SKRIPSI
Oleh
SUNARTI T P AMBARITA
131201041
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
SKRIPSI
Oleh
SUNARTI T P AMBARITA
131201041
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
ii
NIM : 131201041
Jurusan : Kehutanan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Dr. Nurdin Sulistiyono, S.Hut., M.Si Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D
Ketua Anggota
Mengetahui,
iii
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
potensi lanskap berupa unsur-unsur biofisik dan sosial masyarakat dalam rangka
memberi dukungan baik secara mental, sosial maupun materi kepada penulis
sampai saat ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada ketua komisi
pembimbing, Dr. Nurdin Sulistiyono, S.Hut., M.Si. dan kepada anggota komisi
Penulis
vi
Obaja Ambarita dan Ibu Siti Nurbaya Purba. Penulis merupakan anak ketiga dari
dasar dari SD Inpres 173815 Ambarita, pada tahun 2010 lulus dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Simanindo dan pada tahun 2013 lulus dari
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Simanindo. Pada tahun yang sama
Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera Utara pada tahun 2015 dan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di PT Toba Pulp Lestari Tbk., Estate Aek Nauli, Sumatera
Utara pada tahun 2018. Penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Hasil Hutan Non Kayu pada tahun
2015.
vii
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ekowisata ......................................................................... 6
Potensi Kawasan Mangrove sebagai Ekowisata .................................. 7
Perencanaan Lanskap Ekowisata ........................................................ 9
Sistem Informasi Geografis dan Google Earth .................................... 10
Valuasi Ekonomi dengan Travel Cost Method .................................... 11
Penelitian tentang Penilaian Ekonomi Kawasan Ekowisata dengan
Travel Cost Method ........................................................................... 13
Daya Dukung Ekowisata Mangrove ................................................... 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat............................................................................. 16
Alat dan Bahan .................................................................................. 16
Prosedur Penelitian ............................................................................ 17
1. Analisis Sosial Pengunjung dan Preferensi Pengelola ..................... 18
2. Valuasi Ekonomi Kawasan dengan Travel Cost Method ................. 18
3. Daya Dukung Kawasan ................................................................. 21
4. Perencanaan Lanskap Ekowisata .................................................... 21
viii
ix
Halaman
1. Jenis dan bentuk data yang diperlukan ................................................ 15
2. Statistik Geografi dan Iklim Kecamatan Brandan Barat ....................... 22
3. Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan Tahun 2015 ................... 24
4. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2015 .......................... 24
5. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah dan Desa/Kelurahan
Tahun 2015 (Ha) ............................................................................... 25
6. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut
Desa/Kelurahan Tahun 2015 .............................................................. 26
7. Pendapatan Asli Daerah Kecamatan Brandan Barat............................. 26
8. Panjang Jalan Kabupaten di Kecamatan Brandan Barat Menurut Jenis
Jalan Tahun 2015 (Km)...................................................................... 27
9. Sarana dan Prasarana Ekowisata Bakau Mas pada Kondisi Terkini ...... 28
10. Jumlah dan Kerapatan Jenis Mangrove Tingkat Pohon ........................ 31
11. Jenis Fauna Ekowisata Mangrove Bakau Mas ..................................... 32
12. Data Pengunjung Untuk Memperoleh Persamaan Regresi Nilai
Manfaat Wisata ............................................................................... 34
13. Tabulasi Data Umur Dan Jenis Kelamin Responden............................ 39
14. Tabulasi Tingkat Pendidikan Responden ............................................ 40
15. Tabulasi Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden .......................... 40
16. Tabulasi Preferensi serta Tanggapan Responden Terhadap
Kenyamanan dan Pelayanan Petugas .................................................. 41
17. Potensi dan Kendala Lanskap Ekowisata Mangrove di Bakau Mas ...... 45
18. Rencana Jenis dan Panjang Jalur 1 Ekowisata Bakau Mas ................... 52
19. Kelebihan dan Kekurangan Rencana Lanskap 1 .................................. 55
20. Rencana Jenis dan Panjang Jalur 2 Ekowisata Bakau Mas ................... 56
21. Kelebihan dan Kekurangan Rencana Lanskap 2 .................................. 59
Halaman
1. Peta Wilayah Brandan Barat............................................................... 16
2. Kurva Permintaan Jasa Nilai Ekonomi Ekowisata ............................... 20
3. Bagan alur perencanaan lanskap ekowisata mangrove ......................... 22
4. Peta Ekowisata Bakau Mas ................................................................ 30
5. Kurva Permintaan Ekowisata Mangrove Bakau Mas ........................... 36
6. Sungai yang terdapat pada kawasan ekowista dapat dijadikan sebagai
salah satu potensi kegiatan ekowisata di Bakau Mas............................ 44
7. Peta Rencana Lanskap Ekowisata Bakau Mas Bagian 1....................... 50
8. Peta Rencana Lanskap Ekowisata Bakau Mas Bagian 2....................... 56
xi
Halaman
1. Persentase rata-rata pengeluaran pengunjung ...................................... 62
2. Jumlah Pengunjung, Jumlah Penerimaan dan Surplus Konsumen ........ 62
3. Foto Kondisi Terkini dan Pengambilan Data di Ekowisata Mangrove
Bakau Mas ........................................................................................ 64
xii
Latar Belakang
Ekowisata merupakan alternatif pembangunan dan pengelolaan kawasan
hutan yang diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi, budaya, dan sosial
dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal
ekosistem mangrove sebagai daya tariknya. Salah satu tujuan ekowisata mangrove
adalah ekowisata Bakau Mas yang terdapat di dusun II Paluh Tabuhan desa Lubuk
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Hutan mangrove di dunia mencapai luas
Dengan demikian, luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas
mangrove Asia (Onrizal, 2010). Giri et al. (2011) menuliskan bahwa kekayaan
mangrove yang luas, yaitu sebesar 3.112.989 ha yang merupakan 22,6% dari total
mangrove dunia.
seluas 740 ha (61,67%) dari luas seluruh hutan mangrove 1200 ha. Kerusakan
hutan mangrove tergolong dalam kondisi berat sebesar 528 ha (71,35%) dari luas
total kerusakan mangrove 740 ha. Kerusakan hutan mangrove berdampak negatif
bagi nelayan Desa lubuk Kertang karena menyebabkan biota-biota laut semakin
dengan alam. Sebagai bagian dari perilaku konsumtif, manusia akan selalu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam hal ini termasuk mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam. Naamin (1991), menyatakan bahwa pada
beberapa dekade terakhir ini, pemanfaatan hutan dan ekosistem mangrove terus
meningkat, bukan saja dari segi pemanfaatan lahannya, tetapi juga segi
ekologis.
yang dilakukan oleh Basyuni el al. (2017) menyataan bahwa pada desa Lubuk
bentang alam atau landscape dikatakan sebagai good landscape ketika secara
upaya pelestarian dan preservasi terhadap nilai – nilai historik dari tapak dapat
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah bagaimana atraksi yang akan
dilakukan penilaian terhadap lanskap dan tapak. Hal ini berkaitan dengan seberapa
besar sumber daya lanskap yang dimiliki baik itu sumber daya fisik maupun
sumber daya visual, potensi tapak akan ditimpa bencana alam baik secara alami
dengan kondisi fisik, iklim, dan visual yang ada, dan melakukan prediksi dampak
tapak.
jumlah pengunjung.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
Pengertian Ekowisata
Lascurain pada tahun 1987. Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah
manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa
alam pariwisata yang berfokus terutama pada mengalami dan belajar tentang
alam, dan yang berhasil etis dampak rendah, non-konsumtif dan berorientasi lokal
Page dan Dowling (2002) meringkas konsep dasar ekowisata menjadi lima
lingkungan alam dengan focus pada lingkungan biologi, fisik dan budaya.
pelestarian lingkungan.
kawasan.
berkelanjutan.
akan ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada
sehingga diharapkan kesejahteraan hidup mereka akan lebih baik. Dari segi
1. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis
(Bruguiera sp.) akar pasak (Sonneratia sp., Avicennia sp.), akar papan
(Heritiera sp.).
3. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai
beraneka ragam jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk
pohon serta berbagai jenis fauna yang hidup di dasar mangrove seperti
sumberdaya mangrove.
perhatian wisatawan.
ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki dan
atraksi (potensi keindahan alam dan budaya serta bentuk aktivitas wisata),
pengunjung.
potensial dengan memadukan antara faktor alam dan faktor budaya lingkungan
dalam kegiatan wisata memberikan daya tarik tersendiri bagi industri wisata.
Kehidupan keseharian masyarakat lokal dapat dijadikan sebagai atraksi wisata dan
kawasan wisata.
dimiliki.
harus dilakukan secara teratur yang dapat berupa pemetaan hutan atau mendeteksi
perubahan pada tutupan hutan. Teknologi yang ada saat ini telah berkembang di
informasi, dan teknologi satelit penginderaan jarak jauh. Kondisi seperti ini
10
diperoleh dari
a. Data atribut berasal dari data statistik, data sensus, catatan lapangan.
b. Data grafis berasal dari peta analog, foto udara dan citra penginderaan jauh
permukaan bumi pada area/kawasan tertentu yang kita inginkan seperti misalnya
pada kawasan perumahan, pegunungan, lautan dan lainnya. Sistem koordinat yang
ditampilkan oleh Google Earth adalah koordinat dengan ellipsoid referensi World
Geodetic System (WGS) 1984. Semakin rendah tinggi pengamatan suatu wilayah
yang telah terpasang citra quickbird pada google earth maka citra yang
memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau obyek.
barang/jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service).
Haab dan McConnell (2003), menyatakan bahwa penerapan Travel Cost Method
11
1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari
rekreasi.
disutilitas.
1. Zonal travel cost, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan data sekunder
wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan dan waktu yang
dikorbankan para wisatawan untuk menuju obyek wisata itu dianggap sebagai
nilai lingkungan yang dibayar oleh para wisatawan. Pendekatan biaya perjalanan
diterapkan untuk valuasi SDALH, terutama sekali untuk jasa lingkungan yang
berkaitan dengan kegiatan rekreasi. Di samping itu, pendekatan ini dipakai pula
untuk menghitung surplus konsumen dari SDALH yang tidak mempunyai pasar.
12
dikeluarkan untuk membayar tarif masuk tidak sebanding dengan manfaat atau
kepuasan yang diterima oleh pemakai. Sehingga untuk menghitung nilai total dari
bahwa biaya perjalanan mewakili harga rekreasi dan jumlah kunjungan mewakili
kuantitas rekreasi.
• Yessi Mei Nina Simanjuntak : Analisis nilai ekonomi dan sosial ekowisata
Tangkahan (studi kasus di desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang
Rp 16.984.000/tahun.
wisata alam air terjun Sipiso-piso kabupaten Karo tahun 2010 diperoleh
13
Rp 179.181.500/tahun.
yang boleh mengunjungi suatu tempat wisata pada saat bersamaan tanpa
yang baik jika jumlah pengunjung tidak melampaui kapasitas daya dukungnya.
rekreasi alam. Daya dukung rekreasi alam adalah kemampuan sumberdaya untuk
yang diinginkan. Daya dukung menyangkut daya dukung fisik lokasi dan daya
tahun 1998, standar daya dukung kegiatan hutan wisata adalah 15 orang per
hektar.
14
tingkat kunjungan yang melewati batas daya dukung kawasan wisata, terutama
daya dukung fisik. Tingkat kunjungan yang berlebih tentu akan menurunkan
kualitas kawasan ekowisata. Untuk menjaga kualitas lingkungan objek wisata dari
dampak negatif diperlukan upaya pengelolaan yang terpadu. Salah satunya adalah
ekosistem. Ekosistem yang terusik masih dapat pulih kekeadaan semula, jika
(Muhammad, 2012).
15
Agustus 2017 di dusun II Paluh Tabuhan desa Lubuk Kertang kecamatan Brandan
Utara.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat pengambilan data
dan alat analisis data. Alat pengambilan data yang digunakan adalah GPS,
kamera, kuisioner dan aplikasi Google Earth. Alat analisis data yang digunakan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersedia dalam tabel 1, peta lokasi
16
ekowisata mangrove.
Travel Cost Method. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui biaya rata-rata yang
seberapa besar nilai ekonomi dalam setiap melakukan kegiatan kunjungan wisata
dan untuk mendapatkan suatu kurva permintaan rekreasi obyek wisata tersebut.
Adapun variable yang akan dianalisis dengan metode biaya perjalanan adalah:
d) Biaya konsumsi
e) Biaya dokumentasi
18
Zi = Pi x ∑Y
Keterangan:
rekreasi.
BPR = TR + D + KR + L
Keterangan:
Xli = ∑ Bpi
Ni
Keterangan:
4. Menentukan laju kunjungan per 1000 orang zone i dalam satu tahun
LKi = ∑JPi
∑JPT
19
kurva permintaan jasa wisata pada tingkat harga yang berlaku. Kurva permintaan
jasa nilai ekonomi wisata dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini :
kepuasan para konsumen yang menikmati secara langsung nilai dari kawasan
wisata alam. Daerah yang berbentuk persegi panjang OX2QY2 dan segitiga
QX1X2 merupakan pendapatan yang diperoleh dari tingkat harga karcis masuk ke
kawasan wisata alam tersebut. Nilai ekonomi kawasan wisata alam dapat
NE = Pd + SK
Keterangan:
20
matematis untuk menentukan daya dukung pengunjung dalam sebuah area wisata
standar daya dukung kegiatan ekotourisme hutan wisata adalah 15 orang per
hektar.
dengan pengambilan data, mengamati keadaan umum tapak, dan visual tapak.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga diketahui apa
saja yang menjadi potensi dan kendala tapak tersebut dalam pengembangannya
informasi detail tentang kondisi spasial tapak. Kegiatan perencanaan lanskap pada
21
Analisis
Kendala Potensi
Sintesis
Perencanaan
Gambar rancangan
Konsep ruang Jalur Sirkulasi Tata Hijau
tapak (site plan)
22
geografis berada pada posisi 04º 06' 16" – 03º 57' 18" LU dan 98º 18' 42" – 98º 11'
49" BT. Brandan barat berbatasan dengan Pangkalan Susu disebelah utara, Sei
Lepan disebelah selatan, Besitang disebelah barat, dan Babalan serta Selat Malaka
laut dengan luas wilayah mencapai 8980 ha (89,80 km2) atau sekitar 1,43% dari
total luas Kabupaten Langkat. Kondisi geografi dan iklim kecamatan Brandan
kantor kecamatan.
Selama tahun 2015, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober
sebesar 351 mm dengan lama hari hujan sebanyak 18 hari. Curah hujan terendah
23
terjadi secara konsisten pada setiap bulannya dengan intensitas curah hujan dan
hari yang berbeda. Informasi jumlah hari dan curah hujan di kecamatan Brandan
Tabel 3. Curah hujan dan hari hujan menurut bulan tahun 2015
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan
Januari 147 14
Februari 31 9
Maret 7 6
April 36 11
Mei 217 11
Juni 75 7
Juli 152 12
Agustus 148 13
September 189 14
Oktober 351 18
November 145 14
Desember 77 12
Total 1575 141
Rata-rata 131,25 11,75
Sumber : UPTD Pertanian Kecamatan Brandan Barat
Brandan Barat, sedangkan desa Kelantan merupakan desa dengan luas wilayah
terkecil di kecamatan Brandan Barat. Lubuk Kertang dengan luas 30,26 km2
menempati 0,47% dengan luas 0,42 km2. Luas wilayah tersedia dalam tabel 4.
24
pertanian hanya mencapai seperempat jumlah luas lahan pertanian. Namun pada
kategori lahan pertanian yang mendominasi adalah lahan bukan sawah. Hal ini
dimungkinkan oleh meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit pada desa Lubuk
luas tanam mencapai 830 hektar dan produksi mencapai 13.054,80 ton serta 172
KabupatenLangkat).
Tabel 5. Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dan desa/kelurahan tahun 2015
(ha)
Desa/Kelurahan Luas Lahan Pertanian Luas Lahan Non Jumlah
Luas Sawah Luas Bukan Sawah Pertanian
Tangkahan Durian 120 894 306 1320
Sei Tualang 20 832 284 1136
Lubuk Kasih 168 618 211 997
Pangkalan Batu 350 984 336 1670
Perlis 19 574 196 789
Lubuk Kertang 675 1752 599 3026
Kelantan 10 24 8 42
Jumlah 1362 5678 1940 8980
Sumber : UPTD Pertanian Kecamatan Brandan Barat
sebanyak 4.569 jiwa, lalu diikuti oleh desa Perlis sebanyak 4.501 jiwa dan
sedikit berada didesa Kelantan sebanyak 1.293 jiwa. Desa Kelantan merupakan
desa yang paling padat penduduknya yaitu3.079 jiwa/km² dan desa Lubuk
Kertang merupakan desa dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu 100 jiwa/km².
25
Kondisi Ekonomi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Langkat pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, dari PAD yang ditargetkan sebesar 282,49 juta rupiah tidak
dapat memenuhi target dan hanya dapat merealisasikan dana sebesar 183,50 juta
rupiah atau 64,96 persen. Informasi mengenai pendapatan asli dan pajak bumi dan
Kondisi Aksesibilitas
sepanjang 17,98 km. Dari total panjang jalan yang ada 10,15 km atau 56,45%
yang sudah diaspal sementara 7,83 km atau 57,14% masih dikerikil. Kondisi jalan
26
dalam kondisi yang baik (3,90 km), sedangkan 79,31% jalan kecamatan yang ada
dalam keadaan sedang dan rusak (14,08 km). Informasi kondisi dan panjang jalan
Tabel 8. Panjang jalan kabupaten di kecamatan Brandan Barat menurut jenis jalan tahun
2015 (km)
Jenis Jalan Panjang Jalan (Km)
Aspal 10.15
Kerikil 7.83
Batu -
Tanah -
Jumlah 17.98
Sumber : BPS Kabupaten Langkat 2016
berada pada 4º 04' 10" LU dan 98º 17' 07" BT. Kawasan ini berbatasan dengan
perkebunan kelapa sawit disebelah timur dan selatan dimana terdapat beberapa
alur sungai yang mengalir dari kawasan ekowisata melewati kawasan perkebunan
kelapa sawit yang bermuara di selat Malaka. Pada arah barat kawasan ini
hutan kemasyarakatan.
27
28
29
desa Lubuk Kertang pada dusun II, III, dan IV adalah Rhizopora dan Nypa.
Menurut Basyuni et al. (2017) di kawasan ekowisata Bakau Mas terdapat sepuluh
jumlah dan kerapatan jenis mangrove pada ekowisata Bakau Mas tersedia dalam
tabel 10.
dan fish fauna (Tomascik et al. 1997). Basyuni et al. (2017) menuliskan bahwa
31
2 Reptil
• Biawak (Varanus salvator) - - +
• Ular belang (Boiga dendriphila) - + +
• Kadal (Mabouia multifasciata) + - +
3 Mamalia
• Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) + + +
• Tupai (Tupaia glis) - + +
• Musang (Martes flavigula) - - +
4 Ikan
• Sembilang (Plotosus canius) - + -
• Gelodok (Periopthalmus modestus) + + +
• Kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) - + -
5 Moluska
• Siput tanduk (Cerithidea cingulata) + + +
• Keong teleskop (Telescopium telescopium) - - +
• Siput nenek (Cerithidea quadrata) + - +
• Keong rare (Murex trapa) + + -
• Kerang bakau (Polymesoda bengalensis) + + -
6 Krustacea
• Kepiting bakau (Scylla serrata) + - +
• Kepiting ungu pemanjat (Metapograpsus sp.) + - +
• Udang windu (Panaeus monodon) + + +
• Udang putih (Panaeus merguensis) + - -
Sumber : Basyuni et al. (2017)
Keterangan : + : ada
- : tidak ada
seperti pariwisata, baik pariwisata massal maupun ekoturisme terkait erat dengan
konsep daya dukung. Aktivitas wisata tidak dapat dipungkiri memiliki dampak
terhadap karakteristik sosial, budaya lingkungan, serta ekonomi dari daerah yang
32
Daya dukung secara fisik ekowisata Bakau Mas adalah sebagai berikut:
ekowisata selama 1,5 jam. Jika kegiatan ekowisata dibuka selama 8 jam maka
dan dalam satu hari dapat menampung 38 orang. Hal ini disebabkan lahan yang
oleh suatu kawasan ekowisata bergantung pada luas lahan yang digunakan untuk
33
biaya perjalanan ini termasuk biaya pergi pulang ditambah dengan nilai uang dari
waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi (Davis dan Jhonson, 1987).
Pada penilaian ekonomi kawasan ekowisata Bakau Mas data yang dikumpulkan
tiket masuk kawasan, serta biaya lain-lain seperti biaya parkir, biaya menyewa
Tabel 12. Data pengunjung untuk memperoleh persamaan regresi nilai manfaat wisata
Laju
Jumlah Populasi Kunjungan
Daerah Jumlah Prosentase Daerah Jumlah per 1000 Biaya
Asal Sampel Pengunjung Pengunjung Pengunjung orang Perjalanan
No Pengunjung Pengunjung (%) (orang) (orang) (pembulatan) Rata-rata
3
1 Binjai 11 21,57 264687 785 1.597.000
1
2 Medan 10 19,61 2210624 714 1.415.000
3
3 Langkat 30 58,82 1013385 2141,18 1.000.000
34
kunjungan per 1000 penduduk sebagai variabel terikat (Y) dan biaya perjalanan
rata-rata sebagai variabel bebas (X). Hasil analisis regresi menunjukkan suatu
hubungan antara biaya perjalanan dan laju kunjungan. Adapun persamaan regresi
hubungan terbalik antara variable terikat (laju kunjungan) dan variable bebas
(biaya perjalanan). Hal ini dapat diartikan dengan semakin tingginya biaya
perjalanan maka laju kunjungan akan semakin rendah dan sebaliknya jika biaya
perjalanan rendah maka laju kunjungan semakin tinggi. Hufschmidt et al. (1987)
menyatakan bahwa pada permintaan rekreasi alam, semakin jauh tempat tinggal
seseorang dari suatu tempat rekreasi tertentu maka permintaan rekreasi terhadap
tempat tersebut semakin rendah , dan sebaliknya bila untuk para konsumen yang
datang dari tempat jauh dengan biaya mahal akan dianggap memiliki surplus
konsumen yang rendah. Sebaliknya bila mereka yang bertempat tinggal lebih
dekat maka dengan biaya perjalanan yang rendah akan memiliki surplus
Nilai ekonomi kawasan wisata alam dapat ditentukan dari total kesediaan
membayar seluruh pengunjung pada tingkat harga karcis tanda masuk yang
35
dibawah kurva permintaan jasa wisata pada tingkat harga yang berlaku.
60000
Harga Tiket Masuk (Rp/orang)
50000
40000
30000
20000
10000
0
0
2598
2600
2601
2603
2605
2606
2610
2611
2613
2615
2617
2618
2620
2622
2623
2625
2627
2628
2630
3188
8174
8179
8185
8191
8197
8200
8208
8214
8220
Jumlah Pengunjung (orang)/ tahun
yang berlaku saat ini adalah Rp 2.000,00. Simulasi harga berhenti pada tingkat
harga Rp 58.000,00 dimana jumlah kunjungan bernilai 0. Hal ini dapat diartikan
bahwa pada harga Rp 58.000,00 tidak ada orang yang bersedia berkunjung ke
daerah ekowisata tersebut. Untuk harga yang berlaku saat ini yaitu Rp 2.000,00
Rp 16.428.129,00 setiap tahunnya dimana nilai tersebut hanya diperoleh dari hasil
penjualan tiket saja belum termasuk biaya lain yang dikeluarkan pengunjung
36
oleh pembeli untuk suatu produk dan adanya kesediaan membayar. Surplus
barang dengan tingkat harga rendah yang sama (Pomeroy, 1992). Berdasarkan
analisis data, pada kondisi aktual luas kawasan yang dimanfaatkan sebanyak 0.5ha
sebesar
NE = SK + PD
= Rp 80.544.113,00+ Rp 16.428.129,00
= Rp 96.972.243,00
biaya perjalanan sebagai representasi dari nilai atau harga lokasi kunjungan
tersebut. Jika lokasi kunjungan adalah barang lingkungan maka besarnya biaya
perjalanan itu akan dipandang sebagai nilai yang diperoleh oleh penyediaan
barang lingkungan tersebut (Yunu, 1999). Nilai ekonomi suatu kawasan dapat
37
tersebut.
1. Karakteristik Responden
berjumlah 51 orang dengan cakupan usia 13-16 sebanyak 9 orang, usia 17-26
sebanyak 35 orang, usia 27-36 sebanyak 6 orang, dan usia 37-46 sebanyak 1
orang,. Data responden tersedia dalam lampiran. Responden didominasi oleh pria
persentase responden yang mewakili didominasi oleh pria dan kelompok umur 17-
26 tahun, hal ini mungkin disebabkan karena pria lebih senang menghabiskan
waktu untuk rekreasi di alam sementara wanita tidak terlalu menyukai jenis
rekreasi ini. Sementara pada kelompok umur 17-26 kemungkinan didorong oleh
keinginan untuk bepergian serta didukung oleh kondisi keuangan yang mencukupi
dan waktu yang tersedia. Data tabulasi umur dan jenis kelamin responden terdapat
38
SMP sebanyak 6 orang dimana mereka adalah pengunjung yang berasal dari desa
kurang atau sama dengan Rp 0,00 sebanyak 33 orang kemudian diikuti oleh
39
prasarana untuk memenuhi kebutuhan ekowisata pada kawasan ini masih perlu
kondisinya kurang baik serta minimnya air bersih. Pada kawasan ekowisata dapat
dijumpai tempat ibadah namun tidak tersedia air bersih untuk memenuhi
banyak nyamuk. Kondisi ini memang hal yang biasa dijumpai di kawasan hutan
diperoleh bahwa hanya sebanyak 52% responden yang puas terhadap pelayanan
dan 48% lainnya hanya memberi penilaian cukup puas. Data tabulasi preferensi
Tabel 16. Tabulasi preferensi serta tanggapan responden terhadap kenyamanan dan
pelayanan petugas
No. Preferensi Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1 Menyukai 36 70
2 Cukup menyukai 15 30
No. Kenyamanan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1 Nyaman 35 68
2 Cukup nyaman 16 32
No. Pelayanan Petugas Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1 Memuaskan 27 52
40
oleh kelompok swadaya masyarakat yang bernama kelompok tani dan nelayan
Bakau Mas. Kelompok swadaya ini diketuai oleh Rukun Karo-karo dengan
anggota sekitar 20 kepala keluarga yang bekerja sebagai nelayan maupun petani.
Ekowisata ini dulunya merupakan kawasan hutan yang dijaga sebagai hutan desa.
Namun beberapa tahun terakhir ada oknum tertentu yang mengambil sedikit demi
sedikit hasil hutan kayu dari kawasan ini dan sebagian lahannya dimanfaatkan
sebagai tambak.
yang perlahan mulai habis, sehingga mereka berinisiatif untuk membuat kawasan
kawasan tersebut sebagai kawasan ekowisata maka kondisi dan keutuhan hutan
kawasasan tersebut.
2016, dimana terdapat civitas akademik dari Universitas Sumatera Utara yang
sepanjang 500 meter di dalam kawasan mangrove, selain itu juga terdapat
41
yang legal dikarenakan adanya perbedaan pandangan antara kelompok Bakau Mas
wahana untuk berwisata alam. Selain memperoleh aspek estetika, karbon, dan
adanya kawasan ekowisata ini. Pembangunan yang minim akibat kurangnya dana
mengakibatkan kawasan ini kurang dimasimalkan potensinya baik dari segi luas
sebagai nelayan dan petani. Hal ini ditengarai oleh kondisi wilayah yang terletak
kolam pancing dan rumah makan di dalam kawasan untuk meningkatkan minat
ekowisata mangrove. Hal ini perlu dinilai lebih lanjut apakah kegiatan
ekowisata mengingat bahwa suatu kawasan mempunyai batas daya dukung juga
42
fasilitas untuk disediakan dalam kawasan mangrove. Fasilitas berupa sarana dan
- Jalan, beberapa bagian badan jalan dipengaruhi oleh pasang surut air laut
sehingga pada saat kondisi pasang kendaraan tidak dapat melewati jalan
- Toilet dan penyediaan air bersih, pada kawasan ekowisata hanya terdapat
- Perahu, salah satu spot menarik pada kawasan ekowisata adalah sungai
hutan mangrove.
Gambar 8. Sungai yang terdapat pada kawasan ekowista dapat dijadikan sebagai salah
satu potensi kegiatan ekowisata di Bakau Mas
43
diketahui potensi, kendala, dan sintesis. Potensi adalah segala hal di dalam dan
estetika tapak yang merupakan daya tarik utama dalam pengembangan kawasan
ekowisata. Sintesis merupakan pemanfaatan potensi yang ada pada tapak dengan
baik dan mengendalikan kendala atau masalah-masalah yang ada dari hasil
Tabel 17. Potensi dan kendala lanskap ekowisata mangrove di Bakau Mas
No. Unsur Lanskap Potensi Kendala Sintesis
1 Lokasi dan tata Lokasi mudah dijangkau • Pemanfaatan Memanfaatkan
guna lahan dan dapat dikembangkan kawasan sebagai kekayaan
beberapa macam wisata ekowisata belum sumberdaya
maksimal dari alam dan kawasan
segi luas dengan
• Ruang meningkatkan
penerimaan pembangunan
untuk kegiatan sarana dan prasana
ekowisata kegiatan ekowisata
kurang luas dan
kurang layak
44
45
pengetahuan tentang ekosistem mangrove. Obyek utama pada wisata ini adalah
ekowisata selain memberi hasil hutan kayu diharapkan dapat memberi pengertian
pentingnya ekosistem mangrove bagi habitat flora dan fauna, kegunaan mangrove
sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon, kegunaan hasil hutan non kayu
sebagai bahan makanan atau sebagai bahan obat-obatan, zonasi mangrove sebagai
akan ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada insentif
46
beberapa sarana dan prasarana untuk pelayanan wisatawan. Semua fasilitas harus
dirancang dan ditempatkan dengan baik agar tidak mengganggu bentang alam dan
diketahui daya dukung kawasan untuk perencanaan tata ruang. Daya dukung
secara fisik rencana lanskap ekowisata Bakau Mas adalah sebagai berikut:
8 jam maka perputaran pengunjung dapat dilakukan sebanyak 2 kali per hari.
47
22 orang per harinya. Pihak pengelola perlu melakukan suatu usaha untuk
tapak yang baik dan benar. Hal ini akan menentukan keberhasilan pengelolaan
48
pengunjung. Pada rencana 1 ruang penerimaan dimulai dari pertigaan jalan utama
sampai ke ruang pelayanan. Ruang penerimaan hanya berupa jalan yang akan
dilalui oleh pengunjung untuk mencapai ruang pelayanan. Pada gambar 7 ditandai
mencapai ruang dalam kegiatan ekowisata. Jalur yang sudah tersedia berupa tanah
dan kerikil yang dipadatkan sudah cukup baik namun terdapat beberapa bagian
yang masih terpengaruh pasang surut air laut. Untuk perbaikannya perlu dinilai
ketinggian jalan yang tepat agar akses terbebas dari rendaman air. Pada rencana 1,
terdapat tiga jenis jalur sirkulasi yang akan digunakan untuk kegiatan ekowisata
diantaranya boardwalk yang ditandai dengan garis berwarna kuning, jalan setapak
yang ditandai dengan warna hitam serta jalur sungai yang ditandai dengan warna
ungu pada gambar 7. Boardwalk yang sudah tersedia pada kondisi terkini tetap
digunakan sebagai akses untuk ekowisata ditandai dengan garis berwarna biru
pada gambar 7.
dari boardwalk yang sudah tersedia pada kondisi terkini dilanjutkan ke arah timur
dengan jalur darat.Perputaran pengunjung dimulai dengan jalan setapak dari ruang
pelayanan kearah selatan yang ditandai warna hitam pada gambar 7 menuju
boardwalk yang tersedia pada kondisi terkini yang ditandai dengan warna biru.
50
warna kuning menuju arah timur dan berakhir pada jalan setapak yang terdapat
pada arah utara. Jalan setapak ini digunakan untuk kembali ke ruang pelayanan.
pelayanan kearah selatan yang ditandai dengan garis berwarna hitam melewati
boardwalk yang ditandai garis warna biru pada gambar 7 menuju garis yang
keluar berada pada arah selatan. Di pertengahan jalur terdapat dermaga yang
memfasilitasi jalur sungai yang ditandai garis berwarna ungu pada gambar 7.
kontur dan penampakan visual daerah yang kering atau tidak terendam air dan
kosong atau tidak ditumbuhi mangrove. Jalan dipilih memotong kontur dan
diusahakan bukan merupakan bagian terluar dari kontur. Hal ini untuk
menghindari jalan terpengaruh pasang surut. Bagian yang kering dan kosong
tabel 18.
Tabel 18. Rencana jenis dan panjang jalur ekowisata Bakau Mas bagian 1
Jenis Jalur Panjang Jalur (m)
Boardwalk 2310,58
Jalan Setapak 1318,31
Jalur Sungai 1721,13
Total 5632,54
Sumber : Digitasi pada Google Earth
51
Pada rencana 1 ruang pelayanan dipilih lahan bekas tambak yang berada di
sebelah barat kawasan ekowisata. Kawasan dengan luas 1,60 ha ini dipilih karena
sarana dan prasarana yang dapat digunakan pengunjung sebagai persiapan untuk
pelayanan dengan lebar 4 meter dan tinggi 4 meter. Hal ini dimaksudkan agar
sirkulasi pengunjung yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan lancar.
ruang pelayanan.
2. Lahan parkir : parkiran diarahkan pada arah timur gerbang seluas 450 m2
umum. Lahan parkir sebaiknya dibedakan atas tiga jalur untuk masing-masing
jenis kendaraan.
pusat informasi.
52
pancingan pengunjung.
7. Toilet
- Ruang Penyangga
Ruang ini merupakan area perlindungan terhadap flora dan habitat fauna
ditandai dengan warna hijau tua pada gambar 7. Pemilihan kawasan ini dilakukan
dilakukan oleh Basyuni et al. (2017). Pengamatan secara visual melalui citra
Google Earth dan kontur kawasan juga menjadi bahan pertimbangan memilih
pengamatan visual dari citra serta terletak pada garis kontur bagian dalam dipilih
- Ruang Ekowisata
utama wisata. Ruang ekowisata tersedia seluas 42,20 ha.Kawasan ini dilengkapi
53
dan jalur air sepanjang 1721,13 meter sebagai akses untuk interpretasi kawasan
buah pada kondisi existing. Gazebo dibangun untuk memfasilitasi pengunjung jika
ingin berdiskusi atau beristirahat. Penempatan gazebo diatur memiliki jarak yang
optimal satu sama lain. Gazebo dibangun dengan ukuran 4 x 3 meter atau 3 x 3
meter tergantung kondisi lapangan. Kolam pancing disediakan pada lahan bekas
tambak yang ditandai angka 9 pada gambar 7. Kelebihan dan kekurangan pada
Tabel 19. Kelebihan dan kekurangan rencana lanskap ekowisata Bakau Mas bagian 1
No. Ruang Kelebihan Kekurangan
1 Sirkulasi Kendaraan digunakan hanya - Sebagian lahan yang digunakan
sampai ruang pelayanan jadi untuk jalan setapak merupakan jalan
tidak perlu melewati jalan yang yang digunakan penduduk sebagai
terkena pengaruh pasang surut jalan umum atau bukan merupakan
jika ingin melakukan kegiatan bagian yang dikelola sebagai
ekowisata pada saat keadaan kawasan ekowisata
pasang - Pada saat kondisi pasang,
pengunjung harus melepaskan
sepatu yang digunakan untuk
mencapai kawasan ekowisata karena
sebagian jalan akan terendam air.
2 Pelayanan - Fasilitas sarana dan prasarana - Lahan yang digunakan sebagai
seperti informasi, toilet, ruang pelayanan bukan merupakan
rumah makan, lahan parkir bagian milik ekowisata
tersedia - Lahan yang digunakan merupakan
- Lahan bebas pengaruh pasang bekas tambak sehingga perlu
surut material dan tenaga lebih untuk
maintenance atau perbaikan agar
tercipta kondisi yang diinginkan
3 Penyangga - -
4 Ekowisata Kawasan dapat dimanfaatkan Kegiatan memancing dapat merusak
secara optimal sehingga daya ekosistem kawasan jika tidak
dukung kawasan dapat ditetapkan batasan pengunjung yang
bertambah diperbolehkan untuk memancing
dalam satu hari
54
pengunjung. Pada rencana 2 ruang penerimaan ditandai dengan garis merah pada
gambar 8 yang dimulai dari simpang dari jalan utama menuju ruang pelayanan.
Ruang penerimaan hanya berupa jalan yang akan dilalui oleh pengunjung untuk
mencapai ruang dalam kegiatan ekowisata. Pada rencana 2 jalur sirkulasi tersedia
dalam jalur darat dan jalur air. Jenis dan panjang jalan tersedia dalam tabel 20.
Tabel 20. Rencana jenis dan panjang jalur ekowisata Bakau Mas bagian 2
Jenis Jalur Panjang Jalur (meter)
Boardwalk 1193
Jalan Setapak 510
Jalur Sungai 2375
Total 4078
Sumber : Digitasi pada Google Earth
interpretasi melalui boardwalk pada ujung ruang pelayanan yang ditandai dengan
garis berwarna kuning pada gambar 8. Jalur boardwalk rencana terhubung dengan
jalur boardwalk yang sudah tersedia pada kondisi terkini. Pada ujung sungai
terdapat sebuah dermaga yang untuk memfasilitasi interpretasi melalui jalur air.
Jalur boardwalk berakhir di pinggir kawasan dan disambung dengan jalan setapak
untuk kembali ke ruang pelayanan. Untuk melakukan interpretasi melalui jalur air,
tersedia sebuah dermaga di ujung ruang pelayanan. Jalur air ditandai dengan garis
56
Pada rencana 2 ruang pelayanan dipilih lahan bekas tambak dan lahan kosong
yang berada di sebelah utara kawasan ekowisata. Kawasan dengan luas 1,3 ha ini
dipilih karena dekat dengan kawasan ekowisata. Ruang pelayanan akan dibangun
1. Gerbang ekowisata : gerbang dibangun pada ujung jalan masuk menuju ruang
pelayanan dengan lebar 2 meter dan tinggi 4 meter. Jalan yang tersedia
berupa tanah hanya dapat memuat sebuah kendaraan. Jalan menuju kawasan
kemarau atau longsor saat musim hujan. Salah satu contoh adalah dengan
2. Lahan parkir : parkiran diarahkan pada lahan yang pertama dijumpai pada
bus atau sejenis kendaraan umum. Lahan parkir sebaiknya dibedakan atas tiga
57
pusat informasi.
4. Loket karcis : loket dibangun sekitar 50 meter setelah gerbang masuk untuk
pancingan pengunjung.
7. Toilet
- Ruang Penyangga
Ruang ini merupakan area perlindungan terhadap flora dan habitat fauna
hutan mangrove. Ruang penyangga pada rencana 1 dan 2 disamakan yaitu seluas
- Ruang Ekowisata
utama wisata. Ruang ekowisata tersedia seluas 42,2 ha.Kawasan ini dilengkapi
dengan jalur darat berupa jalan setapak dan boardwalk sepanjang 1703 meter dan
jalur air sepanjang 2375 meter sebagai akses untuk interpretasi kawasan
58
ingin berdiskusi atau beristirahat. Penempatan gazebo diatur memiliki jarak yang
optimal satu sama lain. Gazebo dibangun dengan ukuran 4 x 3 meter atau 3 x 3
meter tergantung kondisi lapangan. Kolam pancing disediakan pada lahan bekas
tambak yang ditandai angka 9 pada gambar 8. Kolam disediakan pada lahan bekas
tambak yang berada pada posisi terluar kawasan ekowisata. Kelebihan dan
Tabel 21. Kelebihan dan kekurangan rencana lanskap ekowisata Bakau Mas bagian 2
No. Ruang Kelebihan Kekurangan
1 Sirkulasi Lahan bebas pengaruh pasang Sebagian lahan yang digunakan untuk
surut jalan setapak merupakan jalan yang
digunakan penduduk sebagai jalan
umum atau bukan merupakan bagian
yang dikelola sebagai kawasan
ekowisata
2 Pelayanan - Fasilitas sarana dan prasarana - Lahan yang digunakan sebagai
seperti informasi, toilet, ruang pelayanan bukan merupakan
rumah makan, lahan parkir bagian milik ekowisata
tersedia - Lahan yang digunakan merupakan
- Lahan bebas pengaruh pasang bekas tambak sehingga perlu
surut material dan tenaga lebih untuk
maintenance atau perbaikan agar
tercipta kondisi yang diinginkan
3 Penyangga - -
4 Ekowisata Kawasan dapat dimanfaatkan Kegiatan memancing dapat merusak
secara optimal sehingga daya ekosistem kawasan jika tidak
dukung kawasan dapat ditetapkan batasan pengunjung yang
bertambah diperbolehkan untuk memancing
dalam satu hari
59
Kesimpulan
11,46 ha.
Saran
mengenai jasa lingkungan, hasil hutan non kayu, pengaruh terhadap ekonomi dan
masyarakat juga perlu dilakukan pelatihan untuk dapat menciptakan produk yang
60
Basyuni, M. , Yuntha B., Bejo Slamet. 2017. Identifikasi Potensi Dan Strategi
Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan
Brandan Barat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. ABDIMAS
TALENTA 1 (1) 2016: 31-38
Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Sinopsis. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dowling, R.K. and Page, S.J., 2002, Ecotourism, Prenctice Hall, London.
61
62
63
Boardwalk Boardwalk
Boardwalk
64
65