(Skripsi)
Oleh
Oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media kultur yang tepat
dan optimal untuk pertumbuhan akar dari kalus embriogenik tebu. Penelitian ini
bertempat di Laboraturium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Lampung. Proses
induksi akar ini dilakukan melalui modifikasi media MS dengan campuran IAA,
Kinetin, CM, 2,4-D, dan sukrosa yang dilakukan dengan Rancangan Acak
Kelompok . Variabel yang diamati adalah respons kalus, waktu tumbuh akar,
panjang akar dan jumlah akar. Hasil penelitian dan pengujian menunjukkan
bahwa komposisi media berpengaruh terhadap perkembangan akar. Media dengan
kombinasi IAA menghasilkan respons berupa akar, namun media dengan
kombinasi 2,4-D memberikan respons berupa pelebaran kalus. Hasil pengamatan
menunjukkan perlakuan terbaik untuk pengakaran adalah kombinasi media IAA 1
mg.l-1 baik berupa rata-rata panjang 1,56 dan jumlah akar 2,08.
Oleh
NPM 15722065
Skripsi
pada
Program Studi Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
karyaku untuk :
Serta
Almamater kebanggaanku
MOTTO
-Tan Malaka-
“Jika prosesmu lebih lebih berat dari orang lain perbanyaklah bersyukur,
jika proses mu lebih mudah dari orang lain maka hati-hatilah itu merupakan
suatu ujian yang tidak disadari.”
“Kalau tidak bisa berlari maka berjalanlah, kalau tidak bisa berjalan maka
merangkaklah, kalau tidak bisa merangkak ya ngesot juga boleh, yang
terpenting jangan pernah berhenti ataupun meninggalkan apa yang telah
kamu mulai.”
-Habsari-
RIWAYAT HIDUP
Skripsi ini ditulis oleh seorang Putri Jawa dari Desa Tanjung sari,
Dasar Negeri 1 Tanjung Sari, dan lulus tahun 2009. Kemudian melanjutkan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar, dan lulus tahun 2012. Selanjutnya
2015. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Produksi dan
Bakat (PMKAB).
Lampung (MPM KBM Polinela). Tahun 2017 penulis aktif sebagai ketua umum
2018 -2019 sebagai anggota Women March Lampung. Pada Tahun 2019 penulis
2018. Ditahun yang sama penulis menjadi perwakilan Lampung dalam Latihan
Media Kultur dalam Proses Induksi Akar”. Dalam menyelesaikan skripsi ini
ini, penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan
penulis. Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Mama dan Papa tercinta
1. Ir. Wiwik Indrawati, M.P. dan Ir. Dedi Supriyatdi, M.P. selaku Dosen
skripsi ini.
dan Ir. Any Kusumastuti, M.P. selaku Ketua Program Studi Produksi dan
Rosadi, Maria Ulfa, Alm. Marisa Yuningsih, Neti Yuliani, Riki Rudianto
dan Suma Adi Prabowo yang selalu mendengarkan keluh kesah hati dan
batinku.
Mahasiswa 2015 (Joni, Daud, Aziz, Yoga, Utomo, Sandi, Wicak, Luthfi,
makin kompak.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua dan
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan........................................................................................... 2
1.3. Kerangka Pemikiran .................................................................... 2
1.4. Hipotesis ...................................................................................... 4
1.5. Kontribusi .................................................................................... 4
V. KESIMPULAN ................................................................................... 21
Gambar Halaman
Tabel Halaman
dan menjadi sumber devisa negara. Kemenperin (2018) mencatat, produksi gula
nasional mencapai 2,17 juta ton. Sementara, kebutuhan gula nasional mencapai
angka 66 juta ton. Ini menandakan Indonesia baru mampu memenuhi 3,29% dari
kebutuhan nasional.
Perlu perluasan areal dan penyediaan bibit bermutu 1.5 sampai 2 milliar bibit
ini memiliki beberapa kekurangan antara lain harus memiliki lahan yang luas,
tanaman induk serta tenaga kerja yang cukup banyak, masih tergantung kepada
musim tanam, serta tingkat kontaminasi patogen yang tinggi sehingga sulit
Kekurangan bibit dalam jumlah banyak ini dapat diatasi dengan menggunakan
produksi bibit secara massal, efisien secara biaya, cepat, dan tentunya bebas
Sahoo, 2009).
2
terbaik untuk melakukan perbanyakan bibit massal yang unggul, bebas patogen
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media kultur yang
tepat dan optimal untuk pertumbuhan akar dari kalus embriogenik tebu.
jaringan, dan organ. Untuk menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-
sempurna kembali.
organ, seperti ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah
muda, akar dan organ lainnya. Totipotensi adalah kemampuan satu sel tunggal
untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi individu baru yang utuh bila berada
dilingkungan yang sesuai. Teori ini didasarkan pada teori sel yang dikemukakan
Berdasarkan teori tersebut, “jika sebuah sel berada dalam kondisi yang sesuai
berkembang menjadi individu baru”. Seperti ujung akar, pucuk aksilar, tangkai
dipengaruhi oleh genotip dan eksplan, jenis media dasar, serta jenis dan
regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh ZPT sitokinin
dan auksin. Namun demikian, karena interaksi yang nyata antara ZPT dengan
faktor genetik tanaman yang dikulturkan, maka kebutuhan akan jenis dan
konsentrasi auksin dengan atau tanpa sitokinin sebagai stimuli dalam regenerasi
dan konsentrasi ZPT yang diperlukan untuk regenerasi kalus, tunas, atau akar in
vitro ini teramati pada beragam tanaman yang berbeda (Yusnita, 2015).
tebu (Abu, Mekbib, dan Teklewold, 2014; Ali, Khan, dan Iqbal, 2012). Untuk
regenerasi perakaran tebu dan tunas menggunakan IBA, NAA, IAA, Kinetin dan
BAP dalam berbagai macam konsentrasi. (Ali, Khan, dan Iqbal, 2012; Abu,
untuk pertumbuhan akar justru pada konsentrasi 0,5 mg/l. (Bhuiyan, et al. 2011)
3% pada induksi tanaman jeruk siam (Citrus nabilis Lour.) memberikan pengaruh
signifikan pada panjang akar dan jumlah akar dibandingkan dengan taraf sukrosa
4
yang lain. Pada pengakaran tebu sukrosa yang tepat dalam merangsang jumlah
Trigiano dan Dennis (2000) Umumnya penggunaan air kelapa pada kultur
1.4. Hipotesis
Terdapat kombinasi media kultur dengan berbagai jenis modifikasi yang
1.5. Kontribusi
Kontribusi yang diharapkan adalah sebagai sumber rujukan dalam
penentuan komposisi media yang optimal untuk pertumbuhan akar dari eksplan
kalus tanaman tebu dan sebagai sumber bibit yang bebas patogen dan seragam.
II.nTINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Saccharum
James (2004) menjelaskan tebu memiliki batang yang tidak bercabang dengan
panjang 2-4 m atau lebih dengan diameter yang dapat mencapai 5 cm. Umumnya
batang tebu tumbuh lurus, tetapi terkadang beberapa batang tebu tumbuh berliku-
liku. Bentuk ruas tebu adalah silindris, kanus, bikankaf dan sebagainya. Bentuk
ini tergantung dari varietasnya. Daunnya terbagi menjadi helai daun dan pelepah
daun. Bentuk helai daun berbentuk seperti pita dengan ukuran panjang 1,2 m dan
tergantung pada lingkungan dan varietasnya. Tebu tidak memiliki tangkai daun,
pelepah daun menempel pada batang tebu dan dibatasi oleh lidah daun. Ujung
Bunga tebu tersusun dari malai yang telah mengalami pertumbuhan vegetatif.
vegetatif tebu. Umur bunga bervariasi mulai 8-18 bulan tergantung pada varietas,
iklim dan waktu tanam. Bunga tebu merupakan bunga sempurna, keberadaannya
6
juga dapat menurunkan kadar sukrosa batang tebu. Hal ini disebabkan oleh energi
cepat (Zulkarnain, 2009), bibit yang bebas patogen dan penyakit dan dapat
yang dikulturkan, baik media cair maupun padat (Yusnita, 2003). Media Kultur
yang baik harus mengandung unsur hara makro dan mikro dengan perbandingan
yang tepat serta karbohidrat sebagai sumber energi, formulasi media yang sering
Skoog, 1962).
keberhasilan inisiasi adalah eksplan. Baik sumber eksplan, ukuran eksplan dan
umur eksplan yang akan dipilih untuk perbanayakan kultur jaringan (George,
pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan dan organ tanaman menuju arah
dan diproduksi secara eksogen adalah Zat Pengatur Tumbuh atau hormon sintetik
(Pierik, 1987).
organik bukan hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang dapat
Jenis Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan dalam kultur jaringan
antara lain auksin, sitokinin dan giberelin (Gunawan, 1995). Selain hormon
sintetik, bahan alami seperti air kelapa(CM), pisang dan juice tomat ditambahkan
dalam media. Penggunaan dari hormon sintetik dan bahan alami dapat
ditambahkan dalam media secara terpisah, namun tidak jarang perpaduan dari
keduanya.
III. METODE PENELITIAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Januari
Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala, gelas ukur, pipet, timbangan
digital, spatula, pH meter, panci, kompor, autoklaf, botol kultur, gunting, laminar
air flow, pinset, petridish, bunsen, rak kultur, termometer suhu ruangan, pengaduk
kaca.
Bahan yang digunakan adalah media dasar MS, gula, agar-agr 7 g.l-1, aquades,
IAA, Kinetin, 2.4-D, Air Kelapa, dan kalus embriogenik tebu varietas Kidang
Kencana yang diperoleh dari Balai Besar Bioteknologi Sumber Daya dan Genetik
komposisi media tanam dengan zpt yang berbeda (Tabel 1) dan diulang sebanyak
botol. Data respons kalus diamati secara visual sedangkan variabel lain dianalisis
No Bahan Media
-1 -1 -1
1 MS+IAA(0,5 mg.l )+kin (0,2 mg.l )+CM (70ml.l ) + Media 1
sucrosa 3% (M1)
2. MS+IAA (1 mg.l-1)+kin (0,2 mg.l-1)+CM (70ml.l-1) + Media 2
sucrosa 5% (M2)
4 MS+2,4-D (1 mg.l-1)+kin (0,2mg.l-1)+CM (70ml.l-1) + Media 3
sucrosa 3% (M3)
3. MS+2,4-D(1,5mg.l-1)+kin (0,2mg.l-1)+CM (70ml.l-1)+ Media 4
sucrosa 5% (M4)
Keterangan: MS = Murashige dan skoog
IAA = Indil Acetic Acid (Auksin)
Kin = Kinetin (Sitokinin)
CM = Coconut Milk (Air Kelapa)
Sucrosa= Gula
2,4 D = 2,4 Diclorophenoxy Acetic Acid (Auksin)
∑ – (∑ ) /n
= ±
n(n − 1)
M1 M2 M3 M3 M4 M4
M3 M3 M1 M4 M3 M3
M2 M1 M4 M1 M1 M2
M4 M4 M2 M2 M2 M1
U1 U2 U3 U4 U5 U6
Alat-alat yang akan digunakan seperti botol dicuci bersih mengunakan sabun,
kemudian dikeringkan dan dtutup dengan plastik bagian atasnya serta ikat dengan
karet dan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ºC selama 60 Menit.
tertera pada Tabel 2. Larutan MS dibuat terlebih dahulu sebelum membuat media.
Untuk melarutkan 2,4 D dan IAA dan bahan-bahan lain dalam larutan, larutan
yang dikehendaki dan larutan HCl 1N bila pH diatas kisaran tersebut. Media
dipadatkan dengan cara menambahkan agar 7 g.l-1 sedikit demi sedikit sambil
diaduk sampai homogen dan mendidih. Media yang telah dimasak dimasukan
kedalam botol kultur. Satu Liter media kultur dibagi ke dalam 25 botol kultur
dengan menggunakan sendok sayur, sehingga volume media dalam satu botol
adalah 40 ml, lalu tutup menggunakan plastik bening tahan panas dan diikat
dengan karet hingga rapat. Botol kultur yang telah diisi media disterilkan
3.4.2. Penanaman
Penanaman kalus pada media kultur dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet
dengan kondisi aseptik dengan ukuran kalus 0,5 cm. Eksplan yang telah ditanam
diinkubasi 21-35 hari sampai muncul akar didalam ruangan terang bersuhu 20-22
ºC.
12
3.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah kultur berumur 3 minggu setelah eksplan
1. Respons Kalus
Respons kalus diamati secara visual, diamati pada 2 MST dan selanjutnya
3. Jumlah Akar
Jumlah akar diamati pada 5 MST, dengan cara dikeluarkan dari botol kultur.
4. Panjang Akar
Panjang diamati pada 5 MST, dengan cara dikeluarkan dari botol kultur,
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% dan IAA
auksin. Jafari dan Khalid (2011) menyatakan jika konsentrasi auksin lebih tinggi
maka akan memacu pertumbuhan tinggi dan panjang akar sedangkan jika
IAA, NAA, dan IBA merupakan ZPT dari golongan auksin berpengaruh
tanaman (Amin et al, 2009). Sedangkan menurut Lan, et al (2009) 2,4 D berperan
Abidin (1990), kalus akan terbentuk pada media yang mengandung konsentrasi
auksin dan sitokinin yang tidak seimbang dan diperjelas lagi oleh Thomas dan
memiliki daya aktivitas kuat, akan tetapi jika dikombinasikan dengan sitokinin
rendah justru akan memicu pembentukan kalus. Hal ini didukung pula oleh
pernyataan Gati dan Mayriska (1992), 2,4-D efektif untuk memicu pertumbuhan
kalus karena aktivitasnya yang kuat untuk merangsang, proses diferensiasi sel,
digunakan pada tahap inisisasi dan multiplikasi sel adalah 2,4-D kisaran 0,5-1
a b
c d
a b
c c
a b
c d
IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 4,12. Sedangkan perlakuan 2,4 D (1 dan 1,5 mg)
5,00
4,50 4,12 3,98
4,00
3,50
Hari Tumbuh
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00 0,71 0,71
0,50
0,00
M1 M2 M3 M4
Media Perlakuan
Gambar 5. Nilai rata-rata waktu tumbuh akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.
perlakuan yang menumbuhkan akar lebih cepat adalah IAA 1 mg+sukrosa 5%.
melalui proses auksin aktif yaitu penambahan auksin eksogen harus ditambahkan.
ini pun terjadi pada induksi akar mukikachu, pada rentang konsentrasi IAA 0-2,0
mg, pertumbuhan tercepat justru pada dosis 0,5 mg (Bhuiyan, 2011). Hal ini
diduga auksin endogen dalam eksplan kalus rendah, sehingga pemberian taraf
IAA 1 mg dapat memacu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan IAA 0,5
mg.
membran, pelindung dari stress merupakan peran sukrosa (Ni’mah, Ratnasari, dan
lebih tinggi larutannya akan semakin pekat dari pada yang memiliki konsentrasi
lebih rendah. Keadaan ini mengakibatkan sel-sel yang akan ditumbuhkan pada
media yang memiliki sukrosa dengan konsentrasi lebih tinggi lebih cepat
pertumbuhan akar lebih cepat pada media yang mengandung sukrosa dengan
diikuti oleh perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 1,40 dan yang terendah
1,80
1,56
1,60
1,40
1,40
Panjang Akar (mm)
1,20
1,00
0,80 0,71 0,71
0,60
0,40
0,20
0,00
IAA 0,5+SUK 3% IAA 1+SUK 5% 2,4D 1+SUK 3% 2,4D 1,5+SUK 5%
Media Perlakuan
Gambar 6. Nilai rata-rata perbandingan panjang akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.
dan memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari
tanaman inggu dibandingkan d osis lain. Menurut (Davies, 1995) Golongan ZPT
auksin dapat menginisiasi akar dan memacu pertumbuhan cabang pada kultur
jaringan.
didalam media yaitu sukrosa dan air kelapa. Ni’mah, Ratnasari dan Budipramana
19
pasokan energi dan sumber karbon dengan jumlah cukup besar untuk
Hal ini berbeda dengan pendapat Delvin (1975) yang mengatakan bahwa
pemberian IAA pada konsentrasi yang lebih tinggi pada akar dapat menyebabkan
endogen dalam eksplan rendah sehingga taraf IAA 1 mg.l-1 justru memberikan
pemanjangan akar yang lebih baik dibandingkan IAA 0,5 mg.l-1. Winata (1987)
jaringan.
20
diikuti oleh perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 1,49 dan yang terendah
perpanjangan akar.
tanaman.
2,50
2,08
2,00
1,49
Jumlah akar
1,50
1,00
0,71 0,71
0,50
0,00
IAA 0,5+SUK 3% IAA 1+SUK 5% 2,4D 1+SUK 3% 2,4D 1,5+SUK 5%
Media Perlakuan
Gambar 7. Nilai rata-rata perbandingan jumlah akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan merujuk pada hasil yang
ada, maka dapat ditarik kesimpulan komposisi media terbaik dalam menginduksi
akar dari kalus embriogenik tanaman tebu adalah IAA 1 mg.l-1 dengan kombinasi
sukrosa 5%. Peningkatan konsentrasi IAA dan sukrosa hanya berpengaruh pada
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.D., M.R. Karim., M.R. Amin., S. Rahman., and A.N.M. Mamun. 2009.
Invitro micropropagation of Bananan. Agri res. 645-659
Ali, S., M.S. Khan., and J. Iqbal. 2012. In Vitro Direct Plant Regeneration from
Cultured Young Leaf of Segment of Sugarcane. The Journal of animal and
Plant Science. 1107-1120.
Bhuiyan, M.K.R., M.J. Hossain. M.S. Rahman., S.M.L. Rahman., and A. Sattar.
2011. Root initiation in mukikachu (Colocasia esculenta) as influenced by
IAA and NAA. Bangldesh Journal Agril. 478-494.
Delvin, R.M. 1975. Plant Phisiology. Third Edition. Nostard Company. New
York.
Gita, E., dan I, Mayriska. 1992. Auksin dan Sitokinin terhadap Kalus Mentha
Piperta Linn. Buletin Littri1-4
Gunawan, L.W., 1995, Teknik Kultur In Vitro dalam Holtikultura, 68-70 Edisi I,
Penerbit Swadaya, Jakarta. Hameed N, Shabbir A, Ali A, Bajwa R. 2006.
In vitro micropropagation of disease free rose (Rosa indica L.). Mycopath
4:35-38. (Diakses tanggal 30 Maret 2017).
23
Hartmann, H.T., D.E. Ketser., F.T. Davier Jr., and R.L. Geneve. 2002. Plant
propagation principles and practise. 7th edition. Prentice hall. New jersey.
Kemenperin. (18 Maret 2019). Industri gula digenjot. Diakses 24 September 2019
dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia :
Https://Kemenperin.go.id/artikel/20447/industri-gula-digenjot
Lan, T.H., P.L. Huang., C.C. Chang., C.C. Lin. 2009. High frequency direct
somatic embryogenesis from leaf tissue of Drimiopsis kirkii baker (giant
squill) . Biol Plant. Vol 45. 44-47
Lestari. E.G. dan Husni 1997. Regenerasi Tunas Adventif dari jaringan batang
dan kalus tanaman inggu. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. Bogor 21-23 November 1997. 58-61.
Mandang, J.P. 1999. Peranan air kelapa dalam kultur jaringan tanaman krisan
(Chrysanthemum morifolium). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murashige, T., and F. Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and
Bioassayswith Tobbaco Tissue Culture. Plant. Physiol. 473-479.
Nadar, H.M., dan D.J. Heinz. 1977. Root and Shoot Development from Sugarcane
Calluss Tissue. Crop Science. 814-816.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. 4th edition. USA:Kluwer
Academic Publishers. 16-27
Pence, VC. The Possibilities and Challenge of In Vitro Methods for plant
conservation. Kew Bull 593-598.
24
Rout, GR., S. Samantaray., and P. Dias., 1995. Somatic Embryogenesis and Plant
Regeneration from Callus Culture of Accacica Catechu-a Multipurpose
Leguminous Tree. Plant Cell. 283-285
Sahoo, S., and Bahera, K.K., 2009. Rapid In vitro micropropagation of sugarcane
(Saccharum Oficinarum) through callus culture. Nature and Science
Journal.
Srilestari. 2005. Induksi embrio somatik kacang tanah pada berbagai macam
vitamin dan sukrosa. Diakses melalui
http://agrisci.ugm.ac.id/vol12_1.kacang/5.kacang_srilestari.pdf, tanggal 1
Februari 2019.
Tesfa, M., B. Admassu., and K. Bantte. 2016. In vitro rooting and acclimatization
of micropropagated elite sugarcane (Saccharum officinarum) Genotypes
N52 and N53. Journal Tissue science & Engginering. 1-6.
Thomas, T.D. and R. Chaturvendi. 2008 . Endosperm culture : a novel method for
triploid plant production. Plant tissue culture and organ culture. Vol 93. 1-
14.
Trigano, R.N., and J.G. Denis. 2000. Plant tissue culture concept and laboratory
excercises sec edition. CRC Press. Washington
Wijayanti, I., M.N. Isda., dan W. Lestari. 2015. Induksi akar Jeruk Siam asal
Kampar (Citrus nobilis Lour.). Jurnal FMIPA. 114-152
Winarto, B., N.A. Mattjik., A. Purwito., B. Marwoto. 2010. Aplikasi 2,4D dan
TDZ dalam pembentukan dan regenerasi kalus pada kultur anther
anthurium. Jurnal Hortikultura. 1-9.