Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS KELAYAKAN DAN DAYA SAING

USAHA PASCAPANEN JAHE EKSPOR PRODUKSI SIMALUNGUN


(Studi Kasus: Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba)

SKRIPSI

OLEH

OLEH:
ANNISA RIZKIA POHAN
160304076
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS KELAYAKAN DAN DAYA SAING
USAHA PASCAPANEN JAHE EKSPOR PRODUKSI SIMALUNGUN
(Studi Kasus: Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba)

SKRIPSI

OLEH:
ANNISA RIZKIA POHAN
160304076
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul : Analisis Kelayakan dan Daya Saing Usaha Pascapanen
Jahe Ekspor Produksi Simalungun (Studi Kasus: Usaha
Pascapanen Jamin Riaman Purba)
Nama : Annisa Rizkia Pohan
NIM : 160304076
Program Studi : Agribisnis

Diketahui Oleh:
Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Yusak Maryunianta, M.P.) (Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P.)


NIP. 196206241986031001 NIP. 198204282015042001

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Tanggal Lulus: 22 Juli 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PENGESAHAN

ANNISA RIZKIA POHAN (160304076), Dengan Judul Skripsi Analisis


Kelayakan dan Daya Saing Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun (Studi Kasus: Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba) Telah
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Diterima Untuk
Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.

Pada Tanggal, 22 Juli 2020

Panitia Penguji Skripsi:

Ketua : (Ir. Yusak Maryunianta, M.P.)


NIP. 196206241986031001 …………………………..

Anggota : 1. (Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P.)


NIP. 198204282015042001 …………………………..

2. (Ir. Lily Fauzia, M. Si.)


NIP. 196308221988032003 …………………………..

3. (Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S.)


NIP. 196411021989032001 …………………………..

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Annisa Rizkia Pohan (160304076/Agribisnis) dengan judul penelitian “Analisis


Kelayakan dan Daya Saing Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun (Studi Kasus: Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba).” Penelitian
ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.P. sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. sebagai Anggota Komisi
Pembimbing. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2020 dengan menggunakan
pendekatan studi kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi usaha pascapanen jahe
ekspor dalam satuan rupiah dan US dollar, pendapatan usaha pascapanen jahe
ekspor dalam satuan rupiah dan US dollar, biaya sumberdaya lokal usaha
pascapanen jahe ekspor dalam satuan rupiah, biaya sumberdaya impor usaha
pascapanen jahe ekspor dalam US dollar, kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor
serta daya saing usaha pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian.

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis biaya produksi,


pendapatan, biaya sumberdaya lokal dan biaya sumberdaya impor dengan
menggunakan analisis finansial, untuk menganalisis kelayakan usaha
menggunakan analisis benefit cost ratio (𝜋/c atau produktivitas modal) dan Break
Even Point (BEP), serta untuk menganalisis daya saing usaha adalah dengan
menggunakan metode biaya sumberdaya domestik.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa usaha pascapanen jahe ekspor produksi
Simalungun di daerah penelitian memberikan keuntungan dan layak untuk
diusahakan, serta layak untuk diekspor dan memiliki kemampuan untuk bersaing
di pasar internasional.

Kata Kunci: Biaya Sumberdaya Domestik, Daya Saing, Jahe Ekspor,


Kelayakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Annisa Rizkia Pohan (160304076/Agribusiness) with the thesis title is


“Feasibility and Competitiveness Analysis of Simalungun Production Exported
Ginger Postharvest Business (Case Study: Jamin Riaman Purba’s Postharvest
Business)” supervised by Mr. Ir. Yusak Maryunianta, M.P. as the Head of
Supervisor Commission and Mrs. Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. as the
Member of Supervisor Commission. This research is conducted in March 2020 by
using case study method.

The research is aimed to analyze the production cost of exported


ginger postharvest in rupiah and US dollar, the income of exported
ginger postharvest in rupiah and US dollar, the domestic resources cost of
exported ginger postharvest in rupiah, the imported resources cost of ginger
export postharvest in US dollar, the feasibility of exported ginger postharvest and
the competitiveness of exported ginger postharvest in the study area.

The analytical methods used to analyze the production cost, the income, the
domestic resources cost and the imported resources cost are financial analysis, to
analyze the business feasibility is benefit cost ratio analysis (𝜋/c or capital
productivity) and Break Even Point (BEP) and also to analyze the business
competitiveness is the domestic resource cost method.
The result of the research indicates that Simalungun production exported
ginger postharvest business in the study area is providing benefits and worth
doing, and it is also feasible to do the export and it has an ability to compete in
international markets.

Keywords: Domestic Resource Cost, Competitiveness, Exported Ginger,


Feasibility

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Annisa Rizkia Pohan, lahir di Kota Pematangsiantar pada tanggal 28 September

1998. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang merupakan putri

dari Bapak Drs. H. Ahmad Pohan dan Ibu Dra. Hj. Raisah Sembiring.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2002 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Al-Qur’an Iqra’ dan tamat

tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Yayasan Perguruan Keluarga

Pematangsiantar dan tamat tahun 2010 .

3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Pematangsiantar dan

tamat tahun 2013.

4. Tahun 2013 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pematangsiantar dan

tamat tahun 2016.

5. Tahun 2016 menempuh pendidikan sarjana (S1) di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diterima melalui

jalur SBMPTN.

Kegiatan yang telah diikuti penulis selama duduk di perkuliahan adalah:

1. Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Pena Pemuda Indonesia (PPI) di

Universitas Negeri Yogyakarta pada bulan Oktober 2017.

2. Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah The Landformation di Universitas

Padjajaran Bandung pada bulan September 2018.

3. Menjadi praktikan terbaik di Laboratorium Ilmu Usaha Tani pada tahun 2018.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Mengikuti Lomba Video Pendek Anak Muda Cerdas Finansial dari

PT. Manulife Asset Mangement bekerja sama dengan Yayasan Karya Salemba

Empat pada bulan Juni 2019.

5. Mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Lenggang,

Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan

Juli 2019 - Agustus 2019.

6. Melaksanakan penelitian skripsi di Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya,

Kabupaten Simalungun pada bulan Februari 2020 - Maret 2020.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kelayakan dan Daya

Saing Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun (Studi Kasus:

Usaha Pascapanen Jamin Riaman Purba)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, terkasih dan tersayang yaitu Ayahanda Ahmad

Pohan dan Ibunda Raisah Sembiring yang selalu memberikan dukungan

materi, nasihat dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta M.P. selaku ketua komisi pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu

penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

3. Ibu Nurul Fajriah Pinem, S.P., M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu

penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada

penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses

administrasi.

8. Saudara kandung penulis yaitu Abangnda Fauzi Rahim Pohan, S.P. yang

telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Sahabat-sahabat terbaik yang sangat penulis sayangi, yaitu Dea Aprillia

Kesuma Nasution, S.H. dan Parsaulian Marbun, serta seluruh sahabat yang

tergabung dalam grup The Babadook Reborn yang telah menyemangati

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kerabat-kerabat terkasih yang tergabung dalam grup Girl Squad Junior,

Anti Wacana Club serta Avangers Bahorok yang telah menjadi rekan

seperjuangan penulis dalam melalui berbagai lika-liku selama masa

perkuliahan. Semoga letih kita bisa terbayarkan kelak. Aamiin Ya Rabbal

'Aalamiin.

11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2016, yang telah banyak

membantu dan menjadi motivasi penulis selama masa perkuliahan dan

penyelesaian skripsi ini.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Bapak Jamin Riaman Purba dan Ibu Dame Nurlela Saragih yang telah

bersedia meluangkan waktunya selaku responden guna membantu penulis

dalam memperoleh informasi terkait untuk menyelesaikan penelitian ini.

Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala

amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

Aamiiin Ya Rabbal 'Aalamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga penulis menerima

saran maupun kritik yang membangun. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini

berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2020

Penulis

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10


2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10
2.1.1 Tanaman Jahe ............................................................................. 10
2.1.2 Usaha Pascapanen Jahe .............................................................. 12
2.1.3 Ekspor Jahe ................................................................................ 14
2.2 Landasan Teori .................................................................................... 18
2.2.1 Teori Produksi ............................................................................ 18
2.2.2 Teor Harga ................................................................................. 19
2.2.3 Teori Pendapatan ........................................................................ 20
2.2.4 Analisis Kelayakan .................................................................... 21
2.2.5 Teori Daya Saing........................................................................ 27
2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 29
2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 32
2.5 Hipotesis Penelitian............................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35


3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ................................................. 35
3.2 Metode Penentuan Sampel .................................................................. 35
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 36
3.4 Metode Analisis Data .......................................................................... 36
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ....................................................... 42
3.5.1 Definisi ...................................................................................... 42
3.5.2 Batasan Operasional .................................................................. 44

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL ............................................................................................... 45
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................ 45
4.1.1 Letak Geografis .......................................................................... 45
4.2 Karakteristik Sampel ........................................................................... 46
4.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ............................................. 46
4.2.2 Identitas Pemilik Usaha ............................................................. 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51


5.1 Biaya Produksi Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
dalam Satuan Rupiah dan US Dollar.................................................. 51
5.1.1 Biaya Tetap ............................................................................... 52
5.1.2 Biaya Variabel ........................................................................... 53
5.2 Pendapatan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
dalam Satuan Rupiah dan US Dollar ................................................. 55
5.3 Biaya Sumberdaya Lokal Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun dalam Satuan Rupiah ..................................................... 56
5.4 Biaya Sumberdaya Impor Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun dalam US Dollar ............................................................ 57
5.5 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun......................................................................................... 58
5.6 Analisis Daya Saing Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya Domestik ...... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 63


6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 63
6.2 Saran ................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.


1 Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia Tahun 2016-2018 2
2 Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Menurut Negara 3
Tujuan Tahun 2018
3 Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Provinsi Sumatera 4
Utara Tahun 2015-2019
4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jahe Berdasarkan 5
Provinsi Tahun 2017
5 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jahe Menurut 6
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
6 Kandungan Gizi Jahe dalam 100 gram 12
7 Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 52
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
8 Total Biaya Tetap Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 52
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
9 Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor 53
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan
US Dollar
10 Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe 54
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah dan US Dollar
11 Total Biaya Produksi Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 54
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
12 Total Penerimaan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 55
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
13 Total Pendapatan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 56
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
14 Biaya Sumberdaya Lokal Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor 57
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
15 Biaya Sumberdaya Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor 58
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US Dollar
16 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 59
Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit Cost Ratio
(𝜋/C)
17 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi 60
Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18 Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya Impor 61
Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per
Periode Produksi
19 Analisis Daya Saing Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya 62
Domestik Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Produksi

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.


1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Kelayakan dan Daya Saing 33
Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul
1 Karakteristik Pengusaha Sampel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun
2 Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
3 Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US Dollar
4 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen
Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah
5 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen
Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
6 Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
7 Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US Dollar
8 Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada
Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan Rupiah
9 Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada
Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan US Dollar
10 Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
11 Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
12 Total Penerimaan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US Dollar
13 Total Pendapatan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US Dollar
14 Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya Impor
Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi
15 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit Cost Ratio (𝜋/c)
16 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17 Perhitungan Standar Konversi Faktor Tahun 2019
18 Rata-rata Nilai Tengah Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Tanggal
2 Januari 2020 – 25 Maret 2020
19 Analisis Daya Saing Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya Domestik
Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi

perekonomian dan pembangunan Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari perannya

sebagai sektor unggulan dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan

tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri dalam skala

nasional. Sehingga, hal tersebut mendorong pemerintah untuk menaruh perhatian

lebih terhadap sektor pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

melalui kegiatan perdagangan antar negara, misalnya ekspor.

Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan

ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai

peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat

izin khusus dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen

Perdagangan. Kebijakan ekspor didasarkan pada Program Perencanaan Nasional

(propenas) dan Rencana Jangka Panjang dan Menengah yang pelaksanaannya

dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, peraturan produsen dan

peraturan menteri (Tandjung, 2011). Salah satu jenis barang ekspor sektor non-

migas dari hasil pertanian adalah tanaman biofarmaka.

Tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan dan

kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti

daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Tanaman biofarmaka

disebut juga dengan tanaman obat. Tanaman obat merupakan tanaman yang salah

1
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang

berkhasiat bagi kesehatan yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh

penyakit (Dalimarta, 2000).

Tanaman biofarmaka Indonesia terdiri atas 15 jenis, yaitu jahe, laos/lengkuas,

kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci, dringo, kapulaga,

mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya. Penggunaan

ramuan obat ada tiga cara yaitu diminum, ditempelkan, atau dibasuhkan dengan air

pencuci. Penggunaan dengan cara diminum biasanya untuk pengobatan organ tubuh

bagian dalam, sedangkan dua cara lainnya untuk pengobatan tubuh bagian luar

(Kusuma & Zakky, 2005).

Tabel 1. Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia Tahun 2016-2018


Jenis Satuan Tahun
No.
Tanaman Unit 2016 2017 2018
1 Jahe Rimpang 340.341.081 216.586.662 207.411.867
2 Laos/
Rimpang 59.453.023 63.536.065 70.014.973
Lengkuas
3 Kencur Rimpang 36.540.786 36.655.028 35.966.755
4 Kunyit Rimpang 107.770.473 128.338.949 203.457.526
5 Lempuyang Rimpang 8.467.091 7.728.410 9.150.995
6 Temulawak Rimpang 22.123.632 24.561.046 25.571.197
7 Temuireng Rimpang 6.067.555 6.407.704 7.135.233
8 Temukunci Rimpang 3.789.352 4.291.516 5.182.414
9 Dringo Rimpang 469.831 433.381 281.502
10 Kapulaga Biji 86.143.984 90.787.405 81.724.526
11 Mengkudu Buah 4.616.815 4.629.225 5.741.585
12 Mahkota
Buah 6.457.471 5.460.471 10.948.173
Dewa
13 Kejibeling Daun 520.067 376.347 429.846
14 Sambiloto Daun 783.484 1.612.170 2.290.037
15 Lidah
Daun 10.924.741 10.331.221 11.228.825
Buaya
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa tanaman biofarmaka yang memiliki

produksi tertinggi dalam satuan rimpang di Indonesia dari tahun 2016 sampai tahun

2018 adalah tanaman jahe. Pada tahun 2016, produksi tanaman jahe mencapai

340.341.081 rimpang. Pada tahun 2017, diperoleh produksi tanaman jahe sebesar

216.586.662 rimpang. Sedangkan pada tahun 2018, jumlah produksi tanaman jahe

berhasil mencapai 207.411.867 rimpang. Hal ini menunjukkan bahwa produksi

tanaman jahe mengalami penurunan tiga tahun terakhir.

Meskipun tanaman jahe mengalami penurunan produksi tiga tahun berturut-turut,

namun posisi tanaman jahe yang merupakan tanaman biofarmaka dengan tingkat

produksi tertinggi di Indonesia masih tidak dapat digantikan oleh tanaman

biofarmaka lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jahe merupakan tanaman

biofarmaka yang sangat potensial di pasar nasional maupun internasional.

Pada tabel berikut ini, dapat dilihat besarnya angka volume ekspor dan nilai FOB

yang berarti nilai yang dilakukan oleh penjual pada saat melakukan penyerahan

barang di atas kapal (melewati pagar kapal) yang tertambat di pelabuhan

pengapalan (Surya, 2017).

Tabel 2. Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Menurut Negara
Tujuan Tahun 2018
No. Negara Tujuan Volume (kg) Nilai FOB (USD)
1 Jepang 406.995 962.171
2 Malaysia 1.018.525 483.732
3 India 503.500 384.493
4 Britania Raya 66.453 358.183
5 Jerman 78.984 348.456
6 Negara Lainnya 1.128.662 1.114.634
Jumlah 3.203.119 3.651.669
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa Indonesia melakukan ekspor tanaman

jahe ke beberapa negara, diantaranya yaitu Jepang, Malaysia, India, Britania Raya

dan Jerman. Negara tujuan dengan volume ekspor terbesar pada tahun 2018 adalah

Malaysia dengan volume sebesar 1.018.525 kg. Negara tujuan dengan nilai FOB

tertinggi pada tahun 2018 adalah Jepang yaitu sebesar USD 962.171. Pada tahun

2018, jumlah volume ekspor jahe dari Indonesia adalah 3.203.119 kg dengan

jumlah nilai FOB sebesar USD 3.651.669.

Tabel 3. Volume Ekspor dan Nilai FOB Tanaman Jahe Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2015-2019
No. Tahun Volume (kg) Nilai FOB (USD)
1 2015 1.313.058 714.486
2 2016 752.929 143.011
3 2017 779.290 185.014
4 2018 1.306.346 2.186.846
5 2019 2.033.240 1.084.513
Jumlah 6.184.863 4.313.870
Rata-rata 1.236.972,6 862.774
Sumber: Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, 2020

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa volume ekspor dan nilai FOB tanaman

jahe di Sumatera Utara dari tahun 2015 sampai tahun 2019 mengalami fluktuasi.

Volume ekspor tanaman jahe dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami penurunan.

Sedangkan, dari tahun 2016 hingga tahun 2019 volume ekspor jahe mengalami

peningkatan empat tahun berturut-turut. Volume ekspor tertinggi diperoleh pada

tahun 2019 dengan jumlah sebesar 2.033.240 kg. Volume ekspor tanaman jahe

terendah diperoleh pada tahun 2016 yaitu sebesar 752.929 kg. Nilai FOB tertinggi

diperoleh pada tahun 2018 yaitu sebesar USD 2.186.846. Nilai FOB terendah

diperoleh pada tahun 2016 yatu sebesar USD 143.011.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jahe Berdasarkan


Provinsi Tahun 2017
Luas Panen Produktivitas
No. Provinsi Produksi (kg)
(m2) (kg/m2)
1 Sulawesi Barat 53.281 2.757.425 51,75
2 DKI Jakarta 1.949 28.413 14,58
3 Maluku Utara 60.535 724.011 11,96
4 Nusa Tenggara Barat 171.821 1.238.287 7,21
5 Bengkulu 1.735.537 11.467.605 6,61
6 Sumatera Barat 538.103 3.011.056 5,60
7 Jambi 595.740 2.656.751 4,46
8 DI Yogyakarta 2.001.531 8.545.276 4,27
9 Sulawesi Utara 580.256 2.140.563 3,69
10 Riau 286.070 1.033.722 3,61
11 Bali 792.310 2.793.836 3,53
12 Kalimantan Utara 68.139 226.435 3,32
13 Sulawesi Tengah 310.506 963.590 3,10
14 Sulawesi Selatan 3.921.274 12.040.602 3,07
15 Bangka Belitung 91.715 280.002 3,05
16 Sumatera Utara 2.870.612 7.263.534 2,91
17 Aceh 652.791 1.839.503 2,82
18 Provinsi Lainnya 4.882.650 157.576.051 28,22
Jumlah 99.243.181 216.586.662 2,18
Rata-rata 2.918.917,09 6.370.195,94 0,06
Sumber: Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2018

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa provinsi penghasil

tanaman jahe di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera

Utara merupakan salah satu provinsi yang cukup potensial sebagai produsen

tanaman jahe di Indonesia. Pada tahun 2017, Sumatera Utara merupakan provinsi

dengan produktivitas tanaman jahe tertinggi keenam belas di Indonesia, yaitu

sebesar 2,91 kg/m2. Pada tahun 2017, luas panen tanaman jahe di Sumatera Utara

adalah sebesar 2.870.612 m2 dengan jumlah produksi yang mampu mencapai

hingga 7.263.534 kg. Salah satu kabupaten/kota penghasil tanaman jahe di

Sumatera Utara adalah Kabupaten Simalungun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

tabel yang tertera sebagai berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jahe Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
Luas Panen Produktivitas
No. Kabupaten/Kota Produksi (kg)
(m2) (kg/m2)
1 Simalungun 845.000 2.727.000 3,23
2 Toba Samosir 948.400 2.471.464 2,61
3 Tapanuli Utara 253.211 651.779 2,57
4 Samosir 154.100 347.540 2,26
5 Tapanuli Selatan 176.892 325.355 1,84
6 Dairi 285.246 306.846 1,08
7 Deli Serdang 76.039 122.773 1,61
8 Pakpak Bharat 54.850 118.305 2,16
9 Langkat 8.692 50.704 5,83
10 Kota Medan 10.951 41.767 3,81
11 Karo 15.500 37.860 2,44
12 Asahan 6.718 19.874 2,96
13 Nias Selatan 15.749 13.704 0,87
14 Nias Utara 11.435 9.205 0,80
15 Mandailing Natal 2.091 8.852 4,23
16 Humbang Hasundutan 1.785 4.806 2,69
17 Nias 662 2.072 3,13
18 Padang Lawas 900 1.139 1,27
19 Kota Tebing Tinggi 433 1.000 2,31
20 Nias Barat 506 553 1,09
21 Padangsidimpuan 1.243 431 0,35
22 Kota Gunungsitoli 101 200 1,98
23 Kota Binjai 26 141 5,42
24 Kota Tanjung Balai 49 140 2,86
25 Serdang Bedagai 33 24 0,73
Jumlah 2.870.612 7.263.534 2,53
Rata-rata 114.824 290.541 0,10
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2018

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa Kabupaten Simalungun merupakan

daerah penghasil jahe. Pada tahun 2017, Kabupaten Simalungun memiliki jumlah

produksi tertinggi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 2.727.000 kg yang kemudian

disusul oleh Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Simalungun juga memiliki luas

panen tanaman jahe sebesar 845.000 m2. Produktivitas tanaman jahe di Kabupaten

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Simalungun berada di urutan kelima setelah Langkat, Binjai, Mandailing Natal dan

Medan, yaitu sebesar 3,23 kg/m2. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jahe

memiliki potensi yang besar pula di pasar internasional yaitu melalui kegiatan

ekspor. Kegiatan ekspor tersebut dapat berjalan dengan baik apabila terdapat pihak

pelaku usaha yang terlibat di dalamnya. Satu-satunya pelaku usaha pascapanen jahe

ekspor produksi Simalungun yang beroperasi secara rutin adalah usaha pascapanen

milik Bapak Jamin Riaman Purba yang terdapat di Nagori Raya Bayu, Kecamatan

Raya, Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengkaji kelayakan dan daya saing dari usaha pascapanen jahe ekspor produksi

Simalungun dengan melakukan studi kasus di usaha pascapanen Jamin Riaman

Purba.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Berapa biaya produksi usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan rupiah

dan US dollar di daerah penelitian?

2. Berapa pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan rupiah

dan US dollar di daerah penelitian?

3. Berapa biaya sumberdaya lokal usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan

rupiah di daerah penelitian?

4. Berapa biaya sumberdaya impor usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan

US dollar di daerah penelitian?

5. Bagaimana kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian?

6. Bagaimana daya saing usaha pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis biaya produksi usaha pascapanen jahe ekspor dalam

satuan rupiah dan US dollar di daerah penelitian

2. Untuk menganalisis pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor dalam satuan

rupiah dan US dollar di daerah penelitian

3. Untuk menganalisis biaya sumberdaya lokal usaha pascapanen jahe ekspor

dalam satuan rupiah di daerah penelitian

4. Untuk menganalisis biaya sumberdaya impor usaha pascapanen jahe ekspor

dalam satuan US dollar di daerah penelitian

5. Untuk menganalisis kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor di daerah

penelitian

6. Untuk menganalisis daya saing usaha pascapanen jahe ekspor di daerah

penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi pengusaha pascapanen jahe ekspor, hasil dari penelitian dapat

memberikan informasi tentang analisis kelayakan dan daya saing usaha

pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengembangkan usaha pascapanen jahe ekspor di

daerah penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi dalam melakukan penelitian tentang analisis kelayakan dan daya

saing usaha pascapanen jahe ekspor.

4. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana

di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat dan rempah yang

berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Tanaman jahe di

dunia tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir-akhir

ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai, Afrika, India, China, Jepang,

Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia (Hapsoh et al., 2010).

Di Indonesia, jahe telah dikenal oleh sebagian besar masyarakatnya. Tak heran

bila masing-masing daerah memiliki nama yang berbeda untuk menyebut tanaman

berkhasiat ini. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah terbuka sampai agak

ternaungi. Tanah yang disukai jahe umumnya berbahan organik tinggi, berjenis

latosol atau andosol dan berdrainase baik. Tanaman ini dapat tumbuh sampai pada

ketinggian 900 meter dari permukaan laut, tetapi akan lebih baik tumbuhnya pada

ketinggian 200 - 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan curah hujan yang

dibutuhkan antara 2.500 - 4.000 mm (Paimin et al., 2005).

Menurut Hapsoh et al. (2010), berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya

dikenal 3 jenis jahe, yaitu:

1. Jahe Gajah

Varietas jahe ini banyak ditanam masyarakat dan dikenal dengan nama

Zingiber officinale var. officinale. Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna

hijau muda, diselubungi pelepah daun sehingga agak keras. Jahe gajah

diperdagangkan sebagai rimpang segar setelah dipanen pada umur 8 - 9 bulan.

10
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Rimpang tua ini biasanya padat dan berisi. Ukuran rimpangnya 150 - 200

gram/rumpun. Ruasnya utuh, daging rimpangnya cerah, bebas luka dan bersih

dari batang semu, akar, serangga tanah dan kotoran yang melekat.

2. Jahe Putih

Jahe ini dikenal dengan nama latin Zingiber offcinale var. rubrum, memiliki

rimpang dengan bobot berkisar antara 0,5 – 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang

kecil-kecil dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan.

Kandungan dalam rimpang jahe emprit yaitu minyak atsiri 1,5 - 3,5%, kadar

pati 54,70%, kadar serat 6,59% dan kadar abu 7,39 - 8,90%. Kandungan

minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,

disamping seratnya tinggi. Jadi, ini cocok untuk ramuan obat-obatan atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe Merah atau Jahe Sunti

Jahe merah (Zingiber officinale var. amarum) memiliki rimpang dengan bobot

antara 0,5 - 0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis

dan daging rimpangnya berwarna merah jingga sampai merah. Jahe ini

memiliki kegunaan yang paling banyak dibandingkan jenis jahe yang lain. Jahe

ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan umumnya

dipasarkan dalam bentuk segar dan kering.

Sudah sejak lama jahe digunakan sebagai bumbu dapur. Misalnya, jahe digunakan

dalam masakan ikan untuk menghilangkan bau amis. Aroma dan rasanya yang

khas menyebabkan penggunaan jahe untuk bumbu dapur lebih memasyarakat. Hal

ini terlihat dari banyaknya permintaan jahe sebagai bumbu dapur yang mencapai

30.000 ton per tahun (hanya untuk pasar domestik). Kebutuhan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

menempati peringkat pertama dibanding kunyit, kencur, dan lengkuas yang juga

sering digunakan sebagai bumbu dapur (Syukur, 2001).

Penggunaan jahe kedua terbanyak yaitu sebagai obat tradisional. Jahe yang

mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat anti-inflamasi, obat nyeri

sendi dan otot karena rematik, tonikum, serta obat batuk. Umumnya, dalam

penggunaannya untuk obat tradisional, jahe dikeringkan dahulu hingga menjadi

simplisia (bahan obat yang dikeringkan). Selain kedua penggunaan jahe di atas,

jahe kering juga digunakan untuk memberi aroma dan rasa pada makanan seperti

permen, biskuit, kue dan minuman. Minyak jahe atau oleoresin yang dihasilkan

dari destilasi jahe kering banyak digunakan dalam industri parfum dan minuman

(Syukur, 2001). Kandungan zat gizi tanaman jahe dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 6. Kandungan Gizi Jahe dalam 100 gram


No. Senyawa Jumlah
1 Kadar air 86,00 %
2 Energi 51,00 kal
3 Protein 1,50 g ,
4 Lemak 1,00 g ,
5 Karbohidrat 10,10 g ,
6 Kalsium 21,00 mg
7 Fosfor 39,00 mg
8 Zat Besi 1,00 mg
9 Vitamin A 30,00 SI
10 Vitamin B1 0,02 mg
11 Vitamin C 4,00 mg
Sumber: Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2000

2.1.2 Usaha Pascapanen Jahe

Teknik panen maupun penanganan pascapanen yang tepat akan mengurangi

kehilangan hasil, meningkatkan mutu dan kualitas serta meningkatkan nilai jual

setiap komoditi pertanian. Hal ini sangat ditentukan oleh tindakan budidaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

selama masa produksi, teknik pemanenan maupun penanganan pascapanen.

Teknologi pascapanen adalah tindakan atau perlakuan yang diberikan pada setiap

komoditas sejak dari panen sampai tiba di tangan konsumen. Teknologi

pascapanen menjadi kebutuhan utama dalam mempertahankan dan meningkatkan

harga jual (Zam et al., 2019).

Menurut Hapsoh et al. (2010), penanganan pascapanen jahe merupakan kegiatan

yang penting, karena meskipun sudah dipanen jahe masih terus melanjutkan

aktivitas hidupnya yaitu melakukan metabolisme termasuk respirasi yang

menyebabkan jahe akan kehilangan komponen-komponen organiknya termasuk

bahan aktifnya sehingga mutunya menjadi rendah. Namun, dengan cara budidaya

dan penanganan pasca panen yang tepat, variasi kandungan bahan aktif dalam

hasil olahan jahe diharapkan dapat diperkecil, diatur atau distandarkan. Oleh

karena itu, penanganan pascapanen jahe yang tepat mampu mengurangi

kehilangan pascapanen.

Penanganan pascapanen jahe yang dibudidayakan pada lahan maupun dengan

sistem keranjang adalah sama, yang meliputi pembersihan rimpang dari kotoran,

tanah dan mikroorganisme yang tidak diinginkan melalui pencucian, sortasi dan

perajangan, pengeringan, pengemasan, hingga penyimpanan. Tujuan dari

penanganan pascapanen jahe adalah untuk menghasilkan produk dengan masa

simpan yang panjang, bermutu baik dan dapat mempertahankan kandungan bahan

aktif sehingga sesuai dengan standar mutu yang diinginkan oleh pasar serta

memiliki nilai jual jahe yang tinggi (Hapsoh et al., 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Rimpang jahe segar yang akan dipasarkan harus dikemas terlebih dahulu dengan

kemasan kardus dan diberi serasah penahan gesekan. Jahe juga dapat dikemas

dengan menggunakan jala plastik dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan

atau dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan antara penjual dan

pembeli. Suhu kemasan perlu dijaga sekitar 27°C dengan kelembaban 10 - 25%.

(Hapsoh et al., 2010).

Untuk mencegah kerusakan dalam penyimpanan biasanya dilakukan pendinginan

atau diberi bahan kimia seperti natrium naftalen asetat agar tidak menjadi keriput.

Guna mencegah warna kecoklatan ditambahkan natrium bisulfit, sedangkan untuk

menghindari masuknya cendawan biasanya diberi larutan natrium benzoat.

Penyimpanan jahe dilakukan di dalam gudang yang bersih, tidak lembab dan suhu

tidak melebihi 30°C. Gudang penyimpanan harus memiliki ventilasi baik dan

lancar, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang dapat menurunkan mutu jahe,

memiliki penerangan yang cukup (tetapi harus dihindari dari sinar matahari

langsung) serta bersih dan terbebas dari hama gudang (Hapsoh et al., 2010).

2.1.3 Ekspor Jahe

Ekspor adalah pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan-perusahaan di

dalam negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari

negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam

pasar internasional. Kegiatan perdagangan internasional yang memberikan

rangsangan guna membutuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan

tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang

stabil dan lembaga sosial yang fleksibel (Benny, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Berdasarkan Rinaldy et al. (2018), kelompok eksportir adalah pedagang pemilik

barang atau produsen yang memasarkan produknya ke luar negeri. Sesuai dengan

ketentuan, realisasi pemasaran dilakukan dengan cara ekspor dan harus memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Eksportir dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Produsen Eksportir

Produsen eksportir adalah para produsen yang memasarkan hasil produksinya

secara khusus ke pasar luar negeri. Pengurusan ekspor biasanya langsung

dilakukan oleh produsen yang bersangkutan. Produsen eksportir dapat juga

bertindak sebagai pengusaha jika yang bersangkutan memiliki perkebunan atau

lahan pertanian yang hasilnya dipasarkan ke luar negeri.

b. Pedagang Ekspor

Pedagang ekspor (export merchant) adalah perusahaan atau badan usaha yang

mendapat izin dari pemerintah untuk dapat memasarkan barang atau komoditas

tertentu ke luar negeri. Pedagang ekspor untuk dapat melakukan kegiatan

ekspor harus memiliki Angka Pengenal Ekspor (APE) yang dikeluarkan oleh

Kementrian Perdagangan.

c. Confirming House

Confirming house atau commission house, export indent house, purchase agent

adalah perusahaan yang secara khusus didirikan di luar negeri dan tunduk pada

hukum setempat yang bekerja untuk dan atas kepentingan kantor induknya atau

parents company yang berada di negara kantor pusatnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

d. Agen Ekspor

Agen ekspor atau export agent adalah badan usaha yang mempunyai ikatan

perjanjian dengan produsen suatu komoditas tertentu untuk mengekspor

komoditas tertentu atas nama produsennya. Agen ekspor dilihat dari kegiatan

usahanya tidak jauh berbeda dengan pedagang ekspor atau export merchant.

e. Wisma Dagang

Wisma dagang atau trading house adalah pedagang atau eksportir besar yang

bergerak di bidang ekspor-impor untuk berbagai komoditas dan merupakan

gabungan beberapa eksportir umum (general exporters) dan importir umum

(general importers).

Satu diantara rempah yang semakin menarik situasi pasar dalam negeri maupun

luar negeri adalah jahe. Situasi ini mulai tampak pada beberapa tahun terakhir ini,

saat pasar ekspor membutuhkan pemasokan jahe dalam jumlah yang melebihi

tahun-tahun sebelumnya. Sebagai salah satu negara tropis di Asia Tenggara,

Indonesia berpeluang untuk mengembangkan tanaman ini ditinjau dari segi

kondisi lingkungan dan sumber daya. Namun, kenyataannya Indonesia belum

termasuk dalam kelompok negara-negara produsen utama. Perlu adanya

peningkatan budidaya jahe sebagai komoditas ekspor dan untuk kebutuhan

domestik. Usaha ini setidaknya memiliki tiga tujuan, yaitu peningkatan produksi

sebagai sumber devisa, peningkatan pendapatan petani, dan penganekaragaman

hasil (Paimin et al., 2005).

Oleh karena banyaknya kegunaan jahe dengan persediaan untuk kebutuhan

dunia sangat terbatas maka jahe dapat menembus pasar ekspor. Hal ini memberi

peluang bagi petani jahe untuk meningkatkan produksi, baik dengan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

intensifikasi maupun ekstensifikasi. Eksportir jahe diantaranya Amerika Serikat,

Inggris, Uni Emirat Arab, Hongkong, dan Jepang. Sementara untuk negara

importir terbesar didominasi oleh Amerika Serikat dan Jepang. Dalam dunia

perdagangan, jahe dipasarkan dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe olahan,

dan oleoresin. Kebanyakan jahe diminta dalam bentuk jahe olahan, yaitu jahe

awet (Paimin et al., 2005).

Berdasarkan Rapelia (2012), jenis jahe yang diekspor dapat berupa jahe gajah,

jahe putih dan jahe merah. Jahe kualitas ekspor yang dikehendaki adalah jahe

rimpang gemuk dengan berat minimum 200 gram. Standar mutu jahe yaitu dengan

karakterisktik kulit jahe tampak halus, mengkilat, dan tidak keriput, tidak terdapat

salah satu atau beberapa ujung rimpang yang bertunas, apabila diiris melintang

pada salah satu rimpangnya akan tampak warna cerah khas jahe, rimpang jahe

tidak bercabang dan tidak patah, serta bebas dari serangga hidup.

Jahe ekspor dapat berupa jahe muda dan jahe tua. Usia panen jahe muda adalah

3-4 bulan dan usia panen jahe tua adalah 8-9 bulan. Selain jahe segar dan jahe

kering, produk olahan jahe lainnya juga memenuhi permintaan pasar ekspor,

antara lain seperti: bubuk jahe dengan kadar air sekitar 8-10% yang bermanfaat

untuk bumbu masak, minyak atsiri jahe yang bermanfaat untuk bahan industri

parfum, kosmetik, essence, farmasi dan flavouring agent serta olahan jahe

oleoresin yang bermanfaat untuk campuran minyak untuk penambah rasa seperti

penambah rasa permen, minuman keras dan saos (Yanti, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Produksi

Proses produksi dapat didefenisikan sebagai kegiatan yang meningkatkan

kesamaan antara pola permintaan barang atau jasa dan kuantitas, bentuk ukuran,

panjang dan distribusi barang atau yang tersedia di pasar. Produksi juga

merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya.

Manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya bentuk, waktu, tempat,

serta kombinasi dari beberapa manfaat tersebut. Dengan demikian produksi tidak

terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi (Rufaidah, 2013).

Aspek proses produksi antara lain kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan,

bentuk barang atau jasa diciptakan dan distribusi temporal dan spasial dari barang

atau jasa yang dihasilkan. Dalam teori ini, input atau sumberdaya yang digunakan

dalam proses produksi disebut faktor-faktor produksi, yaitu manusia (tenaga

kerja), modal, sumber daya alam (tanah) dan skill (teknologi) (Rufaidah, 2013).

Menurut Sardjonopermono (1985), prinsip produksi dalam teori ekonomi mikro

dapat digunakan untuk mendapatkan besarnya ongkos serta penawarannya dan

juga mendasari penentuan harga dan jumlah tenaga kerja, alokasi sumber-sumber

serta distribusi produksi. Teori produksi sebagaimana teori perilaku konsumen

merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif. Dalam hal ini, keputusan yang

diambil oleh seorang produsen dalam menentukan pilihan atas alternatif tersebut.

Produsen mencoba memaksimumkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu

kendala ongkos tertentu agar dapat dihasilkan profit (keuntungan) yang

maksimum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.2.2 Teori Harga

Menurut Kotler dan Amstrong (2012), harga dapat didefenisikan secara sempit

sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, atau dapat

didefenisikan secara luas harga sebagai jumlah nilai yang ditukarkan konsumen

untuk keuntungan memiliki dan menggunakan produk atau jasa yang

memungkinkan perusahaan untuk mampu mendapatkan laba yang maksimal.

Harga juga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena

harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan

dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.

Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun,

namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat

diperoleh organisasi perusahaan yang wajar dengan cara dibayar untuk nilai

pelanggan yang diciptakannya. Tujuan penetapan harga menurut Tjiptono (2015),

pada dasarnya terdapat empat jenis penetapan harga yaitu:

a. Tujuan Berorientasi pada Laba

Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan

global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang

berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, maksimisasi laba sangat

sulit untuk dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara

akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu.

b. Tujuan Berorientasi pada Volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, adapula perusahaan yang menetapkan

harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang

biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan

atau pangsa pasar.

c. Tujuan Berorientasi pada Citra

Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.

Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius.

d. Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga. Bila suatu

perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan

pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan

stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat

terstandarisasi (contohnya minyak bumi).

e. Tujuan-tujuan Lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau

menghindari campur tangan pemerintah.

2.2.3 Teori Pendapatan

Menurut Sangadji et al. (2015), pendapatan berarti sejumlah penerimaan yang

diperoleh anggota masyarakat dari hasil penjualan barang-barang dan jasa

termasuk di sini faktor-faktor produksi yang dimiliki dalam waktu tertentu, dan

bisa diukur dalam satu tahun. Pendapatan tinggi atau rendah yang diterima

masyarakat dapat mencerminkan kemampuan anggota masyarakat dalam

menghasilkan barang-barang dan jasa dalam jumlah tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah.

Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan

kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan

disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk berjaga-jaga apabila baik

kemajuan di bidang pendidikan, produksi dan sebagainya juga mempengaruhi

tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat

suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah

tersebut tinggi pula (Danil, 2013).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan volume pendapatan

dalam perusahaan adalah kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal

dan kondisi operasional perusahaan. Di samping itu, terdapat pula faktor-faktor

lain yang serta mempengaruhi jumlah pendapatan yaitu kualitas produk, harga,

distribusi serta promosi (Mulyadi, 2010).

Pendapatan disebut juga dengan laba (keuntungan). Keuntungan total merupakan

penerimaan total (TR) dikurangi denga biaya total (TC). Keuntungan total akan

mencapai maksimum apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka

terbesar. Secara sistematis, laba dapat dirumuskan dengan 𝜋 = TR-TC, perusahaan

dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila selisihnya bernilai positif (𝜋>0)

dimana TR harus lebih besar dari pada TC (TR>TC) (Rufaidah, 2013).

2.2.4 Analisis Kelayakan

Studi kelayakan telah dikenal luas oleh masyarakat, terutama masyarakat yang

bergerak dalam bidang dunia usaha dan bisnis. Bermacam-macam peluang

dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, menuntut perlu adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

penilaian tentang seberapa besar kegiatan ataupun kesempatan tersebut memiliki

kemampuan memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan kepada calon

pengusaha (Aldy et al., 2017).

Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang merupakan

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima suatu

gagasan usaha atau proyek yang direncanakan atau menolaknya. Pengertian layak

dalam penilaian sebagai studi kelayakan maksudnya adalah kemungkinan dari

gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat

(benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit.

Layaknya suatu gagasan usaha atau proyek dalam arti social benefit, tidak selalu

menggambarkan layak dalam arti financial benefit dan begitu pula sebaliknya,

tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Aldy et al., 2017).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum tujuan adanya studi kelayakan

agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain

tidak membuang uang, tenaga, waktu dan pikiran secara percuma serta tidak akan

menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan dengan

adanya usaha atau proyek akan memberikan berbagai keuntungan serta manfaat

kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi kelayakan

sebelum suatu usaha atau proyek dilaksanakan, yaitu:

a. Menghindari risiko kerugian

Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di masa

yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Dalam hal ini fungsi

studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan,

baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

b. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-

hal apa saja yang perlu direncanakan.

c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang

harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilaksanakan secara

sistematis, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah

disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan

setiap tahap yang sudah direncanakan.

d. Memudahkan pengawasan

Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari

rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh

melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga

pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.

e. Memudahkan pengendalian

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila

terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa

dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian

adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke tujuan

yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan akan tercapai.

Menurut Aldy et al. (2017), ada beberapa hal yang perlu dibahas mengenai aspek

yang berkaitan dengan studi kelayakan bisnis, terkait keputusan layak atau

tidaknya dijalankan suatu bisnis tersebut. Aspek yang berkaitan selanjutnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

dinilai, diukur dan diteliti sesuai dengan standar yang ditentukan serta peraturan

yang disepakati serta disahkan. Hal mendalam perlu dilakukan pada beberapa

aspek kelayakan bisnis yaitu:

a. Aspek Hukum

Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi

ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di

wilayah tertentu. Dengan menganalisis aspek hukum, kita dapat menganalisis

kelayakan legalitas usaha yang dijalankan, ketepatan bentuk badan hukum

dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan, dan kemampuan bisnis yang akan

diusulkan dalam memnuhi persyaratan perizinan.

b. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik

lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh) dengan ide

bisnis yang akan dijalankan. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan

aspek lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis

dan ide bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar

dibandingkan dampak negatifnya.

c. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan dan saling

mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan pasar

selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk

mencari atau menciptakan pasar dan hal ini juga memberikan manfaat untuk

memudahkan dalam transaksi. Aspek pasar menganalisis potensi pasar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis

strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang

diharapkan. Dengan analisis ini, potensi ide bisnis dapat tersalurkan dan sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan pasar.

d. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang

dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Analisis aspek teknis dan teknologi

menjadi sebuah keharusan untuk menghindari adanya kegagalan bisnis pada

masa yang akan datang, sebagai akibat karena adanya masalah teknis.

e. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap

pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun

tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Beberapa hal

yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan aspek teknis dan teknologi ialah

penentuan lokasi bisnis, tata letak (layout) bisnis, pemilihan peralatan dan

teknologi.

f. Aspek Keuangan

Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta

tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. Selain itu,

dianalisis juga pada perihal darimana saja sumber investasi dan pembiayaan

bisnis tersebut yang dihitung dengan rumusan penilaian investasi. Dengan

penilaian tersebut, dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap besaran

biaya dan investasi dengan harapan pedoman penilaian tersebut dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

memberikan penilaian yang menguntungkan, sehingga usahawan dapat lebih

percaya diri dalam memulai bisnisnya.

Analisis kelayakan digunakan untuk melihat apakah usaha yang akan dijalankan

dapat memberikan keuntungan atau tidak dan layak secara ekonomi maupun

finansial. Pengkajian aspek kelayakan usaha meliputi berapa besar biaya yang

dibutuhkan untuk merealisasikan usaha, penentuan jumlah modal yang diperlukan

dan alokasi penggunaannya secara efisien dengan harapan keuntungan yang

optimal. Analisis kelayakan juga digunakan untuk mengetahui gambaran usaha ke

depan dan menjaga keuntungan yang bisa diperoleh (Kusuma, 2012).

Kelayakan ekonomi didefenisikan sebagai kelayakan bagi semua pihak yang

memanfaatkan, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu pembangunan

atau pengembangan suatu sistem transportasi. Dalam kaitannya terhadap analisis

ekonomi, manfaat (benefit) yang diperoleh semestinya lebih besar jika

dibandingkan dengan biaya (cost) yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perhitungan

manfaat merupakan faktor vital dalam memutuskan apakah suatu rencana

pembangunan atau pengembangan, dalam hal ini, monorel tersebut layak

dilaksanakan atau tidak (Siagian dan Medis, 2015).

Menurut Suratiyah (2011), dalam kelayakan investasi ini beberapa kriteria,

diantaranya adalah B/C Ratio (𝜋/C atau produktivitas modal) dan Break Even

Point (BEP). Benefit cost ratio bisa digunakan dalam analisis kelayakan investasi,

yaitu perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang

dikeluarkan. Analisis ini juga sering disebut analisis produktivitas modal

(Cahyono, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Metode analisis pulang pokok atau analisis impas (break even analysis)

merupakan teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan

volume penjualan. Titik impas atau break even point adalah tingkat aktivitas,

dalam unit atau nominal pada total pendapatan yang sama dengan total biaya yang

terdiri atas BEP penjualan, BEP produk dan BEP harga (Raiborn & Michel, 2011).

2.2.5 Teori Daya Saing

Berdasarkan Soetriono (2017), daya saing dapat diartikan sebagai kemampuan

atau kesanggupan komoditas pertanian untuk mempertahankan perolehan laba dan

pangsa pasar sehingga dapat mempetahankan kelanjutan usahanya. Daya saing

ekspor juga merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar

negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing suatu

komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut

pada kondisi pasar yang tetap (Amir, 2003).

Dalam perdagangan, daya saing akan menentukan posisi suatu komoditi di pasar.

Peningkatan diversifikasi komoditi akan diusahakan melalui kebijaksanaan

investasi di bidang industri dan pertanian yang baru agar ekspos barang-barang

hasil industri dan barang-barang hasil pertanian baru makin menonjol. Selain itu

juga akan diusahakan kebijaksanaan fiskal dan moneter yang lebih mendukung

ekspor barang-barang jadi atau setengah jadi ketimbang barang-barang ekspor

yang belum diproses (Amir, 2003).

Menurut Amir (2003), salah satu upaya dalam meningkatkan daya saing

komoditas Indonesia di pasar dunia, pada taraf pertama dilakukan penyeragaman

mutu yang dilanjutkan dengan pembekuan mutu (standarisasi) dan kemudian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

secara selektif diadakan standarisasi mutu khusus komoditas ekspor. Terdapat

faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor, yaitu:

1. Faktor langsung, yang terdiri dari mutu komoditi, biaya produksi dan penentuan

harga jual, ketepatan waktu penyerahan (delivery time), intensitas promosi,

penentuan saluran pemasaran, dan layanan purna jual (after sales service).

2. Faktor tidak langsung, yang terdiri dari kondisi sarana pendukung ekspor

contohnya fasilitas transportasi dan fasilitas birokrasi pemerintahan, subsidi

pemerintah untuk ekspor, tingkat efisiensi dan disiplin nasional, dan kondisi

ekonomi global seperti resesi dunia, proteksionisme, dan restrukturisasi

perusahaan.

Di negara-negara yang menghadapi masalah keseimbangan pembayaran (balance

of payments), dan masalah substitusi impor atau promosi ekspor merupakan

tujuan yang penting, estimasi biaya yang diperlukan dari dalam negeri (dalam

satuan mata uang domestik) untuk memperoleh satu unit devisa (mata uang asing)

melalui suatu proyek perlu dilakukan. Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk

menghemat devisa harus dilakukan dan kemudian dapat dilihat apakah biaya yang

dibutuhkan lebih besar dari nilai devisa yang diperoleh (Gitingger, 1985).

Dengan menyatakan biaya memperoleh atau menabung satu unit devisa sebagai

biaya sumber daya domestik (domestic resource cost), maka pembanding

langsung dengan menggunakan nilai tukar resmi (official exchange rate) dan

harga bayangan (shadow price) lainnya terhadap nilai devisa yang dapat

dilakukan. Perbandingan demikian itu merupakan satu dasar untuk mengevaluasi

suatu proyek (Gitingger, 1985).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Untuk dapat menghitung biaya sumber daya domestik dengan menggunakan

metode ini, perlu diketahui empat hal: (1) nilai devisa dari produk yang

dihasilkan; (2) biaya devisa yang dibutuhkan untuk memproduksikan produk

tersebut yaitu, biaya devisa untuk bahan bakar yang diimpor, bahan baku yang

diimpor dan sebagainya; (3) biaya dalam negeri yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk/output; dan (4) biaya oportunitas kapital (Gitingger, 1985).

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan informasi dari beberapa penelitian-penelitian terlebih

dahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, diantaranya:

Menurut Amelia (2009), dengan penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing

Jahe Indonesia di Pasar Internasional menganalisis struktur pasar jahe dunia

serta membandingkan daya saing jahe Indonesia dari segi keunggulan komparatif

di empat negara tujuan ekspor yaitu Jepang, Malaysia, Singapura, dan Bangladesh

serta menganalisis keunggulan kompetitif Indonesia. Keismpulan yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah bahwa pengembangan ekspor jahe Indonesia

bermasalah pada kestabilan produksi, ketersediaan modal, dan petani yang masih

sangat tradisional. Maka untuk memperbaiki masalah tersebut dibutuhkan strategi

pengembangan jahe, yang dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu

pembentukan kemitraan antara petani dengan eksportir jahe, pemberian

bimbingan, pendampingan, dan pembinaan kepada petani jahe, melakukan teknik

budidaya jahe, dan pemanenan dan penanganan pascapanen yang tepat.

Berdasarkan Komalawati (2002) dengan judul penelitian Analisis Keunggulan

Komperatif dan Kompetitif Usahatani Jahe Gajah dengan Menggunakan Metode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Biaya Sumberdaya Domestik (Studi Kasus: Desa Cijulang, Kecamatan Jampang

Tengah, Kabupaten Sukabumi), dapat diperoleh kesimpulan bahwa keragaan

usahatani di Desa Cijulang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: luas lahan yang

sempit, bagian pola tanam tumpangsari, pemelihara saat tanpa pestisida kimia atau

tidak ada pemeliharaan sama sekali, pengusaha jahe gajah masih berkebun secara

tradisional dengan pendapatan yang rendah. Hasil dari analisis keunggulan

komparatif dan kompetitif menunjukkan bahwa usaha tani di Desa Cipularang

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa

usaha tani jahe gajah layak atau menguntungkan untuk diusahakan dan lebih baik

memproduksi jahe gajah tersebut dan mengekspornya daripada mengimpor

komoditi jahe gajah tersebut.

Berdasarkan Ikhtiari (2018) dengan penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing

Ekspor Kakao Indonesia, dengan menggunakan metode Revealed Symmetric

Comparative Advantage (RSCA) dan Revealed Comparative Advantage (RCA)

diperoleh kesimpulan bahwa kakao Indonesia memiliki daya saing yang cukup kuat

di pasar internasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbanding lurusnya antara

hipotesis dengan perhitungan yang dilakukan menggunakan dengan menggunakan

metode RCA dan mendapatkan hasil RCA yang lebih besar dari 1 (RCA>1).

Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa kakao

Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar di pasar dunia. Salah satu solusi yang

dapat digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor kakao di

pasar internasional adalah dengan melakukan promosi produk kakao di pasar

dunia dan di dalam negeri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Berdasarkan Purwono (2015) dengan judul penelitian Analisis Produksi dan

Kelayakan Usahatani Jahe di Kabupaten Karanganyar, dengan menggunakan

metode Cobb-Douglass dan metode R/C setelah melakukan survei kelapangan,

maka diperoleh bahwa hasil analisis dengan Adjusted R Square menunjukkan

variasi hasil produksi jahe dipengaruhi oleh faktor-faktor jumlah bibit, pupuk

organik, pupuk organik dan tenaga kerja yaitu sebesar 95,9%, sedangkan sisanya

sebesar 4,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil uji t menunjukkan bahwa

faktor produksi banyaknya benih, banyaknya pupuk organik, banyaknya pupuk

anorganik dan banyaknya tenaga kerja secara berpengaruh positif terhadap

produksi jahe. Kesimpulannya yaitu pengalokasian penggunaan faktor produksi

untuk usahatani jahe di Kabupaten Karanganyar tidak mencapai efisiensi teknis

maupun efisiensi ekonomis, sehingga hasil produksi jahe yang dihasilkan tidak

maksimum.

Berdasarkan Harahap (2010), Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk Opak

(Kasus: Desa Sukasari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

penelitian ini membahas mengenai tentang kelayakan usaha kerupuk opak dengan

menggunakan metode Break Event Point (BEP) serta R/C ratio dengan

menggunakan sampel sebesar 30. Daerah penelitian dipilih secara sengaja atau

purposive dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan daerah sentra

produsen opak terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai. Kesimpulan yang dapat

diperoleh berdasarkan hasil penelitian adalah dilihat bahwa analisis kelayakan

yang telah dilakukan oleh peneliti, mulai dari BEP dan R/C ratio menunjukkan

bahwa usaha kerupuk opak di daerah penelitian adalah layak untuk diusahakan

secara finansial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

2.4. Kerangka Pemikiran

Usaha pascapanen jahe ekspor merupakan usaha yang dilakukan dengan

mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan

kemampuan untuk memperoleh hasil. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan

untuk kegiatan pascapanen jahe ekspor adalah biaya pembelian jahe ke produsen

atau pedagang pengecer, alat dan bahan operasional, tenaga kerja dan berupa

modal untuk memulai usaha mempengaruhi produksi atau hasil yang diterima.

Selanjutnya akan dilakukan analisis ekonomi yang digunakan untuk mengetahui

kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor. Adapun kriteria investasi yang dipakai

dalam analisis ini yakni B/C Ratio dan Break Even Point. Bila kriteria terpenuhi

maka usaha tersebut layak diusahakan. Jika usaha dikatakan layak artinya usaha

tersebut memberikan keuntungan dan manfaat secara ekonomi, namun apabila

tidak layak artinya usaha tersebut tidak memberikan keuntungan maupun manfaat

sehingga pengusaha jahe dapat melakukan tindakan penyesuaian karena usaha

yang dikerjakan meyimpang dari tujuan semula.

Untuk mengetahui daya saing dari usaha pascapanen jahe ekspor yang dihasilkan,

digunakan metode biaya sumberdaya domestik dengan melihat nilai kurs resmi

yang berlaku. Apabila berdasarkan metode ini diperoleh hasil layak, maka jahe

layak untuk diekspor ke luar negeri karena mampu memberikan manfaat dan

memiliki kemampuan bersaing di pasar internasional. Sebaliknya, apabila

diperoleh hasil yang tidak layak, maka jahe sebaiknya hanya dipasarkan di dalam

negeri saja tanpa melakukan ekspor ke negara-negara lain dan tidak memiliki

kemampuan bersaing di pasar internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Kerangka pemikiran teoritis dalam penilitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Usaha Pascapanen Input produksi:


Jahe Ekspor
1. Jahe
2. Alat dan Bahan
Operasional
Produksi 3. Modal
4. Tenaga Kerja

Harga Jual

Penerimaan Biaya Produksi

Pendapatan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor

Analisis Kelayakan Analisis Daya Saing

Biaya Sumberdaya
Kriteria Investasi: Domestik
1. Analisis B/C Ratio
2. Analisis BEP
Jumlah Jumlah
Jumlah
biaya input biaya input
nilai output
Layak Tidak domestik impor
(USD)
Layak (Rp) (USD)

BSD > ER BSD < ER

Tidak Layak Layak Ekspor &


Ekspor & Tidak Kompetitif di
Kompetitif di Pasar Pasar
Internasional Internasional
Keterangan:
: Menyatakan mempengaruhi
: Menyatakan ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.5. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai

berikut:

1. Usaha pascapanen jahe ekspor layak dikembangkan secara ekonomi di daerah

penelitian.

2. Usaha pascapanen jahe ekspor di daerah penelitian memiliki daya saing

sehingga layak untuk diekspor dan memiliki kemampuan untuk bersaing di

pasar internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten

Simalungun. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive atau sengaja yaitu

artinya penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam memilih daerah ini

sebagai daerah penelitian karena daerah tersebut merupakan satu-satunya daerah

yang memiliki usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun yang

beroperasi secara rutin di Sumatera Utara.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini berkaitan

dengan prinsip pendekatan studi kasus, yaitu membatasi pendekatan studi kasus

sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan rinci. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan

studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa,

latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam

sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan

maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya

(Surakhrnad, 1994).

Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan

pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh

gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan

35
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun

tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari

secara intensif dan mendalam. Adapun sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu sebuah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun

milik Bapak Jamin Riaman Purba yang berlokasi di Nagori Raya Bayu,

Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun yang merupakan satu-satunya usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun yang beroperasi secara rutin di

Sumatera Utara.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap

pengusaha pascapanen jahe ekspor dengan menggunakan kuesioner yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi,

seperti Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Balai Karantina Pertanian

Belawan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, serta Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara.

3.4 Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 1 dan 2 diuji dengan menggunakan analisis finansial, yaitu

dengan menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam usaha eksportir jahe di

daerah penelitian. Identifikasi masalah 1 diperoleh dalam satuan rupiah dan

identifikasi masalah 2 dikonversi ke dalam satuan USD. Biaya total yang

digunakan diperoleh dari penjumlahan biaya variabel maupun biaya tetap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Secara matematis dapat ditulis dengan:

TC = TVC + TFC

Keterangan:

TC = Total biaya

TVC = Total biaya variabel

TFC = Total biaya tetap

Identifikasi masalah 3 dan 4 diuji dengan menggunakan metode analisis finansial,

yaitu dengan menghitung pendapatan dari pengusaha pascapanen jahe ekspor di

daerah penelitian. Identifikasi masalah 3 diperoleh dalam satuan rupiah dan

identifikasi masalah 4 dikonversikan ke dalam satuan USD. Analisis juga

dilakukan dengan menggunakan rumus pendapatan dan penerimaan. Adapun

modelnya menurut Suratiyah (2011), rumus penerimaan usaha yaitu:

TR = Y x Py

Keterangan:

TR = Total penerimaan

Y = Jumlah produksi

Py = Harga jual

Pendapatan bersih usaha pascapanen jahe ekspor dapat dihitung dengan rumus:

π = TR – TC

Keterangan:

π = Pendapatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

Identifikasi masalah 5 diuji dengan menggunakan metode analisis finansial, yaitu

dengan menghitung biaya input domestik (lokal) dari pengusaha pascapanen jahe

ekspor di daerah penelitian. Biaya total yang digunakan diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel maupun biaya tetap. Secara matematis dapat ditulis

dengan:

TCd = TVCd + TFCd

Keterangan:

TCd = Total biaya input domestik

TVCd = Total biaya input variabel domestik

TFCd = Total biaya input tetap domestik

Identifikasi masalah 6 diuji dengan menggunakan metode analisis finansial, yaitu

dengan menghitung biaya sumberdaya input impor dari pengusaha pascapanen

jahe ekspor di daerah penelitian. Biaya total yang digunakan diperoleh dari

penjumlahan biaya variabel maupun biaya tetap. Secara matematis dapat ditulis

dengan:

TCi = TVCi + TFCi

Keterangan:

TCi = Total biaya input impor

TVCi = Total biaya input variabel impor

TFCi = Total biaya input tetap impor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Identifikasi masalah 7 diuji dengan menggunakan metode analisis kriteria

investasi untuk mengetahui kelayakan. Adapun kriteria penilaian invastasi adalah

B/C Ratio (𝜋/C atau produktivitas modal) dan Break Even Point (BEP), dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Benefit cost ratio (𝜋/c atau produktivitas modal) merupakan kriteria penilaian

yang dapat digunakan dalam analisis kelayakan sebuah investasi, yaitu

perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan. Secara

matematis, dapat ditulis sebagai berikut:

𝑇𝐵
B/C =
𝑇𝐶

Keterangan:

B/C = Benefit cost ratio atau 𝜋/c

TB = Total pendapatan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika B/C > i, maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak untuk

diusahakan

Jika B/C = i, maka usaha tersebut tidak untung tidak rugi (marginal) sehingga

usaha tersebut dilanjutkan atau tidak tergantung pengambil

keputusan

Jika B/C < i, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak untuk diusahakan

(Cahyono, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

2. Break Even Point (BEP). Berdasarkan Kasmir (2012), manfaat yang diperoleh

dengan menggunakan metode break even point adalah: (1) Mendesain suatu

produk; (2) Penentuan harga jual per satuan; (3) Menentukan jumlah produksi

atau; (4) Memaksimalkan jumlah produksi dan; (5) Menentukan perencanaan

laba yang diinginkan. Break event point (BEP) terbagi menjadi:

a. BEP Penjualan

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐹𝐶
BEP Penjualan = 𝐴𝑉𝐶
1− 𝑃

b. BEP Produk

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐹𝐶
BEP Produk = x 1 kg
𝑃− 𝐴𝑉𝐶

c. BEP Harga

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑇𝐶
BEP Harga = 𝑌

Keterangan:

FC = Biaya tetap (Rp)

AVC = Biaya rata-rata variabel (Rp)

P = Harga jual (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

Y = Jumlah produksi (Kg)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Kriteria pengambilan keputusan:

Total Produksi > BEP Produksi, maka usaha itu menggambarkan keuntungan

dan layak untuk diusahakan

Total Penjualan > BEP Penjualan, maka usaha tersebut mampu menggambarkan

keuntungan dan layak untuk diusahakan

Harga Satuan > BEP Harga, maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan

dan layak untuk diusahakan

Identifikasi masalah 8 diuji dengan menggunakan metode biaya sumberdaya

domestik dengan menggunakan rumus:

Jumlah biaya input domestik (Rp)


BSD =
Jumlah nilai output (USD)−Jumlah biaya input impor (USD)

Sebelum mengitung exchange rate, dihitung standar konversi faktor terlebih

dahulu dengan menggunakan rumus:

Xt+Mt
SKFt =
(Xt−Txt)+(Mt+Tmt)

Kemudian ditentukan exchange rate dengan menggunakan rumus:

NKR
ER =
SKF

Keterangan:

BSD = Biaya sumberdaya domestik (Rp/USD)

SKFt = Standar konversi faktor tahun ke-t (SKF Indonesia berkisar antara

0,98 – 0,99)

Xt = Nilai ekspor tahun ke-t (Rp)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Mt = Nilai impor tahun ke-t (Rp)

Txt = Pajak ekspor tahun ke-t (Rp)

Tmt = Pajak impor tahun ke- t (Rp)

ER = Exchange Rate(Rp)

NKR = Nilai kurs resmi (Rp)

Menurut Gitingger (1985), kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Bila BSD < Exhange Rate (ER), maka usaha layak untuk diekspor dan memiliki

kemampuan bersaing di pasar internasional

Bila BSD > Exhange Rate (ER), maka usaha tidak layak untuk diekspor dan tidak

memiliki kemampuan bersaing di pasar internasional.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini

maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3. 5. 1 Definisi

1. Usaha pascapanen jahe ekspor adalah kegiatan bisnis pascapanen jahe

produksi Simalungun yang akan diekspor.

2. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung kegiatan pascapanen

jahe ekspor di daerah penelitian seperti jahe, alat dan bahan operasional,

modal dan tenaga kerja.

3. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan

kegiatan pascapanen jahe yang layak diekspor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

4. Pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor adalah selisih antara penerimaan

jahe dengan total biaya produksi jahe.

5. Penerimaan adalah volume ekspor jahe dikalikan dengan harga jual jahe di

pasar internasional.

6. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha

pascapanen jahe ekspor.

7. Analisis kelayakan usaha adalah analisis untuk menentukan usahapascapanen

jahe ekspor apakah layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomi.

8. Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara pendapatan atau manfaat dari

usaha pasca panen jahe ekspor dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.

9. Analisis Break Even Point (BEP) merupakan analisis yang menunjukkan titik

dimana usaha pascapanen menghasilkan jumlah laba sama dengan biaya

produksi yang dikeluarkan.

10. Daya saing adalah kemampuan komoditi jahe ekspor produksi Simalungun

untuk diekspor dan berkompetisi di pasar internasional.

11. Biaya sumberdaya domestik adalah biaya yang menggunakan sumberdaya

dalam negeri dengan melihat kemampuan menghasilkan atau menghemat unit

valuta asing atau tidak.

12. Layak adalah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun tersebut

memberikan manfaat secara ekonomi dan memberi keuntungan.

13. Tidak layak adalah usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun tidak

memberikan manfaat secara ekonomi dan tidak memberi keuntungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten

Simalungun.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah sebuah usaha pascapanen jahe ekspor milik

Bapak Jamin Riaman Purba yang terdapat di Nagori Raya Bayu, Kecamatan

Raya, Kabupaten Simalungun.

3. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2020.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya Kabupaten

Simalungun. Nagori Raya Bayu merupakan salah satu nagori dari tujuh belas

nagori dan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

Secara geografis, Nagori Raya Bayu terletak pada 02°55'00" – 02°57'02" LU dan

98°47'00" - 98°48'40" BT dengan luas wilayah sebesar 26,50 km2.

Jarak Nagori Raya Bayu menuju ke Kecamatan Raya adalah 6 km, jarak ke

Kabupaten Simalungun adalah 9,5 km, dan jarak yang harus ditempuh ke Ibukota

Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan adalah 133 km. Suhu udara rata-rata di

daerah ini adalah 25,3o C dengan suhu terendah 20,5o C dan suhu tertinggi 32,2oC.

Penyinaran matahari rata-rata 5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01

milimeter per hari serta kelembaban udara 84%.

Secara administratif, Nagori Raya Bayu mempunyai batas-batas daerah yaitu

sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Baringin dan Kelurahan Pematang

Raya

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagori Raya Huluan dan Nagori Purba

3. Sebelah barat berbatasan dengan Nagori Longkung dan Kelurahan Dalig Raya

4. Sebelah timur berbatasan dengan Nagori Bintang Mariah dan Nagori Raya

Usang

45
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

4.2 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah satu-satunya usaha pascapanen jahe ekspor

produksi Simalungun yang beroperasi secara rutin dan berlokasi di Nagori Raya

Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Karakteristik sampel yang

diperlukan dalam penelitian ini meliputi sejarah dan perkembangan usaha serta

identitas pemilik usaha.

4.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha


Usaha pascapanen jahe ekspor yang terletak di Jalan Besar Siantar-Saribu Dolok

Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun merupakan usaha

yang bergerak di bidang pertanian yang berada di subsistem hilir pada sistem

agribisnis, yaitu pengolahan pascapanen jahe yang akan diekspor dengan jenis

jahe gajah produksi Simalungun baik dalam bentuk jahe muda, yaitu jahe dengan

usia panen 4,5 bulan dan jahe tua dengan usia panen 7-8 bulan.

Usaha ini pertama kali didirikan pada tahun 2015 oleh Bapak Jamin Riaman

Purba dengan istrinya, Ibu Dame Nurlela Saragih. Modal awal pendirian usaha

pascapanen jahe ini adalah sebesar Rp 5.000.000,- dengan melakukan pinjaman

kepada keluarga. Usaha ini belum didaftarkan sebagai badan usaha, karena masih

hanya berupa gudang penyimpanan yang melakukan pengolahan pascapanen jahe

ekspor dalam jumlah yang belum begitu besar. Jahe produksi Simalungun yang

akan diekspor diperoleh dari usahatani Pak Jamin sendiri dan petani jahe yang

terdapat di Simalungun. Kuantitas jahe yang diekspor rata-rata berkisar antara

4-12 ton yang terdiri dari jahe muda dan jahe tua pada setiap pengirimannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Kegiatan usaha pascapanen jahe ekspor ini dilakukan di sekitar gudang

penyimpanan berdampingan dengan rumah kediaman Bapak Jamin dan

keluarganya dengan status kepemilikan yaitu milik sendiri. Gudang penyimpanan

ini digunakan untuk menyimpan jahe gajah yang sudah tua dengan kurun waktu

paling lama tiga minggu untuk menghindari penyusutan berlebih agar

meminimalisir terjadinya risiko. Gudang penyimpanan ini memiliki luas dengan

ukuran sebesar 27 m2 dengan ukuran halaman sebesar 3 m x 12 m. Maksimal

kapasitas penyimpanan gudang adalah 30 ton jahe yang telah dikemas

menggunakan goni.

Proses pengiriman ekspor jahe dilakukan ke negara tujuan, yaitu Malaysia.

Malaysia membutuhkan jahe Indonesia dalam kurun waktu enam bulan setiap

tahunnya. Kemudian untuk enam bulan berikutnya, Malaysia menerima asupan

jahe dari Thailand. Pengiriman jahe melalui usaha Pak Jamin ini dilakukan dari

bulan Desember sampai dengan bulan Juni. Jahe produksi Simalungun dikirim

melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Selama enam

bulan tersebut, usaha pascapanen jahe ekspor milik pak Jamin ini melakukan

pengiriman jahe dengan frekuensi tiga kali pengiriman jahe ekspor setiap

minggunya, disesuaikan dengan jadwal operasi kapal yang terdapat di Pelabuhan

Tanjung Balai.

Hasil produksi berkualitas dapat dilihat dari bagaimana proses produksi tersebut

berjalan. Usaha pascapanen jahe ekspor ini mengutamakan kualitas produk

sehingga konsumen memperoleh produk sesuai dengan yang diharapkan, baik

untuk jahe muda maupun jahe tua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Adapun kegiatan pascapanen yang dilakukan untuk jahe ekspor produksi

Simalungun adalah sebagai berikut:

1. Jahe Muda

Usia panen jahe muda adalah sekitar 4,5 bulan. Untuk jahe muda, kegiatan

pemanenan dan pengiriman jahe ke pelabuhan harus dilakukan pada hari yang

sama dengan tujuan untuk mencegah terjadimya penyusutan berlebih dan

penurunan kualitas rimpang jahe. Setelah dipanen, jahe muda langsung disortir

berdasarkan ukuran dan warna rimpang jahe. Kemudian, dilakukan

pembersihan rimpang dari kotoran, tanah maupun mikroorganisme yang tidak

diharapkan dengan melakukan pemotongan tangkai maupun akar yang masih

menempel. Terdapat pula permintaan yang mengharuskan jahe muda dicuci

terlebih dahulu. Setelah jahe muda tampak bersih dan tidak terdapat cacat pada

rimpangnya, tahap berikutnya adalah pengemasan dengan menggunakan kotak

yang memiliki kapasitas maksimal sebesar 20 kg. Selanjutnya, kotak yang

berisi jahe ditutup dengan lakban dan diikatdengan menggunakan tali strapping

band. Terakhir, kotak diberi stiker label di bagian depannya. Minimal

pembelian jahe muda ke petani maupun pengumpul perperiode produksinya

adalah sekitar 4.000 kg atau 4 ton.

2. Jahe Tua

Usia panen jahe tua adalah sekitar 7-8 bulan. Setelah dipanen, dilakukan

penyortiran berdasarkan ukuran dan warna rimpang jahe. Minimal bobot jahe

tua yang dikehendaki untuk diekspor adalah sebesar 200 gram. Kemudian,

dilakukan pembersihan rimpang dari kotoran, tanah dan mikroorganisme yang

tidak diharapkan dengan melakukan pemotongan tangkai maupun akar yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

masih menempel. Tahap berikutnya adalah penjemuran rimpang jahe dengan

tujuan untuk mengurangi kadar air yang guna memperpanjang masa

penyimpanan jahe ekspor. Penjemuran menggunakan terpal dilakukan selama

dua hari dengan mengandalkan sinar matahari. Penjemuran dilakukan mulai

pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Setelah rimpang jahe tampak

mengering, jahe dikemas ke dalam goni yang telah diberi stiker label dengan

kapasitas maksimum sebesar 10 kg. Lalu, jahe diikat menggunakan tali plastik.

Akhirnya, jahe disimpan ke dalam gudang penyimpanan. Waktu penyimpanan

paling lama untuk jahe tua yang akan diekspor adalah dua minggu hingga

saatnya pengiriman jahe tua tiba guna menghindari penyusutan yang

berlebihan yang akan berdampak kepada berkurangnya pendapatan usaha

pascapanen jahe ekspor.

4.2.2 Identitas Pemilik Usaha


Pemilik usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun yang terdapat di

Nagori Raya Bayu, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun bernama Pak Jamin

Riaman Purba. Pak Jamin berusia 46 tahun. Pendidikan terakhir Pak Jamin adalah

Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah tanggungan Pak Jamin adalah tiga orang

anak dan satu istri. Bersama istri beliau yang bernama Ibu Dame Nurlela Saragih,

memutuskan untuk mendirikan sebuah usaha pascapanen jahe ekspor. Selain

mengekspor jahe, Pak Jamin juga mengekspor buah pisang, kunyit, daun kincung

dan jeruk nipis. Disamping menjadi seorang pengusaha, Pak Jamin juga memiliki

profesi sebagai seorang petani. Berbagai macam komoditi yang diusahatanikan

Pak Jamin antara lain adalah jahe, kunyit, cabe, padi dan jeruk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Pada tahun 2011, Pak Jamin bekerja menjadi salah satu tenaga kerja di usaha

pascapanen jahe ekspor di Simalungun selama empat tahun hingga usaha tersebut

sudah tidak berjalan lagi. Sehingga pada tahun 2015, Pak Jamin beserta istri

memutuskan untuk mendirikan sebuah usaha pascapanen jahe ekspor miliknya

sendiri dengan membangun sebuah gudang penyimpanan yang juga menjadi

tempat pengolahan jahe ekspor, tepat di sebelah rumah Pak Jamin yang telah

berlangsung hingga saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun


dalam Satuan Rupiah dan US Dollar

Biaya produksi adalah akumulasi dari seluruh biaya yang digunakan untuk

pengolahan pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun. Biaya produksi dalam

usaha pascapanen jahe ekspor ini terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya variabel (variable cost). Baik biaya tetap maupun biaya variabel,

masing-masing biaya terdiri dari biaya sumberdaya domestik dan biaya

sumberdaya impor yang ditentukan berdasarkan asal sumberdaya atau input

tersebut diperoleh. Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun ini akan berpengaruh pada

pendapatan yang diterima.

Kegiatan produksi usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun ini,

dilakukan setiap minggu dari bulan Desember hingga bulan Juni. Setiap

minggunya dilakukan kegiatan produksi setiap dua hari sekali. Sehingga,

frekuensi kegiatan produksi usaha pascapanen jahe ekspor adalah tiga kali

seminggu. Hal ini dilakukan disebabkan oleh adanya penyesuaian dengan jadwal

operasional kapal di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Maka, biaya produksi

usaha pascapanen jahe ekspor berikut diakumulasikan per periode produksi, yaitu

setiap dua hari sekali. Untuk mengkonversi biaya produksi usaha pascapanen jahe

ekspor produksi Simalungun dari rupiah terhadap US dollar digunakan nilai kurs

tengah resmi yang berlaku yaitu sebesar Rp 14.134,00,-.

51
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

5.1.1 Biaya Tetap

Biaya tetap pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun milik Bapak

Jamin Riaman Purba meliputi penyusutan gudang, penyusutan peralatan

pendukung kegiatan produksi seperti timbangan 30 kg, gunting, dan terpal serta

pajak bumi dan bangunan (PBB). Biaya tetap merupakan biaya yang secara

keseluruhan tidak akan mengalami perubahan saat kegiatan produksi berfluktuasi.

Tabel 7. Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan
No. Uraian
(Rp) (USD)
1 Gudang penyimpanan 43.543,081 3,081
2 Timbangan 234,432 0,017
3 Gunting 32,967 0,002
4 Terpal 12,088 0,001
Total 43.822,568 3,101
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 2 dan 3, 2020

Berdasarkan Tabel 7, diperoleh nilai total biaya penyusutan pada usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun adalah sebesar Rp 43.822,568,-

(USD 3,101) yang terdiri atas biaya penyusutan gudang penyimpanan, biaya

penyusutan timbangan, biaya penyusutan gunting serta biaya penyusutan terpal.

Tabel 8. Total Biaya Tetap Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Biaya Penyusutan 43.822,568 3,101
2 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan 578,231 0,041
Total 44.400,799 3,141
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 2-5, 2020

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa total biaya tetap pada usaha pascapanen

jahe ekspor produksi Simalungun adalah sebesar Rp 44.400,799,- (USD 3,141)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

yang terdiri atas biaya penyusutan sebesar Rp 43.822,568,- (USD 3,101) dan

biaya pajak bumi dan bangunan sebesar Rp 578,231,- (USD 0,041).

5.1.2 Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah keseluruhannya dapat berubah

berbanding lurus dengan perubahan jumlah produk yang dihasilkan. Semakin

besar jumlah output yang diproduksi, maka secara proporsional semakin tinggi

pula total biaya variabel yang dikeluarkan dan begitu pula sebaliknya.

Biaya variabel pada usaha usaha pascapanen jahe ekspor produksi milik Bapak

Jamin Riaman Purba meliputi biaya pembelian jahe muda dan tua kepada petani,

biaya pembelian kotak, goni, pisau cutter, lem kertas, lakban, tali strapping band,

tali plastik, biaya pembuatan stiker label, biaya ekspedisi pengiriman barang,

biaya tenaga kerja, biaya air serta biaya listrik.

Tabel 9. Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor


Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah dan US Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Jahe muda 80.000.000 5.660,110
2 Jahe tua 168.000.000 11.886,232
3 Kotak 1.600.000 113,202
4 Goni 1.840.000 130,183
5 Pisau cutter 54.000 3,821
6 Lem kertas 24.000 1,698
7 Lakban 34.500 2,441
8 Stiker label 125.000 8,844
9 Tali strapping band 70.000 4,953
10 Tali plastik 15.000 1,061
11 Ekspedisi pengiriman barang 3.600.000 254,705
12 Tenaga kerja
a. Perempuan 1.420.000 100,467
b. Laki-laki 3.799.400 268,813
Total 260.581.900 18.436,529
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 6-9, 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa biaya variabel utama pada usaha

pascapanen jahe ekspor per periode produksi adalah sebesar Rp 260.581.900,-.

(USD 18.436,529). Biaya variabel utama tertinggi adalah biaya pembelian jahe

tua kepada petani yaitu sebesar Rp 168.000.000,- (USD 11.886,232) dengan

rincian harga satuan jahe sebesar Rp 21.000/kg (USD 1,486) dengan kuantitas

pembelian jahe sebanyak 8.000 kg. Selain biaya utama di atas, pada biaya variabel

usaha pascapanen jahe ekspor terdapat pula biaya lain-lain.

Tabel 10. Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe
Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah dan US Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Air 816 ,327 0,058
2 Listrik 1.224,490 0,087
Total 2.040,817 0,145
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 10 dan 11, 2020

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh bahwa total biaya lain-lain pada usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun adalah sebesar Rp 2.040,817,-

|(USD 0,145) yang terdiri dari biaya air sebesar Rp 816,327- (USD 0,058) dan

biaya listrik sebesar Rp 1.224,490,- (USD 0,087).

Tabel 11. Total Biaya Produksi Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Biaya Tetap
a. Biaya Penyusutan 43.822,568 3,101
b. Biaya Pajak Bumi dan
578,231 0,041
Bangunan (PBB)
2 Biaya Variabel
a. Biaya Bahan Baku 255.362.500,000 18.067,249
b. Biaya Tenaga Keja 5.219.400,000 369,280
c. Biaya Lain-lain 2.040,816 0,145
Total 260.628.341,615 18.439,816
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 2-11, 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa biaya produksi per periode produksi

usaha pascapanen jahe ekspor yang memiliki nilai paling tinggi adalah biaya

pembelian bahan baku yaitu mencapai Rp 255.362.500,- (USD 18.067,249) dan

biaya produksi per perode produksi usaha pacapanen jahe ekspor dengan nilai

paling rendah adalah biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yaitu sebesar

Rp 578,231,- (USD 0,041). Total biaya usaha pascapanen jahe ekspor per periode

produksi adalah sebesar Rp 260.628.341,615,- (USD 18.439,816).

5.2 Pendapatan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun


dalam Satuan Rupiah dan US Dollar

Pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor diperoleh dengan menghitung selisih

antara penerimaan penjualan jahe ekspor dengan total biaya produksi yang telah

dikeluarkan. Penerimaan pada usaha pascapanen jahe ekspor diperoleh dengan

mengalikan total keseluruhan jahe yang dijual yang terdiri dari jahe muda dan

jahe tua dengan harga jual masing-masing jahe.

Untuk mengkonversi pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor produksi

Simalungun dari rupiah terhadap US dollar digunakan nilai kurs tengah resmi

yaitu sebesar Rp 14.134,-. Penerimaan usaha pascapanen jahe ekspor dalam

satuan rupiah dan US dollar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 12. Total Penerimaan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Jahe Muda 110.200.000 7.796,802
2 Jahe Tua 225.000.000 15.919,060
Total 335.200.000 23.715,862
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 12, 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Berdasarkan Tabel 12, diperoleh bahwa total penerimaan usaha pascapanen jahe

ekspor adalah sebesar Rp 335.200.000,- (USD 23.715,862) per periode produksi.

Total penerimaan tersebut diperoleh dari penjumlahan penerimaan jahe muda

yaitu sebesar Rp 110.200.000,- (USD 7.796,802) dengan penerimaan jahe tua

yaitu sebesar Rp 225.000.000,- (USD 15.919,060).

Tabel 13. Total Pendapatan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
1 Penerimaan 335.200.000,000 23.715,862
2 Biaya Produksi 260.628.341,615 18.439,815
Total 74.571.658,385 5.276,048
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 13, 2020

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa total pendapatan usaha pascapanen

jahe ekspor adalah sebesar Rp 74.571.658,385,- (USD 5.276,048) per periode

produksi. Total pendapatan tersebut diperoleh dengan menghitung selisih dari

penerimaan penjualan jahe ekspor yaitu sebesar Rp 335.200.000,000,-

(USD 23.715,862) dengan biaya produksi yang dikeluarkan yaitu sebesar

Rp 260.628.341,615,- (USD 18.439,815).

5.3 Biaya Sumberdaya Lokal Usaha Pascapanen Jahe Ekspor dalam Satuan
Rupiah

Biaya sumberdaya lokal merupakan segala jenis biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan produksi dengan memperoleh sumberdaya input yang digunakan

bersumber dari dalam negeri. Biaya sumberdaya lokal usaha pascapanen jahe

ekspor terdiri atas biaya tetap, yaitu biaya penyusutan gudang penyimpanan dan

biaya pajak bumi dan bangunan serta biaya variabel seperti biaya pembelian

bahan baku, biaya tenaga kerja maupun biaya air dan listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Tabel 14. Biaya Sumberdaya Lokal Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah
No. Uraian Jumlah (Rp)
1 Biaya Tetap 44.121,312
a. Gudang penyimpanan 43.543,081
b. Pajak bumi dan bangunan 578,231
2 Biaya Variabel 258.983.940,816
a. Jahe muda 80.000.000,000
b. Jahe tua 168.000.000,000
c. Goni 1.840.000,000
d. Pisau cutter 54.000,000
e. Lem kertas 24.000,000
f. Lakban 34.500,000
g. Stiker label 125.000,000
h. Tali strapping band 70.000,000
i. Tali plastik 15.000,000
j. Ekspedisi pengiriman barang 3.600.000,000
k. Tenaga kerja
- Perempuan 1.420.000,000
- Laki-laki 3.799.400,000
l. Air 816,327
m. Listrik 1.224,490
Total Biaya Sumberdaya Lokal 259.028.062,128
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 2020

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa total biaya sumberdaya lokal pada

usaha pascapanen jahe ekspor per periode produksi adalah sebesar

Rp 259.028.062,128,-. Total biaya sumberdaya lokal terdiri atas biaya tetap

dengan total sebesar Rp 44.121,312,- dan biaya variabel yaitu sebesar

Rp 258.983.940,816,-.

5.4 Biaya Sumberdaya Impor Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Dalam Satuan
US Dollar

Biaya sumberdaya impor merupakan segala jenis biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan produksi dengan memperoleh sumberdaya input yang digunakan

bersumber dari luar negeri, sehingga diperlukan kegiatan impor. Biaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

sumberdaya impor usaha pascapanen jahe ekspor terdiri atas biaya tetap, yaitu

biaya penyusutan timbangan, biaya penyusutan gunting dan biaya penyusutan

terpal serta biaya variabel yaitu biaya pembelian kotak sebagai kemasan. Untuk

mengkonversi biaya sumberdaya lokal pada usaha pascapanen jahe ekspor

produksi Simalungun per periode produksi dari rupiah terhadap US dollar

digunakan nilai kurs tengah resmi yaitu sebesar Rp 14.134,00,-.

Tabel 15. Biaya Sumberdaya Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor
Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar
No. Uraian Jumlah (USD)
1 Biaya Tetap 0,020
a. Timbangan 0,017
b. Gunting 0,002
c. Terpal 0,001
2 Biaya Variabel 113,202
a. Kotak 113,202
Total Biaya Sumberdaya Impor 113,222
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 2020

Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa total biaya sumberdaya impor pada

usaha pascapanen jahe ekspor per periode produksi adalah sebesar USD 113,222.

Total biaya sumberdaya impor terdiri atas biaya tetap dengan total sebesar

USD 0,020 dan biaya variabel yaitu sebesar USD 113,202.

5.5 Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun

Kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun merupakan salah

satu hal yang cukup penting untuk dianalisis. Kegiatan usaha yang dilakukan

tentunya sangat membantu pengusaha pascapanen jahe ekspor dan seluruh tenaga

kerja yang telah terlibat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelayakan usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun dapat dihitung dengan dua metode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

analisis kelayakan, yaitu benefit cost ratio (𝜋/C) atau disebut juga dengan

produktivitas modal dan break even point yang terdiri dari BEP penerimaan,

BEP produk dan BEP harga. Adapun hasil analisis berdasarkan benefit cost ratio

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 16. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit
Cost Ratio (𝜋/C)
No. Uraian Jumlah
1 Total Penerimaan 335.200.000,000
2 Total Biaya 260.628.341,615
3 Total Pendapatan 74.571.658,385
4 Benefit cost ratio (𝜋/C) 0,286
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 15, 2020

Berdasarkan Tabel 16, diperoleh hasil perhitungan dari benefit cost ratio (𝜋/C)

per periode produksi pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun

adalah sebesar 0,286. Benefit cost ratio tersebut diperoleh dengan menghitung

perbandingan antara total pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor yang diterima

yaitu sebesar Rp 74.571.658,385,- dengan total biaya yang dikeluarkan dalam

usaha pascapanen jahe ekspor yaitu sebesar Rp 260.628.341,615,-.

Dalam perhitungan kelayakan usaha pascapanen jahe ekspor dengan metode

benefit cost ratio (𝜋/C) ini, digunakan suku bunga yang berlaku saat ini yaitu

sebesar 4,5% yang bersumber dari Bank Indonesia Rate (BI Rate) per bulan Maret

tahun 2020. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari benefit

cost ratio (𝜋/C) sebesar 0,286 memiliki nilai lebih besar dari suku bunga yang

berlaku saat ini (i) yaitu 0,045, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pascapanen

jahe ekspor produksi Simalungun memberikan keuntungan dan layak untuk

diusahakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Tabel 17. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point
No. Uraian Jumlah (Rp) Keterangan
1 Penerimaan
a. Total Penerimaan 335.200.000
Layak
b. BEP Penerimaan 203.399,564
2 Produk
a. Total Produksi 11.300
Layak
b. BEP Produksi 6,895
3 Harga
a. Harga Jual 29.500
Layak
b. BEP Harga 23.064,274
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 16, 2020

Berdasarkan Tabel 17, diperoleh hasil dari BEP penerimaan per periode produksi

adalah sebesar Rp 203.399,564,- dengan nilai yang lebih kecil dari total

penerimaan yaitu sebesar Rp 335.200.000,-. Hasil dari BEP produksi per periode

produksi adalah sebesar 6,895 kg dengan nilai yang lebih kecil dari total produksi

yaitu sebesar 11.300 kg. Hasil dari BEP harga per periode produksi adalah sebesar

Rp 23.064,274,-/kg dengan nilai yang lebih kecil dari harga jual yaitu sebesar

Rp 29.500,-/kg.

Berdasarkan analisis ketiga jenis metode break even point, diperoleh hasil nilai

BEP yang lebih kecil dari masing-masing kriteria pengambilan keputusan

kelayakan BEP. Maka, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan metode break even

point, usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun memberikan

keuntungan dan layak untuk diusahakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.6 Analisis Daya Saing Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi


Simalungun Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya Domestik

Daya saing usaha pascapanen jahe ekspor merupakan salah satu kriteria untuk

menentukan keberhasilan dan pencapaian sebuah tujuan dalam peningkatan

pendapatan usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun. Salah satu

metode yang dapat digunakan untuk menganalisis daya saing usaha pascapanen

jahe ekspor adalah metode biaya sumberdaya domestik. Biaya sumberdaya

domestik ditentukan dengan mengklasifikasikan biaya sumberdaya lokal dan

biaya sumberdaya impor.

Tabel 18. Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya


Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi
No. Uraian Jumlah
1 Biaya Sumberdaya Lokal (Rp)
a. Biaya Tetap 44.121,312
b. Biaya Variabel 258.983.940,816
Total Biaya Sumberdaya Lokal 259.028.062,128
2 Biaya Sumberdaya Impor (USD)
a. Biaya Tetap 0,020
b. Biaya Variabel 113,202
Total Biaya Sumberdaya Impor 113,222
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 2020

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa total penggunaan biaya sumberdaya

lokal pada usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun per periode

produksi adalah sebesar Rp 259.028.062,128,- yang terdiri dari biaya tetap sebesar

Rp 44.121,312,- dan biaya variabel sebesar Rp 258.983.940,816,-. Pada nilai kurs

tengah mata uang rupiah terhadap US dollar sebesar Rp 14.134,-, maka diperoleh

total penggunaan biaya sumberdaya impor pada usaha pascapanen jahe ekspor

produksi Simalungun per periode produksi adalah sebesar USD 113,222 yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

terdiri atas biaya tetap sebesar USD 0,020 serta biaya variabel sebesar

USD 113,202.

Tabel 19. Analisis Daya Saing Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya


Domestik Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Produksi
No. Uraian Satuan Jumlah
1 Biaya Sumberdaya Lokal Rp 259.028.062,128
2 Biaya Sumberdaya Impor USD 113,222
3 Nilai Produksi USD 23.715,862
4 Biaya Sumberdaya Domestik Rp/USD 10.974,538
5 Standar Konversi Faktor % 0,990
6 Nilai Kurs Resmi Rp 14.134,000
7 Exchange Rate Rp 14.276,768
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 14, 17-19, 2020

Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai biaya sumberdaya domestik

adalah sebesar Rp 10.974,538,- per USD. Artinya, untuk menghasilkan USD 1,

diperlukan rupiah sebesar Rp 10.974,538,-. Pada exchange rate yang telah

dianalisis dengan membagikan antara nilai kurs resmi sebesar Rp 14.134,- dengan

perhitungan standar koefisien faktor yaitu sebesar 0,99, diperoleh hasil sebesar

Rp 14.276,768,-. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai biaya

sumberdaya domestik lebih kecil dari nilai exchange rate. Maka dapat

disimpulkan bahwa, berdasarkan metode biaya sumberdaya domestik, usaha

pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun layak untuk diekspor dan memiliki

kemampuan untuk bersaing di pasar internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

1. Berdasarkan analisis kelayakan, diperoleh hasil benefit cost ratio (𝜋/C) < suku

bunga bank yang berlaku (i) dan BEP Penerimaan < Total Penerimaan,

BEP Produksi < Total Produksi serta BEP Harga < Harga Jual, sehingga dapat

disimpulkan bahwa usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun

memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan.

2. Berdasarkan analisis daya saing dengan menggunakan metode biaya

sumberdaya domestik, diperoleh hasil biaya sumberdaya domestik < exchange

rate, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pascapanen jahe ekspor

produksi Simalungun layak untuk diekspor dan memiliki kemampuan untuk

bersaing di pasar internasional.

6.2 Saran

1. Kepada Pengusaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun

Diharapkan kepada pengusaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun

untuk dapat mengembangkan skala usaha melalui peningkatan produksi dengan

menekan biaya serendah-rendahnya dan memperluas jangkauan pemasaran

produk sehingga mampu meningkatkan pendapatan usaha.

2. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah untuk mendukung, membantu dan

memfasilitasi pengusaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun melalui

pemberian bantuan yang mampu mempermudah kegiatan produksi menjadi

63
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64

lebih efektif dan efisien, seperti adanya pengurangan atau pembebasan pajak

ekspor maupun pemberian subsidi biaya teknis kegiatan ekspor.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut mengenai

strategi pengembangan usaha pascapanen jahe ekspor produksi Simalungun

agar mampu berkembang menjadi usaha yang, menguntungkan, menjanjikan

serta lebih kompetitif di pasar internasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, R., Purnomo Riawan dan La Ode Sugianto. 2017. Studi Kelayakan Bisnis.
UNMUH Ponorogo Press: Ponorogo
Amir. 2003. Ekspor Impor: Teori & Penerapannya. Penerbit PPM: Jakarta
Benny, Jimmy. 2013. Ekspor dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan
Devisa Di Indonesia. Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013 (Hal.
1406-1415). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi: Manado
Cahyono, Bambang. 2002. Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani.
Kanisius: Yogyakarta
Yogjakarta : Kanisius.Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.
Trubus Agriwidya: Jakarta
Danil, Mahyu. 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada
Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen, Journal
Ekonomika UAB-Aceh, Vol. IV No. 7: 9, ISSN: 2086-6011. Universitas
Almuslim Bireuen: Aceh
Gitingger, J. Price. 1985. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press): Jakarta
Hapsoh, Yaya Hasanah, dan Elisa Julianti. 2010. Budidaya dan Teknologi
Pascapanen Jahe. USU Press: Medan
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media:
Jakarta
Kotler dan Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi 7. Erlangga:
Jakarta
Kusuma, F. R., dan B.M. Zakky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
PT. Agro Media Pustaka: Medan
Kusuma, P. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Kecil
Menengah (UKM) Nata De Coco dii Sumedang, Jawa Barat. Jurnal
Inovasi dan Kewirausahaan Vol. 1, No. 2 Mei 2012. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: Subang
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Penerbit Salemba Empat: Jakarta
Paimin, Farry B., dan Murhananto. 2005. Budidaya, Pengelolaan, Perdagangan
Jahe. Penebar Swadaya: Jakarta
Rahim, Abd., dan Diah R.D. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Raiborn, Cecily A., dan Michel R. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan
Perkembangan. Salemba Empat: Jakarta
Rapelia, Hanifah. 2012. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Volume
Ekspor Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) di Jawa Tengah. Universitas
Sebelas Maret: Surakarta
Rinaldy, E., Denny Ikhlas, dan Ardha Utama. 2018. Perdagangan Internasional:
Konsep dan Aplikasi. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta
Rufaidah, Erlina. 2013. Ilmu Ekonomi. Graha Ilmu: Yogyakarta
Sangadji, M., I Ketut Djayastra dan Raudha Arif Hanoeboen. 2015. Pengantar
Mikro Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Penerbit R. A. De. Rozarie:
Surabaya

Sardjonopermono, Iswardono. 1985. Ekonomi Mikro Perilaku Produsen. Penerbit


BPFE: Yogyakarta
Siagian, Rizky T. S., dan Medis Sejahtera S. 2015. Analisis Awal Kelayakan
Ekonomi dan Finansial Dalam Perencanaan Monorel Kota Medan.
Jurnal: The 18th FSTPT International Symposium. UNILA: Bandar
Lampung
Soetriono. 2017. Daya Saing Pertanian Pertanian dalam Tinjauan Analisis.
Intimedia: Malang
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan
Teknik. Ed.7 - Cet.5. Tarsito: Bandung
Suratiyah, Ken. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta
Surya, J. K. 2017. Aspek-aspek Hukum dalam Transaksi Perdagangan
Internasional. Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Mataram:
Lombok
Syukur, Cheppy. 2001. Agar Jahe Berproduksi Tinggi; Cegah Layu Bakteri dan
Pelihara Secara Intensif. Penebar Swadaya: Jakarta
Tandjung, Marolop. 2011. Aspek dan Prosedur: Ekspor-Impor. Penerbit Salemba
Empat: Jakarta
Tjiptono, Fandy. 2015. Strategi Pemasaran Edisi 4. Penerbit Andi: Yogyakarta
Yanti, Nurul Zulasmi. 2008. Strategi Pengembangan Bisnis Jahe (Zingiber
Officinale Rosc.) di Indonesia. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Zam, W., Ilyas, dan Syatrawati. 2019. Penerapan Teknologi Pascapanen Untuk
Meningkatkan Nilai Jual Cabai di Tanatoraja. Jurnal Dedikasi
Masyarakat, 2 (2) Maret 2019, (Hal. 92 – 100). Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep: Pangkajene Kepulauan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Lampiran 1. Karakteristik Pengusaha Sampel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun

Jumlah
Nama Umur Jenis Pengalaman Pekerjaan
No. Pendidikan Tanggungan Alamat
Pengusaha (Tahun) Kelamin Berusaha Sampingan
(Anak)
Jalan Besar Siantar-
Seribu Dolok, Nagori
Jamin Riaman Raya Bayu, Kecamatan
1 46 SMA Laki-laki 3 8 tahun Petani
Purba Raya, Kabupaten
Simalungun
(Kode Pos: 21162)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lampiran 2. Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah

Biaya
Biaya Biaya
Harga Umur Penyusutan
Nilai Awal Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan
No Uraian Satuan Jumlah Satuan Ekonomis Per Periode
(Rp) (Rp) Per Tahun Per Minggu
(Rp) (Tahun) Produksi
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Gudang 152.400,782 43.543,081
Unit 1 40.500.000 40.500.000 55.000.000 20 7.924.840,664
penyimpanan
2 Timbangan Unit 2 320.000 640.000 0 15 42.666,667 820,513 234,432
3 Gunting Unit 4 7.500 30.000 0 5 6.000,000 115,385 32,967
4 Terpal Unit 2 11.000 22.000 0 10 2.200,000 42,308 12,088
Total Biaya Penyusutan 7.975.707,331 153.378,987 43.822,568

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Lampiran 3. Total Biaya Penyusutan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan US
Dollar

Biaya
Biaya Biaya
Harga Umur Penyusutan
Nilai Awal Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan
No Uraian Satuan Jumlah Satuan Ekonomis Per Periode
(USD) (USD) Per Tahun Per Minggu
(USD) (USD) Produksi
(USD) (USD)
(USD)
1 Gudang 2.865,431 2.865,431 3.891 20 560,693 10,783 3,081
Unit 1
penyimpanan
2 Timbangan Unit 2 22,640 45,281 0 15 3,019 0,058 0,017
3 Gunting Unit 4 0,531 2,123 0 5 0,425 0,008 0,002
4 Terpal Unit 2 0,778 1,557 0 10 0,156 0,003 0,001
Total Biaya Penyusutan 564,292 10,852 3,101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lampiran 4. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan Rupiah

Biaya PBB Per Tahun Biaya PBB Per Bulan Biaya PBB Per Minggu Biaya PBB Per Periode Produksi
No.
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 170.000 14.166,667 2.023,810 578,231

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 5. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode
Produksi dalam Satuan US Dollar

Biaya PBB Per Tahun Biaya PBB Per Bulan Biaya PBB Per Minggu Biaya PBB Per Periode Produksi
No.
(USD) (USD) (USD) (USD)
1 12,011 1,001 0,143 0,041

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Lampiran 6. Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
Rupiah

No. Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)


1 Jahe muda kg 4.000 20.000 80.000.000
2 Jahe tua kg 8.000 21.000 168.000.000
3 Kotak Unit 200 8.000 1.600.000
4 Goni Unit 800 2.300 1.840.000
5 Pisau cutter Unit 12 4.500 54.000
6 Lem kertas Unit 2 12.000 24.000
7 Lakban Unit 3 11.500 34.500
8 Stiker label Lembar 1.000 125 125.000
9 Tali strapping band Gulung 1 70.000 70.000
10 Tali plastik Gulung 1 15.000 15.000
11 Ekspedisi pengiriman barang Ton 12 300.000 3.600.000
12 Tenaga kerja
a. Perempuan Orang 4 355.000 1.420.000
b. Laki-laki Orang 11 345.400 3.799.400
Total Biaya Variabel 260.581.900

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Lampiran 7. Total Biaya Variabel Utama Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan
US Dollar

No. Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (USD) Jumlah (USD)


1 Jahe muda kg 4.000 1,415 5.660,110
2 Jahe tua kg 8.000 1,486 11.886,232
3 Kotak Unit 200 0,566 113,202
4 Goni Unit 800 0,163 130,183
5 Pisau cutter Unit 12 0,318 3,821
6 Lem kertas Unit 2 0,849 1,698
7 Lakban Unit 3 0,814 2,441
8 Stiker label Lembar 1.000 0,009 8,844
9 Tali strapping band Gulung 1 4,953 4,953
10 Tali plastik Gulung 1 1,061 1,061
11 Ekspedisi pengiriman barang Ton 12 21,225 254,705
12 Tenaga kerja
a. Perempuan Orang 4 25,117 100,467
b. Laki-laki Orang 11 24,438 268,813
Total Biaya Variabel 18.436,529

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Lampiran 8. Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah

Perempuan Laki-laki
Jenis Total Total
No. Jam Biaya Jumlah Jam Biaya Jumlah
Kegiatan Jumlah Jumlah HKO Biaya
Kerja Per Orang Biaya Kerja Per Orang Biaya
1 Penyortiran 4 2 30.000 120.000 11 2 30.000 330.000 3,55 450.000
2 Pembuatan
4 1 50.000 200.000 0 0 0 0 0,40 200.000
kotak
3 Penimbangan 4 2 225.000 900.000 11 2 245.400 2.699.400 3,55 3.599.400
4 Pengemasan 4 3 50.000 200.000 11 3 70.000 770.000 5,33 970.000
Total 1.420.000 3.799.400 12,83 5.219.400
Rata-rata 355.000 345.400 0,86 347.960

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Lampiran 9. Total Biaya Tenaga Kerja dan Curahan Hari Kerja Orang (HKO) Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun
Per Periode Produksi dalam US Dollar

Perempuan Laki-laki
Jenis Total Total
No. Jam Biaya Jumlah Jam Biaya Jumlah
Kegiatan Jumlah Jumlah HKO Biaya
Kerja Per Orang Biaya Kerja Per Orang Biaya
1 Penyortiran 4 2 2,123 8,490 11 2 2,123 23,348 3,55 31,838
2 Pembuatan
4 1 3,538 14,150 0 0 0 0 0,40 14,150
kotak
3 Penimbangan 4 2 15,919 63,676 11 2 17,362 190,986 3,55 254,663
4 Pengemasan 4 3 3,538 14,150 11 3 4,953 54,479 5,33 68,629
Total 100,467 268,813 12,83 369,280
Rata-rata 25,117 24,438 0,86 24,619

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Lampiran 10. Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi
dalam Satuan Rupiah

No. Uraian Biaya Per Bulan (Rp) Biaya Per Minggu (Rp) Biaya Per Periode Produksi (Rp)
1 Air 20.000 2.857,143 816,327
2 Listrik 30.000 4.285,714 1.224,490
Total 50.000 7.142,857 2.040,817

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lampiran 11. Total Biaya Lain-lain Pada Biaya Variabel Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi
dalam Satuan US Dollar

Biaya Per Periode Produksi


No. Uraian Biaya Per Bulan (USD) Biaya Per Minggu (USD)
(USD)
1 Air 1,415 0,202 0,058
2 Listrik 2,123 0,303 0,087
Total 3,538 0,505 0,145

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Lampiran 12. Total Penerimaan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan
US Dollar

Harga Jual
No. Uraian Kuantitas (kg) Harga Jual (Rp/kg) Jumlah (Rp) Jumlah (USD)
(USD/kg)
1 Jahe Muda 3.800 29.000 110.200.000 2,052 7.796,802
2 Jahe Tua 7.500 30.000 225.000.000 2,123 15.919,060
Total 335.200.000 23.715,862

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Lampiran 13. Total Pendapatan Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi dalam Satuan Rupiah dan
US Dollar

No. Uraian Satuan Jumlah Satuan Jumlah


1 Penerimaan Rp 335.200.000,000 USD 23.715,862
a. Jahe Muda
Harga jual Rp/kg 29.000,000 USD/kg 2,052
Kuantitas penjualan kg 3.800 kg 3.800
Total penerimaan Rp 110.200.000,000 USD 7.796,802
b. Jahe Tua
Harga jual Rp/kg 30.000,000 USD/kg 2,123
Kuantitas penjualan kg 7.500 kg 7.500
Total Penerimaan Rp 225.000.000,000 USD 15.919,060
2 Biaya Rp 260.628.341,615 USD 18.439,815
a. Biaya Variabel Rp 260.583.940,816 USD/kg 18.436,673
b. Biaya Tetap Rp 44.400,799 USD/kg 3,141
Total Pendapatan 74.571.658,385 5.276,048

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Lampiran 14. Penggunaan Biaya Sumberdaya Lokal dan Biaya Sumberdaya Impor Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi

Dollar
Harga Beli Asal
No. Uraian Satuan Kuantitas Jumlah (Rp) Amerika
(Rp) Negara
(USD)
1 Biaya Sumberdaya Lokal (Rp) -
a. Biaya Tetap Rp 44.121,312 -
Gudang Penyimpanan Unit 43.543,081 - Indonesia
Pajak Bumi dan Bangunan Unit 578,231 - Indonesia
b. Biaya Variabel Rp 258.983.940,816 -
Jahe muda kg 4.000 20.000,00 80.000.000,000 - Indonesia
Jahe tua kg 8.000 21.000,00 168.000.000,000 - Indonesia
Goni Unit 800 2.300,00 1.840.000,000 - Indonesia
Pisau cutter Unit 12 4.500,00 54.000,000 - Indonesia
Lem kertas Unit 2 12.000,00 24.000,000 - Indonesia
Lakban Unit 3 11.500,00 34.500,000 - Indonesia
Stiker label Lembar 1.000 125,00 125.000,000 - Indonesia
Tali strapping band Gulung 1 70.000,00 70.000,000 - Indonesia
Tali plastik Gulung 1 15.000,00 15.000,000 - Indonesia
Ekspedisi pengiriman barang Ton 12 300.000,00 3.600.000,000 - Indonesia
Tenaga Kerja - Indonesia
- Perempuan Orang 4 355.000,00 1.420.000,000 - Indonesia
- Laki-laki Orang 11 345.400,00 3.799.400,000 - Indonesia
Air 816,327 - Indonesia
Listrik 1.224,490 - Indonesia
Total Biaya Sumberdaya Lokal (Rp) 259.028.062,128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

2 Biaya Sumberdaya Impor (USD)


a. Biaya Tetap 279,487 0,020
Timbangan Unit 2 320.000,00 234,432 0,017 Vietnam
Gunting Unit 4 7.500,00 32,967 0,002 China
Terpal Unit 2 11.000,00 12,088 0,001 Korea
b. Biaya Variabel 1.600.000,000 113,202
Kotak Unit 200 8.000 1.600.000,000 113,202 China
Total Biaya Sumberdaya Impor (USD) 3.200.279,487 113,222

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Lampiran 15. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Benefit Cost
Ratio (𝜋/c)

No. Uraian Jumlah (Rp)


1 Total Penerimaan 335.200.000,000
a. Total Penerimaan Jahe Muda 110.200.000,000
b. Total Penerimaan Jahe Tua 225.000.000,000
2 Total Biaya 260.628.341,615
a. Biaya Variabel 260.583.940,816
b. Biaya Tetap 44.400,799
3 Total Pendapatan 74.571.658,385
4 Benefit Cost Ratio(𝜋/c) 0,286

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 16. Analisis Kelayakan Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi Simalungun Per Periode Produksi Berdasarkan Break Even Point

No. Uraian Satuan Jumlah


1 BEP Penerimaan
a. Biaya Tetap Rp 44.400,799
b. Biaya Variabel Rp 260.581.900,00
c. Jumlah Produksi Kg 11.300
- Jahe Muda Kg 3.800
- Jahe Tua Kg 7.500
d. Biaya Variabel Rata-rata Rp 23.060,345
e. Harga Jual Rp/kg 29.500
- Jahe Muda Rp/kg 29.000
- Jahe Tua Rp/kg 30.000
Hasil BEP Penerimaan Rp 203.399,654
2 BEP Produk
a. Biaya Tetap Rp 44.400,799
b. Biaya Variabel Rp 260.581.900,000
c. Jumlah Produksi Kg 11.300
- Jahe Muda Kg 3.800
- Jahe Tua Kg 7.500
d. Biaya Variabel Rata-rata Rp 23.060,345
e. Harga Jual Rp/kg 29.500
- Jahe Muda Rp/kg 29.000
- Jahe Tua Rp/kg 30.000
Hasil BEP Produk Kg 6,895
3 BEP Harga
a. Total Biaya Produksi Rp 260.626.300,799
- - Biaya Tetap Rp 44.400,799
- - Biaya Variabel Rp 260.581.900,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

b. Jumlah Produksi Kg 11.300


- Jahe Muda Kg 3.800
- Jahe Tua Kg 7.500
Hasil BEP Harga Rp/kg 23.064,274

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 17. Perhitungan Standar Konversi Faktor Tahun 2019

No Uraian Nilai (USD) Nilai (Rp)


1 Nilai Ekspor (Xt) 167.497.000.000 2.367.360.723.750.000
2 Nilai Impor (Mt) 170.727.400.000 2.413.018.389.750.000
3 Pajak Ekspor (Txt) 162.023.525 2.290.000.000.000
4 Pajak Impor (Tmt) 2.653.223.667 37.500.000.000.000
Standar Konversi Faktor Tahun 2019 0,99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Lampiran 18. Rata-rata Nilai Tengah Kurs Rupiah Terhadap US Dollar Tanggal 2 Januari 2020 – 25 Maret 2020

No. Tanggal Kurs Jual Kurs Tengah Kurs Beli


1 02-01-20 13.964 13.895 13.826
2 03-01-20 13.969 13.899 13.830
3 06-01-20 14.031 13.961 13.891
4 07-01-20 13.989 13.919 13.849
5 08-01-20 14.004 13.934 13.864
6 09-01-20 13.929 13.860 13.791
7 10-01-20 13.881 13.812 13.743
8 13-01-20 13.777 13.708 13.639
9 14-01-20 13.722 13.654 13.586
10 15-01-20 13.775 13.706 13.637
11 16-01-20 13.726 13.658 13.590
12 17-01-20 13.716 13.648 13.580
13 20-01-20 13.722 13.654 13.586
14 21-01-20 13.726 13.658 13.590
15 22-01-20 13.746 13.678 13.610
16 23-01-20 13.694 13.626 13.558
17 24-01-20 13.700 13.632 13.564
18 27-01-20 13.680 13.612 13.544
19 28-01-20 13.715 13.647 13.579
20 29-01-20 13.702 13.634 13.566
21 30-01-20 13.720 13.652 13.584
22 31-01-20 13.730 13.662 13.594
23 03-02-20 13.795 13.726 13.657
24 04-02-20 13.829 13.760 13.691
25 05-02-20 13.786 13.717 13.648
26 06-02-20 13.730 13.662 13.594
27 07-02-20 13.715 13.647 13.579

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

28 10-02-20 13.777 13.708 13.639


29 11-02-20 13.754 13.686 13.618
30 12-02-20 13.727 13.659 13.591
31 13-02-20 13.747 13.679 13.611
32 14-02-20 13.776 13.707 13.638
33 17-02-20 13.761 13.693 13.625
34 18-02-20 13.744 13.676 13.608
35 19-02-20 13.786 13.717 13.648
36 20-02-20 13.804 13.735 13.666
37 21-02-20 13.846 13.777 13.708
38 24-02-20 13.932 13.863 13.794
39 25-02-20 13.962 13.893 13.824
40 26-02-20 14.036 13.966 13.896
41 27-02-20 14.088 14.018 13.948
42 28-02-20 14.305 14.234 14.163
43 02-03-20 14.485 14.413 14.341
44 03-03-20 14.293 14.222 14.151
45 04-03-20 14.242 14.171 14.100
46 05-03-20 14.239 14.168 14.097
47 06-03-20 14.338 14.267 14.196
48 09-03-20 14.414 14.342 14.270
49 10-03-20 14.483 14.411 14.339
50 11-03-20 14.395 14.323 14.251
51 12-03-20 14.562 14.490 14.418
52 13-03-20 14.889 14.815 14.741
53 16-03-20 14.892 14.818 14.744
54 17-03-20 15.158 15.083 15.008
55 18-03-20 15.299 15.223 15.147
56 19-03-20 15.791 15.712 15.633
57 20-03-20 16.354 16.273 16.192

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

58 23-03-20 16.691 16.608 16.525


59 24-03-20 16.568 16.486 16.404
60 25-03-20 16.404 16.568 16.486
Rata-rata Kurs Nilai Tengah 14.134

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Lampiran 19. Analisis Daya Saing Berdasarkan Metode Biaya Sumberdaya Domestik Pada Usaha Pascapanen Jahe Ekspor Produksi
Simalungun Per Periode Produksi

No. Uraian Satuan Jumlah


1 Biaya Sumberdaya Lokal
a. Biaya Tetap Rp 44.121,312
b. Biaya Variabel Rp 258.983.940,816
Total Biaya Sumberdaya Lokal Rp 259.028.062,128
2 Biaya Sumberdaya Impor
a. Biaya Tetap USD 0,020
b. Biaya Variabel USD 113,202
Total Biaya Sumberdaya Impor USD 113,222
3 Nilai Produksi
a. Jahe Muda USD 7.796,802
b. Jahe Tua USD 15.919,060
Total Nilai Produksi USD 23.715,862
4 Biaya Sumberdaya Domestik Rp/USD 10.974,538
5 Standar Konversi Faktor
a. Nilai Ekspor Rp 2.367.360.723.750.000
b. Nilai Impor Rp 2.413.018.389.750.000
c. Pajak Ekspor Rp 2.290.000.000.000
d. Pajak Impor Rp 37.500.000.000.000
Hasil SKF 0,99
6 Nilai Kurs Resmi Rp 14.134,00
7 Exchange Rate Rp 14.276,77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai