SKRIPSI
OLEH
OLEH:
ANNISA RIZKIA POHAN
160304076
AGRIBISNIS
SKRIPSI
OLEH:
ANNISA RIZKIA POHAN
160304076
AGRIBISNIS
Diketahui Oleh:
Komisi Pembimbing
Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi usaha pascapanen jahe
ekspor dalam satuan rupiah dan US dollar, pendapatan usaha pascapanen jahe
ekspor dalam satuan rupiah dan US dollar, biaya sumberdaya lokal usaha
pascapanen jahe ekspor dalam satuan rupiah, biaya sumberdaya impor usaha
pascapanen jahe ekspor dalam US dollar, kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor
serta daya saing usaha pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian.
The analytical methods used to analyze the production cost, the income, the
domestic resources cost and the imported resources cost are financial analysis, to
analyze the business feasibility is benefit cost ratio analysis (𝜋/c or capital
productivity) and Break Even Point (BEP) and also to analyze the business
competitiveness is the domestic resource cost method.
The result of the research indicates that Simalungun production exported
ginger postharvest business in the study area is providing benefits and worth
doing, and it is also feasible to do the export and it has an ability to compete in
international markets.
ii
1998. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang merupakan putri
dari Bapak Drs. H. Ahmad Pohan dan Ibu Dra. Hj. Raisah Sembiring.
tahun 2004.
jalur SBMPTN.
3. Menjadi praktikan terbaik di Laboratorium Ilmu Usaha Tani pada tahun 2018.
iii
PT. Manulife Asset Mangement bekerja sama dengan Yayasan Karya Salemba
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kelayakan dan Daya
Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
materi, nasihat dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta M.P. selaku ketua komisi pembimbing yang
3. Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang
4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi
administrasi.
8. Saudara kandung penulis yaitu Abangnda Fauzi Rahim Pohan, S.P. yang
Kesuma Nasution, S.H. dan Parsaulian Marbun, serta seluruh sahabat yang
10. Kerabat-kerabat terkasih yang tergabung dalam grup Girl Squad Junior,
Anti Wacana Club serta Avangers Bahorok yang telah menjadi rekan
'Aalamiin.
vi
Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala
amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.
Aamiiin Ya Rabbal 'Aalamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga penulis menerima
saran maupun kritik yang membangun. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini
berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis
Penulis
vii
ABSTRAK .............................................................................................................. i
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
xi
xii
No. Judul
1 Karakteristik Pengusaha Sampel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun
2 Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
3 Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US Dollar
4 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen
Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah
5 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen
Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
6 Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
7 Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US Dollar
8 Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada
Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan Rupiah
9 Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada
Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan US Dollar
10 Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
11 Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
12 Total Penerimaan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US Dollar
13 Total Pendapatan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US Dollar
14 Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya Impor
Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi
15 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit Cost Ratio (𝜋/c)
16 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point
xiii
xiv
perekonomian dan pembangunan Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari perannya
tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri dalam skala
lebih terhadap sektor pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan
peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat
peraturan menteri (Tandjung, 2011). Salah satu jenis barang ekspor sektor non-
daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Tanaman biofarmaka
disebut juga dengan tanaman obat. Tanaman obat merupakan tanaman yang salah
1
Universitas Sumatera Utara
satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang
ramuan obat ada tiga cara yaitu diminum, ditempelkan, atau dibasuhkan dengan air
pencuci. Penggunaan dengan cara diminum biasanya untuk pengobatan organ tubuh
bagian dalam, sedangkan dua cara lainnya untuk pengobatan tubuh bagian luar
produksi tertinggi dalam satuan rimpang di Indonesia dari tahun 2016 sampai tahun
2018 adalah tanaman jahe. Pada tahun 2016, produksi tanaman jahe mencapai
340.341.081 rimpang. Pada tahun 2017, diperoleh produksi tanaman jahe sebesar
216.586.662 rimpang. Sedangkan pada tahun 2018, jumlah produksi tanaman jahe
namun posisi tanaman jahe yang merupakan tanaman biofarmaka dengan tingkat
biofarmaka lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jahe merupakan tanaman
Pada tabel berikut ini, dapat dilihat besarnya angka volume ekspor dan nilai FOB
yang berarti nilai yang dilakukan oleh penjual pada saat melakukan penyerahan
Tabel 2. Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Menurut Negara
Tujuan Tahun 2018
No. Negara Tujuan Volume (kg) Nilai FOB (USD)
1 Jepang 406.995 962.171
2 Malaysia 1.018.525 483.732
3 India 503.500 384.493
4 Britania Raya 66.453 358.183
5 Jerman 78.984 348.456
6 Negara Lainnya 1.128.662 1.114.634
Jumlah 3.203.119 3.651.669
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2019
jahe ke beberapa negara, diantaranya yaitu Jepang, Malaysia, India, Britania Raya
dan Jerman. Negara tujuan dengan volume ekspor terbesar pada tahun 2018 adalah
Malaysia dengan volume sebesar 1.018.525 kg. Negara tujuan dengan nilai FOB
tertinggi pada tahun 2018 adalah Jepang yaitu sebesar USD 962.171. Pada tahun
2018, jumlah volume ekspor jahe dari Indonesia adalah 3.203.119 kg dengan
Tabel 3. Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2015-2019
No. Tahun Volume (kg) Nilai FOB (USD)
1 2015 1.313.058 714.486
2 2016 752.929 143.011
3 2017 779.290 185.014
4 2018 1.306.346 2.186.846
5 2019 2.033.240 1.084.513
Jumlah 6.184.863 4.313.870
Rata-rata 1.236.972,6 862.774
Sumber: Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, 2020
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa volume ekspor dan nilai FOB tanaman
jahe di Sumatera Utara dari tahun 2015 sampai tahun 2019 mengalami fluktuasi.
Volume ekspor tanaman jahe dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan.
Sedangkan, dari tahun 2016 hingga tahun 2019 volume ekspor jahe mengalami
tahun 2019 dengan jumlah sebesar 2.033.240 kg. Volume ekspor tanaman jahe
terendah diperoleh pada tahun 2016 yaitu sebesar 752.929 kg. Nilai FOB tertinggi
diperoleh pada tahun 2018 yaitu sebesar USD 2.186.846. Nilai FOB terendah
tanaman jahe di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera
Utara merupakan salah satu provinsi yang cukup potensial sebagai produsen
tanaman jahe di Indonesia. Pada tahun 2017, Sumatera Utara merupakan provinsi
sebesar 2,91 kg/m2. Pada tahun 2017, luas panen tanaman jahe di Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah Kabupaten Simalungun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
daerah penghasil jahe. Pada tahun 2017, Kabupaten Simalungun memiliki jumlah
disusul oleh Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Simalungun juga memiliki luas
panen tanaman jahe sebesar 845.000 m2. Produktivitas tanaman jahe di Kabupaten
Simalungun berada di urutan kelima setelah Langkat, Binjai, Mandailing Natal dan
Medan, yaitu sebesar 3,23 kg/m2. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jahe
memiliki potensi yang besar pula di pasar internasional yaitu melalui kegiatan
ekspor. Kegiatan ekspor tersebut dapat berjalan dengan baik apabila terdapat pihak
pelaku usaha yang terlibat di dalamnya. Satu-satunya pelaku usaha pascapanen jahe
ekspor produksi Simalungun yang beroperasi secara rutin adalah usaha pascapanen
milik Bapak Jamin Riaman Purba yang terdapat di Nagori Raya Bayu, Kecamatan
mengkaji kelayakan dan daya saing dari usaha pascapanen jahe ekspor produksi
Purba.
1. Berapa biaya produksi usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan rupiah
3. Berapa biaya sumberdaya lokal usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan
4. Berapa biaya sumberdaya impor usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan
penelitian
penelitian
daerah penelitian.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
4. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat dan rempah yang
berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Tanaman jahe di
dunia tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir-akhir
ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai, Afrika, India, China, Jepang,
Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia (Hapsoh et al., 2010).
Di Indonesia, jahe telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Tak heran
bila masing-masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman
berkhasiat ini. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah terbuka sampai agak
ternaungi. Tanah yang disukai jahe umumnya berbahan organik tinggi, berjenis
latosol atau andosol dan berdrainase baik. Tanaman ini dapat tumbuh sampai pada
ketinggian 900 meter dari permukaan laut, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada
ketinggian 200 - 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan curah hujan yang
Menurut Hapsoh et al. (2010), berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya
1. Jahe Gajah
Varietas jahe ini banyak ditanam masyarakat dan dikenal dengan nama
Zingiber officinale var. officinale. Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna
hijau muda, diselubungi pelepah daun sehingga agak keras. Jahe gajah
10
Universitas Sumatera Utara
Rimpang tua ini biasanya padat dan berisi. Ukuran rimpangnya 150 - 200
gram/rumpun. Ruasnya utuh, daging rimpangnya cerah, bebas luka dan bersih
dari batang semu, akar, serangga tanah dan kotoran yang melekat.
2. Jahe Putih
Jahe ini dikenal dengan nama latin Zingiber offcinale var. rubrum, memiliki
rimpang dengan bobot berkisar antara 0,5 – 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang
Kandungan dalam rimpang jahe emprit yaitu minyak atsiri 1,5 - 3,5%, kadar
pati 54,70%, kadar serat 6,59% dan kadar abu 7,39 - 8,90%. Kandungan
minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,
disamping seratnya tinggi. Jadi, ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk
Jahe merah (Zingiber officinale var. amarum) memiliki rimpang dengan bobot
antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis
dan daging rimpangnya berwarna merah jingga sampai merah. Jahe ini
memiliki kegunaan yang paling banyak dibandingkan jenis jahe yang lain. Jahe
ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan umumnya
Sudah sejak lama jahe digunakan sebagai bumbu dapur. Misalnya, jahe digunakan
dalam masakan ikan untuk menghilangkan bau amis. Aroma dan rasanya yang
khas menyebabkan penggunaan jahe untuk bumbu dapur lebih memasyarakat. Hal
ini terlihat dari banyaknya permintaan jahe sebagai bumbu dapur yang mencapai
30.000 ton per tahun (hanya untuk pasar domestik). Kebutuhan tersebut
menempati peringkat pertama dibanding kunyit, kencur, dan lengkuas yang juga
Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu sebagai obat tradisional. Jahe yang
sendi dan otot karena rematik, tonikum, serta obat batuk. Umumnya, dalam
simplisia (bahan obat yang dikeringkan). Selain kedua penggunaan jahe di atas,
jahe kering juga digunakan untuk memberi aroma dan rasa pada makanan seperti
permen, biskuit, kue dan minuman. Minyak jahe atau oleoresin yang dihasilkan
dari destilasi jahe kering banyak digunakan dalam industri parfum dan minuman
(Syukur, 2001). Kandungan zat gizi tanaman jahe dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
kehilangan hasil, meningkatkan mutu dan kualitas serta meningkatkan nilai jual
setiap komoditi pertanian. Hal ini sangat ditentukan oleh tindakan budidaya
Teknologi pascapanen adalah tindakan atau perlakuan yang diberikan pada setiap
yang penting, karena meskipun sudah dipanen jahe masih terus melanjutkan
bahan aktifnya sehingga mutunya menjadi rendah. Namun, dengan cara budidaya
dan penanganan pasca panen yang tepat, variasi kandungan bahan aktif dalam
hasil olahan jahe diharapkan dapat diperkecil, diatur atau distandarkan. Oleh
kehilangan pascapanen.
sistem keranjang adalah sama, yang meliputi pembersihan rimpang dari kotoran,
tanah dan mikroorganisme yang tidak diinginkan melalui pencucian, sortasi dan
simpan yang panjang, bermutu baik dan dapat mempertahankan kandungan bahan
aktif sehingga sesuai dengan standar mutu yang diinginkan oleh pasar serta
Rimpang jahe segar yang akan dipasarkan harus dikemas terlebih dahulu dengan
kemasan kardus dan diberi serasah penahan gesekan. Jahe juga dapat dikemas
atau dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan antara penjual dan
pembeli. Suhu kemasan perlu dijaga sekitar 27°C dengan kelembaban 10 - 25%.
atau diberi bahan kimia seperti natrium naftalen asetat agar tidak menjadi keriput.
Penyimpanan jahe dilakukan di dalam gudang yang bersih, tidak lembab dan suhu
tidak melebihi 30°C. Gudang penyimpanan harus memiliki ventilasi baik dan
lancar, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang dapat menurunkan mutu jahe,
memiliki penerangan yang cukup (tetapi harus dihindari dari sinar matahari
langsung) serta bersih dan terbebas dari hama gudang (Hapsoh et al., 2010).
dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari
barang atau produsen yang memasarkan produknya ke luar negeri. Sesuai dengan
ketentuan, realisasi pemasaran dilakukan dengan cara ekspor dan harus memenuhi
sebagai berikut:
a. Produsen Eksportir
b. Pedagang Ekspor
Pedagang ekspor (export merchant) adalah perusahaan atau badan usaha yang
mendapat izin dari pemerintah untuk dapat memasarkan barang atau komoditas
ekspor harus memiliki Angka Pengenal Ekspor (APE) yang dikeluarkan oleh
Kementrian Perdagangan.
c. Confirming House
Confirming house atau commission house, export indent house, purchase agent
adalah perusahaan yang secara khusus didirikan di luar negeri dan tunduk pada
hukum setempat yang bekerja untuk dan atas kepentingan kantor induknya atau
d. Agen Ekspor
Agen ekspor atau export agent adalah badan usaha yang mempunyai ikatan
komoditas tertentu atas nama produsennya. Agen ekspor dilihat dari kegiatan
usahanya tidak jauh berbeda dengan pedagang ekspor atau export merchant.
e. Wisma Dagang
Wisma dagang atau trading house adalah pedagang atau eksportir besar yang
(general importers).
Satu diantara rempah yang semakin menarik situasi pasar dalam negeri maupun
luar negeri adalah jahe. Situasi ini mulai tampak pada beberapa tahun terakhir ini,
saat pasar ekspor membutuhkan pemasokan jahe dalam jumlah yang melebihi
domestik. Usaha ini setidaknya memiliki tiga tujuan, yaitu peningkatan produksi
dunia sangat terbatas maka jahe dapat menembus pasar ekspor. Hal ini memberi
peluang bagi petani jahe untuk meningkatkan produksi, baik dengan cara
Inggris, Uni Emirat Arab, Hongkong, dan Jepang. Sementara untuk negara
importir terbesar didominasi oleh Amerika Serikat dan Jepang. Dalam dunia
perdagangan, jahe dipasarkan dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe olahan,
dan oleoresin. Kebanyakan jahe diminta dalam bentuk jahe olahan, yaitu jahe
Berdasarkan Rapelia (2012), jenis jahe yang diekspor dapat berupa jahe gajah,
jahe putih dan jahe merah. Jahe kualitas ekspor yang dikehendaki adalah jahe
rimpang gemuk dengan berat minimum 200 gram. Standar mutu jahe yaitu dengan
karakterisktik kulit jahe tampak halus, mengkilat, dan tidak keriput, tidak terdapat
salah satu atau beberapa ujung rimpang yang bertunas, apabila diiris melintang
pada salah satu rimpangnya akan tampak warna cerah khas jahe, rimpang jahe
tidak bercabang dan tidak patah, serta bebas dari serangga hidup.
Jahe ekspor dapat berupa jahe muda dan jahe tua. Usia panen jahe muda adalah
3-4 bulan dan usia panen jahe tua adalah 8-9 bulan. Selain jahe segar dan jahe
kering, produk olahan jahe lainnya juga memenuhi permintaan pasar ekspor,
antara lain seperti: bubuk jahe dengan kadar air sekitar 8-10% yang bermanfaat
untuk bumbu masak, minyak atsiri jahe yang bermanfaat untuk bahan industri
parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavouring agent serta olahan jahe
oleoresin yang bermanfaat untuk campuran minyak untuk penambah rasa seperti
kesamaan antara pola permintaan barang atau jasa dan kuantitas, bentuk ukuran,
panjang dan distribusi barang atau yang tersedia di pasar. Produksi juga
Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya bentuk, waktu, tempat,
serta kombinasi dari beberapa manfaat tersebut. Dengan demikian produksi tidak
Aspek proses produksi antara lain kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan,
bentuk barang atau jasa diciptakan dan distribusi temporal dan spasial dari barang
atau jasa yang dihasilkan. Dalam teori ini, input atau sumberdaya yang digunakan
kerja), modal, sumber daya alam (tanah) dan skill (teknologi) (Rufaidah, 2013).
juga mendasari penentuan harga dan jumlah tenaga kerja, alokasi sumber-sumber
merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif. Dalam hal ini, keputusan yang
diambil oleh seorang produsen dalam menentukan pilihan atas alternatif tersebut.
maksimum.
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga dapat didefenisikan secara sempit
sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, atau dapat
didefenisikan secara luas harga sebagai jumlah nilai yang ditukarkan konsumen
Harga juga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena
namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat
diperoleh organisasi perusahaan yang wajar dengan cara dibayar untuk nilai
Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan
sulit untuk dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara
akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu.
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang
sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga. Bila suatu
pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan
e. Tujuan-tujuan Lainnya
termasuk di sini faktor-faktor produksi yang dimiliki dalam waktu tertentu, dan
bisa diukur dalam satu tahun. Pendapatan tinggi atau rendah yang diterima
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah.
Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan
kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan
disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk berjaga-jaga apabila baik
suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah
dalam perusahaan adalah kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal
lain yang serta mempengaruhi jumlah pendapatan yaitu kualitas produk, harga,
penerimaan total (TR) dikurangi denga biaya total (TC). Keuntungan total akan
Studi kelayakan telah dikenal luas oleh masyarakat, terutama masyarakat yang
dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, menuntut perlu adanya
Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang merupakan
gagasan usaha atau proyek yang direncanakan atau menolaknya. Pengertian layak
(benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit.
Layaknya suatu gagasan usaha atau proyek dalam arti social benefit, tidak selalu
menggambarkan layak dalam arti financial benefit dan begitu pula sebaliknya,
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum tujuan adanya studi kelayakan
agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain
tidak membuang uang, tenaga, waktu dan pikiran secara percuma serta tidak akan
menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan dengan
adanya usaha atau proyek akan memberikan berbagai keuntungan serta manfaat
kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi kelayakan
Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di masa
yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Dalam hal ini fungsi
studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan,
baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
b. Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-
Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang
sistematis, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah
d. Memudahkan pengawasan
e. Memudahkan pengendalian
Menurut Aldy et al. (2017), ada beberapa hal yang perlu dibahas mengenai aspek
yang berkaitan dengan studi kelayakan bisnis, terkait keputusan layak atau
dinilai, diukur dan diteliti sesuai dengan standar yang ditentukan serta peraturan
yang disepakati serta disahkan. Hal mendalam perlu dilakukan pada beberapa
a. Aspek Hukum
dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan, dan kemampuan bisnis yang akan
b. Aspek Lingkungan
bisnis yang akan dijalankan. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan
aspek lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis
dan ide bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar
Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan pasar
selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk
mencari atau menciptakan pasar dan hal ini juga memberikan manfaat untuk
strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang
diharapkan. Dengan analisis ini, potensi ide bisnis dapat tersalurkan dan sesuai
masa yang akan datang, sebagai akibat karena adanya masalah teknis.
pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun
tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Beberapa hal
yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan aspek teknis dan teknologi ialah
penentuan lokasi bisnis, tata letak (layout) bisnis, pemilihan peralatan dan
teknologi.
f. Aspek Keuangan
Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta
tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. Selain itu,
dianalisis juga pada perihal darimana saja sumber investasi dan pembiayaan
Analisis kelayakan digunakan untuk melihat apakah usaha yang akan dijalankan
dapat memberikan keuntungan atau tidak dan layak secara ekonomi maupun
finansial. Pengkajian aspek kelayakan usaha meliputi berapa besar biaya yang
dibandingkan dengan biaya (cost) yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perhitungan
diantaranya adalah B/C Ratio (𝜋/C atau produktivitas modal) dan Break Even
Point (BEP). Benefit cost ratio bisa digunakan dalam analisis kelayakan investasi,
yaitu perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang
(Cahyono, 2002).
Metode analisis pulang pokok atau analisis impas (break even analysis)
merupakan teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan
volume penjualan. Titik impas atau break even point adalah tingkat aktivitas,
dalam unit atau nominal pada total pendapatan yang sama dengan total biaya yang
terdiri atas BEP penjualan, BEP produk dan BEP harga (Raiborn & Michel, 2011).
ekspor juga merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar
negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing suatu
komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut
Dalam perdagangan, daya saing akan menentukan posisi suatu komoditi di pasar.
investasi di bidang industri dan pertanian yang baru agar ekspos barang-barang
hasil industri dan barang-barang hasil pertanian baru makin menonjol. Selain itu
juga akan diusahakan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang lebih mendukung
Menurut Amir (2003), salah satu upaya dalam meningkatkan daya saing
faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor, yaitu:
1. Faktor langsung, yang terdiri dari mutu komoditi, biaya produksi dan penentuan
penentuan saluran pemasaran, dan layanan purna jual (after sales service).
2. Faktor tidak langsung, yang terdiri dari kondisi sarana pendukung ekspor
pemerintah untuk ekspor, tingkat efisiensi dan disiplin nasional, dan kondisi
perusahaan.
tujuan yang penting, estimasi biaya yang diperlukan dari dalam negeri (dalam
satuan mata uang domestik) untuk memperoleh satu unit devisa (mata uang asing)
melalui suatu proyek perlu dilakukan. Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk
menghemat devisa harus dilakukan dan kemudian dapat dilihat apakah biaya yang
dibutuhkan lebih besar dari nilai devisa yang diperoleh (Gitingger, 1985).
Dengan menyatakan biaya memperoleh atau menabung satu unit devisa sebagai
langsung dengan menggunakan nilai tukar resmi (official exchange rate) dan
harga bayangan (shadow price) lainnya terhadap nilai devisa yang dapat
metode ini, perlu diketahui empat hal: (1) nilai devisa dari produk yang
tersebut yaitu, biaya devisa untuk bahan bakar yang diimpor, bahan baku yang
diimpor dan sebagainya; (3) biaya dalam negeri yang dibutuhkan untuk
Menurut Amelia (2009), dengan penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing
serta membandingkan daya saing jahe Indonesia dari segi keunggulan komparatif
di empat negara tujuan ekspor yaitu Jepang, Malaysia, Singapura, dan Bangladesh
bermasalah pada kestabilan produksi, ketersediaan modal, dan petani yang masih
usahatani di Desa Cijulang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: luas lahan yang
sempit, bagian pola tanam tumpangsari, pemelihara saat tanpa pestisida kimia atau
tidak ada pemeliharaan sama sekali, pengusaha jahe gajah masih berkebun secara
usaha tani jahe gajah layak atau menguntungkan untuk diusahakan dan lebih baik
Berdasarkan Ikhtiari (2018) dengan penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing
diperoleh kesimpulan bahwa kakao Indonesia memiliki daya saing yang cukup kuat
di pasar internasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbanding lurusnya antara
metode RCA dan mendapatkan hasil RCA yang lebih besar dari 1 (RCA>1).
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa kakao
Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar di pasar dunia. Salah satu solusi yang
dapat digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor kakao di
variasi hasil produksi jahe dipengaruhi oleh faktor-faktor jumlah bibit, pupuk
organik, pupuk organik dan tenaga kerja yaitu sebesar 95,9%, sedangkan sisanya
sebesar 4,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil uji t menunjukkan bahwa
maupun efisiensi ekonomis, sehingga hasil produksi jahe yang dihasilkan tidak
maksimum.
penelitian ini membahas mengenai tentang kelayakan usaha kerupuk opak dengan
menggunakan metode Break Event Point (BEP) serta R/C ratio dengan
menggunakan sampel sebesar 30. Daerah penelitian dipilih secara sengaja atau
yang telah dilakukan oleh peneliti, mulai dari BEP dan R/C ratio menunjukkan
bahwa usaha kerupuk opak di daerah penelitian adalah layak untuk diusahakan
secara finansial.
untuk kegiatan pascapanen jahe ekspor adalah biaya pembelian jahe ke produsen
atau pedagang pengecer, alat dan bahan operasional, tenaga kerja dan berupa
modal untuk memulai usaha mempengaruhi produksi atau hasil yang diterima.
kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor. Adapun kriteria investasi yang dipakai
dalam analisis ini yakni B/C Ratio dan Break Even Point. Bila kriteria terpenuhi
maka usaha tersebut layak diusahakan. Jika usaha dikatakan layak artinya usaha
tidak layak artinya usaha tersebut tidak memberikan keuntungan maupun manfaat
Untuk mengetahui daya saing dari usaha pascapanen jahe ekspor yang dihasilkan,
digunakan metode biaya sumberdaya domestik dengan melihat nilai kurs resmi
yang berlaku. Apabila berdasarkan metode ini diperoleh hasil layak, maka jahe
layak untuk diekspor ke luar negeri karena mampu memberikan manfaat dan
diperoleh hasil yang tidak layak, maka jahe sebaiknya hanya dipasarkan di dalam
negeri saja tanpa melakukan ekspor ke negara-negara lain dan tidak memiliki
Harga Jual
Biaya Sumberdaya
Kriteria Investasi: Domestik
1. Analisis B/C Ratio
2. Analisis BEP
Jumlah Jumlah
Jumlah
biaya input biaya input
nilai output
Layak Tidak domestik impor
(USD)
Layak (Rp) (USD)
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai
berikut:
penelitian.
pasar internasional.
Simalungun. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive atau sengaja yaitu
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini berkaitan
dengan prinsip pendekatan studi kasus, yaitu membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan
studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa,
sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan
(Surakhrnad, 1994).
pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh
gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan
35
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun
tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari
secara intensif dan mendalam. Adapun sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebuah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun
milik Bapak Jamin Riaman Purba yang berlokasi di Nagori Raya Bayu,
Sumatera Utara.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi,
TC = TVC + TFC
Keterangan:
TC = Total biaya
TR = Y x Py
Keterangan:
TR = Total penerimaan
Y = Jumlah produksi
Py = Harga jual
Pendapatan bersih usaha pascapanen jahe ekspor dapat dihitung dengan rumus:
π = TR – TC
Keterangan:
π = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
dengan menghitung biaya input domestik (lokal) dari pengusaha pascapanen jahe
penjumlahan biaya variabel maupun biaya tetap. Secara matematis dapat ditulis
dengan:
Keterangan:
jahe ekspor di daerah penelitian. Biaya total yang digunakan diperoleh dari
penjumlahan biaya variabel maupun biaya tetap. Secara matematis dapat ditulis
dengan:
Keterangan:
B/C Ratio (𝜋/C atau produktivitas modal) dan Break Even Point (BEP), dapat
1. Benefit cost ratio (𝜋/c atau produktivitas modal) merupakan kriteria penilaian
perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan. Secara
𝑇𝐵
B/C =
𝑇𝐶
Keterangan:
Jika B/C > i, maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak untuk
diusahakan
Jika B/C = i, maka usaha tersebut tidak untung tidak rugi (marginal) sehingga
keputusan
Jika B/C < i, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak untuk diusahakan
(Cahyono, 2002).
2. Break Even Point (BEP). Berdasarkan Kasmir (2012), manfaat yang diperoleh
dengan menggunakan metode break even point adalah: (1) Mendesain suatu
produk; (2) Penentuan harga jual per satuan; (3) Menentukan jumlah produksi
a. BEP Penjualan
𝐹𝐶
BEP Penjualan = 𝐴𝑉𝐶
1− 𝑃
b. BEP Produk
𝐹𝐶
BEP Produk = x 1 kg
𝑃− 𝐴𝑉𝐶
c. BEP Harga
𝑇𝐶
BEP Harga = 𝑌
Keterangan:
Total Produksi > BEP Produksi, maka usaha itu menggambarkan keuntungan
Total Penjualan > BEP Penjualan, maka usaha tersebut mampu menggambarkan
Harga Satuan > BEP Harga, maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan
Xt+Mt
SKFt =
(Xt−Txt)+(Mt+Tmt)
NKR
ER =
SKF
Keterangan:
SKFt = Standar konversi faktor tahun ke-t (SKF Indonesia berkisar antara
0,98 – 0,99)
ER = Exchange Rate(Rp)
Bila BSD < Exhange Rate (ER), maka usaha layak untuk diekspor dan memiliki
Bila BSD > Exhange Rate (ER), maka usaha tidak layak untuk diekspor dan tidak
3. 5. 1 Definisi
jahe ekspor di daerah penelitian seperti jahe, alat dan bahan operasional,
3. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
5. Penerimaan adalah volume ekspor jahe dikalikan dengan harga jual jahe di
pasar internasional.
6. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha
jahe ekspor apakah layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomi.
8. Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara pendapatan atau manfaat dari
usaha pasca panen jahe ekspor dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.
9. Analisis Break Even Point (BEP) merupakan analisis yang menunjukkan titik
10. Daya saing adalah kemampuan komoditi jahe ekspor produksi Simalungun
12. Layak adalah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun tersebut
13. Tidak layak adalah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun tidak
Simalungun.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah sebuah usaha pascapanen jahe ekspor milik
Bapak Jamin Riaman Purba yang terdapat di Nagori Raya Bayu, Kecamatan
Simalungun. Nagori Raya Bayu merupakan salah satu nagori dari tujuh belas
Secara geografis, Nagori Raya Bayu terletak pada 02°55'00" – 02°57'02" LU dan
Jarak Nagori Raya Bayu menuju ke Kecamatan Raya adalah 6 km, jarak ke
Kabupaten Simalungun adalah 9,5 km, dan jarak yang harus ditempuh ke Ibukota
Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan adalah 133 km. Suhu udara rata-rata di
daerah ini adalah 25,3o C dengan suhu terendah 20,5o C dan suhu tertinggi 32,2oC.
Penyinaran matahari rata-rata 5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01
sebagai berikut:
Raya
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagori Raya Huluan dan Nagori Purba
3. Sebelah barat berbatasan dengan Nagori Longkung dan Kelurahan Dalig Raya
4. Sebelah timur berbatasan dengan Nagori Bintang Mariah dan Nagori Raya
Usang
45
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Sampel dalam penelitian ini adalah satu-satunya usaha pascapanen jahe ekspor
produksi Simalungun yang beroperasi secara rutin dan berlokasi di Nagori Raya
diperlukan dalam penelitian ini meliputi sejarah dan perkembangan usaha serta
yang bergerak di bidang pertanian yang berada di subsistem hilir pada sistem
agribisnis, yaitu pengolahan pascapanen jahe yang akan diekspor dengan jenis
jahe gajah produksi Simalungun baik dalam bentuk jahe muda, yaitu jahe dengan
usia panen 4,5 bulan dan jahe tua dengan usia panen 7-8 bulan.
Usaha ini pertama kali didirikan pada tahun 2015 oleh Bapak Jamin Riaman
Purba dengan istrinya, Ibu Dame Nurlela Saragih. Modal awal pendirian usaha
kepada keluarga. Usaha ini belum didaftarkan sebagai badan usaha, karena masih
ekspor dalam jumlah yang belum begitu besar. Jahe produksi Simalungun yang
akan diekspor diperoleh dari usahatani Pak Jamin sendiri dan petani jahe yang
4-12 ton yang terdiri dari jahe muda dan jahe tua pada setiap pengirimannya.
ini digunakan untuk menyimpan jahe gajah yang sudah tua dengan kurun waktu
menggunakan goni.
Malaysia membutuhkan jahe Indonesia dalam kurun waktu enam bulan setiap
jahe dari Thailand. Pengiriman jahe melalui usaha Pak Jamin ini dilakukan dari
bulan Desember sampai dengan bulan Juni. Jahe produksi Simalungun dikirim
melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Selama enam
bulan tersebut, usaha pascapanen jahe ekspor milik pak Jamin ini melakukan
pengiriman jahe dengan frekuensi tiga kali pengiriman jahe ekspor setiap
Tanjung Balai.
Hasil produksi berkualitas dapat dilihat dari bagaimana proses produksi tersebut
1. Jahe Muda
Usia panen jahe muda adalah sekitar 4,5 bulan. Untuk jahe muda, kegiatan
pemanenan dan pengiriman jahe ke pelabuhan harus dilakukan pada hari yang
penurunan kualitas rimpang jahe. Setelah dipanen, jahe muda langsung disortir
terlebih dahulu. Setelah jahe muda tampak bersih dan tidak terdapat cacat pada
berisi jahe ditutup dengan lakban dan diikatdengan menggunakan tali strapping
2. Jahe Tua
Usia panen jahe tua adalah sekitar 7-8 bulan. Setelah dipanen, dilakukan
penyortiran berdasarkan ukuran dan warna rimpang jahe. Minimal bobot jahe
tua yang dikehendaki untuk diekspor adalah sebesar 200 gram. Kemudian,
pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Setelah rimpang jahe tampak
mengering, jahe dikemas ke dalam goni yang telah diberi stiker label dengan
kapasitas maksimum sebesar 10 kg. Lalu, jahe diikat menggunakan tali plastik.
paling lama untuk jahe tua yang akan diekspor adalah dua minggu hingga
Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun bernama Pak Jamin
Riaman Purba. Pak Jamin berusia 46 tahun. Pendidikan terakhir Pak Jamin adalah
Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah tanggungan Pak Jamin adalah tiga orang
anak dan satu istri. Bersama istri beliau yang bernama Ibu Dame Nurlela Saragih,
mengekspor jahe, Pak Jamin juga mengekspor buah pisang, kunyit, daun kincung
dan jeruk nipis. Disamping menjadi seorang pengusaha, Pak Jamin juga memiliki
Pak Jamin antara lain adalah jahe, kunyit, cabe, padi dan jeruk.
Pada tahun 2011, Pak Jamin bekerja menjadi salah satu tenaga kerja di usaha
pascapanen jahe ekspor di Simalungun selama empat tahun hingga usaha tersebut
sudah tidak berjalan lagi. Sehingga pada tahun 2015, Pak Jamin beserta istri
tempat pengolahan jahe ekspor, tepat di sebelah rumah Pak Jamin yang telah
Biaya produksi adalah akumulasi dari seluruh biaya yang digunakan untuk
usaha pascapanen jahe ekspor ini terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variable cost). Baik biaya tetap maupun biaya variabel,
dilakukan setiap minggu dari bulan Desember hingga bulan Juni. Setiap
frekuensi kegiatan produksi usaha pascapanen jahe ekspor adalah tiga kali
seminggu. Hal ini dilakukan disebabkan oleh adanya penyesuaian dengan jadwal
usaha pascapanen jahe ekspor berikut diakumulasikan per periode produksi, yaitu
setiap dua hari sekali. Untuk mengkonversi biaya produksi usaha pascapanen jahe
ekspor produksi Simalungun dari rupiah terhadap US dollar digunakan nilai kurs
51
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Biaya tetap pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun milik Bapak
pendukung kegiatan produksi seperti timbangan 30 kg, gunting, dan terpal serta
pajak bumi dan bangunan (PBB). Biaya tetap merupakan biaya yang secara
(USD 3,101) yang terdiri atas biaya penyusutan gudang penyimpanan, biaya
Tabel 8. Total Biaya Tetap Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Biaya Penyusutan 43.822,568 3,101
2 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan 578,231 0,041
Total 44.400,799 3,141
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 2-5, 2020
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa total biaya tetap pada usaha pascapanen
yang terdiri atas biaya penyusutan sebesar Rp 43.822,568,- (USD 3,101) dan
besar jumlah output yang diproduksi, maka secara proporsional semakin tinggi
pula total biaya variabel yang dikeluarkan dan begitu pula sebaliknya.
Biaya variabel pada usaha usaha pascapanen jahe ekspor produksi milik Bapak
Jamin Riaman Purba meliputi biaya pembelian jahe muda dan tua kepada petani,
biaya pembelian kotak, goni, pisau cutter, lem kertas, lakban, tali strapping band,
tali plastik, biaya pembuatan stiker label, biaya ekspedisi pengiriman barang,
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa biaya variabel utama pada usaha
(USD 18.436,529). Biaya variabel utama tertinggi adalah biaya pembelian jahe
rincian harga satuan jahe sebesar Rp 21.000/kg (USD 1,486) dengan kuantitas
pembelian jahe sebanyak 8.000 kg. Selain biaya utama di atas, pada biaya variabel
Tabel 10. Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah dan US Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Air 816 ,327 0,058
2 Listrik 1.224,490 0,087
Total 2.040,817 0,145
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 10 dan 11, 2020
Berdasarkan Tabel 10, diperoleh bahwa total biaya lain-lain pada usaha
|(USD 0,145) yang terdiri dari biaya air sebesar Rp 816,327- (USD 0,058) dan
Tabel 11. Total Biaya Produksi Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Biaya Tetap
a. Biaya Penyusutan 43.822,568 3,101
b. Biaya Pajak Bumi dan
578,231 0,041
Bangunan (PBB)
2 Biaya Variabel
a. Biaya Bahan Baku 255.362.500,000 18.067,249
b. Biaya Tenaga Keja 5.219.400,000 369,280
c. Biaya Lain-lain 2.040,816 0,145
Total 260.628.341,615 18.439,816
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 2-11, 2020
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa biaya produksi per periode produksi
usaha pascapanen jahe ekspor yang memiliki nilai paling tinggi adalah biaya
biaya produksi per perode produksi usaha pacapanen jahe ekspor dengan nilai
paling rendah adalah biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yaitu sebesar
Rp 578,231,- (USD 0,041). Total biaya usaha pascapanen jahe ekspor per periode
antara penerimaan penjualan jahe ekspor dengan total biaya produksi yang telah
mengalikan total keseluruhan jahe yang dijual yang terdiri dari jahe muda dan
Simalungun dari rupiah terhadap US dollar digunakan nilai kurs tengah resmi
satuan rupiah dan US dollar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 12, diperoleh bahwa total penerimaan usaha pascapanen jahe
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa total pendapatan usaha pascapanen
5.3 Biaya Sumberdaya Lokal Usaha Pascapanen Jahe Ekspor dalam Satuan
Rupiah
Biaya sumberdaya lokal merupakan segala jenis biaya yang dikeluarkan untuk
bersumber dari dalam negeri. Biaya sumberdaya lokal usaha pascapanen jahe
ekspor terdiri atas biaya tetap, yaitu biaya penyusutan gudang penyimpanan dan
biaya pajak bumi dan bangunan serta biaya variabel seperti biaya pembelian
bahan baku, biaya tenaga kerja maupun biaya air dan listrik.
Tabel 14. Biaya Sumberdaya Lokal Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
No. Uraian Jumlah (Rp)
1 Biaya Tetap 44.121,312
a. Gudang penyimpanan 43.543,081
b. Pajak bumi dan bangunan 578,231
2 Biaya Variabel 258.983.940,816
a. Jahe muda 80.000.000,000
b. Jahe tua 168.000.000,000
c. Goni 1.840.000,000
d. Pisau cutter 54.000,000
e. Lem kertas 24.000,000
f. Lakban 34.500,000
g. Stiker label 125.000,000
h. Tali strapping band 70.000,000
i. Tali plastik 15.000,000
j. Ekspedisi pengiriman barang 3.600.000,000
k. Tenaga kerja
- Perempuan 1.420.000,000
- Laki-laki 3.799.400,000
l. Air 816,327
m. Listrik 1.224,490
Total Biaya Sumberdaya Lokal 259.028.062,128
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 2020
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa total biaya sumberdaya lokal pada
Rp 258.983.940,816,-.
5.4 Biaya Sumberdaya Impor Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Dalam Satuan
US Dollar
Biaya sumberdaya impor merupakan segala jenis biaya yang dikeluarkan untuk
sumberdaya impor usaha pascapanen jahe ekspor terdiri atas biaya tetap, yaitu
terpal serta biaya variabel yaitu biaya pembelian kotak sebagai kemasan. Untuk
Tabel 15. Biaya Sumberdaya Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (USD)
1 Biaya Tetap 0,020
a. Timbangan 0,017
b. Gunting 0,002
c. Terpal 0,001
2 Biaya Variabel 113,202
a. Kotak 113,202
Total Biaya Sumberdaya Impor 113,222
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 2020
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa total biaya sumberdaya impor pada
usaha pascapanen jahe ekspor per periode produksi adalah sebesar USD 113,222.
Total biaya sumberdaya impor terdiri atas biaya tetap dengan total sebesar
satu hal yang cukup penting untuk dianalisis. Kegiatan usaha yang dilakukan
tentunya sangat membantu pengusaha pascapanen jahe ekspor dan seluruh tenaga
kerja yang telah terlibat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelayakan usaha
pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun dapat dihitung dengan dua metode
analisis kelayakan, yaitu benefit cost ratio (𝜋/C) atau disebut juga dengan
produktivitas modal dan break even point yang terdiri dari BEP penerimaan,
BEP produk dan BEP harga. Adapun hasil analisis berdasarkan benefit cost ratio
Berdasarkan Tabel 16, diperoleh hasil perhitungan dari benefit cost ratio (𝜋/C)
per periode produksi pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun
adalah sebesar 0,286. Benefit cost ratio tersebut diperoleh dengan menghitung
perbandingan antara total pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor yang diterima
benefit cost ratio (𝜋/C) ini, digunakan suku bunga yang berlaku saat ini yaitu
sebesar 4,5% yang bersumber dari Bank Indonesia Rate (BI Rate) per bulan Maret
tahun 2020. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari benefit
cost ratio (𝜋/C) sebesar 0,286 memiliki nilai lebih besar dari suku bunga yang
berlaku saat ini (i) yaitu 0,045, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pascapanen
diusahakan.
Berdasarkan Tabel 17, diperoleh hasil dari BEP penerimaan per periode produksi
adalah sebesar Rp 203.399,564,- dengan nilai yang lebih kecil dari total
penerimaan yaitu sebesar Rp 335.200.000,-. Hasil dari BEP produksi per periode
produksi adalah sebesar 6,895 kg dengan nilai yang lebih kecil dari total produksi
yaitu sebesar 11.300 kg. Hasil dari BEP harga per periode produksi adalah sebesar
Rp 23.064,274,-/kg dengan nilai yang lebih kecil dari harga jual yaitu sebesar
Rp 29.500,-/kg.
Berdasarkan analisis ketiga jenis metode break even point, diperoleh hasil nilai
kelayakan BEP. Maka, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan metode break even
Daya saing usaha pascapanen jahe ekspor merupakan salah satu kriteria untuk
metode yang dapat digunakan untuk menganalisis daya saing usaha pascapanen
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa total penggunaan biaya sumberdaya
lokal pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun per periode
produksi adalah sebesar Rp 259.028.062,128,- yang terdiri dari biaya tetap sebesar
tengah mata uang rupiah terhadap US dollar sebesar Rp 14.134,-, maka diperoleh
total penggunaan biaya sumberdaya impor pada usaha pascapanen jahe ekspor
produksi Simalungun per periode produksi adalah sebesar USD 113,222 yang
terdiri atas biaya tetap sebesar USD 0,020 serta biaya variabel sebesar
USD 113,202.
Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai biaya sumberdaya domestik
dianalisis dengan membagikan antara nilai kurs resmi sebesar Rp 14.134,- dengan
perhitungan standar koefisien faktor yaitu sebesar 0,99, diperoleh hasil sebesar
sumberdaya domestik lebih kecil dari nilai exchange rate. Maka dapat
pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun layak untuk diekspor dan memiliki
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis kelayakan, diperoleh hasil benefit cost ratio (𝜋/C) < suku
bunga bank yang berlaku (i) dan BEP Penerimaan < Total Penerimaan,
BEP Produksi < Total Produksi serta BEP Harga < Harga Jual, sehingga dapat
6.2 Saran
2. Kepada Pemerintah
63
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
lebih efektif dan efisien, seperti adanya pengurangan atau pembebasan pajak
DAFTAR PUSTAKA
Aldy, R., Purnomo Riawan dan La Ode Sugianto. 2017. Studi Kelayakan Bisnis.
UNMUH Ponorogo Press: Ponorogo
Amir. 2003. Ekspor Impor: Teori & Penerapannya. Penerbit PPM: Jakarta
Benny, Jimmy. 2013. Ekspor dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan
Devisa Di Indonesia. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013 (Hal.
1406-1415). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi: Manado
Cahyono, Bambang. 2002. Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani.
Kanisius: Yogyakarta
Yogjakarta : Kanisius.Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.
Trubus Agriwidya: Jakarta
Danil, Mahyu. 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada
Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen, Journal
Ekonomika UAB-Aceh, Vol. IV No. 7: 9, ISSN: 2086-6011. Universitas
Almuslim Bireuen: Aceh
Gitingger, J. Price. 1985. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press): Jakarta
Hapsoh, Yaya Hasanah, dan Elisa Julianti. 2010. Budidaya dan Teknologi
Pascapanen Jahe. USU Press: Medan
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media:
Jakarta
Kotler dan Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi 7. Erlangga:
Jakarta
Kusuma, F. R., dan B.M. Zakky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
PT. Agro Media Pustaka: Medan
Kusuma, P. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Kecil
Menengah (UKM) Nata De Coco dii Sumedang, Jawa Barat. Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan Vol. 1, No. 2 Mei 2012. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: Subang
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Penerbit Salemba Empat: Jakarta
Paimin, Farry B., dan Murhananto. 2005. Budidaya, Pengelolaan, Perdagangan
Jahe. Penebar Swadaya: Jakarta
Rahim, Abd., dan Diah R.D. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta
Raiborn, Cecily A., dan Michel R. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan
Perkembangan. Salemba Empat: Jakarta
Rapelia, Hanifah. 2012. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Volume
Ekspor Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) di Jawa Tengah. Universitas
Sebelas Maret: Surakarta
Rinaldy, E., Denny Ikhlas, dan Ardha Utama. 2018. Perdagangan Internasional:
Konsep dan Aplikasi. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta
Rufaidah, Erlina. 2013. Ilmu Ekonomi. Graha Ilmu: Yogyakarta
Sangadji, M., I Ketut Djayastra dan Raudha Arif Hanoeboen. 2015. Pengantar
Mikro Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Penerbit R. A. De. Rozarie:
Surabaya
LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Pengusaha Sampel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Jumlah
Nama Umur Jenis Pengalaman Pekerjaan
No. Pendidikan Tanggungan Alamat
Pengusaha (Tahun) Kelamin Berusaha Sampingan
(Anak)
Jalan Besar Siantar-
Seribu Dolok, Nagori
Jamin Riaman Raya Bayu, Kecamatan
1 46 SMA Laki-laki 3 8 tahun Petani
Purba Raya, Kabupaten
Simalungun
(Kode Pos: 21162)
Lampiran 2. Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
Biaya
Biaya Biaya
Harga Umur Penyusutan
Nilai Awal Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan
No Uraian Satuan Jumlah Satuan Ekonomis Per Periode
(Rp) (Rp) Per Tahun Per Minggu
(Rp) (Tahun) Produksi
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Gudang 152.400,782 43.543,081
Unit 1 40.500.000 40.500.000 55.000.000 20 7.924.840,664
penyimpanan
2 Timbangan Unit 2 320.000 640.000 0 15 42.666,667 820,513 234,432
3 Gunting Unit 4 7.500 30.000 0 5 6.000,000 115,385 32,967
4 Terpal Unit 2 11.000 22.000 0 10 2.200,000 42,308 12,088
Total Biaya Penyusutan 7.975.707,331 153.378,987 43.822,568
Lampiran 3. Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
Biaya
Biaya Biaya
Harga Umur Penyusutan
Nilai Awal Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan
No Uraian Satuan Jumlah Satuan Ekonomis Per Periode
(USD) (USD) Per Tahun Per Minggu
(USD) (USD) Produksi
(USD) (USD)
(USD)
1 Gudang 2.865,431 2.865,431 3.891 20 560,693 10,783 3,081
Unit 1
penyimpanan
2 Timbangan Unit 2 22,640 45,281 0 15 3,019 0,058 0,017
3 Gunting Unit 4 0,531 2,123 0 5 0,425 0,008 0,002
4 Terpal Unit 2 0,778 1,557 0 10 0,156 0,003 0,001
Total Biaya Penyusutan 564,292 10,852 3,101
Lampiran 4. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan Rupiah
Biaya PBB Per Tahun Biaya PBB Per Bulan Biaya PBB Per Minggu Biaya PBB Per Periode Produksi
No.
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Lampiran 5. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan US Dollar
Biaya PBB Per Tahun Biaya PBB Per Bulan Biaya PBB Per Minggu Biaya PBB Per Periode Produksi
No.
(USD) (USD) (USD) (USD)
1 12,011 1,001 0,143 0,041
Lampiran 6. Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah
Lampiran 7. Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
US Dollar
Lampiran 8. Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
Perempuan Laki-laki
Jenis Total Total
No. Jam Biaya Jumlah Jam Biaya Jumlah
Kegiatan Jumlah Jumlah HKO Biaya
Kerja Per Orang Biaya Kerja Per Orang Biaya
1 Penyortiran 4 2 30.000 120.000 11 2 30.000 330.000 3,55 450.000
2 Pembuatan
4 1 50.000 200.000 0 0 0 0 0,40 200.000
kotak
3 Penimbangan 4 2 225.000 900.000 11 2 245.400 2.699.400 3,55 3.599.400
4 Pengemasan 4 3 50.000 200.000 11 3 70.000 770.000 5,33 970.000
Total 1.420.000 3.799.400 12,83 5.219.400
Rata-rata 355.000 345.400 0,86 347.960
Lampiran 9. Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi dalam US Dollar
Perempuan Laki-laki
Jenis Total Total
No. Jam Biaya Jumlah Jam Biaya Jumlah
Kegiatan Jumlah Jumlah HKO Biaya
Kerja Per Orang Biaya Kerja Per Orang Biaya
1 Penyortiran 4 2 2,123 8,490 11 2 2,123 23,348 3,55 31,838
2 Pembuatan
4 1 3,538 14,150 0 0 0 0 0,40 14,150
kotak
3 Penimbangan 4 2 15,919 63,676 11 2 17,362 190,986 3,55 254,663
4 Pengemasan 4 3 3,538 14,150 11 3 4,953 54,479 5,33 68,629
Total 100,467 268,813 12,83 369,280
Rata-rata 25,117 24,438 0,86 24,619
Lampiran 10. Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi
dalam Satuan Rupiah
No. Uraian Biaya Per Bulan (Rp) Biaya Per Minggu (Rp) Biaya Per Periode Produksi (Rp)
1 Air 20.000 2.857,143 816,327
2 Listrik 30.000 4.285,714 1.224,490
Total 50.000 7.142,857 2.040,817
Lampiran 11. Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi
dalam Satuan US Dollar
Lampiran 12. Total Penerimaan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan
US Dollar
Harga Jual
No. Uraian Kuantitas (kg) Harga Jual (Rp/kg) Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
(USD/kg)
1 Jahe Muda 3.800 29.000 110.200.000 2,052 7.796,802
2 Jahe Tua 7.500 30.000 225.000.000 2,123 15.919,060
Total 335.200.000 23.715,862
Lampiran 13. Total Pendapatan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan
US Dollar
Lampiran 14. Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi
Dollar
Harga Beli Asal
No. Uraian Satuan Kuantitas Jumlah (Rp) Amerika
(Rp) Negara
(USD)
1 Biaya Sumberdaya Lokal (Rp) -
a. Biaya Tetap Rp 44.121,312 -
Gudang Penyimpanan Unit 43.543,081 - Indonesia
Pajak Bumi dan Bangunan Unit 578,231 - Indonesia
b. Biaya Variabel Rp 258.983.940,816 -
Jahe muda kg 4.000 20.000,00 80.000.000,000 - Indonesia
Jahe tua kg 8.000 21.000,00 168.000.000,000 - Indonesia
Goni Unit 800 2.300,00 1.840.000,000 - Indonesia
Pisau cutter Unit 12 4.500,00 54.000,000 - Indonesia
Lem kertas Unit 2 12.000,00 24.000,000 - Indonesia
Lakban Unit 3 11.500,00 34.500,000 - Indonesia
Stiker label Lembar 1.000 125,00 125.000,000 - Indonesia
Tali strapping band Gulung 1 70.000,00 70.000,000 - Indonesia
Tali plastik Gulung 1 15.000,00 15.000,000 - Indonesia
Ekspedisi pengiriman barang Ton 12 300.000,00 3.600.000,000 - Indonesia
Tenaga Kerja - Indonesia
- Perempuan Orang 4 355.000,00 1.420.000,000 - Indonesia
- Laki-laki Orang 11 345.400,00 3.799.400,000 - Indonesia
Air 816,327 - Indonesia
Listrik 1.224,490 - Indonesia
Total Biaya Sumberdaya Lokal (Rp) 259.028.062,128
Lampiran 15. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit Cost
Ratio (𝜋/c)
Lampiran 16. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point
Lampiran 18. Rata-rata Nilai Tengah Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Tanggal 2 Januari 2020 – 25 Maret 2020
Lampiran 19. Analisis Daya Saing Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya Domestik Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi