Anda di halaman 1dari 45

PENANGANAN KASUS PROLAPSUS UTERI PADA SAPI

INDUK DI PT. INDO PRIMA BEEF II LEMPUYANG


BANDAR, LAMPUNG TENGAH

(Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)

Oleh
Dimas Hadi Prayoga
NPM 18741012

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2021
PENANGANAN KASUS PROLAPSUS UTERI PADA SAPI
INDUK DI PT. INDO PRIMA BEEF II LEMPUYANG
BANDAR, LAMPUNG TENGAH

Oleh
Dimas Hadi Prayoga
NPM 18741012

Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan


Ahli Madya Peternakan (A.Md.Pt)
Pada
Program Studi Produksi Ternak
Jurusan Peternakan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2021

i
PENANGANAN KASUS PROLAPSUS UTERI PADA SAPI
INDUK DI PT. INDO PRIMA BEEF II LEMPUYANG
BANDAR, LAMPUNG TENGAH

Oleh
Dimas Hadi Prayoga

Abstrak

Usaha pertanian khususnya pada bidang peternakan telah dirasakan


pentingnya dalam menunjang kehidupan masyarakat. Usaha peternakan sapi
dipeternakan rakyat terdapat beberapa kendala dan kesulitan dalam proses
pemeliharaanya baik dari pakan, penyakit, serta gangguan reproduksi dan
kelahiran pada sapi. Gangguan reproduksi pada sapi induk dapat menyebabkan
menurunnya efisiensi reproduksi. Tujuan tugas akhir ini adalah untuk
mendeskripsikan tentang cara penanganan kasus prolapsus uteri pada sapi induk di
PT. Indo Prima Beef II Lempuyang Bandar, Lampung Tengah. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dengan pembimbing lapang, dan
studi literatur. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa prosedur penanganan kasus
prolapsus uteri yang dilakukan yaitu pemisahan induk ke kandang khusus,
mencuci terus, mereposisi uterus secara manual dalam vagina hingga masuk
seluruhnya dan dilakukan jahitan pada sebagian bibir vulva. Pada akhir
penanganan diberikan satu injeksi antibiotik Penisilin-Streptomycin (Penstrep-
400), dan multivitamin (Biosan). Jahitan dibuka setelah satu minggu atau setelah
luka sudah mengering.

Kata Kunci : Sapi induk,sistem reproduksi,uterus, prolapsus uteri.

iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Dimas Hadi Prayoga lahir di Adi


Jaya, 20 April 2000 yang merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dari ayahanda Supriyanto dan ibunda Srilestari. Pada
tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-
Kanak (TK) di TK IT Insan Kamil. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar (SD) di SD IT Insan Kamil serta lulus
pada tahun 2012. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP N 1 Poncowati dan lulus pada tahun 2015, dan
kemudian melanjutkan kembali pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA N 1 Terbanggi Besar dan lulus pada bulan April 2018. Kemudian Penulis
melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Lampung dan diterima melalui
jalur UMPN pada Jurusan Peternakan Program Studi Produksi Ternak. Selama
masa perkuliahan, Penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan
diantaranya menjadi anggota Divisi Keilmuan dan Profesi Ikatan Mahasiswa
Peternakan Indonesia wilayah 1, anggota Divisi Pengembangan Sumberdaya
Mahasiswa (PSDM) pada tahun 2018 HMJ Peternakan, kemudian mendapat
amanat menjabat sebagai Ketua Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)
Peternakan periode tahun 2019 - 2021. Sebagai syarat untuk memperoleh
sebutan Ahli Madya (A.Md), pada 01 Maret sampai dengan 31 April 2021
penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Indo Prima
Beef II Lempuyang Bandar, kec.Way Pengubuan, kab.Lampung Tengah,
Prov.lampung. Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapang tersebut,
Penulis menuangkannya dalam sebuah karya tulis yang berjudul “ Penanganan
Kasus Prolapsus Uteri Pada Sapi Iduk Di PT. Indo Prima Beef II Lempuyang
Bandar, Lampung Tengah”.

iv
Kupersembahkan Karya Tulisku ini Kepada

Bismillahirrahmanirrohiim

Kedua orang tua kandungku Bapak Supriyanto dan


Ibu Srilestari yang telah membesarkan, mendidik,
mengajarkanku dengan penuh kasih sayang, keiklasan
dan kesabaran dalam menghadapi sikapku selama ini.
Serta selalu mendoakan yang terbaik selama ini agar
menjadikan pribadi yang kuat, sabar, bersyukur dan
mandiri. Semoga segala kebaikan yang
dilakukanya diridhoi Allah dan diberi imbalan kbaikan
yang setimpal aamiin.

Kakak ku Mya Charlina Sari dan Yuanira Sevia Egi


serta adik ku Akbar Rizky yang selalu menyemangati
dan membantu untuk menyelesaikan laporan ini.

Teman-Teman in the gang ( Effan, Agung, Danang,


Djaky, Iqbal, Eko) yang telah banyak memberikan
suport serta teman-teman produksi ternak’18

Serta semua dosen, guru, PLP yang telah


mengajarkanku, mendidikku, memberikan ilmu yang
bermanfaat, serta rekan rekan yang selalu
menyamangatiku dalam segala usaha dan doa, agar
menjadi pribadi yang lebih baik untuk menghadapi
masa depan.

Keluarga besar peternakan (HMJ Peternakan dan


HIMASTER Periode 2019-2020) dan Almamater
Tercinta Politeknik Negeri Lampung.

v
Moto

“Lakukan Apa yang kamu suka selagi itu tidak merugikan


orang lain”

“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan


kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”
(Q.S Al-Qashas: 77)

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya


Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusanya”
(Q.S Al-Talaq: 4)

“Evaluasi hari kemarin, Lakukan yang terbaik hari ini dan


rencanakanlah untuk esok hari”

-Dimas Hadi Prayoga-

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat


limpahan rahmat serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir Mahasiswa yang berjudul “ Penanganan Kasus Prolapsus Uteri Pada Sapi
Induk Di PT. Indo Prima Beef II Lempuyang Bandar, Lampung Tengah” di PT.
Indo Prima Beef II Lempuyang Bandar, Lampung Tengah. Laporan ini merupakan
syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Negeri Lampung, dan untuk
mencapai sebutan Ahli Madya Peternakan (A.Md.Pt).
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan setinggi-
tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Sarono, M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.
2. Pimpinan PT. Indo Prima Beef II Setyo Adi Nugroho,S.Pt., yang telah
bersedia bekerjasama dalam memberikan fasilitas dan izin Praktek Kerja
Lapang bagi mahasiswa Program Studi Produksi Ternak, Politeknik
Negeri Lampung.
3. Dr. Rakhmawati, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Jurusan Peternakan Politeknik
Negeri Lampung.
4. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si., selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak.
Dr. Ir. Suraya Kaffi Syahfura, M.T.A, dan Ir.Imelda Panjaitan, M.Si.,
selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing sehingga Tugas Akhir
ini selesai dengan baik dan tepat waktu.
5. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si., selaku Dosen Wali selama di Politeknik
Negeri Lampung yang selalu memberi masukan dan motivasi. Bapak Ibu
Dosen serta Teknisi Program Studi Produksi Ternak yang telah banyak
memberi bimbingan, motivasi, pengarahan serta ilmu yang yang cukup
banyak selama Penulis belajar di Politeknik Negeri Lampung.
6. drh. M Risky Novianto selaku Pembimbing Lapang yang telah banyak
memberi Ilmu dan pengarahan selama di PT. Indo Prima Beef II.

vii
7. Seluruh Staf Karyawan serta Pegawai PT. Indo Prima Beef II.
8. Teman-teman seperjuangan Praktik Kerja Lapang selama 1 bulan di PT.
Indo Prima Beef II.
9. Teman-teman in the gang (Effan, Agung, Iqbal, Eko, Danang, Djaky).
10. Teman–teman Organisasi Kampus HMJ Peternakan dan HIMASTER
Periode 2019 – 2020.
11. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2018 yang salalu memberi
suport, semangat, dukungannya selama penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis berdoa semoga Allah SWT membalas semua perbuatan baik
yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Bandar Lampung, 1 Juli 2021

Penulis

Dimas Hadi Prayoga

viii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. i x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ .. xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 2
1.4 Kontribusi .......................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Induk......................................................................................... 4


2.2 Sistem Reproduksi Sapi Betina................................................................... 4
2.3 Uterus................................................................................................. 5
2.3.1 Anatomi uterus................................................................................. 6
2.3.2 Fungsi uterus............................................................................... 7
2.4 Gangguan Reproduksi......................................................................... 7
2.5 Prolapsus Uteri....................................................................................... 8
2.5.1 Faktor-faktor penyebab prolapsus uteri........................................ 8
2.5.2 Gejala klinis.................................................................................. 8
2.5.3 Tindakan pencegahan kasus prolapsus uteri................................ 9
2.5.4 Penanganan kasus prolapsus uteri................................................ 9
2.6 Keadaan Umum Perusahaan.................................................................. 10
2.6.1 Sejarah singkat perusahaan........................................................... 10
2.6.2 Letak dan Topografi PT. Indo Prima Beef II................................ 11
2.6.3 Ketenagakerjaan........................................................................... 11
10
2.6.4 Sarana dan Prasarana Penunjang Perusahaan............................... 12 10

ix
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu............................................................................... 14


3.2 Alat dan Bahan........................................................................ 14
3.2.1 Alat................................................................................................ 14
3.2.2 Bahan............................................................................................ 14
3.3 Metode Pelaksanaan............................................................................... 14
3.4 Prosedur Kerja........................................................................................ 14
3.5 Pengamatan............................................................................................ 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kasus Prolapsus Uteri di PT. Indo Prima Beef II....................................... 16


4.2 Deteksi Kasus Prolapsus Uteri............................................................. 17
4.3 Prosedur Penanganan Kasus Prolapsus Uteri...................................... 18
4.4 Pencegahan Kasus Prolapsus Uteri........................................................ 21
4.5 Keberhasilan Penanganan Kasus Prolapsus Uteri.................................. 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 23
5.2 Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24
LAMPIRAN..................................................................................................... 27

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keadaan Tenaga Kerja di PT. Indo Prima Beef II 2021................................. 12

2. Data kasus Prolapsus Uteri di PT. Indo Prima Beef II.................................... 21

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prolapsus Uteri.............................................................................................. 17

2. Alat yang di Gunakan untuk Penanganan............................................................. 18

3. Obat Penstrep-400 (Penicilin-streptomycin)................................................. 19

4. Obat Biosan (Multivitamin)................................................................................... 19

5. Reposisi Uterus............................................................................................... 20

xii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha pertanian khususnya pada bidang peternakan telah dirasakan
pentingnya dalam menunjang kehidupan masyarakat. Sub sektor peternakan
diharapkan dapat mendongkrak perekonomian, memperluas lapangan pekerjaan,
meningkatkan produktivitas dan turut serta dalam peningkatan mutu gizi
masyarakat. Salah satu bidang usaha yang banyak dikembangkan dimasyarakat
adalah peternakan sapi potong. Usaha peternakan sapi dipeternakan rakyat
terdapat beberapa kendala dan kesulitan dalam proses pemeliharaanya baik dari
pakan, penyakit, serta gangguan reproduksi dan kelahiran pada sapi.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya retensio
sekundinarium (kondisi kegagalan pelepasan plasenta fetalis dan plasenta induk
lebih dari 12-24 jam pasca melahirkan), distokia (suatu keadaan dimana sapi
mengalami kesulitan melahirkan yang diakibatkan ukuran dan posisi fetus atau
kondisi induk sapi itu sendiri), abortus (keguguran), dan prematur. Hal ini
menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak
terhadap penurunan pedapatan peternak. Umumnya gangguan reproduksi
disebabkan oleh beberapa faktor, diataranya penyakit reproduksi dan buruknya
sistem pemeliharaan (Riadi, 2006).
Salah satu kasus ganguan reproduksi yang sering terjadi adalah prolapsus
uteri. Prolapsus uteri terjadi ketika cornua uteri terlipat ke vagina setelah partus
dan menonjol ke vulva. Beberapa penelitian 40% sapi bunting setelah mengalami
prolapsus uteri, jika terlambat di tangani dapat menyebabkan kejadian septikemia
yang fatal (Umesh et al., 2015). Masalah kesehatan reproduksi seperti metritis,
aborsi, distosia, prolaps(rahim/vagina), anoestrus dan kawin berulang sangat
mempengaruhi kinerja reproduksi sapi, gagguan reproduksi ini merupakan
problem yang sangat komplek bukan merupakan persoalan yang berdiri sendiri
(Bitew and Prasad, 2011).
2

Atas penjelasan yang telah di jabarkan kita mengerti bahwa kasus prolapsus
uteri yang terjadi pada sapi cukup berbahaya. Maka dari itu perlu adanya perhatian
dan penanganan khusus terutama pada peternak di masyarakat mengenai kasus
prolapsus uteri ini. Dengan adanya pembelajaran mengenai kasus prolapsus uteri
dan penangaannya, maka diharapkan dapat dijadikan panduan pembelajaran bagi
para pembaca khusuya pengusaha sapi baik skala perusahaan maupun peternak
kecil agar dapar meningkatkan produksifitas usaha.

1.2 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mendiskripsikan mengenai tatacara
penanganan kasus prolapsus uteri pada sapi di PT. Indo Prima Beef II.

1.3 Kerangka Pemikiran


Kasus prolapsus uteri menyerang pada bagian alat reproduksi dan cenderung
mempengaruhi sistem reproduksi pada sapi betina. Tindakan penanganan harus
dengan cara yang baik dan benar agar dapat menunjang kelangsungan hidup pedet
maupun induk yang diharapkan dapat memperlancar proses pemeliharaan.
Menurut Siswanto dan Era (2018), berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan prolaps uteri yaitu keadaan organ uterus yang keluar dari vulva dengan
mukosa berada di bagian luar dari dinding uterus, sedangkan serosanya berada di
dalam. Biasanya kasus ini terjadi setelah kelahiran yang normal.
Calving interval (CI) merupakan kunci sukses dalam usaha peternakan
sapi (pembibitan). Calving interval (CI) yang panjang dapat menyebabkan
menurunnya pendapatan peternak, karena jumlah anak yang dihasilkan akan
berkurang selama masa produktif. Cara meningkatkan produksi dan
reproduktivitas ternak adalah dengan memperpendek CI dengan mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh dan seleksi bibit ternak (sapi pengafkiran memiliki
calving interval yang panjang). Calving interval yang panjang disebabkan oleh
anestrus pasca melahirkan (62%), gangguan ovarium dan uterus (26%), dan
gangguan lain. Dalam upaya memperbaiki produktivitas dan reproduktivitas perlu
dilakukan teknologi secara terpadu antara induksi birahi dan ovulasi dengan
inseminasi buatan pada waktu yang ditentukan (Siregar, 2003). Calving interval
yang melebihi dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya
3

gangguan reproduksi yaitu prolapsus uteri yang terjadi pada induk pasca
melahirkan, pada keadaan tersebut prolapsus uteri dapat menyebabkan organ
reproduksi mengalami iritasi bahkan infeksi akibat penanganan yang kurang baik
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk proses pemulihan.
Penanganan prolapsus uteri yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan
pada siklus reproduksi selanjutnya kemudian days open lebih lama. Oleh karena
itu kasus prolapsus uteri ini harus ditangani dengan benar (Toelihere, 1985).
Selain dapat mempengaruhi days open dan calving interval terjadinya kasus
prolapsus uteri jika tidak ditangani dengan cepat, tepat dan benar dapat
menyebabkan hewan mati. Menurut Ishii et al., (2010) dalam Asri (2017),
penanganan prolapsus uteri harus dilakukan dengan hati-hati dalam hal reposisi
manual, karena dorongan uterus dengan tekanan yang berlebihan dapat melukai
atau merobek uterus bahkan dapat merobek pembuluh darah yang mengakibatkan
pendarahan yang hebat sehingga kemungkinan besar membuat hewan mati.

1.4 Kontribusi
laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
peternak sapi terkait penanganan prolapsus uteri, sehingga dapat dijadikan bahan
evaluasi dalam manajemen pemeliharaan sapi potong dan sebagai bahan
pembelajaran bagi mahasiswa mengenai cara penanganan kasus prolapsus uteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Induk


Sapi induk adalah sapi betina yang khusus dipelihara untuk menghasilkan
daging, susu, atau pedet. Pada proses pemilihan bibit harus jelas tujuan
pemeliharaannya, jika tujuannya untuk menghasilkan pedet, maka pedet yang
dihasilkan juga harus diseleksi untuk dijadikan bakalan atau replacement stock
(Nugroho, 2008).
Menurut Ngadiyono (2012), ciri-ciri pemeliharaan sapi induk yang baik
berdasarkan penampilanya yaitu berpostur tubuh baik, kaki kuat dan lurus, ambing
atau puting susu normal, halus, kenyal, tidak ada infeksi atau pembengkakan, bulu
halus, mata bersinar, nafsu makan baik, dan alat kelamin normal. Pada sapi induk
tanda-tanda birahi teratur, ternak dalam kondisi sehat, tidak terlalu gemuk, tidak
cacat, serta umur siap kawin.

2.2 Sistem Reproduksi Sapi Betina


Sapi betina memiliki organ reproduksi primer dan sekunder. Organ
reproduksi primer yaitu ovarium. Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan
hormon-hormon kelamin betina (estrogen dan progesteron). Organ reproduksi
sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus, serviks, vagina, dan
vulva.
Ovarium menghasilkan sel telur dengan proses oogenesis yang disebut
sebagai siklus estrus memiliki rangkaian peristiwa yang pasti, baik fisiologis
maupun perilaku. Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui
tingkatan perkembangan yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier
(folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de Graaf (folikel matang). Pada ovulasi,
bagian tipis pada folikel akan pecah. Setelah ovulasi, sel yang berkembang di
dalam folikel berdiferensiasi membentuk korpus luteum, yang memiliki fungsi
penting memproduksi progesteron. Sel telur yang dilepaskan tertangkap oleh
infundibulum dan bergerak ke saluran telur, di mana pembuahan terjadi jika ada
5

sperma, kemudian bergerak melalui saluran telur dan masuk ke uterus. Jika
dibuahi, maka akan terjadi perkembangan embriologis di dalam uterus (Turner,
2014) Uterus terdiri dari kornu, korpus, dan serviks, melakukan sejumlah fungsi:
kontraksi uterus mempermudah pengangkutan sperma ke tuba fallopii, uterus
merupakan tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus. menghasilkan
prostaglandin yang bisa menghancurkan fungsi korpus luteum ovarium.
Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung penonjolan-penonjolan seperti
cendawan disebut caruncula.
Uterus sapi memiliki 70-120 caruncula yang berdiameter 10 cm dan terlihat
seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta) yang menerima villi
chorionik placental. Villi-villi chorion hanya berkembang pada daerah tertentu
pada selubung fetus (cotyledon) yang memasuki caruncula. Cotyledon dan
caruncula bersama-sama disebut placentoma (Lellan. 2009). Serviks adalah suatu
struktur berupa sphincter, terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan
saling menyilang disebut cincin-cincin annuler. Berfungsi untuk mencegah
masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke lumen uterus. Pada saat
estrus, serviks akan terbuka sehingga memungkinkan sperma memasuki uterus
sehingga terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan mucus yang keluar melalui
vagina (Prange and Duby, 2007).

2.3 Uterus
Organ uterus merupakan saluran alat kelamin yang berbentuk bulu, berurat
daging licin, yang mempunyai fungsi sebagai penerima ovum yang telah dibuahi
dari tuba fallopi, dan organ uterus akan memberi makan serta perlindungan bagi
fetus yang selanjutnya akan mendorong fetus ke arah luar pada saat proses
kelahiran (Hardjopranjoto (1995) dalam Siswanto dan Era (2018). Uterus
merupakan organ yang sangat khusus dibandingkan dengan organ yang lain.
Sebab dapat mengadakan adaptasi, menerima dan memelihara embrio yang akan
melakukan implantasi. Semua perubahan keadaan ini diatur oleh ovarium yang
selanjutnya dibantu oleh hormone plasenta (Wirjaatmadja, 2005).
6

2.3.1 Anatomi Uterus


Toelihere (1985), berpendapat bahwa letak uterus terdapat pada lantai pelvis
atau pada tepi pelvis. Pada hewan betina yang sudah beranak umumnya
menggantung melampaui tepi pelvis pada lantai caudal rongga perut. Uterus
biasanya terletak dorsal atau lateral dari kantung air seni dan dipertautkan di
sebelah dorsolateral oleh ligamentum lata atau mesometrium, selama kebuntingan
uterus sangat membesar dan tertarik ke depan dan ke bawah ke dalam rongga
perut. Letak uterus bisa di atas simfisis pelvis, di tepi kranial dari ruang pelvis di
atas os pubis, bisa pula lebih ke muka sedikit lagi yaitu dalam ruang abdomen
sebelah kaudal. Umumnya pada pluripara (induk yang telah sering kali beranak).
letak uterusnya sering kali dalam ruang abdomen bagian paling caudal, dan
terhadap kandung kencing, uterus bisa terletak di atasnya bisa pula di sebelahnya
Jika kandung kencing penuh, uterus yang tidak bunting terletak di sampingnya.
Kalau kandung kencing ini kosong, hampir selalu kandung ini berada di bawah
uterus.
Ligamentum penggantung ini sering disebut mesometrium penggantung atau
peritoneum, sewaktu bunting uterus ini tertarik ke depan, ke bawah dan ke dasar
ruang abdomen. Pada hewan yang tidak bunting, uterus berada 25-40 cm ke depan
dari lubang vulva, tepat di depan servix. Pada sapi muda yang tidak bunting,
hampir seluruh uterus berada di dalam ruang pelvis dengan hanya sebagian kecil
dari cornua uteri menjulur mencapai pelvis. Uterus dari sapi yang telah beberapa
kali melahirkan dapat terletak seluruhnya dirongga perut (Salisbury et al., 1985).
Uterus sapi berbentuk dua tanduk, setiap tanduk melengkung ke arah sisi dan ke
bawah di bagian ujung depan dan bersambung dengan ujung yang sempit dari tuba
falopi. Ujung posterior cornua uteri bersambung dengan corpus uteri.
Dinding uterus sapi memiliki tebal 9-12 mm pada pangkal tanduk uterus.
Mulai dari titik ini sampai ujung cornua yang kecil dindingnya tipis, dan pada
tempat sambungan dengan tuba falopi tebalnya hanya kira-kira 2 mm. Pada sapi
panjang corpus uteri kira-kira 2,5 sampai 4 cm. Tergantung pada umur dan bangsa
sapi panjang cornua uteri mencapai 20 sampai 40 cm dengan diameter 1.25
samapai 5 cm pada keadaan tidak bunting. Dinding uterus terdin dari tiga lapis
urat daging licin - dua lapis urat daging membujur dan satu lapis urat daging
7

melingkar di tengah-tengah dan selaput lender (Wirjaatmadja, 2005). Serabut


serabut urat daging berkesinambungan dari urat daging servix dan ligament uterus.
Mukosa uterus juga berkesinambungan dengan mucosa servix. Mukosa uterus
memiliki kelenjar-kelenjar uterus dan banyak sekali karunkula, yang memiliki
liang-liang bercabang tempat penjuluran selaput fetus masuk selama masa
kebuntingan. Partodihardjo (1987), membagi dinding uterus terdiri 3 lapis. dari
luar ke dalam yaitu:
a. Lapis pertama membrane serosa yang merupakan lapis pertama dari luar
atau merupakan dinding paling luar.
b. Lapis kedua: "myometrium", lapis urat daging licin yang terdiri dari luar ke
dalam yaitu serabut-serabut urat daging licin berjalan longitudinal, lapis
serabut urat daging licin yang berjalan ciculair.
c. Lapis ketiga: endometrium, yaitu lapis yang merupakan dinding lumen
uterus dan terdiri atas: epitel, lapisan kelenjar uterus dan tenunan.

2.3.2 Fungsi Uterus


Uterus merupakan jalan yang dilewati oleh spermatozoa menuju ke tempat
fertilisasi di dalam tuba falopi, menerima dan memelihara ovum yang telah
dibuahi. Uterus pada umumnya mempunyai fungsi penting dalam proses
reproduksi, dimana dia berfungsi meneruskan sel mani yang telah masuk ke dalam
uterus ke tuba falopi (Hardjopranjoto, 1995). Sedangkan menurut Partodihardjo
(1987), fungsi uterus pada umumnya mempunyai fungsi penting dalam proses
reproduksi, dimana dari hewan betina birahi sampai bunting dan melahirkan,
uterus mengalami berbagai perubahan.

2.4 Gangguan Reproduksi


Gangguan reproduksi dapat menyebabkan terjadinya kegagalan kelahiran
bahkan dapat menyebabkan kematian pada induk sapi apabila tidak mendapatkan
penanganan dengan baik dan benar. Keberhasilan pada tingkat kebuntingan sapi
induk saja tidak cukup tetapi perlu hingga terjadi kelahiran pedet (Luthfi dan
Widyaningrum, 2007). Menurut Phocas dan Laloe (2003) dalam Luthfi dan
Widyaningrum (2007), gangguan reproduksi yang menyebabkan kegagalan
kelahiran memberikan kontribusi cukup besar pada peternak dalam memproduksi
8

pedet. Pedet yang telah dinanti selama +280 hari akan mengalami kematian yang
selanjutnya berakibat tertundanya proses pembibitan, jarak beranak semakin
panjang, peningkatan biaya pakan dan tenaga kerja. Beberapa kejadian gangguan
reproduksi yang sering terjadi di lapangan antara lain distokia, prolapsus uteri,
retensio secundinae dan abortus.

2.5 Prolapsus Uteri


Prolapsus uteri adalah suatu kejadian dimana uterus keluar melewati vagina
dan menggantung di vulva. Prolapsus uteri terjadi pada stadium ketiga setelah
pengeluaran fetus dan setelah kotiledon fetus terpisah dari karunkula induk
(Wardhani, 2015).

2.5.1 Faktor-faktor penyebab prolapsus uteri


Penyebab dari prolaps uteri adalah atoni uteri pasca melahirkan disertai
kontraksi dinding perut yang kuat, dengan mendorong dinding uterus membalik
keluar, sedangkan bagian serviks masih dalam keadaan terbuka lebar atau
ligamentum lata uteri mengalami pengendoran, dan disertai dengan posisi tubuh
bagian belakang lebih rendah dibandingkan bagian tubuh depan, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya prolaps uteri dengan mudah (Siswanto dan Era, 2018).
Prolaps uteri lebih sering terjadi pada sapi indukan dari pada sapi dara.
Predisposisi dari gangguan prolaps uteri ini disebabkan oleh faktor genetik,
manajemen sapi yang kurang baik, adanya peningkatan tekanan intra
abdomen, kesulitan pada saat melahirkan (distokia), juga dikarenakan hewan
dikandangkan terus menerus serta posisi alas kandang yang terlalu miring (Peter,
2015).

2.5.2 Gejala klinis


Gejala yang dapat diamati pada hewan yang mengalami kasus prolapsus
uteri adalah biasanya hewan berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus
menggantung di kaki belakang. Selaput fetus atau selaput mukosa uterus yang
terbuka dapat terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran, atau gumpalan darah.
Uterus dapat membesar terutama bila kondisi prolapsus uteri telah berlangsung 4
6 jam atau lebih (Toelihere, 1985). Salah satu tanda yang paling umum ketika
prolaps uteri terjadi adalah induk sapi akan lebih sering berbaring namun masih
9

dapat berdiri dengan uterus yang menggantung pada bagian belakang. Uterus
akan mengalami pembesaran dan terjadi oedematous jika kondisi ini dibiarkan
berlangsung selama 4 hingga 6 jam, dan ketika dibiarkan dalam kurun waktu 6
jam atau lebih maka organ uterus mulai menyerap udara dan akan membesar.
Tanda lain dari prolaps uteri yaitu pada bagian vulva terdapat bagian yang
terlihat dari endometrium. Sapi betina yang mengalami prolaps uteri akan
menunjukkan gejala sering gelisah dan selalu melihat daerah bagian
belakangnya, biasanya disertai dengan menempelkan bagian vulvanya dengan
menggesekkan pada dinding karena merasakan hal yang tidak normal seperti
biasanya pada bagian belakang induk sapi (Siswanto dan Era, 2018).

2.5.3 Tindakan pencegahan kasus prolapsus uteri


Tindakan pencegahan yaitu membuat desain lantai kandang yang tidak
terlalu miring. Kontrol manajemen pakan sehingga sapi-sapi yang bunting
terutama pada trimester ke tiga tidak mengalami kegemukan dan yang penting
adalah jangan memelihara sapi yang pernah mengalami kejadian prolaps vagina
atau rektal pada sapi bunting (Prayogo, 2009).

2.5.4 Penanganan kasus prolapsus uteri


Penanganan prolapsus uteri secara teknis yaitu dengan ditempatkan didalam
kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi di bagian belakang. Secara
medis dapat dilakukan dengan reposisi uterus yaitu irigasi (pencucian organ uterus
dengan antiseptik povidon iodine dan uterus direposisi), selanjutnya dilakukan
injeksi dengan antibiotik spektrum luas (oxytetracycline) (Riady, 2006).
Adapun urutan penangaan untuk kasus prolapsus uteri ialah (Peter, 2015):
Melihat kondisi umum sapi, jika sapi hampir mati atau mengalami syok berat
maka penanganan menjadi tidak ekonomis
a. Memperbaiki posisi sapi dimana kepala lebih rendah dari bagian
belakang, tindakan ini bertujuan untuk mempermudah saat melakukan
reposisi.
b. Pemberian anestesi epidural
c. Sapi sebaiknya direbahkan secara sternal dengan kedua kaki belakang
ditarik keluar.
10

d. Membersihkan kotoran dari organ prolaps dengan membilasnya dengan


salin/antiseptik ringan.
e. Melepas plasenta atau sisa- sisa kotiledon yang mudah terlepas.
f. Bila terdapat luka sobek sebaiknya dijahit
g. Pemberian salep chlorhexidine diseluruh permukaan uterus.
h. Merepulsi uterus dimulai dari korpus diikuti oleh kornu
i. Kemudian sapi dipacu untuk berdiri, selanjutnya mendorong kornu
secara keseluruhan dengan menggunakan botol bersih.
j. Setelah seluruh organ telah masuk, dilanjutkan dengan memberikan
oksitosin (20-30 U) secara intramuskular dengan tujuan mencegah
terjadinya prolapse kembali.
k. Melakukan penjahitan di bibir vulva dengan pola simple interrupted
l. Jahitan dibuka setelah 10 hari

2.6 Keadaan Umum Perusahaan

2.6.1 Sejarah singkat perusahaan


PT. Indo Prima Beef II didirikan pada tahun 2018 oleh drh.Nanang Purus
Subendro di Kampung Lempuyang Bandar. PT Indo Prima Beef II
merupakan hasil pelebaran sayap dari PT.Indo Prima Beef I yang berlokasi di
RT.30, Adirejo, Terbanggi Besar, Bandar Jaya Timur, Lampung Tengah yang
berdiri sejak 24 Februari 2014. Perusahaan ini memiliki beberapa mitra di
wilayah Lampung dan menjadi pemasok sapi untuk RPH di wilayah Sumatera,
Jawa dan Jabodetabek.
Pada awalnya drh. Nanang mendirikan CV. Sempulur Jaya pada tahun 2012
dimulai dengan hanya 10 ekor sapi lokal. Seiring berjalannya waktu,usaha yang
digeluti drh.Nanang semakin berkembang hingga akhirnya pada 24 Februari 2014
didirikan PT.Indo Prima Beef dengan izin impor dan operasional sapi BX.
Perkembangan berlangsung sangat cepat sehingga pada bulan Desember 2017
mulai membangun PT. Indo Prima Beef II. Pada 17 Mei 2018 PT. Indo Prima
Beef II sudah mulai beroperasional dengan populasi 1000 ekor sapi BX (Brahman
Cross) yang diimpor dari Australia. Selanjutnya pada tahun 2019 ada
pembangunan 2 kandang baru dan tahun 2020 dibangun kembali 1 kandang
11

sehingga total kandang PT Indo Prima Beef II yaitu 5 kandang dengan kapasitas
7000 ekor (PT. Indo Prima Beef II, 2021).

2.6.2 Letak dan Topografi PT. Indo Prima Beef II


PT. Indo Prima Beef II terletak di Dusun III,Kampung Lempuyang Bandar,
Kec. Way Pangubuan, Kab.Lampung Tengah, Provinsi Lampung.Kampung
Lempuyang Bandar berada di jalan lintas timur Sumatera KM 79 yang berbatasan
langsung dengan:
Bagian utara : Kampung Bandar Agung dan Gunung Agung
Bagian Selatan : Kampung Terbanggi Besar dan area perkebunan PT. Great
Giant Pineapple.
Bagian Timur : Kampung Bandar Sakti dan area perkebunan PT. Great Giant
Pineapple
Bagian Barat : Kampung Tanjung Ratu Ilirdan area perkebunan PT. Great
Giant Pineaplle
Wilayah Kampung Lempuyang Bandar memiliki iklim tropis. Lokasi
kandang yang cukup jauh dari pemukiman penduduk dengan jarak ± 1000 m.
Pemilihan lokasi penggemukan sapi bergantung pada geografi dan topografi,
diantaranya ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan, sumber air,
transportasi dan ketersediaan sapi bakalan. (PT.Indo Prima Beef II, 2021)

2.6.3 Ketenagakerjaan
Menurut undang undang no.13 tahun 2013, Menurut peraturan tersebut
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja yang dimaksud disini
didefinisikan sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan yang
menghasilkan barang dan/atau jasa yang berguna bagi dirinya sendiri ataupun
masyarakat secara umum. Ketenagakerjaan yang terdapat di PT. Indo Prima Beef
II Lempuyang Bandar, Lampung Tengah berjumlah 103 orang pekerja dengan
pembagian sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing dimana sebagian
tenaga kerja berasal dari daerah sekitar wilayah perusahaan, pembagian tugas
ketenagakerjaan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
12

Tabel 1. Keadaan Tenaga Kerja di PT.Indo Prima Beef II 2021

No Tugas Jumlah tenaga kerja


1 Farm manager 1
2 Kepala bagian feedlot 1
3 Kepala bagian feeding 1
4 Dokter hewan 2
5 Tenaga kesehatan hewan 8
6 Animal walfare Oficer 1
7 Farm service 4
8 General afair 4
9 Admin 5
10 Security 5
11 Plantation 3
12 Kepala bagian Logistik 1
13 Gudang 10
14 Pengawas feedlot 1
15 Tenaga kandang 17
16 Admin timbangan 1
17 Utility 7
18 Cleaning 16
19 Hijauan pakan ternak 7
20 Distribusi pakan 8
Jumlah 103
Sumber: PT. Indo Prima Beef II (2021)

2.6.4 Sarana dan Prasarana Penunjang Perusahaan


Demi menunjang dan mendukung segala kegiatan perusahaan dalam
menghasilkan produk yang baik, maka diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai. Sarana dan prasarana pada PT. Indo Prima Beef II dapat dilihat pada
lampiran 1. (PT. Indo Prima Beef II)
Sarana dan prasarana yang ada di PT. Indo Prima Beef II Lempuyang
Bandar, Lampung Tengah diantaranya :
1. Mushola, dengan luas 5m² yang berada disamping kantor.
2. Bangunan kandang, terdiri dari 5 kandang dengan luas 3 hektar kapasitas
7000 ekor.
13

3. Kantor, digunakan untuk melakukan segala administrasi. Kantor terdiri dari 4


ruangan dan 1 dapur, selain itu juga kantor dilengkapi dengan wifi, komputer,
CCTV dan AC.
4. Mess, berfungsi sebagai tempat istirahat. Terdiri dari mess karyawan dan
mess pekerja.
5. Pos satpam, berfungsi sebagai pos keamanan, berada di pintu masuk PT. Indo
Prima Beef II.
6. Unloding rem, berfungsi sebagai tempat naik turunnya sapi.
7. Gudang pakan, berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku pakan dan
tempat pembuatan pakan. Ukuran gudang pakan yaitu 60m x 35m.
8. Limbahan, berada dibelakang kandang yang berbatasan langsung dengan
sungai. Limbahan terdiri dari 8 kolam penamanpungan limbah cair dan 2
kolam penampungan limbah padat.
9. Tempat olahraga yaitu lapangan voli yang berada disamping mess karyawan.
10. Alat–alat operator lainnya sebagai sarana pendukung perusahaan :
11. Rotomix dengan kapasitas 5000 kg berfungsi untuk mencampur bahan
konsentrat dan distribusi pakan ke tiap kandang, berjumlah 2 unit.
12. Dump truck berfungsi untuk mengangkut kotoran dari kandang ke tempat
penampungan limbah. Berjumlah 2 unit dengan merek Daihatsu.
13. Mesin chopper berfungsi untuk memotong rumput, berjumlah 2 unit.
14. Eksavator berjumlah 2 unit yang digunakan untuk memperbaiki jalan,
mengubur sapi mati dan mengangkut alat berat.
15. Skit loader dengan merek Bobcat berfungsi untuk membersihkan kotoran
sapi.
16. Bentor atau motor roda tiga berfungsi untuk mendistribusikan pakan ke
kandang isolasi dan breeding.
17. Cattle crush berfungsi untuk melakukan penanganan sapi (pengobatan,
penjualan, dan pendataan).
18. Timbangan truck, berada disamping gudang pakan.
19. Loader, berfungsi untuk mengangkut bahan pakan dari gudang ke mixer.
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan observasi dan pengambilan data Tugas Akhir ini dilaksanakan di
PT. Indo Prima Beef II, Lempuyang Bandar, Lampung Tengah Pada Tanggal 1
Maret sampai 31 April 2021.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penanganan prolapsus uteri ini
adalah needle holder, gunting, jarum jahit, needle hecting, glove, dan spuit.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penanganan prolapsus uteri ini
adalah obat antibiotik Penicilin dan Streptomycin (Penstrep-400), Biosan, air
bersih, iodin, dan benang silk.

3.3 Metode Pelaksanaan


Kegiatan pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan secara langsung
di PT. Indo Prima Beef II dan kegiatan wawancara dengan pembimbing lapangan.
Data sekunder berasal dari studi literatur yang diperoleh melalui media cetak dan
elektronik.

3.4 Prosedur Kerja


Dalam pelaksanaan pengambilan data Tugas Akhir Mahasiswa di PT. Indo
Prima Beef II Lempuyang Bandar, Lampung Tengah telah dilakukan prosedur
kerja sebagai berikut:
a. Melakukan observasi seperti mengamati kejadian kasus prolapsus uteri
yang terjadi pada sapi induk yang melahirkan sampai cara penanganan.
15

b. Melakukan wawancara langsung dengan pembimbing lapang dan


karyawan kandang terkait kasus, deteksi, penanganan, pencegahan, dan
keberhasilan penanganan kasus prolapsus uteri di PT. Indo Prima Beef II.
c. Partisipasi aktif berupa ikut serta membantu dalam praktik langsung proses
penanganan kasus prolapsus uteri.
d. Diskusi langsung yang berisikan tanya jawab beserta penyampaian materi
dari dokter hewan PT. Indo Prima Beef II.
e. Melakukan studi literatur untuk memperoleh data yang terkait melalui
pengutipan dari jurnal, buku, artikel, karya ilmiah lainnya yang
mendukung terhadap penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

3.5 Pengamatan
a. Kasus prolapsus uteri
b. Deteksi kasus prolapsus uteri
c. Prosedur penanganan kasus prolapsus uteri
d. Pencegahan kasus prolapsus uteri
e. Keberhasilan penanganan kasus prolapsus uteri.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kasus Prolapsus Uteri di PT. Indo Prima Beef II


Di PT. Indo Prima Beef II induk sapi yang digunakan adalah sapi jenis
brahman cross (BX). Populasi sapi induk di PT. Indo Prima Beef II berjumlah 40
ekor, dalam upaya pembibitannya mengandalkan pada perkawinan alami atau
alam. Menurut Toelihere (1985), dalam memilih induk sebagai penghasil bibit
sebaiknya tidak berumur tua. Prolapsus uteri sering terjadi pada sapi yang sudah
sering partus, hewan yang telah berumur tua dan makanan yang kurang baik
selama hewan itu dipelihara dalam kandang, menyebabkan keadaan ligamentum
penggantung uterus menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali posisi
sebelum bunting.
Kasus prolapsus uteri di PT. Indo Prima Beef II setiap tahun rata-rata 3-5
ekor dengan persentase 12% dari total populasi sapi induk. Dengan persentasi
kasus yang rendah tetap saja akan berpengaruh terhadap efesiensi reproduksi dari
sapi induk yang dipelihara, karena siklus reproduksi dapat terganggu. Calving
interval (CI) merupakan kunci sukses sukses dalam usaha peternakan sapi
(pembibitan). Calving interval (CI) yang panjang dapat menyebabkan
menurunnya pendapatan peternak, karena jumlah anak yang dihasilkan akan
berkurang selama masa produktif. Calving interval yang panjang disebabkan oleh
anestrus pasca melahirkan (62%), gangguan ovarium dan uterus (26%), dan
gangguan lain (Siregar, 2012).
Selama melakukan kegiatan PKL di PT. Indo Prima Beef II ditemukan 5
kasus distokia yang di ikuti dengan 1 kasus prolapsus uteri. Kasus prolapsus uteri
yang terjadi di PT. Indo Prima Beef II terjadi pada sapi induk yang berumur 3-4
tahun. Penyebab dari prolapsus uteri adalah atoni uteri pasca melahirkan disertai
kontraksi dinding perut yang kuat, dengan mendorong dinding uterus membalik
keluar, sedangkan bagian serviks masih dalam keadaan terbuka lebar atau
ligamentum lata uteri mengalami pengendoran, dan disertai dengan posisi tubuh
bagian belakang lebih rendah dibandingkan bagian tubuh depan, hal ini dapat
17

menyebabkan terjadinya prolaps uteri dengan mudah (Siswanto dan Era, 2018).
Demikian pula kontraksi uterus yang kuat disertai tekanan dinding perut yang
berlebihan pada waktu melahirkan, dapat menyebabkan keluarnya fetus bersama-
sama selaput fetus dan dinding uterusnya, prolapsus uteri dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. Prolapsus Uteri

Sapi induk yang mengalami kasus prolapsus uteri dilakukan penanganan


agar kasus tersebut tidak terulang kembali, sapi induk di PT. Indo Prima Beef II
yang masih dalam kondisi baik menunjukan gejala birahi atau estrus kembali pada
60 hari pasca penanganan prolapsus. Menurut Prihatno (2013) dalam Ismaya
(2014), gejala birahi pada sapi waktunya bervariasi tergatung pakan, musim/suhu,
dan waktu involusi uterus. Biasanya pada sapi menunjukan birahi paling cepat 30-
50 hari setelah beranak.

4.2 Deteksi Kasus Prolapsus Uteri


Pegamatan dan deteksi kasus prolapsus uteri dilakukan dengan cara sebagai
berikut: petugas mengamati kondisi sapi induk setelah melahirkan; melihat sapi
induk berbaring di lantai kandang setelah melahirkan kondisinya terlihat lemah;
beberapa saat sapi berdiri kembali dan kemudian dari dalam vagina terlihat
mukosa uterus keluar menggantung di kaki belakang sapi. Maka dapat dideteksi
sapi mengalami kasus prolapsus uteri. Menurut Toelihere (1985), tanda-tada
prolapsus uteri adalah biasanya sapi berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan
18

uterus menggatung di kaki belakang. Uterus akan membesar dan oedematus


terutama bila kondisi telah berlangsung 4-5 jam atau lebih.
Menurut Partodihardjo (1987), tanda-tanda prolapsus uteri adalah pada
vulva terlihat bagian-bagian endometrium yang menyembul keluar. Jika prolapsus
itu hanya sebagian maka besarnya benjolan mukosa uterus hanya sebesar tinju,
atau lebih besar lagi. Apabila dalam keadaan total maka sampai serviks pun ikut
keluar oleh beratnya uterus yang keluar.

4.3 Prosedur Penanganan Kasus Prolapsus Uteri


Penanganan sapi induk yang mengalami kasus prolapus uteri di PT. Indo
Prima Beef II dilakukan setelah beberapa saat prolapsus uteri terjadi, sehingga
memungkinkan belum terjadi infeksi. Menurut Toelihere (1985) dalam Siswanto
dan Mudji (2010), pada kasus prolapsus uteri yang kasusnya baru dan segera
mendapatkan penanganan maka kondisi induk akan segera membaik. Pada kasus
prolapsus uteri yang berat dengan uterus telah terkontaminasi dan mengalami
infeksi maka kondisi induk akan menjadi memburuk. Kondisi ini akan
menyebabkan induk produksinya menurun apabila tidak segera ditolong.
Prosedur penangaan kasus prolapsus uteri di PT. Indo Prima Beef II ada
beberapa prosedur yang dilakukan yaitu:
1. Petugas kesehatan melakukan pemindahan sapi induk ke kandang karantina
yang terpisah dari koloni.
2. Menempatkan sapi pada cattle crush, mempersiapkan alat yang akan
digunakan untuk penanganan seperti needle holder, guting, needle hecting,
glove, spuit, dan benang silk (gambar 2).

Gambar 2. Alat yang digunakan untuk penanganan


19

3. Menyiapkan obat-obatan berupa antibiotik penstrep-400 (penisilin-


streptomycin) (gambar 3), dan multi vitamin biosan (gambar 4).

Gambar 3. Penstrep-400 (Penicilin-streptomycin)

Gambar 4. Biosan (Multivitamin)


4. Petugas membersihkan dan memisahkan salaput fetus dari uterus dengan
larutan antiseptik (iodin), kemudian dengan perlahan-lahan memasukan
seluruh organ reproduksi kedalam vagina, direposisi dengan mendorong
uterus mengikuti proses perejanan sapi induk sampai masuk seluruhnya,
proses reposisi uterus dapat dilihat pada (gambar 5).
20

Gambar 5. Reposisi uterus


5. dilakukan penjahitan pada vulva untuk mencegah uterus keluar kembali.
Penjahitan pada bagian vulva hanya dilakukan sebagian, tidak disarankan
untuk melakukan penjahitan seluruhnya agar sapi induk dapat melakukan
proses urinasi.
6. Dilakukan penanganan secara medis, yaitu pemberian antibiotik Penisilin-
Streptomycin (Penstrep-400) sebanyak 15 ml yang diinjeksikan secara
intramuskular menggunakan spuit agar tidak terjadi infeksi pada organ
reproduksi. Penisilin-Streptomycin bekerja dengan menghasilkan efek
bakterisida pada bakteri yang sedang aktif membelah sehingga aktivitas
bakteri dapat terganggu bahkan mati (Rismardiati, 1985).
7. Diberikan injeksi multivitamin Biosan sebanyak 15 ml secara intramuskular.
Biodin mengandung ATP, Mg aspartate, K aspartate, Na. Selenite, Vitamin
B 12, Excipient qs, campuran dari berbagai kelompok faktor tersebut dalam
perbandingan yang baik memungkinkan rekonstitusi dari cadangan energi
dan berlangsungnya proses metabolisme yang baik, berfungsi sebagai
stimulasi tubuh secara umum terutama pada tonus otot dari semua spesies
hewan, seperti pada keadaan lemah otot akibat melahirkan (Abdullah, 2014).
8. Jahitan dibuka setelah seminggu kemudian dan luka jahitan sudah
mengering, setelah itu dilakukan pengamatan kondisi sapi setelah pasca
prolapsus uteri.
21

4.4 Pencegahan Kasus Prolapsus Uteri


Adapun beberapa pencegahan agar prolapsus uteri tidak kembali terjadi
pada sapi induk yang dipelihara menurut Siswanto dan Mudji (2010), tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat desain lantai kandang
dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi di bagian belakang, kemudian kontrol
manajemen pakan sehingga sapi-sapi yang bunting terutama pada trimester ketiga
tidak mengalami kegemukan, dan yang terpenting adalah tidak disarankan untuk
memelihara sapi yang pernah mengalami kejadian prolapsus uteri pada saat
bunting karena ada kecenderungan genetis berperan dalam kejadian kasus
prolapsus uteri. Ketika induk sapi bunting kembali dan melahirkan maka ada sifat
herediter. Pencegahan prolapsus uteri dapat dilakukan dengan cara melakukan
exercise pada sapi induk yang sedang bunting untuk melatih otot-otot pada sapi
induk agar tidak lemah ketika akan melahirkan.

4.5 Keberhasilan Penanganan Kasus Prolapsus Uteri


Indikator keberhasilan dari penanganan kasus prolapsus uteri adalah status
kesehatan sapi pasca penanganan. Indikator yang dapat dijadikan sebagai penentu
keberhasilan penanganan kasus prolapsus uteri antara lain: 1) Sapi induk sehat, 2)
tidak terjadi prolapsus uteri berulang, 3) tidak terjadi jahitan lepas, 4) waktu sapi
menunjukkan birahi <90 hari. Berikut ini adalah data dari kejadian prolapsus uteri
di PT. Indo Prima Beef II yang didapatkan selama mengikuti kegiatan PKL dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data kasus Prolapsus Uteri di PT. Indo Prima Beef II

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

Sapi Induk    

Sumber: PT. Indo Prima Beef II (2021)


Keterangan :
a. Indikator 1 : Induk sapi sehat
b. Indikator 2 : Tidak terjadi Prolapsus Uteri berulang
c. Indikator 3 : Tidak terjadi jahitan lepas
d. Indikator 4 : Waktu sapi menunjukan birahi < 90 hari
Penanganan prolapsus dapat dinyatakan berhasil apabila semua indikator
terpenuhi. Penanganan prolapsus uteri di PT. Indo Prima Beef II dapat dinyatakan
22

berhasil karena semua idikator terpenuhi sehingga sapi induk dapat kembali sehat
seperti semula. Luka jahitan dibuka setelah 7 hari.
Menurut Febriyanto (2013), setelah 3-7 hari biasanya kandungan sudah
mulai normal dan jahitan sudah mengering, sehingga pada dasarnya jahitan boleh
dilepas namun untuk menghindari terjadinya kasus kembali jahitan disarankan
dilepas setelah 2 - 4 minggu. Sapi-sapi yang sehat pasca penanganan prolapsus
uteri menunjukan siklus birahi kembali setelah 60 hari.
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai penanganan kasus prolapsus
uteri pada sapi induk di PT. Indo Prima Beef II dapat disimpulkan bahwa
penanganan yang dilakukan dalam kasus prolapsus uteri pada sapi induk cukup
baik yang dibuktikan dengan induk sapi yang kembali sehat dan tidak terjadi
kasus berulang dengan prosedur: pemisahan induk ke kandang khusus; mencuci
dan memisahkan selaput fetus dari uterus menggunakan larutan iodin; mereposisi
kembali uterus secara manual ke dalam vagina seluruhnya; menjahit pada bagian
bibir vulva; pada akhir penanganan diberikan satu injeksi antibiotik Penisilin-
Streptomycin (Penstrep-400); dan multivitamin Biosan. Satu minggu setelah luka
mengering jahitan dibuka.

5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan di PT. Indo Prima Beef II selama PKL perlu
meningkatkan pencatatan yang lebih baik lagi guna memudahkan dalam proses
evaluasi. Untuk mencegah terjadinya kasus prolapsus uteri maka disarankan agar
induk bunting dibiarkan bergerak, memperhatikan kemiringan kandang, serta
mencukupi kebutuhan nutrisi dan mineralnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. 2014. Biodin Penguat Otot dan Meningkatkan Daya Tahan Tubuh.
http://obathewan17.blogspot.com/2014/12/biodin-penguat-otot-dan
meningkatkan.html. (Diakses tanggal 4/6/2021).

Asri, A. 2017. Penanganan Kasus Prolapsus Uteri pada Sapi Limousin di


Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. Tugas Akhir. Program
Pendidikan Dokter Hewan. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Bitew M And Prasad S, 2011. Study On Major Reproductive Health Problems In


Indegenous And Cross Breed Cows In And Around Bedelle, South West
Ethiopia Journal Of Animal And Veterinary Advances. Year: 2011
Volume: 10 Issue: 6 Page No: 723-727

Febriyanto, A. 2013.Prolap. http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/artikel


pertanian/89-prolap. (Diakses tanggal 26/6/2021)

Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University


Press. Surabaya.

Ishii M., T. Aoki, K. Yamakawa, T. Uyama, S. EI-khodery, M. Matsui, Y.


Miyake. 2010. Uterine prolapsed in cows: Effect of raising the rear end on
the clinical outcomes and reproductive performance. Obihiro University of
Agriculture and Veterinary Medicine, Obihiro, Hokkaido, Japan. Journal
Veterinary Medicine, 55, 2010 (3): 113-118. Asri, A penerjemah.
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi Dan Kerbau. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

Lellan, B. 2009. Anatomy of the Cow's Reproductive System. Alberta agricultural


and forestry.

Luthfi M. Widyaningrum Y. 2007. Tingkat Kejadian Gangguan Reproduksi Sapi


Bali dan Madura pada Sistem Pemeliharaan Kandang Kelompok.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2017.
DOI: http://dx.doi.org/10.14334/Pros.Semnas.TPV-2017-p.101-108

Ngadiyono, N. 2012. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Nugroho, C.P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Penerbit Departemen


Pendidikan Nasional. Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.
25

Fakultas Kedokteran Veteriner.Jurusan Reproduksi. Institut Pertanian


Bogor. Bogor.

Phocas F, and Laloe D. 2003. Evaluation models and genetic parameters for
calving difficulty in beef cattle. J Anim Sci. 81:933-938.

Prihatno, S. A. 2013. Kajian Epidemiologi Kawin Berulang pada Sapi Perah di


Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi. Fakultas Kedokteran Hewan
UGM.

Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan Fakultas Kedokteran Veteriner.


Jurusan Reproduksi. Institut Pertanian Bogor.

Peter A.T. 2015. Vaginal, Cervical, and Uterine Prolapse Veterinary Clinical
Sciences. Collage of Veterinary Medicine, Purdue University, West
Lafayette, Indiana: USA.

Prayogo,S. 2009, Prolapsus Uteri pada Sapi.


http://hotsidesite.blogspot.com/search/label/ternak. Akses 12/06/2021.

Prange, and Duby, 2007. Anatomy of the Cow's Reproductive Tract. West
Virginia University Extension Service

PT. Indo Prima Beef II, 2021. Sejarah Singkat. PT. Indo Prima Beef II
Lempuyang Bandar, Lampung Tengah.

PT. Indo Prima Beef II, 2021. Ketenagakerjaan. PT. Indo Prima Beef II
Lempuyang Bandar, Lampung Tengah.

PT. Indo Prima Beef II, 2021. Data Kasus Prolapsus Uteri. PT. Indo Prima Beef II
Lempuyang Bandar, Lampung Tengah.

Riady. 2006. Implementasi Program Menuju Swasembada Daging. Petunjuk


Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong.
http://Lolitsapi.Litbang.Deptan.Go.Id/Ind/Images/Stories/Juknis/Gangguan
% 2 Oreproduksi.Pdf.

Rismardiati. D.U. 1985. Preparat Penisilin dalam Pengobatan Mastitis Sapi Perah.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siswanto dan Era H.M. 2018. “Tingkat Kejadian Prolapsus Uteri Pada Sapi Perah
Peterakan FH”. VITEK : Bidang Kedokteran Hewan 4 (1): 1-17

Siswanto dan Era Hari Mudji. 2011. Tingkat Kejadian Prolapsus Uteri Pada Sapi
Perah Peranakan Fh Di Koperasi Unit Desa Sukamulya Kecamatan Wates
Kabupaten Kediri. https://Jurnalvitek.com/jv/article/download/10/12/2021

Siregar, S. B. 2003. Peluang dan Tantangan Peningkatan Produksin Susu


Nasional. Wartazoa 13(2):48-55
26

Salisbury, G.W., N.L. Vandemark dan R. Januar. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press.

Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Turner, J. 2014. Reproductive Tract Anatomy and Physiology of the Cow.


Department of Extension Animal Sciences and Natural Resources, New
Mexico State University. Wirjaatmadja, R. 2005. Ilmu Kebidanan. Diktat
Kuliah. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Umesh, Kumar. Lakde C.K. Patil M.S, Sahatpure S.K. Gawande A.P. 2015. Pre
and post partum prolapse in a crossbred Jersey cow: A case report.Sch J
Agric Vet Sci., Dec-2015-Jan 2016; 3(1): 48-50.

Undang-undang Republik Indonesia no.13 tahun 2013. “Undang-Undang Tentang


Ketenagakerjaan”.

Wirjaatmadja, R. 2005. Ilmu Kebidanan. Diktat Kuliah. Universitas Wijaya


Kusuma Surabaya.

Wardhani, S.A.B. 2015. Prevalensi Kejadian Prolapsus Uteri pada Sapi Perah di
Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
27

Lampiran 1. Sarana dan Prasarana PT. Indo Prima Beef II

Kantor untuk bekerja karyawan PT. Indo Prima Beef II

Kandang sapi di PT. Indo Prima Beef II

Pos satpam yang berada di dekat pintu masuk PT. Indo Prima Beef II
28

Motor roda tiga guna mendistribusikan pakan ke kandang isolasi

Jembatan timbang guna menimbang bobot pakan yang dibawa truck

Mesin chopper pencacah rumput

Loader Wheel untuk membantu proses pembuatan pakan


29

Dump truck pengangkut kotoran sapi

Rotomix Feed Truck untuk pencampuran dan distribusi pakan

Exsavator untuk memperbaiki jalan dan mengubur sapi mati

Cattle Crush untuk penanganan sapi


30

Mushola PT. Indo Prima Beef II

Gudang Pakan tempat penyimpan bahan baku pakan

Kandang Isolasi PT. Indo Prima Beef II

Unloading Rem jalur pembongkaran dan pengankutan sapi

Anda mungkin juga menyukai