Anda di halaman 1dari 41

RESPONS KALUS EMBRIOGENIK TANAMAN TEBU

(Saccharum officinarum) var. kidang kencana TERHADAP


BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR DALAM PROSES
INDUKSI AKAR

(Skripsi)

Oleh

SRI HABSARI PUJI ASTUTI


NPM 15722066

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

RESPONS KALUS EMBRIOGENIK TANAMAN TEBU (Saccharum


officinarum) Var. Kidang Kencana TERHADAP BERBAGAI MODIFIKASI
MEDIA KULTUR DALAM PROSES INDUKSI AKAR

Oleh

Sri Habsari Puji Astuti

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media kultur yang tepat
dan optimal untuk pertumbuhan akar dari kalus embriogenik tebu. Penelitian ini
bertempat di Laboraturium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Lampung. Proses
induksi akar ini dilakukan melalui modifikasi media MS dengan campuran IAA,
Kinetin, CM, 2,4-D, dan sukrosa yang dilakukan dengan Rancangan Acak
Kelompok . Variabel yang diamati adalah respons kalus, waktu tumbuh akar,
panjang akar dan jumlah akar. Hasil penelitian dan pengujian menunjukkan
bahwa komposisi media berpengaruh terhadap perkembangan akar. Media dengan
kombinasi IAA menghasilkan respons berupa akar, namun media dengan
kombinasi 2,4-D memberikan respons berupa pelebaran kalus. Hasil pengamatan
menunjukkan perlakuan terbaik untuk pengakaran adalah kombinasi media IAA 1
mg.l-1 baik berupa rata-rata panjang 1,56 dan jumlah akar 2,08.

Kata Kunci: Kultur Jaringan, induksi akar, Tanaman Tebu (Saccharum


officinarum)
RESPONS KALUS EMBRIOGENIK TANAMAN TEBU (Saccharum
officinarum) var. kidang kencana TERHADAP BERBAGAI MODIFIKASI
MEDIA KULTUR DALAM PROSES PENGAKARAN

Oleh

Sri Habsari Puji Astuti

NPM 15722065

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P.)

pada
Program Studi Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2020
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

disitasi dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Bandar Lampung, 2 Februari 2020

Sri Habsari Puji Astuti


PERSEMBAHAN

Teriring sujud syukurku kepada Allah SWT, Kupersembahkan

karyaku untuk :

Orang Tuaku (Mama dan Papa), Kakak-kakakku atas segala do’a,

bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang tiada tara.

Sahabat-sahabatku angkatan 2015.

Circleku (Tetangga, keluarga, teman) yang memiliki sifat

overcaring selalu menanyakan “Kapan kamu wisuda si x udah

wisuda loh masa kamu belum?”

Serta

Almamater kebanggaanku
MOTTO

“DUNIA ITU SELUAS LANGKAH KAKI. JELAJAHILAH DAN JANGAN


PERNAH TAKUT MELANGKAH. HANYA DENGAN ITU KITA BISA
MENGERTI KEHIDUPAN DAN MENYATU DENGANNYA”

-SOE HOK GIE-

“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk”

-Tan Malaka-

“Jika prosesmu lebih lebih berat dari orang lain perbanyaklah bersyukur,
jika proses mu lebih mudah dari orang lain maka hati-hatilah itu merupakan
suatu ujian yang tidak disadari.”

-Yolania Eka Hardini-

“Kalau tidak bisa berlari maka berjalanlah, kalau tidak bisa berjalan maka
merangkaklah, kalau tidak bisa merangkak ya ngesot juga boleh, yang
terpenting jangan pernah berhenti ataupun meninggalkan apa yang telah
kamu mulai.”

-Habsari-
RIWAYAT HIDUP

Skripsi ini ditulis oleh seorang Putri Jawa dari Desa Tanjung sari,

Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Anak kelima dari lima

bersaudara pasangan Bapak Triyono dan Ibu Sri Astuti.

Penulis lahir pada tanggal 25 Mei 1997. Mengawali pendidikan Sekolah

Dasar Negeri 1 Tanjung Sari, dan lulus tahun 2009. Kemudian melanjutkan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar, dan lulus tahun 2012. Selanjutnya

menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Swadhipa Natar, lulus tahun

2015. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Produksi dan

Manajemen Industri Perkebunan, Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Negeri Lampung jalur Penelusuran Minat Kemampuan Akademik dan

Bakat (PMKAB).

Selama di perguruan tinggi, penulis pernah tergabung di beberapa

organisasi. Mulai tahun 2016 sebagai staff bendahara umum Majelis

Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Besar Mahasiswa Politeknik Negeri

Lampung (MPM KBM Polinela). Tahun 2017 penulis aktif sebagai ketua umum

MPM KBM Polinela, sekaligus merangkap Steering coomite Forum Lembaga

Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) Daerah Lampung. Tahun selanjutnya

2018 -2019 sebagai anggota Women March Lampung. Pada Tahun 2019 penulis

juga aktif di lembaga kerelawanan Dompet Duafa Lampung sebagai Volunteer.


Selama di perguruan tinggi, penulis pernah mendapatkan Peringkat I

Mahasiswa Berprestasi D IV tingkat Politeknik Negeri Lampung pada Tahun

2018. Ditahun yang sama penulis menjadi perwakilan Lampung dalam Latihan

Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Lanjut (LKMM-TL)

Kementerian Ristet Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Bekasi

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan di

Desa Maringgai, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur

Tahun 2018. Serta melaksanakan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

PT. Pemukasakti Manis Indah, Pakuan Ratu Way Kanan.


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan

skripsi dengan judul “Respons Kalus Embriogenik Tanaman Tebu

(Saccharum officinarum) var. kidang kencana terhadap Berbagai Modifikasi

Media Kultur dalam Proses Induksi Akar”. Dalam menyelesaikan skripsi ini

ini, penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan

penulis. Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Mama dan Papa tercinta

yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, mendidikku,

membimbingku, dan selalu mendo’akan keberhasilanku dengan ikhlas.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Wiwik Indrawati, M.P. dan Ir. Dedi Supriyatdi, M.P. selaku Dosen

Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, dorongan, pengarahan,

serta nasehat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam menyusun

skripsi ini.

2. Ir. M. Tahir, M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

dan Ir. Any Kusumastuti, M.P. selaku Ketua Program Studi Produksi dan

Manajemen Industri Perkebunan.

3. Seluruh dosen dan teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan

bapak Fifit Y, selaku teknisi Laboratorium Kultur Jaringan yang telah

sabar mendidik, membagi ilmu dan pengetahuannya serta selalu sabar

membimbing dalam setiap kegiatan.


4. Kakak ku Setiaji Probonegoro, Sitaresmi Kusumaningrum, Sudarmaji

Padmonegoro dan Candrarini Puspita Ningtyas .

5. Sahabat-sahabatku Wulandari, Yolania Eka Hardini, Dewi Sartika, Sucen

Rosadi, Maria Ulfa, Alm. Marisa Yuningsih, Neti Yuliani, Riki Rudianto

dan Suma Adi Prabowo yang selalu mendengarkan keluh kesah hati dan

batinku.

6. Seluruh keluarga besar Presidium Inti Majelis Permusyawaratan

Mahasiswa 2015 (Joni, Daud, Aziz, Yoga, Utomo, Sandi, Wicak, Luthfi,

Diana, Dini, Nadia, Dewi) yang selalu memberikan semangat, semoga

makin kompak.

7. Almamater ku tercinta yang membuat aku menjadi sarjana terapan yang

memiliki skill yang lebih

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua dan

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifanya membangun.

Bandar Lampung, 4 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan........................................................................................... 2
1.3. Kerangka Pemikiran .................................................................... 2
1.4. Hipotesis ...................................................................................... 4
1.5. Kontribusi .................................................................................... 4

II. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5


2.1. Tanaman Tebu ............................................................................. 5
2.2. Kultur Jaringan ............................................................................. 6

III. METODOLOGI ................................................................................... 8

3.1. Tempat dan Waktu ...................................................................... 8


3.2. Bahan dan Alat ............................................................................ 8
3.3. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ..................................... 8
3.4. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 10
3.5. Pengamatan ................................................................................. 12

IV. Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 13

4.1. Respons Kalus terhadap Media Perlakuan ................................. 13

4.2. Pengaruh Media pada Hari Tumbuh .......................................... 16

4.3. Pengaruh Media pada Panjang Akar .......................................... 18

4.4. Pengaruh Media pada Jumlah Akar ........................................... 20

V. KESIMPULAN ................................................................................... 21

VI. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22

VII. LAMPIRAN ........................................................................................ 25


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Percobaan ................................................................................. 9

2. Respons Kalus Embriogenik terhadap Media Perlakuan ........................... 14

3. Respons Kalus Embriogenik terhadap Media Perlakuan


2,4 D 1 mg+Sukrosa 3% ............................................................................ 15

4. Respons Kalus Embriogenik terhadap Media Perlakuan


2,4 D 1,5 mg+Sukrosa 5% ......................................................................... 15

5. Nilai Rata-rata Perbandingan Waktu Kemunculan Akar dari


Kalus Embriogenik Tebu Varietas Kidang Kencana Umur 5 MST
terhadap Berbagai Media Perlakuan .......................................................... 16

6. Nilai Rata-rata Perbandingan Panjang Akar yang Terbentuk dari


Kalus Embriogenik Tebu Varietas Kidang Kencana Umur 5 MST
terhadap Berbagai Media Perlakuan .......................................................... 18

7. Nilai Rata-rata Perbandingan Jumlah Akar yang Terbentuk dari


Kalus Embriogenik Tebu Varietas Kidang Kencana Umur 5 MST
terhadap Berbagai Media Perlakuan .......................................................... 21
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Media Kultur ......................................................................... 9

2. Formulasi Murashige & Skoog ............................................................... 11

3. Transformasi Kecepatan Tumbuh Akar ................................................. 25

4. Transformasi Panjang Akar .................................................................... 25

5. Transformasi Jumlah Akar ..................................................................... 26

6. Standar Error Kecepatan Tumbuh Akar ................................................. 26

7. Standar Error Panjang Akar ................................................................... 27

8. Standar Error Jumlah Akar ..................................................................... 27


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu bahan penghasil gula

utama di Indonesia dan memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia

dan menjadi sumber devisa negara. Kemenperin (2018) mencatat, produksi gula

nasional mencapai 2,17 juta ton. Sementara, kebutuhan gula nasional mencapai

angka 66 juta ton. Ini menandakan Indonesia baru mampu memenuhi 3,29% dari

kebutuhan nasional.

Perlu perluasan areal dan penyediaan bibit bermutu 1.5 sampai 2 milliar bibit

pertahun untuk mendukung peningkatan produksi gula yang selama 3 dasawarsa

ini terus mengalami kemerosotan. Umumnya perbanyakan bibit tebu masih

menggunakan metode konvensional melalui stek (vegetatif). Metode konvensional

ini memiliki beberapa kekurangan antara lain harus memiliki lahan yang luas,

tanaman induk serta tenaga kerja yang cukup banyak, masih tergantung kepada

musim tanam, serta tingkat kontaminasi patogen yang tinggi sehingga sulit

dihidari (Minarsih, 2013).

Kekurangan bibit dalam jumlah banyak ini dapat diatasi dengan menggunakan

metode kultur jaringan. Kultur Jaringan sudah diaplikasikan untuk mendapatkan

produksi bibit secara massal, efisien secara biaya, cepat, dan tentunya bebas

patogen di berbagai tanaman pangan, hortikultura, dan industri (Bahera dan

Sahoo, 2009).
2

Untuk menangani masalah tersebut, metode kultur jaringan merupakan solusi

terbaik untuk melakukan perbanyakan bibit massal yang unggul, bebas patogen

dalam waktu yang relatif singkat.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media kultur yang

tepat dan optimal untuk pertumbuhan akar dari kalus embriogenik tebu.

1.3. Kerangka Pemikiran


Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplast,

jaringan, dan organ. Untuk menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang

mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-

bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman

sempurna kembali.

Kultur organ merupakan pembiakan yang bahan tanamnya menggunakan

organ, seperti ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah

muda, akar dan organ lainnya. Totipotensi adalah kemampuan satu sel tunggal

untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi individu baru yang utuh bila berada

dilingkungan yang sesuai. Teori ini didasarkan pada teori sel yang dikemukakan

pertama kali oleh Jakob Schleiden dan Theodor Schwann (1838-1839).

Berdasarkan teori tersebut, “jika sebuah sel berada dalam kondisi yang sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan, sel tersebut dapat tumbuh dan

berkembang menjadi individu baru”. Seperti ujung akar, pucuk aksilar, tangkai

daun, helaian daun, bunga dan lain-lain. Keberhasilan perbanyakan tanaman

secara in vitro baik melalui organogenesis maupun embriogenesis somatik sangat


3

dipengaruhi oleh genotip dan eksplan, jenis media dasar, serta jenis dan

konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan (Yusnita, 2003).

Skoog dan Miller (1957) dalam Yusnita (2003), mengemukakan bahwa

regenerasi tunas dan akar in vitro dikontrol secara hormonal oleh ZPT sitokinin

dan auksin. Namun demikian, karena interaksi yang nyata antara ZPT dengan

faktor genetik tanaman yang dikulturkan, maka kebutuhan akan jenis dan

konsentrasi auksin dengan atau tanpa sitokinin sebagai stimuli dalam regenerasi

organ (tunas/akar) pun bersifat species-spesific. Kekhususan akan kebutuhan jenis

dan konsentrasi ZPT yang diperlukan untuk regenerasi kalus, tunas, atau akar in

vitro ini teramati pada beragam tanaman yang berbeda (Yusnita, 2015).

2,4-D, Piclogram, dan Thiadiazuron (TDZ) berpengaruh untuk induksi kalus

tebu (Abu, Mekbib, dan Teklewold, 2014; Ali, Khan, dan Iqbal, 2012). Untuk

regenerasi perakaran tebu dan tunas menggunakan IBA, NAA, IAA, Kinetin dan

BAP dalam berbagai macam konsentrasi. (Ali, Khan, dan Iqbal, 2012; Abu,

Mekbib, dan Teklewold, 2014; Baheraa dan Sahoo, 2016).

Lestari dan Husni (1997) melaporkan penggunaan IAA 1 mg/l terbukti

menghasilkan akar terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada

tanaman inggu. Pada tanaman Mukikachu (Colocasia esculenta) IAA terbaik

untuk pertumbuhan akar justru pada konsentrasi 0,5 mg/l. (Bhuiyan, et al. 2011)

Umumnya penggunaan sukrosa dalam kultur jaringan berkisar 1-5%

(Yusnita,2003). Wijayanti, Isda, dan Lestari (2015) melaporkan perlakuan sukrosa

3% pada induksi tanaman jeruk siam (Citrus nabilis Lour.) memberikan pengaruh

signifikan pada panjang akar dan jumlah akar dibandingkan dengan taraf sukrosa
4

yang lain. Pada pengakaran tebu sukrosa yang tepat dalam merangsang jumlah

akar terbaik adalah dosis 5%. (Samudera, Rianto, Historiawati, 2019).

Trigiano dan Dennis (2000) Umumnya penggunaan air kelapa pada kultur

jaringan berkisar antara 1-15%.

1.4. Hipotesis
Terdapat kombinasi media kultur dengan berbagai jenis modifikasi yang

terbaik dan optimal untuk induksi akar.

1.5. Kontribusi
Kontribusi yang diharapkan adalah sebagai sumber rujukan dalam

penentuan komposisi media yang optimal untuk pertumbuhan akar dari eksplan

kalus tanaman tebu dan sebagai sumber bibit yang bebas patogen dan seragam.
II.nTINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Tebu


Tanaman tebu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum Linn

James (2004) menjelaskan tebu memiliki batang yang tidak bercabang dengan

panjang 2-4 m atau lebih dengan diameter yang dapat mencapai 5 cm. Umumnya

batang tebu tumbuh lurus, tetapi terkadang beberapa batang tebu tumbuh berliku-

liku. Bentuk ruas tebu adalah silindris, kanus, bikankaf dan sebagainya. Bentuk

ini tergantung dari varietasnya. Daunnya terbagi menjadi helai daun dan pelepah

daun. Bentuk helai daun berbentuk seperti pita dengan ukuran panjang 1,2 m dan

tergantung pada lingkungan dan varietasnya. Tebu tidak memiliki tangkai daun,

pelepah daun menempel pada batang tebu dan dibatasi oleh lidah daun. Ujung

daun berbentuk runcing dan bergerigi.

Bunga tebu tersusun dari malai yang telah mengalami pertumbuhan vegetatif.

Bentuk pembungaan malai memanjang. Bunga muncul dari pangkal pertumbuhan

vegetatif tebu. Umur bunga bervariasi mulai 8-18 bulan tergantung pada varietas,

iklim dan waktu tanam. Bunga tebu merupakan bunga sempurna, keberadaannya
6

juga dapat menurunkan kadar sukrosa batang tebu. Hal ini disebabkan oleh energi

yang akan digunakan untuk membentuk sukrosa akan berkurang karena

dialokasikan untuk pembentukan bunga.

2.2 Kultur Jaringan

Kultur jaringan memiliki keunggulan menghasilkan tanaman seragam dan

cepat (Zulkarnain, 2009), bibit yang bebas patogen dan penyakit dan dapat

dimanfaatkan sebagai penyimpanan plasma nutfah (Pence, 2010).

Salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur

jaringan adalah media. Media telah diformulasikan untuk optimalisasi tanaman

yang dikulturkan, baik media cair maupun padat (Yusnita, 2003). Media Kultur

yang baik harus mengandung unsur hara makro dan mikro dengan perbandingan

yang tepat serta karbohidrat sebagai sumber energi, formulasi media yang sering

digunakan dalam kultur jaringan diantaranya adalah media MS (Murashige and

Skoog, 1962).

Karbohidrat dalam kultur jaringan berfungsi sebagai sumber energi dan

menjaga keseimbangan tekanan osmotik dalam medium. Sukrosa digunakan

sebagai sumber karbohidrat dengan kadar 2-5% (Pierik, 1987).

Selain kandungan media, pH merupakan faktor penting didalam aplikasi

metode kultur jaringan, pH berpengaruh pada pelarutan garam-garam penyusun

media, pengambilan ZPT, dan pemadatan agar-agar. Kisaran pH yang optimal

dalam kultur jaringan adalah 5,0-6,5. Faktor lain yang mempengaruhi

keberhasilan inisiasi adalah eksplan. Baik sumber eksplan, ukuran eksplan dan

umur eksplan yang akan dipilih untuk perbanayakan kultur jaringan (George,

Hall, dan De-Klerk, 2008)


7

Hormon yang terdapat pada tanaman dikenal dengan sebutan fitohormon.

Fitohormon adalah senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri

secara endogen. Senyawa tersebut berperan dalam merangsang dan meningkatkan

pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan dan organ tanaman menuju arah

diferensiasi tertentu. Senyawa-senyawa lain yang memiliki fungsi seperti hormon

dan diproduksi secara eksogen adalah Zat Pengatur Tumbuh atau hormon sintetik

(Pierik, 1987).

Hormon sintetik yang ditambahkan merupakan Zat Pengatur Tumbuh

(Hendrayono dan Wijayani, 1994). Zat Pengatur Tumbuh merupakan senyawa

organik bukan hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang dapat

mendukung, menghambat dan merubah fungsi fisiologi tumbuhan (Abidin, 1985).

Jenis Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan dalam kultur jaringan

antara lain auksin, sitokinin dan giberelin (Gunawan, 1995). Selain hormon

sintetik, bahan alami seperti air kelapa(CM), pisang dan juice tomat ditambahkan

dalam media. Penggunaan dari hormon sintetik dan bahan alami dapat

ditambahkan dalam media secara terpisah, namun tidak jarang perpaduan dari

keduanya.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Januari

2020 bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala, gelas ukur, pipet, timbangan

digital, spatula, pH meter, panci, kompor, autoklaf, botol kultur, gunting, laminar

air flow, pinset, petridish, bunsen, rak kultur, termometer suhu ruangan, pengaduk

kaca.

Bahan yang digunakan adalah media dasar MS, gula, agar-agr 7 g.l-1, aquades,

IAA, Kinetin, 2.4-D, Air Kelapa, dan kalus embriogenik tebu varietas Kidang

Kencana yang diperoleh dari Balai Besar Bioteknologi Sumber Daya dan Genetik

Pertanian (BB Biogen) Bogor.

3.3. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan

komposisi media tanam dengan zpt yang berbeda (Tabel 1) dan diulang sebanyak

6 kali sehingga diperoleh 24 satuan percoban, setiap satuan percobaan terdapat 4

botol. Data respons kalus diamati secara visual sedangkan variabel lain dianalisis

dengan menggunakan Standar Error of Mean.


9

Tabel 1. Komposisi Media Kultur

No Bahan Media
-1 -1 -1
1 MS+IAA(0,5 mg.l )+kin (0,2 mg.l )+CM (70ml.l ) + Media 1
sucrosa 3% (M1)
2. MS+IAA (1 mg.l-1)+kin (0,2 mg.l-1)+CM (70ml.l-1) + Media 2
sucrosa 5% (M2)
4 MS+2,4-D (1 mg.l-1)+kin (0,2mg.l-1)+CM (70ml.l-1) + Media 3
sucrosa 3% (M3)
3. MS+2,4-D(1,5mg.l-1)+kin (0,2mg.l-1)+CM (70ml.l-1)+ Media 4
sucrosa 5% (M4)
Keterangan: MS = Murashige dan skoog
IAA = Indil Acetic Acid (Auksin)
Kin = Kinetin (Sitokinin)
CM = Coconut Milk (Air Kelapa)
Sucrosa= Gula
2,4 D = 2,4 Diclorophenoxy Acetic Acid (Auksin)

∑ – (∑ ) /n
= ±
n(n − 1)

Keterangan : SE : Standar Error of the Mean


Xi : Nilai pegamatan ke i
N : Banyaknya pengamatan

M1 M2 M3 M3 M4 M4

M3 M3 M1 M4 M3 M3

M2 M1 M4 M1 M1 M2

M4 M4 M2 M2 M2 M1

U1 U2 U3 U4 U5 U6

Gambar 1. Tata letak percobaan


10

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pembuatan media kultur

Alat-alat yang akan digunakan seperti botol dicuci bersih mengunakan sabun,

kemudian dikeringkan dan dtutup dengan plastik bagian atasnya serta ikat dengan

karet dan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ºC selama 60 Menit.

Media dasar yang digunakan untuk perlakuan adalah media MS seperti

tertera pada Tabel 2. Larutan MS dibuat terlebih dahulu sebelum membuat media.

Untuk melarutkan 2,4 D dan IAA dan bahan-bahan lain dalam larutan, larutan

diaduk dengan magnetic stirrer. Setelah larutan sudah siap, dikombinasikan

sesuai dengan tabel formulasi MS dan tabel perlakuan.

Media memerlukan penyesuaian pH yaitu berkisar antara 5,7-5,9. Untuk

menyesuaikan pH digunakan larutan KOH 1N bila pH berada dibawah kisaran

yang dikehendaki dan larutan HCl 1N bila pH diatas kisaran tersebut. Media

dipadatkan dengan cara menambahkan agar 7 g.l-1 sedikit demi sedikit sambil

diaduk sampai homogen dan mendidih. Media yang telah dimasak dimasukan

kedalam botol kultur. Satu Liter media kultur dibagi ke dalam 25 botol kultur

dengan menggunakan sendok sayur, sehingga volume media dalam satu botol

adalah 40 ml, lalu tutup menggunakan plastik bening tahan panas dan diikat

dengan karet hingga rapat. Botol kultur yang telah diisi media disterilkan

menggunakan autoklaf selama 20 menit pada suhu 121ºC.


11

Tabel 2. Formulasi Media Murashige dan Skoog

Senyawa Konsentrasi dalam media (mg.l-1)


Hara Makro A
NH4NO3 1650
KNO3 1900
MgSO4.7H2O 370
KH2PO4 170
Hara Makro B
CaCl2.2H2O 440
Hara Mikro A
MnSO4H2O 8,6
ZnSO4.7H2O 6,2
H3BO3 8,6
Hara Mikro B
KI 0,830
Na2MoO4.7H2O 0,250
CuSO4.5H2O 0,025
CoCl2 .6H2O 0,025
Hara Mikro C
FeSO4.7H2O 27,8
Na2EDTA 37,3
Vitamin
Tiamin-HCI 0,1
Pirodoksin-HCI 0,5
Asam nikotianat 0,5
Glisin 2,0
Mio-inositol 100

3.4.2. Penanaman
Penanaman kalus pada media kultur dilakukan di Laminar Air Flow Cabinet

dengan kondisi aseptik dengan ukuran kalus 0,5 cm. Eksplan yang telah ditanam

diinkubasi 21-35 hari sampai muncul akar didalam ruangan terang bersuhu 20-22

ºC.
12

3.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah kultur berumur 3 minggu setelah eksplan

ditanam. Variabel yang diamati adalah :

1. Respons Kalus

Respons kalus diamati secara visual, diamati pada 2 MST dan selanjutnya

diteruskan pada 3 MST, 4 MST, dan 5 MST.

2. Kecepatan Pembentukan Akar

Kecepatan pembentukan diamati secara visual, diamati pada 2 MST dan

selanjutnya diteruskan pada 3 MST, 4 MST, dan 5 MST.

3. Jumlah Akar

Jumlah akar diamati pada 5 MST, dengan cara dikeluarkan dari botol kultur.

4. Panjang Akar

Panjang diamati pada 5 MST, dengan cara dikeluarkan dari botol kultur,

kemudian kalus dipindahkan ke dalam cawan petri yang dibawahnya sudah

ditempatkan kertas milimeter blok.


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Respons Kalus Embriogenik terhadap Media Perlakuan

Respons kalus embriogenik berbeda pada 4 kombinasi media perlakuan.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% dan IAA

1 mg+ssukrosa 5% menunjukkan respons akar dari kalus embriogenik yang

ditanam, sedangkan pada perlakuan 2,4-D 1 mg+sukrosa 3% dan 2,4-D 1,5

mg+sukrosa 5% kalus memberikan respons berupa pelebaran kalus.

Menurut Decruse, et al (2003) pembentukan tipe morfogenesis yang ingin

dibentuk sangat bergantung pada kombinasi perbandingan perlakuan sitokinin dan

auksin. Jafari dan Khalid (2011) menyatakan jika konsentrasi auksin lebih tinggi

maka akan memacu pertumbuhan tinggi dan panjang akar sedangkan jika

sitokinin lebih tinggi akan memacu pertunasan.

IAA, NAA, dan IBA merupakan ZPT dari golongan auksin berpengaruh

terhadap perkembangan sel, dan berfungsi merangsang pertumbuhan akar eksplan

tanaman (Amin et al, 2009). Sedangkan menurut Lan, et al (2009) 2,4 D berperan

dalam pembentukan embriogenesis secara langsung.

Kalus embriogenik yang ditanam dalam media MS+2,4-D baik pada

konsentrasi 1 mg ataupun 1,5 mg tidak mampu menginduksi perakaran, namun

hanya memicu pertumbuhan kalus fenomena ini dijelaskan dengan pendapat

Abidin (1990), kalus akan terbentuk pada media yang mengandung konsentrasi

auksin dan sitokinin yang tidak seimbang dan diperjelas lagi oleh Thomas dan

Chaturvendi (2008) yang mengatakan bahwa 2,4-D merupakan auksin yang


14

memiliki daya aktivitas kuat, akan tetapi jika dikombinasikan dengan sitokinin

rendah justru akan memicu pembentukan kalus. Hal ini didukung pula oleh

pernyataan Gati dan Mayriska (1992), 2,4-D efektif untuk memicu pertumbuhan

kalus karena aktivitasnya yang kuat untuk merangsang, proses diferensiasi sel,

menekan organogenesis serta menjaga pertumbuhan kalus. Auksin yang umum

digunakan pada tahap inisisasi dan multiplikasi sel adalah 2,4-D kisaran 0,5-1

mg.l-1, untuk ploriferasi kalus (Abas, 2010)

a b

c d

Gambar 2. Respons kalus embriogenik yang ditanam di media pengakaran


(a) MS+IAA 0,5 mg+sukrosa 3%, (b) MS+IAA 1 mg+sukrosa 5%,
(c) MS+2,4D 1 mg+sukrosa 3%, (d) MS+2,4 D 1,5 mg+sukrosa 5%
Pada 5 MST
15

a b

c c

Gambar 3. Respons kalus embriogenik yang ditanam di Media Perlakuan


MS+2,4D 1 mg+sukrosa 3% (a) 2 MST, (b) 3 MST, (c) 4 MST,
(d) 5 MST

a b

c d

Gambar 4. Respons kalus embriogenik yang ditanam di Media Perlakuan


MS+2,4D 1,5 mg+sukrosa 5% (a) 2 MST, (b) 3 MST, (c) 4 MST,
(d) 5 MST
16

4.2. Kecepatan Waktu Tumbuh Akar

Pada Gambar 3 terlihat bahwa waktu tumbuh akar rata-rata tercepat

dicapai perlakuan IAA 1 mg+sukrosa 5% sebesar 3,98 diikuti oleh perlakuan

IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 4,12. Sedangkan perlakuan 2,4 D (1 dan 1,5 mg)

tidak memberikan respons.

5,00
4,50 4,12 3,98
4,00
3,50
Hari Tumbuh

3,00
2,50
2,00
1,50
1,00 0,71 0,71
0,50
0,00
M1 M2 M3 M4
Media Perlakuan

Gambar 5. Nilai rata-rata waktu tumbuh akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.

Meskipun hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan IAA dan

sukrosa tidak berpengaruh terhadap waktu kemunculan hari, namun kombinasi

perlakuan yang menumbuhkan akar lebih cepat adalah IAA 1 mg+sukrosa 5%.

Menurut Hartman, et al (2002) bahwa inisiasi dan pembentukan akar

melalui proses auksin aktif yaitu penambahan auksin eksogen harus ditambahkan.

Diduga kandungan auksin endogen dalam kalus rendah sehingga media

IAA 0,5+sukrosa 3% dan IAA 1+sukrosa 5% belum mampu memberikan

pengaruh terhadap kecepatan waktu tumbuh akar.


17

Menurut Pierik (1987) Pemberian auksin pada konsentrasi tertentu dapat

meningkatkan permeabilitas masuknya air ke dalam sel sehingga mempercepat

pembentukan akar dan jaringan tanaman.

Fenomena ini berbeda dengan yang dikemukakan Gaba (2005) bahwa

konsentrasi auksin yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan akar. Fenomena

ini pun terjadi pada induksi akar mukikachu, pada rentang konsentrasi IAA 0-2,0

mg, pertumbuhan tercepat justru pada dosis 0,5 mg (Bhuiyan, 2011). Hal ini

diduga auksin endogen dalam eksplan kalus rendah, sehingga pemberian taraf

IAA 1 mg dapat memacu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan IAA 0,5

mg.

Sumber karbon, sumber energi, pengatur osmotik, pengatur stabilisasi

membran, pelindung dari stress merupakan peran sukrosa (Ni’mah, Ratnasari, dan

Budipramana, 2012). Menurut (Srilestari, 2005) media yang mengandung sukrosa

lebih tinggi larutannya akan semakin pekat dari pada yang memiliki konsentrasi

sukrosa lebih tinggi, sehingga arah gerakan difusinya bergerak ke konsentrasinya

lebih rendah. Keadaan ini mengakibatkan sel-sel yang akan ditumbuhkan pada

media yang memiliki sukrosa dengan konsentrasi lebih tinggi lebih cepat

menerima unsur-unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan dan

pertumbuhannya. Kecepatan penerimaan unsur hara inilah yang memicu

pertumbuhan akar lebih cepat pada media yang mengandung sukrosa dengan

konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan media dengan sukrosa rendah.


18

4.3. Pengaruh Media Perlakuan pada Panjang Akar

Pengamatan panjang akar dilaksanakan setelah 5 MST setelah kalus

embriogenik di tanam di media perlakuan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa jumlah

akar rata-rata terbanyak dicapai perlakuan IAA 1 mg+sukrosa 5% sebesar 1,56

diikuti oleh perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 1,40 dan yang terendah

dicapai perlakuan 2,4-D 1 mg+sukrosa 3% dan 2,4-D 1,5 mg+sukrosa 3% dengan

rata-rata 0,71 (Media tidak mampu menginduksi akar).

1,80
1,56
1,60
1,40
1,40
Panjang Akar (mm)

1,20
1,00
0,80 0,71 0,71
0,60
0,40
0,20
0,00
IAA 0,5+SUK 3% IAA 1+SUK 5% 2,4D 1+SUK 3% 2,4D 1,5+SUK 5%
Media Perlakuan

Gambar 6. Nilai rata-rata perbandingan panjang akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.

Perlakuan IAA 1 mg+sukrosa 5% berbeda nyata dengan perlakuan lain

dan memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari

(1999) dosis IAA 1 mg menghasilkan akar terbanyak dan terpanjang pada

tanaman inggu dibandingkan d osis lain. Menurut (Davies, 1995) Golongan ZPT

auksin dapat menginisiasi akar dan memacu pertumbuhan cabang pada kultur

jaringan.

Fenomena tersebut diduga didukung kontribusi kombinasi yang terdapat

didalam media yaitu sukrosa dan air kelapa. Ni’mah, Ratnasari dan Budipramana
19

(2012) melaporkan bahwa penambahan sukrosa pada konsentrasi tertentu mampu

mempercepat jaringan eksplan yang ditumbuhkan pada media menerima unsur-

unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Samudera, Rianto

dan Historiawati (2017) Tahap pengakaraan eksplan tebu sangat membutuhkan

pasokan energi dan sumber karbon dengan jumlah cukup besar untuk

pertumbuhan akar-akar baru. Dalam penelitiannya Tesfa, Admassu dan Bantte

(2016) mengatakan bahwa sukrosa merupakan sumber karbohidrat atau media

dalam pengakaran sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap induksi akar.

Mandang (1993) melaporkan bahwa air kelapa dapat meningkatkan IAA

dalam jaringan dan memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan morfogenesis kultur

sehingga dapat mendukung induksi akar.

Hal ini berbeda dengan pendapat Delvin (1975) yang mengatakan bahwa

pemberian IAA pada konsentrasi yang lebih tinggi pada akar dapat menyebabkan

terhambatnya pemanjangan akar. Diduga hal ini karena kandungan auksin

endogen dalam eksplan rendah sehingga taraf IAA 1 mg.l-1 justru memberikan

pemanjangan akar yang lebih baik dibandingkan IAA 0,5 mg.l-1. Winata (1987)

menyatakan bahwa penambahan ZPT auksin maupun sitokinin ke dalam media

kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur endogen didalam eksplan,

sehingga menjadi faktor pemicu dalam proses tumbuh dan perkembangan

jaringan.
20

4.4. Pengaruh Media Perlakuan pada Jumlah Akar

Pengamatan panjang akar dilaksanakan setelah 5 MST setelah kalus

embriogenik di tanam di media perlakuan. Pada Gambar 5 terlihat bahwa jumlah

akar rata-rata terbanyak dicapai perlakuan IAA 1 mg+sukrosa 5% sebesar 2,08

diikuti oleh perlakuan IAA 0,5 mg+sukrosa 3% sebesar 1,49 dan yang terendah

dicapai perlakuan 2,4-D 1 mg+sukrosa 3% dan 2,4D 1,5 mg.l-1+sukrosa 3%

dengan rata-rata 0,71 (Kalus tidak tumbuh menjadi akar).

Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari (2011) yang menyebutkan

penggunaan IAA 1 mg sangat berpengaruh terhadap panjang akar dan jumlah

akar. Hartman, et al (2002) menyebutkan jumlah akar juga berlaku untuk

perpanjangan akar.

Menurut pendapat Putri, et al (2018) hormon IAA merupakan hormon

yang berperan dalam diferensiasi sel dan menginisiasi pembentukan akar

tanaman.

Widiastoety (2014) menyebutkan bahwa pembentukan akar berhubungan

dengan kandungan auksin dan sitokinin endogen dalam jaringan tanaman,

selanjutnya diikuti oleh proses pemanjangan dan pembesaran sel.


21

2,50
2,08
2,00

1,49
Jumlah akar

1,50

1,00
0,71 0,71

0,50

0,00
IAA 0,5+SUK 3% IAA 1+SUK 5% 2,4D 1+SUK 3% 2,4D 1,5+SUK 5%
Media Perlakuan

Gambar 7. Nilai rata-rata perbandingan jumlah akar yang terbentuk dari kalus
embriogenik tebu varietas kidang kencana umur 5 MST di berbagai
media perlakuan.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan merujuk pada hasil yang

ada, maka dapat ditarik kesimpulan komposisi media terbaik dalam menginduksi

akar dari kalus embriogenik tanaman tebu adalah IAA 1 mg.l-1 dengan kombinasi

sukrosa 5%. Peningkatan konsentrasi IAA dan sukrosa hanya berpengaruh pada

panjang dan jumlah akar.


22

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, B. 2011. Prinsip Dasar Kultur Jaringan. Alfabeta. Bandung.

Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Bandung: Penerbit Angkasa.

Abidin, Z. 1990. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. Rajawali.


Jakarta. Hal 85.

Amin, M.D., M.R. Karim., M.R. Amin., S. Rahman., and A.N.M. Mamun. 2009.
Invitro micropropagation of Bananan. Agri res. 645-659

Abu, G., F. Mekbib., dan A. Teklewold. 2014. Effects of genotype on invitro


propagation of elite sugarcane (Saccharum Oficinarum). International
Journal Technology Enhancement. 123-128

Ali, S., M.S. Khan., and J. Iqbal. 2012. In Vitro Direct Plant Regeneration from
Cultured Young Leaf of Segment of Sugarcane. The Journal of animal and
Plant Science. 1107-1120.

Bhuiyan, M.K.R., M.J. Hossain. M.S. Rahman., S.M.L. Rahman., and A. Sattar.
2011. Root initiation in mukikachu (Colocasia esculenta) as influenced by
IAA and NAA. Bangldesh Journal Agril. 478-494.

Decruse, S.W., A. Gangaprasa., S. Seeni., and M. Sarajini. 2003.


Micropropagation and ecorestoration of vanda spathulata, an exquisite
orchid. Plant cell tissur and organ culture . Vol 2. 199-202.

Davies, P.J. 2004. Plant Hormones: Biosyntesis, signal transduction, action.


Kluwer academic Publisher. London

Delvin, R.M. 1975. Plant Phisiology. Third Edition. Nostard Company. New
York.

Gaba, V.P. 2005. Plant Growth Regulator . London. 87-100

George, E.F., M.A. Hall, G.J.De-Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue


Culture. Third Edition. Vol 1

Gita, E., dan I, Mayriska. 1992. Auksin dan Sitokinin terhadap Kalus Mentha
Piperta Linn. Buletin Littri1-4

Gunawan, L.W., 1995, Teknik Kultur In Vitro dalam Holtikultura, 68-70 Edisi I,
Penerbit Swadaya, Jakarta. Hameed N, Shabbir A, Ali A, Bajwa R. 2006.
In vitro micropropagation of disease free rose (Rosa indica L.). Mycopath
4:35-38. (Diakses tanggal 30 Maret 2017).
23

Hartmann, H.T., D.E. Ketser., F.T. Davier Jr., and R.L. Geneve. 2002. Plant
propagation principles and practise. 7th edition. Prentice hall. New jersey.

Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 2004. “Teknik Kultur Jaringan Pengenalan


dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Modern”. Kanisius.
Yogyakarta.

Jafari, N.R.Y.O., and N. Khalid. 2011. Effect of Benzylaminopurine (BAP)


pulsing on in vitro shoot multiplication of Musa acuminata (Banana).
Journal Biotechol. 2446-2450.

Kemenperin. (18 Maret 2019). Industri gula digenjot. Diakses 24 September 2019
dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia :
Https://Kemenperin.go.id/artikel/20447/industri-gula-digenjot

Lan, T.H., P.L. Huang., C.C. Chang., C.C. Lin. 2009. High frequency direct
somatic embryogenesis from leaf tissue of Drimiopsis kirkii baker (giant
squill) . Biol Plant. Vol 45. 44-47

Lestari. E.G. dan Husni 1997. Regenerasi Tunas Adventif dari jaringan batang
dan kalus tanaman inggu. Prosiding Simposium Hasil Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. Bogor 21-23 November 1997. 58-61.

Mandang, J.P. 1999. Peranan air kelapa dalam kultur jaringan tanaman krisan
(Chrysanthemum morifolium). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Minarsih, H., 2013. Mikropropagasi plantlet tebu menggunakan sistem


perendaman sesaat. Jurnal Menara Perkebunan. 81.

Murashige, T., and F. Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and
Bioassayswith Tobbaco Tissue Culture. Plant. Physiol. 473-479.

Nadar, H.M., dan D.J. Heinz. 1977. Root and Shoot Development from Sugarcane
Calluss Tissue. Crop Science. 814-816.

Ni’mah, F., Ratnasari,. dan Budipramana. 2012. Pengaruh berbagai pemberian


sukrosa dan kinetin terhadap induksi umbi mikro kentang (Solanum
tuberosum L.) kultivar garnola kembang secara in vitro. Lentera Bio. 41-
48.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. 4th edition. USA:Kluwer
Academic Publishers. 16-27

Pence, VC. The Possibilities and Challenge of In Vitro Methods for plant
conservation. Kew Bull 593-598.
24

Putri, R.R.D., Suwirnem., and N. Nasril. 2018. Pengaruh Naphthalene Asam


Asetat (NAA) pada pertumbuhan pisang raja kinalun secara in vitro. Jurnal
Biologi. Univ Andalas. 1-5.

Rout, GR., S. Samantaray., and P. Dias., 1995. Somatic Embryogenesis and Plant
Regeneration from Callus Culture of Accacica Catechu-a Multipurpose
Leguminous Tree. Plant Cell. 283-285

Sahoo, S., and Bahera, K.K., 2009. Rapid In vitro micropropagation of sugarcane
(Saccharum Oficinarum) through callus culture. Nature and Science
Journal.

Samudera, A.A., H. Rianto., Historiawati. 2019. Pengakaran in vitro Eksplan


Tebu (Saccharum officinarum, L.) varitas bululawang pada berbagai
konsentrasi NAA dan sukrosa terhadap pertumbuhan plantlet tebu.

Srilestari. 2005. Induksi embrio somatik kacang tanah pada berbagai macam
vitamin dan sukrosa. Diakses melalui
http://agrisci.ugm.ac.id/vol12_1.kacang/5.kacang_srilestari.pdf, tanggal 1
Februari 2019.

Tesfa, M., B. Admassu., and K. Bantte. 2016. In vitro rooting and acclimatization
of micropropagated elite sugarcane (Saccharum officinarum) Genotypes
N52 and N53. Journal Tissue science & Engginering. 1-6.

Thomas, T.D. and R. Chaturvendi. 2008 . Endosperm culture : a novel method for
triploid plant production. Plant tissue culture and organ culture. Vol 93. 1-
14.

Trigano, R.N., and J.G. Denis. 2000. Plant tissue culture concept and laboratory
excercises sec edition. CRC Press. Washington

Wijayanti, I., M.N. Isda., dan W. Lestari. 2015. Induksi akar Jeruk Siam asal
Kampar (Citrus nobilis Lour.). Jurnal FMIPA. 114-152

Winarto, B., N.A. Mattjik., A. Purwito., B. Marwoto. 2010. Aplikasi 2,4D dan
TDZ dalam pembentukan dan regenerasi kalus pada kultur anther
anthurium. Jurnal Hortikultura. 1-9.

Winata, L. 1987. Teknik Kultur Jaringan. PAU Bogor. Hal 252

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman Secara


Efisien.Agromedia Pustaka. Jakarta.105 .

Yusnita. 2015. Kultur Jaringan Tanaman : Sebagai Teknik Penting Bioteknologi


Untuk Menunjang Pembangunan Pertanian. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 69 .

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai