Oleh
Rio Dwi Andika
NPM 15741099
Oleh
Rio Dwi Andika
NPM 15741099
5. Jurusan : Peternakan
Menyetujui
Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. drh. Dwi Desmiyeni P., M.Si. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si.
NIP 197312051999032001 NIP 196803271993032004
Oleh :
Rio Dwi Andika
Abstrak
kemudahan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan
Mahasiswa yang berjudul “Penanganan Kasus Prolapsus Uteri Pada Sapi Induk Di
4. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak
semangat.
5. Dr. drh. Dwi Desmiyeni Putri, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
6. Bapak, Ibu dosen dan Teknisi Program Studi Produksi Ternak yang telah
angkatan tahun 2015 yang selalu memberikan semangat kepada Penulis dalam
8. Sahabat seperjuangan di liqo’ Shabb Abdul Akhtar dari SMA sampai sekarang
Ridho Iqbal, Rudi Setio Imam, Agid, Ipul, Ugi, Fahrudin, Mujiono, Dwi dan
9. Pimpinan dan para karyawan di tempat PKL PT. Superindo Utama Jaya yang
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 2
1.4 Kontribusi ......................................................................................... 3
LAMPIRAN ................................................................................................... 24
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keadaan tenaga kerja di PT. Superindo Utama Jaya 2018 ...................... 8
Gambar Halaman
1. Prolapsus uteri .......................................................................................... 12
menghasilkan bibit sapi secara berkelanjutan. Bibit ternak atau induk dipelihara
bakalan yang akan digemukkan dengan hasil akhir ternak potong (Ningrum,
2018).
Sapi yang digunakan dalam usaha pembibitan adalah sapi betina atau sapi
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pakan sapi induk ketika
bunting. Kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi pada sapi induk ketika bunting
dapat mengakibatkan sapi induk kekurangan tenaga ketika akan merejan saat
Distokia atau kesulitan dalam melahirkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
distokia untuk menyelamatkan pedet agar tetap hidup, adalah terlebih dahulu
petugas melakukan palpasi per rektal posisi fetus untuk kemudian dilakukan
penarikan fetus agar fetus tetap selamat. Ukuran fetus yang terlalu besar seringkali
keluar.
2
Penanganan gangguan reproduksi di tingkat usaha pembibitan sapi potong
perlu diperhatikan terutama dalam hal mencegah terjadinya kasus prolapsus uteri
pada sapi, karena demi meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan induk tetap
sehat. Dengan adanya pembelajaran mengenai kasus prolapsus uteri pada sapi dan
1.1 Tujuan
penanganan kasus prolapsus uteri pada sapi induk di PT. Superindo Utama Jaya.
harga jual yang tinggi. Faktor reproduksi sangat penting untuk diperhatikan dalam
reproduksi ternak. Idealnya seekor induk melahirkan anak satu kali dalam satu
interval yang lebih dari 12 bulan dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah adanya gangguan reproduksi yaitu prolapsus uteri yang terjadi
pada induk pasca melahirkan, pada keadaan prolapsus uteri menyebabkan organ
reproduksi mengalami iritasi atau cedera, infeksi pada bagian saluran reproduksi
3
akibat penanganan yang kurang baik sehingga memerlukan waktu yang cukup
pada siklus reproduksi selanjutnya kemudian days open lebih lama. Oleh karena
itu kasus prolapsus uteri ini harus ditangani dengan benar (Toelihere, 1985).
Selain dapat mempengaruhi days open dan calving interval terjadinya kasus
prolapsus uteri jika tidak ditangani dengan cepat, tepat dan benar dapat
menyebabkan hewan mati. Menurut Ishii et al. (2010) dalam Asri (2017),
penanganan prolapsus uteri harus dilakukan dengan hati-hati dalam hal reposisi
melukai atau merobek uterus bahkan dapat merobek pembuluh darah yang dapat
hewan mati.
1.4 Kontribusi
dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam manajemen pembibitan sapi potong dan
prolapsus uteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau
b. Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar.
induk.
Pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang asal usul
(kesuburan ternak, jumlah anak yang lahir dan hidup normal, umur pertama
Peternakan, 2007).
Sapi induk adalah sapi betina yang khusus dipelihara untuk menghasilkan
daging, susu, atau pedet. Pada proses pemilihan bibit harus jelas tujuan
dihasilkan juga harus diseleksi untuk dijadikan bakalan atau replacement stock
(Nugroho, 2008).
5
Menurut Ngadiyono (2012), ciri-ciri pemilihan sapi induk yang baik
berdasarkan penampilannya yaitu berpostur tubuh baik, kaki kuat dan lurus,
ambing atau puting susu normal, halus, kenyal, tidak ada infeksi atau
pembengkakan, bulu halus, mata bersinar, nafsu makan baik, dan alat kelamin
normal. Pada sapi induk tanda-tanda birahi teratur, ternak dalam kondisi sehat,
kelahiran setiap tahun, akan tetapi ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya
pedet juga kematian induk akibat proses penanganan kelahiran yang tidak tepat.
Keberhasilan pada tingkat kebuntingan sapi induk saja tidak cukup tetapi
perlu hingga terjadi kelahiran pedet (Luthfi dan Widyaningrum, 2007). Menurut
Phocas dan Laloe (2003) dalam Luthfi dan Widyaningrum (2007), gangguan
besar pada peternak dalam memproduksi pedet. Pedet yang telah dinanti selama
proses pembibitan, jarak beranak semakin panjang, peningkatan biaya pakan dan
lapangan antara lain distokia, prolapsus uteri, retensio secundinae dan abortus.
vagina dan menggantung di vulva. Prolapsus uteri terjadi pada stadium ketiga
6
setelah pengeluaran fetus dan setelah kotiledon fetus terpisah dari karunkula induk
(Wardhani, 2015).
peranakan bagian luar, yang mengalami relaksasi pada saat sapi induk memasuki
perut seiring perkembangan fetus (janin sapi) dapat mendorong bagian dalam
saluran kantung kemih tertutup oleh bagian vagina yang mengalami prolapsus
Prolapsus uteri sering terjadi pada sapi yang sudah sering partus, hewan
yang telah berumur tua dan makanan yang kurang baik selama hewan itu
menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali ke posisi sebelum bunting
(Toelihere, 1985).
Gejala yang dapat diamati pada hewan yang mengalami kasus prolapsus
uteri adalah biasanya hewan berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus
menggantung di kaki belakang. Selaput fetus atau selaput mukosa uterus yang
terbuka dapat terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran, atau gumpalan darah.
Uterus dapat membesar terutama bila kondisi prolapsus uteri telah berlangsung 4-
Secara medis dapat dilakukan dengan reposisi uterus yaitu irigasi (pencucian
organ uterus dengan antiseptik povidon iodine dan uterus direposisi), selanjutnya
bagian servik yang terdekat pada vulva. Setelah melakukan reposisi uterus,
luas lainnya kedalam uterus. Pada tahap terakhir diberikan injeksi antibiotik
(Toelihere, 1985).
peternakan pembibitan dan penggemukan sapi potong yang berada di jalan Walet
Rt. 059/ Rw. 012, kelurahan Banjar Sari, Kec. Metro Utara, Kota Metro. PT.
Superindo Utama Jaya berdiri sejak tahun 2010 dengan nama awal CV Lestari
Jaya dengan populasi awal penggemukan sapi potong 100 ekor. Pada tahun 2011
betina indukan dengan luas kandang 3 Ha. Seiring berjalannya usaha pembibitan
dan penggemukan sapi indukan, pedet, dan dara yang kian bertambah jumlahnya
mencapai 1.200 ekor CV Lestari Jaya resmi menjadi PT. Superindo Utama Jaya
pada tahun 2016 dengan luas lahan hijauan 10 Ha serta sumber hijauan dari para
8
petani sekitar peternakan. Pertengahan tahun 2017 populasi kian naik hingga
2.500 ekor sehingga kandang sapi dengan luas 3 Ha tidak mampu menampung
jumlah sapi yang ada, maka pada tahun 2018 dibuka cabang PT. Superindo Utama
Jaya di Nakau, Lampung Utara dengan populasi sapi 450 ekor dara dan pejantan.
2.5.2 Ketenagakerjaan
PT. Superindo Utama Jaya, Banjar Sari, Metro Utara pada tanggal 13 Agustus
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
lapang. Data sekunder berasal dari studi literatur yang diperoleh melalui media
Superindo Utama Jaya Kelurahan Banjar Sari, Metro Utara telah dilakukan
yang terjadi pada sapi induk yang melahirkan sampai cara penanganan.
Jaya.
c. Partisipasi aktif berupa ikut serta membantu dalam praktik langsung proses
3.5 Pengamatan
sapi Peranakan Ongole (PO), Limousin, dan Brahman Cross (BX). Jumlah
populasi sapi induk di PT. Superindo Utama Jaya sebanyak 586 ekor yang terdiri
dari sapi PO 297 ekor, Limousin 197 ekor, dan Brahman Cross 92 ekor. PT.
perkawinan alam dan inseminasi buatan (IB) menggunakan bibit unggul pada sapi
yang dipelihara untuk pembibitan. Menurut Toelihere (1985), apabila jenis sapi
induk yang dipelihara dalam pembibitan adalah sapi induk lokal sebaiknya
dikawinkan dengan pejantan yang sesuai, ataupun dalam memilih induk sebagai
penghasil bibit sebaiknya tidak yang berumur terlalu tua. Prolapsus uteri sering
terjadi pada sapi yang sudah sering partus, hewan yang telah berumur tua dan
makanan yang kurang baik selama hewan itu dipelihara dalam kandang,
Persentase kasus prolapsus uteri di PT. Superindo Utama Jaya setiap tahun
rata-rata 4-5 ekor induk sapi, jika dipersentasekan 1% dari populasi sapi induk.
sapi tetapi sangat berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi dari sapi induk yang
sapi induk. Idealnya seekor induk melahirkan anak satu kali dalam satu tahun atau
12
2012).
kejadian distokia yang diikuti dengan kasus prolapsus uteri. Kasus prolapsus uteri
yang terjadi pada PT. Superindo Utama Jaya terjadi pada sapi induk yang berumur
3-4 tahun. Kasus prolapsus uteri terjadi setelah sapi mengalami kasus distokia,
karena sapi induk tidak kuat merejan. Kejadian distokia salah satunya disebabkan
ukuran fetus atau posisi fetus yang tidak normal, sehingga dilakukan penarikan
dan lemah. Proses penarikan fetus dapat menyebabkan terjadinya cedera pada
organ reproduksi sehigga sapi akan mengalami kasus prolapsus uteri (Gambar 1).
terdiri dari 2 ekor sapi induk dalam kondisi baik dan tetap dilakukan
pemeliharaan, sedangkan 2 ekor yang lain dalam kondisi lemah dan kembali
karena masih ada sapi induk yang kembali mengalami prolapsus uteri setelah
penanganan. Sapi induk yang mengalami prolapsus uteri di PT. Superindo Utama
Jaya yang masih dalam kondisi baik menunjukkan gejala birahi atau estrus
dalam Ismaya (2014), gejala birahi pada sapi waktunya bervariasi tergantung
pakan, musim/suhu, dan waktu involusi uterus. Biasanya pada sapi menunjukkan
melihat sapi induk berbaring di lantai kandang setelah penarikan fetus kondisinya
terlihat lemah; beberapa saat sapi berdiri kembali dan kemudian dari dalam vagina
terlihat mukosa uterus keluar menggantung di kaki belakang sapi. Maka dapat
dideteksi sapi mengalami kasus prolapsus uteri. Menurut Toelihere (1985), tanda-
tanda prolapsus uteri adalah biasanya sapi berbaring tetapi dapat pula berdiri
oedematus terutama bila kondisi telah berlangsung 4-6 jam atau lebih.
itu hanya sebagian maka besarnya penonjolan mukosa uterus hanya sebesar tinju,
atau lebih besar lagi. Apabila dalam keadaan total maka sampai serviks pun ikut
Superindo Utama Jaya dilakukan setelah beberapa saat prolapsus uteri terjadi,
Siswanto dan Mudji (2010), pada kasus prolapsus uteri yang kasusnya baru dan
segera mendapatkan penanganan maka kondisi induk akan segera baik. Pada
kasus prolapsus uteri yang berat dengan uterus telah terkontaminasi dan
mengalami infeksi maka kondisi induk akan menjadi buruk. Kondisi ini akan
dan bahan yang akan digunakan seperti needle holder, gunting, jarum jahit
khusus, spuit, dan benang silk. Berikut alat dan bahan yang digunakan
dalam penanganan kasus prolapsus uteri dapat dilihat pada (Gambar 2).
Gambar 3. Penstrep-400
Gambar 4. Biodin
4. Prosedur ke-4 petugas mencuci uterus dengan air bersih lalu perlahan-
masuk seluruhnya, proses reposisi uterus dapat dilihat pada (Gambar 5).
16
(Rismardiati, 1985).
umum terutama pada tonus otot dari semua spesies hewan, seperti pada
prolapsus uteri.
18
pada sapi induk yang dipelihara menurut Anonim (2007) dalam Siswanto dan
Mudji (2010), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
desain lantai kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi di bagian belakang,
pada trimester ketiga tidak mengalami kegemukan, dan yang terpenting adalah
prolapsus uteri pada saat bunting karena ada kecenderungan genetis berperan
dalam kejadian kasus prolapsus uteri. Ketika induk sapi bunting kembali dan
melahirkan maka ada sifat herediter. Pencegahan prolapsus uteri dapat dilakukan
dengan cara melakukan exercise pada sapi induk yang sedang bunting untuk
melatih otot-otot pada sapi induk agar tidak lemah ketika akan melahirkan.
kesehatan sapi pasca penanganan. Indikator yang dapat dijadikan sebagai penentu
keberhasilan penanganan kasus prolapsus uteri antara lain: 1) Sapi induk sehat, 2)
tidak terjadi prolapsus uteri berulang, 3) tidak terjadi jahitan lepas, 4) waktu sapi
menunjukkan birahi <90 hari. Berikut ini adalah data dari kejadian prolapsus uteri
di PT. Superindo Utama Jaya yang didapatkan selama mengikuti kegiatan PKL
2 √ √ √ √
3 X X X X
4 X X X X
Superindo Utama Jaya dapat dinyatakan bahwa dari 4 ekor sapi induk yang
mengalami kasus prolapsus uteri tidak ada sapi induk yang mati setelah
penanganan, tetapi ada yang lemah dan tidak tertolong sehingga dilakukan afkir.
Luka jahitan dibuka setelah 7 hari, 2 ekor sapi tidak menunjukkan gejala
prolapsus berulang tetapi 2 ekor yang lain masih mengalami gejala prolapsus
berulang.
mulai normal dan jahitan sudah mengering, sehingga pada dasarnya jahitan boleh
belum baik karena masih ada sapi induk yang menunjukkan gejala prolapsus uteri
5.1 Kesimpulan
uteri pada sapi induk di PT. Superindo Utama Jaya dapat disimpulkan bahwa:
penanganan yang dilakukan dalam kasus prolapsus uteri pada sapi induk kurang
uterus dan mereposisi secara manual dalam vagina hingga masuk seluruhnya;
dilakukan jahitan pada sebagian bibir vulva; pada akhir penanganan diberikan satu
5.2 Saran
dinyatakan penanganan prolapsus uteri masih kurang baik, dan belum diketahui
data tentang kasus sebelumnya karena tidak dilakukan recording atau pencatatan.
Perlu dibuatkan recording setiap kejadian prolapsus uteri, agar dapat menjadi
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga kasusnya
tidak terulang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F. 2014. Biodin Penguat Otot dan Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.
http://obathewan17.blogspot.com/2014/12/biodin-penguat-otot-dan-
meningkatkan.html. (Diakses tanggal 4/11/2018)
Bastian Rusdia, Madi Hartonob, dan Sri Suharyati. 2016. Calving Interval pada
Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu. Department of Animal Husbandry,
Faculty of Agriculture Lampung University. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol. 4(4): 277- 283, November 2016.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi Dan Kerbau. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Ningrum, F.W. 2018. Pemilihan Induk Sapi Berdasarkan Skor Kondisi Tubuh di
PT Superindo Utama Jaya Kelurahan Banjar Sari, Kecamatan Metro Utara.
Tugas Akhir. Program Studi Produksi Ternak. Jurusan Peternakan.
Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Phocas F, Laloe D. 2003. Evaluation models and genetic parameters for calving
difficulty in beef cattle. J Anim Sci. 81:933-938.
Rismardiati, D.U. 1985. Preparat Penisilin dalam Pengobatan Mastitis Sapi Perah.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Riyanto, J., Sunarto, B.S. Hertanto, M. Cahyadi, Hidayah, R., W. Sejati. 2016.
Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah Penderita Mastitis yang Mendapat
Pengobatan Antibiotik. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Jurnal Sains Peternakan Vol. 14 (2),
September 2016: 30-41.
Siswanto dan Era Hari Mudji. 2011. Tingkat Kejadian Prolapsus Uteri Pada Sapi
Perah Peranakan Fh Di Koperasi Unit Desa Sukamulya Kecamatan Wates
Kabupaten Kediri. https://Jurnalvitek.com/jv/article/download/10/12
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
23
Wardhani, S.A.B. 2015 . Prevalensi Kejadian Prolapsus Uteri pada Sapi Perah di
Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
25