SKRIPSI
RADA NIPAS
L241 13 321
SKRIPSI
RADA NIPAS
L241 13 321
KATA PENGANTAR
Assalamu AlaikumWr. Wb
sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam kita
maupun pada level regional yang pernah penulis ikuti dan diskusi-diskusi kecil
mengalami degradasi pada tingkat yang cukup mengkhawatirkan bagi kita para
tengah nelayan kita dalam memperoleh hasil tangkap yang lebih, penggunaan
dilakukan secara ilegal seharusnya menjadi warning bagi para stakeholders jika
masih ingin anak cucu kita dapat menikmati sumberdaya perikanan dan kelautan
diwilayah pesisir.
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
terimakasih atas doa, kasih sayang, motivasi dan semangat yang telah
2. Ibu Dr. Ir. St. Aisyah Farhum, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
3. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc selaku ketua Jurusan Fakultas Ilmu
4. Bapak Dr. Andi Adri Arief, S.PI, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial
dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas kritik dan sarannya Bunda.
6. Bapak Dr. Abd. Wahid, S.Pi., M.Si, bapak Firman, S.Pi,. M.Si, dan bapak
Benny Audy Jaya Gosari, S.Kel,.M.Si selaku penguji yang banyak member
posko Desa Sumare, Kec. Simboro, Kab. Mamuju St. Nurjaliah, Asdaliva,
Hasnita, Yanti Iskandar, Wiwin Permata Putri, Helsa Adila, Ayu Rahayu,
Annisa, A. Dwiki Aditya, Syamsuddin Alif, Sadly, Fadli Insani Ihsan, Lesta
dalam pelaksanaan dan pembuatan skripsi yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan terutama kepada
penulis.
ABSTRAK
RADA NIPAS, L241 13 321, Progaram Studi Sosial Ekonomi Perikanan,
Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, menyusun skripsi dengan judul : “Kajian Perilaku Masyarakat
Nelayan Dalam Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Laut (Studi Kasus
di Desa Bontomarannu, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten
Takalar)”, di bawah bimbingan Dr. Ir. Mardiana Etharawaty Fachry, M.Si dan
Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si.
ABSTRACT
RADA NIPAS, L241 13 321, The program of Social Studies of Economics
of Fisheries, Ministry of Fisheries, Faculty of Marine Sciences and Fisheries,
Hasanuddin University, writing his thesis with the title:"Studyof Behavior
Fishermen In Sustainability Resource Management Marine (Case Study in
the village of Bontomarannu, Subdistrict South Galesong, Takalar) ", under
the guidance of Dr. Ir. Mardiana Etharawaty Fachry, M.Si and Dr. Andi Adri
Arief, S.Pi, M.Sc.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
A. LatarBelakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
A. Persepsi ................................................................................................. 6
B. Perilaku .................................................................................................. 7
C. Masyarakat Nelayan ............................................................................. 8
D. Pengelolaan Sumberdaya Laut ........................................................... 14
E. Partisipasi.............................................................................................. 17
F. Kerangka Pikir....................................................................................... 21
A. Letak Geografis..................................................................................... 26
B. Kondisi Demografi ................................................................................ 29
C. Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................................... 31
D. Sarana Dan Prasarana.......................................................................... 33
A. Kesimpulan ........................................................................................... 59
B. saran ...................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
Penangkapan ........................................................................................... 46
Keseluruhan ............................................................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
di kediamannya .............................................................................................. 64
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara kepulauan dan bahkan menjadi salah satu
negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki sekitar 17.508 pulau yang
1.760 km dari utara selatan. Luas daratan negara indonesia mencapai 1,9 juta
km2 dan luas perairan laut tercatat sekitar 7,9 juta km2. Dengan panjang garis
pantai sekitar 81.000 km, indonesia memiliki potensi sumberdaya wilayah pesisir
dan laut yang sangat besar. Selain itu indonesia memiliki perairan teritorial
dengan luar sekitar 3,1 juta km2 dan memiliki hak pengelolaan dan pemanfaat
ikan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang luasnya sekitar 2,7 juta km2. Dengan
demikian, indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam hayati dan non
hayati diperairan yang luas sekitar 5,8 juta km2. Ekosistem pesisir dan laut
ataupun parawisata. Karena itu wilayah pesisir dan laut merupakan tumpunan
Menengok potensi yang cukup besar ini, maka tidaklah berlebihan jika
lestari. Dengan potensi yang cukup melimpah, berarti masih terbuka lebar bagi
perikanan diperkirakan sebanyak 6,26 juta ton per tahun yang dapat dikelola
secara lestari, dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton dapat ditangkap diperairan
2
teritorial dan 1,86 juta ton dapat diperoleh dari perairan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Potensi sumberdaya perikanan tersebut terdiri dari potensi ikan pelagis
besar 975,05 ribu ton, ikan pelagis kecil 3,23 juta ton, ikan domersal 1,78 juta
ton, ikan karang konsumsi 75 ribu ton, udang penaid 74 ribu ton, lobster 4,80 ribu
ton, 28,25 ribu ton. Ditambahkan oleh Supriharyono (2009), bahwa hingga tahun
2001, pemanfaatan potensi sumberdaya ikan yang disebutkan diatas baru dapat
ton/tahun.
diwilayah pesisir dan dari 64.439 desa yang sekitar 9.261 desa dikategorikan
masuknya informasi dan teknologi yang dibawa oleh nelayan dari luar yang
tetapi dampak negatif berupa persaingan yang tidak sehat antara nelayan yang
dari luar dengan nelayan setempat (tradisional) akibat kesenjangan dalam hal
destruktif, misalnya pengunaan alat peledak (bom ikan) dalam penangkapan ikan
kepunahan sumberdaya.
banyak lagi faktor yang perlu pengkajian lebih dalam. Faktor manusia merupakan
Selatan sebagai mana yang disebutkan Dahuri, dkk (2004), adalah daerah
pesisir yang memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Oleh karena itu
sebagaimana dengan daerah pesisir yang padat lainnya. Kabupaten Takalar juga
disadari bahwa entah mana yang lebih awal antara keterdesakan ekonomi yang
meneliti pola perilaku mereka dalam mengelolah lingkungan lautnya. Oleh kerena
tersebut menjadi penting untuk diketahui agar dapat dipikirkan suatu format
masyarakat yang terkait. Dari uraian diatas peneliti mengangkat judul tentang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunan Penelitian
sebagai berikut :
lingkungan pesisir.
masyarakat pesisir.
6
A. Persepsi
persepsi dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik
1. Pelaku persepsi, bila seorang individu memandang pada suatu target dan
dipersepsikan;
mengenai alat indera atau reseptor Stimulasi dapat datang dari luar langsung
mengenai alat indera (reseptor) dapat datang dari dalam yang langsung
b. Adanya alat indera atau reseptor yang cukup baik, yaitu alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk
7
2. Fisiologis
3. Psikologis.
B. Perilaku
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi sosial,
persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari peristiwa atau proses
belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab perilaku harus dicari pada
adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
8
Yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan
antara lain umur, status social ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta
C. Masyarakat Nelayan
manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk
masyarakat secara umum, maka perlu ditelaah tentang ciri-ciri dari masyarakat
itu sendiri.
9
hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu
1. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia
yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah
pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut yakni suatu
kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem,
kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata
sosial, struktur sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah
memiliki sitem budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang
melalui proses sosio-historis yang panjang dan kristalisasi dari interaksi yang
air.
11
harga hasil laut di daerah mereka. Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang
digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu nelayan modern dan
hanya bekerja dan mencari ikan di laut, melainkan mereka yang juga tinggal di
dan berdagang.
mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan di laut dan hidup di daerah
12
menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut karena mereka bukan
kurangnya pengetahuan dan lemahnya pendidikan, oleh karena itu factor penting
menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. Dilihat dari
nelayan tradisional.
mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta
artinya dalam satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak.
pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut. Laut bagi nelayan merupakan ladang
sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan, jadi
berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut,
tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut,
2007).
Dilihat dari aktivitas dalam rumah tangga nelayan secara tidak langsung
ada pembagian pekerjaan yang tegas antara suami dan istri. Suami kebanyakan
Dalam kegiatan rumah tangga nelayan tidak hanya suami dan istri saja
mencari ikan di laut, memperbaiki jaring, kadang-kadang ada juga yang ikut
memindang.
Peran anak laki-laki dan perempuan sama, tetapi memang ada nilai-nilai
yang lebih mengharapkan anak laki-laki akan menjadi penerus atau pengganti
nelayan banyak yang putus sekolah. Begitu juga yang terjadi pada keluarga
nelayan di Kabupaten Pemalang, banyak anak setelah lulus SD ,SMP atau SMA
ikut ayahnya ikut mencari ikan di laut lepas terutama pada anak laki-laki. Banyak
lain yaitu kurang perhatiannya orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya dan
daya yang rendah. Dalam benak pikiran mereka, yang terpenting adalah bisa
bekerja (menangkap ikan), dapat penghasilan dan bisa makan setiap hari
(Kusnadi, 2009).
seluruh waktu mereka digunakan untuk bekerja sebagai nelayan, sebagian besar
dari mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, sehingga ketika cuaca buruk tiba
mereka hanya berdiam diri dirumah dan tidak mempunyai pekerjaan lain karena
sebagai penggeraknya, tetapi ukuran dan kapasitas dari kapal mereka masih
tergolong kecil, sehingga hal ini berpengaruh pada lamanya waktu dan
banyaknya hasil tangkapan mereka saat melaut, karena teknologi yang mereka
gunakan tergolong sederhana, ketika musim hujan atau ketika cuaca buruk tiba
sebagian besar dari mereka tidak bisa pergi melaut untuk mencari ikan.
yang dapat diterima secara politis. Kunci penting dalam pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan yang berkelanjutan memiliki dimensi ekonomis, ekologis dan
sosial politik. Dimensi ekonomi tidak hanya berorientasi pada kegiatan sektor
lautan dan wilayah sekitarnya (pesisir) yang luasnya lebih dari 2/3 wilayah
nusantara. Sistem pengelolaan yang efektif dapat menjamin bukan hanya agar
sumberdaya hayati laut dan pesisir tersebut bertahan hidup melainkan semakin
sumberdaya hayati laut dan pesisir yaitu (1) pemanfaatan yang berlebihan (over
pencemaran, dan (5) konversi kawasan lindung, hulu dan hilir menjadi
sumberdaya hayati laut dan pesisir. Apabila masalah kesenjangan ini tidak
diatasi maka kehancuran ekosistem sumberdaya laut dan pesisir akan terus
tidak muncul dalam waktu sesaat tetapi melalui proses edukasi yang berjalan
E. Partisipasi
menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang sifat
bersifat nasioanal.
masyarakat.
Beberapa sifat dari partisipasi antara lain : positif, kreatif, kritis, korektif konstruktif
melainkan memikirkan sesuatu yang baru baik gagasan, metode maupun cara
baru yang lebih efektif dan efisien. Partisipasi dapat dikatakan kritis, korektif-
konstruktif bila keterlibatan dilakukan dengan mengkaji suatu jenis atau bentuk
faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat
pengadilan karena masih ada alternatif pemecahan yang dapat diambil sebelum
lingkungan tidak mengenal batas wilayah yang dibuat manusia, maka ada
(3) Informasi tepat waktu (timely information) suatu proses peran masyarakat
yang efektif memerlukan informasi yang sedini dan seteliti mungkin sebelum
isi dari suatu informasi akan berbeda tergantung keperluan bentuk kegiatan
diambil;
lingkungan meliputi masalah yang rumit, kompleks dan bersifat teknis ilmiah,
masyarakat awam.
masyarakat.
kontinuitas
lokal.
sumber daya alam yang melibatkan masyarakat lokal secara aktif. Landasan
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
F. Kerangka Pikir
Perilaku dalam pembangunan lingkungan pesisir lahir dari pola pikir yang
hal, sebagai mana di sebutkan diatas, maka dapat dilahirkan suatu formula untuk
skema berikut ::
Keberlanjutan Pengelolaan
sumberdaya laut
Nelayan Tangkap
1. Potensi sumberdaya
laut 1. Penggunaan alat
2. Penggunaan alat tangkap
tangkap 2. Daerah penangkapan
3. Daerah penangkapan
Lingkungan pesisir
yang lestari
B. Jenis Penelitian
tempat dan objek penelitian yang sesuai tujuan penelitian yang ada. Dimana
1. Populasi Penelitian
Selatan, Kabupaten Takalar. Jumlah penduduk yang ada adalah sekitar 2.148
jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 482 KK. Sedangkan jumlah
2. Sampel Penelitian
yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Menurut pendapat sugiyono (2006)
bahwa jika populasi telah mencapai 100 unit sampel maka sampel yang diambil
minimal 15% dari populasi, apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka
informan kunci.
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data, yaitu data primer dan data
skunder. Data primer (data utama) adalah data yang diperoleh secara langsung
dari responden melalui wawancara dan data observasi dilapangan seperti kata-
kata dan tindakan melalui catatan tertulis, pengambilan foto. Data responden
nelayan, aktivitas usaha di pesisir dan laut, tokoh masyarakat, adat dan agama
serta aparat pemerintah. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh
dari instansi pemerintah, literatur dan hasil penelitian yang sudah ada dan
instansi yang terkait dengan penelitian. Data skunder ini merupakan sumber
tertulis yang berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
berupa data verbal maupun non verbal maupun perilaku yang dapat di amati di
lapangan.
persentase skala likert. Menurut Amirin (2011) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tntang
menjadi indikator variabel. Dalam penggunaan skala likert, terdapat dua bentuk
pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan negatif
Sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1,2,3,4 dan 5. Bentuk jawaban
26
skala likert antara lain : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan tidak
tahu.
T x Pn
Di mana :
G. Definisi Operasional
berikut:
1. Kajian adalah sebuah metode atau cara dalam memperoleh informasi yang
3. Perilaku adalah tatacara atau tata kelakuan yang diterapkan oleh masyarakat
pantai, perilaku dalam menggunakan alat tangkap dan sarana produksi, dan
Bontomarannu.
alat tangkap, penggunaan armada kapal dan lokasi penangkapan yang sering
mendatang.
A. Letak Geografis
administratif, Desa Bontomarannu yang terdiri dari 4 (empat) dusun yaitu Dusun
Barua, Dusun Mandi, Dusun Balang, Dusun Talisea. Selain itu Desa
terbentuk pada Tahun 1951 atau 5 (lima) tahun sesudah masa kemerdekaan
istilah Desa dan dipimpin oleh Kepala Desa sampai sekarang. Desa
Menjadi 2 (dua) yaitu Desa Barammamase dan Desa Popo, dan pada saat itu
Desa induk yaitu Bontomarannu dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) desa yaitu
B. Kondisi Demografi
terbesar berada pada Dusun Mandi dan jumlah penduduk terkecil berada pada
Dusun Talisea. Dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih
1. Laki-laki 1.104 51
2. Perempuan 1.060 49
Jumlah 2.164 100
Sumber : Data Sekunder, 2017
30
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang
Jumlah
No. Nama Dusun Persentase (%)
Kepala Keluarga
1. Dusun Mandi 152 kk 32
2. Dusun Barua 142 kk 29
3. Dusun Balang 121 kk 25
4. Dusun Talisea 67 kk 14
Jumlah 482 kk 100
Sumber : Data Sekunder, 2017
Dusun Mandi sebanyak 152 kk, Dusun Barua sebanyak 142 kk, Dusun Balang
sebanyak 121 kk, dan Dusun Talisea sebanyak 67 kk. Dengan jumlah
penduduk yang lebih banyak dibandingkan dusun lain. Sedangkan untuk jumlah
penduduk di desa ini juga memperlihatkan bahwa sebagian besar dari penduduk
Jumlah Persentase
No. Mata Pencaharian
Kepala Keluarga (%)
1. Nelayan 141 29
2. Petani 43 9
3. Wiraswasta 22 5
4. Pelajar/Mahasiswa 5 1
5. PNS 11 2
6. Polisi/Tentara 4 1
7. Pelaut 3 1
8. Pedagang 5 1
9. Guru 3 1
10. Belum/Tidak Bekerja 151 31
11. Mengurus Rumah Tangga 89 18
12. Dan lain-lain 5 1
Jumlah 482 100
Sumber :Data Sekunder, 2017
32
Dapat dilihat dari tabel 3 diatas, bahwa profesi yang ditekuni sebagian
pantai yang memudahkan para nelayan untuk pergi melaut dan menangkap ikan.
guru adalah profesi yang paling sedikit ditekuni yang hanya berjumlah 1%
sedangkan dan lain-lain ini jenis pekerjaan yang ditekuni adalah konsultan,
bidan, perawat, buruh harian lepas, dan sopir dengan nilai persentase sebesar
1%.
pendidikannya sebatas sekolah dasar (SD) saja bahkan ada yang tidak
Jumlah Persentase
No. Tingkat Pendidikan
(Orang) (%)
1. Tidak Pernah Sekolah 597 27,6
2. Belum Sekolah 134 6,2
3. Tidak Tamat SD 459 21,2
4. TK 56 2,6
5. SD 672 31,1
6. SMP 107 4,9
7. SMA 114 5,3
8. D-3 5 0,2
9. S-1 17 0,8
10. S-2 3 0,1
Jumlah 2164 100
Sumber : Data Sekunder, 2017
33
yaitu sebesar 672 orang dengan total persentase 30% sedangkan untuk
sedikit.
bagi masyarakat yang beragama islam. Fasilitas pendidikan yang ada yaitu
Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 2 buah dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2
dan megolah segala pertanda atau objek yang ada disekitar lingkungannya. Dari
dimanapun tanpa terikat oleh etnisitas maupun golongan tertentu. Terkait dengan
pandang, yaitu apakah sumberdaya alam sebagai wilayah open access atau
tidak dan apakah sumberdaya alam dapat diperbaharui atau tidak. Apabila
diikuti oleh pandangan yang menyatakan bahwa sumberdaya alam bersifat tak
terbatas. Sebaliknya jika alam dimiliki secara komunal atau individu maka,
Sebagai suatu bahan kajian, peneliti dalam skripsi ini mengangkat suatu
bahwa masyarakat nelayan memiliki tiga pandangan utama yaitu : (1) bahwa laut
merupakan area open access. (2) ikan tidak akan pernah habis, dan (3) rezeki
sumberdaya laut.
“...Laut itu ciptaan Tuhan, milik ta bersama. Semua orang bisa pergi
memancing dimana saja...”
siapapun untuk memanfaatkan wilayah ini dengan cara yang menurut mereka
efisien. Begitupun juga dengan kepemilikan atas laut bahwa tidak ada
nelayan karena sifat komoditi (ikan) yang diburu oleh nelayan adalah hewan liar.
aktifitasnya. Namun dari sisi negatif, pandangan ini secara langsung telah
melegalkan penggunaan alat tangkap apa saja dilaut, tanpa melihat apakah
merusak atau tidak. Itu pula yang menjadi sebab, mengapa sangat sulit meminta
nelayan untuk melaporkan bila menemukan pengguna bom bila kejadian tersebut
bahwa tidak ada yang boleh melarang oarang menangkap ikan, menjadikan
menyebutkan berarti telah melanggar hak orang untuk hidup dan beraktivitas di
hanya pada daerah takalar. Berbeda pada beberapa tahun yang lalu nelayan
penangkapan.
berupa ikan tidak akan pernah habis, namun kemungkinan untuk berkurang bisa
terjadi. Hal ini tergambarkan dari pengakuan mereka bahwa semakin hari mereka
semakin sulit untuk mendapatkan ikan. Akan tetapi berkurangnya ikan dalam
pandangan nelayan lebih disebabkan karena migrasi ikan yang terjadi terus
menerus, musim barat dan musim ikan tertentu yang datang secara periodik
berbagai bentuk alat tangkap, dan pengrusakan habitat hidup biota laut oleh alat
“...Lama mi saya jadi nelayan ka, tidak pernah habis itu ikan pada hal
ditangkap terus ji. Bahkan dulu itu banyak sekali didapat, sekarang mi itu
baru berkurang tapi tetap ada walaupun hanya sedikit...”
masyarakat yang silih berganti. Logika yang biasa mereka berikan bahwa sejak
dahulu manusia menangkap ikan, tetapi ikan tidak pernah habis dari laut. Mereka
dengan menggunakan teknologi yang sangat canggih, namun bila hari itu bukan
rezekinya, maka boleh jadi yang pergi dengan pancing mendapatkan hasil yang
lebih banyak. Karena itu sifat takabur harus dibuang jauh oleh nelayan. Dalam
dengan potensi sumberdaya laut ini, hasil dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
38
pulih. Pandangan ini lahir dari persepsi bahwa sumberdaya laut itu tidak akan
menjawab tidak setuju, hal ini didasarkan pada pengalaman nelayan dalam
yang baik. Hal ini sangat di rasakan oleh nelayan bontomarannu. Menurut
pengakuan mereka bahwa kondisi hasil tangkap mereka dari hari ke hari
semakin menurun, bahkan tidak jarang dalam sekali melaut mereka tidak
tangkap penuh (full eksploitasi) atau bahkan ditaksir telah bernilai tangkap lebih
(over eksploitasi).
yang dapat pulih, yang bernilai negatif ini dapat dipengaruhi oleh rendahnya
orang (50 %) yang tamat SD, dan hanya 5 orang (15,6 %) yang tamat SMP.
karena meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu,
memberikan pemahaman akan baik dan buruk serta memberi garis pemisah
hasil wawancara, bahwa umumnya responden (50 %) telah bekerja pada sektor
penghayatan.
merupakan karunia dari Allah SWT, sehingga laut dan segala isinya akan
senantiasa ada untuk manusia. Menurut mereka karunia tersebut tidak akan
sumberdaya perikanan. Selain itu ada persepsi lain yang menyatakan bahwa
siklus hidup ikan dan biota lainya tidak pernah terputus, jika yang tertangkap
adalah ikan yang kecil (berumur muda) maka masih ada ikan induk yang akan
menghasilkan ikan-ikan kecil dan begitu pula sebaliknya. Hal inilah menjadi dasar
lahirnya pandangan bahwa rezeki itu berada ditangan Tuhan (seperti peneliti
uraiakan sebelumnya).
dan dilindungi undang-undang, maka pada tabel 1 dapat di lihat bahwa sebagian
besar responden (71,9 %) menyatakan bahwa ada biota laut yang dilarang dan
mengenai informasi dan jenis ikan yang dianggap punah. Sisanya 28,1 %
ikan tidak akan pernah habis. Secara umum pandangan ini memberikan implikasi
positif pada keberlanjutan ekosistem yang ada, jika didukung oleh perangkat
terutama pada jenis-jenis ikan tertentu yang dilarang dan dilindungi oleh undang-
lebih lanjut. Mereka hanya bisa mengungkapkan beberapa jenis saja dan
jenis sumberdaya laut yang menurut mereka dilindungi dan dilarang ditangkap
dapat merusak ekosistem terumbu karang sebagai habitat sumberdaya laut. Dari
hasil jawaban ini dapat kita simpulkan bahwa secara keseluruhan masyarakat
terumbu karang sebagai habitat biota laut. Akan tetapi ini sesungguhnya menjadi
ada nelayan dari luar, pada saat mereka berada dipulau dan beberapa nelayan
menggunakan bahan peledak seperti bom cukup tinggi, oleh karena konsentrasi
komoditi ikan yang hidup di areal terumbu karang. Sehingga hasil tangkapannya
merupakan jenis-jenis ikan karang. Hasil tangkapan ini dapat berupa ikan yang
masih hidup (terutama ikan-ikan hias) maupun ikan yang dijual langsung untuk
dan penggunaan bom dapat merusak kelestarian sumberdaya laut. Untuk lebih
Berdasarkan hasil pada tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa secara umum
Selebihnya (0 %) memilih tidak setuju. Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa
yang besar/maksimal. Sehingga hal ini membuka peluang bagi nelayan untuk
alat tangkap termasuk bahan peledak (bom) yang menjanjikan pendapatan yang
cukup besar dan nelayan tidak lagi membutuhkan waktu lama diareal fishing
ground. Pandangan ini dapat bernilai negatif. Jika landasan berfikir nelayan
43
12,5 % responden memilih tidak setuju, hal ini menurutnya penggunaan bahan
sumberdaya laut rusak akibat penggunaan tersebut seperti ikan yang tidak hidup
hukum atau tidakyang dapat dilihat pada tabel 2 diatas yang menunjukan bahwa
yang memilih tidak setuju (28,1 %), karena kurangnya pengetahuan dan
pandangan bahwa semua yang berada dilaut milik kita bersama. Kedua
laut dan jika ini tetap dilakukan maka sanksi secara hukum tidak dikenakan.
yang mereka peroleh baik melalui media elektronik maupun media sosialisasi
Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa
memilih tidak setuju. Dari kedua pandangan tersebut dan berdasarkan hasil
teknologi alat tangkap yang dapat meningkatkan hasil tangkapan. Praktis selama
(dalam hal ini dinas perikanan dan kelautan) melakukan penyuluhan dalam
untuk memanfaatkan wilayah ini dengan cara yang menurut mereka efektif.
Begitupun juga dengan kepemilikan atas laut bahwa tidak ada seorang pun atau
masyarakat nelayan dengan bebas dapat mendatangi wilayah lain secara bebas
46
nelayan lain kedalam wilayahnya merupakan suatu yang sah, sebab mereka juga
juga akan mendapatkan kondisi yang sama ketika mereka mendatangi wilayah
nelayan lain. Didasarkan pada pola pandangan ini, kecuali pada kasus ilegal
fishing.
dengan hal tersebut yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :
aktivitas penangkapan ikan dimana saja. Sementara ada 3 orang (3,1 %) yang
memilih tidak setuju bahwa nelayan bebas melakukan penangkapan. Dari data
merupakan wilayah yang open access oleh siapa pun berhak untuk
efektif.
diperkuat oleh pemahaman bahwa laut dan beserta apa yang ada di dalamnya
merupakan karunia Allah SWT, oleh karena itu merupakan sumberdaya milik
membuka peluang pada nelayan untuk menggunakan alat tangkap apa saja di
laut, tanpa melihat apakah merusak atau tidak. Pandangan ini juga berpotensi
menimbulkan konflik horizontal antar nelayan oleh karena tumpang tindih wilayah
yang dapat menimbulkan dampak over eksploitasi pada satu kawasan yang
cukup potensial. Akibat lain yang bisa ditimbulkan adalah terjadinya persaingan
yang tidak sehat antara nelayan tradisional dan nelayan modern, dimana nelayan
yang lebih besar kapasitasnya dan teknologi yang lebih baik yang digunakan
yang lebih banyak demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada hasil
hanya 5 orang (15 %) yang memiliki tingkat pendapatan diatas UMP. Ini
satu-satunya penyebab dari maraknya penggunaan bahan dan alat tangkap yang
karenanya, wajar jika pencemaran, over eksploitasi sumberdaya alam dan konflik
beberapa pertanyaan dengan bantuan kuisioner yang dapat dilihat dari berbagai
penangkapan yang sering didatangi, dan beberapa jenis hasil tangkapan yang
diperoleh nelayan. Dari berbagai aspek yang diamati tersebut, diharapkan akan
ini:
Krietaria pertanyaan
Ukuran Bahan dan
No Jenis alat Jenis Mesin yang
Mata Ukuran
Tangkap Perahu digunakan
Pancing bahan
Pancing Rewo Besar Tali Nilon Fiber Mesin yammar
(rawai) (no 1, no 2) 25, 35, 40, 10 GT Mesin mobil
1.
Kecil 60 lb/kekuatan
(no 8, no 10) Tali
Pancing biasa Besar Tasi Fiber Mesin yammar
(no 1, no 2) No 10, 9 dan 8 10 GT Mesin mobil
2.
Kecil
(no 8, no 10)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
nelayan karena akan menentukan seberapa besar hasil tangkapan yang akan
kita peroleh. Biasanya alat tangkap akan mendefinisikan jenis tangkapan apa
yang akan diperoleh dan peruntukannya digunakan pada daerah dasar atau
permukaan.
Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan sesuai jenis ikan yang
Desa Bontomarannu adalah pancing rewo (rawai) dan pancing biasa. Pancing
rewo (rawai) dengan jumlah mata pancing yang berbeda-beda sesuai ukuran
(terlihat pada tabel 10) tergantung jenis ikan yang akan ditangkap menggunakan
bahan tali nilon dengan ukuran 25 sampai 60 lb (kekuatan tali). Pancing rewo
(rawai) terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada setiap
pancing diberi umpan yang tujuanya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan
umpan tersebut dan terkait oleh pancing. Biasanya ada yang menggunakan alat
sesuai ukuran tergantung jenis ikan yang akan ditangkap menggunakan bahan
tasi nomor 10, 9 dan 8. Pancing ini terdiri dari tali utama dari polyetilen tempat
mengikat tasi yang ujungnya telah dipasang satu mata kail. Biasanya ada yang
menggunakan alat bantu kayu atau bambu sebagai tempat untuk mengikat tasi.
Pengoperasiannya sangat sederhana dimana ujung mata tasi yang ada diikat
mata kail dipasang umpan. Alat tangkap yang digunakan cukup ramah
lingkungan dan tidak merusak alam seperti halnya bom ikan dan bius.
“…Tidak ada yang pakai bom disini orang luar (nelayan daerah lain) ji itu
biasa pakai, dilarang orang pakai bom, apalagi bius. Tidak ada juga
berani pakai bom disini, kalau meletus diperahu bahaya merusak laut
juga.…”
dalam memanfaatkan dan melindungi sumberdaya laut bernilai positif, hal ini
dikarenakan tidak ada penggunaan bahan dektruktif alat tangkap yang merusak
seperti halnya bom ikan dan bius yang dilakukan nelayan saat melakukan
penangkapan.
perahu fiber. Pada umumnya perahu fiber ini memiliki ukuran 5-6 m. Adapun
mesin yang di gunakan yaitu mesin yanmar dan mesin mobil (perahu bisa maju
sekitar 10 DK (Daya Kuda) dan terdapat pada bagian tengah atau sudut perahu
serta memiliki 2 sayap pada bagian samping. Perahu fiber dapat mencapai lokasi
melakukan penangkapan ikan. Pada angin musim barat para nelayan tidak pergi
menangkap ikan, hal itu disebabkan pada saat angin musim barat terjadi angin
kencang, hujan beserta gelombang laut yang besar. Pada musim ini para
nelayan yang menggunakan kapal kecil tidak dapat mencari ikan karena dapat
besar yang telah berada dilaut, biasanya akan mencari pulau terdekat untuk
bersandar dan berlindung dari angin dan gelombang yang besar. Pada waktu
berkembang.
tangkapan, hal ini dapat dilihat pada tabel 11 mengenai hasil tangkapan nelayan
Krietaria pertanyaan
No Jumlah 5 thn terakhir
Bahasa Lokal Ukuran
Jenis Ikan
Ikan ikan Bertambah Berkurang
Ikan kakap, Masidung Besar - berkurang
1. Sedang
Kecil
Kerapu Kerapu Besar - berkurang
2. Sedang
Kecil
Hiu Tinumbu Besar - berkurang
3. Sedang
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
52
adalah ikan kakap (masidung), baru diikuti oleh kerapu, dan hiu (tinumbu). Ikan
dijual dalam bentuk segar kepada pengusaha lokal. Tidak ada nelayan yang
diekspor atau dijual ke pengumpul lebih besar. Harga ikan berfluktuasi sesuai
dengan kurs dan sesuai dengan permintaan serta stok yang ada di pasaran.
samping kurangnya ikan, ada biota yang dilindungi oleh masyarakat nelayan
satu ikan yang langka hampir punah yang wajib dilindungi, hal ini membentuk
Hasil tangkapan nelayan ikan dengan ukuran yang besar dengan nilai jual
yang tinggi sampai ukuran kecil dengan nilai jual rendah. Apapun jenisnya, para
jenisnya, bila ikan konsumsi langsung, mereka jual pada pengumpul ikan
konsumsi.
2. Daerah Penangkapan
penangkapan serta melihat musim yang terjadi. Seperti pada tabel 12 dibawah
Krietaria pertanyaan
No Daerah terjauh Daerah terdekat Daerah yang
Nama Lokasi
(KM) (KM) Dilarang
Bontomarannu 30 km 1 km Tidak ada
1.
“Taka’ Mandi”
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
ikan)” dengan jarak terjauh 30 km dengan waktu tempuh nelayan untuk sampai
jarak terdekat hanya 1 km dengan waktu tempuh kurang lebih sampai dengan 15
menit. Menurut salah satu responden menyatakan bahwa daerah yang di larang
“...Laut itu ciptaan Tuhan, milik ta bersama. Semua orang bisa pergi
memancing dimana saja...”
memanfaatkan wilayah ini dengan cara yang menurut mereka efisien. Begitupun
juga dengan kepemilikan atas laut bahwa tidak ada seorangpun atau kelompok
manapun yang dapat menklaim miliknya.Namun dari sisi negatif, perilaku ini
secara langsung telah melegalkan penggunaan alat tangkap apa saja dilaut,
54
tanpa melihat apakah merusak atau tidak. Akan tetapi didesa Bontomarannu
dampak negatif bagi ekosistem sumberdaya perikanan beserta biota yang hidup
bahan dan alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Mengukur tingkat
yang berkelanjutan adalah untuk menjawab masalah ketiga dalam penelitian ini.
rendah dan sebanyak 13 orang memiliki tingkat partisipasi cukup dalam kerangka
pembangunan lingkungan pesisir yang berkelanjutan. Hal ini terlihat dari hasil
berikut :
No Uraian Jawaban
SS S RR TS TT
1 Turut serta dalam kampanye pelarangan 12 15 5
penggunaan bahan dan alat tangkap yang
merusak lingkungan seperti bom dan bius
2 Pernah diadakan kegiatan penyuluhan tentang 12 20
cara penangkapan yang merusak lingkungan
laut (destruktif) seperti bom dan bius
3 Pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi 12 20
tentang cara penegkapan yang merusak
lingkungan laut (destruktif) seperti bom dan bius
4 Mentaati aturan tentang larangan menagkap 15 9 8
ikan didaerah konservasi dan larangan
menggunakan bom dan bius dalam aktivitas
penagkapan (baik lokal maupun formal)
5 Ikut berpartisipasi dalam menentukan daerah 14 9 9
penangkapan yang dilarang (daerah konservasi
laut)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
berpedoman pada persentase skala likert sesuai ketegori yang telah dijelaskan
sebelumnya.
yang merusak lingkungan. Kalaupun ada nelayan yang menggunakan bahan dan
alat tangkap bom, biasanya nelayan hanya melihat dari jauh saja dan takut untuk
penangkapan dilaut yang terlihat oleh nelayan sekitar. Dan jika komunitas
mendiamkannya saja. Itu pula yang menjadi sebab, mengapa sangat sulit
dan pandangan bahwa tidak ada yang boleh melarang orang menangkap ikan,
menyebutkan berarti telah melanggar hak orang untuk hidup dan beraktivitas di
sumberdaya laut yang ada akibat penggunaan bahan dan alat tangkap yang
penggunaan bahan dan alat yang merusak lingkungan, kalaupun ada itu
dilakukan sekali dalam satu tahun. Hal inilah yang menyebabkan intensitas
penangkapan (baik lokal maupun formal) untuk kategori cukup (59,37 %). Hal ini
aktivitas penangkapan (baik lokal maupun formal) sangat baik. Secara umum
masyarakat nelayan sudah cukup paham akan dampak yang ditimbulkan oleh
akan dampak yang ditimbulakan akibat penggunaan bahan peledak bom dapat
merusak kelestarian sumberdaya laut dan sekitar 71,9 % menyadari bahwa itu
banyak kategori cukup(57,5 %). Pandangan ini dapat disebabkan oleh karena
adanya pemahaman nelayan tentang laut sebagai sumberdaya yang tidak akan
habis dan semua orang berhak untuk mengolahnya. Hal ini di butuhkan perhatian
dapat ditetapkan sebagai daerah konservasi. Dengan demikian hal ini akan
sangat baik untuk menjaga spesies-spesies yang hampir punah, serta menjadi
Kondisi ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan responden yang ada
pembangunan yang sedang berjalan dan minimnya tingkat adopsi dan inovasi
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
persepsi ini, terbagi menjadi 3, yaitu : (1) Persepsi masyarakat tentang potensi
memiliki tiga pandangan utama yaitu : pertama, bahwa laut merupakan area
open access. Kedua, ikan tidak akan pernah habis. dan ketiga rezeki manusia
akan laut sebagai wilayah yang open access diperkuat oleh pemahaman
bahwa laut dan beserta apa yang ada di dalamnya merupakan karunia Allah
rawai dan pancing biasa. Ini berarti bahwa perilaku nelayan dalam
tidak ada penggunaan bahan dektruktif alat tangkap yang merusak. Dan
B. Saran
lestari.
61
DAFTAR PUSTAKA
Bengan, D. G. 2004. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Mulyadi, S. 2007. Ekonomi Kelautan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. 223
hal.
62
Sogiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta.
Bandung.
Gambar 2. Foto wawancara dengan beberapa respondennelayan
Bontomarannu di sekitar armada kapal penangkapan (perahu fiber).
Gambar 3. Foto dengan salah satu responden nelayan Bontomarannu di
kediamannya.
65
Jumlah
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Tanggung
1 Dg. Sattu 54 SD Nelayan 4
2 Dg. Sila 38 SMP Nelayan 2
3 Kamba 45 Tidak Sekolah Nelayan 2
4 Dg. Lengu 55 SD Nelayan 1
5 Dg. Minggu 52 Tidak Sekolah Nelayan 3
6 Hamid Lotteng 50 SD Nelayan 2
7 Dg. Lejja 37 SMP Nelayan 3
8 Haris Dg. Sikki 51 Tidak Sekolah Nelayan 5
9 Harun Dg. Sarro 53 SD Nelayan 4
10 Dg. Jarre 53 Tidak Sekolah Nelayan 3
11 Burhan 54 SD Nelayan 4
12 Salihi 57 Tidak Sekolah Nelayan 2
13 sawalli 55 Tidak Sekolah Nelayan 2
14 Sarre 46 SD Nelayan 3
15 Baso Dg. Talli 45 SD Nelayan 4
16 Samaila 56 SD Nelayan 5
17 Dg. Tika 57 SD Nelayan 4
18 Tutu 34 SMP Nelayan 1
19 Dg. Japa 55 SD Nelayan 2
20 Basirong 47 SD Nelayan 6
21 Barrisi 45 SD Nelayan 3
22 Dg. Tobo 56 SMP Nelayan 4
23 Dg. Bella 58 Tidak Sekolah Nelayan 1
24 Sampara 44 SD Nelayan 2
25 Naja 42 SD Nelayan 3
26 Dg. Saru 55 Tidak Sekolah Nelayan 4
27 Dg. Rahim 48 SD Nelayan 3
28 Dg. Sehe 56 Tidak Sekolah Nelayan 4
29 Dg. Suji 30 SMP Nelayan 2
30 Dg. Sarring 45 SD Nelayan 3
31 Dunial Maulana 42 S1 Kepala Desa 5
32 Rais 24 S1 Guru 0
67
69
No. Responden : ...........
Tanggal wawancara :
QUESIONER PENELITIAN
A. Data responden
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Status pekerjaan :
Pengalaman kerja :
Pekerjaan sampingan :
B. Pertanyaan survei
1. Persepsi masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya laut
Petunjuk pengisian : pilih salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia
dengan memberi tanda silang (√). Pilihan : Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Tidak
Tahu (TT)
1.1 Persepsi masyarakat tentang potensi sumberdaya laut
No Uraian Jawaban
S TS TT
1 Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat
pulih
2 Ada biota laut yang dilarang dan dilindungi oleh undang-
undang
3 Pengambilan batu karang dapat merusak ekosistem
terumbu karang sebagai habitat sumberdaya laut
70
Alat tangkap
Hasil Tangkapan
Daerah penangkapan
71
3. Tingkat partisipasi
Petunjuk pengisian : pilih salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia
dengan memberi tanda silang (X). Pilihan : Sangat Setuju (SS), Setuju (s),
Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Tidak Tahu (TT).
No Uraian Jawaban
SS S RR TS TT
1 Turut serta dalam kampanye pelarangan
penggunaan bahan dan alat tangkap yang
merusak lingkungan seperti bom
2 Ikut berpartisipasi dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran pantai/laut,
termasuk menentukan cara mencegah dan
menanggulanginya
3 Pernah diadakan kegiatan penyuluhan tentang
cara penangkapan yang merusak lingkungan
laut (destruktif) seperti bom dan bius
4 Pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi
tentang cara penangkapan yang merusak
lingkungan laut (destruktif) seperti bom dan bius
5 Mentaati aturan tentang larangan menangkap
ikan didaerah konservasi dan larangan
menggunakan bom dan bius dalam aktivitas
penangkapan (baik lokal maupun formal)
6 Ikut berpartisipasi dalam menentukan daerah
penangkapan yang dilarang (daerah konservasi
laut)