairan Desa Mantang
Baru
No Parameter Hasil Pengukuran Rangking Bobot Nilai skor
1 Substrat Pasir 2 0,50 1,00
2 DO 6,9 mg/l 3 0,64 1,92
3 Suhu 29,9 oC 3 0,54 1,61
4 Salinitas 32,9 0/00 2 0,29 0,58
5 pH 7,84 3 0,32 0,96
E. acoroides dan
6 Jenis Lamun 1 0,07 0,07
T.hemprichii
Kerapatan
7 Jarang 2 0,07 0,14
Lamun
Total Skor 2,43
Nilai Skor Kesesuaian 81 %

Sumber : Data Lapangan (2017)

Berdasarkan tabel kesesuaian tersebut, persentase nilai kesesuaian habitat siput


gonggong di perairan Desa Mantang Baru dikategorikan sangat sesuai dengan
nilai persentase 81 %. Untuk lebih jelas, penilaian kesesuaian habitat siput
gonggong disusun berdasarkan kondisi ekologi yang dilakukan pengamatan
dengan hasil yang disajikan pada Tabel 15.
33

Tabe 15 Matriks Kesesuaian Habitat Siput Gonggong (Strombus sp.)

Tinjauan Faktor Nilai Kategori


Nilai
No Pendukung Kesesuaian Sangat Tidak
Kesesuaian Sesuai
Kesesuaian Habitat yang didapat Sesuai Sesuai

Parameter Lingkungan Perairan (Kepmenlh No. 51 tahun 2004) Mengenai Baku Mutu Air
Laut untuk Biota Laut

Parameter Fisika
1 Suhu 28-32 oC 29,9 ˚C 
2 Salinitas 0
33-34 /00 0
32,9 /00 
Parameter Kimia
3 DO >5 mg/l 6,9 mg/l 
4 pH 7-8.5 7,84 
Parameter Biologi

Rapat,
5 Kerapatan Lamun Rifai et al., Jarang 
(2013)

Halophila
E.acoroides
sp., Zaidi
6 Jenis Lamun dan 
et al.,
T.hemprichii
(2009)

Tipe Substrat
Pasir Pasir, Pasir
Lumpur Berlumpur
7 Pasir 
Dody.
Pasir Berlumpur (2011)
Sumber : Data Lapangan (2017)

Berdasarkan matriks diatas, diketahui untuk analisa kesesuaian habitat siput


gonggong dari kesesuaian parameter perairan di Desa Mantang Baru sangat
mendukung yaitu seperti parameter fisika ( suhu dan salinitas ), parameter kimia
(DO dan pH) sangat mendukung untuk kehidupan siput gonggong. Hal ini
mengacu pada Kepmenlh No. 51 Tahun 2004 mengenai baku mutu air laut untuk
biota laut. Akan tetapi untuk parameter biologi yang meliputi kerapatan dan jenis
lamun yang terdapat di Perairan Desa Mantang Baru untuk kerapatan termasuk
34

dalam katergori kurang. Sedangkan menurut (Rifai et al., 2013) Hal yang juga
berhubungan erat terhadap habitat salah satunya yaitu penutupan lamun.
keterkaitan antara kerapatan lamun mempunyai hubungan yang kuat terhadap
kepadatan siput gonggong ditinjau dari pengaruh variabel kerapatan lamun
terhadap kepadatan siput gonggong adalah sebesar 64 % dan sisanya 36 %
dipengaruhi oleh faktor lain Izuan. (2014). Hal lain yang juga berpengaruh
terhadap kepadatan siput gonggong meliputi jenis lamun yaitu dimana menurut
Zaidi et al., (2009) siput gonggong paling banyak memanfaatkan lamun jenis
Halophila sp. sebagai media untuk menempelkan telurnya pada helai daun.
Sehingga dapat dikatakan siput gonggong memiliki hubungan yang erat terhadap
lamun jenis Halophila sp. Dituliskan oleh Izuan. (2014), bahwa kehidupan siput
gonggong banyak ditemukan di daerah lamun yang berjenis Halophila sp.
Berdasarkan tipe substrat yang ada di Perairan Desa mantang Baru didominasi
oleh substrat berpasir dimana kategori ini sesuai untuk kehidupan siput gonggong.
Hal ini dikarena siput gonggong hidup di substrat pasir hingga pasir berlumpur.
Dijelaskan oleh Dody. (2011) spesies siput gonggong umumnya mendiami
substrat lunak dan dapat ditemukan pada substrat yang didominasi oleh pasir
hingga pasir berlumpur. Substrat yang merupakan habitat siput laut gonggong
yaitu sebagian besar terdiri dari pasir berlumpur (Izuan, 2014).
35

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan mengenai struktur komunitas
siput gonggong (Strombus sp.) dan analisa kesesuaian habitatnya di Perairan Desa
Mantang Baru, yaitu sebagai berikut :
1. Siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru di ditemukan tiga spesies yaitu
spesies S. urceus, S. canarium dan S. turturella dengan total jumlah nilai
kelimpahan dari ketiga spesien yaitu 6 ind/m2 dan peluang ditemukannya
spesies gonggong dari ketiga spesies yang dijumpai dari setiap titik
pengamatan adalah S. urceus. Serta di ketahui nilai keanekaragaman (H’) yaitu
0,99 di kategorikan rendah. Nilai keseragaman (E) yaitu 0,27 kategori
Ekosistem dalam kondisi stabil dan mempunyai keseragaman tinggi. Nilai
dominansi (C) yaitu 1 di kategorikan dominansi dinyatakan tinggi.
2. Kesesuian habitat siput gonggong di Perairan Desa Mantang Baru berdasarkan
nilai persentase yaitu 81 % di kategorikan sangat sesuai. Dilihat dari parameter
lingkungan perairan berdasarkan kepmenlh No. 51 Tahun 2004 tentang baku
mutu air untuk biota laut (suhu, DO dan pH) dikategorikan sangat sesuai.
Untuk salinitas, tipe substrat dan kerapatan lamun dikategorikan sesuai. Akan
tetapi untuk jenis lamun di kategorikan tidak sesuai.
5.2. Saran
Pengelolaan yang mungkin bisa diterapkan untuk pemanfaatan siput gonggong
di perairan Desa Mantang Baru agar pemanfaatannya berkelajutan salah satunya
dalam bentuk restocking dimana dengan dilakukan penambahan ketersediaan
siput gonggong dengan tidak melakukan penangkapan yang berlebihan dan
berdasarkan ukuran serta memberikan jangka waktu musiman untuk penangkapan
siput gonggong agar bisa tetap dimanfaatkan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Arkham, M. N., Luky, A., Yusli, W., 2015. The Study of Seagress Ekosystem and
Small-Scale Fisheries Likages (Case Studie : Malangrapat and Berakit Village,
Bintan Regency, Riau Islands). Jurnal Sosek KP. 10 ( 2 ) : 204-211.

Bloot, S. J., 2010. A Grain Size Distribution and Statistics Package for the
Analysis of Unconsolidated Sediments by Sieving or Laser Granulometer.
Kenneth Pye Associates Ltd. United Kingdom. 207 Hal.

BPP-PSPL-UNRI. 2010. Studi Distribusi dan Eksploitasi Siput Gonggong di


Lokasi Coremap 2 Kabupaten Lingga. LIPI. 67 Hal.

Dody, S., 2007. Habitat dan Sebaran Spasial Siput Gonggong (S. turturella) di
Teluk Klabat Bangka Belitung. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

Dody, S. 2011. Pola Sebaran, Kondisi Habitat dan Pemanfaatan Siput Gonggong
(S. turturella) di Kepulauan Bangka Belitung. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. 37 ( 2 ) : 33-353.

Dody, S. 2012. Pemijahan dan Pengembangan Larva Siput Gonggong (S.


turturella) di Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 4 ( 1 ) : 107-113.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 Hal.

Fachrul, M. F., 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. 198
Hal.

Fatmadewi, S. 2014. Pola Sebaran Dan Tingkat Kepadatan Populasi Siput


Gonggong (Strombus sp.) Di Perairan Madong Kepulauan Riau. [Skripsi].
Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Gosari, J.A., Haris, A., 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di
Kepulauan Spermonde Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 22 ( 3 )
256-162.

Ghufran, M., Kordi, H. K., Andi, B. T., 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 224 Hal.

Irawan. I. 2008. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta


Distribusi di Pulau Burung dan Pulau Tikus Gugusan Pulau Pari Kepulauan
Seribu. [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor.

Irawan, H., Falmi, Yandri., 2013. Studi Biologi dan Ekologi Hewan Filum
Mollusca di Zona Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. [Skripsi]. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
37

Izuan, M., 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong
(S. epidromis) di Pulau Dompak. UMRAH. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja
Ali Haji.

KEPMENLH., 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51. Baku


Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.

Kordi. K. Ghufran. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass) Fungsi Potensi


Pengelolaan. Rineka Cipta: Jakarta. 191 Hal.

Marwoto, R. M., Andiarto, H., Widodo, R., 1993. The Community of Strombus
canarium Linne 1758 and Its Association with other Molluscs Fauna in Bintan
Island, Riau. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1 ( 2 ) : 44-
55.

Mukhtasor., 2007. Pencemaran Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta. 345
Hal.

Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Hal 357 Hal.

Nontji, A., 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djembatan. Jakarta. Hal 366 Hal.

Nontji, A., Hutomo, M., 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. PT Sarana
Komunikasi Utama. Bogor. 45 Hal.

Nurhayati., 2008. Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random


Dengan Stratified Random. Universitas Nasional. 3 ( 1 ) : 223-229.

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT


Gramedia. Jakarta. 480 Hal.

Putra, I. P., 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong
(S. canarium) di Perairan Pulau Penyengat Kepulauan Riau. [Skripsi].
Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Riffa’i, H., Patty, I., Simon., 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan
Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 ( 4 ) : 177-186.

Riniatsih, I., 2016. Distribusi Jenis Lamun di Hubungkan dengan Sebaran Nutrien
Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis. 19 ( 2 )
: 101-107.

Rosady, V. P., Astuty, S., Prihadi, D. J., 2016. Kelimpahan dan Kondisi Habitat
Siput Gonggong (S. turturella) di Pesisir Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Jurnal Perikanan Kelautan. 7 ( 2 ) : 35-44.
38

Saputriyanti., 2014. Pola Sebaran dan Tingkat Kepadatan Populasi Siput


Gonggong (Strombus sp.) Di Perairan Pulau Penyengat Kepulauan Riau.
[Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Sinaga, Sahputra, P., 2015. Sebaran Jenis Lamun di Perairan Desa Batu Licin
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.

Siddik, J., 2011. Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Siput Gonggong
(S.turturela) di Teluk Klabat Bangka Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor.

Soeharmoko., 2010. Inventarisasi Jenis Kekerangan yang Dikonsumsi Masyarakat


di Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Supriharyono, M. S., 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah


Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 194 Hal.

Suwignyo. S., Widigdo, B., Wardianto, Y., 2005. Avertebrata Air Jilid 1.
PenebarSwadaya : Jakarta. 188 Hal.

Syafrizar., 2016. Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus sp.) di Desa Busung


Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Syari, I. A., 2005. Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan


Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor.

Utami, D.K., 2012. Studi Bioekologi Habitat Siput Gonggong (S. turturella) di
Desa Bakit Teluk Klabat Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Utojo., Mansyur A., Pirzan, A. M,. Tarunamulia., Pantjara B., 2004. Identifikasi
Kelayakan Lokasi Lahan Budidaya Laut di Perairan Teluk Saleh, Kabupaten
Dompu Nusa Tenggara Barat. Jurnal penelitian perikanan indonesia. 10 ( 5 ) :
1–18.

Wibisono, M.S., 2010. Pengantar Ilmu Keluatan Edisi 2. Universitas Indonesia.


Jakarta. 201 Hal.

Zaidi, c. c. A., Arshad, M. A., Ghafar, J. S., 2009. Species Description and
Distribution of Strombus (Mollusca: Strombidae) in Johor Straits and its
Surrounding Areas, Malaysia. Journal of Sains Malaysiana. 38 ( 1 ) : 39-46.
LAMPIRAN
40

Lampiran 1. Pengamatan Lapangan Sampel Lamun dan Siput Gonggong

Pengamtan Lamun dan Siput Gonggong Siput Gonggong yang Temukan

Lampiran 2. Pengamatan Sampel di Laboratorium

Pengecekan sampel DO & pH Pengecekan Salinitas

Pengeringan Substrat Penimbangan Substrat Kering


41

Lampiran 3. Pengolahan Data Lamun

Titik
Jenis Lamun
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 T16 T17 T18 T19 T20 T21 T22 T23 T24 T25 T26 T27 T28 T29 T30
Enhalus acoroides 54 69 75 50 75 44 44 18 20 42 48 0 18 39 21 23 11 25 25 32 60 25 40 32 75 0 57 32 30 45
Thalassia hemprichii 0 0 0 10 0 0 0 0 25 0 0 100 88 30 0 69 25 0 0 24 66 100 54 34 25 38 63 100 28 36

Jenis Lamun Jumlah

Enhalus acoroides 1129


Thalassia hemprichii 915
Jumlah 2044
Lampiran 4. Pengolahan Data Gonggong

Titik
jenis gonggong
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 T16 T17 T18 T19 T20 T21 T22 T23 T24 T25 T26 T27 T28 T29 T30
Strombus urceus 3 5 4 5 7 5 6 4 5 2 5 3 4 3 5 3 4 5 3 3 3 4 6 3 5 4 3 4 2 5
Strombus canarium 1 0 1 0 2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1
Strombus turturella 1 1 2 0 3 1 2 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2 0 1 2 2 0 1 0 1 2

jenis gonggong Jumlah

Strombus urceus 123


Strombus canarium 16
Strombus turturella 30
jumlah 169
42

Lanjutan Pengolahan Data Gonggong

Jumlah Plot
Jenis Jumlah (ni) Di Jenis Fi
Dijumpai
Strombus urceus 123 4,10 Strombus urceus 30 1,00
Strombus canarium 16 0,53 Strombus canarium 15 0,50
Strombus turturella 30 1 Strombus turturella 20 0,67
TOTAL 169 5,63 TOTAL 65 2,17

Jenis Jumlah (ni) Pi log Pi log 2 Pi Pi log 2 Pi

Strombus urceus 123 0,73 -0,14 2,42 1,76


Strombus canarium 16 0,09 -1,02 0,31 -0,32
Strombus turturella 30 0,18 -0,75 0,59 -0,44
jumlah (N) 169 1,00 -1,91 3,32 0,99
H' 0,99
C 1,00
E 0,27
H' maks (ln s) 3,65

Lampiran 5. Pengolahan Data Kesesuaian Lingkungan

a. Penentuan Nilai Nilai (n-rp+1) dan Nilai Max


Rangking
n 7
No Rangking
rj 3
1 Substrat rp Substrat 3 5
2 DO rp DO 4 4
rp Suhu 2 6
3 Suhu
rp Salinitas 5 3
4 Salinitas rp pH 7 1
5 pH rp Jenis Lamun 6 2
rp Kerapatan Lamun 1 7
6 Jenis Lamun ⅀(n-rp+1) 28
7 Kerapatan Lamun ⅀Nilai Max 3

b. Data Nilai (n-rj+1)

Parameter (n-rj+1)
Substrat 7
DO 6
Suhu 5
Salinitas 4
pH 3
Jenis Lamun 2
Kerapatan Lamun 1
43

c. Skoring dan Pembobotan Parameter yang Terukur

No Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai Skor


1 Substrat Pasir Berlumpur 3 Sangat Sesuai 0,25 0,75
Pasir 2 Sesuai 0,50
- 1 Tidak sesuai 0,25
2 DO > 5 mg/l 3 Sangat Sesuai 0,21 0,64
5 mg/l 2 Sesuai 0,43
< 5 mg/l 1 Tidak sesuai 0,21
3 Suhu 28-32 3 Sangat Sesuai 0,18 0,54
28 2 Sesuai 0,36
<28 1 Tidak sesuai 0,18
4 Salinitas 33-34 3 Sangat Sesuai 0,14 0,43
33 2 Sesuai 0,29
< 33 1 Tidak sesuai 0,14
5 pH 7-8,5 3 Sangat Sesuai 0,11 0,32
7 2 Sesuai 0,21
<7 1 Tidak sesuai 0,11
6 Jenis lamun Halophila ovalis 3 Sangat Sesuai 0,07 0,21
Halophila sp. 2 Sesuai 0,14
- 1 Tidak sesuai 0,07
7 Kerapatan Lamun Rapat 3 Sangat Sesuai 0,04 0,11
Jarang 2 Sesuai 0,07
Sangat Jarang 1 Tidak sesuai 0,04

d. Data Kesesuaian

No Parameter Hasil Pengukuran Rangking Bobot Nilai skor


1 Substrat Pasir 2 0,50 1,00
2 DO 6,9 3 0,64 1,92
3 Suhu 29,9 3 0,54 1,61
4 Salinitas 32,9 2 0,29 0,58
5 pH 7,84 3 0,32 0,96
Enhalus acoroides dan
6 Jenis Lamun 1 0,07 0,07
Thalassia hemprichii
7 Kerapatan Lamun Jarang 2 0,07 0,14
Total Skor 2,43
Nilai Skor Kesesuaian 81
44

Lampiran 6. Pengolahan Data Perairan

a. Data Air

Titik Salinitas PH DO Suhu


T1 30 8,31 6,5 30,3
T2 29 8,34 6,5 28,4
T3 26 8,31 6.6 28,3
T4 25 8,4 6.6 27,6
T5 26 8,41 6.6 27,8
T6 26 8,4 6.6 28,4
T7 28 8,41 6.5 27,6
T8 27 8,48 6.7 27,6
T9 28 8,51 6.6 27,8
T10 30 8.24 6.5 27,5
T11 26 8.48 6.9 28,4
T12 26 8.45 6.5 28,3
T13 29 8.25 6.5 28,1
T14 26 8.43 6.5 28,4
T15 28 8.42 6.6 28
T16 29 8.34 6.8 28,4
T17 30 8.27 6.5 28,2
T18 27 8.38 6.5 28,6
T19 26 8.39 6.6 28,1
T20 26 8.43 6.7 28,1
T21 27 8.51 6.7 28,6
T22 27 8.40 6.6 28,7
T23 29 8.38 6.4 27,9
T24 28 8.47 6.2 28,7
T25 30 8.39 6.1 28,8
T26 25 8.27 6.4 28,5
T27 29 8.43 6.5 28,1
T28 27 8.43 6.7 28,1
T29 28 8.37 6.6 28,1
T30 28 8.43 6.8 27,9

b. Rata-rata Nilai Parameter Perairan


Parameter Satuan Kisaran Rata-rata
Suhu o
C 29,3 - 30,4 ˚C 29,9
Salinitas 0
/00 27 – 32 0/00 32,9
pH - 7,65 - 7,97 7.84
DO Mg/l 4,5 - 7,6 mg/l 6,9

Anda mungkin juga menyukai