MUHAMMAD DARWIS
105950028712
MUHAMMAD DARWIS
105950028712
SKRIPSI
adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Muhammad Darwis
Nim 105950028712
ABSTRAK
makassar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, salam dan salawat semoga
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu bukti bahwa Penulis
Kabupaten Bantaeng. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak akan
rangkum tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil dalam
2. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kehutanan
4. Ucapan terpenting dan teristimewa kepada ibunda Dg. Mimo dan Ayahanda
terima kasih yang tak terhingga kepada beliau, sembah sujud Penulis bagi
ibunda dan ayahanda kehadapan beliau yang tekun, sabar, tabah, dan mau
mengerti penulis.
banyak terima kasih atas segala perhatian, bimbingan, motivasi dan partisipasinya
kepada Penulis semoga bernilai ibadah kepada kita semua. Dalam penulisan
skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan yang merupakan
konsekuensi dari keterbatasan ilmu Penulis, oleh karena itu Penulis harapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menambah pengalaman Penulis.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Dg.Mimo.
Tahun 2003 Penulis lulus dari SDN No 15 LANTANG dan tahun yang
POLOMBANGKENG SELATAN dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2012
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ..................................................................... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI......................................................... iv
HAK CIPTA..................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................... 3
VI. PENUTUP............................................................................................... 46
6.1. Kesimpulan............................................................................. 46
6.2. Saran ...................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Teks
lebah asli paling banyak di dunia. Jenis-jenis lebah asli Indonesia diantaranya
adalah lebah hutan ( Apis dorsata ), lebah lokal ( Apis cerana ), lebah kerdil (Apis
Selain itu kondisi Indonesia yang beriklim tropis sangat berpotensi dalam
lainnya yang mendukung usaha ini adalah Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik berupa
tumbuhan alam maupun tanaman hasil budaya. Berbagai jenis vegetasi yang ada
merupakan tumbuhan penghasil pollen dan nectar sebagai sumber pakan lebah
yang menghasilkan madu. Semakin tinggi potensi pakan lebah maka semakin
1
tradisional baik yang berada di dalam maupun yang berada disekitar kawasan.
baik dalam perolehan devisa maupun dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan,
keuntungan. Cara membudidayan relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang
banyak.
di Desa Patteneteang adalah fungsi lindung. Kawasan hutan ini sangat berpotensi
itu, penelitian itu bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui keragaman jenis dan
potensi tanaman pakan lebah madu pada areal Hutan Desa Pattaneteang
Bantaeng ?
2
1.3.Tujuan Penelitian
Kabupaten Bantaeng.
2. Mengetahui potensi tanaman pakan lebah madu pada areal Hutan Desa di
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
karbondioksida habitat hewan, dan pelestari tanah serta merupakan salah satu
aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan adalah suatu kumpulan tumbuhan
dan juga tanaman terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain yang
menempati daerah cukup luas. Hutan dapat ditemukan di daerah tropis maupun
pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Defenisi hutan
3. Berisis sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat
4
Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan,
perubahan status dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk
hutan tetap. Defenisi dan penjelasan tentang kawasan hutan, terdapat unsur-unsur
meliputi:
dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta berbagai
faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang
minimal harus dipertahangkan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari luas
5
2.2. Hasil Hutan Bukan Kayu
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah produk biologi asli selain kayu
yang diambil dari hutan, lahan perkayuan dan pohon-pohon yang berada di luar
hutan. Baharuddin dan Ira (2009) mengatakan hasil hutan bukan kayu meliputi
getah resin, kulit, tanaman pangan, produk hewan dan obat-obatan. HHBK
penting untuk ekonomi karena HHBK memiliki nilai ekonomi yang tinggi pada
beberapa keadaan, pendapatan dari HHBK lebih banyak jika dibandingkan dengan
sumber daya yang sangat penting bahkan merupakan kebutuhan pokok mereka.
Mereka memanfaatkan HHBK sebagai pangan (pati sagu, umbi-umbian, pati aren,
nira aren), bumbu makanan (kayu manis, pala) dan obat-obatan. Wirakusumah
getah, biji tengkawang) dan HHBK nontangible (potensi satwa, proteksi tanah,
produksi air, wanawisata dan jasa lingkungan seperti carbon sink oksigen,
microclimate).
Bahan makanan pokok lebah madu adalah nektar, pollen (tepung sari) dan
bahan makanan utama yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
Peternak diharapkan memahami tentang zat-zat makanan yang dibutuhkan. Hal itu
6
dapat mendukung pengembangan dalam pengadaan makanan buatan bagi lebah-
dan aktifitas yang dilakukannya. Lebah dewasa dapat bertahan hidup untuk waktu
yang relative lama bila diberi makanan murni karbohidrat, sedangkan larva
Unsur lain yang harus ada dalam maknan lebah adalh protein. Unsur ini sangat
esensial dalam makanannya seperti arginin, fenil alanin, histidin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, treonin dan valin. Asam-asam amino non esensial lainnya
dibutuhkan lebah antara lain asam glutamate dan glisin. Sedangkan vitamin yang
7
dibtuuhkan lebah madu relativ sedikit dibanding dengan kebutuhan hewan
(Hariyanto, 2011).
Lebah juga memerlukan mineral yang biasanya didapat dari air, nektar,
dan pollen.Kandungan mineral pada pollen dan nektar terdiri dari beberapa
mineral (kalium, kalsium dan fosfor) dalam jumlah yang relatif banyak
(Hariyanto, 2011).
Lebah memperoleh air dengan ara khusus dan dari nektar. Air diperlukan
temperatur dalam sarang tinggi, air diperlukan untuk mengontrol temperatur dan
kelembapan dalam sarang.Untuk keperluan tersebut, tetesan air ditaruh dalam sel
sarang dan dibiarkan atau dikipas dengan sayapnya agar cepat menguap
(Hariyanto, 2011).
Tugas mencari air dilakukan oleh lebah pekerja tertentu, setelah sampai di
lapangan dan dengan cepat dan penuh semangat memenuhinya. Bila persediaan
air dan nektar terbatas, lebah madu cenderung bermigrasi. Bila pengadaaan air
dari lapangan terputus, persediaan makanan dalam sarang akan cepat dimakan
8
dengan tujuan memperoleh air metabolis dan mencoba untuk bertahan dalam
sarang, namun stelah persediaan habis, mereka terpaksa pindah (Hariyanto, 2011).
1.4.1. Nektar
nektar.Nektar adalah cairan yang terdapat di dalam bunga. Nektar kaya akan
asam amino, amida, asam organik, vitamin dan senyawa aromatik.Kandungan zat-
zat makanan dalam nektar tergantung dari sumber nektar dan musim (Hariyanto,
2011).
a. Nektar nuptial yaitu nektar yang dihasilkan dari dalam atau dekat bunga.
b. Nektar ekstra nuptital yaitu nektar yang dihasilkan dari bagian lain tumbuhan.
c. Nektar bunga yaitu nektar yang dihasilkan oleh bunga itu sendiri (Hariyanto,
2011).
Nektar bunga sangat dibutuhkan oleh lebah madu, karena sebagai bahan
untuk bahan pemikat serangga. Sebab pada dasarnya nektar itu sendiri jika tidak
dihisap oleh serangga maka akan jadi sia-sia. Oleh karena tumbuhan tersebut tidak
dieksresikan zat berupa nektar. Nektar kuntum bunga akan menarik serangga,
9
Jadi hubungan alamiah antara lebah dengan bunga dianggap saling
seekor lebah pekerja dan dibawa terbang ke sarangnya mencpai 20-40 mg,
dikumpulkan adalah kapasitas kantong madu yang tergantung dari ukuran tubuh
lebah, jumlah dan konsentrasi nektar, keadaan cuaca dan pengalaman lebah
pekerja. Banyak nektar yang ditimbun sebagai madu oleh satu koloni dalam
a. Ukuran dan komposisi populasi dalam koloni terutama kehadiran dan kualitas
ratu baru.
c. Sifat menimbun lebah pekerja yang ada hubungannya dengan sifat genetic
(Hariyanto, 2011).
1.4.2. Pollen
Pollen dimakan oleh lebah terutama sebagai sumber protein dan lemak dan
bunga yang dihasilkan oleh anther sebagai sel-sel kelamin jantan tumbuhan.
Lebah madu mempunyai alat dan cara khas untuk mengumpulkan dan membawa
pollen dari bagian bunga tersebut yakni dengan menggunakan mulut, lidah dan
hampir semua bagian-bagian luar tubuh untuk memanen pollen yang ukurannya
sangat kecil dari bunga dan menggunakan sebuah keranjang khusus yang
10
pekerja harus mengunjungi banyak bunga, umumnya sekitar 50-1000 bunga
(Anendra. Y. C,2010).
angin dan intensitas cahaya.Jarak dan ketinggian sumber makanan dari sarang
palatabilitas pollen adalah ada tidaknya senyawa pemikat atau atraktan. Lebah
madu tidak akan pernah mengunjungi bunga sekitarnya, jika bunga tersebut tidak
perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi antara lain hutan lindung,
daerah aliran sungai, areal tepi sungai, daerah pantai, bagian tertentu dari zona
ekonomi eksklusif Indonesia, daerah pasang surut, jurang, dan areal berpolusi
berat.Pemanfaatan areal atau wilayah tersebut tetap pada subyek yang diberi hak,
11
Dalam menetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah sistem penyangga
terancam perubahan oleh tata guna lahan atau gangguan lainnya, maka dibentuk
Nasional dari gangguan yang berasal dari luar maupun dari dalam Taman
Nasional (Wiratno,1994).
tingkat yang lebih parah, dapat pula dibentuk suatu zona transisi (transitionzone).
Sehingga di suatu kawasan Taman Nasional akan terdapat zona taman (core
kawasan transisi berlangsung pembangunan secara intens, yang bila tidak dikelola
secara baik akan berpengaruh serta menimbulkan tekanan dan ancaman terhadap
instansi dan institusi agar keberadaan kedua zona dapat mendukung kelestarian
Taman(Wiratno,1994).
kebutuhan hidup penduduk sekaligus mencegah kerusakan hutan adalah salah satu
12
hal mendesak dalam pengembangan sebuah Taman Nasional. Selanjutnya Salim
bahwa kawasan penyangga adalah wilayah yang berada diwilayah yang berada,
diluar kawasan suaka alam, baik sebagai kawasan hutan tanah Negara bebas
maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan
adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak yang dikelola oleh desa dan
13
dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.Hutan desa dapat dilaksanakan pada hutan
lindung dan hutan produksi yang belum dibebani hak pengelolaan atau izin
manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil dengan tujuan untuk
terdiri dari warga Negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di
sekitar hutan, yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang
2008).
Hak pengelolaan pada hutan desa diberikan kepada lembaga desa yang
bertugas untuk mengelola Hutan Desa yang secara fungsional berada dalam
hutan desa meliputi kegiatan tata areal, penyusunan rencana pengelolaan areal,
14
pemanfaatan hutan serta rehabilitasi dan perlindungan hutan (Alam. S.
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu.Setiap pemanfaatan hasil hutan pada hak pengelolaan
Tata Cara Permohonan Hak pengelolaan hutan desa adalah sebagai berikut
a.) peraturan desa tentang penetapan lembaga desa; b.) surat pernyataan dari
yang diketahui camat; c.) luas areal kerja yang dimohon; dan d.) rencana
bahwa Lembaga Desa telah: a.) mendapatkan fasilitasi; b.) siap mengelola
desa.
15
4. Verifikasi paling sedikit dilakukan terhadap : keabsahan lembaga desa,
persyaratan.
9. Surat Keputusan Pemberian Hak Pengelolaan Hutan Desa memuat : a.) Luas
hutan desa; b.) Wilayah administrasi hutan desa; c.) Fungsi hutan; d.)
Lembaga pengelola hutan desa; e.) Jenis kegiatan pemanfaatan kawasan; f.)
11. Surat Keputusan Pemberian Hak Pengelolaan Hutan Desa disampaikan oleh
Bupati/Walikota.
Jangka waktu hak pengelolaan hutan desa paling lama 35 (tiga puluh lima)
didasarkan evaluasi yang dilakukan paling lama setiap 5 (lima) tahun satu kali
16
2.6. Keanekaragaman Hayati
ekosistem.
1. Keanekaragaman Jenis
makhluk hidup dalamsatu marga atau genus lebih mencolok shingga lebih mudah
keluwih, dan sukun ketiganya termasuk dalam genus yang sama, yaitu
Arthocarpus.
2. Keanekaragaman Ekosistem
dan mikroorganisme bersama lingkungan fisik dan kimia tempat hidup atau
dalam suatu ekosistem selalu berinteraksi. Faktor fisik meliputi iklim, air, tanah,
udara, cahaya, suhu, dan kelembapan. Faktor kimia meliputi tingkat keasaman,
kandungan mineral, dan salinitas. Faktor fisik dan kimia disbut komponen abiotik.
17
Komponen organik yang terdiri atas hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme
disebut komponen biotik. Sebagai suatu system, komponen ekosistem (biotik dan
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
18
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Latifah.
S,2005).
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain &
Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas
1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi
luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan
2.8. Potensi
. Potensi hutan adalah nilai kekayaan yang terkandung dalam suatu lahan
hutan, baik yang secara nyata, ada pada saat pengamatan maupun prakiraan
potensi fisik dan potensi hayati (biologis). Potensi fisik terkait dengan kondisi
tanah, kondisi iklim dan kondisi topografi lahan hutan. Sedang potensi hayati
meliputi stuktur dan komposisi vegetasi (khususnya pohon), serta diversitas dan
jumlah satwa Potensi hutan adalah nilai kekayaan yang terkandung dalam suatu
19
2.9. Kerangka Pikir Penelitian
Hutan desa yang berada di kawasan hutan lindung memiliki hasil hutan
seperti hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan, akan tetapi
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hanya hasil hutan bukan kayu dan jasa
lingkungan. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh
masyarakat adalah lebah madu kemudian lebah madu ini dibudidayakan. Lebah
20
Hutan Desa Pattaneteang
Hasil Hutan
Hasil Hutan
Bukan Kayu
Lebah Madu
Budidaya
Lebah Madu
Pakan
Jenis Keragaman
Potensi
Pengembangan
Budidaya
LebahMadu
21
III. METODE PENELITIAN
Kabupaten Bantaeng.
Kalkulator, Parang, dan Alat tulis sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas
label.
Areal penelitian untuk pengembangan lebah madu Pada Hutan Desa yang
dikelola masyarakat sekitar hutan Desa dan dibuatkan plot-plot pada waktu
2m
2m 5 m10 m
20m5 m
10 m
20 m
Gambar 2.Sketsa Plot Penelitian.
Keterangan :
22
Pengukuran untuk tingkat pohon dilakukan untuk plot 20 m x 20 m,
kecambah sampai setinggi < 1,5 m, pancang > 1,5 m sampai pokok muda
yang diameternya < 10 cm, tiang pokok muda berdiameter 10 – 20 cm, dan
23
a. Indeks Nilai Penting (INP)
rumus yang digunakan dalam prerhitungan inp adalah metode kuadrat (Mueller-
Kerapatan (K) =
Frekuensi (F) =
Dominansi (D) =
Indeks Nilai Penting untuk pohon, tiang, pancang di hitung berdasarkan rumus:
Khusus untuk tingkat semai , indeks nilai penting jenis dihitung berdasarkan
24
b. Indeks Keragaman (H’)
diversity, dengan rumus menurut Ludwig dan Reynolds (1998) adalah sebagai
berikut :
Keanekaragaman : H =-∑{(ni/n)ln(ni/n)}
Dimana :
H = Indeks keanekaragaman
ni = jumlah individu
n = jumlah total
Dengan kriteria :
c. Potensi Pakan
tingkat vegetasi :
25
IV . KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Bulukumba
1. Dusun Bungeng
2. Dusun Katabung
Desa Labbo. Pada tahun 1988 dimekarkan dan ditetapkan sebagai Desa persiapan
26
dengan menunjuk Bapak Kr. H. PAPPA sebagai pelaksanana Tugas Kepala Desa
yang kemudian dilanjutkan oleh Bapak BOHARI sebagai Kepala Desa terpilih
sebagai Kepala Desa terpilih selama dua periode. (2004-2009 sampai 2009-2014)
Nama Desa Pattaneteang Terdiri Dari Dua Suku Kata Yaitu, Patta Dan Tanete
1. Polindes
bangunan tersebut terletak di dusun bungeng jalan poros desa yang diakses
27
dengan mudah oleh masyarakat.Ketersediaan sarana kesehatan polindes
2. Posyandu
dan ibu hamil yang dilakukan setiap bulan oleh bidan desa bersama kader
KB)
28
tangga terfokus untuk meningkatkan taraf hidup bersih dan
mata air yang tersedia sebanyak 11titik mata air yang beberapa di
baik.
PAUD tersebut di akses oleh beberapa warga yang diluar dusun dan
karena terdapat di jalan poros dan jalan dalam desa dengan jarak tempuh
29
dari masing-masing dusun ±500meter.Tenaga pendidik kebanyak orang
dusun tersebut.
warga dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda 4 karena letak
Ere yaitu MTs Salafiyah yang sudah memiliki bangunan permanen dengan
dalam Dusun yang terintegrasi langsung dengan MIS Biring Ere. Fasilitas
perhatian lebih dari Dinas terkait untuk mendapatkan bantuan dan binaan
yang lebih efektif sehingga dapat menjadi pilihan bagi orang lokal untuk
30
SLTP/Sederajat lainnya lebih memilih sekolah diluar desa yaitu di SMP
yaitu di Dusun Biring Ere yaitu MA Salafiyah. Sekolah ini adalah bagian
bergantian antara siswa SLTP dan siswa SLTA. Sementara anak sekolah
lain lebih memilih untuk keluar Desa yaitu Di dalam Kota Kabupaten dan
Kelurahan Ereng-ereng.
Biringere. TPA ini dirasakan besar manfaatnya bagi masyarakat baik kaum
berinteraksi satu sama lain karena tenaga pendidik di lembaga ini adalah
ketertarikan bagi anak-anak untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang ilmu
agama.
31
6. Kondisi Sarana Transportasi
kerusakan, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa factor antara lain, usia
aspal yang sudah lama dan banyaknya kendaraan proyek PLTMH Batu
warga.
secara menyeluruh yang dimulai dari jalan penghubung antar Desa (poros
Desa) dan jalan penghubung antar dusun (Jalan Dusun Bungeng, Jalan
Bungeng dan Dusun Katabung tembus Dusun Biring Ere. Sehingga sangat
Masyarakat.
32
mengelola pertanian dalam dua jenis yaitu perkebunan kopi dan cenkeh
yang dialiri air dari sungai bialo serta ketersediaan sumber air lainnya.
sebagai petani secara kumulatif 60% dari luas lahan Desa Pattaneteang
merupakan lahan pertanian yang terbagi dalam 3 jenis lahan yaitu lahan
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis pakan lebah yang dikumpulkan dan dianalisis mencakup variabel Kerapatan,
Frekuensi, dan Dominansi, Indeks Nilai Penting dan Keanekaragaman Jenis dapat
ditemukan pada lokasi penelitian, maka dapat diketahui bahwa vegetasi yang
34
a. Tingkat Pohon
Keterangan :
: Pakan
- : Bukan pakan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil Indeks
Nilai Penting (INP) jenis vegetasi pakan lebah madu di lokasi penelitian seperti
yang ditampilkan pada Tabel, 1. Komposisi jenis vegetasi pada tingkat pohon
terdapat di hutan desa sebanyak 91 individu dari 31 jenis dengan kerapatan 374.
Jenis vegetasi pakan lebah madu hutan pada tingkat pertumbuhan ini sebanyak
26 jenis yang merupakan pakan lebah madu hutan. Jenis vegetasi yang paling
35
banyak tumbuh di lokasi penelitian adalah Kayu Bambang dengan kerapatan yaitu
Kayu angin, Kayu dupa, Kayu Pakkeng, Kopi-Kopi, Lutu, Mana’, Nangka-
sering ditemukan di lokasi penelitian adalah jenis Nossong dan Pacciu dengan
frekuensi yaitu 0,83 dengan nilai FR = 9,507 % sedangkan jenis vegetasi paling
Galaktiri,kaloa, Kana’, Katapala, Kayu angin, Kayu dupa, Kayu Pakkeng, Kopi-
Borong dan Tanepolo dengan frekunsi yaitu 0,17 dengan nilai FR =2,171 %. Jenis
vegetasi yang memiliki nilai Dominansi tertinggi adalah jenis Kayu Bambang
yaitu 6,820 dengan nilai DR = 21,884 % sedangkan jenis vegetasi yang memiliki
Dominansi terendah adalah jenis Kayu Pakkeng yaitu 0,132 dengan nilai DR=
0,423 %. Nilai INP tertinggi adalah jenis kayu bambangINP 45,0673. Sedangkan
yang memiliki INP terendah adalah jenis galaktiridengan nilai INP 3,481. Jumlah
jenis individu pada tingkat pohon adalah 31 jenis dan yang termasuk pakan lebah
adalah 26 jenis atau 84 % sehingga jenis pakan pada tingkat pohon di hutan desa
bahwa nilai Indeks keragaman (H’) tingkat pohon diperoleh sebesar 3,022. Hal ini
36
b. Tingkat Tiang
Tabel 2. Nilai Dominansi, Dominansi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif,
Frekuensi, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Indeks
Keanekaragaman Beberapa Jenis Tumbuhan Tingkat Tiang yang
Terdapat Pada Hutan Desa.
Nama Tumbuhan K F D KR FR DR INP Ni Ni/N Ln Ni/N Ni Ln Ni/N KERAGAMAN (H') Pakan Keteranagan
bakang 17 0,17 0,202 1,616 2,540 1,462 5,618 1 0,016 -4,135 0,066 √ pollen
bandeng 83 0,33 0,973 7,890 4,930 7,056 19,876 5 0,709 -2,538 0,201 √ pollen
Batta-batta 33 0,17 0,458 3,314 2,540 3,322 8,992 2 0,032 -3,442 0,110 √ pollen
bayang jawa 50 0,17 0,748 4,753 2,540 5,425 12,718 3 0,048 -3,037 0,146 √ pollen
bera-berasa 117 0,50 1,297 11,122 7,460 9,400 27,982 7 0,110 -2,198 0,244 √ Nektar
galattiri 17 0,17 0,280 1,616 2,540 2,030 6,186 1 0,016 -4,135 0,066 √ pollen
kaliandra 100 0,17 1,218 9,506 2,540 8,832 20,872 6 0,095 -2,354 0,224 √ Nektar
kaloa 17 0,17 0,318 1,616 2,540 2,305 6,463 1 0,167 -1,79 0,299 √ Nektar
kanepolo 33 0,33 0,508 3,137 4,930 3,685 11,752 2 0,032 -3,442 0,110 √ Nektar
kayu bambang 83 0,50 1,296 7,890 7,460 3,399 24,750 5 0,079 -2,538 0,201 – –
kayu eja 17 0,17 0,147 1,616 2,540 1,063 5,219 1 0,160 -4,135 0,066 √ pollen
kayu ere 50 0,33 0,928 4,253 4,930 6,729 16,412 3 0,084 -3,037 0,146 √ Nektar
lassa-lassa 17 0,17 0,318 1,616 2,540 2,303 6,463 1 0,160 -4,135 0,066 3,314 √ pollen
latta-latta 17 0,17 0,307 1,616 2,540 2,223 6,379 1 0,016 -4,135 0,066 √ Nektar
lutu 17 0,17 0,153 1,616 2,540 1,111 5,267 1 0,016 -4,135 0,066 √ Nektar
mata allo 50 0,33 0,693 4,753 4,930 5,026 14,709 3 0,048 -3,037 0,146 √ Nektar
mawa' 17 0,17 0,172 1,616 2,540 1,245 5,401 1 0,016 -4,135 0,066 √ pollen
morsikapas 17 0,17 0,153 1,616 2,540 1,111 5,267 1 0,016 -4,135 0,066 √ pollen
nossung 50 0,50 5,750 4,753 7,460 4,168 16,381 3 0,048 -3,037 0,146 √ Nektar
pacciu 133 0,83 1,732 1,643 12,390 12,335 37,586 8 0,127 -2,064 0,262 – –
padueng 17 0,17 0,137 1,616 2,540 0,991 5,147 1 0,016 -4,135 0,066 √ Nektar
pala-pala 33 0,17 0,328 3,319 2,540 2,380 8,057 2 0,032 -3,442 0,110 √ Nektar
pamera 33 0,33 0,425 3,137 4,930 3,081 11,148 2 0,032 -3,442 0,110 √ pollen
risi borong 17 0,17 0,400 1,616 2,540 2,900 7,056 1 0,016 -4,135 0,066 √ Nektar
tadieng 17 0,17 0,027 1,616 2,540 0,194 4,349 1 0,016 -4,135 0,066 √ pollen
JUMLAH 1052 6,70 13,795 100 100 100 300 63 1
jenis, jenis vegetasi pakan lebah madu hutan pada tingkat pertumbuhan ini,
sebanyak 23 jenis. Jenis vegetasi yang paling banyak tumbuh di lokasi penelitian
adalah Pacciu dengan kerapatan yaitu 133 pohon/Ha dengan nilai KR = 12,643 %
Galaktiri, Kaloa, Kayu Eja, Lassa-lassa, Latta-latta, Lutu, Mawa’, Morsi Kapas,
37
adalah jenis Bera’-Berasa’, Kayu Bambang dan Nossong dengan frekuensi yaitu
0,50 dengan nilai FR = 7,46 % sedangkan jenis vegetasi paling jarang ditemukan
Pala, Risiborong dan Tadieng dengan frekunsi yaitu 0,17 dengan nilai FR =2,54
%. Jenis vegetasi yang memiliki nilai Dominansi tertinggi adalah jenis Nossong
yaitu 5,750 dengan nilai DR = 41,697 % sedangkan jenis vegetasi yang memiliki
Dominansi terendah adalah jenis Tadieng yaitu 0,027 dengan nilai DR= 0,194 %.
Nilai INP tertinggi adalah jenis Nossong INP 53,910. Sedangkan yang memiliki
INP terendah adalah jenis Tadieng dengan nilai INP 4,349. Pada tingkat tiang
terdapat 25 jenis vegetasi yang termasuk pakan lebah ada 23 jenis atau 92%
tanaman pada tingkat tiang termasuk pakan lebah sehingga pada tinggat tiang
keanekaragaaman (H’) pada tingkat tiang diperoleh nilai sebesar 3,314. Hal ini
38
c. Tingkat Pancang
Komposisi jenis vegetasi pada tingkat pancang pada hutan desa sebanyak 69
individu dari 21 jenis. Jenis vegetasi pakan lebah madu pada tingkat pertumbuhan
ini, terdapat sebanyak 20 jenis. Jenis vegetasi yang paling banyak tumbuh di
lokasi penelitian adalah Pacciu dengan kerapatan yaitu 1000 pohon/Ha dengan
1,449 %. Jenis vegetasi paling sering ditemukan di lokasi penelitian adalah jenis
Nossong dan Pacciu dengan frekuensi yaitu 0,833 dengan nilai FR = 13,876 %
39
sedangkan jenis vegetasi paling jarang ditemukan adalah jenis Aho’, Bakang,
yaitu 0,167 dengan nilai FR =2,782 %. Jenis vegetasi yang memiliki nilai
Dominansi tertinggi adalah jenis Pacciu yaitu 1,460 dengan nilai DR = 15,802%
sedangkan jenis vegetasi yang memiliki Dominansi terendah adalah jenis Kayu
Kaleleng yaitu 0,053 dengan nilai DR= 0,053 %. Hasil perhitungan INP vegetasi
lebah madu dengan nilai INP tertinggi adalah jenis pacciu dengan INP 51,4165.
Sedangkan yang memiliki INP terendah adalah jenis aho’ dan bono bampo
dengan INP 5,0243 dengan kerapatan 4600. Hal ini menunjukkan bahwa pacciu
merupakan jenis yang dominan pada pertumbuhan tingkat pancang. Jenis dominan
keanekaragaman (H’) pada tingkat pancang diperoleh nilai sebesar 2,666.Hal ini
terdapat 20 jenis vegetasi yang merupakan pakan lebah madu hutan atau 95 %
tanaman termasuk pakan lebah sehingga pada tingkat pacang sangat berpotensi
karena semua jenis merupakan pakan lebah madu jenis vegetasi pakan tersebut
40
d. Tingkat Semai
Tabel 4. Nilai Dominansi, Dominansi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif,
Frekuensi, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Indeks
Keanekaragaman Beberapa Jenis Tumbuhan Tingkat Semai yang
terdapat pada Hutan Desa Pattaneteang .
Nama Tumbuhan K F KR FR INP Ni Ni/N Ln Ni/N Ni Ln Ni/N KERAGAMAN (H') Pakan Keteranagan
aho' 833 0,167 2,6 2,043 4,643 2 0,026 -3,6479 0,095 √ pollen
anggrek tanah 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
ara'ra 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
baco-baco 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
bakang 833 0,167 2,6 2,043 4,643 2 0,026 -3,6479 0,095 √ pollen
balante 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
bera-berasa 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
bibi-bibi 1250 0,167 3,9 2,043 5,943 3 0,039 -3,2442 0,127 √ Nektar
Cina gori 417 0,167 1,3 2,043 3,343 4 0,052 -2,9584 0,154 √ Nektar
Essa-essa 1667 0,167 5,2 2,043 7,243 4 0,052 -2,9584 0,154 √ Nektar
harrang 1667 0,167 7,79 2,043 7,243 4 0,052 -2,9584 0,154 √ Nektar
kaddoro buku 2500 0,500 5,2 6,116 13,906 6 0,078 -2,5523 0,199 √ Nektar
kaleleng 1667 0,167 3,9 2,043 7,243 4 0,052 -2,9584 0,154 √ pollen
katulapporo 1250 0,333 1,3 4,073 7,973 3 0,039 -3,2442 0,127 √ Nektar
kembang doa 417 0,167 3,9 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
kopi-kopi 1250 0,333 1,3 4,073 7,973 3 0,039 -3,2442 0,127 √ Nektar
langkere 417 0,167 3,9 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
Lassa-lassa 1250 0,167 1,3 2,043 5,943 3 0,039 -3,2442 0,127 √ pollen
lallakang 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ pollen
3,358
lobe-lobe 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ pollen
lutu 417 0,167 4,6 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
mali-mali 833 0,167 6,49 2,043 5,643 2 0,026 -3,6479 0,095 √ Nektar
mappala 417 0,167 3,9 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ pollen
ngangala tedong 2083 0,333 2,6 4,073 10,563 5 0,065 -2,7349 0,178 √ Nektar
nossong 1250 0,500 6,49 6,116 10,016 3 0,039 -3,2442 0,127 √ Nektar
pacciu 833 0,333 2,6 4,073 6,673 2 0,026 -3,6479 0,095 – –
Paik-paik 2083 0,500 1,3 6,116 12,606 5 0,065 -2,7349 0,178 √ Nektar
Paku-paku 833 0,330 1,3 4,073 6,673 2 0,026 -3,6479 0,095 √ Nektar
pandang 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,055 – –
Ruku bembe 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,055 √ Nektar
Ruku gallang 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,055 √ pollen
Ruku-ruku 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
rotang 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 – –
sabli 417 0,167 2,6 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ Nektar
Sangkaruk mata 417 0,167 2,6 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ pollen
sema kanuku 833 0,167 1,3 2,043 4,643 2 0,026 -3,6479 0,095 √ pollen
tali-tali 833 0,167 1,3 2,043 4,643 2 0,026 -3,6479 0,095 √ Nektar
tamba-tambako 417 0,167 1,3 2,043 3,343 1 0,013 -4,3428 0,057 √ pollen
32083 8,175 100 100 200 77 1
Komposisi jenis vegetasi pada tingkat semai pada Hutan Desa ditemukan
sebanyak 77 individu dari 38 jenis, vegetasi pakan lebah madu hutan pada tingkat
41
pertumbuhan ini terdapat sebanyak 35 jenis. Hasil perhitungan jenis vegetasi
tingkat semai di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel.4. Berdasarkan hasil
jenis yang merupakan pakan lebah madu hutan atau 92% tanaman tingkat semai
Kaddoro’ Buku dengan kerapatan yaitu 2500 pohon/Ha dengan nilai KR = 7,79 %
sedangkan jenis vegetasi paling kurang ditemukan adalah jenis Anggrek Tanah,
Ara’ra, Baco-Baco, Balante, Bera’ Berasa, Cina Gori, Kembang Doa, Langkere,
Kaddorok Buku dan Nossong dengan frekuensi yaitu 0,500 dengan nilai FR = 6,12
% sedangkan jenis vegetasi paling jarang ditemukan adalah jenis Anggrek Tanah,
INP tertinggi adalah jenis Kaddoro buku dengan INP 13,906 sedangkan
yang memiliki INP terendah adalah jenis Anggrek tanah (Bletillae tuber), Ara’ra,
42
Lobe-Lobe, Lutu, Mappala, Pandang, Ruku bembe, Ruku Gallang, Ruku-Ruku,
tingkat semai diperoleh sebesar 3,5381. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas
43
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Keragaman jenis pada tingkat pohon adalah 3,022 (Tinggi), tingkat tiang
3,314 (Tinggi), tingkat pancang 2,666 (Sedang) dan tingkat semai 3,538
(Tinggi).
pada tingkat pohon ditemukan 26 jenis pakan lebah dari 31 jenis (84 %)
vegetasi, pada tingkat tiang ditemukan 23 jenis pakan lebah dari 25 jenis (92
%) vegetasi, pada tingkat pancang ditemukan 20 jenis pakan dari 21 jenis (95
%) vegetasi, pada tingkat semai terdapat 35 jenis pakan dari 38 jenis (92 %)
6.2. Saran
1. Perlu pengelolaan secara intensif agar jenis yang sudah ada di Hutan Desa di
44
3. Hutan Desa Pattaneteang sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya
lebah madu meskipun demikian pengayaan jenis pakan lebah tetap perlu
45
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Ira, T. 2009.Hasil Hutan Bukan Kayu. Buku Ajar Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin.Makassar.
46
Martono. D. S, 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat.Agri-tek, 13 (2): 8-27.
47
LAMPIRAN
48
3 Reci Borong 11 3,50 √ Pakan
4 Pacciu 16 5,09 Bukan Pakan
5 Kanepolo 9 2,87 √ Pakan
6 Kopi 12 3,82 √ Pakan
7 Kaloa 15 4,77 √ Pakan
8 Kopi-kopi 13 4,14 √ Pakan
9 Nossong 20 6,37 √ Pakan
10 Pacciu 13 4,14 - - Bukan Pakan
11 Bera-berasa 12 3,82 √ Pakan
Semai
1 Lutu √ Pakan
2 Lassa-lassa √ Pakan
3 Kopi-kopi √ Pakan
4 Nossong √ Pakan
Sumber. Hasil pengamatan di lapangan
49
Plot 2
50
4 Langkere √ Pakan
5 Kembang Doa √
Sumber. Hasil pengamatan di lapangan
51
Plot 3
52
5 Batta-batta 12 3,82 √ Pakan
6 Galattiri 20 6,37 √ Pakan
7 Kayu Ere 12 3,82 √ Pakan
8 Batta-batta 12 3,82 √ Pakan
9 Bera-berasa 12 3,82 √ Pakan
10 Nosson 12 3,82 √ Pakan
11 Pacciu 15 4,77 Bukan Pakan
12 Kayu Ere 15 4,77 √ Pakan
13 Bera-berasa 17 5,41 √ Pakan
14 Aho’ 12 3,82 √ Pakan
15 Buno bampo 23 7,32 √ Pakan
16 Pacciu 13 4,14 Bukan Pakan
17 Nosson 13 4,14 √ Pakan
18 Damara 15 4,77 √ Pakan
Semai
1 Aho’ √ Pakan
2 Sima Kanuku √ Pakan
3 Pacciu Bukan Pakan
4 Kopi-kopi √ Pakan
5 Bera-berasa √ Pakan
6 Mau-mau √ Pakan
7 Pai-pai √ Pakan
8 Kaodaro buku √ Pakan
9 Langkere √ Pakan
Sumber. Hasil pengamatan di lapangan
53
Plot 4
54
Plot 5
55
4 Mappala 17 5,41 √ Pakan
5 Pacciu 12 3,82 Bukan Pakan
6 Pacciu 12 3,82 Bukan Pakan
7 Batta-batta 11 3,50 √ Pakan
8 Batta-batta 15 4,77 √ Pakan
9 Nangka-nangka 15 4,77 √ Pakan
10 Kadieng 12 3,82 √ Pakan
11 Nosong 21 6,69 √ Pakan
12 Batta-batta 12 3,82 √ Pakan
13 Nosong 19 5,41 √ Pakan
Semai
1 Batulaporo √ Pakan
2 Nossong √ Pakan
3 Pandang Bukan Pakan
4 Angrek Tanah √ Pakan
5 Paku-paku √ Pakan
6 Kadaro Buku √ Pakan
7 Ara’ra √ Pakan
8 Ngangala Tedong √ Pakan
9 Katilaporo √ Pakan
10 Ngangala Tedong √ Pakan
Sumber. Hasil pengamatan di lapangan
56
Plot 6
57
4 Tadieng 22 7,01 √ Pakan
5 Nosson 27 8,60 √ Pakan
6 Batta-batta 19 5,41 √ Pakan
7 Galattiri 23 7,32 √ Pakan
8 Bakang 28 8,91 √ Pakan
9 Pacciu 17 5,41 Bukan Pakan
10 Bera-berasa 14 4,46 √ Pakan
Semai
1 Rotan Bukan Pakan
2 Lobe-lobe √ Pakan
3 Bakang √ Pakan
4 Pacciu Bukan Pakan
5 Kadaro Buku √ Pakan
6 Tali-tali √ Pakan
7 Paik-paik √ Pakan
8 Narrang √ Pakan
9 Ngangala Tedong √ Pakan
10 Mappala √ Pakan
11 Nosson √ Pakan
Sumber. Hasil pengamatan di lapangan
58
b. Dokumentasi Penelitian
59
Gambar 3. Pengambilan keliling
60
Gambar 5. Tanaman Kopi tiang
Gambar 6. Lampuyang
61
Gambar 7 Nga’ngalak Tedong
62
Gambar 9. Nektar
63