SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh :
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
17 Maret 1988 dari Ayah S.K Purba dan Ibu A. Sembiring. Penulis merupakan
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negri 4 Medan dan pada tahun 2006
lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi
di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Randu Blatung pada tahun 2010.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
kasih kepada Bapak Oding Affandi S.Hut, M.P sebagai ketua komisi pembimbing
serta Bapak Agus Purwoko S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing
penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada akhir
ujian. Khusus untuk Kepala Desa Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten
Karo Bapak Faedah Ginting yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan
khususnya manajemen hutan stambuk 2006. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat.
Rika Andriyani
Halaman
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DATAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................... 1
Perumusan Masalah................................................................................. 3
Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
Manfaat Penelitian................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan dan Kehutanan ......................................................................... 5
Hutan Rakyat ...................................................................................... 5
Deskripsi Tanaman Kemiri................................................................. 6
Budidaya Kemiri ................................................................................ 8
Kegunaan ........................................................................................... 12
Agroforestry ....................................................................................... 13
Pola Pengkombinasian Komponen Agroforestry ............................... 16
Analisis Finansial ............................................................................... 18
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu............................................................................... 21
Alat dan Bahan ................................................................................... 21
Objek dan Data Penelitian .................................................................. 21
Populasi Penelitian ............................................................................. 22
Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data............................................ 22
Pengolahan data.................................................................................. 23
Matriks Metodologi ............................................................................ 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Tiga Binanga ....................................................................... 27
Desa Perbesi ....................................................................................... 28
Karakteristik Responden ......................................................................... 29
Kemiri dengan Pola Monokultur ............................................................ 33
Kemiri dengan Pola Agroforestry dengan Tanaman Musiman .............. 34
Kemiri dengan Pola Agroforestry dengan Tanaman Tahunan................ 35
Analisis Finansial Budidaya Kemiri dalam sistem Agroforestry
dan Monokultur....................................................................................... 36
Net Present Value ............................................................................... 37
Benefir Cost Ratio .............................................................................. 38
Internal Rate of Return ....................................................................... 39
Halaman
Halaman
Halaman
2. Analisis biaya dan manfaat pola kombinasi budidaya kemiri dalam sistem
agroforestry dengan tanaman semusim jagung di Desa Perbesi......................57
3. Analisis biaya dan manfaat pola kombinasi budidaya kemiri dalam sistem
agroforestry dengan tanaman tahunan coklat di Desa Perbesi ........................58
4. Analisis biaya dan manfaat pola budidaya sistem monokultur kemiridi Desa
Perbesi ..............................................................................................................59
5. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR, dan Internal Rate of
Return (IRR) usaha kemiri dalam sistem agroforestry dengan tanaman
semusim jagung di Desa Perbesi......................................................................60
6. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR, dan Internal Rate of
Return (IRR) usaha kemiri sistem agroforestry dengan tanaman
tahunan coklat di Desa Perbesi ........................................................................61
7. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR, dan Internal
Rate of Return (IRR) usaha budidaya sistem monokultur
Kemiri di Desa Perbesi.....................................................................................62
Latar Belakang
kawasan hutan sangat penting karena hutan merupakan sumber kehidupan antara
hutan nasional. Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh dimasukkannya hitungan
potensi hasil hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri. Keyakinan
negara secara pasti, baik yang berasal dari hutan alam maupun tanaman.
bentuk perhatian dan langkah tindak yang mengarah kepada peningkatan kinerja
kemiri dikenal sebagai penghasil biji yang dimanfaatkan untuk bumbu masak,
bahan baku industri seperti cat, pernis, sabun, pengawet kayu, pembuatan lilin,
Kayu kemiri ringan (berat jenis kering udara 0,31) dengan kelas awet V
dan kelas kuat IV, dapat dibuat kayu lapis, peti, korek api, dan peralatan rumah
tangga karena mempunyai sifat pengerjaan yang mudah. Kulit biji (cangkang)
pengolahan minyak dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman
karena mengandung unsur NPK yang cukup tinggi. Selain itu pohon kemiri dapat
berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah dan air terutama di Daerah Aliran
merupakan komoditi yang mempunyai prospek pasar yang cukup luas, baik di
dalam maupun di luar negeri. Kemiri mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai
bahan produk mulai dari penyedap makanan sampai bahan baku industri dan
perabot rumah tangga. Produk kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak,
obat-obatan, minyak kemiri untuk perawatan rambut dan kecantikan, bahan baku
industri sabun dan cat, kayu bakar, korek api, perabot rumah tangga, papan
Prospek yang baik terhadap permintaan kemiri dari dalam dan luar negeri
pendapatan petani. Penurunan jumlah areal tersebut diduga disebabkan oleh sikap
petani kemiri yang tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri, sehingga
menjadi lahan tanaman semusim seperti jagung dan tanaman tahunan seperti
coklat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan kajian analisis finansial
terhadap permintaan kemiri dari dalam dan luar negeri belum atau tidak dibarengi
penurunan jumlah areal tersebut diduga disebabkan oleh sikap petani kemiri yang
menjadi lahan pertanian lain yang lebih menguntungkan. Menurut Sunanto (1994)
tahun 1988 luas areal tanaman kemiri di Sumut mencapai 5095 hektar dengan
produksi 2.385 ton. Kemudian di tahun 1989 luas arealnya naik 4,2 % (5310 ha)
dan kenaikan produksi 2,5% (2445 ton). Tahun 1990 terjadi lagi kenaikan luas
areal dan produksinya mencapai 25,2% (6649 ha) dan 24,1% (8345 ton). Namun
pada tahun 1991 terjadi penurunan sebesar 53,1% (3123 ha) luas areal, dan
Meskipun kontribusi kemiri saat ini terhadap total pendapatan rumah tangga
Kabupaten Karo juga mengalami pengurangan areal hutan rakyat kemiri. Pada
umumnya areal hutan kemiri dikonversi menjadi lahan tanaman pertanian. Atas
monokultur.
Manfaat Penelitian
secara finansial.
kelayakan finansial.
berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Dari sudut pandang
ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal dalam jangka panjang yang
sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dari sudut
terdiri atas, pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama
kuat atau seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi dan
Hutan Rakyat
mengatasi masalah sosial ekonomi dan lingkungan hidup, selain itu pengaruh
positif yang lain adalah terpeliharanya sumberdaya alam (konservasi tanah dan
air) sehingga meningkatkan daya dukung lahan bagi penduduk dan ikut serta
berbagai jenis tanaman memungkinkan pemetikan hasil secara terus menerus dan
bahwa hutan rakyat sampai saat ini diusahakan oleh masyarakat di pedesaan,
desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masing-
masing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada
perekonomian desa. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan
sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih
dari 10% pendapatan total yang mereka terima. Hal ini disebabkan karena
pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan. Usaha hutan
rakyat pada umumnya dilakukan oleh keluarga petani kecil biasanya subsistem
tahunan. Umur produktif tanaman ini 25 - 40 tahun. Tanaman ini termasuk dalam
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopphyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak
dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat
memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang
dari Malaysia. Tanaman ini menyebar dari sebelah timur Asia hingga Kepulauan
atau buwa kare sedangkan di Jawa, disebut midi, pidekan, miri, kemiri, atau
luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemiri mempunyai nilai ekonomi
tinggi sebagai bahan produk mulai dari penyedap makanan sampai bahan baku
industri dan perabot rumah tangga. Produk kemiri dapat dimanfaatkan sebagai
kecantikan, bahan baku industri sabun dan cat, kayu bakar, korek api, perabot
rumah tangga, papan pengepak, pulp, dan vinir kayu lapis (Yusran, 2005).
Budidaya Kemiri
Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-
tanah berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-
tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah
latosol. Pohon kemiri tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m di
atas permukaan laut, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada
ketinggian sampai 1200 m di atas permukaan laut. Tanaman kemiri dapat tumbuh
pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan yang bertebing yang
curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-
daerah yang beriklim kering dan daerah-daerah yang beriklim basah. Dengan
hujan 1500 - 2400 mm per tahun dan pada suhu 200 – 270C.
a. Penyiapan lahan
Lahan yang akan dipakai untuk budidaya tanaman kemiri harus bersih dari
gulma dan dari tanaman yang tidak bermanfaat. Sebab gulma tersebut dapat
sedangkan bila untuk menghasilkan kayu untuk pulp, jarak tanamnya lebih
rapat yaitu 4 x 4 m.
pengajiran harus lurus muka, belakang dan kesamping kiri kanan. Pada ajir
sebagian tanah galian lapisan atas harus dipisahkan. Kemudian tanah galian
ditimbun dengan campuran media di atas, dan bibit dapat segera ditanam. Bila
Lahan yang akan digunakan untuk usaha budidaya kemiri sebaiknya bersih
lubang tanam yang baik untuk tanaman kemiri adalah 60 x 60 x 60 cm. pada
saat menggali lubang tanaman, sebagian tanah galian lapisan atas harus
- Pada lubang-lubang tanam yang telah diiisi dengan tanah dan pupuk
satu sisinya. Pada saat membuka polibag diusahakan agar perakaran tidak
rusak.
media tumbuh ketika masih dalam polibag sama dengan permukaan media
saat musim kemarau, tanaman kemiri pada umur tersebut perlu disiram
tanaman yang terserang oleh hama tersebut. Dengan cara kimiawi adalah
Kegunaan
Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur yang juga memiliki
kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri sedikit beracun ketika mentah.
Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan
Kemiri yang sudah matang dijadikan pasta digunakan sebagai sabun dan
shampoo.
Agroforestry
atau diantara tanaman hutan. Adapun hakekatnya adalah upaya menanam tanaman
budidaya diantara tanaman hutan sebagai tanaman pokok atau tanaman utama.
istilah kolektif (collective term) dari berbagai bentuk pemanfaatan lahan terpadu
communities).
tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman
tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada
komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi
menurut Huxley (1999) dalam Sundawati (2008). Sistem agroforestry tidak hanya
sistem agroforestry yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara
diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan
demikian kajian agroforestry tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan
biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah
dari waktu ke waktu, sehingga agroforestry merupakan cabang ilmu yang dinamis
(Arifin, 2003).
(tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops).
Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna atau pohon dalam rangka fungsi
memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi (dalam hal ini bersifat
ketergantungan) dapat dilihat dari produksi kakao yang menurun tanpa kehadiran
pohon gamal.
sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: Pohon atau
perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi
terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and
pada ruang dan waktu yang sama misalnya penanaman rumput hijauan ternak di
unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem
permudaan alam dan satwa liar. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah
jenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atau
regenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan. Jawa
maupun di luar Jawa. Contoh praktek agrosilvopastura yang luas diketahui adalah
ataupun secara tata ruang (spatial arrangement). Kombinasi yang ideal terjadi bila
seluruh komponen agroforestry secara terus menerus berada pada lahan yang
sama. Akan tetapi secara alami (atau seringkali atas dasar alasan ekonomi),
perubahan musim sesuai dengan ritme tahunan, suksesi tertentu akibat dari
gangguan atau perlakuan manusia secara periodik atau sporadik. Sebagai contoh
telah dikemukakan, bahwa satwa-satwa liar yang berperan pada proses regenerasi
dan penyebaran kebun hutan tradisional tidak berada sepanjang waktu dalam
sistem, tetapi sebagian ada yang bersifat musiman (saat musim buah).
ketergantungan.
sama lain guna memperoleh cahaya, air, hara, ruang hidup, input kerja, lahan,
capital dan lain sebagainya. Persaingan ini tidak dapat dideteksi secara langsung,
namun dapat diduga secara tidak langsung. Misalnya, tanaman tertentu menjadi
perantara parasit bagi tanaman lain, pohon sebagai tempat sarang burung-burung
2. Melengkapi (complementary)
keseluruhan biotop atau produksi secara lebih baik melalui dua strata atau lebih
sekaligus. Secara kuantitatif, misalnya produk sejenis yang diperoleh dari satu
3. Ketergantungan (dependency)
jenis binatang tertentu juga hanya dapat hidup pada padang pengembalaan. Di
Afrika, telah dikenal bahwa sistem akan rusak apabila tidak ada keseimbangan
pemakan rumput pendek hanya mau mendekati makanannya, bila rumput tidak
terlampau tinggi.
meraih secara optimal tujuan yang diinginkan dalam upaya pemanfaatan lahan
Analisis Finansial
dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan.
(1 i)
t n
Bt Ct Bt – Ct > 0
t 0
(1 i)
t
t n
Bt Ct
1. Benefit Cost Ratio (BCR) =
Bt – Ct < 0
t 0
t
Dimana :
t = Periode waktu
ditunjukkan dalam persentasi. Dalam hal ini nilai IRR merupakan tingkat
bunga di mana nilai manfaat sama dengan nilai biaya. IRR merupakan
i2 i1
NPV1
NPV1 NPV2
Internal Rate of Returns (IRR) = i1 +
Dimana :
IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek
NPV1 = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku bunga tertentu
NPV2 = Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu
Positif
Negatif
investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value,
pada tingkat bunga yang ditentukan. Nilai positif NPV dari satu sistem
ekonomi (analisis ekonomi), yaitu harga barang dan jasa yang mencerminkan
(1 i)
t n
Bt Ct
Net Present Value (NPV) =
t 0
t
Dimana:
t = Periode waktu
Hasilnya:
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
lapangan.
Pengumpulan Data
Data penelitian
Data penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi masyarakat,
bentuk pengelolaan tanaman kemiri, dan hasil penelitian yang terkait dengan
tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah
kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi
Perbesi, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo yang memiliki lahan tanaman
kemiri. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki lahan
a. Data primer
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi
1. Kuisioner
dengan penelitian.
3. Observasi
4. Studi Pustaka
dalam penelitian.
Pengolahan Data
a. Analisis Deskriptif
studi pustaka. Data yang terkumpul dari hasil kuisioner dinyatakan dalam
dan pendidikan serta data pengolahan berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja
tabulasi.
b. Analisis Finansial
produksi, produksi/ volume hasil, harga jual komoditi, dan pendapatan dari
besarnya nilai NPV, BCR dan IRR dengan menggunakan rumus sebagai
Value, yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun
(1 i)
t n
Bt Ct
NPV =
t 0
t
Dimana:
t = Periode waktu
Hasilnya:
manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah
ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi
cukup menguntungkan.
(1 i)
t n
Bt Ct
Bt – Ct > 0
t 0
(1 i)
t
t n
Bt Ct
BCR =
Bt – Ct < 0
t 0
t
Dimana :
t = Periode waktu
i2 i1
NPV1
NPV1 NPV2
IRR = i1 +
Dimana:
IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek.
NPV2 = Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu.
Tujuan Studi Pokok Data kunci Sumber dan Hasil yang diharapkan
Bahasan Metode
1. Menjelaskan Pola Model Kuisioner, - Mengetahui pola
pola Pengelolaan agroforestry wawancara monokultur kemiri.
pengelolaan Tanaman yang diterapkan mendalam, - Mengetahui pola
tanaman Kemiri tanaman observasi dan kombinasi
kemiri baik secara semusim atau studi pustaka. agroforestry kemiri
secara monokultur tahunan yang dengan tanaman
monokultur dan ditanam bersama musiman.
dan agroforestry. dengan kemiri. - Mengetahui pola
agroforestry. kombinasi
agroforestry kemiri
dengan tanaman
tahunan.
2. Analisis Analisis Analisis finansial Kuisioner, - Mengetahui nilai
Finansial Finansial. kemiri dalam wawancara analisis finansial
dengan sistem mendalam, kemiri dalam pola
budidaya penanaman observasi dan monokultur dan
Provinsi Sumatera Utara. Luasnya adalah 160,38 Km2 dengan jumlah penduduk
kurang 600-700 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 190 C dengan rata-
Berpenduduk sekitar 2.000 orang. Desa Perbesi terbagi dalam 5 wilayah, yaitu :
Rumah jahe, Rumah Tengah, Muham, Depari, Berahmana. Kampung ini salah
satu kampung yang sudah tua, dari kisah-kisah atau cerita kuno rakyat Karo sering
disebut Desa Perbesi. Kampung ini, ditinggali oleh Marga Sebayang pada dua
wilayah (Rumah Jahe dan Rumah Tengah) dan tiga wilayah Sembiring
(Berahmana, Depari dan Muham). Desa Perbesi merupakan desa asal Marga
pertanian tanah kering atau berladang, walaupun kampung ini dialiri oleh sungai
Banyak hal menarik tentang budaya karo yang masih hidup di kampung
tahun adalah salah satu budaya karo yang masih dipelihara dan dapat dibilang
salah satu pesta budaya terbesar di Tanah Karo. Luas desa Perbesi adalah 17 Km2.
Binanga
lain: umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan. Rata-rata
71
4 61 – 70 5 16.6
5 4 13,3
Jumlah 30 100
(26,6 %), kelompok usia antara 51 – 60 tahun (30%), 61 - 70 tahun (16,6%) dan
pada Tabel 4.
yang mempunyai anggota keluarga yang banyak memiliki arti penting dalam
jumlah orang yang membantu bekerja pada budidaya sehingga akan mengurangi
Tabel 6.
sebanyak 7 orang (23,3%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (3,33%). Hal
Luas lahan yang diusahakan petani untuk menanam kemiri dalam sistem
orang (20%). Dengan kondisi luas lahan seperti di atas maka para petani yang
sedang. Lahan ini merupakan lahan milik sendiri yang didapatkan dari warisan
keluarga.
Batak Karo dengan garis keturunan patrinial, yaitu garis keturunan mengikuti
ayah dengan satuan sosial keluarga luas. Biasanya lahan diwariskan kepada anak
laki-laki yang sudah menikah dan lahan tersebut dapat dijual. Sehingga pada
umumnya masyarakat tidak mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena mereka
Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman
non kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Jenis tanaman yang ada di
lahan agroforestry dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tanaman musiman
Tanaman kemiri ini pada umumnya tumbuh di daerah dengan kelerengan yang
tinggi atau curam dan memiliki akar yang besar jika umur tanaman sudah semakin
basah atau curah hujannya tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto
(1994) yang menyatakan bahwa pohon kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik
dengan ketinggian 0 – 1200 meter di atas permukaan air laut dan memiliki curah
(kandang) atau pupuk anorganik (kimia) yaitu pupuk KCL dan TSP. Setelah
tanaman kemiri berumur di atas 3 tahun petani tidak lagi memberikan pupuk pada
tanaman kemiri. Mereka hanya memberikan pupuk pada tanaman semusim saja
karena menurut mereka tanaman kemiri walaupun tidak diberikan pupuk dapat
pelengkap saja atau tanaman yang memenuhi kebutuhan petani sehari-hari karena
Tanaman semusim ini biasanya ditanam dalam jumlah yang kecil saja. Hal ini
adalah komponen sementara yang muncul pada saat penanaman kembali pohon.
Tanaman musiman ditanam biasanya pada saat kemiri sudah besar atau
pertanian, hal ini karena waktu persiapan lahan untuk menanam kemiri dan
tanaman semusim berbeda dan karena kemiri merupakan tanaman dengan ukuran
ketergantungan.
dengan tanaman tahunan coklat ini adalah reaksi secara kauntatif yaitu
memperoleh berbagai produk dari satu lahan secara bergantian dalam jangka
waktu tahunan. Secara tata waktu kombinasi ini dapat dikatakan merupakan
kemiri ditanam secara teratur dengan tanaman tahunan coklat karena penanaman
secara sengaja. Penyebaran kemiri dalam pola ini adalah penyebaran secara
vertikal dimana kemiri dan tanaman tahunan coklat tersebar pada sebidang lahan
karena terdiri dari 2 jenis tanaman yang memiliki nilai komersial yang tinggi.
manfaat. Besar kecilnya keuntungan atau benefit yang diperoleh tergantung dari
atau tidak.
finansial. Analisis biaya dan manfaat budidaya kemiri rakyat dalam sistem
pola tanam monokultur. Pola kombinasi ini ditunjukkan pada lampiran yang
mampu memberikan prospek finansial yang cukup baik, yang dilihat dari berbagai
kriteria finansial yaitu NPV, BCR dan IRR pada tingkat suku bunga yang berlaku
yaitu 15%.
selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada
Tabel 9. Nilai NPV budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan
agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun
mokultur kemiri tersebut layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai positif.
nilai positif.
tanaman tahunan tersebut layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai positif.
dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai
BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan.
Tabel 10. Nilai BCR budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan
agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun
Pola BCR
untuk diusahakan.
Tabel 11. Nilai IRR budidaya kemiri rakyat dalam sistem monokultur dan
agroforestry di Desa Perbesi selama 15 tahun
ternyata hasil analisis IRR menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 27,386%. Ini
diusahakan.
ternyata hasil analisis IRR menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 26,5314%. Ini
diusahakan.
yang layak dibandingkan dengan pola monokultur kemiri, dilihat dari parameter
NPV, BCR dan IRR. Nilai NPV yang paling tinggi adalah pada pola agroforestry
didapatkan dari tahun pertama melalui hasil panen, sedangkan benefit panen
kemiri dan tanaman tahunan didapat beberapa tahun karena membutuhkan waktu
musiman artinya manfaat ekonomi investasi ini adalah 3,35 kali lebih besar
daripada nilai biaya total pada tingkat suku bunga 15%. Tiap Rp 1 yang
agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan pola monokultur kemiri. Ketiga
pola menghasilkan BCR > 1, namun pola agroforestry kemiri dengan tanaman
musiman menghasilkan BCR yang paling besar maka budidaya kemiri rakyat
pada pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman yang paling optimal
diusahakan bila dibandingkan dengan nilai BCR pola agroforestry kemiri dengan
tanaman tahunan sebesar 1,64687 dan pola monokultur kemiri sebesar 1,0541.
Nilai IRR menunjukkan tingkat suku bunga (discount rate), berapa yang
membuat manfaat sekarang menjadi nilai negatif. Untuk mendapatkan nilai IRR
untuk pola agroforestry kemiri dengan tanaman musiman yang paling tinggi yakni
26,5314% dan terakhir pola monokultur kemiri sebesar 16,241% . Untuk pola
agroforestry kemiri dengan tanaman musiman, nilai NPV positif berada pada
tingkat suku bunga 27 % sedangkan NPV yang negatif pada tingkat suku bunga
28% (lampiran), sehingga hasil IRR = 27,386%. Artinya pada saat tingkat suku
bunga sebesar 27,386% nilai NPV = 0. Budidaya ini layak karena IRR dari pola
kombinasi agroforestry kemiri dengan tanaman semusim yang diperoleh > dari
musiman menghasilkan nilai NPV, NPV dan IRR yang lebih tinggi dibandingkan
pola agroforestry kemiri dengan tanaman tahunan dan juga jika dibandingkan
dengan pola monokultur kemiri. Hal ini terjadi karena pada pola agroforestry
petani dalam satu Ha, selain itu juga karena petani telah melaksanakan kombinasi
Kesimpulan
dan pola agroforestry dengan dua pola yakni agroforestry kemiri dengan
2. Hasil analisis finansial nilai NPV, BCR, IRR pola agroforestry kemiri dan
monokultur adalah
1,0541.
Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga yaitu antara kombinasi tanaman kemiri
dengan tanaman musiman. Dan disarankan untuk menambah lagi lokasi penelitian
agroforestry.
Agustian, A dan Iwan S.A. 2008. Analisis Perkembangan Harga dan Rantai
Pemasaran Komoditas Cabai Merah di Provinsi Jawa Barat. Pusat
Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pertanian: Jawa Barat.
http://pse.litbang.deptan.go.id. [18 Desember 2010]
Sardjono, M.A, Tony. D, Hadi. S. A dan Nurheni. W. 2003. Klasifikasi Dan Pola
Kombinasi Komponen Agroforestri. Error! Hyperlink reference not
valid. Januari 2011]
PENGENALAN TEMPAT
Dusun
Desa Perbesi
Kecamatan Tiga Binanga
Kabupaten Karo
Propinsi Sumatera Utara
No urut sampel
PETUGAS
Enumerator
Tanggal
1. Nama/Usia :
2. Jenis Kelamin :
3. Suku :
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan utama :
7. Pekerjaan sampingan :
10. Alamat :
1. Berapa luas total lahan yang Bapak miliki? .............................Ha (atau satuan
lain)
d. Lainnya
a. Ya b. Tidak
alasannya................................................................................................
..............................................................................................................................
lahannya?....................................................
8. Sejak kapan hutan rakyat yang Bapak miliki dikembangkan (ditanam pertama
kali) ......................
A. Persiapan lahan
c. Lainnya ………………………………….
................................................orang
……………………………………
a. Ya b. Tidak
..................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
f. lainnya …………………................................
d. Lainnya…………………....
…………………………………………....................................................................
..................................................................................................................................
a. ......................................................................
c. Lainnya ………………………………………………
c. Lainnya ………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
9. Selain hama dan penyakit, apa saja yang lain yang menjadi ancaman tanaman?
c. Lainnya ………………………………………………
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
12. Apakah ada perlakukan khusus dalam pemeliharanan tanaman? Jika ada tolong
jelaskan:
…………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………….
13. Apa jenis kegiatan dalam pemeliharaan lahan dan berapa biayanya?
e. Lainnya f. Gabungan.......
Frekuensi
Panen
4. Bagaimana perubahan produksi utaman dari hutan rakyat selama lima tahun
terkahir
5. Jika terjadi penurunan produksi, tindakan apa yang dilakukan agar produksi
....................................................................................................................................
ikat
Besarnya
produksi
7. Apa jenis kegiatan dalam pemanenan hasil hutan dan berapa biayanya?
c. lainnya ………………………………
hutan rakyat (seperti IPKTM = Ijin Pemanfaatan Kayu pada Tanah Milik) ?
a. Ya b. Tidak
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
15. Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pembuatan izin tersebut, jelaskan?
............................................................................................................................
a. Ya b. Tidak
17. Jika "Ya", berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan ijin tersebut?
Rp................................
18. Apakah ada aturan adat dalam pemanfaatan produksi hasil dari hutan rakyat
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
tersebut?...................................................................
a. Ya b. Tidak
4. Jika "Ya", berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan surat (ijin)
tersebut? Rp................................
a. Langsung ke konsumen
NET BENEFIT -2310 -2230 -2230 -2030 770 1150 2130 2130 1150 1150 2130 2130 2550 5910 6750 9550
NET BENEFIT -4210 -4130 -4130 -3330 1500 3650 5445 5725 9750 9750 11795 14295 15550 19850 21350 23950
NET BENEFIT -3610 -2870 -2870 -2270 1005 2330 3030 5530 7550 7550 8750 9750 10550 13450 14050 16050
BCR = PV(B)/PV©
Hasil = 1.0541
BCR =
PV(B)/PV©
Hasil = 3,35432
BCR =
PV(B)/PV©
Hasil = 1,64687