ANUGRAHANDINI NASIR
M 111 08 008
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
i
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul
“Pemetaan Penggunaan Lahan dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
dalam Kawasan Hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
Jeneberang”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan penghargaan
setinggi-tingginnya yang tidak bisa diukur dengan apapun, kepada (kedua
orangtua) Ayahanda Drs. H. Muh. Nasir dan Ibunda Dra. Hj. Mariati, M.Si
atas doa, kasih sayang dan hingga hari ini masih tetap ikhlas, sabar, dalam
mendidik, mengasuh dan membesarkan penulis, serta adikku Muh. Ilham Nasir
dan Ria Magfirah Nasir atas dukungan dan doanya. Serta Keluarga besar
Almarhum Kakek Abd. Rahman Cagga, doaku selalu menyertaimu, Amin.
Penulis sadar bahwa selama proses pembuatan skripsi ini banyak pihak
yang telah membantu baik itu materi maupun moril hingga skripsi ini
terselesaikan. Maka selayaknnyalah pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Roland A. Barkey, dan Bapak Andang Suryana Soma,
S.Hut., MP, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran mulai dari
rencana awal penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Daud Malamassam, M.Agr, Bapak Prof. Dr. Ir. H.
Muh. Restu, M.P dan Ibu Sahriyanti Saad, S.Hut., M.Si selaku penguji
yang telah banyak memberikan saran, bantuan, koreksi dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Wakil Dekan I Fakultas Kehutanan Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin,
M.Sc, Wakil Dekan III Bapak Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P, Ketua Jurusan
Kehutanan Bapak Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc dan Sekretaris Jurusan Bapak
Dr. Suhasman, S.Hut., M.Si serta Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf
Administrasi Fakultas Kehutanan terkhusus Kak Andi Tri Lestari, S.Hut
iv
terima kasih atas bantuannya selama penulis berada di Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.
4. Masyarakat pada wilayah Hulu DAS Jeneberang atas kerjasamanya dalam
proses pengumpulan data di lapangan.
5. Keluarga kecil Laboratorium Perencanaan dan Sistem Informasi Kehutanan,
Bapak Syamsu Rijal S.Hut., M.Si, Kak Agussalim B. Talebe S.Hut, Kak
Kartini Laode Unga ST. M.Si, Kak Umy Rahmy Idrus ST. M.Si, Kak
Muhammad Nur Iman, S.Hut, Kak Novita Rani S.Hut, Kak Valentinus
Sitorus S.Hut, Kak Septian Perdana Putra, Kak Muh. Faisal S.Hut, Kak
A. Mega Mustika S.Hut, Kak Mirdayanti S.Hut, Munajat Nursaputra,
Rusman Apra, Andi Nurul Mukhlisa, Haslinda S.Hut, Reiny Rezkyani,
Inal Karizal, Musnadil, Alamsyah, Sugiarti, dan Adelia Dika terima kasih
atas bantuan, perhatian, kebersamaan, dan dukungannya selama menempuh
studi di Universitas Hasanuddin.
6. Teman-teman di BEM Kehutanan Sylva Indonesia (PC.) UNHAS khususnya
periode pengurus 2011-2012, teruslah berjuang.
7. Biro Khusus Belantara Kreatif dan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat
Kehutanan, terima kasih atas dukungannya.
8. Tim Layanan Kehutanan Masyarakat Unhas terkhusus buat dosen sekaligus
kawan diskusi Bapak Muh. Alif. K.S, S.Hut, M.Si, Kak Naufal Achmad,
S.Hut, Kak Achsan Firmansyah, Kak Erwin Darma, S.Hut, Kak
Haeruddin, S.Hut, Kak Khairil, S.Hut, Kak La Ode Ifrisal, S.Hut, Muliadi
Makmur, S.Hut, Kak Faisal Hidayat, S.Hut, Ismet Tarunata, S.Hut,
Ahmad Afif, S.Hut, Laode Muh. Ikbal, Ridwan, Sabaruddin, dan Kak
Sainuddin, S.Hut, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Teman-teman Angkatan 07, 09, 10, 11 terkhusus untuk angkatan “08”
Kehutanan, terima kasih atas bantuan, perhatian, dan dukungannya selama
menempuh studi di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.
10. Kawan-kawanku di Komune Rumah Pelangi (UKPM-UH) terima kasih
telah mengajarkan tentang dunia yang lebih adil dan beradab.
11. Kawan sekaligus musuh Asri Abdullah, S.Hut, terima atas transformasi ilmu
pengetahuannya anak muda, karena kita harus terus belajar dan belajar.
v
Serta semua pihak yang telah membantu penulis dan tak sempat sebutkan
namanya satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari
kekurangan baik dalam hal isi hingga penyajiannya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi
ini. Terakhir penulis berharap kiranya penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik yang membacanya maupun yang membutuhkan informasi
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Anugrahandini Nasir
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3
vii
IV. KONDISI UMUM LOKASI
A. Lokasi Fisik Wilayah ................................................................. 18
B. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .......................................... 23
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Kawasan Hutan pada Sub DAS Malino dan Sub DAS
Lengkese Hulu DAS Jeneberang ................................................ 27
2. Peta Penggunaan Lahan pada Sub DAS Malino dan Sub DAS
Lengkese Hulu DAS Jeneberang ................................................. 28
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjelaskan Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan salah satu DAS
Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 19
1
merupakan Daerah Tangkapan Air untuk Dam serbaguna Bili-bili yang dibangun
Makassar, Gowa dan Takalar. Selain itu digunakan untuk keperluan irigasi sawah
di daerah bagian hilir seluas ±30.000 ha, pembangkit tenaga listrik dan sarana
rekreasi.
pemukiman dan lain sebagainya terutama pada kawasan hutan mesti melihat
aspek-aspek fungsi pokok hutan. Usaha pertanian menjadi salah satu aspek
adanya penggunaan lahan yang dilakukan dalam kawasan hutan pada areal dengan
2000). Pertimbangan lainnya yakni pola penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan
lahannya akan menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan yang lebih parah
lagi.
Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan pada kajian tentang pemetaan
2
Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang yang merupakan DAS yang sangat penting
dalam mensuplai kebutuhan air di Makassar dan sekitarnya. Aspek sosial dan
Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang sehingga memberikan nilai
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
besarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta
berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah
yang minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari luas
4
Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria
tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,
Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai
berikut:
a. Kawasan hutan konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam
b. Hutan lindung
c. Hutan produksi
1. Fungsi konservasi yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
satwa serta ekosistemnya, yang terbagi atas 3 bagian yaitu kawasan hutan
2. Fungsi lindung yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kesuburan tanah.
5
Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu yang oleh menteri
kehutanan, 1999).
B. Ekosistem DAS
tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen
dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. Sehingga Daerah Aliran Sungai
Pengertian Daerah Aliran Sungai DAS atau adalah suatu wilayah daratan
menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Suatu DAS akan
dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa
punggung bukit atau gunung. Seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam
Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis
ke dalam sub DAS - sub DAS. Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu wilayah
daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu
6
Bagian hulu dari suatu DAS menurut Soewarno (1991), merupakan daerah
yang mengendalikan aliran sungai dan menjadi suatu kesatuan dengan bagian hilir
yang menerima aliran tersebut. Pengetahuan karateristik DAS dan alur sungai
3. Analisa debit.
yaitu:
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan
DAS seperti perlindungan dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu, DAS hulu
drainase yang lebih kecil, berada pada daerah dengan kemiringan lereng yang
7
irigasi, vegetasinya didominasi oleh tanaman pertanian dan pada daerah
Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek
kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya
kesadaran manusia akan arti penting hutan dalam pemanfaatan dan pengelolaan
berbeda untuk setiap status kawasan hutan, disesuaikan dengan fungsi utamanya.
memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu serta jasa lingkungan,
b. Pada kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama tetap menjaga
pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa rekreasi, baik
8
D. Penggunaan Lahan
ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan bukan
besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan
komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut.
Berdasarkan hal ini dikenal beberapa macam penggunaan lahan seperti tegalan,
kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang
tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari
ancaman kerusakan erosi dan atau untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah
(Arsyad, 2010).
lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lain diikuti oleh
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu
serius sepanjang mengikuti kaidah konservasi tanah dan air serta kelas
air DAS. Fenomena ini ditujukan oleh respon hidrologi DAS yaitu yang dapat
9
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Kedua
istilah ini seringkali digunakan secara rancu. Suatu unit penggunaan lahan
mewakili tidak lebih dari suatu desain untuk memudahkan inventarisasi dan
selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk
lahan. Oleh karena itu penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam
menyimpan, mengolah dan menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari
suatu obyek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya
dipermukaan bumi. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa subsistem
yang saling berkaitan yang mencakup input data, manajemen data, pemrosesan
atau analisis data, pelaporan (output) dan hasil analisa (Ekadinata dkk., 2008).
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG menurut GIS
Konsorsium Aceh Nias (2007), merupakan data spasialyaitu sebuah data yang
10
berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar
referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
Pada dasarnya, secara konseptual, terdapat dua model data spasial yaitu
11
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan
pada dasarnya hutan mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi. Hutan yang mempunyai fungsi konservasi adalah
hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru. Seluruh kawasan hutan
dapat dimanfaatkan kecuali hutan cagar alam, zona inti dan zona rimba pada
Pemanfaatan hutan pada hutan lindung menurut pasal 18, 19, 20, 21, 22 serta 23
budidaya lebah, budidaya jamur, penangkaran satwa liar dan budidaya sarang
burung walet); Kedua, pemanfaatan jasa lingkungan (usaha wisata alam, olah
raga tantangan, pemanfaatan air dan usaha penyelamatan hutan dan lingkungan);
Ketiga, pemungutan hasil hutan non kayu (mengambil rotan, madu, buah dan
aneka hasil, perburuan satwa liar yang tidak dilindungi) (Zulaifah, 2006).
Sumberdaya hutan sebagai salah satu sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia,
12
sebenarnya terdapat beberapa alternatif pemanfaatan, antara lain pemanfaatan
Namun pada kenyataannya sampai saat ini masih terkonsentrasi kepada produksi
kayu dengan kualitas yang baik dan dalam jumlah yang terus meningkat. Peluang-
peluang lainnya belum mendapat prioritas dari pihak pengelola hutan. Artinya,
masyarakat dalam dan sekitar hutan baru dilaksanakan. Pemanfaatan hutan untuk
dalam hutan maupun sekitar hutan. Etika tersebut menjamin kelestarian hutan dan
menjamin agar manusia yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga
manusia, khususnya yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan (Zulaifah,
2006).
13
BAB III. METODE PENELITIAN
System (GPS), tape recorder, dan Bahan yang digunakan Citra Landsat TM 2012,
Peta administrasi Bapedda Kabupaten Gowa, Peta DAS Jeneberang, Peta kawasan
pembatasan ruang studi penelitian di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
dilakukan melalui:
14
3. Interpretasi citra yang dimaksud yakni mengidentifikasi objek, setelah itu
perbedaan warna, pola dan tekstur pada citra tersebut. Setiap warna dalam
vegetasi, warna biru menunjukkan adanya kenampakan air. Unsur pola dan
dan tanaman/vegetasi yang tumbuh didalam lokasi hutan. Selain itu unsur
adalah rona yang dilihat melalui perbedaan intensitas cahaya yaitu gelap
masyarakat tersebut.
penelitian.
15
D. Populasi dan Sampel
kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang. Populasi
ini tersebar di 17 desa dan dari setiap desa dipilih secara random (sampling acak)
keluarga yang mewakili responden dari penelitian ini. Untuk penggunaan lahan
dilakukan ground check pada lokasi-lokasi yang menjadi pewakil dari jenis
E. Jenis Data
a. Data primer adalah data yang diperoleh melalui interpretasi citra (gambar) dan
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka hasil-hasil
Data tersebut berupa keadaan umum lokasi penelitian dan keadaan sosial
ekonomi penduduk.
16
F. Analisis Data
17
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI
Kabupaten Gowa berjarak sekitar 30 km. Kawasan ini dapat di tempuh dengan
menggunakan kendaraan beroda empat maupun beroda dua dengan waktu kurang
Malino dan Sub DAS Lengkese memiliki luas ± 36.028,02 ha atau sekitar 34,77%
dari luas total kawasan hutan yang ada di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili
kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang terletak
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sub DAS Jenelata dan DAS Kelara
18
Tabel 1. Luas wilayah administratif kawasan hutan pada Daerah Tangkapan Air
Dam Bili-bili DAS Jeneberang
yaitu Desa Lonjoboko, Desa Lanna, Desa Bontoparang, Desa Bontokassi, Desa
Manuju, Desa Tamalatea, Desa Moncongloe, Desa Majannang, Desa Jonjo, Desa
2. Topografi
Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang dapat diketahui melalui
bahwa bentuk topografi Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
19
diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu kelas datar, landai, agak curam, curam dan
Tabel 2. Kemiringan lereng pada kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam
Bili-bili DAS Jeneberang
3. Iklim
dan Ferguson yang berdasarkan atas perbandingan rata- rata bulan kering, bulan
3) Bulan basah (bb) dengan curah hujan setiap bulan lebih besar dari 100 m
Curah hujan kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
Jeneberang ditentukan dengan menggunakan data curah hujan dari empat stasiun
Adapun rata-rata curah hujan bulanan, hari hujan dan maksimum dapat dilihat
pada Tabel 3 dan jumlah bulan basah, bulan kering, dan Bulan Lembab selama 10
tahun terakhir di empat stasiun penakar curah hujan dapat dilihat pada Tabel 4.
20
Tabel 3. Rata-rata curah hujan bulanan, hari hujan, dan maksimum tahun 2002-
2011 kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
Jeneberang
CH CH CH
No Stasiun Curah Hujan
Bulanan Harian Maksimum
1. BPP. Bonto-Bonto / Bbi Horti 1876,67 70 388,41
BB. Malino / Bpp. Tinggi
2. 1221,91 59,67 80,56
Moncong
3. BPP. Bulluballea / Kanreapia 1185 67,83 197,67
4. Paledingan / Paranglompoa 1595,75 84,25 282,83
Sumber : Klimatologi Maros, 2002-2011
Tabel 4. Jumlah bulan kering, bulan lembab dan bulan basah tahun 2002-2011
kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
Jeneberang
21
Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat ditentukan nilai Q untuk mengetahui
tipe iklim di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang yaitu dengan
= 9,75 x 100%
43,25
= 22,54 %
Makin kecil harga Q ratio maka makin basah suatu tempat dan makin
besar harga Q ratio maka makin kering suatu tempat. Berdasarkan penggolongan
iklim dari Schmidt dan Ferguson, maka tipe iklim di kawasan hutan pada Daerah
Tangkapan Air Dam Bili-bili Das Jeneberang termasuk dalam tipe iklim B (basah)
dengan nilai Q = 22,54%. Hal ini dapat dilihat pada klasifikasi tipe iklim menurut
22
4. Tanah dan Geologi
Bardasarkan hasil analisis peta tanah Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili
DAS Jeneberang, dapat diketahui jenis tanah pada lokasi penelitian terdiri dari
jenis tanah andosol, tanah laterik, tanah mediteran dan tanah aluvial. Secara
umum formasi geologi di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
terdiri dari batuan aluvium muda yang berasal dari endapan sungai, batuan
andesit, batuan basalt, batuan tephra berbutir halus, batuan tufit, batu lumpur dan
batu pasir.
tentang proses interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan. Untuk wilayah
kawasan hutan pada Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang,
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ditinjau adalah jumlah penduduk dan
mata pencahariannya.
1. Jumlah Penduduk
Dam Bili-bili DAS Jeneberang sebanyak 65.677 jiwa yang tersebar pada empat
23
Tabel 6. Jumlah penduduk perdesa berdasarkan jenis kelamin pada wilayah
kawasan hutan Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
2. Mata Pencaharian
petani utamanya petani padi, jagung, ubi kayu, sayuran dan perkebunan
sedangkan sektor non pertanian terutama bergerak pada lapangan usaha peternak
24
3. Pendidikan
Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang cukup baik. Hal ini ditunjang
dengan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai. Adapun
jumlah sarana pendidikan yang ada pada kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air
Tabel 7. Jumlah sarana pendidikan pada kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air
Dam Bili-bili DAS Jeneberang
25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang terdapat empat kawasan
lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan kawasan konservasi berupa
taman wisata alam serta areal penggunaan lain. Penelitian ini tidak memasukkan
kawasan areal penggunaan lain. Lokasi penelitian hanya berada pada kawasan
menunjukkan lokasi kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili Das
Jeneberang.
tersebut dioverlay dengan peta DAS Jeneberang disajikan pada untuk digunakan
sebagai dasar untuk penentuan penggunaan lahan yang ada pada kawasan hutan di
Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang. Berdasarkan hasil overlay
26
Gambar 1. Peta Kawasan Hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
27
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan dalam Kawasan Hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang.
28
Tabel 8. Luas dan persentase penggunaan lahan dan kawasan hutan di Daerah
Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
29
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Kawasan Hutan pada Daerah
Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
a. Kepadatan Penduduk
Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang. Terjadinya penggunaan lahan alam
tersebut bergantung kepada dua faktor yaitu jumlah penduduk dan luas wilayah.
Tabel 9. Kepadatan penduduk pada Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS
Jenerberang
Jumlah
Luas Angka
No. Kecamatan Desa Penduduk Keterangan
(ha) Kepadatan
(Jiwa)
1 Manuju Manuju 2,313 3,319 0.70 Tidak Padat
2 Manuju Tamalatea 2,744 2,782 0.99 Tidak Padat
3 Manuju Moncongloe 2,910 1,406 2.07 Padat
4 Parigi Sicini 2,812 1,087 2.59 Padat
5 Parigi Bilanrengi 1,922 875 2.20 Padat
6 Parigi Manimbahoi 2,988 3,140 0.95 Tidak Padat
7 Parigi Majannang 2,629 963 2.73 Padat
8 Parigi Jonjo 2,749 1,389 1.98 Padat
9 Tinggimoncong Parigi 5,004 5,209 0.96 Tidak Padat
10 Tinggimoncong Bulutana 2,307 5,991 0.39 Tidak Padat
11 Tinggimoncong Malino 3,285 2,332 1.41 Padat
12 Tinggimoncong Gantarang 1,794 2,363 0.76 Tidak Padat
13 Tinggimoncong Garassi 1,309 1,066 1.23 Padat
14 Parangloe Lonjoboko 2,362 1,933 1.22 Padat
15 Parangloe Lanna 2,675 728 3.68 Padat
16 Parangloe Bontoparang 3,104 1,163 2.67 Padat
17 Parangloe Bontokassi 1,221 975 1.25 Padat
Peta kondisi sosial ekonomi akan disajikan pada Gambar 3. dan Gambar 4.
30
a. Rata-rata Pendapatan Masyarakat
Rata-Rata
No. Desa/Kelurahan Keterangan
Pendapatan
1 Desa Bontokassi Rp 2.805.000 Tinggi
2 Desa Bilanrengi Rp 2.027.300 Tinggi
3 Desa Bontoparang Rp 1.285.000 Sedang
4 Desa Bulutana Rp 1.760.300 Sedang
5 Desa Jonjo Rp 1.434.750 Sedang
6 Desa Lonjoboko Rp 1.864.500 Sedang
7 Desa Majanang Rp 1.801.300 Sedang
8 Desa Manimbahoi Rp 1.665.000 Sedang
9 Desa Manuju Rp 920.000 Rendah
10 Desa Moncongloe Rp 1.185.000 Sedang
11 Desa Parigi Rp 1.570.000 Sedang
12 Desa Sicini Rp 1.864.800 Sedang
13 Desa Tamalate Rp 1.550.000 Sedang
14 Kelurahan Gantarang Rp 1.750.000 Sedang
15 Kelurahan Garassi Rp 1.526.400 Sedang
16 Kelurahan Malino Rp 1.330.000 Sedang
17 Desa Lanna Rp 1.950.800 Sedang
hingga Rp. 1.500.000,- termasuk pada kategori sedang. Untuk kategori rendah,
31
Gambar 3. Peta Kondisi Sosial Ekonomi Masyaralat berdasarkan Kepadatan Penduduk dalam
Kawasan Hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
32
Gambar 4. Peta Kondisi Sosial Ekonomi Masyaralat berdasarkan Rata-rata Tingkat Pendapatan Masyarakat dalam
Kawasan Hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
33
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil overlay dan interpretasi citra pada areal hutan lindung
terdapat beberapa jenis penggunaan lahan antara lain hutan alam, hutan tanaman,
ladang/tegalan yang memiliki luasan terbesar diantara tipe penggunaan yang lain,
dengan luas 1.264,18 ha. Hal ini mengindikasikan bahwa hutan lindung di
dominasi lahan ladang/tegalan sekitar 37,01% dari total luasan hutan pada Daerah
Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang. Besarnya luasan jenis penggunaan
lahan tersebut. Hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat karena terbatasnya
lahan yang dimiliki oleh mereka. Namun demikian persentase lahan yang luas
tidak hanya ditemui pada penggunaan lahan atau tegalan, tetapi terdapat sekitar
Ekaliptus (Eucalyptus sp.), Rotan (Calamus sp.), dan Bunga lonceng (Spathodea
campanulata). Pada kawasan hutan lindung juga terdapat sumber air yang
merupakan DAS Jeneberang. Sumber air ini dijadikan sebagai sumber irigasi
34
untuk sawah masyarakat. Penggunaan lahan ladang/tegalan pada kawasan tersebut
Areal hutan produksi biasa pada wilayah Daerah Tangkapan Air Dam Bili-
bili DAS Jeneberang terdapat beberapa jenis penggunaan lahan antara lain hutan
perkebunan, sawah dan semak belukar. Berbeda halnya pada kawasan hutan
lindung, pada hutan produksi biasa ini juga ditemui jenis penggunaan lahan
penggunaan lahan ini tidak begitu besar namun hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya degradasi hutan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Hal ini
memungkinkan luasan pemukiman yang awalnya hanya sekitar 0,02% dapat terus
Adanya penggunaan lahan pada kawasan ini baik itu hutan menjadi lahan
tahun. Hal ini tentunya berpengaruh langsung terhadap kebutuhan akan sandang
dan pangan yang harus dipenuhi. Penggunaan lahan yang berupa hutan alam dan
hutan tanaman pada kawasan hutan sangat jauh dari akses jalan. Hutan tanaman
yang jenisnya didominasi jenis vegetasi Pinus (Pinus merkusii), Jati putih
35
biasa ditemukan pada tegalan tanaman perkebunan seperti pisang, rambutan dan
dengan jenis padi lokal berumur 3-4 bulan. Sehingga tidak memungkinkan
kondisi hutan yang rusak mengakibatkan sumber air pada lokasi ini sangat sulit di
dapatkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya penanganan yang melibatkan semua
pihak yang terkait baik dari pemerintah dan masyarakat dalam menjaga
Tipe penggunaan lahan pada hutan produksi terbatas (HPT) antara lain
hutan tanaman, ladang/tegalan, pemukiman, sawah, semak belukar dan tubuh air.
Pada HPT di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang tidak ditemui
lagi hutan alam. Struktur tanaman yang ditemui pada hutan tanaman yaitu hutan
namun pada tipe penggunaan lahan ini juga ditemui pemukiman masyarakat
dengan luasan yang lebih luas dibandingkan pada kawasan hutan produksi biasa.
Luasan tipe penggunaan lahan sawah pada HPT tergolong sangat luas yaitu
sekitar 1.520,3 ha (23,15%). Hal tersebut sangat didukung oleh adanya tubuh air
36
Jenis vegetasi yang mendominasi kawasan ini diantarannya Jati (Tectona
grandis), Pinus (Pinus mercusii). Adapun tipe penggunaan lahan pada lokasi
terdapat pada daerah lereng dan perbukitan. Teknik konservasi yang digunakan
adalah pola terasering. Pemanfaatan lahan dalam kawasan seperti semak belukar
umumnya terdapat pada lereng yang curam dengan tanaman penutup berupa
D. Kawasan Konservasi
sebagai tempat pariwisata alam dan rekreasi. Sebagai contoh terdapat hutan pinus
yang dijadikan masyarakat sebagai tempat wisata alam. Meskipun begitu pada
kawasan ini masih saja ada masyarakat yang membuka lahan. Terdapat tipe
kawasan ini. Adapun tipe penggunaan lahan didalamnya yang juga didominasi
oleh ladang/tegalan. Selain itu tipe penggunaan lahan lain seperti pemukiman
mengacu pada zona khusus dan zona tradisional yang telah ditetapkan
dan banjir di musim hujan serta kekeringan di musim kemarau. Hal ini
37
dikarenakan hanya zona khusus dan zona tradisional saja yang dapat
A. Hutan Lindung
hutan lindung antara lain ladang/tegalan, kebun dan sawah. Ketiga tipe
tipe penggunaan lahan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Rata-rata
luasan kebun yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu sekitar 0,5-1 ha. Jenis
tanaman yang banyak ditemui pada kebun masyarakat dalam hutan lindung yaitu
kopi arabika dengan rata-rata pendapatan masyarakat yang diperoleh dari kebun
melepaskan ternak sapi secara bebas di dalam kawasan hutan lindung. Karena
lokasi yang cukup jauh dari pemukiman, sehingga lahan hanya dikunjungi sekali
tidak berlebih. Mereka hanya mengambil bagian ranting dan bagian pohon yang
sudah mulai rapuh, hal ini dilakukan sekali seminggu saat mereka mendatangi
ternak sapi yang dilepaskan didalam kawasan hutan lindung. Selain itu terkadang
38
juga mengambil rotan yang cukup, mencari madu dari kumpulan lebah yang
biasanya muncul di bulan Juli hingga Desember. Pada kawasan hutan lindung
pohon kopi robusta. Ketersediaan lahan yang cukup luas dan kebutuhan ekonomi
Sejatinya hutan lindung merupakan kawasan hutan yang salah satu fungsinya
sebagai pengatur tata air, sehingga tidak diperbolehkan untuk dikonversi secara
hutan.
hutan. Kegiatan bertani sawah di dalam kawasan hutan dilakukan secara turun
temurun, bak pada lahannya sendiri dan maupun mengolah lahan milik orang lain.
Sawah yang berada di wilayah ini adalah sawah tadah hujan. Musim tanam padi
Juni.
(Lampiran 2). Luas lahan dalam kawasan hutan produksi biasa untuk setiap petani
lahan yang tersedia sangat terbatas. Petani umumnya membagi lahan yang
garapan dari tuan tanah di daerah ini. Hasil wawancara dengan beberapa
yang dimiliki petani antara lain disebabkan oleh bertambahnya jumlah keluarga
tekanan terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga semakin besar.
produksi terbatas (HPT) cukup beragam. Selain berprofesi sebagai petani ada juga
yang profesi utamanya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Hasil wawancara
dengan masyarakat disana, mereka lebih memilih rutin mengelola sawah setiap
hari dibandingkan dengan bekerja sebagai PNS. Alasannya bekerja sebagai petani
40
Umur petani pada lokasi ini rata-rata 45 tahun (yang berkisar antara 32-45
tahun) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan berupa
ladang/tegalan dan sawah sangat diminati oleh masyarakat. Umur petani besar
Petani yang berusia muda umumnya sangat produktif, sebab kemampuan fisik dan
daya fikirnya mencapai kondisi maksimal dibanding petani yang sudah tua. Selain
itu petani yang masih muda keinginannya melakukan perubahan yang dianjurkan
temurun, baik pada lahannya sendiri dan maupun mengolah lahan milik orang
lain. Sawah yang berada di wilayah ini adalah sawah tadah hujan. Musim tanam
padi berlangsung pada bulan Desember dan Januari, pemeliharaan dilakukan sejak
bulan Februari hingga bulan April, dan masa panen berlangsung bulan Mei dan
coklat, sayur dan buah. Selain bertani rata-rata masyarakat memiliki ternak.
Ternak mereka di lepas bebas di sekitar hutan maupun di dalam kawasan hutan
berkeliaran dalam hutan tanpa penjagaan. Pada saat akan dimulai persiapan lahan
untuk menanam padi atau ada pembeli ternak barulah ternak tersebut akan dicari
41
dalam hutan. Ternak dijual kepada masyarakat setempat dan ke konsumen yang
C. Kawasan Konservasi
kehidupan masyarakat pada lokasi ini. Hal ini ditandai dengan sebagian
masyarakat yang menjual hasil dari lahan mereka ke pengunjung TWA Malino.
masyarakat. Sebagai salah satu wilayah yang dekat dengan kawasan hutan, sangat
sulit bagi masyarakat melakukan ruang gerak pertanian dengan lahan yang sangat
42
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
jagung untuk pakan ternak). Selain itu ada juga pemungutan hasil hutan bukan
B. SARAN
berbasis masyarakat khususnya pada kawasan hutan yang telah dimanfaatkan oleh
43
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Dassir, 2010. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Lahan di Sub DAS Jeneberang Hulu
Kabupaten Gowa, Disertasi tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Ekadinata, A., Dewi, S., Hadi, P.D., Nogroho, D.K., dan Johana, F., 2008. Sistem
Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Alam Berbasis Sumber
Daya Alam. World Agroforestry Centre. ICRAF South East Asia Regional
Office.
GIS Konsorsium Aceh Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar.
Pemerintah Kota Banda Aceh
44
Prahasta, E., 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif
Geodesi dan Geomatika). Informatika. Bandung.
Suryantoro., dan Agus. 2002. Penggunaan Lahan dengan Foto Udara di Kota
Yogyakarta. Disertasi. UGM Yogyakarta.
Tim Laboratorium Perencanaan dan Sistem Informasi Kehutanan. 2009. Buku Ajar
Sistem Informasi Geografis. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
45
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Responden
A. IdentifikasiResponden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan terakhir :
5. Penghasilan keluarga/bulan :
a. Rp. 750.000 – Rp. 1.250.000
b. Rp. 1.250.000 – Rp. 2.000.000
c. >Rp. 2.000.000
6. JumlahAnggotaKeluarga:
Usia
No. Jumlah Bekerja Sekolah Lainnya
(Tahun)
Laki-Laki
1. < 15
2. 15 – 64
3. > 64
Perempuan
1. < 15
2. 15 – 64
3. > 64
46
12. Terbuat dari apakah rumah anda? Perabot rumah tangga yang dimiliki?
………………………………………………………………………………….......
13. Dalam setahun terakhir apakah anda pernah sakit ? ……………………………….
Jika pernah berobat kemana ?....................................................................................
……………………………………………………………………………………..
14. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
pengelolaan hutan? …………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
47
Lampiran 2.Data Sosial ekonomi masyarakat yang memanfaatkan kawasan hutan di Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
48
Lampiran 2. lanjutan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Fungsi Kawasan Penggunaan Lahan
Responden Umur Mata Pencaharian Pendidikan AK (Orang) Pendapatan Luas areal (ha)
Sawah 61 Petani SD 7
10 2,000,000 1
Sawah 11 36 Petani SD 4 1,000,000 0,5
Kebun 12 51 Petani SMA 7 1,000,000 1
Kebun 13 46 Petani SMA 5 1,500,000 1
Sawah 14 60 Petani SD 4 1,000,000 0,5
Ladang/Tegalan 15 33 Peternak SD 5 1,000,000 1
Sawah 16 62 PNS S1 6 2,550,000 1
Kebun 1 66 PNS dan Petani SMA 3 3,050,000 1
Ladang/Tegalan 2 50 Peternak SD 5 2,000,000 1
Kebun 3 37 Petani SD 3 1,000,000 0,5
Ladang/Tegalan 4 53 Petani SMA 5 1,000,000 0,5
Sawah 5 40 Petani Non 2 1,000,000 0,5
Sawah 6 38 Petani Non 5 2,000,000 1
Ladang/Tegalan 7 41 Peternak SD 3 1,500,000 1
Hutan Produksi Terbatas
Kebun 8 50 PNS dan Petani SMA 5 2,650,000 1
Sawah 9 61 Petani SD 4 1,000,000 1
Sawah 10 55 Petani SD 2 750,000 -
Kebun 11 32 Peternak dan Petani SD 5 2,000,000 1
Sawah 12 46 Petani SD 5 1,700,000 1
Sawah 13 60 Petani non 4 1,500,000 1
Sawah 14 48 Petani non 5 1,500,000 0,5
49
Lampiran 2. lanjutan
Sosial Ekonomi Masyarakat
Fungsi Kawasan Penggunaan Lahan
Responden Umur Mata Pencaharian Pendidikan AK (Orang) Pendapatan Luas areal (ha)
Ladang/Tegalan 15 70 Petani SD 6 1,800,000 1
Sawah 1 60 Petani SD 6 1,500,000 1
Ladang/Tegalan 2 35 Petani Non 3 1,500,000 1
Kebun 3 70 Petani SD 6 2,000,000 1
Kawasan Konservasi
Ladang/Tegalan 4 40 Petani SMP 5 1,000,000 0,5
Pemukiman 5 34 Petani Non 6 1,000,000 0,5
Sawah 6 51 Petani SD 4 1,500,000 1
50
51
Lampiran 3. Citra Landsat tahun 2012 Kawasan Hutan Daerah Tangkapan Air Dam Bili-bili DAS Jeneberang
Lampiran4. Dokumentasi Penelitian
53
Pemanfaatan kawasan hutan berupa pemukiman
54
Pemanfaatan kawasan berupa perkebunan
55