Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PEDET BRAHMAN CROSS

UMUR 1-90 HARI DI PT. INDO PRIMA BEEF (II) DESA


LEMPUYANG BANDAR KECAMATAN WAY PENGUBUHAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)

Oleh

Muhammad Syaefudin
NPM 19741052

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2022
MANAJEMEN PEMELIHARAAN PEDET BRAHMAN CROSS
UMUR 1-90 HARI DI PT. INDO PRIMA BEEF (II) DESA
LEMPUYANG BANDAR KECAMATAN WAY PENGUBUHAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh
Muhammad Syaefudin
NPM 19741052

Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Sebutan


Ahli Madya Peternakan (A.Md. Pt.)
pada
Program Studi Produksi Ternak
Jurusan Peternakan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2022
v

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PEDET BRAHMAN CROSS


UMUR 1-90 HARI DI PT. INDO PRIMA BEEF (II),DESA
LEMPUYANG BANDAR,KECAMATAN WAY
PENGUBUHAN,KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh
Muhammad Syaefudin

ABSTRAK

Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses


penciptaan bibit sapi yang bekualitas. Untuk itu maka sangat diperlukan
penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapih.
Pedet adalah sebutan bagi anak sapi dari mulai lahir sampai pada usia kurang
lebih delapan bulan. Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari manajemen
pemeliharaan pedet di PT Indo Prima Beef (II), Desa Lempuyang Bandar,
Kecamatan Way Pengubuan Lampung Tengah dari mulai kelahiran sampai lepas
sapih. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, praktik langsung dan
pencatatan serta studi literatur tentang manajemen pemeliharaan pedet brahman
cross umur 1-90 hari di PT. Indo Prima Beef II Desa Lempuyang Bandar,
Kecamatan Way Pengubuan Lampung Tengah. Penangan pedet di PT. Indo Prima
Beef II Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan Lampung Tengah
sudah dilakuakan dengan baik, yang terdiri dari progeram penanganan pedet baru
lahir, pemberian kolosterum, pemberian pakan hijauan, pemberian air minum,
penanganan kesehatan pedet, sanitasi kandang dan penyapihan. Adapun
pertambahan bobot badan harian pedet selama 2 bulan yaitu 0,4% kg/ekor/hari
dan tingkat mortalitas yaitu 0,055%.

Kata kunci: Manajemen, Pemeliharan, Pedet


vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama muhammad Syaefudin lahir di desa waringin


sari barat pada tanggal 04 juli 1999. Merupakan anak ke enam
dari lima saudara yang lahir dari pasangan Bapak Mulyadi dan
Ibu Rohimi. Penulis memulai pendidikan di SDN 3 Waringin
Sari Barat dan lulus pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan
jenjang pendidikan ke SMP N 1 Sukoharjo dan lulus pada
tahun 2016. Setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Sukoharjo
dan lulus pada tahun 2019 Pada tahun 2019, penulis masuk Politeknik Negeri
Lampung diterima sebagai mahasiswa Program Studi Produksi Ternak Jurusan
Peternakan. Penulis masuk Politeknik Negeri Lampung melalui jalur SBMPTN.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Indo Prima Beef (II).
vii

MOTO

JIKA KAMU MENUNGGU WAKTU DAN KONDISI YANG


TEPAT UNTUK MEMULAI SESUATU, MAKA KAMU TIDAK
AKAN PERNAH MEMULAINYA

( @BUSINESSBOOK SUMMARY )
viii

PERSEMBAHAN

Karya kecilku, kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta


Bapak Mulyadi dan Ibu Rohimi
Yang selalu mendoakan, memberi semangat, nasihat, motivasi, serta menantikan
kesuksesan dan keberhasilanku

Saudara – saudaraku tercinta


Yang menjadi penyemangat dan memberi dorongan selama ini dalam setiap
langkahku

Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi

Untuk sahabatku Musthofa Jaya, M.Anggita Kristiana, Imam Pambudi, M.Wira.P,


Jepri Dwi Pangestu, Reza Anugerah, Indra Aditiya, Thoriq aziz, Revika Ria
Sihotang yang selalu mendukung dan memberi semangat

Serta Teman Seperjuanganku satu angkatan mahasiswa Produksi Ternak yang


telah berjuang bersama-sama disaat susah maupun senang, terimakasih atas
bantuan dan kerjasamanya.

Almamaterku tercinta Politeknik Negeri Lampung


ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia serta
limpahan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Manajemen Pemeliharaan Pedet Brahman Cross Umur 1-90
hari Di PT. Indo Prima Beef (II) Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way
Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah’’ dengan baik dan tepat waktu.
Keberhasilan dalam menyelesaikan laporan ini juga atas bantuan dan partisipasi
dari berbagai pihak dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Sarono, M.Si. selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.
2. Pimpinan PT. Indo Prima Beef (II) yang telah bersedia bekerjasama dengan
Program Studi Produksi Ternak dengan memberikan ilmu dan izin Praktik
Kerja Lapang bagi Mahasiswa Program Studi Produksi Ternak, Politeknik
Negeri Lampung.
3. Dr. Rakhmawati, S.Pi.,M.Si selaku Ketua Jurusan Peternakan, Politeknik
Negeri Lampung.
4. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si. selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak,
Politeknik Negeri Lampung.
5. Dr. Nurhayati, S.Pt.,M.P selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memeberikan bimbingan dan arahan selama ini.
6. Dr. Ir. Suraya Kaffi Syafura, M.T.A selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbing dan arahan selama
ini.
7. Para Bapak Ibu dosen yang telah membimbing selama perkuliahan.
8. Setyo adi nugroho, S.P,t selaku manager PT. Indo Prima Beef (II) yang telah
memberikan izin untuk melakukan Praktek Kerja Lapang.
9. Drh Rizki Novianto dan Drh Adi Bagus selaku tenaga medis hewan yang
telah memberi bimbingan selama melaksanakan praktik kerja lapang di PT.
PT.Indo Prima Beef (II) Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way
Pengubuan, kabupaten Lampung Tengah.
x

10. Seluruh staf dan karyawan PT.Indo Prima Beef (II) Desa Lempuyang Bandar,
Kecamatan Way Pengubuan, kabupaten Lampung Tengah atas kerjasama dan
bimbingannya selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
11. Teman seperjuangan PKL PT. Indo Prima Beef (II) Musthofa Jaya,
M.Anggita Kristiana, Imam Pambudi yang telah memberi dukungan dan
motivasi yang sangat banyak.
12. Semua teman – teman produksi ternak angkatan 19 yang selalu mendukung
dan saling menguatkan satu sama lain.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap laporan ini dapat meberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca, untuk itu kritik dan saran yang membangun, sangat
diharapkan penulis sebagai bahan perbaikan kedepanya.

Bandar Lampung, 16 September 2022

Penulis
xi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Tugas Akhir ......................................................................... 2
1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 2
1.4 Kontribusi ......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3


2.1 Pedet .................................................................................................. 3
2.2 Penanganan Pedet Baru Lahir .......................................................... 3
2.3 Pemeliharaan Pedet .......................................................................... 4
2.3.1 Pemberian kolostrum ........................................................ 4
2.3.2 Pemberian hijauan ............................................................. 4
2.3.3 Pemberian air minum ........................................................ 5
2.3.4 Penanganan kesehatan pada pedet .................................... 5
2.3.5 Sanitasi kandang ................................................................ 6
2.3.6 Penyapihan ..................................................................... 7
2.4 Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................................... 8

III. METODE PELAKSANAAN.................................................................. 9


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................9
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................9
3.3 Metode pelaksanaan ...........................................................................9
3.4 Prosedur Kerja....................................................................................9
3.5 Variabel Pengamatan ........................................................................10
xii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................11


4.1 Penanganan Pedet Saat Lahir ................................................11
4.2 Pemberian Pakan ..................................................................11
4.2.1 Pemberian kolostrum .......................................................11
4.2.2 Pemberian hijauan ...........................................................13
4.3 Pemberian Air Minum ..........................................................14
4.4 Penanganan Kesehatan Pedet ...............................................15
4.5 Sanitasi Kandang ..................................................................16
4.6 Penyapihan ...........................................................................17
4.7 Pemasangan Eartag Pada Pedet .............................................18
4.8 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) .........................19
4.9 Mortalitas .............................................................................19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................21


2.5 Kesimpulan ......................................................................................21
2.6 Saran .................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pedet Mendapat Kolostrum Langsung dari Induknya ..................................13

2. Pemberian Pakan Hijauan pada Pedet ..........................................................14

3. Pemberian Air Minum ........................... ...................................................15

4. Pemberian Obat Cacing.......... .. ...................................................................16

5. Membersihkan Lantai Kandang....................................................................17

6. Pemasangan Ertag pada Pedet ......................................................................18


xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertambahan Bobot Badan Pedet ............................................................... 19

2. Persentase Mortalitas Pedet ....................................................................... 20


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor peternakan memegang peranan penting dalam pemenuhan pangan


hewani indonesia berupa daging, susu dan telur. Daging sapi merupakan salah
satu produk pangan hewani yang memiliki kontribusi terbesar kedua sebesar
15.45 persen terhadap konsumsi daging nasional setelah daging ayam dan
diperkirakan akan terus mengalami peningkataan tiap tahunya Faroby (2020).
Berdasarkan Faroby (2020) meningkatnya volume impor daging sapi tersebut
menyebabkan defisit neraca perdagangan daging sapi meningkat sebesar 115.78
ribu ton pada tahun 2017 dari 90.51 ribu ton pada tahun 2010. Faroby (2020)
menyatakan bahwa dengan meningkatnya volume impor daging sapi
dikhawatirkan pemenuhan kebutuhan daging nasional akan lebih banyak dicukupi
oleh impor dibandingkan dengan produk lokal dan menyebabkan kerugian bagi
produsen atau peternak sapi potong dalam negeri. Pengembangan pembibitan sapi
potong memiliki potensi yang cukup besar dalam rangka mengurangi
ketergantungan impor daging maupun impor bibit sapi. Pembibitan merupakan
salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam budidaya sapi potong karena
kualitas bibit sapi potong dapat mempengaruhi tingkat produksi daging sapi.
Pembibitan sapi sangat tergantung pada keberhasilan program pembesaran
pedet sebagai replacement stock. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pemeliharaan pedet yang salah satunya adalah manejemen pemeliharaan pedet.
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari prosese
menciptakan bibit sapi yang berkualitas. Untuk itu sangat diperlukan penangaanan
yang benar mulai dari sapi dilahirkan sampai mencapai usia sapih.
Penanganan yang tepat pada pedet akan menghasilkan sapi potong
berkualitas baik pada ternak jantan maupun betina. Agar mendapatkan bibit sapi
yang berkualitas maka peternak harus menerapkan manajemen pemeliharan pedet
secara baik dan benar. Manajemen pemeliharaan pedet yang optimal sejak lahir
sangat diperlukan untuk memperoleh sapi yang mempuyai produksi dan
2

produktivitas tinggi yang siap menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi
lagi, baik untuk daging maupun induk. Manajemen pemeliharaan pedet akan
membatu peternak dalam menghasilkan bibit-bibit sapi berkualitas. PT. Indo
Prima Beff II adalah salah satu perusahaan sapi potong di Lampung yang telah
menerapkan manajemen pemeliharaan pedet. Oleh karena itu pengambilan data
tugas akhir dirasa tepat dilakukan di perusahaan ini.

1.2 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari manajemen pemeliharaan
pedet di PT Indo Prima Beef (II), Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way
Pengubuan Lampung Tengah dari mulai kelahiran sampai lepas sapih.

1.3 Kerangka Pemikiran


Pemeliharaan pedet perlu diperhatikan mengingat angka kematian pada
pedet cukup tinggi. Untuk mengurangi angka kematian dan pertumbuhan pedet
menjadi lebih baik, maka diusahakan pedet lahir dalam keadaan sehat dan kuat.
Kekurangan nutrisi akan mengakibatkan turunya kekebalan tubuh dan rentan
terhadap penyakit yang mengarah pada kematian pedet. Manajemen pemeliharaan
pedet merupakan salah satu bagian dari proses menciptakan bibit sapi berkualitas.
Hal ini memerlukan manajemen pemeliharaan pedet yang tepat mulai dari lahir
sampai penyapihan. Manajemen yang tidak dilaksanakan sesuai prosedur dapat
meyebabkan produksi tidak bagus. Pedet yang baik memiliki karakteristik seperti
mata tampak cerah dan bersih, kulit tidak ada kerusakan, lalu pusar bersih dan
kering. Tahapan pemeliharaan pedet meliputi, penanganan pedet baru lahir,
pemberian kolostrum, pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan penyapihan.
Semua tahapan harus dijalankan dengan baik agar menghasilkan produktivitas
yang baik.

1.4 Konteribusi
Hasil dari laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
informasi, wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat tentang manajemen
pemeliharaan pedet dari lahir sampai lepas sapih yang baik kepada penulis dan
pembaca.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pedet

Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga lepas sapih pada umur 3-4
bulan pasca beranak denagan interval waktu menyusu ke induknya secara bebas
selama 24 jam tanpa dibatasi (Affandhy, 2013). Selama 1-4 hari setelah lahir
pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya karena pedet belum
mempunyai antibodi untuk resistensi terhadap penyakit. Oleh karena itu
kolostrum pertama harus sudah diberikan kepada pedet dalam waktu 1 jam
sesudah lahir. Apabila dalam 1 jam pertama pedet belum mendapatkan kolostrum
maka peternak harus memaksa pedet meminum kolostrum dengan cara dibantu
dengan memasukan jari yang berlumur kolosterum kedalam mulut pedet.
Pedet yang baru lahir mempunyai kondisi daya tahan tubuh yang lemah
sehingga perawatan pedet yang tidak baik akan menimbulkan penyakit atau
mudah terkena penyakit. Perawatan pedet membutuhkan ketelitian, ketekunan dan
kecermatan yang serius dari pada sapi dewasa. Pedet harus mendaptkan perhatian
khusus dari peternak mengingat tingkat kematian pedet dan daya tahan tubuhnya
sangat lemah terhadap penyakit (Affandhy, 2013). Kondisi pedet yang lemah
membutuhkan perlakukan khusus sehingga pedet dapat tumbuh normal dan sehat.
Perawatan pertama pada pedet yang baru lahir antara lain yaitu membersihkan
lendir pada tubuh dan saluran pernafasan pedet, pemotongan tali pusar dan
pemberian kolostrum awal untuk menjaga kesehatan pedet. Saat pedet lahir
pencapaian berat badan baru mencapai 8%. Secara berurutan yang tumbuh atau
terbentuk setelah lahir adalah saraf kerangka dan otot yang menyelubungi seluruh
kerangka. Semua itu sudah terbentuk sejak dalam kandungan. Kepala dan kaki
merupakan bagian tubuh yang tumbuh paling awal dari pada bagian tubuh yang
lain.
2.2 Penanganan Pedet Baru Lahir
Penanganan pedet baru lahir yaitu membersihkan lendir yang berada di
hidung demikian pula yang ada pada tubuhnya menggunakan handuk bersih. Agar
pedet bisa bernafas dengan normal. Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan
diolesi dengan iodium untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering
sebagai alas. Pedet yang baru lahir membutuhkkan perawatan yang lebih khusus
dibandingkan dengan sapi dewasa. Perawatan ini tentunya harus dilakukan dengan
penuh kesabaran, ketelitian, dan kecermatan. Kesalahan dalam penanganan dan
pemeliharaan pada pedet dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir, lemah,
infeksi dan sulit dibesarkan.

Prosedur penganana pedet baru lahir diantaranya adalah:

a. Persiapan kandang

Kandang untuk pedet yang baru lahir dipersiapkan dengan memberikan


jerami kering pada lantai atau merang yang bersih. Lantai kandang sebaiknya
dalam keadaan kering dan tidak lembab sehingga pedet merasa nyaman.
Penerangan kandang yang optimal membuat pedet merasa hangat.
b. Pembersihan lendir pada pedet
Lendir yang berada pada rongga hidung dan mulut pedet segera
dibersihkan dengan tujuan untuk memperlancar pernafasan. Pedet yang sulit
bernafas segera ditolong menggunakan nafas buatan dengan menggerakan kedua
kaki depan pada posisi pedet terlentang dan menekaan berulang pada rongga dada
atau menggankat kedua kaki belakang dan membiarkan kepala kebawah,
kemudian dibalik dan angkat turunkan pedet berulang – ulang sehingga lendir
yang masih menyumbat rongga hidung dan mulut dapat keluar.
c. Pemotongan tali pusar.

Tali pusar yang terus dibiarkan menempel pada perut pedet akan
menyebabkan infeksi sehingga pedet dapat mengalami kematian. Oleh sebab itu
tali pusar hendaknya segera dipotong.
2.3 Pemeliharaan pedet
Pemeliharaan pedet terutama yang baru lahir atau pasca kelahiran sampai
pemberian pakannya memerlukan perhatian khusus yang berbeda dari
pemeliharaan sapi dewasa. Apabila penangan hal tersebut dilakukan secara tepat
maka nantinya akan menghasilkan bakalan sapi yang berkualitas unggul.
4

2.3.1 Pemberian Kolostrum


Kolostrum mempuyai zat antibodi (immunoglobulin) yang tinggi dan
sangat baik untuk meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh pedet dan pedet
akan meminum kolosterum dari puting induknya. Susu tidak kolosterum atau susu
murni dihasilkan pada hari ke 8. Yuliantoni (2022) menyatakan bahwa kolostrum
dikeluarkan oleh sapi induk setelah beranak selama 24–168 jam atau 1-7 hari dan
kualitas mikrobiologi kolostrum banyak dipengaruhi oleh pemerahan yang
higienis dan kandungan zat antimikrob dalam kolosterum.
Kolostrum dari induk sangat dibutuhkan oleh pedet yang baru lahir. Anak
sapi tersebut sangat membutuhkan kolostrum karena selain mengandung nuterisi,
juga mengandung zat kekebalan tubuh. Kolostrum adalah air susu yang
dikeluarkan dari ambing sapi induk yang baru melahirkan, berwarna kekuning –
kuningan dan lebih kental dari pada air susu normal. Kolostrum yang bermutu
adalah berwarna dan kekentalanya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih
kekuning-kuningan lebih baik, karena kaya akan imonoglobuli).
Kolostrum sangat penting bagi kehidupan pedet yang baru saja lahir, karena
hal-hal sebagai berikut :
a. Kolostrum mengandung vitamin D kira-kira 3 kali lebih banyak dari pada
air susu biasa.
b. Kolostrum mengandung vitamin A, B, C yang diperlukan pedet.
c. Kolostrum mampu membantu mengelurkan mukonium (tahi gagak) yaitu
kotoran pedet yang pertama kali dikelurkan berwarna hitam kehijauan.
d. Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga menguranggi resiko diare
pada pedet.
Pakan utama pedet adalah susu, pemberian susu biasanya berlangsung sampai
dengan pedet berumur 3-4 bulan.
2.3.2 Pemberian Hijauan
Pakan ternak adalah faktor penentu utama yang mempengaruhi
keberhasilan suatu usaha peternakan. Konsumsi pakan ternak merupakan hal
yang perlu diperhatikan, karena erat kaitanya deangan produksi ternak. Hal ini
disebabkan oleh variasi kapasitas produksi pakan pada berbagai jenis ternak
5

ditentukan oleh 60% dari konsumsi, 25% dari pencernaan dan 15% dari konversi
hasil pencernaan pakan Roni (2021). Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Ransum ternak terdiri dari 60% hijauan dan 40% limbah pengolahan
pangan, sedangkan pemberian pakan kosenterat hendaknya sebelum hijauan,
bertujuann untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen. Pakan hijauan
diberikan setelah pemerahan agar mikrobia dalam rumen dapat dimanfaatkan dan
karbon hidrat dapat dicerna Roni (2021).
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk
memperkenalkan saja guna meningkatkan pertumbuhan rumen. Pemberian
hijauan dimulai umur 2-3 minggu. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat
dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok kebutuhan
nutrisi pedet. Hijauan yang diberikan sebaiknya bertekstur lembut dan berkualitas.
Pemberian hijauan sebaiknya jangan terlalu banyak karena hijauan segar
mengandung kadar air cukup tinggi yang dapat menyebabkan kembung.
2.3.3 Pemberian Air Minum
Air merupakan komponen penting dan terbesar dalam tubuh hewan dalam
bentuk darah. Kebutuhan air pada masing-masing hewan sangat bervariasi
tergantung oleh berbagai faktor seperti jenis, ukuran tubuh hewan, tingkat aktifitas
ternak, kualitas pakan, kualitas air, jarak dan ukuran tempat air minum bagi sapi,
temperature air dan temperature udara. Kebutuhan air minum bagi sapi kurang
lebih 20-40 liter/ekor/hari Sri Suharyati (2016).
Pemberian air minum di dalam kandang pedet baru lahir harus selalu
tersedia agar pedet dapat minum ketika haus. Pemberian tempat minum pada
suatu kandang sangat diperlukan agar pedet dan induk dapat memenuhi cairan
didalam tubuh untuk beraktifitas. Manfaat air minum adalah mengatur suhu tubuh,
membantu proses pencernaan dan mengeluarkan bahan-bahan yang sudah tidak
berguna dari dalam tubuh sapi.
2.3.4 Penanganan Kesehatan pada Pedet
Pencegahan penyakit di PT Indo Prima Beef (II) dilakukan agar pedet
terhindar dari penyakit. Penyakit-penyakit pada pedet dipengaruhi oleh kurangnya
dayatahan tubuh pedet, lingkungan kandang, menejemen pemeliharaan, kualitas
6

susu. Sehingga perlu pengonterolan lebih pada pedet agar penyakit yang terdapat
pada pedet dapat dicegah dan dapat diobati dengan cepat. Penyakit-penyakit yang
terjadi pada pedet di PT Indo Prima Beef (II) adalah cacingan dan infeksi tali
pusar.
a. Cacingan

Berbagai macam kerugian penyakit cacingan saluran pencernaan ini antara


lain : Penurunan berat badan, penurunan kualitas daging dan penurunan
produktifitas ternak. Infeksi cacingan ringan sampai sedang tidak terlalu
menampakan gejala klinis yang nyata, sedangkan infeksi berat dari sapi dewasa
dapat menyebabakan ganguan pencernaan dan terhambatnya pertumbuhan pada
sapi muda. Penyakit parasit cacaingan umumnya tidak menimbulkan kematian
tetapi bersifat menahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan
pengendalian penyakit cacingan pada ternak : contoh pemberian obat cacing dan
mengetahui bagaimana cara pencegahannya. Pengobatan yang dapat dilakauakan
pada ternak yang terserang penyakit cacingan yaitu dengan memberikan antibiotik
seperti albedazole, mebendazole dan pirantela (Ginting 2019)
b.Infeksi tali pusar (naval invection)
Tali pusar adalah sebuah jaringan kuat dan fleksibel yang membawa
nuterisi dan darah dari induk ke janin selama kehamilan. Setelah pedet lahir, tali
pusar akan dipotong. Tali pusar tidak mengandung saraf sehingga prosedur ini
tidak sakit, ujung tali pusar akan lepas dengan sendirinya dalam waktu 2-3
minggu dan menyebabkan pusar perut sepenuhnya tertutup.
Pada perawatan pedet, kejadian pendaraahan tali pussar, infeksi tali pusar,
putusnya tali pusar yang terlalu pendek atau tali pusar putus atau justru kematian
pedet. Penanganan radang tali pusar yang tidak baik menyebabkan infeksi masuk
ke saluran pencernaan, peredaran darah dan masuk ke organ vital seperti paru-
paru.
2.3.5 Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak sapi melalui
kebersihan. Oleh karena itu, frekuensi sanitasi kandang yang semakin sering
dalam sehari semakin baik. Sanitasi terhadap kandang seharusnya dilakukan
secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan
7

yang berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus
merupakan media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit.
Kandang harus dibersihkan setiap hari dan sapi-sapi harus dimandikan setiap hari
atau minimal satu minggu sekali. Pembersihan kandang dan pemandian sapi ini
bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dan menjaga kesehatan sapi agar
sapi tidak mudah terjangkit penyakit.
Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan pencegahan yang meliputi
kebersihan bangunana tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkunganya
dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Beberapa hal
yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain lokasi kandang,
konteruksi banngunan kandang, kebersihan kandang. Penempatan kandang
sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah atau jarak minimal 10 meter dari
rumah maupun dari bangunan umum lainya, lokasi kandang lebih tinggi dari
sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan terdapat tempat untuk pembuangan
kotoran.
Menurut Azizah(2018) dalam menjamin kondisi kebersihan kadang maka
diperlukan kebijakan dan prosedur untuk melakukan pembersihan kandang. Pada
peternk sapi, salah satu kebijakan atau prosedur pembersihan kandang yaitu
melakuakan pembersihan kotoran ternak secara rutin setiap hari.
2.3.6 Penyapihan
Penyapihan adalah proses pemisahan antara induk dan pedet dengan
tujuan membatasi hingga menghentikan proses menyusui. Waktu penyapihan
sangat menentukan status reprodiksi induk selanjutnya. Namun demikian kesiapan
pedet untuk disapih merupakan faktor penting yang juga harus diperhatikan, ini
terkait dengan kemamapuan pedet hidup tanpa menyusu dan mengkonsumsi
pakan sumber serat. Waktu penyapihan bisanya didasarkan pada umur, bobot
badan, pertambahan bobot badan dan banyaknya konsumsi pakan.
Penyapihan pedet umur 8-12 minggu atau 2-3 bulan pasca beranak dengan
interval waktu menyusu ke induknya secara bebas 24 jam tanpa dibatasi.
Beberapa faktor yang dianjurkan dalam penyusuan bebas sebagai berikut : kondisi
induk sapi memiliki sekor kondisi tubuh induk sedang > 2,5 (Affandhy et al.,
2013), perlu penambahan pakan pedet dengan harapan yaitu pemberian pakan
8

bergizi tinggi pada pedet pra-sapih diharapkan pada masa pedet akan memberikan
nilai positif saat lepas sapih dan siap jadi bibit yang prima sehingga produktifitas
yang optimal.
Secara alami pedet disapih pada umur 6 bulan, waktu penyapihan yang
setandar adalah 205 hari. Pada saat pedet berumur 205 hari, produksi susu induk
sapi sudah sangat terbatas sehingga pada kisaran waktu tersebut pedet disapih
oleh induknya secara alami. Sistem penyapihan ini sudah tentu berpengaruh
terhadap presentasi produk dan aspek ekonomi pemeliharaan pedet.
2.4 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. IPB atau yang disebut PT. Indo Prima Beef merupakan perusahan
feedlot yang terletak di lampung tengah. Pendiri PT. Indo Prima Beef (IPB)
adalah drh. Nanang Purus Subendro. PT Indo Prima Beef (IPB) berawal dari
peternak kecil dengan kapsitas 10-20 ekor, kemudian pada tahun 2012
memebentuk CV. Sempulur Mandiri Jaya. Seiring dengan berjalannya waktu
pada tangal 14 febuari 2014 menjadi PT. Indo Prima Beef I (IPB I) dengan izin
expor dan operasionl sapi Brahman Cross (BX), perkembangan berlangsung cepat
dan pada tanggal 17 mei 2018 terbentuk PT. Indo Prima Beef II (IPB II) yang
beralamat di Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuhan, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung, berjarak 61,9 Km dari kota bandar
lampung. Dengan kapasitas awal PT. Indo Prima Beef II (IPB II) yaitu 2500-3000
ekor sapi dan saat pkl jumlah pedet yang ada di PT Indo Prima Beef II adalah 18-
20 ekor sapi.
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pengambilan data untuk penulisan tugas akhir ini dilakukan selama 2
bulan dari tanggal 28 Febuari 2022 – 23 April 2022 di PT. Indo Prima Beef II,
Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuhan, Kabupaten lampung
Tengah.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada kegiatan penanganan pedet antara lain :
kolosterum, obat-obatan, hijauan. Alat yang digunakan pada kegiatan ini yaitu :
milk replacer, tali, spoid dan aplikator ertag.
3.3 Metode pengambilan data tugas akhir

Metode pengambilan data tugas akhir terdiri dari :


a. Wawancara
b. Observasi dan ikut melakukan kegiatan secara langsung di
lapangan
c. Studi literatur
Pengambilan data untuk Tugas Akhir diperoleh berdasarkan beberapa sumber
yaitu :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan wawancara
dan terlibat langsung dalam kegiatan di lapangan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber
daftar pustaka berupa buku, arsip dan jurnal yang berhubungan dengan
Tugas Akhir.
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur yang dilakuakan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah mengikuti
semua kegiatan yang ada dilapangan yaitu :
a. Pemberian pakan.
b. Pemberian kolosterum.
c. Pemberian hijauan.
11

d. Pemberian air minum.


e. Penanganan kesehatan.
f. Sanitasi kandang.
g. Penyapihan.
3.5 Variabel pengamatan
Variabel yang diamati sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan
manajemen pemeliharan pedet di PT. Indo Prima Beef II terdiri dari :
a. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan harian merupakan indikator untuk mengetahui
laju pertumbuhan ternak dan efisiensi penggunaan pakan yang disajikan.
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) dihitung dengan rumus :
(Bobot hidup akhir (kg) – bobot hidup awal (kg))
PBBH =
waktu pengamatan (hari).

b. Mortalitas

Mortalitas adalah jumlah kematian yang terjadi dalam suatu


populasi. Manajemen pemeliharaan pedet tergolong baik jika mortalitas
1% Imbang dwi, 2014.
Mortalitas dihitung dengan rumus :
∑ kematian pedet sapi
Persentase Mortalitas (%) : 𝑥 100%
∑ populasi pedet
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penanganan Pedet Saat Lahir

Pemeliharaan pedet mulai dari lahir hingga disapih merupakan bagian


penting dalam kelangsungan suatau usaha peternakan sapi. Kesalahan dalam
pemeliharaan pada pedet umur 1-3 minggu dapat menyebabakan pedet mati saat
lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.
Beberapa tindakan yang dilakukan saat menangani kelahiran pedet di PT.
Indo Prima Beef II yaitu : (a) Menyiapkan obat-obatan dan lab yang akan
digunakan untuk penanganan pedet yang baru lahir. (b) Setelah pedet lahir segera
membersihkan lendir yang ada di tubuh pedet, sekitar area hidung dan mulut agar
memudahkan pedet bernafas. (c) Pemotongan tali pusar dan penyemprotan spray
dengan lemoxin pada tali pusar bertujuan agar tidak terjadi infeksi. (d) Susu
kolosterum diperah dari induknya kemudian diberikan pada pedet. (e) Setelah itu
induk akan menjilati tubuh pedet agar pedet cepat berdiri dan menjalin ikatan
induk dan anak
4.2 Pemberian Pakan

Pemberian pakan pakan pada pedet di PT. Indo Prima Beef II, meliputi
pemberian kolostrum dan pemberian hijauan. Pemberian pakan pada pedet
diharapkan dapat memenuhui asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat
masih pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi
bibit yang prima, sehingga produktifitas yang optimal dapat dicapai.
4.2.1 Pemberiann Kolostrum

Pemberian kolostrum pada pedet di PT. Indo Prima Beef (II) dilakukan
secara alami yaitu pedet ditempatkan dikandang bersama induknya. Adapun
pemberian kolostrum ke pedet dapat dilihat pada gambar 1. Penempatan pedet
bersama induknya bertujuan agar pedet mendapatkan kolostrum secara mutlak
dari induknya. Pakan utama pedet adalah susu induk. Pedet yang baru lahir
diberikan kolostrum hingga hari ke 7 setelah dilahirkan. Menurut Fadjar (2022)
13

sapi yang baru beranak akan mengeluarkan susu yang disebut kolostrum yang
berwarna kekuning-kuningan, lebih kental dari susu normal dan keluar dari
ambing induk sapi. Kolostrum merupakan susu yang dikeluarkan pertama kali
dari ambing yang mengandung nuterisi serta antibodi untuk pedet. Puguh (2021)
menyatakan bahwa vitamin dan mineral yang terkandung didalam kolostrum
bersifat pencahar serta dapat membersihkan intestinum dari kotoran yang
menggumpal serta mentransfer antibodi dari induk kepada pedet.
Konsumsi kolostrum sedini mungkin dapat membantu anak sapi untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan pedet. Produksi susu sebagai nutrisi utama
untuk kebutuhan anaknya setelah dilahirkan sampai anaknya disapih. Susu sangat
baik bagi pedet karena mengandung banyak vitamin yang sangat bermanfaat bagi
tubuh pedet Suprayogi (2022). Setelah melahirkan diusahakan pedet segera dapat
menyusu pada induknya atau induk dan pedet jangan dipisah terlebih dahulu, agar
pedet dapat langsung menyusu pada induknya. Apabila pedet tidak dapat menyusu
pada induknya, sebaiknya dilakukan pemerahan susu kolostrum dari induk
sebanyak mungkin selanjutnya dapat diberikan kepada pedetnya.

Gambar 1. Pemberian kolosterum ke pedet.

4.2.2 Pemberian Hijauan

Pakan ternak adalah faktor penentu utama yang mempengaruhi


keberhasilan suatau usaha peternakan. Beberapa faktor yang menyebabakan
rendahnya produktivitas ruminanasia di daerah tropis adalah kualitas pakan yang
rendah, iklim yang kurang baik yang berakibat pada tingkat konsumsi yang
rendah. Sumber pakan utama ternak ruminansia di indonesia secara umum adalah
hijauan dan limbah pertania. Hijauan pakan ternak merupakan semua bahan
14

makanan yang berasal dari tumbuhan atau tanaman seperti daun-daunan, rumput,
kacang-kacangan dan tumbuh-tumbuhan lainya seperti leguminosa yang belum
dipotong maupun yang sudah dipotong dari lahan dalam keadaan segar. Hijauan
pakan ternak sebaiknya tersedia secara berkelanjutan baik kualitas maupun
kuantitas. Ketersediaan hijauan pakan tergantung pada lokasi, musim, kualitas
tanah dan maupun cuaca. Wiendyana (2022)
Hijauan yang diberikan pada pedet di PT. Indo Prima Beef (II) Berupa
hijauan segar yaitu tebon jagung pada pedet umur 2 minggu diberikan sedikit
demi sedikit. Pemberian pakan hijauan dapat dilihat pada gambar 2. Hijauan yang
diberikan pada pedet sebanyak 10% dari bobot badan dan dilakuan 2 kali sehari
yaitu pagi pukul 07.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB. Pemberian hijauan segar
jangan dilakauan secar berlebihan. Pemberian hijauan kepada pedet yang masih
menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen.
Diusahakan memberikan rumput yang berkualitas baik dan bertekstur halus.
Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum
bisa memanfaatkan asam yang terdapat dalam silase. Konsumsi hijauan harus
mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan. Kemampuan mengkonsumsi
pakan perlu diperhatikan karena eratkaitanya dengan tingkat produksi ternak.

Gamabar 2. Pemberian pakan pada pedet.

4.3 Pemberian Air Minum

Pemberian air minum pada pedet di PT. Indo Prima Beef (II) dilakukan
secara ad libitum. Pemberian air minum pada pedet dapat dilihat pada gambar 3.
Sri Suharyati (2016) Air minum sangat penting karena berperan untuk mengatur
15

suhu tubuh, membantu proses pencernaan dan mengeluarkan bahan-bahan yang


sudah tidak berguna dari dalam tubuh sapi. Air merupakan senyawa penting
dalam kehidupan, tidak terkecuali bagi ternak. Air merupakan unsur yang penting
pada suatu usaha peternakan, salah satunya digunakan sebagai air minum untuk
ternak. Air yang bersih merupakan salah satu nutrisi makro yang krusial bagi
ternak. Air yang bersih adalah air yang segar, bersuhu ruang dan terbebas dari
cemaran bahan- bahan berbahaya.

Gambar 3. Pemberian air minum pada pedet.

4.4 Penanganan Kesehatan Pedet

Pencegahan penyakit di PT. Indo Prima Beef (II) bertujuan untuk menjaga
kesehatan pedet. Penyakit yang menyerang pedet saat pengambilan data Tugas
Akhir adalah cacingan dan Infeksi tali pusar. Penyakit tersebut sangat
berpengaruh pada kesehatan pedet.
4.4.1 Cacingan

Cacingan adalah penyakit yang sering terjadi pada pedet yang


mengkibatkan pertumbuhan pedet terganggu. Selain melakukan tindakan
pencegahan pengobatan juga dilakukan dalam menanggulangi lebih lanjut adanya
infeksi parasit cacingan. Pemberian obat cacing pada pedet dapat dilihat pada
gambar 4. Cara pengobatan penyakit cacaingan di PT. Indo Prima Beff II yaitu :
(a) Mengiring pedet kekandang jepit untuk di handling (b) Selanjutnya dilakukan
pengambilan obat cacing dengan mengunakan suntikan sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan (c) Pemberian obat caing menggunakan suntikan melaluai
mulut. Sapi dan pedet yang terkena cacingan akan ditangani langsung oleh dokter
hewan yang ada dan tim kesehatan hewan dengan pemberian obat cacing.
16

Gambar 4. Pemberian obat cacing pada pedet.

4.4.2 Infeksi tali pusar (Naval Invection)

Pada perawatan pedet kejadian pendarahan tali pusar, infeksi tali pusar,
putusnya tali pusar yang terlalu pendek atau tali pusar putus total harus dihindari.
Kejadian tersebut akan berlanjut menjadi radang tali pusar atau justru kematian
pedet. Penangan radang tali pusar yang tidak baik akan menyebabkan infeksi
masuk ke saluran pencernaan, peredaran darah dan masuk kedalam organ vital
seperi paru-paru.
Cara pengobatan penyakit naval invection di PT Indo Prima Beef (II)
yaitu: (a) menggunakan beberapa langkah pertama ketika pedet baru lahir kita
membersihkan terlebih dahulu lendir yang ada pada tubuh pedet menggunakan
kain lap. (b) Selanjutkan langkah kedua kita lakukan pemotongan tali pusar. (c)
Langkah terakhir melakukan penyemprotan spray dengan lemoxin pada tali pusar.

4.5 Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang di PT. Indo Prima Beef (II) dilakukan pukul 03,00
sampai jam 05.00, pembersihan lantai kandang dilakukan setiap hari oleh anak
kandang. Kegiatan pembersihan kandang dapat dilihat pada gambar 5. Kegiatan
ini dilakukan dengan menggunakan sorokan dengan menyorok atau mendorong
feses menggunakan sorokan dari dalam kandang menuju ke gang way, kemudian
pembersihan gang way bagian belakang mengunakan mini loader. Mobil truk
digunakan untuk mengangkut feses ke tempat penampungan feses pada pukul
07,00 sampai selesai. Tujuan sanitasi kandang adalah untuk menghindari
timbulnya penyakit yang menyerang pedet dan induknya.
17

Hal yang perlu juga diperhatikan dalam pemeliharaan pedet adalah sanitasi
kandang pedet. Sanitasi kandang dilakuakan untuk menjaga kesehatan ternak sapi
melalui kebersihan. Menurut Azizah (2018) menyatakan bahwa dalam kondisi
kebersihan kandang maka diperlukan kebijakan dan prosedur untuk melakuakan
pembersihan kandang. Pada peternak sapi salah satu kebijakan atau prosedur
pembersihan kandang yaitu melakuakan pembersihan kotoran ternak secara rutin
setiap hari. Alas kandang pedet diupayakan selalu dalam keadaan kering, apabila
alas kandang basah atau lembab maka akan menjadi media bagi bibit-bibit
penyakit untuk berkembang. Lantai kandang merupakan bagian dasar atau alas
kandang. Fungsi lantai kandang yaitu untuk tempat berdirinya ternak dan
berbaring ternak pada setiap saat.

Gambar 5. Pembersihan lantai kandang.

4.6 Peyapihan Pedet.

Penyapihan merupakan proses pemisahan antara induk dan pedet dengan


tujuan membatasi hingga menghentikan proses menyusu. (Affandhy, 2013)
Penyapihan pedet sapi potong umumnya dilakauakan antara 3 bulan. Secara alami
pedet disapih pada umur 6 bulan, waktu penyapihan yang setandar adalah 205
hari. Pada saat pedet berumur 205 hari produksi susu induk sapi sudah sangat
terbatas sehingga pada kisaran waktu tersebut pedet disapih oleh induknya secara
alami. Sistem penyapihan ini sudah tentu berpengaruh terhadap presentasi produk
dan aspek ekonomi pemeliharaan pedet.
Peyapihan yang dilakukan di PT. Indo Prima Beef (II) biasanya pedet
disapih pada umur 3-4 bulan. Prosedur penyapihan pedet dimulai dari pedet
18

dipisahkan dengan induknya kemudian pedet ditempatkan pada kandang koloni.


Penyapihan pedet biasanya didasarkan pada umur, bobot badan, pertambahan
bobot badan dan banyaknya konsumsi pakan. Konsumsi rumput akan meningkat
dari hari kehari. Peningkatan konsumsi rumput dimulai dari 6-8 kg/ekor/hari,
sejak 4 bulan menjadi 10-12 kg/ekor/hari pada umur 6 bulan rumen akan
berfungsi secara maksimal Dedy (2018). Rumput yang diberikan harus berkualitas
dan pemberian air minum secara ad libitum.
4.7 Pemasangan Ertaq

Ertag adalah salah satu alat untuk mengidentifikasikan hewan ternak sapih
yang dipakaikan di daun telinga hewan ternak. Ertag bertujuan mencegah
terjadinya kesalahan atau tertukarnya nomor panduan sapi yang satu dengan yang
lain. Manfaat pemasangan ertag adalah untuk memudahkan dalam melakukan
recording, memudahkan dalam seleksi, memudahkan dalam monitoring dan
tatalaksana pemeliharaan. Pemasangan earteg dapat dilihat pada gambar 6. Ertag
sebaiknya dipasang pada saat ternak masih muda atau pedet, hal ini bertujuan
untuk memperkecil kemungkinan ternak steres. Prosedur pemasangan eartag di
PT. Indo Prima Beef II pada pedet yaitu : (a) mempersiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pemasangan ertag (b) pemasangan ertag dilakauakan oleh dua
orang, satu orang memasang eartag dan yang lain melakukan handling pedet yang
akan dipasangkan ertagnya (c) Selanjutnya melakukan pencatatan info tentang
pedet meliputi : tanggal lahir, bobot lahir, bangsa pedet, nomor atau jenis induk
betina di dalam pembukuan. Pemberian nomor identitas pada ternak selain
bertujuan sebagai tanda pengenal, bertujuan juga untuk mencatat jenis kelamin,
tanggal lahir dan nomor induk.

Gambar 6. Pemasangan ertag pada pedet.


19

4.8 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH).

Bobot badan awal yang semakin tinggi akan menghasilkan PBBH yang
dihasilkan semakin kecil. Sapi yang baik untuk digemukan adalah sapi dalam
kondisi kurus tetapi sehat supaya PBBH yang dihasilkan tinggi. Ardhina, 2012.
Hasil pengamatan terhadap pertambahan bobot badan harian pedet di PT.
Indo Prima Beef II selama 2 bulan didapatkan manajemen pemeliharaan yang
baik. Pertambahan bobot badan harian pedet disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Pertaambahan Bobot Badan Pedet.
No. Nomore Bobot Bobot Waktu PBBH
Eartag Awal Akhir Pengamatan (Kg/Ekor/Hari)
(Kg) (Kg) (Hari)
1. 068 21 45 60 0,4
2. 090 20 43 60 0,38
3. 091 20 42 60 0,36
4. 092 20 42 60 0,46
5. 095 20 42 60 0,46
6. 096 20 43 60 0,38
7. 097 21 45 60 0,4
8. 098 20 44 60 0,4
9. 099 20 44 60 0,4
10. 102 21 45 60 0,4
Rata-Rata 0,4
Sumber : PT. IPB II (2022)
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa rata-rata
pertambahan bobot badan harian di PT. Indo Priama Beef II selama 2 bulan yaitu
0,4 kg/ekor/hari. Berdasarkan hasil rata-rata pertambahan bobot badan ini
menunjukan bahwa menajemen pemeliharaan pedet di PT. Indo Prima Beef II
tergolong baik, karena telah memenuhi standar PBBH pedet yang ditetapkan oleh
perusahaan tersebut yaitu 0,2-0,5 kg/ekor/hari.

4.9 Mortalitas

Upaya peningkatan produktivitas sapi dilakukan dengan cara memperbaiki


manajemen pemeliharaan ternak. Penerapan menajemen pemeliharaan pedet yang
baik perlu diterapkan sejak pedet baru lahir untuk mencegah kematian pedet yang
tinggi.
20

Dari hasil pengamatan terhadap mortalitas pedet di PT. Indo Prima Beff II
selama 2 bulan terjadi karena terinjak oleh sapi lain. Persentase mortalitas pedet
disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase Mortalitas Pedet


Kematian Populasi Mortalitas (%)
Pedet (ekor) (ekor)
Maret 1 18 0,06
April 1 20 0,05
Sumber : PT.IPB II (2022).

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tingkat mortalitas di


PT.indo Prima Beef II Padda bulan maret sebesar 0,06 dan bulan April 0,05
Angka kematian yang rendah ini menunjukan bahwa menajemen pemeliharaan
pedet tergolong baik karena telah memenuhi setandar tingkat mortalitas dibawah
1%. Dengan demikian rata-rata angka kematian pedet dari bulan maret sampai
april adalah 0,055%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahawa manajemen


pemeliharaan pedet di PT. Indo Prima Beef II, meliputi kegiatan penanganan
pedet, pemberian kolosterum, pemberian pakan hijauan, pemberian air minum,
penanganan kesehatan pedet, sanitasi kandang dan penyapihan. Manajemen
pemeliharaan pedet di PT. Indo Prima Beef II cukup baik hal ini dapat dibuktikan
dari hasil rata-rata PBBH pedet yang berada pada kisaran standar yang ditargetkan
oleh perusahaan yaitu 0,4 kg/ekor/hari dan angka mortalitas yang lebih rendah
dari standar yaitu 0,055%.
5.2 Saran

Saran yang bisa saya sampaikan untuk manajemen pemeliharaan pedet di PT


Indo Prima Beef (II) yaitu agar dapat mempertahankan manajemen pemeliharaan
pedet yang sudah dilakukan dengan baik sehingga dapat menjadi contoh untuk
peternak lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Affandhy, L., dan Dikman, D. M. 2013. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan


Penyapihan Pedet Sapi Potong. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati-
Pasuruan..

Ardhina, F. dan Kuswati 2012 Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Brahman
Cross Pada Bobot Badan dan Frame Size yang Berbeda. Jurnal Ternak
Tropika Vol 13, No 1, pp 48-62.

Azizah & Rizqi. 2018. Sanitasi kandang dan keluhan kesehatan pada peternak
sapi perah di Desa Murukan Kabupaten Jombang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 10(4), 434-440.

Dedy,S. 2018. Hubungan Periode Laktasi Dengan Produksi Dan Lama Produksi
Kolostrum Pada Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (Pfh). Universitas
Brawijaya.

Fadjar, Tarigan, R., Sugiono, W., & Queen, Y. 2022. Produksi dan Kualitas
Kolostrum dan Susu Kolostrum pada Sapi Perah yang Mengkonsumsi Daun
Katuk Depolarisasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 27(2), 263-
268.. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 3(1), 27-
37.

Faroby.A, Idiatul. F., Harianto, H., & Falatehan. 2020. Dampak kebijakan impor
ternak dan daging sapi terhadap populasi sapi potong lokal di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 4(2), 310-322.

Ginting, R. B. 2019. Program Manajemen Pengobatan Cacing pada Ternak di


Kelompok Tani Ternak Kesuma Maju Desa Jatikesuma Kecamatan
Namorambe. Jasa Padi, 4(1), 43-50.

Imang Dwi, R. 2014 Identifikasi Penyakit Pada Pedet Perah Pra-sapih Di


Peternakan Rakyat dan Perusahaan Peternakan, Jurnal Gamma, Vol 9, No
2.
Puguh, Muashomah, I. H., & Surjowardojo. 2022. Hubungan Body Condition
Score Dengan Kuantitas dan Solid Non Fat (SNF) Kolostrum Sapi Perah
Pfh di Kpsp Setia Kawan Nongkojajar PasuruanS. Jurnal Agriovet, 4(2),
259-272.

Roni., N., Widianingrum, D. C., & Khasanah, H. 2022. Budidaya Rumput Odot
dan Teknologi Pengawetan Hijauan Pakan Ternak Sapi didesa Kalibendo,
Kecamatan Pasirian, Lumajang. JPKMI Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia, 3(1), 27-37.
23

Sri, S. dan M. Hartono 2016 Pengaruh Manajemen Peternakan Terhadap Efesiensi


Reproduksi Sapi Bali Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Jurnal
Penelitian Pertanian Terpadu Vol 16, No 1, pp 61-67.

Suprayogi, A., Muladno, M., Satrija, F., Tarigan, R., Sugiono, W., &, Yuliantoi.
2022. Produksi dan Kualitas Kolostrum dan Susu Kolostrum pada Sapi
Perah yang Mengkonsumsi Daun Katuk Depolarisasi. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 27(2), 263-268.

Wiendyana, R. D. 2022. Analisis Penggemukan Sapi Potong Brangus di Sawah


Ijo Suro Pawiro Farm Kabupaten Karanganyar.

Anda mungkin juga menyukai